Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KEWARGANEGARAAN

KELOMPOK 2
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL



DISUSUN OLEH:

FISKA NURZAHRA SUSILO (15010110141034)
SOFIACHUDAIRI HATARI (15010110141045)
ADITYA YULYAN (150101101410**)
MEITTY DIAH PUSPITASARI (15010110141079)
DIMAS INDRA RIDWANTO (150101101410**)
RYAN MARDIYAN (150101101410**)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2012

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Rumusan Masalah




















BAB II


A. Pengertian Asal Mula Pancasila

Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara Indonesia, bukan
terbentuk secara mendadak serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang
sebagaimana yang terjadi pada ideologi-ideologi lain di dunia, namun
terbentuknya Pancasila melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah Bangsa
Indonesia.

Secara kausaitas asal mula Pancasila dibedakan atas dua macam yaitu :

1. Asal Mula yang Langsung

Pengertian asal mula menurut Notonegoro dibedakan atas empat macam yaitu :
(a) Asal mula bahan (Kausa Materialis)
Pada hakikatnya nilai-nilai yang merupakan unsur-unsur Pancasila digali
dari bangsa Indonesia yang berupa nilai adat istiadat kebudayaan serta
nilai-nilai religius yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari bangsa
Indonesia.
(b) Asal mula bentuk (Kausa Formalis)
Asal mula bentuk Pancasila itu dirumuskan sebagaimana termuat dalam
Pembukaan UUD 1945.
Maka asal mula bentuknya pancasila adalah Ir. Soekarno bersama-sama
Drs. Moh Hatta serta anggota BPUPKI lainnya. Merumuskan dan
membahsa Pancasila terutama dalam hal bentuk rumusan serta nama
Pancasila.
(c) Asal mula karya (Kausa Effisien)
Kausa effisien yaitu asal mula yang menjadikan Pancasila dari calon dasar
Negara menjadi dasar Negara yang sah. Adapun asal mula karya adalah
PPKI sebagai pembentuk Negara dan atas kuasa pembentuk negara yang
mengesahkan Pancasila sebagai dasar negara yang sah, setelah dilakukan
pembahasan baik dalam sidang BPUPKI dan panitia 9.

(d) Asal mula tujuan (Kausa Finalis)
Pancasila dirumuskan dan dibahas dalam siding-sidang para pendiri
Negara, tujuannya adalah untuk dijadikan sebagai dasar Negara. Demikian
pula para pendiri negara juga berfungsi sebagai kausa sambungan yang
merumuskan dasar filsafat negara.

(e) Asal mula bahan (kausa materialis)
Bangsa Indonesia adalah sebagai asal dari nilai-nilai Pancasila, sehingga
pancasila itu pada hakikatnya nilai-nilai yang merupakan unsur-unsur
Pancasila digali dari Bangsa Indonesia yang berupa nilai-nilai adat istiadat,
keudayaan serta nilai-nilai religius yang terdapat dalam kehidupan sehari-
hari bangsa Indonesia. Dengan demikian asal bahan pancasila adalah pada
bangsa Indonesia sendiri yang terdapat kepribadian dan pandangan hidup.

2. Asal Mula yang Tidak Langsung
Secara kausalitas asal mula yang tidak langsung pancasila adalah
asal mula sebelum proklamasi kemerdekaan. Berrarti bahwa asal mula
nilai-nilai pancasila yang terdapat dalam adat istiadat, dalam kebudayaan
serta dalam nilai-nilai agama bangsa Indonesia sehingga dengan demikian
asal mula tidak langsung Pancasila terdapat pada kepribadian serta dalam
pandangan hidup sehari- hari.




Asal mula tidak langsung Pancasila bilamana dirinci adalah sebagai berikut :

(a) Unsur-unsur Pancasila tersebut sebelum secara langsung dirumuskan menjadi
dasar filsafat Negara, nilai-nilainya yaitu nilai Ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai
kerakyatan dan nilai keadilan telah ada dan tercermin dalam kehidupan sehari-hari
bangsa Indonesia sebelum membentuk Negara.
(b) Nilai-nilai tersebut terkandung dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia
sebelum membentuk Negara, yang berupa nilai-nilai adat istiadat, nilai
kebudayaan serta nilai religius. Nilai-nilai tersebut menjadi pedoman dalam
memecahkan problema kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia.
(c) Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa asal mula tidak langsung
Pancasila pada hakikatnya bangsa Indonesia sendiri, atau dengan lain perkataan
bangsa Indonesia sebagai Kausa Materialis atau sebagai asal mula tidak
langsung nilai-nilai Pancasila.

3. Bangsa Indonesia ber-Pancasila dalam Tri-Prakara

Pada hakikatnya bangsa Indonesia ber-Pancasila dalam 3 asas atau Tri Prakara
yang rinciannya adalah sebagai berikut :
Pertama: Bahwa unsur-unsur Pancasila sebelum disahkan menjadi dasar filsafat
Negara secara yuridis sudah dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai asas-asas
dalam adat istiadat dan kebudayaan dalam arti luas (Pancasila Asas Kebudayaan).
Kedua: Demikian juga unsur-unsur Pancasila telah terdapat pada bangsa
Indonesia sebagai asas-asas dalam agama-agama (Pancasila Asas Religius)
Ketiga: Unsur-unsur tadi kemudian diolah, dibahas, dan dirumuskan secara
seksama oleh para pendiri Negara dalam siding-sidang BPUPKI, Panitia
Sembilan. Setelah merdeka rumusan Pancasila calon dasar Negara tersebut
kemudian disahkan oleh PPKI sebagai Dasar Filsafat Negara Indonesia dan
terwujudlah Pancasila sebagai asas kenegaraan (Pancasila Asas Kenegaraan).

Oleh karena itu Pancasila yang terwujud dalam 3 Asas tersebut atau Triprakara
yaitu Pancasila Asas Kebudayaan, Pancasila Asas Religius, serta Pancasila
sebagai Asas kenegaraan dalam kenyataannya tidak dapat dipertentangkan karena
ketiganya terjalin dalam suatu proses kausalitas, sehingga hal tersebut pada
hakikatnya merupakan unsur-unsur yang membentuk Pancasila (Notonagoro,
1975: 16, 17)

B. Kedudukan dan Fungsi Pancasila

1. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa
Pandangan hidup terdiri atas kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur merupakan suatu
wawasan yang menyeluruh terhadap kehidupan itu sendiri. Pandangan hidup
berfungsi sebagai :
Kerangka acuan baik untuk menata kehidupan diri pribadi maupun dalam
interaksi antar manusia dalam masyarakat serta alam sekitarnya
Penuntun dan penunjuk arah bagi bangsa Indonesia dalam semua kegiatan dan
aktivitas hidup serta kehidupan di segala bidang

2. Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia
Kedudukan Pancasila sebagai Dasar Negara sebagai berikut :
Pancasila sebagai dasar Negara adalah merupakan sumber dari segala sumber
hukum (sumber tertib hukum) Indonesia
Pancasila merupakan asas kerohanian tertib hukum Indonesia yang dalam
Pembukaan UUD 45 dijabarkan dalam empat pokok pikiran
Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar Negara baik hukum dasar
tertulis maupun tidak tertulis
Pancasila mengandung norma yang mengharuskan UUD 45 mengandung isi
yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara Negara termasuk para
penyelenggara partai dan golongan fungsional memegang teguh cita-cita moral
rakyat yang luhur
Pancasila merupakan sumber semangat bagi UUD 45, penyelenggara Negara,
Pelaksana pemerintah termasuk penyelenggara partai dan golongan fungsional

3. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia

a. Pengertian Ideologi
Istilah ideologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan, konsep, pengertian
dasar, cita-cita dan logos yang berarti ilmu. Kata idea berasal dari kata
bahasa yunani eidos yang artinya bentuk. Disamping itu ada kata idein
yang artinya melihat.
Secara harafiah ideologi berarti ilmu pengertian-pengertian dasar. Dalam
pengertian sehari-hari idea disamakan artinya sebagai cita-cita. Cita-cita yang
dimaksud adalah cita-cita yang bersifat tetap yang harus dicapai, sehingga cita-
cita yang bersifat tetap itu sekaligus merupakan dasar, pandangan atau paham.
Ideologi secara umum adalah suatu kumpulan gagasan, ide, keyakinan serta
kepercayaan yang bersifat sistematis, yang menyangkut:
- Bidang Politik (termasuk didalamnya bidang pertahanan dan keamanan)
- Bidang Sosial
-Bidang Kebudayaan
- Bidang Keagamaan

b. Ideologi Terbuka dan Ideologi Tertutup
Ciri khas
- Ideologi Terbuka :
nilai-nilai dan cita-cita digali dari kekayaan adat istiadat, budaya dan religius
masyarakatnya menerima reformasi. Dasarnya bukan keyakinan ideologi
sekelompok orang, melainkan hasil musyawarah dan konsensus dari masyarakat
tersebut. Ideologi terbuka tidak diciptakan oleh Negara melainkan digali dan
ditemukan dalam masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, ideologi terbuka adalah
milik seluruh rakyat, dalam masyarakat menemukan dirinya, kepribadiannya
dalam ideologi tersebut. Dalam ideologi terbuka hubungan Rakyat dan Penguasa
dimana Penguasa bertanggung jawab pada masyarakat sebagai pengemban
amanah rakyat

- Ideologi Tertutup :
Ideologi tertutup merupakan suatu sistem pemikiran tertutup. Karena nilai dan
cita-cita dihasilkan dari pemikiran individu atau kelompok yang berkuasa dan
masyarakat berkorban demi ideologinya menolak reformasi. Dalam ideologi
tertutup hubungan Rakyat dan Penguasa dimana masyarakat harus taat kepada
ideologi elite penguasa, totaliter

c. Ideologi Partikular dan Ideologi Komprehensif
Karl Manhein membedakan 2 macam kategori ideologi secara sosiologis, yaitu:
Ideologi yang bersifat partikular dan ideologi yang bersifat komprehensif.
Kategori pertama diartikan sebagai suatu keyakinan- keyakinan yang tersusun
secara sistematis dan terkait erat dengan kepentingan suatu kelas sosial tertentu
dalam masyarakat (mahendra, 1999)
Kategori kedua diartikan sebagai suatu sistem pemikiran menyeluruh mengenai
semua aspek kehidupan sosial. Ideologi dalam kategori kedua ini bercita-cita
melakukan transformasi sosial secara besar-besaran menuju bentuk tertentu.
Menurut manhein kategori kedua ini tetap berada dalam batasan-batasan realistis
dan berbeda dengan ideologi utopia yang hanya berisi gagasan-gagasan besar
namun hampir tidak mungkin dapat di trasformasikan dalam kehidupan praksis.

Menurut Alfian kekuatan ideologi tergantung pada tiga dimensi :
Dimensi realita yaitu nilai-nilai dasar yang terkandung didalam ideologi tersebut
secara rill hidup didalam serta bersumber dari budaya dann pengalaman sejarah.
Dimensi idealisme yaitu nilai-nilai dasar ideologi tersebut mengandung idealisme
yang memberi harapan tentang masa depan yang lebih baik.
Dimensi fleksibilitas / pengembangan yaitu ideologi tersebut memiliki keluwesan
yang memungkinkan kepada generasi penerus bangsa, diperjuangkan dan
dipertahankan dengan semangat nasionalisme.



d. Hubungan antara Filsafat dan Ideologi
harus mampu mencerminkan realitas yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat Filsafat sebagai pandangan hidup pada hakikatnya merupakan sistem
nilai yang secara epistemologis kebenarannya telah diyakini sehingga dijadikan
dasar atau pedoman bagi manusia dalam memandang realitas alam semesta,
manusia, masyarakat, bangsa dan negara, tentang makna hidup serta sebagai dasar
dan pedoman bagi manusia dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam
hidup dan kehidupan.

Makna ideologi bagi bangsa dan negara
Negara sebagai lembaga kemasyrakatan, sebagai organisasi hidup manusia
senantiasa memiliki cita-cita harapan, ide-ide serta pemikiran-pemikiran yang
secara bersama merupakan suatu orientasi yang bersifat dasariah bagi semua
tindakan dalam hidup kenegaraan. Pada hakikatnya ideologi adalah merupakan
hasil refleksi manusia berkat kemampuannya mengadakan distansi terhadap dunia
kehidupannya.

Pancasila sebagai ideologi yang reformatif, dinamis dan terbuka
Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat
reformatif, dinamis dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi pancasila
adalah bersifat aktual, dinamis, antisipatif dan senantiasa mampu menyesuaikan
dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika
perkembangan aspirasi masyarakat. Berdasarkan pengertian tentang ideologi
terbuka tersebut nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi pancasila sebagai
ideologi terbuka adalah sebagai berikut :
Nilai dasar, yaitu hakikat kelima sila pancasila yaitu ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan dan keadilan.
Nilai instrumental, yang merupakan arahan, kebijakan, strategi, sasaran serta
lembaga pelaksanaannya.
Nilai praksis, yaitu merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam suatu
realisasi pengamalan yang bersifat nyata, dalam kehidupan sehari-hari dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Oleh karena itu pancasila sebagai ideologi terbuka secara struktural memiliki tiga
dimensi yaitu :
1) Dimensi idealistis, yaitu nilai-niali dasar yang terkandung dalam pancasila yang
bersifat sistematis, rasional dan menyeluruh.
2) Dimensi normatif, yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila perlu
dijabarkan dalam suatu sistem norma.
3) Dimensi realistis, yaitu suatu ideologi.


C. Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Paham Ideologi Besar
Lainnya di Dunia

Ideologi Pancasila
Suatu ideologi pada suatun bangsa pada hakikatnya memiliki ciri khas serta
karakteristik masing-masing sesuai dengan sifat dan ciri khas bangsaitu sendiri.

Negara Pancasila
Namun demikian dalam kenyataannya sifat-sifat negara satu dengan lainnya
memiliki perbedaan dan hal ini sangat ditentukan oleh pemahaman ontologis
hakikat manusia sebagai pendukung pokok negara, sekaligus tujuan adanya suatu
negara. Bangsa indonesia dalam panggung sejarah berdirinya negara di dunia
memiliki suatu ciri khas yaitu dengan mengangkat nilai-nilai yang telah
dimilikinya sebelum membentuk suatu negara modern.

1. Paham Negara
Bangsa dan negara indonesia adalah terdiri atas berbagai macam unsur yang
membentuknya suatu suku bangsa, kepulauan, kebudayaan, golongan serta agama
yang secara keseluruhan merupakan satu kesatuan. Hakikat negara persatuan
dalam pengertian ini adalah negara yang merupakanj suatu kesatuan dari unsur-
unsur yang membentuknya, yaitu rakyat yang terdiri atas berbagai macam
etnissuku bangsa, golongan, kebudayaan serta agama

Bhineka tunggal ika
Hakikat makna bhineka tunggal ika yang memberikan suatu pengertian bahwa
meskipun bangsa dan negara indonesia terdiri atas bermacam-macam suku bangsa
yang memiliki adat istiadat, kebudayaan serta karakter yang berbeda-beda dan
terdiri atas beribu-ribu kepulauan wilayah nusantara indonesia, namun
keseluruhannya adalah merupakan suatu persatuan bangsa dan negara indonesia.

2. Paham negara kebangsaan
Dalam pengertian inilah maka manusia membentuk suatu persekutuan hidup yang
disebut sebagai bangsa, dan bangsa yang hidup dalam suatu wilayah tertentu serta
memiliki tujuan tertentu maka pengertian ini disebut sebagai negara.
a) Hakikat bangsa
Manusia sebagai makhluk tuhan yang maha esa pada hakikatnya memiliki sifat
kodrat sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia membentuk suatu
bangsa karena untuk memenuhi hak kodratnya yaitu sebagai makhluk individu
dan sosial, oleh karena itu deklarasi bangsa indonesia tidak berdasarkan pada
deklarasi kemerdekaan individu sebagaimana negara liberal.
b) Teori kebangsaan
Dalam tubuh berkembangnya suatu bangsa atau juga disebut sebagai nation
terdapat berbagai macam teori besar yang merupakan bahan komparasi bagi para
pendiri negara indonesia untuk mewujudkan suatu bangsa yang memiliki sifat dan
karakter tersendiri. Teori-teori kebangsaan tersebut adalah sebagai berikut:
- Teori hans kohn
Hans kons sebagai seorang ahli antropologi etnis mengemukakan teorinya tentang
bangsa yang dikatakannya bahwa bangsa yaitu terbentuk karena persamaan
bangsa, ras, agama, peradaban, wilayah, negara dan kewarganegaraan. Suatu
bangsa tumbuh dan berkembang dari anasir-anasir serta akar-akar yang terbentuk
melalui proses sejarah.
- Teori kebangsaan ernest renan
menurut renan pokok-pokok pikiran tentang bangsa adalah sebagai berikut:
* bangsa adalah suatu jiwa, suatu asas kerohanian
* bangsa adalah suatu solidaritas yang besar
* bangsa adalah suatu hasil sejarah
* bangsa adalah bukan sesuatu yang abadi.
* wilayah dan ras bukanlah suatu penyebab timbulnya bangsa
Lebih lanjut ernest renan menegaskan bahwa faktor-faktor yang membentuk jiwa
bangsa adalah sebagai berikut:
Kejayaan dan kemuliaan dimasa lampau
Suatu keinginan hidup bersama baik dimasa sekarang dan dimasa yang akan
datang
Penderitaan-penderitaan bersama
Le capital social
Persetujuan bersama pada waktu sekarang, yaitu suatu musyawarah untuk
mencapai suatu kesepakatan bersama disaat sekarang yang mengandung hasrat.
Keinginan untuk hidup bersama
Berani memberikan suatu pengorbanan
Pemungutan suara setiap hari, yang menjadi syarat mutlak bagi hidupnya suatu
bangsa serta pembinaan bangsa (ismaun, 1981: 38, 39)
Oleh karena sejarah berkembang terus maka kemudian terciptalah
- Teori oleh Frederich Ratzel
Pada buku political geography 1987 oleh Frederich Ratzel menyatakan bahwa negara
adalah merupakan suatu organisme yang hidup. Agar supaya suatu bangsa itu hidup
subur dan kuat maka memerlukan ruangan untuk hidup. Negara-negara besar
menurut ratzel memiliki semangat ekspansi, militerisme, serta optimisme, teori ratzel
ini bagi negara-negara modern mendapat sambutan yang cukup hangat, namun sisi
negatifnya menimbulkan semangat kebangsaan yang chaufinistis (polak, 1960: 71).

- Negara kebangsaan pancasila
Unsur-unsur yang membentuk nasionalisme bangsa Indonesia adalah:
Kesatuan sejarah
Bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang dari suatu proses sejarah, yaitu sejak
jaman prasejarah, jaman sriwijaya, majapahit, kemudian datang penjajah, tercetus
sumpah pemuda 1928 dan akhirnya memproklamasikan sebagai bangsa yang
merdeka tanggal 17 agustus 1945 dalam suatu wilayah negara RI.
Kesatuan Nasib
Yaitu bangsa indonesia terbentuk karena memiliki kesamaan nasib yaitu
penderitaan penjajahan selama 3 setengah abad dan memperjuangkan demi
kemerdekaan secara bersama dan akhirnya mendapatkan kegembiraan-
kegembiraan tentang kemerdekaan.
Kesatuan kebudayaan
Walaupun bangsa Indonesia memiliki keaneka ragaman kebudayaan namun
keseluruhannya merupakan suatu kebudayaan yaitu kebudayaan nasional
Indonesia.
Kesatuan Wilayah
Penjelasan ini hidup dan mencari penghidupan dalam wilayah ibu pertiwi, yaitu
tumpah darah Indonesia.
Kesatuan Asas Kerohanian
Bangsa ini sebagai satu bangsa memiliki kesamaan cita-cita, kesamaan pandangan
hidup dan filsafat hidup yang berakar dari pandangan hidup masyarakat Indonesia
itu, yaitu oandangan hidup pancasila (Notonagoro, 1975: 106)

3. Paham negara integralistik
Pancasila merupakan asas kerokhanian bangsa dan negara indonesia pada
hakikatnya merupakan suatu asas kebersamaan, asas kekeluargaan serta religius.
Bangsa indonesia pada hakikatnya merupakan suatu penjelmaan dari sifat kodrat
manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam pengertian yang
demikian ini maka manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang saling
tergantung, sehingga hakikat manusia itu bukanlah total individu dan juga bukan
total makhluk sosial.
4. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berketuhanan Yang Maha Esa
Sesuai dengan makna negara kebangsaan Indonesia yang berdasarkan Pancasila
adalah kesatuan integral dalam kehidupan bangsa dan negara, maka memiliki sifat
kebersamaan, kekeluargaan serta religiusitas. Dalam pengertian inilah maka
negara Pancasila pada hakikatnya adalah negara Kebangsaan yang Berketuhanaan
yang Maha Esa. Landasan pokok sebagai pangkal tolak paham tersebut adalah
Tuhan adalah sebagai Sang Pencipta segala sesuatu. Kodrat alam semesta,
keselarasan antara mikro kosmos, dan makro kosmos, keteraturan segala ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa kesatuan saling hubungan dan saling ketergantungan
antara satu dengan lainnya atau dengan lain perkataan kesatuan integral
(Ensiklopedi Pancasila, 1995:274).
a. Hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa
Hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa secara ilmiah filosofis mengandung
makna terdapat kesesuaian hubungan sebab-akibat antara Tuhan, manusia
dengan negara. Hubungan tersebut baik bersifat langsung maupun tidak
langsung. Manusia kedudukan kodratnya adalah sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa. Oleh karena itu terdapat hubungan sebab akibat yang
langsung antara Tuhan dengan manusia karena manusia adalah sebagai
makhluk Tuhan. Adapun hakikat Tuhan adalah sebagai causa prima
(sebab pertama). Adapun manusia diciptakan oleh Tuhan karena manusia
adalah sebagai mahkluk Tuhan (Kaelan dalam Ensiklopedi Pancasila,
1995: 110-115).
b. Hubungan Negara dengan Agama
Nagara pada hakikatnya adalah merupakan suatu persekutuan hidup
bersama sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial. Oleh karena itu sifat dasar kodrat manusia
tersebut merupakan sifat dasar negara, sehingga negara sebagai
manifestasi kodrat manusia secara horisontal dalam hubungan dengan
manusia lain untuk mencapai tujuan bersama. Oleh karena itu negara
memiliki sebab akibat langsung dengan manusia karena manusia adalah
sebagai pendiri negara untuk mencapai tujuan manusia itu sendiri.
(1) Hubungan Negara dengan Agama Menurut Pancasila
Menurut Pancasila negara adalah berdasar atas Ketuhanan Yang Maha
Esa atas dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Hal ini termuat
dalam Penjelasan Pembukaan UUD 1945 yaitu pokok pikiran keempat.
Rumusan yang demikian ini menunjukkan pada kita bahwa negara
Indonesia yang berdasarkan Pancasila adalah bukan negara sekuler
yang memisahkan negara dengan agama, karena hal ini tercantum
dalam pasal 29 ayat (1), bahwa negara adalah berdasar atas Ketuhanan
Yang Maha Esa. Hal ini berarti bahwa negara sebagai persekutuan
hidup adalah Berketuhanan yang Maha Esa. Konsekuensinya segala
aspek dalam pelaksanaan dari penyelenggaraan negara harus sesuai
dengan hakikat nilai-nilai yang berasal dari Tuhan. Nilai-nilai yang
berasal dari Tuhan yang pada hakikatnya adalah merupakan hukum
Tuhan adalah merupakan sumber material bagi segala norma, terutama
bagi Hukum positif di Indonesia.
Pasal 29 ayat (2) memberikan kebebasan kepada seluruh warga negara
untuk memeluk agama dan menjalankan ibadah sesuai dengan
keimanan dan ketaqwaan masing-masing. Negara kebangsaan yang
Berketuhanan yang Maha Esa adalah negara yang merupakan
penjelmaan dari hakikat kodrat manusia sebagai makhluk Tuhan yang
Maha Esa.
(2) Hubungan Negara dengan Agama Menurut Paham Theokrasi
Hubungan negara dengan agama menurut paham Theokrasi bahwa
antara negara dengan agama tidak dapat dipisahkan. Negara menyatu
dengan agama, pemerintahan dijalankan berdasarkan firman-firman
Tuhan, segala tata kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara
didasarkan atas firman-firman Tuhan. Dengan demikian agama
menguasai masyarakat politis (Heuken dalam Suhadi, 1998:114)
(a) Negara Theokrasi Langsung
Dalam sistem negara Theokrasi langsung, kekuasaan adalah
langsung merupakan otoritas Tuhan. Adanya negara di dunia ini
adalah atas kehendak Tuhan, dan yang memerintah adalah Tuha.
(b) Negara Theokrasi Tidak Langsung
Negara Theokrasi tidak langsung bukan Tuhan sendiri yang
memerintah dalam negara, melainkan Kepala Negara atau Raja,
yang memiliki otoritas atas nama Tuhan. Kepala negara atau Raja,
memerintah atas kehendak Tuhan, sehingga kekuasaan dalam
negara merupakan suatu karunia dari Tuhan.
(3) Hubungan Negara dengan Agama Menurut Sekulerisme
Paham sekulerisme membedakan dan memisahkan antara agama dan
negara. Oleh karena itu dalam suatu negara yang berpaham
sekulerisme bentuk, sistem, seta segala aspek kenegaraan tidak ada
hubungannya dengan agama. Sekularisme berpandangan bahwa negara
adalah masalah-masalah keduniawian hubungan manusia dengan
manusia, adapun agama adalah urusan akherat yang menyangkut
hubungan manusia dengan Tuhan.

5. Negara Pancasila Adalah Negara Kebangsaan Yang Berperikemanusiaan yang
Adil dan Beradab
Negara pada hakikatnya menurut pandangan filsafat pancasila adalah merupakan
suatu persekutuan hidup manusia, yang merupakan suatu penjelmaan sifat
kodrati manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Negara adalah
lembaga kemanusiaan, lembaga kemasyarakatan yang bertujuan demi
tercapainya harkat dan martabat manusia serta kesejahteraan lahir maupun batin.
Sehingga tidak mengherankan jikalau manusia adalah merupakan subjek
pendukung pokok negara. Oleh karena itu negara adalah suatu negara yang
Berketuhanan Yang Maha Esa dan Berkemanusiaan yang adil dan beradab.


6. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berkerakyatan
Negara menurut filsafat Pancasila adalah dari oleh dan untuk rakyat. Hakikat
rakyat adalah sekelompok manusia yang bersatu yang memiliki tujuan tertentu
dan hidup dalam suatu wilayah negara. Oleh karena itu negara harus sesuai
dengan hakikat rakyat. Rakyat adalah sebagai pendukung pokok dan sebagai asal
mula kekuasaan negara.
Negara kebangsaan yang berkedaulatan rakyat berarti bahwa kekuasaan tertinggi
adalah di tangan rakyat dan dalam sistem kenegaraan dilakukan oleh suatu
majelis yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Oleh karena itu negara
kebangsaan yang berkedaulatan rakyat adalah suatu negara yang demokrasi.

7. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan yang Berkeadilan Sosial
Negara Pancasila adalah negara kebangsaan yang berkeadilan sosial, yang
berarti bahwa negara sebagai penjelmaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa, sifat kodrat individu dan makhluk sosial bertujuan untuk
mewujudkan suatu keadilan dalam hidup bersama. Keadilan sosial tersebut
didasari dan dijiwai oleh hakikat keadilan manusia sebagai makhluk yang
beradab (sila kedua). Manusia pada hakikatnya adalah adil dan beradab, yang
berarti manusia harus adil terhadap diri sendiri, adil terhadap Tuhannya, adil
terhadap orang lain dan masyarakat serta adil terhadap lingkungan alamnya.

Anda mungkin juga menyukai