Anda di halaman 1dari 11

Ringkasan Bab 1-4

BAB 1 Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara


A. Pengertian Ideologi
Istilah ideologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan, konsep, pengertian dasar,
cita cita, dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah, ideologi berarti dari ilmu
tentang pengertian dasar, ide atau cita cita. Cita cita yang dimaksud adalah cita cita
yang tetap sifatnya dan harus dapat dicapai sehingga cita cita itu sekaligus merupakan
dasar, pandanga dan paham.
1. Beberapa Pengertian Ideologi
Pengertian Ideologi menurut beberapa para ahli.
a. Antoine Destutt de Tracy mendefinisikan ideologi sebagai ilmu tentang pikiran
manusia (sama seperti biologi dan zoologi yang merupakan ilmu spesies) yang
mampu menunjukkan jalan yang benar menuju masa depan.
b. AS. Hornby mengatakan bahwa ideologi adalah seperangkat gagasan yang
membentuk landasan teori ekonomi dan politik atau yang dipegangi oleh seorang
atau sekelompok orang.
c. Marx dan Engels mengemukakan bahwa ideologi adalah sebuah doktrin palsu,
tepatnya sebuah penjelasan yang palsu guna me layani kepentingan kelas borjuis.
d. Soerjono Soekanto menyatakan bahwa secara umum ideologi sebagai kumpulan
gagasan, ide, keyakinan, kepercayaan yang me nyeluruh dan sistematis, yang
menyangkut bidang politik, sosial, kebudayaan, dan agama.
e. Frans Magnis Suseno mengatakan bahwa ideologi sebagai suatu sistem pemikiran
yang dapat dibedakan menjadi ideologi tertutup dan ideologi terbuka.
2. Sifat Ideologi
Ada tiga dimensi sifat ideologi, yaitu dimensi realitas, dimensi idealisme, dan dimensi
fleksibilitas.
a. Dimensi Realitas: nilai yang terkandung dalam dirinya, bersumber dari nilai-nilai
yang hidup dalam masyarakat, terutama pada waktu ideologi itu lahir, sehingga
mereka betul-betul merasakan dan menghayati bahwa nilai-nilai dasar itu adalah
milik mereka bersama.
b. Dimensi idealisme: ideologi itu mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam
berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, ber bangsa, dan bernegara.
c. Dimensi fleksibilitas: ideologi itu memberikan penyegaran, me melihara, dan
memperkuat relevansinya dari waktu ke waktu sehingga bersifat dinamis dan
demokratis.
3. Fungsi Ideologi
Fungsi utama ideologi dalam masyarakat menurut Ramlan Sur bakti (1999) ada dua,
yaitu: sebagai tujuan atau cita-cita yang hendak dicapai secara bersama oleh suatu
masyarakat, dan sebagai pemersatu masyarakat dan karenanya sebagai prosedur
penyelesaian konflik yang terjadi dalam masyarakat.
B. Pancasila Sebagai Ideologi Nasional
Ideologi Pancasila ditetapkan sebagai dasar negara juga sekaligus ideologi nasional.
Dalam Pancasila terkandung nilai-nilai luhur dan cita-cita bangsa Indonesia. Pancasila
diangkat dari nilai-nilai, adat istiadat, kebudayaan, nilai-nilai moralitas yang terdapat
dalam pan dangan hidup bangsa Indonesia. Pancasila sebagai ideologi nasional selain
berfungsi sebagai cita cita normatif penyelenggaraan bernegara, nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila merupakan nilai yang disepakati bersama, karena itu juga
berfungsi sebagai sarana pemersatu masyarakat yang dapat mem persatukan berbagai
golongan masyarakat di Indonesia.
C. Pengertian Asal Mula Pancasila
1. Secara Etimologis
Pancasila berasal dari bahasa India yakni bahasa Sansekerta, ba hasa kasta brahmana.
Adapun bahasa rakyat jelata adalah prakerta. Menurut Prof. H. Moh. Yamin Pancasila
ada dua macam arti, yaitu:
Panca: artinya lima
Syila : dengan satu i, artinya batu sendi, alas atau dasar
Syiila: dengan dua i, artinya peraturan yang penting, baik, atau senonoh.
2. Secara Historis
Secara historis, istilah Pancasila mula-mula digunakan oleh masyarakat India yang
memeluk agama Buddha. Pancasila berarti limaaturan (five moral principles) yang
harus ditaati dan dilaksanakan oleh para penganut biasa/awam agama buddha, yang
dalam bahasa aslinya yaitu bahasa Pali. Pancasila yang berisikan lima pantangan yang
bu nyinya menurut ensiklopedia atau kamus Buddhisme:
1. Panatipata veramani sikkhapadam samadiyami, dilarang membunuh
2. Adinnadana veramani sikkhapadam samadiyami, dilarang mencuri
3. Kameshu micchacara veramani sikkhapadam samadiyami, dilarang berzina.
4. Musawada veramani sikkhapadam samadiyami, dilarang berdusta
5. Sura meraya-majja pamadattha veramani sikkhapadam samadi yami, dilarang
minum minuman keras.
3. Secara Terminologis
Secara terminologis, yaitu dimulai sejak sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945,
Pancasila digunakan oleh Bung Karno untuk memberi nama pada lima prinsip dasar
negara Indonesia yang diusulkannya. Istilah tersebut sendiri diberikan dari seorang
teman yang ahli bahasa terutama bahasa Sanksekerta.
4. Teori Asal Mula Pancasila
a. Asal Mula Langsung
1. Asal Mula Bahan atau Kausa Materialis adalah bahwa Pancasila bersumber dari
nilai-nilai adat istiadat, budaya, dan nilai religius yang ada dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat Indonesia.
2. Asal Mula Bentuk atau Kausa Formalis adalah kaitan asal mula bentuk, rumusan,
dan nama Pancasila sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 yang
merupakan pemikiran Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan para anggota BPUPKI.
3. Asal Mula Karya atau Kausa Effisien adalah penetapan Pancasila sebagai calon
dasar negara menjadi dasar negara yang sah oleh PPKI.
4. Asal Mula Tujuan atau Kausa Finalis adalah tujuan yang diinginkan BPUPKI,
PPKI termasuk di dalamnya Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta dari rumusan
Pancasila sebelum disahkan oleh PPKI menjadi Dasar Negara yang sah.

b. Asal Mula Tak Langsung


1. Nilai-nilai Ketuhanan, Nilai Kemanusiaan, Nilai Persatuan, Nilai Kerakyatan, dan
Nilai Keadilan.
2. Penuntun dan penunjuk arah bagi bangsa Indonesia dalam semua kegiatan dan
aktivitas hidup serta kehidupan di segala bidang, Nilai-nilai tersebut merupakan
nilai-nilai yang memaknai adat istiadat, kebudayaan serta nilai religius dalam
kehidupan sehari hari bangsa Indonesia.
3. Oleh karena itu, secara tidak langsung Pancasila merupakan pen jelmaan atau
perwujudan bangsa Indonesia itu sendiri karena apa yang terkandung dalam
Pancasila.
D. Bangsa Indonesia Berpancasila Dalam Tri Prakara
a. Asas Kebudayaan Secara yuridis Pancasila telah dimiliki oleh bangsa Indonesia da
lam hal adat istiadat dan kebudayaan.
b. Asas Religius
Toleransi beragama yang didasarkan pada nilai-nilai religius telah mengakar kuat
dalam sehari-hari kehidupan masyarakat Indonesia.
c. Asas Kenegaraan Karena Pancasila merupakan jati diri bangsa dan disahkan men.
jadi dasar negara maka secara langsung Pancasila sebagai asas kenegaraan.
E. Kedudukan dan Fungsi Pancasila
1. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa
Fungsi Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa adalah:
a. Kerangka acuan baik untuk menata kehidupan diri pribadi mau pun dalam
interaksi antarmanusia dalam masyarakat serta alam sekitarnya
b. Pandangan hidup Pancasila ini dijadikan masyarakat Indonesia untuk
mengembangkan potensi kemanusiaannya sebagai makh luk individu dan
makhluk sosial dalam rangka mewujudkan kehi dupan bersama menuju satu
pandangan hidup bangsa dan satu pandangan hidup negara, yaitu Pancasila.
2. Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia
Pancasila sebagai dasar negara mempunyai arti menjadikan Pan casila sebagai
dasar untuk mengatur penyelenggaraan pemerintahan. Konsekuensinya adalah
Pancasila merupakan sumber dari segala sum. ber hukum. Pancasila sebagai dasar
negara Republik Indonesia mempunyai implikasi bahwa Pancasila terikat oleh
suatu kekuatan secara hukum, terikat oleh struktur kekuasaan secara formal, dan
meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai dasar negara
(Suhadi, 1998).
3. Pancasila sebagai Jiwa dan Kepribadian Bangsa Indonesia
Menurut Dewan Perancang Nasional, yang dimaksudkan dengan kepribadian
Indonesia yakni: Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indo nesia, yang membedakan
bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lainnya. Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa
Indonesia adalah pencerminan dari garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa
Indonesia sepanjang masa.
4. Falsafah Pancasila sebagai Dasar Falsafah Negara Indonesia
Falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia, dapat lah kita temukan
dalam beberapa dokumen historis dan di dalam per undang-undangan negara
Indonesia seperti di bawah ini:
a. Dalam Pidato Ir. Soekarno tanggal 1 Juni 1945.
b. Dalam Naskah Politik yang bersejarah, tanggal 22 Juni 1945 alinea IV yang
kemudian dijadikan naskah rancangan Pembukaan UUD 1945 (terkenal
dengan sebutan Piagam Jakarta).
c. Dalam naskah Pembukaan UUD Proklamasi 1945, alinea IV.
d. Dalam Mukadimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) tanggal 27
Desember 1945, alinea IV.
e. Dalam Mukadimah UUD Sementara Republik Indonesia (UUDSRI) tanggal
17 Agustus 1950.
f. Dalam Pembukaan UUD 1945, alinea IV setelah Dekrit Presiden RI tanggal 5
Juli 1959.
F. Pancasila dan Identitas Nasional
1. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Identitas Nasional
a. Primordial
b. Sakral
c. Tokoh
d. Sejarah
e. Bhineka Tunggal Ika
f. Perkembangan Ekonomi
g. Kelembagaan
2. Simbol Simbol Kenegaraan Sebagai Identitas Nasional
a. Bahasa Indonesia
b. Bendera Negara
c. Lagu Kebangsaan
d. Lambang Negara
e. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika
3. Pancasila sebagai Identitas Nasional
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
e. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
BAB 2 Pancasila Dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
A. Masa Kerajaan Nasional Di Indonesia
1. Kerajaan Sriwijaya (620-1270)
abad VII, muncullah di Sumatra Selatan (Palembang) sebuah kerajaan yang bernama
Sriwijaya sebagai kerajaan nasional pertama di Indonesia di bawah dinasti Syailendra
dengan rajanya yang terkenal Balaputradewa. Sriwijaya adalah kerajaan Melayu kuno
di pulau Sumatra yang banyak berpengaruh di Nusantara. Bukti awal mengenai
keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok, I-Tsing
menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 selama 6 bulan.
2. Kerajaan Majapahit (1293-1520)
Majapahit adalah sebuah kerajaan kuno di Indonesia yang per nah berdiri dari sekitar
tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini men capai puncak kejayaannya pada masa
kekuasaan Hayam Wuruk yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389. Majapahit
menguasai kera jaan-kerajaan lainnya di Semenanjung Malaya, Borneo, Sumatra,
Bali, dan Filipina.
B. Masa Kerajaan Islam
Masuknya Islam ke bumi Nusantara terjadi pada waktu yang berbeda. Ketika kerajaan
Sriwijaya masih jaya sekitar abad ke-7 dan 8. pedagang-pedagang Islam sudah
berlayar di Selat Malaka. Hal ini memungkinkan mereka membuat bandar-bandar
perdagangan dan perkampungan orang Islam.
1. Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia
a. Kerajaan Samudera Pasai
b. Kerajaan Malaka
c. Kerajaan Aceh
d. Kerajaan Demak
e. Kerajaan Banten
f. Kerajaan Mataram Islam
g. Kerajaan Goa dan Tallo
2. Nilai-nilai Peninggalan Kebudayaan Masa Kerajaan Islam
a. Nilai Persatuan
b. Nilia Musyawarah
c. Nilai Keadilan Sosial
d. Nilai Toleransi Beragama
e. Nilai Cinta Tanah Air
f. Nilai Budaya
C. Masa Penjajahan Hindia Belanda
1. Lahirnya VOC
Persaingan antara sesama pedagang Belanda dan pedagang Eropa lainnya,
misalnya Portugis, untuk mendapatkan rempah-rempah se banyak mungkin
semakin hari semakin meningkat. Untuk memper kuat kongsi dagang, maka atas
dukungan dan prakarsa pemerintahan atau kerajaan Belanda, maka pada 1602
dibentuklah kongsi dagang yang bernama Vereenigde Oost Indische Compagnie
yang berarti perse kutuan dagang Hindia Timur, kemudian lebih terkenal dengan
nama VOC.
2. Masa Pemerintahan Kolonial Belanda
Daendels melaksanakan beberapa kebijakan antara lain:
1. Melaksanakan sistem pemerintahan ala Barat.
2. Melakukan pembagian wilayah pulau Jawa menjadi sembilan bagian.
3. Menjadikan para bupati sebagai pegawai negeri.
4. Membentuk pengadilan keliling untuk warga pribumi.
5. Membangun benteng di daerah pedalaman.
6. Membangun jalan dari Anyer sampai Panarukan kurang lebih 1.000 km.
3. Politik Pemerintahan Belanda pada Abad ke-19
a. Politik Pemerasan (1800-1849)
b. Politik Liberal (1850-1890
c. Politik Etika (1890-1918)
d. Sistem Tanam Paksa (cultuurstelsel)
e. Penyelenggaraan Tanam Paksa
D. Masa Perjuangan Pada Masa Penjajahan
Perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu dengan mengangkat senjata dan berdiplomasi. Perjuangan melawan penjajah
terbagi menjadi dua periode, yaitu per juangan sebelum abad ke-20 dan perjuangan
pada abad ke-20.
E. Masa Pergerakan Kemerdekaan
1. Budi Utomo
2. Sarekat Islam
3. Indische Partij
4. Muhammadiyah
5. Partai Komunis Indonesia
6. Taman Siswa
7. Partai Nasional Indonesia
F. Masa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan
1. Sidang BPUPKI (29 Mei-1 Juni 1945)
Sidang pleno BPUPKI pertama diadakan dari tanggal 28 Mei sampai dengan 1
Juni 1945. Ada Sembilan anggota panitia yaitu:
1. Ir. Soekarno (ketua).
2. Drs.Moh. Hatta (wakil ketua).
3. K.H.Wachid Hasyim.
4. Abdoel Kahar Moezakar. 5. Mr. AA. Maramis.
6. Abikoesno Tjokrosoeyoso.
7. H. Agus Salim.
8. Mr. Achmad Soebardjo.
9. Mr.Muhammad Yamin.
Pada 22 Juni 1945, Panitia Sembilan ini mengadakan pertemuan. Dari pertemuan
tersebut dihasilkan suatu piagam yang kemudian dikenal dengan nama Piagam
Jakarta (Jakarta Charter) yang di dalam nya berisi rumusan dasar negara sebagai
berikut:
1. Ketuhanan dengan menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pe meluknya.
2. Kemanusiaan yang beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Sidang BPUPKI Kedua (10-16 Juli 1945)
Pada sidang ini, ketua BPUPKI membentuk tiga panitia yang terdiri atas;
1. Panitia perancang UUD, diketuai oleh Ir. Soekarno.
2. Panitia pembelaan Tanah Air, diketuai oleh Abikoesno Tjokro soejoso.
3.Panitia keuangan dan perekonomian, diketuai oleh Drs. Moh Hatta.
3. Sidang PPKI
Sidang PPKI dilaksanakan pada 18 Agustus 1945. Persidangan ini dimanfaatkan
untuk melengkapi syarat-syarat berdirinya negara Republik Indonesia yang
diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Kegiatan PPKI pada 18 Agustus 1945
pada prinsipnya terdiri atas dua kegiatan, yaitu pertama kegiatan sebelum
persidangan, dan kedua ke giatan selama persidangan.
G. Wawasan Keislaman-Kebangsaan
1. Wawasan Keislaman-Kebangsaan Para Bapak Bangsa
a. H.O.S Tjokroaminoto
b. Soekarno Muda
c. Buya Hamka
d. Mohammad Natsir
e. Sjafruddin Prawiranegara
2. Islam dan Kebangsaan Indonesia, Reaksi atas Kolonialisme
Hubungan dinamis Islam dengan penguatan paham kebangsaan Indonesia terjalin
begitu erat. Hubungan ini terbangun sebagai sebuah kesadaran atas usaha untuk
meraih, sekaligus mempertahankan ke merdekaan bangsa. Penguatan relasi
keislaman dalam gerakan-gerakan kebangsaan sebelum era Kemerdekaan,
dilakukan sebagai bentuk identitas perlawanan bangsa terjajah yang memeluk
Islam melawan bangsa Belanda sebagai pemeluk Kristen.
H. Konklusi
Islam dalam sejarah tidak sekadar meletakkan gagasan-gagasan ibadah ritual, tetapi
telah pula diletakkan pada nilai-nilai kemanusiaan. Para pejuang Muslim di Nusantara
telah membuktikan kepada dunia bahwa Islam yang melekat pada jiwa bangsa
Indonesia menjadi api yang menyalakan semangat cinta Tanah Air.

BAB 3 Nilai Spiritualisme Dalam Filsafat Pancasila


A. Pengertian Filsafat
Secara etimologis, istilah "filsafat" atau dalam bahasa Inggrisnya "philosophi" berasal
dari bahasa Yunani "philosophia" yang secara la zim diterjemahkan sebagai "cinta
kearifan" kata philosophia tersebut berakar pada kata "philos" (pilia, cinta) dan
"sophia" (kearifan). Berda sarkan pengertian bahasa tersebut, filsafat berarti cinta
kearifan.

B. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


Pembahasan mengenai Pancasila sebagai sistem filsafat dapat dilakukan dengan cara
deduktif dan induktif.
1. Cara deduktif yaitu dengan mencari hakikat Pancasila serta meng analisis dan
menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif.
2. Cara induktif yaitu dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat,
merefleksikannya, dan menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala itu.
C. Falsafah Pancasila Kontempelasi Spiritualisme
Falsafah hukum Pancasila adalah sebuah keniscayaan, ia ada sebagai bentuk dari nilai-
nilai luhur bangsa Indonesia. Dalam falsa fah hukum Pancasila dapat terlihat paduan
utama nilai hukumnya yaitu: Nilai Religius dan Nilai Komunal. Nilai eligious adalah
sebuah pengakuan manusia atas eksistensi Tuhan yang mengendalikan alam semesta
dan manusia.

BAB 4 Hak Asasi Manusia Dalam Pancasila


A. Sejarah Hak Asasi Manusia
Awal mula perkembangan hak asasi manusia dimulai pada 1215 dengan
munculnya Magna Charta (Piagam Agung), yaitu perjuangan di kalangan para
bangsawan Inggris yang membatasi kekuasaan Raja John.
1. Thomas Hobbes (1588-1679)
Hobbes mengemukakan bahwa kehidupan manusia terpisah dalam dua zaman,
yakni keadaan selama belum ada negara (state o nature) dan keadaan setelah
adanya negara.
2. John Locke (1632-1704)
Gagasan keadaan alamiah John Locke merujuk pada keadaan di mana manusia
hidup dalam kedamaian, kebajikan, saling melindungi, penuh kebebasan, tak ada
rasa takut, dan penuh dengan kesetaraan.
3. Jean Jacques Rousseau (1712-1778)
Rousseau merupakan tokoh yang pertama kali menggunakan is tilah kontrak sosial
dengan makna dan orisinalitas sendiri. Keadaan alamiah, menurut Rousseau
digambarkan dengan keadaan yang aman dan bahagia. Dalam keadaan ini individu
bebas dan sederajat, semua nya dihasilkan sendiri oleh individu dan individu
merasa tidak puas. Karena keadaan tidak dapat dipertahankan terus, maka manusia
de ngan penuh kesadaran mengakhiri keadaan itu dengan suatu kontrak sosial.
B. Macam-Macam Hak Asasi Manusia
1. Hak asasi pribadi atau personal right
2. Hak asasi ekonomi atau proverty rights
3. Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan
atau yang biasa disebut dengan rights of legalequality.
4. Hak asasi politik atau political rights
5. Hak asasi sosial dan kebudayaan atau social and culture rights
6. Hak asasi untuk mendapatkan tata cara peradilan dan perlindungan atau procedural
rights.

C. Hak Asasi Manusia Berdasarkan Pancasila


1. Hak asasi manusia menurut sila "Ketuhanan Yang Maha Esa". Sila ini mengandung
pengakuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan menjamin setiap orang untuk
melakukan ibadah menurut agama dan keyakinannya masing-masing.
2. Hak asasi manusia menurut sila kemanusiaan yang adil dan beradab. Kemanusiaan
yang adil dan beradab adalah sikap yang menghendaki terlaksananya nilai-nilai
kemanusiaan (human values), dalam arti pengakuan terhadap martabat manusia
(dignity of man), hak asasi manusia (human rights), dan kebebasan manusia (human
freedom).
3. Hak asasi manusia menurut sila persatuan Indonesia. Kesadar an kebangsaan
Indonesia lahir dari keinginan untuk bersatu dari suatu bangsa agar setiap orang
menikmati hak-hak asasinya tanpa pembatasan dan belenggu dari pihak mana pun
datangnya.
4. Hak asasi manusia menurut sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Menurut sila keempat,
kedaulatan rakyat berarti kekuasaan dalam negara berada di tangan rakyat, antara
lain:
a. Hak mengeluarkan pendapat
b. Hak berkumpul dan mengadakan rapat
c. Hak ikut serta dalam pemerintahan
d. Hak menduduki jabatan.
5. Hak asasi menurut sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Menurut sila
kelima, setiap warga negara memiliki ke bebasan hak milik dan jaminan sosial,
serta berhak mendapatkan pekerjaan dan perlindungan kesehatan.
D. Hak Asasi Manusia Dalam UUD 1945
1. Hak di bidang hukum, pemerintahan, memperoleh pekerjaan, dan upaya
pembelaan negara.
2. Hak di bidang politik dan hak asasi yang bersifat umum
3. Hak di bidang agama dan keyakinan terhadap Tuhan
4. Hak dan kewajiban bela negara
5. Hak Pendidikan
6. Hak mengembangkan budaya
7. Hak jaminan sosial
E. Hak Asasi Manusia Menurut UU No. 39 Tahun 1999
Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah,
dan setiap orang demi kehormatan dan perlindungan harkat dan martabat manusia.
F. Instrumen Hukum Hak Asasi Manusia
1. Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia.
2. UU No. 5 Tahun 1998 tentang Pengesahan Convention Against Torture and Other
Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment (Konvensi Menentang
Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi,
atau Merendahkan Martabat Manusia).

3. Keppres No. 181 Tahun 1998 tentang Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap
Perempuan.
4. Keppres No. 129 Tahun 1998 tentang Rencana Aksi Nasional Hak hak Asasi
Manusia Indonesia.
5. Inpres No. 26 Tahun 1998 tentang Menghentikan Penggunaan Istilah Pribumi dan
Nonpribumi dalam Semua Perumusan dan Penyelenggaraan Kebijakan,
Perencanaan Program, ataupun Pelaksanaan Kegiatan Penyelenggaraan
Pemerintahan.
6. UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
7. UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.
8. Amendemen kedua UUD 1945 (2000) Bab XA Pasal 28A-28] me ngatur secara
eksplisit Pengakuan dan Jaminan Perlindungan Ter hadap Hak Asasi Manusia.
G. Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia
Menjadi kewajiban dari pemerintah atau negara hukum untuk mengatur pelaksanaan
hak asasi ini yang berarti menjamin pelaksa naannya, mengatur pembatasan
pembatasannya demi kepentingan umum, kepentingan bangsa dan negara. Dengan
menghormati hak asasi manusia, maka setiap orang akan menggunakan haknya dengan
sendirinya setiap orang berjuang untuk mencapai kemakmurannya masing-masing.
Dengan adanya ke makmuran masing-masing, maka kemakmuran rakyat akan tercapai
dengan sendirinya di dalam masyarakat.
H. Pelanggaran Hak Asasi Manusia
1. Kejahatan Genosida
2. Kejahatan Kemanusiaan
3. Peradilan HAM Berat
4. Peradilan HAM Nasional
5. Proses Peradilan HAM Internasional
6. Proses Penegakan HAM di Indonesia
7. Contoh Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia. Contoh pelanggaran HAM pada era
Reformasi seperti berlanjutnya penzaliman terhadap rumah rumah ibadah,
pelanggaran HAM di Timor Leste, konflik terbuka antara Dayak dan Madura di
Kalimantan, konflik terbuka di Ambon dan Poso, Perlawanan GAM di Aceh,
aktivis OPM di Papua, dan kasus pembunuhan Munir.

Anda mungkin juga menyukai