Anda di halaman 1dari 27

KELOMPOK 3

PANCASILA DALAM ARUS SEJARAH


NKRI

AK 01SAKE009

KETUA : JIU LING – 221011200540

SEKRETARIS : RANI VENTA BUCHIKA – 221011200542

ANGGOTA :

➢ ADE IRMA – 221011200556

➢ INDAH NUR KHODIJAH – 221011200554

➢ SOPIE RAHAYU – 221011200562

➢ YOSITA FADILLAH - 221011201247

UNIVERSITAS PAMULANG
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia memiliki nilai-nilai yang diyakini kebenarannya dan bersifat universal yaitu Pancasila.
PP no. 60 tahun 1999 tentang pendidikan tinggi menyatakan bahwa pancasila wajib diajarkan
diperguruan tinggi.Mata kuliah pendidikan pancasila merupakan mata kuliah yang termasuk dalam
kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK). Pancasila memiliki peranan yang sangat
penting untuk membentuk karakter bangsa Indonesia. Melalui belajar Pancasila secara benar, maka
bangsa Indonesia akantegar dalam menghadapi tantangan sekaligus menggapai peluang.Pancasila
sebagai Ideologi Negara Indonesia memiliki nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila-sila Pancasila.
Ketuhanan Yang Maha Esa yangterdapat pada sila pertama terkandung nilai, setiap warga Negara
bangsa Indonesia percaya dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab yang terdapat disila kedua terkandung nilai, bahwa warga Negara Indonesia harus menjunjung
tinggi martabat manusia sebagai mahluk yang adil dan beradab.Persatuan Indonesia yang terdapat pada
sila ketiga nilai yang terkandung adalah warga Negara bangsa Indonesi tidak boleh memiliki perpecahan
didalamnya dan tidak boleh melakukan hal yang memicu perpecahan bangsa. Kerakyatan Yang Dipimpin
oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan dan Perwakilan, nilaiyang terkandung adalah
setiap adanya permasalahan harus diselesaikan Bersama secara bermusyawarah dan saling
menghargai pendapat orang lain. Keadilan SosialBagi Seluruh Rakyat Indonesia, nilai yang terkandung
adalah menjunjung tingggi nilai kekeluargaan.

B. Rumusan Masalah

a) Bagaimana konsep dan urgensi Pancasila dalam arus sejarah bangsa Indonesia.

b) Apa alasan diperlukannya Pancasila dalam kajian sejarah Bangsa Indonesia.

c) Apa saja sumber historis, sosiologis, politis tentang Pancasila dalam kajian sejarah Bangsa
Indonesia.

d) Bagaimana membangun argumen tentang dinamika dan tantangan Pancasila dalam kajian
sejarah Bangsa Indonesia.

e) Bagaimana esensi Pancasila dalam kajian sejarah Bangsa Indonesia untuk masa depan.
C. Tujuan

a) Untuk mengetahui konsep dan urgensi Pancasila dalam arus sejarah bangsa Indonesia

b) Agar memahami kenapa diperlukannya Pancasila dalam kajian sejarah Bangsa Indonesia

c) Mengetahui sumber historis, sosiologis, politis tentang Pancasila dalam kajian sejarah
Bangsa Indonesia

d) Agar memahami cara membangun argument tentang dinamika dan tantangan Pancasila
dalam kajian sejarah Bangsa Indonesia

e) Agar memahami esensi Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia untuk masa depan

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

Bab II terdapat sub bab kajian teoritis mencakup pembahasan tentang tinjauan

tentang Pancasila, tinjauan nilai-nilai Pancasila, tinjauan sikap sosial, tinjauan era

kontemporer. Kajian empiris memaparkan penelitian terdahulu dan kerangka berpikir.

2.1 Kajian Teoretis

2.1.1 Tinjauan tentang Pancasila

Pancasila merupakan dasar negara, yang merupakan falsafah bangsa

Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila harus diterapkan

dan dijalankan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai Pancasila yang

mulai luntur dalam diri setiap warga negara merupakan hal yang perlu diperhatikan

untuk dikaji. Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam membangun sikap sosial

mahasiswa di era Kontemporer dalam penelitian inidiharapkan dapat membangun

sikap sosial mahasiswa.


1. Pengertian dan Makna Pancasila

a. Pancasila secara Etimologis

Secara etimologis istilah “Pancasila” berasal dari Sansekerta dari India (bahasa

kasta Brahma). Kata “Pancasila” yang dimaksud adalah istilah “Panca Syila” dengan

vokal i pendek yang memiliki makna lesikal “berbatu sendi lima” atau secara harfiah

“dasar yang memiliki lima unsur” (Kaelan, 2016:12).

Berdasarkan dari penjelasan teori tersebut maka dapat diambil kesimpulan

bahwa secara etimologis Pancasila dapat diartikan sebagai dasar atau landasan yang

memiliki lima unsur atau berjumlah lima unsur.

b. Pancasila secara Historis

Perumusan Pancasila berawal dalam sidang BPUPKI pertama dr. Radjiman

Widyodiningrat. Sidang pertama BPUPKI membahas suatu rumusan masalah yang

akan dibahas pada sidang tersebut. Masalah tersebut adalah tentang suatu calon

rumusan dasar negara Indonesia yang akan dibentuk. Kemudian tampillah pada sidang

tersebut tiga orang pembicara yaitu Mohammad Yamin, Soepomo dan Soekarno.

Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam sidang tersebut Ir. Soekarno berpidato

secara lisan (tanpa teks) mengenai calon rumusan dasar negara Indonesia. Ir.

Soekarno memberi nama rumusan dasar negara tersebut ‘Pancasila’. Pada tanggal

17 Agustus 1945 Indonesia memproklamasikan kemrdekaannya. Keesokan harinya

tanggal 18 Agustus 1945 disahkanlah Undang-Undang Dasar 1945. Teks pembukaan

UUD 1945 di dalamnya termuat isi rumusan lima dasar atau lima landasan negara yang

diberi nama Pancasila. Sejak saat itu Pancasila menjadi istilah yang umum (Kaelan,

2016:14).

Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa Pancasila secara historis


ialah berawal dari sidang BPUPKI pertama pada tanggal 29 Mei- 1 Juni 1945. Ir.

Soekarno berpidato secara lisan pada tanggal 1 Juni 1945 mengenai rumusan dasar

negara Indonesia yang diberi nama Pancasila.

c. Pancasila secara Terminologis

Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 itu telah melahirkan negara

Republik Indonesia. Sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945 telah berhasil mengesahkan

UUD Negara Republik Indonesia yang dikenal dengan UUD 1945.

Pembukaan UUD 1945 yang secara konstitusional benar dan sah sebagai dasar Negara

Republik Indonesia yang didalamnya terdiri atas empat alinea tersebut tercantum rumusan

Pancasila sebagai berikut :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kemanusian yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh khitmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (Kaelan, 2016:16).

Teori Pancasila secara terminologis dapat disimpulkan bahwa setelah

kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, PPKI kemudian mengesahkan UUDpada

tanggal 18 Agustus 1945. Pembukaan UUD 1945 termuat rumusan Pancasila yang

disahkan oleh PPKI dan secara konstitusional sah dan benar sebagai dasar negara

Indonesia.

d. Makna Pancasila

Makna sila-sila Pancasila merupakan suatu sistem nilai, oleh karena itu sila-sila

Pancasila itu pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan. Meskipun dalam setiap sila
terkandung nilai-nilai yang memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya

namun kesemuanya itu tidak lain merupakan satu kesatuan yang sistematis. Adapun

niali-nilai yang terkandung dalam setiap sila adalah sebagai berikut :

I. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Nilai-nilai yang terkandung dalam sila Ketuhanan yang Maha Esa yang dengan

sendirinya mendasari dan menjiwai keempat sila lainnya. Negara sebagai suatu

persekutuan hidup bersama, sebagai suatu bagian dari masyarakat bangsa adalah

yang Berketuhanan Yang Maha Esa. Negara Berketuhanan Yang Maha Esamempunyai

makna yakni negara memberikan kebebasan yang asasi terhadap semua warganya

untuk mempercayai akan adanya Tuhan Yang Maha Esa (Kaelan,2016:72).

Rukiyati, dkk (2013:58) arti dan makna sila Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai

berikut :

1) Menghormati Tuhan, mentaati perintah Tuhan, menjauhi larangan

Tuhan, memulyakan dan mengagungkan Tuhan.

2) Memastikan warga negara dapat memeluk agama dan menjalankan

ibadah sesuai agamanya masing-masing.

3) Warga negara tidak diperbolehkan atheis.

4) Negara sebagai fasilitator yang menjamin berkembangnya agama dan

saling toleransi antar umat beragama.

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dapat disimpulkan bahwa manusia ada di dunia

karena diciptakan oleh Tuhan. Oleh karena itu setiap warga negara harus meyakini

bahwa setiap manusia memilki Tuhan. Segala hal yang berkaitan denganpelaksanaan

dan penyelenggaraan negara dan warga negaranya harus didasarkan oleh nilai-nilai
Ketuhanan Yang Maha Esa dan juga menghargai kebebasan dan hak asasi warga

negara

II. Sila Kemanusian yang Adil dan Beradab

Nilai kemanusiaan yang adil mengandung suatu makna bahwa hakikat manusia

sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab harus berkodrat adil. Hal ini

mengandung suatu pengertian bahwa hakikat manusia harus adil dalam hubungan

dengan diri sendiri, adil terhadap masyarakat bangsa dan negara, adil terhadap

lingkungannya serta adil terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Perwujudan dari nilai

kemanusiaan sebagai makhluk yang berbudaya, bermoral dan beragama merupakan

makna dari sila Ketuhanan Yang Maha Esa (Rahayu, 2017:33).

Menurut Kaelan (2016:74) dalam sila Kemanusian terkandung nilai-nilai bahwa

negara harus menjunjung harkat dan martabat manusia sebagai mahluk Tuhan yang

beradab. Kemanusian yang adil dan beradab mengandung nilai kesadaran sikap moral

dan tingkah laku manusia dengan norma-norma dan kebudayaan umumnya baik

terhadap diri sendiri, sesama manusia, dan lingkungannya. Mengembangkan sikap

saling mencintai sesama manusia, tenggang rasa, tidak semena-mena terhadap

sesama manusia.

Teori sila Kemanusian Yang Adil dan Beradab mempunyai makna bahwa

manusia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara harus berbudaya adil. Adil

terhadap sesama mahluk Tuhan, lingkungan serta terhadap Tuhan yang Maha Esa.

Menjunjung tinggi dan menghargai hak asasi manusia tanpa membedakan suku, ras,

agama, keturunan, status sosial, dll.

III. Persatuan Indonesia

Makna yang terkandung dalam sila Persatuan Indonesia adalah nasionalisme,


cinta bangsa, dan tanah air, membentuk persatuan dan kesatuan bangsa,

melenyapkan kekuasaan dinasti dan perbedaan warna kulit. Perbedaan bukan untuk

memperkeruh konflik dan permusuhan, tetapi dijadikan sebagai suatu pemersatu

bangsa (Rukiyati dkk, 2016:61).

Negara merupakan beraneka ragam tetapi satu, mengikatkan diri dalam suatu

persatuan yang dilukiskan dalam suatu Bhineka Tunggal Ika. Perbedaan dalam

suatu negara adalah bawaan kodrat manusia dan juga merupakan ciri khas elemen-

elemen negara (Rahayu, 2016:34).

Kesimpulan dari beberapa teori di atas sila Persatuan Indonesia mengandung

nilai-nilai Indonesia bersatu, tidak terpisah dan tidak terpecah belah, sehingga dapat

membangun sikap nasionalisme setiap warga negara. Dengan adanya rasa

nasionalisme yang terbangun dalam diri setiap warga negara maka akan memudahkan

terwujudnya cita-cita dari negara Indonesia.

IV. Kerakyatan yang Dipimpn oleh Hikmat Kebijaksaan dalam Permusyawaratan /

Perwakilan

Sila Kerakyatan terkandung nilai demokrasi suatu negara harus secara mutlak

diterapkan. Menjunjung tinggi asas musyawarah dan mendasarkan suatu keadilan

dalam kehidupan sosial. Mengakui adanya kebebasaan yang harus disertai dengan

tanggung jawab baik terhadap masyarakat bangsa maupun terhadap Tuhan (Kaelan,

2016:76).

Menurut Rahayu (2017:34) nilai-nilai demokrasi yang terkandung dalam sila

keempat adalah demokrasi yang tidak mementingkan kepentingan pribadi. Demokrasi

pada sila keempat mendasar pada sila Ketuhanan, Kemanusian dan Persatuan.
Berdasarkan beberapa teori Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan

dalam permusyawaratan/ perwakilan yaitu setiap warga negara harus menjunjung

tinggi asas musyawarah, mengakui kebebasan yang disertai dengan tanggung jawab

terhadap diri sendiri, bangsa dan Tuhan.

V. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Kaelan (2016:77) Konsekuensi nilai-nilai keadilan yang harus terwujud dalam

hidup bersama adalah meliputi :

1. Keadilan Distributif
Suatu hubungan keadilan antara negara terhadap warganya, pihak negara

wajib membagi keadilannya dalam bentuk kesejahteraan, bantuan, subsidi, serta

kesempatan atas hak daan kewajiban yang sama dalam kehidupan.

2. Keadilan Legal (keadilan bertaat)

Suatu hubungan keadilan antara warga negara terhadap negara dan dalam

masalah ini pihak wargalah yang wajib memenuhi keadilan dalam benk mentaati

peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam negara.

3. Keadilan Komunikatif

Suatu hubungan keadilan antara warga satu dengan lainnaya secara timbal
balik.

Nilai-nilai yang terkandung dalam sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia harus diwujudkan dalam kehidupan sosial dan bernegara. Negara wajib

memenuhi keadilan terhadap setiap warganya. Nilai-nilai keadilan tersebut harus

diwujudkan dalam kehidupan kenegaraan untuk mewujudkan tujuan negara yaitu

mewujudkan kesejahteraan seluruh warganya serta melindungi seluruh warganya dan

juga mencerdaskan seluruh warganya.


Kesimpulan dari uraian di atas Pancasila merupakan dasar negara yang merupakan

dasar atau landasan yang memiliki lima unsur didalamnya. Nilai yang terkandung

dalam sila Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan memiliki

perbedaan antara satu dengan yang lain. Tetapi tetapmerupakan satu kesatuan yang

sistematik.

2. Pancasila sebagai Dasar Negara

Tujuan pertama dan utama daripada penyusunan dan perumusan Pancasila

adalah untuk dipakai sebgai Dasar Negara. Dasar Negara demikian itulah merupakan

daasar bagi pengaturan penyelenggaraan bagi kehidupan bernegara bagi bangsa

Indonesia yang memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945.

Sila-sila Pancasila didalamnya terdapat pemikiran bahwa suatu dasar filsafat

bangsa dan negara Republik Indonesia mengandung makna bahwa dalam setiap aspek

kehidupan kebangsaan, kemasyarakatan serta kenegaraan harus berdasarkan pada

nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusian, Persatuan, Kerakyatan dan juga keadilan (Rahayu,

2017:26).

Pancasila sebagai dasar negara mengandunng makna bahwa nilai-nilai

Pancasila dijadikan sebagai landasan dasar penyelenggaraan negara. Pancasila bersifat

abstrak daan normatif. Sehingga seluruh pelaksaan dan penyelenggaraan

pemerintahan harus mencerminkan pada nilai-nilai Pancasila.

2.1.2 Tinjauan tentang nilai-nilai Pancasila

1. Pengertian Nilai

Nilai pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek.

Sesuatu mengandung nilai dalam sesuatu tersebut mengandung sifat dan kualitas
didalamnya. Nilai bukan sesuatu yang dapat diukur dengan alat indra atau alat ukur,

melainkan diukur dengan hati nurani disertai dengan alat indra (Kaelan, 2016:80).

Scheler (dalam Rahayu, 2017:19) mengemukakan bahwa nilai pada kenyataannya ada

yang lebih tinggi dan ada yang lebih rendah. Penggolongan pada nilai tergantung pada

siapa yang menilai objek tersebut.

Berdasarkan penjelasan di atas nilai dapat disimpulkan sebagai sifat atau

kualitas yang melekat pada suatu objek yang berwujud mudah diukur dengan alat

indra ataupun alat ukur, tetapi juga dapat diukur dengan hati nurani manusia yang

dibantu oleh alat indra. Pandangan tentang nilai dalam menggolongkan nilai beraneka

ragam sesuai dengan sudut pandang masing-masing.

2. Sistem Nilai-nilai Pancasila

Bangsa Indonesia merupakan pendukung nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai yang

terkandung dalam Pancasila itu mempunyai tingkatan dan bobot yang berbeda-beda.

Namun dalam nilai Pancasila tersebut tidak saling bertentangan, melainkan saling

berkaitan.

Mulyadi (2017:27) menjelaskan Pancasila merupakan suatu sistem karena

kelima Pancasila adalah suatu rangkaian keseluruhan kebulatan yang utuh, masing-

masing sila Pancasila mempunyai kedudukan dan peran dalam keseluruhan.

Keseluruhan kebulatan Pancasila tersebut merupakan kesatuan yang organis.

Pancasila dengan kelima silanya yang terdapat pada Ketuhanan, Kemanusiaan,

Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan merupakan prinsip dasar yang terkandung

kualitas tertentu yang merupakan cita-cita dan harapan bangsa Indonesia untuk

diwujudkan dalam kehidupan nyata, baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara (Rahayu, 2017:23).


Berdasarkan teori di atas sistem nilai-nilai Pancasila mempunyai arti bahwa

Pancasila sebagai prinsip dasar negara yang merupakan cita-cita dan harapan bangsa

adalah suatu sistem yang keseluruhan dari sila Pancasila mempunyai kedudukan dan

peran. Keseluruhan sila Pancasila tersebut merupakansuatu kesatuan.

3. Implementasi nilai-nilai Pancasila

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru (2014:343) implementasi

merupakan pelaksanaan dan penerapan. Implementasi nilai-nilai Pancasila bisa

diartikan sebagai pelaksanaan dari sila-sila Pancasila. Menurut Ridjin (2012:192)

implementasi nilia-nilai Pancasila ialah :

a. Implementasi Ketuhanan Yang Maha Esa

1) Berdoa

2) Mengakui adanya perbedaan/kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa

3) Mempunyai rasa toleransi agama

b. Implementasi Kemanusian Yang Adil dan Beradab

1) Menolong dan menyayangi sesama manusia

2) Mengakui persamaan derajat sesama mahkluk Tuhan

3) Mempunyai sikap jujur, adil, sopan, santun, ramah dan tamah.

c. Implementasi Persatuan Indonesia

1) Mengakui negara Indonesia adalah negara persatuan

2) Menyatukan segala perbedaan

3) Mencintai bangsa dan tanah air Indonesia

4) Mencintai produk Indonesia


d. Implementasi Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksaan dalam

Permusyawaratan/Perwakilan

1) Mengambil keputusan berdasarkan musyawarah mufakat

2) Kekuasaan berasal dari rakyat dan ditujukan oleh rakyat

e. Implementasi Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

1) Memberlakukan kerja gotong royong dan saling tolong menolong

2) Memperlakukan setiap orang dengan perlakuan yang sama tanpa membeda-

bedakan.

Menurut Muslich (2013:87) implementasi penanaman nilai-nilai Pancasila

melalui program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) ialah meliputi :

1. Pembentukan karakter yang terpadu dengan pembelajaran pada semua mata

pelajaran, secara kognitif, penghayatan secara afektif, dan kemudian ke

pengamalan nilai secara nyata pada kehidupan sehari-hari.

2. Pembentukan karakter yang terpadu dengan manajemen sekolah. Terkait dengan

karakter (nilai, norma, iman, dll) pada manejemen sekolah dalam

mengimplementasikan seperti pengelolaan siswa, peraturan sekolah,

pembelajaran, serta pengelolaan lainnya.

3. Pembentukan karakter yang terpadu dengan kegiatan pembinaan siswa.

Pembinaan karakter siswa dibentuk dengan kegiatan antara lain: olah raga,

keagamaan, seni karakter (menari, menyanyi, melukis), kepramukaan, LDKS,PMR,

PASKIBRAKA, dll.

2.1.3 Tinjauan Tentang Sikap Sosial

1. Pengertian Sikap Sosial

Menurut Allport (dalam Sarwono dan Meinarno, 2012:81) sikap merupakan


kesiapan mental, yaitu suatu proses yang berlangsung dalam diri seseorang

berdasarkan pengalaman individu masing-masing, menunjukkan dan menimbulkan

respon tertentu. Sikap merupakan kesadaran individu yang menentukan perilaku yang

nyata dalam kegiatan. Sikap sesorang selalu diarahkan terhadap sesuatu hal atau

suatu objek tertentu.

Jacky (2015:21) menjelaskan perilaku sosial adalah perilaku manusia selain

didorong oleh dorongan fisik juga didorong oleh orang lain. Perilaku sosialterdiri dari

perilaku refleks yang ditujukan keorang lain, tindakan yang bertujuan dan perbuatan

tersebut ditujukan ke orang lain.

Berdasarkan kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap sosial

adalah kesadaran seseorang dalam menunjukkan perilaku kepada orang lain untuk

puas atau tidak puas, positif dan juga negatif, suka atau tidak suka. Sikap seseorang

terhadap orang lain muncul karena pengalaman individu masing- masing. Sehingga

membuat seseorang tersebut bisa menentukan respon terhadap lingkungannya.

2. Sikap nilai-nilai Pancasila

Penanaman nilai-nilai Pancasila diharapkan bisa membentuk seorang

intelektual. Menurut Faturrohman dkk (2017:125) seseorang yang mempunyai sikap

intelektual tersebut memliki sikap sosial sebagai berikut :

a. Jujur

Perilaku yang berdasarkan pada upaya agar dirinya dapat selalu di percaya

dalam perkataan dan tindakan, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

b. Disiplin

Perilaku yang menunjukkan sikap tertib dan patuh pada berbagai peraturan
dan ketentuan.

c. Tanggung Jawab

Sikap seseorang dalam melakukan kewajiban atau tugasnya sebagaimana

harus dia lakukan.

d. Tenggang rasa

Perilaku yang menunjukkan sikap yang selalu menghargai dan tidak

meremehkan orang lain, menunjukkan kepedulian terhadap sesama mahluk

Tuhan.

e. Santun

Sikap yang menunjukkan sifat yang halus dan baik melalui tutur kata dan juga

perilaku kepada semua orang.

f. Adil

Sikap yang menunjukkan tidak memihak baik kepada diri sendiri, maupun

orang lain.

g. Percaya Diri

Sikap yang menunjukkan tidak mudah terpengaruh oleh ucapan maupun

tindakan orang lain, juga menghindari merendahkan diri sendiri.

Beberapa sikap di atas merupakan cerminan dari sikap sila Kemanusiandan

sila Keadilan. Penerapan nilai-nilai Pancasila diharapkan dapat membentuk

seorang penerus bangsa yang memiliki sikap intelektual seperti sikap yang sudah

dipaparkan berdasarkan teori di atas.

1. Faktor-faktor yang menunjang sikap sosial

Bimo menjelaskan perubahan sikap akan ditentukan oleh dua faktor :

a. Faktor internal yaitu cara individu (dalam pribadi manusia itu sendiri) dalam
menanggapi dan menerima dunia luarnya, ia akan selektif dalam menanggapi

dan menerima kejadian-kejadian dunia luar sehingga tidak semua yang datang

kepadanya akan di terima atau ditolak.

b. Faktor Eksternal yaitu kejadian di luar individu yang akan membentuk atau

mengubah sikap berupa stimulus (Widyastuti, 2014:68).

Sikap sosial bisa terbentuk oleh beberapa faktor penunjang diantaranya adalah

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari individu masing-

masing dalam menolak dan menerima respon dari situasi yang ada di luar.Sedangkan

faktor eksternal adalah pengaruh dari kejadian luar yang berulang- ulang diterima

dapat mempengaruhi sikap tersebut.

2. Menurut Manstead dalam Hanurawan (2012:65) konsep sikap dibentuk oleh tiga

komponen, yaitu :

a. Komponen respon evaluatif kognitif

Gambaran tentang cara seseorang dalam mempersepsi objek, peristiwa, atau

situasi sebagai sasaran sikap. Komponen ini adalah pikiran,keyakinan, atau ide

seseorang tentang suatu objek.

b. Komponen respon evaluatif afektif

Perasaan atau emosi yang dihubungkan dengan suatu objek sikap. Perasaan

atau emosi meliputi kecemasan, kasihan, benci, marah, cemburu,atau suka.

h. Komponen respon evaluatif perilaku dari sikap

Tendensi untuk berperilaku pada cara-cara tertentu terhadap objek sikap.

Dalam hal ini, tekanan lebih pada tendensi untuk berperilaku terhadap suatu

objek.

Sikap terdiri dari tiga komponen yaitu, afektif, kognitif, dan konasi (perilaku).
Ketiga komponen sikap menciptakan nuansa dan juga respon tertentu yang dapat

menjelaskan peredaan sikap orang-orang terhadap objek sikap yang sama.

3. Menurut Sherif (dalam Kalsum dan Jauhar, 2014:123) sikap dapat diubah dan

dibentuk apabila:

a. Adanya hubungan timbal balik yang langsung antar manusia.

b. Adanya komunikasi (hubungan langsung). Hal tersebut berhubungan

dengan:

1) Pengaruh dari orang lain yang dianggap penting

Orang sekitar merupakan salah satu komponen sosial yang ikut

memepengaruhi sikap. Misalkan orang tua, teman sebaya, temandekat,

guru, dll. Semuanya akan mempengaruhi pembentukan sikap terhadap

sesuatu.

2) Pengaruh kebudayaan

kebudayaan yang ada dilingkungan hidup mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan sikap.

3) Media massa

Media massa merupakan sarana komunikasi dan informasi baru

mengenai sesuatu hal yang menjadikan landasan bagi terbentuknya sikap

terhadap sesuatu hal.

4) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama merupakan salah satu

pembentukan sikap, karena keduanya meletakkan dasar pengertian dan

konsep moral.

Teori di atas dapat disimpulkan sikap juga dibentuk melalui hubungan timbal
balik antar manusia yaitu adanya hubungan seperti keluarga atau teman. Kemudian

adanya komunikasi (hubungan langsung) diantanranya pengaruh dari orang terdekat,

kebudayaan, media massa dan lembaga pendidikan atau agama.

4. Sobur (2011:363) menjelaskan faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap

antara lain :

a. Adanya akumulasi pengalaman dari berbagai pihak yang menimbulkan

adanya tanggapan yang sama terhadap suatu hal tersebut.

b. Pengamatan terhadap sikap lain yang berbeda. Seseorang dapat bersikap

mendukung dan menolak terhadap gejala tertentu.

c. Pengalaman yang pernah dialami.

d. Peniruan terhadap sikap pihak lain.

Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap berdasarkan teori tersebut

adalah adanya pengalaman, pengamatan, dan peniruan yang berbeda-beda dari

setiap individu. Sikap manusia bukan sesuatu yang melekat sejak lahir. Melainkan

diperoleh melalui proses pembelajaran yang sejalan dengan perkembangan hidup

seseorang, oleh karena itu diperlukan adanya implementasi nilai-nilai Pancasila agar

dapat kembali membangun sikap jujur, sikap disiplin, sikap tanggung jawab, sikap

tenggang rasa, sikap santun, sikap adil dan sikap percaya diri.

2.1.4 Tinjauan Tentang Era Kontemporer

1. Pengertian Era Kontemporer

Modernisasi mempunyai arti lain kekinian atau dapat dikatakan sebagai

modern yang merupakan sebuah transformasi total kehidupan bersama yang

tradisional, dapat dikatakan bahwa modernisasi merupakan bagian dari


perkembangan zaman dimana modernisasi membawa perubahan masyarakat dalam

segala aspek termasuk perkembangan teknologi. (Soekanto, 2015:301).

Menurut Kamus Bahasa Inggris Oxford memperlihatkan “kata ‘modern’ berasal

dari bahasa latin modernus, artinya ‘sekarang’ atau ‘hari ini’. Makna ini berhubungan

erat dengan ide-ide tentang ‘masa sekarang’ atau ‘kontemporer’.” (Scott, 2012:262)

Menurut Soekanto (2015:304) syarat-syarat dalam membentuk suatu

modernisasi adalah :

a) Cara berpikir yang ilmiah (scientific thinking).

b) Sistem administratif negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan

birokrasi.

c) Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur dan terpusatpada

suatu lembaga atau badan tertentu.

d) Penciptaan iklim yang mendukung dari masyarakat terhadap

modernisasi dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa.

e) Tingkat organisasi yang tinggi, di satu pihak berarit disiplin, sedangkan

dilain pihak berarti pengurangan kemerdekaan.

f) Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial.

Kesimpulan dari beberapa devinisi di atas adalah Kontemporer merupakan

bagian dari Modernisasi. Era kontemporer merupakan zaman dimana segala sesuatu

dipermudah karena perkembangan dari teknologi. Di era kontemporer juga membawa

perubahan dari segala aspek. Misalkan dalam perkembangan metode, alat dan media

yang digunakan dalam pembelajaran saat ini banyak yang sudah mengalami proses

modern atau kekinian. Pengaruh dari aspek era kontemporer maka pihak sekolah

sebagai salah satu media sosialisasi diharuskan bisa menanamkan nilai-nilai Pancasila
agar dapat membangun sikap sosial mahasiswa yang mencerminkan sila-sila dari

Pancasila.

2.1.5 Kerangka Berpikir

Era kontemporer ini banyak hal mengalami perkembangan dan perubahan.

Terutama pada sikap sosial siswa. Sikap yang menggambarkan nilai Pancasila mulai

luntur dalam diri siswa. Pancasila yang merupakan Dasar Negara Indonesia dimana

nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dijakan sebagai pandangan hidup

masyarakat Indonesia. Penurunan sikap sosial siswa di era kontemporer membuat

diperlukan penanaman nilai-nilai Pancasila.

BAB 3

PEMBAHASAN

A. Menelusuri Konsep Dan Urgensi Pancasila Dalam Arus Sejarah Bangsa Indonesia
1. Periode Pengusulan Pancasila

Cikal bakal munculnya ideologi bangsa ini diawali dengan lahirnya rasa Nasionalisme yang
menjadi pembuka kepintu gerbang kemerdekaan bangsa Indonesia. Sartono Kartodirdjo
sebagai mana yang dikutip oleh Mochtar Pabottinggi dalam

artikelnya yang berjudul ”Pancasila sebagai Modal Rasionalitas Politik” menerangi

bahwa benih Nasionalisme sudah mulai tertanam kuat dalam gerakan Perhimpoenan
Indonesia yang sangat menekankan solidaritas dan kesatuan bangsa. Kemudian disusul
lahirnya Soempah Pemoeda 28 Oktober 1928 merupakan momen-momen perumusan diri
bagi bangsa Indonesia. Kesemuanya itu merupakan modal politik awal yang sudah dimiliki
tokoh-tokoh pergerakan. Selanjutnya, siding-sidang BPUPKI berlangsung secara bertahap dan
penuh dengan semangat musyawarah untuk melengkapi goresan sejarah bangsa Indonesia
hinggga sampai kepada masa sekarang ini.Perumusan Pancasila itu pada awalnya dilakukan
dalam sidang BPUPKI pertama yang dilaksanakan pada 29 Mei - 1 Juni 1945. BPUPKI dibentuk
oleh pemerintahan pendudukan jepang pada 29 April 1945 dengan jumlah anggota 60 orang.
Menurut catatan sejarah diketahui bahwa sidang tersebut menampilkan beberapa pembicara
yaitu, Mr. Moh Yamin, Ir. Soekarno, Kibagus Hadikusumo, Mr. Soepomo.

Berdasarkan catatan sejarah kelima butir gagasan oleh Soekarno diberi nama PANCASILA,
yaitu:

a. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia,

b. Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan,

c. Mufakat atau Demokrasi,

d. Kesejahteraan Sosial,

e. Ketuhanan yang berkebudayaan.

Soekarno juga mengusulkan jika seandainya peserta sidang tidak menyukai angka 5,maka ia
menawarkan angka 3, yaitu TRISILA yang terdiri atas

(1) Sosio –Nasionalisme

(2) Sosio – Demokrasi

(3) Ketuhanan yang Maha Esa.

Soekarno juga menawarkan angka 1 yaitu, EKASILA yang berisi asas gotong royong.

Pidato lisan Soekarno kemudian diterbitkan oleh Kementrian Penerangan Republik Indonesia
yang berjudul lahirnya Pancasila (1947) dan menimbulkan kontroversi seputar lahirnya
Pancasila.Setelah pidato Soekarno, sidang menerima usulan nama Pancasila bagi dasar filsafat
Negara yang diusulkan oleh Soekarno dan kemudian dibentuk panitia kecil 8 orang (KiBagus
Hadikusumo, K.H. Wahid Hasyim, Muh. Yasmin, Sutarjo, A.A. Maramis, OttoIskandar Dinata,
dan Moh. Hatta) yang bertugas menampung usul -usul seputar calon dasar Negara. Kemudian,
sidang pertama BPUPKI (29 mei - 1 juni 1945) ini berhenti untuk sementara.

2. Periode Perumusan Pancasila


Hal terpenting yang mengemukan dalam sidang BPUPKI kedua pada 10-16 Juli 1945 adalah
disetujuinya naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang kemudian

Dikenal dengan nama Piagam Jakarta. Pada alinea ke-empat Piagam Jakarta itulah terdapat
rumusan Pancasila sebagai berikut:

1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.

3. Persatuan Indonesia.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Piagam Jakarta ini dikemudian hari dijadikan “Pembukaan” UUD1945, dengan sejumlah

Perubahan.

3. Periode Pengesahan Pancasila

Peristiwa penting lainnya terjadi pada 12 Agustus 1945, ketika itu Soekarno, Hatta,dan
Rajiman Wedyodiningrat dipanggil oleh penguasa militer Jepang di Asia Selatan ke Saigon
untuk membahas tentang hari kemerdekaan Indonesia sebagaimana yang pernah dijanjikan.
Namun, di luar dugaan ternyata pada 14 Agustus 1945 Jepang menyerah pada Sekutu tanpa
syarat. Perubahan situasi yang cepat itu menimbulkan kesalahpahaman antara kelompok
pemuda dengan Soekarno dan kawan-kawan sehingga terjadilah penculikan atas diri
Soekarno dan M.Hatta ke Rengas Dengklok.Melalui jalan berliku, akhirnya dicetuskanlah
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada17 Agustus 1945. Teks kemerdekaan itu di diktekan
oleh Moh. Hatta dan ditulis olehSoekarno pada dini hari. Selanjutnya, naskah tersebut diketik
oleh Sayuti Melik.Pada 18 agustus 1945, PPKI bersidang untuk menentukan dan menegaskan
posisi bangsa Indonesia dari semula bangsa terjajah menjadi bangsa yang merdeka. Atas
prakarsa Soekarno, anggota PPKI ditambah 6 orang lagi,dengan maksud agar lebih mewakili
seluruh komponen bangsa Indonesia. Mereka adalah Wiranatakusumah, KiHajar Dewantara,
Kasman Singodimejo, Sayuti Melik, Iwa Koesoema Soemantri, dan Ahmad Subarjo.
Putusan-putusan penting yang dihasilkan mencakup hal-hal berikut:

1. Mengesahkan UUD 1945 yang terdiri atas Pembukaan dan Batag Tubuh. Naskah
pembukaan berasal dari Piagam Jakarta dengan sejumlah perubahan. Batang Tubuh berasal
dari rancangan BPUPKI dengan sejumlah perubahan pula.

2. Memilih Presiden dan Wakil Presiden.

3. Membentuk KNIP yang dilantik pada 29 Agustus 1945 dengan ketua


Mr.KasmanSingodimejo.Setelah pengakuan kedaulatan bangsa Indonesia oleh Belanda pada
27 Desember1949, maka Indonesia pada 17 Agustus 1950 kembali ke Negara kesatuan yang
sebelumnya berbentuk Republik Indonesia. Berdasarkan UUD sementara 1950
dilaksanakanlah pemilu yang pertama pada 1955. Pada 5 Juli 1959 Soekarno

mengambil lamgkah “darurat” dengan mengeluarkan dekrit, sesudah dikeluarkannya

dekrit oleh Presiden Soekarno terjadi beberapa penyelewengan Antara lain,


Soekarnodiangkat sebagai Presiden seumur hidup. Pertentangan Antara pihak begitu
keras,seperti yang terjadi antara tokoh PKI dengan perwira Angkatan Darat (AD) sehingga
terjadilah penculikan dan pembunuhan sejumlah perwira AD yang dikenal dengan peristiwa
Gerakan 30 September (G30SPKI).Peristiwa G30SPKI menimbulkan peralihan kekuasaan dari
Soekarno ke Soeharto,peralihan kekuasaan itu diawali dengan terbitnya surat perintah dari
Presiden Soekarno kepada Letnan Jendral Soeharto yang dikenal dengan nama SUPERSEMAR
(surat perintah 11 Maret).

B. Menanya Alasan Diperlakukannya Pancasila Dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia


1. Pancasila Sebagai Identitas Bangsa

Indonesia Budaya dapat membentuk identitas suatu bangsa melalui proses inkulturasi
danakulturasi. Pancasila sebagai identitas Bangsa Indonesia merupakan konsekuensi
dariproses inkulturasi dan akulturasi tersebut. As’ad Ali dalam buku Negara Pancasila; Jalan
Kemaslahatan Berbangsa mengatakan bahwa Pancasila sebagai identitas kultural dapat
ditelusuri dari kehidupan agama yang berlaku dalam masyafrakat Indonesia.

2. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa


Indonesia Pancasila disebut juga sebagai kepribadian Bangsa Indonesia, artinya nilai-nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan diwujudkan dalam sikap
mental dan tingkah laku serta amal perbuatan. Kepribadian itu mengacu pada sesuatu yang
unik dan khas karena tidak ada pribadi yang benar-benar sama. Setiap pribadi mencerminkan
keadaan atau hal nya sendiri.

3. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa

Indonesia Artinya nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan


diyakini kebenarannya, kebaikannya, keindahannya, dan kegunaannya oleh Bangsa Indosenia
dan menjadikan sebagai pedoman bermasyarakat. Pancasila sebagai pandangan hidup berarti
nilai-nilai pancasila melekat dalam kehidupan masyarakat dan dijadikan norma dalam
bersikap dan bertindak.

4. Pancasila sebagai Jiwa Bangsa

Pancasila sebagai jiwa bangsa lahir bersamaan dengan lahirnya bangsa Indonesia.Pancasila
telah ada sejak dahulu kala bersama dengan adanya bangsa Indonesia.

5. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur

Nilai - nilai sebagai jiwa bangsa dan kepribadian bangsa yang disepakati oleh para pendiri
Indonesia. Kesepakatan para pendiri Negara tentang pancasila sebagai dasar Negara
merupakan bukti bahwa pilihan yang diambil pada waktu itu merupakan sesuatu yang tepat.

C. Menggali Sumber Historis,Sosiologis,Politis Tentang Pancasila Dalam Kajian Sejarah


Bangsa Indonesia

A. Sumber Historis Pancasila

Nilai - nilai Pancasila sudah ada dalam adat istiadat, kebudayaan, dan agama yang
berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia sejak zaman kerajaan dahulu.
Dalamencyclopedia of Philosophy disebutkan beberapa unsur yang ada dalam agama, seperti
kepercayaan kepada kekuatan supranatural, perbedaan antara yang sakral dan yang profan,
tindakan ritual pada objek s

B. Sumber Sosiologis Pancasila


Nilai - nilai pancasila secara sosiologis telah ada dalam masyarakat Indonesia sejak dahulu
hingga sekarang. Salah satu yang terdapat pada masyarakat zaman dahulu dan masyarakat
saat ini adalah nilai gotong royong. Hal ini disebabkan karna masyarakat secara bersama -
sama mengumpulkan iuran melalui pembayaran pajak yang dimasukan untuk pelaksanaan
pembangunan, akral, sembahyang atau doa sebagai bentuk komunikasi kepada Tuhan.

C. Sumber Politis Pancasila

Nilai - nilai pancasila misalnya nilai kerakyatan dapat ditemukan dalam suasana kehidupan
pedesaan yang pola kehidupan bersama yang bersatu dan demokratis yang dijiwai oleh
semangat kekeluargaan sebagaimana tercermin dalam sila keempat kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan permusyawaratan perwakilan. Semangat seperti ini
diperlukan dalam mengambil keputusan yang mencerminkan musyawarah.

D. Membangun Argumen Tentang Dinamika Dan Tantangan Dinamika Dan Tantangan


Pancasila Dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
A. Argumen tentang dinamika pancasila dalam sejarah bangsa

Dinamika pancasila dalam sejarah Bangsa Indoneisa memperlihatkan adanya pasang surut
dalam pemahaman dan pelaksanaan nilai-nilai Pancasila. Misalnya pada masa pemerintahan
Presiden Soekarno,terutama pada 1960 an NASAKOM lebih popular daripada pancasila.Pada
zaman pemerintahan Soeharto Pancasila dijadikan pembenar kekuasaan melalui penataran
P4 sehingga pasca turunnya Soeharto ada kalangan yang mengidentikan Pancasila dengan P4
pada masa pemerintahan era revormasi ada kecenderungan panguasa tidak respek terhadap
Pancasila seolah-olah Pancasila ditinggalkan.

B. Argumen Tantangan Terhadap Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Salah satu tantangan terhadap Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah
meletakan nilai-nilai Pancasila tidak dalam posisi sebenernya sehingga nilai-nilaiPancasila
menyimpang dari kenyataan hidup berbangsa dan bernegara.

E. Mendeskripsikan Esensi Dan Argensi Pancasila Dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
Untuk Masa Depan

1. Esensi Pancasila dalam Kajian Sejarah


Bangsa Pancasila dikatakan sebagai dasar filsafat Negara Karena mendukung unsur-unsur
sebagai berikut: alasan filosofis berdirinya suatu negara ; setiap produk hukum di Indonesia
harus berdasarkan nilai Pancasila. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa mengandung
unsur-unsur sebagai berikut: nilai-nilai agama,budaya,dan adat istiadat.

2. Argensi Pancasila dalam Kajian Sejarah

Bangsa Pentingnya Pancasila dalam sejarah Bangsa Indonesia dikarenakan hal-hal berikut:
Pengidentikan Pancasila dengan ideologi lain,penyalahgunaan Pancasila sebagai alat
justifikasi kekuasaan rezim tertentu,melemahnya pemahaman dan pelaksanaan
nilaiPancasila dalam berbangsa dan bernegara.

BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data dan fakta yang telah di paparkan diatas, maka penulis menyimpulkan
bahwa, pentingnya Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia menunjukan beberapa hal,
betapapun lemahnya pemerintah suatu rezim, tetapi Pancasila tetap bertahan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, dan betapapun adanya upaya untuk mengganti
Pancasila sebagai ideologi bangsa, tetapi terbukti Pancasila merupakan pilihan yang terbaik
bagi bangsa Indonesia, karena bersumber dan di gali dari nilai-nilai agama, kebudayaan, dan
adat istiadat yang hidup dan berkembang di bumi Indonesia.

Pancasila dianggap memiliki nilai-nilai kehidupan paling baik, Pancasila dijadikan dasar dan
motivasi dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, semua sila dari Pancasila tidak dapat dilaksanakan secara terpisah-pisah karena
Pancasila merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling berkaitan.

B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, akan tetapi
pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini di
karenakan masih minim nya pengetahuan penulis.

Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan
sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa terus menghasilkan penelitian dan
karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Himpunan Peraturan Perundang-undangan yang terkait HAM,MA RI 2000.

Suryatni, L. (2018). Pancasila Sebagai Ideologi Negara Dan Hak Asasi Manusia Dalam
Menjaga Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jurnal Ilmiah Hukum
Dirgantara,5(1).

Anda mungkin juga menyukai