PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila adalah dasar negara dan ideologi bangsa Indonesia yang
terdiri dari lima sila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil
dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia. Pancasila merupakan hasil dari perjuangan dan
pemikiran para pendiri bangsa yang menggali nilai-nilai luhur dari kebudayaan,
adat istiadat, dan agama yang hidup di tanah air. Pancasila juga merupakan
jawaban atas tantangan zaman yang mengharuskan bangsa Indonesia untuk
memiliki identitas, arah, dan tujuan yang jelas dalam menjalani kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Pengertian asal mula Pancasila dapat dipahami melalui empat teori
kausalitas, yaitu kausa materialis, kausa formalis, kausa efisien, dan kausa
finalis. Kausa materialis menjelaskan bahwa Pancasila berasal dari bangsa
Indonesia sendiri yang memiliki nilai-nilai adat istiadat, kebudayaan, dan
religius. Kausa formalis menjelaskan bahwa Pancasila dirumuskan oleh Ir.
Soekarno bersama Drs. Moh. Hatta dan anggota BPUPKI lainnya dalam sidang-
sidang sebelum dan sesudah proklamasi kemerdekaan. Kausa efisien
menjelaskan bahwa Pancasila disahkan oleh PPKI sebagai dasar negara yang sah
pada tanggal 18 Agustus 1945. Kausa finalis menjelaskan bahwa Pancasila
ditujukan untuk menjadi dasar negara yang dapat mewujudkan cita-cita bangsa
Indonesia.
Kedudukan Pancasila sebagai ideologi nasional adalah sebagai sumber
dari segala sumber hukum di Indonesia. Hal ini berarti bahwa semua peraturan
perundang-undangan, kebijakan pemerintah, dan tindakan warga negara harus
sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang terkandung dalam Pancasila.
Pancasila juga memiliki kedudukan sebagai paradigma pembangunan nasional
1
yang mencakup semua aspek kehidupan manusia, baik secara individual maupun
kolektif.
Fungsi Pancasila sebagai ideologi nasional adalah sebagai pedoman
hidup bagi bangsa Indonesia dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan
bernegara. Pancasila juga berfungsi sebagai perekat persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, ras, agama, budaya, dan
golongan. Selain itu, Pancasila juga berfungsi sebagai motivator bagi bangsa
Indonesia untuk terus berjuang demi mencapai kemajuan dan kesejahteraan
bersama.
Dengan memahami Pancasila sebagai ideologi nasional diharapkan
dapat memberikan wawasan yang lebih luas mengenai nilai-nilai, identitas,
tantangan, cita-cita, dan sikap bangsa Indonesia
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asal mula Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia?
2. Bagaimana kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai ideologi nasional?
3. Bagaimana Pancasila sebagai pandangan hidup, dasar negara, dan ideologi
bangsa dan negara Indonesia?
4. Apa pengertian dan perbedaan antara ideologi terbuka, tertutup,
partikular/partikuat, dan komprehensif?
5. Bagaimana hubungan antara filsafat dan ideologi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana asal mula Pancasila sebagai ideologi bangsa
Indonesia.
2. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai
ideologi nasional.
3. Untuk mengetahui bagaimana Pancasila sebagai pandangan hidup, dasar
negara, dan ideologi bangsa dan negara Indonesia.
4. Untuk mengetahui pengertian dan perbedaan antara ideologi terbuka,
tertutup, partikular/partikuat, dan komprehensif.
5. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara filsafat dan ideologi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
unsur Pancasila digali dari bangsa Indonesia yang berupa nilai-nilai adat
istiadat kebudayaan serta nilai-nilai religius yang terdapat dalam
kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia. Dengan demikian asal bahan
Pancasila adalah pada bangsa Indonesia sendiri yang terdapat dalam
kepribadian dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Dalam pengertian
inilah maka Pancasila sebagai local wisdom bangsa Indonesia.
4
2. Asal Mula Tidak Langsung
Secara kausalitas asal mula yang tidak langsung Pancasila adalah
mula-mula sebelum proklamasi kemerdekaan. Berarti bahwa asal mula
Pancasila yang terdapat dalam adat-istiadat, dalam kebudayaan serta dalam
nilai-nilai agama bangsa Indonesia, sehingga dengan demikian asal mula
tidak langsung Pancasila adalah terdapat pada kepribadian serta dalam
pandang hidup sehari-hari bangsa Indonesia. Maka asal mula tidak langsung
Pancasila bila mana dirinci adalah sebagai berikut:
(1) Unsur-unsur Pancasila tersebut sebelum secara langsung dirumuskan
menjadi dasar filsafat negara, nilai-nilainya yaitu nilai Ketuhanan, nilai
kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan dan nilai keadilan telah
ada dan tercermin dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia
sebelum membentuk negara.
(2) Nilai-nilai tersebut terkandung dalam pandangan hidup masyarakat
indonesia sebelum membentuk negara, yang berupa nilai-nilai adat-
istiadat nilai kebudayaan serta nilai-nilai religius. Nilai-nilai tersebut
menjadi pedoman dalam memecahkan problema kehidupan sehari-hari
bangsa Indonesia.
(3) Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa asal mula tidak langsung
Pancasila pada hakikatnya bangsa Indonesia sendiri, atau dengan lain
perkataan bangsa Indonesia sebagai 'Kausa Materialis’ atau sebagai asal
mula tidak langsung nilai-nilai nilai Pancasila.
Demikianlah tinjauan Pancasila dari segi kausalitas, sehingga
memberikan dasar-dasar ilmiah bahwa Pancasila itu pada hakikatnya adalah
sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, yang jauh sebelum bangsa
Indonesia membentuk negara nilai-nilai tersebut telah tercermin dan
teramalkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu tinjauan kausalitas
tersebut memberikan bukti secara ilmiah bahwa Pancasila bukan merupakan
hasil perenungan atau permikiran seseorang, atau sekelompok orang bahkan
Pancasila juga bukan merupakan hasil sintesis paham-paham besar dunia saja,
melainkan nilai-nilai Pancasila secara tidak langsung telah terkandung dalam
pandangan hidup bangsa Indonesia.
5
3. Bangsa Indonesia ber-Pancasila dalam Tri Prakara
Berdasarkan tinjauan secara kausalitas tersebut di atas maka
memberikan pemahaman perspektif pada kita bahwa proses terbentuknya
Pancasila melalui suatu proses yang cukup panjang dalam sejarah kebangsaan
Indonesia. Dengan demikian kita mendapatkan suatu kesatuan pemahaman
bahwa Pancasila sebelum disahkan oleh PPKI sebagai Dasar Filsafat Negara
Indonesia secara yuridis, dalam kenyataannya unsur-unsur Pancasila telah
ada pada bangsa Indonesia telah melekat pada bangsa Indonesia dalam
kehidupan sehari-hari berupa nilai adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta
nilai-nilai religius. Nilai-nilai tersebut yang kemudian diangkat dan
dirumuskan oleh para pendiri negara diolah dibahas yang kemudian disahkan
oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Berdasarkan pengertian tersebut
maka pada hakikatnya bangsa Indonesia ber-Pancasila dalam tiga asas atau
Tri Prakara (menurut istilah Notonagoro) yang rinciannya adalah sebagai
berikut:
Pertama: Bahwa unsur-unsur Pancasila sebelum disahkan secara yuridis
menjadi dasar filsafat Negara, sudah dimiliki oleh bangsa
Indonesia sebagai asas-asas dalam adat-istiadat dan kebudayaan
dalam arti luas (Pancasila Asas kebudayaan).
Kedua: Demikian juga unsur-unsur Pancasila telah terdapat pada bangsa
Indonesia sebagai asas-asas dalam agama-agama (nilai-nilai
religius) (Pancasila Asas Religius).
Ketiga: Unsur-unsur tadi kemudian diolah, dibahas dan dirumuskan secara
seksama oleh para pendiri negara dalam sidang-sidang BPUPKI,
Panitia Sembilan. Setelah bangsa Indonesia merdeka rumusan
Pancasila calon dasar negara tersebut kemudian disahkan oleh
PPKI sebagai Dasar Filsafat Negara Indonesia dan terwujudlah
Pancasila sebagai asas kenegaraan (Pancasila asas kenegaraan).
Oleh karena itu Pancasila yang terwujud dalam tiga asas tersebut
atau ‘Tri Prakara' yaitu Pancasila asas kebudayaan, Pancasila asas religius,
serta Pancasila sebagai asas kenegaraan dalam kenyataannya tidak dapat
6
dipertentangkan karena ketiganya terjalin dalam suatu proses kausalitas,
sehingga ketiga hal tersebut pada hakikatnya merupakan unsur-unsur yang
membentuk Pancasila (Notonagoro; 1975: 16,17). Berdasarkan pengertian
tersebut maka ketiga asas yang terkandung dalam Pancasila yaitu asas
kultural, asas religius dan asas kenegaraan, bukan merupakan suatu entitas
nilai yang berdiri sendiri, melainkan dalam satu hubungan yang bersifat
koheren, yaitu hubungan kausalitas.
7
yang berupa pandangan hidup bangsa Indonesia. Oleh karena itu dari
berbagai macam kedudukan dan fungsi Pancasila sebenarnya dapat
dikembalikan pada dua macam kedudukan dan fungsi Pancasila yang pokok
yaitu sebagai Dasar Negara Republik Indonesia dan sebagai Pandangan
Hidup Bangsa Indonesia.
Namun yang terpenting bagi kajian ilmiah adalah bagaimana
hubungan secara kausalitas di antara kedudukan dan fungsi Pancasila yang
bermacam-macam tersebut. Oleh karena itu kedudukan dan fungsi Pancasila
dapat dipahami melalui uraian berikut.
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, dalam
perjuangan untuk mencapai kehidupan yang lebih sempurna, senantiasa
memerlukan nilai-nilai luhur yang dijunjungnya sebagai suatu pandangan
hidup. Nilai-nilai huhur adalah merupakan suatu tolak ukur kebaikan yang
berkenaaan dengan hal-hal yang bersifat mendasar dan abadi dalam hidup
manusia, seperti cita-cita yang hendak dicapainya dalam hidup manusia.
Pandangan hidup yang terdiri atas kesatuan rangkaian nilai-nilai
luhur tersebut adalah suatu wawasan yang menyeluruh terhadap kehidupan
itu sendiri. Pandangan hidup berfungsi sebagai kerangka acuan baik untuk
menata kehidupan diri pribadi maupun dalam interaksi antar manusia dalam
masyarakat serta alam sekitarnya.
Sebagai makhluk individu dan makhluk sosial manusia tidaklah
mungkin memenuhi segala kebutuhannya sendiri, oleh karena itu untuk
mengembangkan potensi kemanusiaannya, ia senantiasa memerlukan orang
lain. Dalam pengertian inilah maka manusia senantiasa hidup sebagai bagian
dari lingkungan sosial yang lebih luas, secara berturut-turut lingkungan
keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan bangsa dan lingkungan negara
yang merupakan lembaga-lembaga masyarakat utama yang diharapkan dapat
menyalurkan dan mewujudkan pandangan hidupnya. Dengan demikian
dalam kehidupan bersama dalam suatu negara membutuhkan suatu tekad
kebersamaan, cita-cita yang ingin dicapainya yang bersumber pada
pandangan hidupnya tersebut.
8
Dalam pengertian inilah maka proses perumusan pandangan hidup
masyarakat dituangkan dan dilembagakan menjadi pandangan hidup bangsa
dan selanjutnya pandangan hidup bangsa dituangkan dan dilembagakan
menjadi pandangan hidup negara. Pandangan hidup bangsa dapat disebut
sebagai ideologi bangsa (nasional), dan pandangan hidup negara dapat
disebut sebagai ideologi negara.
Dalam proses penjabaran dalam kehidupan modern antara
pandangan hidup masyarakat dengan pandangan hidup bangsa memiliki
hubungan yang bersifat timbal balik. Pandangan hidup bangsa diproyeksikan
kembali kepada pandangan hidup masyarakat serta tercermin dalam sikap
hidup pribadi warganya. Dengan demikian dalam negara Pancasila
pandangan hidup masyarakat tercermin dalam kehidupan negara yaitu
Pemerintah terikat oleh kewajiban konstitusional, yaitu kewajiban
Pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk memelihara budi
pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat
yang luhur (Darmodihardjo, 1996: 35).
Transformasi pandangan hidup masyarakat menjadi pandangan
hidup bangsa dan akhirnya menjadi dasar negara juga terjadi pada pandangan
hidup Pancasila. Pancasila sebelum dirumuskan menjadi dasar negara serta
ideologi negara, nilai-nilainya telah terdapat pada bangsa Indonesia dalam
adat-istiadat, dalam budaya serta dalam agama-agama sebagai pandangan
hidup masyarakat Indonesia. Pandangan yang ada pada masyarakat Indonesia
tersebut kemudian menjelma menjadi pandangan hidup bangsa yang telah
terintis sejak zaman Sriwijaya, Majapahit kemudian Sumpah Pemuda 1928,
Kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri negara dalam sidang-
sidang BPUPK, Panitia "Sembilan", serta sidang PPKI kemudian ditentukan
dan disepakati sebagai Dasar Negara Republik Indonesia, dan dalam
pengertian inilah maka Pancasil sebagai Pandangan Hidup Negara dan
sekaligus sebagai Ideologi Negara.
Bangsa Indonesia dalam hidup bernegara telah memiliki suatu
pandangan hidup bersama yang bersumber pada akar budayanya dan nilai-
nilai religiusnya. Dengan pandangan hidup yang mantap maka bangsa
9
Indonesia akan mengetahui ke arah mana tujuan yang ingin dicapainya.
Dengan suatu pandangan hidup yang diyakininya bangsa Indonesia akan
mampu memandang dan memecahkan segala persoalan yang dihadapinya
secara tepat sehingga tidak terombang-ambing dalam menghadapi persoalan
tersebut dengan suatu pandangan hidup yang jelas maka bangsa Indonesia
akan memiliki pegangan dan pedoman bagaimana mengenal dan
memecahkan berbagai masalah politik, sosial budaya, ekonomi, hukum,
hankam dan persoalan lainnya dalam gerak masyarakat yang semakin maju.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa tersebut terkandung di
dalamnya konsepsi dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan,
terkandung dasar pikiran terdalam dan gagasan mengenai wujud kehidupan
yang dianggap baik. Oleh karena Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
merupakan suatu kristalisasi dari nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat
Indonesia, maka pandangan hidup tersebut dijunjung tinggi oleh warganya
karena pandangan hidup Pancasila berakar pada budaya dan pandangan hidup
masyarakat. Dengan demikian pandangan hidup Pancasila bagi bangsa
Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika tersebut harus merupakan asas
pemersatu bangsa sehingga tidak boleh mematikan keanekaragaman.
Sebagai inti sari dari nilai budaya masyarakat Indonesia, maka
Pancasila merupakan cita-cita moral bangsa yang memberikan pedoman dan
kekuatan rohaniah bagi bangsa untuk berperilaku luhur dalam kehidupan
sehari hari dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
10
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan
mewijudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia".
Sebagaimana telah ditentukan oleh pembentukan negara bahwa
tujuan utama dirumuskannya Pancasila adalah sebagai dasar negara republik
Indonesia. Dijelaskan bahwa Pancasila sebagai sumber tertib hukum
indonesia yang pada hakikatnya adalah merupakan suatu pandangan hidup,
kesadaran dan cita-cita hukum serta cita-cita moral yang meliputi suasana
kebatinan serta watak bangsa indonesia. Selanjutnya dikatakannya bahwa
cita-cita tersebut adalah meliputi cita-cita mengenai kemerdekaan individu,
kemerdekaan bangsa, perikemanusiaan, keadilan sosial, perdamaian nasional
dan mondial, cita-cita politik mengenai sifat,bentuk dan tujuan negara, cita-
cita moral mengenai kehidupan sifat kemasyarakatan dan keagamaan sebagai
pengejawantahan dari budi nurani manusia.
Bilamana kita rinci secara sistematis kedudukan Pancasila sebagai
asas kerokhanian negara dapat disusun secara bertingkat seluruh kehidupan
negara sebagai penjelmaan Pancasila. Unsur-unsur ini terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea IV. Susunan tersebut menunjukkan bahwa
Pancasila pada hakikatnya merupakan dasar, atau basis filosofi bagi negara
dan tertib hukum Indonesia. Hal itu dapat dirinci sebagai berikut:
1. Pancasila merupakan dasar filsafat negara (asas kerokhanian negara),
pandangan hidup dan filsafat hidup.
2. Di atas basis (dasar) itu berdirilah negara Indonesia, dengan asas politik
negara (kenegaraan) yaitu berupa Republik yang berkedaulatan rakyat.
3. Kedua-duanya menjadi basis penyelenggaraan Kemerdekaan kebangsaan
Indonesia, yaitu pelaksanaan dan penyelenggaraan negara sebagaimana
tercantum dalam hukum positif Indonesia, termuat dalam Undang-Undang
Dasar Negara Indonesia.
4. Selanjutnya di atas Undang-Undang Dasar (yaitu sebagai basis) maka
berdirilah bentuk susunan pemerintahan dan keseluruban peraturan hukum
positif yang lainnya, yang mencakup segenap bangsa indonesia dalam
suatu kesatuan hidup yang berasas kekeluargaan.
11
Dengan demikian seluruh aspek penyelenggaraan negara tersebut
diliputi dan dijelmakan oleh asas kerohanian Pancasila dan dalam pengertian
inilah maka kedudukan Pancasila sebagai asas kerohanian dan dasar filsafat
negara Indonesia. Bilamana kita pahami hakikat negara adalah merupakan
suatu lembaga kemanusiaan lahir dan batin negara sebagai lembaga
kemanusiaan dalam hal hidup bersama baik menyangkut kehidupan lahir
maupun batin yaitu bidang kehidupan manusia selengkapnya. Sehingga
dengan demikian maka seluruh hidup kenegaraan kebangsaan Indonesia
senantiasa diliputi oleh asas kerohanian Pancasila.
Sebagaimana dijelaskan di muka bahwa Pembukaan UUD 1945
mengandung dasar, rangka dan suasana bagi negara dan tertib hukum
Indonesia yang pada hakikatnya tersimpul dalam asas kerohanian Pancasila.
a. Pengertian Ideologi
Istilah ideologi berasal dari kata 'idea' yang berarti 'gagasan,
konsep, pengertian dasar, cita-cita' dan 'logos' yang berarti 'ilmu'. Kata
'idea' berasal dari kata bahasa Yunani 'eidos' yang artinya 'bentuk'. Di
samping itu ada kata 'idein' yang artinya 'melihat'. Maka secara harfiah,
ideologi berarti ilmu pengetahuan tentang ide-ide (the science of ideas),
atau ajaran tentang pengertian-pengertian dasar. Dalam pengertian sehari-
hari, "idea" disamakan artinya dengan 'cita-cita'. Cita-cita yang dimaksud
12
adalah cita-cita yang bersifat tetap, yang harus dicapai, sehingga cita-cita
yang bersifat tetap sekaligus menupakan dasar, pandangan atau faham.
Memang pada hakikatnya antara dasar dan cita-cita itu sebenarnya dapat
merupakan satu kesatuan. Dasar ditetapkan karena ada cita-cita yang mau
dicapai. Sebaliknya, cita-cita ditetapkan berdasarkan atas suatu landasan,
asas atau dasar yang telah ditetapkan pula. Dengan demikian ideologi
mencakup pengertian tentang idea-idea, pengertian dasar, gagasan-
gagasan dan cita-cita.
Apabila ditelusuri secara istilah ide pertama kali di pakai dan
dikemukakan oleh seorang Perancis, Destutt de Tracy, pada tahun 1796.
Seperti halnya Leibnitz, de Tracy mempunyai cita-cita untuk membangun
suatu sistem pengetahuan. Apabila Leibnitz menyebutkan impian-
impiannya sebagai ‘one great system of truth’, dimana tergabung segala
cabang ilmu dan segala kebenaran ilmu, maka de Tracy menyebutkan
‘ideologie', yaitu 'science of ideas' suatu program yang diharapkan dapat
membawa perubahan institusional dalam masyarakat Perancis. Namun
Napoleon mencemoohkannya sebagai suatu khayalan belaka, yang tidak
mempunyai arti praktis. Hal semacam itu hanya impian belaka yang tidak
akan menemukan kenyataan (Pranarka, 1985).
Perhatian kepada konsep ideologi menjadi berkembang lagi antara
lain karena pengaruh Karl Marx. Ideologi menjadi vokabular penting di
dalam pemikiran politik maupun ekonomi Karl Marx mengartikan
ideologi sebagai pandangan hidup yang dikembangkan berdasarkan
kepentingan golongan kelas sosial tertentu dalam bidang politik atau sosial
ekonomi. Dalam arti ini, ideologi menjadi bagian dari apa yang disebutnya
Uberbau atau suprastruktur (bangunan atas) yang didirikan di atas
kekuatan-kekuatan yang memiliki faktor-faktor produksi yang
menentukan coraknya dan karena itu mencermin suatu pola ekonomi
tertentu. Oleh karena itu kadar kebenarannya relatif, dan semata-mata
hanya untuk golongan tertentu. Dengan demikian maka ideologi lalu
merupakan keseluruhan ide yang relatif, karena itu mencerminkan
kekuatan lapisan tertentu.
13
Seperti halnya filsafat, ideologi pun memiliki pengertian yang
berbeda-beda. Begitu pula dapat ditemukan berbagai macam definisi,
batasan pengertian tentang ideologi. Hal ini antara lain disebabkan juga
tergantung dari filsafat apa yang dianut, karena sesungguhnya ideologi itu
bersumber kepada suatu filsafat.
Pengertian "Ideologi" secara umum dapat dikatakan sebagai
kumpula gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan, kepercayaan-
kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis, yang menyangkut dan
mengatur tingkah laku sekelompok manusia tertentu dalam berbagai
bidang kehidupan. Hal ini menyangkut:
a. Bidang politik (termasuk di dalamnya bidang pertahanan dan kemanan)
b. Bidang sosial
c. Bidang kebudayaan
d. Bidang keagamaan (Soemargono, Ideologi Pancasila sebagai
Penjelmaan Filsafat Pancasila dan Pelaksanaannya dalam Masyarakat
Kita Dewasa ini. Suatu makalah diskusi dosen Fakultas Filsafat, hal 8).
14
Sedangkan ideologi tertutup itu merupakan suatu sintem pemikiran
tertutup. Suatu ideologi tertutup dapat dikenali dari beberapa ciri khas.
Ideologi itu bukan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat,
melainkan merupakan cita-cita satu kelompok orang yang mendasari suatu
program untuk mengubah dan memperbaharui masyarakat. Dengan
demikian adalah menjadi ciri ideologi tertutup, bahwa atas nama ideologi
dibenarkan pengorbanan-pengorbanan yang dibebankan kepada
masyarakat. Demí ideologi masyarakat harus berkorban, dan kesediaan itu
untuk menilai kepercayaan ideologi para warga masyarakat serta
kesetiaannya masing-masing sebagai warga masyarakat.
Tanda pengenalan lain mengenai ideologi tertutup adalah bahwa
isinya bukan hanya berupa nilai-nilai dan cita-cita tertentu, melainkan
intinya terdiri dari tuntutan-tuntutan konkret dan operasional yang keras,
yang diajukan dengan mutlak. Jadi ciri khas ideologi tertutup adalah
bahwa betapapun besarnya perbedaan antara tuntutan berbagai ideologi
yang mungkin hidup dalam masyarakat itu, akan selalu ada tuntutan
mutlak bahwa orang harus taat kepada ideologi tersebut. Dan itu berarti
juga orang harus taat kepada elite yang mengembannya, taat terhadap
tuntutan ideologis itu. Tuntutan ketaatan itu mutlak, dan orang tidak
diizinkan untuk mempersoalkannya lagi, misalnya berdasarkan hati
nuraninya, tanggung jawabnya atas hak-hak asasinya. Kekuasaannya
selalu condong ke arah total. Jadi bersifat totaliter dan akan menjangkau
segala segi kehidupan.
Sesuatu yang berlaku bagi ideologi tertutup, tidak berlaku bagi
terbuka. Ciri khas ideologi terbuka adalah bahwa nilai-nilai dan cita-
citanya tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari suatu
kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat itu sendiri. Dasarnya
bukan keyakinan ideologis sekelompok orang, melainkan hasil
musyawarah dan konsensus dari masyarakat tersebut. Ideologi terbuka
tidak diciptakan oleh negara malainkan digali dan ditemukan dalam
masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, ide terbuka adalah milik seluruh
15
rakyat; dan masyarakat dalam menemukan dirinya, 'kepribadiannya' di
dalam ideologi tersebut.
Ideologi terbuka tidak hanya dapat dibenarkan, melainkan
dibutuhkam Kiranya dalam semua sistem politik yang tidak ideologis
dalam artian pakan ideologi tertutup, kita akan menemukan bahwa
penyelenggaraan negara berdasarkan pandangan-pandangan dan nilai-
nilai dasar tertentu. Kadang- dang dasar normatif itu tidak dirumuskan
secara eksplisit. Akan tetapi dalan kebanyakan negara, undang-undang
dasar (konstitusi) memuat bagian yang merumuskan dasar normatif itu.
Dasar normatis itu dapat pula disebut dasar filsafat negara, yang
diperlukan sebagai landasan untuk menyelenggarakan negara. Dan ini
merupakan kesepakatan bersama yang berlandaskan kepada nilai-nilai
dasar cita-cita masyarakat. Dengan demikian maka merupakan ciri
ideologi terbuka yakni bahwa isinya tidak operasional. Ia baru menjadi
operasional apabila sudah dijabarkan ke dalam perangkat yang berupa
konstitus atau peraturan perundangan lainnya. Oleh karena itu setiap
generasi baru dapat menggali kembali dasar filsafat negara itu untuk
menemukan apa implikasinya bagi situasi atau zaman itu masing-masing
(Suseno, 1987).
16
komunisme, nasionalisme, fundamentalisme agama, fasisme, nazisme,
marxisme, arnakhisme, feminisme, demokrasi, dan neoliberalisme.
b. Ideologi Komprehensif
Ideologi komprehensif adalah ideologi yang mencakup seluruh
aspek kehidupan manusia, baik secara individual maupun kolektif, dan
mengklaim memiliki kebenaran dan kebaikan yang universal, mutlak,
dan tidak dapat ditawar. Ideologi komprehensif seringkali bersifat
dogmatis, otoriter, atau totaliter dalam menerapkan pandangan dan
nilai-nilainya kepada semua orang tanpa memperhatikan perbedaan
atau keragaman yang ada. Dalam ideologi ini terdapat suatu cita-cita
yang bertujuan untuk melakukan transformasi sosial secara besar-
besaran menuju bentuk tertentu. Contoh ideologi komprehensif antara
lain, yaitu liberalisme, sosialisme, kapitalisme, dan humanisme.
17
dengan pemikiran yang mendalam para 'founding fathers' menjadikan
Pancasila sebagai ideologi negara.
Filsafat dan ideologi saling keterkaitan, dimana filsafat terlebih
dahulu ada sebelum lahirnya ideologi. Filsafat berubah menjadi ideologi
setelah digunakan sebagai cita-cita dan diyakini kebenarannya. Filsafat
merupakan pandangan hidup yang mengandung sistem nilai kebenaran dan
telah diyakini sehingga dijadikan dasar atau pedoman oleh manusia dalam
berbagai aspek kehidupan. Filsafat dijadikan dasar dalam menghadapi
berbagai permasalahan yang timbul dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Filsafat juga menentukan sudut pandang dan sikap dalam
menghadapi adanya aliran sistem filsafat yang lain.
Sedangkan, ideologi merupakan hasil filsafat yang berupa pemikiran
yang sudah matang, komplit, dan menyesuaikan sendi-sendi kehidupan.
Ideologi mengandung kesatuan cita-cita yang mendasar dan menyeluruh yang
terbentuk melalui sistem pemikiran yang logis. Ideologi dapat dikatakan
sebagai pandangan atau filsafat hidup yang merupakan norma ideal yang
melandasi ideologi. Ideologi sebenarnya bersumber dari filsafat dan
merupakan pelaksanaan sistem filsafat.
Jadi, pelaksanaan sistem ideologi suatu bangsa bersumber dari
filsafat negara itu sendiri sehingga perwujudan nilai ideologi akan cenderung
terpadu. Contohnya, ideologi Pancasila bersumber dari filsafat bangsa
Indonesia berupa adat-istiadat, kebudayaan, dan religi.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pancasila sebagai ideologi nasional memiliki asal mula yang berasal
dari bangsa Indonesia sendiri; memiliki kedudukan yang sangat penting
sebagai acuan tertinggi bagi penyelenggaraan negara; memiliki fungsi yang
sangat strategis sebagai arah dan tujuan hidup bangsa; memiliki nilai-nilai
dasar, prinsip-prinsip, dan norma-norma yang bersifat universal, fleksibel, dan
adaptif. Oleh karena itu, Pancasila harus dipahami, dihayati, dan diamalkan
oleh seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dengan demikian, Pancasila dapat menjadi ideologi yang mampu menjawab
tantangan zaman dan mengembangkan potensi bangsa Indonesia secara
optimal.
19
DAFTAR PUSTAKA
20