PAPER ILMIAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pancasila
Dosen Pengampu:
Oleh:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pancasila merupakan dasar negara Indonesia dan sumber dari segala sumber hukum.
Pancasila seolah menjadi konsep yang dibicarakan setiap hari, namun tidak memiliki nama
tertulis dalam konstitusi Indonesia. Pancasila merupakan suatu asas kerokhanian yang dalam
ilmu kenegaraan disebut sebagai dasar filsafat Negara. Pancasila memiliki berbagai
kedudukan dalam kehidupan berbangsa dan benegara di indonesia. salah satunya adalah
Pancasila sebagai dasar negara yang mempunyai kedudukan pasti dalam segala hukum yang
berlaku di indonesia. Indonesia adalah negara yang becorak multi etnik, agama, ras, dan
multi golongan. Sesanti Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan kemajemukan
budaya bangsa dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wilayah negara yang
membentang luas dariSabang sampai Merauke selain memiliki sumber daya alam (natural
recsources) juga mempunyai sumber daya budaya (cultural resources) yang beraneka ragam
coraknya.
Kemajemukan Indonesia juga bertambah dengan diakuinya 6 (enam) agama resmi
serta berbagai aliran kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai sebuah negara
bangsa yang sangat majemuk, Indonesia haruslah memiliki perekat yang dapat
mempersatukan seluruh keberagaman yang secara nyatatelah ada dan hidup dalam
masyarakat. Perekat tersebut adalah konsep filosofis yang dikenal sebagai Pancasila.
Sebagai pernyataan politik Pancasila memang mempersatukan berbagaikepentingan
dan aliran politik yang ada. Seiring dengan euporia reformasi yang telah bergaungdalam
beberapa dekade terakhir, beberapa pihak berusaha memertanyakan kembali kedudukan
Pancasila sebagai fondasi berpijak bangsa ini.
Indonesia hidup di dalam berbagai keberagaman, baik itu suku, bangsa, budaya dan
agama. Dari semuanya itu, Indonesia berdiri dalam suatu keutuhan. Menjadi kesatuan dan
bersatu di dalam persatuan yang kokoh di bawah naungan Pancasila dan semboyannya,
Bhineka Tunggal Ika. Pancasila membuat Indonesia tetap teguh dan bersatu di dalam
keberagaman budaya. Dan menjadikan pancasila sebagai dasar kebudayaan yang
menyatukan 2 budaya dengan yang lain. Karena ikatan yang satu itulah. Pancasila menjadi
inspirasi berbagai macam kebudayaan yang ada di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pancasila
1. Sejarah Pancasila
Asal mula kegiatan yang meningkatkan Pancasila dari calon dasar negara
menjadi Pancasila yang sah sebagai dasar negara. Asal mula karya dalam hal ini adalah
PPKI sebagai pembentuk negara yang kemudian mengesahkan dan menjadikan
Pancasila sebagai dasar filsafat Negara setelah melalui pembahasan dalam sidang-
sidangnya.
2. Tujuan Pancasila
Fungsi dan kedudukan Pancasila dibagi menjadi dua kelompok yaitu fungsi
pokok Pancasila dan fungsi lain Pancasila
• Pancasila Sebagai Dasar Negara Fungsi pokok dari pancasila adalah sebagai dasar
Negara. Hal ini dikemukakan dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV. “… maka
disusun lah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang
Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Indonesia
yang berkedaulatan rakyat yang berdasar kepada: ketuhanan yang maha esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijkasanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan,
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia …”. Dari kalimat ‘berdasar kepada’
dalam alinea IV, menunjukan bahwa Pancasila berfungsi sebagai dasar filsafat
Negara.
• Pancasila Sebagai Dasar Filsafat Negara Pancasila sebagai dasar filsafat Negara
merupakan cerminan dari pemikiran yang rasional dan kritis tentang kedudukan
Pancasila sebagai pedoman hidup bangsa secara menyeluruh. Ada beberapa aspek
sudut pandang yang mendasari Pancasila sebagai filsafat diantaranya yaitu aspek
ontologi, aksiologi, dan epistemologi
• Kedudukan Pancasila Sebagai Jati Diri Bangsa Pancasila sebagai jati diri bangsa
memiliki arti bahwa Pancasila menjadi khas Negara Indonesia yang tidak ditemukan
pada bangsa lain. Pancasila disebut menjadi jati diri bangsa karena di dalam
Pancasila berisikan nilai-nilai yang merupakan gagasan dasar bangsa Indonesia
tentang kehidupan yang baik dan mencirikan masyarakat Indonesia. Selain itu,
nilainilai yang terkandung dalam Pancasila juga dapat digunakan untuk membangun
identitas bangsa.
1. Nilai Ketuhanan
a) Meyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa dengan sifat-sifatnya yang Maha
sempurna.
b) Bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan cara menjalankan semua
perintah-Nya, sekaligus menjauhi segala larangan-Nya.
c) Saling menghormati dan menoleransi antar pemeluk agama yang berbeda-beda.
d) Menjaga kebebasan bersama menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing.
2. Nilai Kemanusiaan
Sila kedua Pancasila, "Kemanusiaan yang adil dan beradab" mengandung
nilai kemanusiaan, yakni bangsa Indonesia diakui dan diperlakukan sesuai harkat dan
martabatnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang sama derajat, hak, dan
kewajibannya tanpa membeda-bedakan berdasarkan agama, suku, ras, atau
keturunannya.
Contoh penerapan nilai kemanusiaan Pancasila yaitu:
a) Mengakui adanya harkat dan martabat manusia.
b) Mengakui keberadaan manusia sebagai makhluk yang paling mulia diciptakan
Tuhan.
c) Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan berlaku adil terhadap sesama manusia.
d) Tenggang rasa dan tidak semena-mena terhadap orang lain.
3. Nilai Persatuan
Makna sila ketiga Pancasila "Persatuan Indonesia" adalah kebulatan utuh dari
berbagai aspek kehidupan, baik dari ideologi, politik, sosial, budaya, dan pertahanan
keamanan yang terwujud dalam satu wadah bernama Indonesia. Nilai kesatuan dalam
sila ketiga Pancasila dapat diwujudkan sehari-hari lewat sikap dan perilaku:
4. Nilai Kerakyatan
Nilai Pancasila sila ke-4 adalah nilai kerakyatan, dengan manusia Indonesia
memiliki kedudukan, hak, dan kewajiban sama sebagai warga masyarakat dan warga
negara. Berikut penerapan nilai kerakyatan dalam Pancasila:
▪ Cara deduktif yaitu dengan mencari hakikat Pancasila serta menganalisis dan
menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif.
Dengan kata lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila dengan sila
lainnya terpisah-pisah maka itu bukan Pancasila. Susunan Pancasila dengan suatu
sistem yang bulat dan utuh itu dapat digambarkan sebagai berikut:
• Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari dan menjiwai sila 3, 4 dan 5;
• Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari dan menjiwai sila 4, 5
• Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3, dan mendasari dan menjiwai sila 5
d) Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan gotong royong
e) Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang menjadi
haknya.
Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa yang Berketuhan Yang Maha Esa, yang
berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan, yang berkerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
serta yang berkeadilan sosial pada hakikatnya adalah manusia. Sedangkan
manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara ontologis memiliki
hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan
rohani. Sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial
serta sebagai makhluk pribadi dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Maka secara
hirarkis sila pertama mendasari dan menjiwai sila-sila Pancasila lainnya. (lihat
Notonagoro, 1975: 53).
a) Isi arti Pancasila yang umum universal, yaitu hakikat sila-sila Pancasila yang
merupakan inti sari Pancasila sehingga merupakan pangkal tolak dalam
pelaksanaan dalam bidang kenegaraan dan tertib hukum Indonesia serta dalam
realisasi praksis dalam berbagai bidang kehidupan konkrit.
b) Isi arti Pancasila yang umum kolektif, yaitu isi arti Pancasila sebagai pedoman
kolektif negara dan bangsa Indonesia terutama dalam tertib hukum Indonesia.
c) Isi arti Pancasila yang bersifat khusus dan konkrit, yaitu isi arti Pancasila dalam
realisasi praksis dalam berbagai bidang kehidupan sehingga memiliki sifat
khhusus konkrit serta dinamis (lihat Notonagoro, 1975: 36-40)
3. Landasan Aksiologis
Dalam filsafat Pancasila, disebutkan ada tiga tingkatan nilai, yaitu nilai dasar,
nilai instrumental, dan nilai praktis.
1) Nilai dasar, adalah asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang bersifat
mutlak, sebagai sesuatu yang benar atau tidak perlu dipertanyakan lagi. Nilai-nilai
dasar dari Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan,
nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.
2) Nilai instrumental, adalah nilai yang berbentuk norma sosial dan norma hukum
yang selanjutnya akan terkristalisasi dalam peraturan dan mekanisme lembaga-
lembaga negara.
3) Nilai praksis, adalah nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan.
Nilai ini merupakan batu ujian apakah nilai dasar dan nilai instrumental itu benar-
benar hidup dalam masyarakat. Nila-nilai dalam Pancasila termasuk nilai etika
atau nilai moral merupakan nilai dasar yang mendasari nilai intrumental dan
selanjutnya mendasari semua aktivitas kehidupan masyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
5. Pancasila Sebagai Etika Bangsa Dan Negara
Etika politik adalah cabang dari filsafat politik yang membicarakan perilaku atau
perbuatan-perbuatan politik untuk dinilai dari segi baik dan buruknya. Filsafat politik adalah
seperangkat keyakinan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang dibela dan di
perjuangkan oleh para penganutnya, seperti komunisme, fascisme, demokrasi. Pancasila
sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu nilai sehingga merupakan
sumber dari segala penjabaran norma baik norma hukum, norma moral maupun norma
kenegaraan lainnya. Terkandung didalamnya suatu pemikiran – pemikiran yang bersifat
kritis, mendasar, rasional dan komprehensif ( menyeluruh ) dan sistem pemikiran ini
merupakan suatu nilai.
Sebagai suatu nilai, Pancasila memberikan dasar – dasar yang bersifat fundamental
dan universal bagi manusia baik dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Nilai
– nilai tersebut kemudian di jabarkan dalam suatu norma – norma yang jelas sehingga
mereupakan suatu pedoman. Norma – norma tersebut meliputi :
• Norma moral yaitu yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dari
sudut baik maupun buruk.
• Norma hukum yaitu suatu sistem peraturan perundang- undangan yang berlaku di indonesia.
Dalam pengertian inilah maka pancasila berkedudukan sebagai sumber dari segala sumber
hukum di negar Indonesia.
Pancasila Pancasila sebagai etika politik maka mempunyai lima prinsip itu berikut ini
disusun menurut pengelompokan Pancasila, karena Pancasila memiliki logika internal yang
sesuai dengan tuntutan-tuntutan dasar etika politik modern.
• Pluralisme Pluralisme adalah kesediaan untuk menerima pluralitas, artinya untuk hidup
dengan positif, damai, toleran, dan biasa/normal bersama warga masyarakat yang berbeda
pandangan hidup, agama, budaya, adat. Pluralisme mengimplikasikan pengakuan terhadap
kebebasan beragama, kebebasan berpikir, kebebasan mencari informasi, toleransi. Pluralisme
memerlukan kematangan kepribadian seseorang dan sekelompok orang.
• Hak Asasi Manusia Jaminan hak-hak asasi manusia adalah bukti Kemanusian yang adil dan
beradab. Karena hak-hak asasi manusia menyatakan bagaimana manusia wajib diperlakukan
dan wajib tidak diperlakukan. Jadi bagaimana manusia harus diperlakukan agar sesuai dengan
martabatnya sebagai manusia. Karena itu, hak-hak asasi manusia adalah baik mutlak maupun
kontekstual dalam pengertian sebagai berikut. Mutlak karena manusia memilikinya bukan
karena pemberian Negara, masyarakat, melainkan karena pemberian Sang Pencipta .
Kontekstual karena baru mempunyai fungsi dan karena itu mulai disadari, diambang
modernitas di mana manusia tidak lagi dilindungi oleh adat/tradisi, dan seblaiknya diancam
oleh Negara modern.
• Solidaritas Bangsa Solidaritas bermakna manusia tidak hanya hidup demi diri sendiri,
melainkan juga demi orang lain, bahwa kita bersatu senasib sepenanggungan. Manusia hanya
hidup menurut harkatnya apabila tidak hanya bagi dirinya sendiri, melainkan menyumbang
sesuatu pada hidup manusia-manusia lain. Sosialitas manusia berkembang secara melingkar
yaitu keluarga, kampung, kelompok etnis, kelompok agama, kebangsaan, solidaritas sebagai
manusia. Maka di sini termasuk rasa kebangsaan. Manusia menjadi seimbang apabila semua
lingkaran kesosialan itu dihayati dalam kaitan dan keterbatasan masing-masing.
• Demokrasi Prinsip “kedaulatan rakyat” menyatakan bahwa tak ada manusia atau sebuah elit
atau sekelompok ideologi berhak untuk menentukan dan memaksakan orang lain harus atau
boleh hidup. Demokrasi berdasarkan kesadaran bahwa mereka yang dipimpin berhak
menentukan siapa yang memimpin mereka dan kemana mereka mau dipimpin. Jadi
demokrasi memerlukan sebuah system penerjemah kehendak masyarakat ke dalam tindakan
politik. Demokrasi hanya dapat berjalan baik atas dua dasar yaitu : Pengakuan dan jaminan
terhadap HAM; perlindungan terhadap HAM menjadi prinsip mayoritas tidak menjadi
kediktatoran mayoritas. Kekuasaan dijalankan atas dasar, dan dalam ketaatan terhadap hukum
(Negara hukum demokratis). Maka kepastian hukum merupakan unsur harkiki dalam
demokrasi (karena mencegah pemerintah yang sewenang-wenang).
• Keadilan Sosial Keadilan merupakan norma moral paling dasar dalam kehidupan
masyarakat. Moralitas masyarakat mulai dengan penolakan terhadap ketidakadilan. Tuntutan
keadilan sosial tidak boleh dipahami secara ideologis, sebagai pelaksanaan ide-ide,
ideologiideologi, agama-agama tertentu, keadilan sosial tidak sama dengan sosialisme.
Keadilan sosial adalah keadilan yang terlaksana. Dalam kenyataan, keadilan sosial
diusahakan dengan membongkar ketidakadilan-ketidakadilan yang ada dalam masyarakat.
Ketidakadilan adalah diskriminasi di semua bidang terhadap perempuan, semua diskriminasi
atas dasar ras, suku dan budaya. Untuk itu tantangan etika politik paling serius di Indonesia
sekarang adalah: Kemiskinan, ketidakpedulian dan kekerasan sosial. Ekstremisme ideologis
yang anti pluralism, pertama-tama ekstremisme agama dimana mereka yang merasa tahu
kehendak Tuhan merasa berhak juga memaksakan pendapat mereka pada masyarakat.
Pancasila adalah etika bagi bangsa Indonesia dalam bermasyarakat dan bernegara. Nilainilai
etika yang terkandung dalam Pancasila tertuang dalam berbagai tatanan berikut ini:
• Tatanan bermasyarakat, nilai-nilai dasarnya seperti tidak boleh ada eksploitasi sesame
manusia, berperikemanusiaan dan berkeadilan sosisal.
• Tatanan bernegara, dengan nilai dasar merdeka, berdaulat,bersatu, adil dan makmur.
• Tatanan kerjasama antar negara atau tatanan luar negeri, dengan nilai tertib dunia,
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
• Tatanan bela negara, hak dan kewajiban warga negara untuk membela negara
• Fungsi etika bagi kehidupan kenegaraan adalah alat untuk mengatur tertib hidup
kenegaraan, memberikan pedoman yang merupakan batas gerak hak dan wewenang
kenegaraan, menampakkan kesadaran kemanusiaan dalam bermasyarakat dan bernegara,
mempelajari dan menjadikan objek tingkah laku manusia dalam hidup kenegaraan, member
landasan fleksibilitas bergerak yang bersumber dari pengalaman.
BAB IV
KESIMPULAN
Pancasila memiliki kedudukan yang tetap sebagai ideologi, artinya isinya tidak boleh
diubah-ubah. Namun, bukan berarti Pancasila akan menjadi kuno. Pancasila sendiri memiliki
sifat yang lebih terbuka dan tidak tertutup terhadap perubahan pola kehidupan yang terjadi
pada masyarakat. Pancasila bersifat aktual dan mampu menyesuaikan diri dengan
perkembangan zaman.
Yang dimaksud “menyesuaikan diri” di sini tidak berarti bahwa Pancasila harus
mengubah nilai yang dikandungnya, tetapi ia mampu mengeksplisitkan wawasan secara
konkret, sehingga mempertajam kemampuannya untuk memecahkan masalah-masalah
teraktual.
Maka dari itu, interpretasi ideologi harus dilaksanakan secara rasional dan kritis
dengan menghadapkan berbagai masalah dan berbagai pandangan hidup yang silih berganti,
sehingga terungkap makna operasionalnya. Pancasila memiliki peranan penting sebagai filter
(penyaring) nilai-nilai baru. Rakyat Indonesia perlu untuk dapat menyesuaikan diri dengan
cepat terhadap perkembangan zaman, tetapi Pancasila diperlukan untuk mempertahankan
nilai budaya asli.
Pancasila dapat digunakan untuk memilah mana saja nilai yang dapat diserap untuk
kemudian disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila sendiri. Dengan begitu, Pancasila tidak
kaku dan menutup jalan bagi adanya perubahan. Pancasila justru memberi kesempatan bagi
nilai-nilai baru untuk tumbuh dalam negara dengan tetap berada di bawah kepribadian
bangsa. Globalisasi dengan segala dampak yang ditimbulkannya bagi bangsa Indonesia
semestinya memberikan pengaruh positif.
Oleh karena itu tantangan nyata bagi kehidupan berbangsa dan bernegara yang harus
dihadapi saat ini adalah bagaimana tindak tanduk dalam merespon fenomena globalisasi
dengan berpedoman pada nilai etika Pancasila sebagai warisan budaya luhur bangsa
Indonesia. Pancasila harus diyakini oleh seluruh elemen masyarakat sebagai nilai-nilai
moralitas sehingga arus globalisasi tetap terjawab dengan nilai-nilai Pancasila.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Wulandari, Trisna. (2022). Nilai-nilai Pancasila dan Contohnya di Kehidupan Sehari-hari. detik.com.
Diakses pada 01 Juni 2023 dari https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6257698/nilai-nilai-
pancasila-dan-contohnya-di-kehidupan-sehari-hari.
https://www.gurupendidikan.co.id/pancasila-sebagai-etika-politik/?nowprocket=1
http://lpmedentsundip.com/pancasila-dan-perannya-dalam-menghadapi-arus-globalisasi/