Anda di halaman 1dari 46

MENGHAYATI DAN MENGAMALKAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI

BANGSA

Oleh:
Moh. Ichlasul Amal Huda (07020320017)
Muhammad Fikri Amruddin (07020320063)
Muhammad Hilman Hirzi (07020320058)
Naufal Anugerah (07020320068)
Nur Aini Salsabila (07020320070)
Nur Hidayati (07020320071)

Dosen Pengampu:
Dr. H. Ismail, M.Si

PROGRAM STUDI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
2020
ii
DAFTAR ISI

MENGHAYATI DAN MENGAMALKAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA4


A. Latar Belakang 4
B. Pengertian Pancasila8
C. Fungsi dan Kedudukan Pancasila9
D. Filsafat Pancasila9
E. Pengertian Ideologi13
F. Pancasila sebagai Ideologi Nasional15
G. Hakikat dan Fungsi Ideologi18
H. Pentingnya Ideologi Bagi Suatu Bangsa18
I. Pengamalan Sila-Sila Pancasila19
J. Pengamalan Pancasila Secara Subjektif dan Objektif20
K. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Yang Mulai Terkikis22
L. Membangun Bangsa Yang Berkarakter23
RINGKASAN25
DAFTAR PUSTAKA30

iii
MENGHAYATI DAN MENGAMALKAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI
BANGSA

A. Latar Belakang

Bagi masyarakat Indonesia, Pancasila bukanlah sesuatu yang asing. Pancasila


terdiri atas lima sila, dia diabadikan dalam Naskah Pembukaan UUD 1945 pada alinea
ke empat, dia dijadikan sebagai dasar negara Republik Indonesia. Sekalipun di dalam
Pembukaan tersebut tidak secara eksplisit disebutkan kata Pancasila, namum setiap
yang membacanya sudah pasti mengetahuinya, bahwa yang dimaksud dalam
pernyataan terakhir dari alinea ke empat pembukaan UUD 1945 tersebut adalah
Pancasila. Sebagai Dasar Negara, Pancasila mempunyai kekuatan mengikat secara
hukum. Sehingga seluruh tatanan hidup bernegara yang bertentangan dengan
Pancasila sebagai kaedah hukum konstitusional, pada dasarnya tidak berlaku dan
harus dicabut. Sebagai dasar negara, Pancasila telah terkait dengan struktur kekuasaan
secara formal. Demikian pula Pancasila sebagai dasar negara dia meliputi suasana
kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai hukum dasar negara, baik berupa
hukum dasar tertulis yang berwujud undang-undang dasar maupun berupa hukum
dasar yang tidak tertulis, yang tumbuh dalam praktik penyelenggaraan negara.

Pancasila merupakan hasil perenenungan atau pemikiran seseorang atau


kelompok orang, yang juga diangkat dari nilai adat istiadat, nilai kebudayaan, nilai
tradisi, nilai kepustakaan, nilai religius yang terdapat pada pandangan hidup bangsa
indonesia sendiri sebelum membentuk negara. Pancasila bukan berasal dari dari ide-
ide bangsa lain, melainkan berasal dari nilai – nilai yang dimiliki bangsa Indonesia
sendiri. Kumpulan nilai – nilai dari kehidupan lingkungan sendiri dan yang diyakini
kebenarannya kemudian digunakan untuk mengatur masyarakat, inilah yang
dinamakan ideologi.

Namun seiring dengan perkembangan dan perjalanan sejarah bangsa


Indonesia, sejak era reformasi, bahkan sampai sekarang, membicarakan tentang
Pancasila kadang-kadang masih sering dianggap sebagai keinginan dan kerinduan
untuk kembali ke kejayaan masa Orde Baru. Bahkan ada sebahagian orang yang
memandang sinis terhadap Pancasila, karena dianggap sebagai sesuatu yang salah.

4
Adanya anggapan tersebut wajar saja terjadi, karena di Era Orde Baru, Pancasila telah
terjadi penyelewengan dengan menjadikan Pancasila sebagai legitimasi ideologis
dalam rangka mempertahankan dan memperluas kekuasaannya secara masif. Namun
akibatnya Pancasila -an sich- ikut terdeskreditkan seiring dengan tumbungnya rezim
pemerintahan Orde Baru. Pancasila ikut dipersalahkan hingga ikut menanggung beban
sebagai akibat dari kesalahan suatu rezim kekuasaan politik.

Walaupun demikian, sebagai sebuah ideologi dan dasar negara, Pancasila tetap
layak untuk dikaji dan dipelajari kembali relevansinya dengan kehidupan berbangsa
dan bernegara. Karena bagaimanapun kesepakatan bangsa telah menetapkan bahwa
Pancasila yang terdiri atas lima sila, yaitu: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial Bagi Seluruh
Bangsa Indonesia, adalah merupakan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia,
yang diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945. Dan kesepakatan tersebut telah
dinyatakan pada tanggal 18 Agustus 1945, oleh sebuah Badan yang bernama Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) sebagai lembaga yang membentuk negara
ketika itu.

Kemudian melalui perjalanan panjang negara Indonesia sejak kemerdekannya


hingga saat sekarang ini, Pancasila ikut berproses pada kehidupan bangsa Indonesia.
Pancasila tetap sebagai Dasar Negara, sekalipun interpretasi dan perluasan maknanya
terkadang dipergunakan untuk kepentingan politik penguasa yang silih berganti.
Namun pada akhirnya kesepakatan bangsa sudah mulai terwujud kembali pada masa
kini, yaitu yang ditandai dengan dikeluarkannya ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998
tentang Pencabutan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978, tentang Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Eka Prasetya Pancasila), dan Penetapan
tentang Penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara. Di mana pada pasal 1 dari
ketetapan tersebut menyatakan, bahwa Pancasila sebagaimana dimaksud dalam
Pembukaan UUD 1945, adalah merupakan Dasar Negara dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang harus dilaksanakan secara konsisten, dalam seluruh proses
kehidupan berbangsa dan bernegara.

5
Catatan risalah dan penjelasan yang merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari ketetapan tersebut menyatakan, bahwa Dasar Negara yang dimaksud dalam
ketetapan ini, di dalamnya mengandung makna Ideologi Nasonal sebagai cita-cita
dan tujuan negara. Dengan demikian diharapkan agar tidak lagi terulang berbagai
kesalahan dalam memperlakukan Pancasila, seperti yang terjadi di masa silam.
Sebaliknya Pancasila harus diperlakukan dengan secara benar dan wajar dan
konsekuen, dalam konteks kehidupan kita dalam berbangsa dan bernegara.

Dalam konteks pendidikan di Indonesia, sebagai antisipasi agar tidak terjadi


berbagai penyimpangan tersebut, ditetapkanlah Undang-Undang Nomor 20 tahun
2003, tentang sistem Pendidikan Nasional, BAB X, tentang Kurikulum, dalam pasal
37, ayat (1) dan (2) yang menetapkan, bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur dan
jenjang pendidikan, mulai Pendidikan Dasar, Menengah, sampai ke Perguruan Tinggi,
wajib memuat Pendidikan Pancasila/Kewarganegaraan. Dengan demikian diharapkan
semua warga negara Indonesia tak terkecuali, baik sebagai rakyat biasa atau sebagai
Pejabat sekalipun, memahami dan menghayati serta mengamalkan dengan sebaik-
baiknya nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Sehingga apa yang dicita-
citakan, sebagaimana ditetapkan dalam Pembukaan UUD 1945 pada alinea keempat
menjadi kenyataan di negara yang kita cintai ini.

Dalam suatu bangsa dan negara ada sesuatu yang sangat penting dan
fundamental yakni suatu hal sebagai pandangan hidup dan sebagai petunjuk arah
dalam kehidupan hidup serta pennghidupan bangsa diberbagai aspek-aspek atau
dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Suatu hal yang dimaksud tersebut
adalah Ideologi yakni suatu gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan dengan
menyeluruh dan sistematis menyangkut seluruh bidang kehidupan manusia.
Pengejawantahannya tercermin dalam kehidupan praksis, baik dalam bidang politik,
ekonomi, sosial budaya, maupun religi. Menurut Bakry [1994], Pancasila sebagai
ideologi bersifat dinamik. Dalam arti, ia menjadi kesatuan prinsip pengarahan yang
berkembang dialektik serta terbuka penafsiran baru untuk melihat perspektif masa
depan dan aktual antisipatif dalam menghadapi perkembangan dengan memberikan
arah dan tujuan yang ingin dicapai dalam melangsungkan hidup dan kehidupan
nasional.

6
Apa yang dipaparkan Noor MS Bakry mengindikasikan, Pancasila akan selalu
mempunyai hal baru yang progresif dalam menghadapi tantangan kehidupan yang
makin maju dan kompleks. Dalam beberapa pasal, khususnya menyangkut nilai-nilai
kemanusiaan dan keadilan, Pancasila telah tampil di garda depan. Tantangan sekarang
ini, pancasila dihadapkan pada kekuatan kapitalisme global yang telah dijadikan
"ideologi" masyarakat dunia. Masyarakat Indonesia sedikit banyak terpengaruh
dengan kaum kapitalisme global ini. Menghadapi konsepsi tatanan pemikiran yang
berkembang, sekarang saatnya kita menghidupkan dan memperlihatkan Pancasila
sebagai sosok yang sakti. Saatnya kita menggali nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan
yang terkandung didalamnya. Dalam Pancasila ada kepribadian kemanusiaan yang
sangat penting. Kepribadian kemanusiaan merupakan sifat-sifat hakikat kemanusiaan
abstrak umum universal yang dapat membedakan manusia dengan makhluk lain, yaitu
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, keadilan, yang merupakan sifat
hakikat manusia. Jika tidak demikian bukanlah manusia, jika tidak berkemanusiaan
juga bukan manusia, jika tidak berpersatuan juga tidak manusia, dan jika tidak
berkerakyatan dan berkeluargaan juga bukan manusia, serta jika tidak berkeadilan
juga bukan manusia. Dengan demikian, lima unsur tersebut mutlak ada dalam diri
manusia, sehingga disebut kepribadian kemanusiaan.

Sebuah negara bangsa membutuhkan Weltanschauung atau landasan filosofis.


Atas dasar Weltanschauung itu, disusunlah visi, misi, dan tujuan negara. Tanpa itu,
negara bergerak seperti layangan putus, tanpa pedoman. Pentingnya ideologi bagi
suatu negara sangat penting karena sangat bermakna dalam bagi suatu negara, antara
lain negara mampu membangkitkan kesadaran mengenai kemerdekaan, memberikan
orientasi mengenai dunia beserta isinya, serta memberikan motivasi perjuangan untuk
mencapai apa yang dicita-citakan. Dengan ideologi, nasionalnya suatu bangsa dan
negara dapat berdiri kukuh dan tidak mudah terombang ambing oleh pengaruh
ideologi lain serta dalam menghadapi persoalan-persoalan yang ada.

Ideologi memberikan arah dan tujuan yang jelas menuju kehidupan yang di
cita-citakan. Ideologi dapat mempersatukan orang dari seluruh pandangan hidup atau
berbagai ideologi, Ideologi dapat mempersatukan orang dari seluruh agama, dan
ideologi memiliki arti yang penting karna mampu mengatasi konflik atau ketegangan
sosial. Indonesia menganut ideologi Pancasila, karena pancasila merupakan

7
pandangan hidup bangsa Indonesia. Pancasila berfungsi sebagai petunjuk arah bagi
seluruh rakyat Indonesia dalam membentuk sikap, moral, watak, prilaku, tata nilai,
dan etika. Karena Pancasila adalah way of life . Dengan demikian, pancasila selalu
terpancar dalam segala tingkah laku dan perbuatan setiap rakyat Indonesia.

Pancasila terdiri atas lima sila yang pada hakikatnya merupakan sistem
filsafat. Yang dimaksudkan dengan sistem adalah suatu kesatuan yang saling
berhubungan, saling bekerja sama untuk satu tujuan tertentu dan secara keseluruhan
merupakan satu kesatuan yang utuh. Pancasila merupakan satu-satunya ideologi yang
dianut bangsa indonesia. Indonesia yang terdiri dari banyak budaya dan suku bangsa
dapat dipersatukan oleh pancasila. Itulah sebabnya seringkali Pancasila disebut
sebagai ideologi yang sakti. Siapapun yang mecoba menggulingkannya akan
berhadapan langsung dengan komponen-komponen kekuatan bangsa dan negara
indonesia.

Sebagai dasar negara republik Indonesia, pancasila nilai-nilainya telah dimiliki


oleh bangsa indonesia sejak zaman dahulu, yang mana nilai-nilai tersebut meliputi
nilai budaya, adat-istiadat, dan religiusitas yang diimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Jati diri bangsa Indonesia sangat melekat kuat melalui nilai-nilai tersebut
yang dijadikan sebagai pandangan hidup. Menghadapi Era Globalisi yang semakin
maju ini. Pastinya bangsa dan negara Indonesia yang ingin berdiri kokoh kuat, tidak
mudah terkecohkan oleh kerasnya masalah kehidupan berbangsa dan bernegara,
tentunya perlu memiliki dasar negara dan ideologi negara yang kokoh dan kuat pula.
Tanpa itu, bangsa dan negara akan di hadapi dengan makin maraknya budaya asing
yang masuk ke dalam negara indonesia, makin banyaknya terorisme, komunisme dan
fundalisme yang makin membahayakan bagi negri ini.

Akhir-akhir ini, terasa pamor Pancasila sedang menurun. Pancasila juga dapat
dipandang sebagai ideologi negara kebangsaan Indonesia. Mustafa Rejai dalam buku
Political Ideologies menyatakan, ideologi itu tidak pernah mati, yang terjadi adalah
emergence (kemunculan), decline (kemunduran), dan resurgence of ideologies
(kebangkitan kembali suatu ideologi). Tampaknya, sejak awal reformasi hingga saat
ini sedang terjadi declining (kemunduran) pamor ideology Pancasila seiring
meningkatnya liberalisasi dan demokratisasi dunia.

8
Agar Pancasila sebagai ideologi bangsa tetap mempunyai semangat untuk
diperjuangkan, kita perlu menerima kenyataan belum diterimanya Pancasila oleh
semua pihak. Dunia juga tampak belum yakin pada kelangsungan dan kemajuan
sebuah negara bangsa bernama Indonesia. Disamping itu makin banyaknya
pengelompokan suku-suku didaerah masing-masing yang membuat persatuan di
Indonesia semakin hancur.sesuai dengan sila ketiga pancasila yaitu persatuan
indonesia,kita sebagai bangsa Indonesia wajib menjunjung persatuan, mengubur
dalam-dalam perbedaan diantara kita sebagai warga negara dan bersama-sama
membangun negara indonesia ini menjadi salah satu negara yang dikagumi di asia
maupun di seluruh dunia.tidak memprioritaskan kepentingan kelompok melainkan
bersama-sama bersatu membangun negara indonesia untuk jadi lebih maju di era
krisis globalisasi ini.

Mempelajari Pancasila lebih dalam menjadikan kita sadar sebagai bangsa


Indonesia yang memiliki jati diri dan harus diwujudkan dalam pergaulan hidup sehari-
hari untuk menunjukkan identitas bangsa yang lebih bermartabat dan berbudaya
tinggi. Untuk itulah diharapkan dapat menjelaskan Pentingnya Pancasila sebagai
Ideologi yang membangun kesejahterahkan bangsa. Oleh sebab itu kita warga negara
indonesia jangan pernah lupa untuk megaplikasikan nilai-nilai pancasila dalam
kehidupan sehari-hari,berbangsa dan bernegara dan digantikan dengan budaya luar
yang makin marak masuk kedalam bangsa Indonesia.

Melupakan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara,


menunjukkan sikap negatif terhadap Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, atau menampilkan sikap positif terhadap Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat. Pengetahuan yang diperoleh dalam makalah ini juga dapat dijadikan
bekal keterampilan menganalisis dan bersikap kritis terhadap sikap para
penyelenggara negara yang menyimpang dari cita-cita dan tujuan Negara.

9
B. Pengertian Pancasila
Pancasila adalah pilar ideologis negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua
kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila
merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh
rakyat Indonesia1. Lima ideologi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang
Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada alinea ke-4
Preambule (Pembukaan) Undang-Undang Dasar 1945. Meskipun terjadi perubahan
kandungan dan urutan lima sila Pancasila yang berlangsung dalam beberapa tahap
selama masa perumusan Pancasila pada tahun 1945, tanggal 1 Juni diperingati sebagai
hari lahirnya Pancasila.2

Sekalipun terjadi perubahan isi dan urutan lima sila Pancasila yang
berlangsung dalam beberapa tahap selama masa perumusan Pancasila pada tahun
1945, tanggal 1 Juni diperingati bersama sebagai hari lahirnya Pancasila. Secara
etimologis istilah “Pancasila” berasal dari Sansekerta dari India (bahasa kasta
Brahmana) adapun bahasa rakyat biasa adalah bahasa Prakerta. Menurut Muhammad
Yamin, dalam bahasa sansekerta perkataan “Pancasila” memilki dua macam arti
secara leksikal yaitu: “panca” artinya “lima”, “syila” vokal I pendek artinya “batu
sendi”, “alas”, atau “dasar”, “syiila” vokal i pendek artinya “peraturan tingkah laku
yang baik, yang penting atau yang senonoh3.

Secara historis: Proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam sidang


BPUPKI pertama dr. Radjiman Widyodiningrat, mengajukan suatu masalah,
khususnya akan dibahas pada sidang tersebut. Masalah tersebut adalah tentang suatu
calon rumusan dasar negara Indonesia yang akan dibentuk. Kemudian tampilah pada
sidang tersebut tiga orang pembicara yaitu Mohammad Yamin, Soepomo dan
Soekarno. Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam siding tersebut Ir. Soekarno berpidato
secara lisan (tanpa teks) mengenai calon rumusan dasar negara Indonesia. Kemudian
untuk memberikan nama “Pancasila” yang artinya lima dasar, hal ini menurut
1
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pancasila
2
Kaderi,Alwi, Pendidikan Pancasila untuk Mahasiswa (Banjarmasin: Antasari press,2015) hal 115
3
https://pancasila.weebly.com/pengertian-pancasila.html

10
Soekarno atas saran dari salah seorang temannya yaitu seorang ahli bahasa yang tidak
disebutkan namanya.

Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya,


kemudian keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945 disahkannya Undang-Undang
Dasar 1945 termasuk Pembukaan UUD 1945 di mana didalamnya termuat isi
rumusan lima prinsip atau lima prinsip sebagai satu dasar negara yang diberi nama
Pancasila. Sejak saat itulah perkataan Pancasila menjadi bahasa Indonesia dan
merupakan istilah umum. Walaupun dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tidak
termuat istilah “Pancasila”, namun yang dimaksudkan Dasar Negara Republik
Indonesia adalah disebut dengan istilah “Pancasila”. Hal ini didasarkan atas
interpretasi historis terutama dalam rangka pembentukan calon rumusan dasar negara,
yang secara spontan diterima oleh peserta sidang secara bulat.

Secara Terminologis: Proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 itu


telah melahirkan negara Republik Indonesia. Untuk melengkapi alat-alat
perlengkapan negara sebagaimana lazimnya negara-negara yang merdeka, maka
panitia Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) segera mengadakan sidang.
Dalam sidangnya tanggal 18 Agustus 1945 telah berhasil mengesahkan UUD negara
Republik Indonesia yang dikenal dengan UUD 1945. Adapun UUD 1945 terdiri atas
dua bagian yaitu Pembukaan UUD 1945 dan pasal-pasal UUD 1945 yang berisi 37
pasal, 1 aturan Aturan Peralihan yang terdiri atas 4 pasal dan 1 Aturan Tambahan
terdiri atas 2 ayat.

C. Fungsi dan Kedudukan Pancasila


Berikut ini adalah beberapa fungsi dan kedudukan Pancasila bagi negara
kesatuan Republik Indonesia:
a. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia. Sebagai nilai-nilai kehidupan dalam
masyarakat bangsa Indonesia melalui penjabaran instrumental sebagai acuan
hidup yang merupakan cita-cita yang ingin dicapai serta sesuai dengan napas
jiwa bangsa Indonesia dan karena Pancasila lahir bersama dengan lahirnya
bangsa Indonesia.4

4
https://pancasila.weebly.com/pengertian-pancasila.html

11
b. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia. Merupakan bentuk peran
dalam menunjukan adanya kepribadian bangsa Indonesia yang dapat di
bedakan dengan bangsa lain, yaitu sikap mental, tingkah laku, dan amal
perbuatan bangsa Indonesia.
c. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia. Merupakan kristalisasi
pengalaman hidup dalam sejarah bangsa Indonesia yang telah membentuk
sikap, watak, perilaku, tata nilai norma, dan etika yang telah melahirkan
pandangan hidup.
d. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Untuk mengatur tatanan kehidupan
bangsa Indonesia dan negara Indonesia, yang mengatur semua pelaksanaan
sistem ketatanegaraan Indonesia sesuai Pancasila.
e. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum bagi negara Republik
Indonesia. Sebagai segala sumber hukum di negara Indonesia karena segala
kehidupan negara Indonesia berdasarkan pancasila, juga harus berlandaskan
hukum. Semua Tindakan kekuasaan dalam masyarakat harus berlandaskan
hukum.
f. Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia pada waktu mendirikan
negara. Karena pada waktu mendirikan negara Pancasila adalah perjanjian
luhur yang disepakati oleh para pendiri negara untuk dilaksanakan, pelihara,
dan dilestarikan.
g. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa indonesia. Dalam Pancasila
mengandung cita-cita dan tujuan negara Indonesia yang menjadikan Pancasila
sebagai patokan atau landasan pemersatu bangsa.

D. Filsafat Pancasila
Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan bahan renungan yang menggugah
kesadaran para pendiri negara, termasuk Soekarno ketika menggagas ide
Philosophische Grondslag. Perenungan ini mengalir ke arah upaya untuk menemukan
nilai-nilai filosofis yang menjadi identitas bangsa Indonesia. Perenungan yang
berkembang dalam diskusi-diskusi sejak sidang BPUPKI sampai ke pengesahan
Pancasila oleh PPKI, termasuk salah satu momentum untuk menemukan Pancasila
sebagai sistem filsafat.
Kendatipun demikian, sistem filsafat itu sendiri merupakan suatu roses yang
berlangsung secara kontinu sehingga perenungan awal yang dicetuskan para pendiri

12
negara merupakan bahan baku yang dapat dan akan terus merangsang pemikiran para
pemikir berikutnya. Notonagoro, Soerjanto Poespowardoyo, Sastrapratedja termasuk
segelintir pemikir yang menaruh perhatian terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat.

a. Konsep Pancasila sebagai Sistem Filsafat


Apa yang dimaksudkan dengan sistem filsafat. Untuk dapat memahami
pengertian filsafat, maka perlu menyimak beberapa pengertian filsafat berdasarkan
watak dan fungsinya sebagaimana yang dikemukakan Titus, Smith & Nolan
sebagai berikut:

1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan


alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. (arti informal)
2) Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan
dan sikap yang sangat dijunjung tinggi. (arti formal)
3) Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. (arti
komprehensif).
4) Filsafat adalah analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata
dan konsep. (arti analisis linguistik).
5) Filsafat adalah sekumpulan problematik yang langsung mendapat
perhatian manusia dan dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat. (arti
aktual-fundamental).

Mengapa Pancasila dikatakan sebagai sistem filsafat? Ada beberapa alasan


yang dapat ditunjukkan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Pertama; dalam
sidang BPUPKI, 1 Juni 1945, Soekarno memberi judul pidatonya dengan nama
Philosofische Grondslag daripada Indonesia Merdeka. Adapun pidatonya sebagai
berikut:

13
“Paduka Tuan Ketua yang mulia, saya mengerti apa yang Ketua kehendaki!
Paduka Tuan Ketua minta dasar, minta Philosofische Grondslag, atau jika kita boleh
memakai perkataan yang muluk-muluk, Paduka Tuan Ketua yang mulia minta suatu
Weltanschauung, di atas mana kita mendirikan negara Indonesia itu”. (Soekarno,
1985: 7).

Noor Bakry menjelaskan bahwa Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan


hasil perenungan yang mendalam dari para tokoh kenegaraan Indonesia. Hasil
perenungan itu semula dimaksudkan untuk merumuskan dasar negara yang akan
merdeka. Selain itu, hasil perenungan tersebut merupakan suatu sistem filsafat karena
telah memenuhi ciri-ciri berpikir kefilsafatan. Istilah Philosphische Grondslag dan
Weltanschauung merupakan dua istilah yang sarat dengan nilai-nilai filosofis.
Driyarkara membedakan antara filsafat dan Weltanschauung. Filsafat lebih bersifat
teoritis dan abstrak, yaitu cara berpikir dan memandang realita dengan sedalam-
dalamnya untuk memperoleh kebenaran. Weltanschauung lebih mengacu pada
pandangan hidup yang bersifat praktis. Driyarkara menegaskan bahwa
weltanschauung belum tentu didahului oleh filsafat karena pada masyarakat primitif
terdapat pandangan hidup (Weltanschauung) yang tidak didahului rumusan filsafat.
Filsafat berada dalam lingkup ilmu, sedangkan weltanshauung berada di dalam
lingkungan hidup manusia, bahkan banyak pula bagian dari filsafat (seperti: sejarah
filsafat, teori-teori tentang alam) yang tidak langsung terkait dengan sikap hidup.5

Pancasila sebagai dasar filsafat negara (Philosophische Grondslag) nilai-nilai


filosofis yang terkandung dalam sila-sila Pancasila mendasari seluruh peraturan
hukum yang berlaku di Indonesia. Artinya, nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, dan keadilan harus mendasari seluruh peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Contoh: Undang-Undang No.44 tahun 2008 tentang Pornografi. Pasal 3
ayat (a) berbunyi, ”Mewujudkan dan memelihara tatanan kehidupan masyarakat yang
beretika, berkepribadian luhur, menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha
Esa, serta menghormati harkat dan martabat kemanusiaan”. Undang-undang tersebut

5
Driyarkara, tt: 27

14
memuat sila pertama dan sila kedua yang mendasari semangat pelaksanaan untuk
menolak segala bentuk pornografi yang tidak sesuai dengan nlai-nilai agama dan
martabat kemanusiaan.

Kedua; Pancasila sebagai Weltanschauung, artinya nilai-nilai Pancasila itu


merupakan sesuatu yang telah ada dan berkembang di dalam masyarakat Indonesia,
yang kemudian disepakati sebagai dasar filsafat negara (Philosophische Grondslag).
Weltanschauung merupakan sebuah pandangan dunia (world-view). Hal ini menyitir
pengertian filsafat oleh J.A. Leighton sebagaimana dikutip The Liang Gie, ”A
complete philosophy includes a world-view or a reasoned conception of the whole
cosmos, and a life-view or doctrine of the values, meanings, and purposes of human
life”6. Ajaran tentang nilai, makna, dan tujuan hidup manusia yang terpatri dalam
Weltanschauung itu menyebar dalam berbagai pemikiran dan kebudayaan Bangsa
Indonesia.

Urgensi Pancasila sebagai sistem filsafat atau yang dinamakan filsafat


Pancasila, artinya refleksi filosofis mengenai Pancasila sebagai dasar negara.
Sastrapratedja menjelaskan makna filsafat Pancasila sebagai berikut. Pengolahan
filsofis Pancasila sebagai dasar negara ditujukan pada beberapa aspek. Pertama, agar
dapat diberikan pertanggungjawaban rasional dan mendasar mengenai sila-sila dalam
Pancasila sebagai prinsip-prinsip politik. Kedua, agar dapat dijabarkan lebih lanjut
sehingga menjadi operasional dalam bidang-bidang yang menyangkut hidup
bernegara. Ketiga, agar dapat membuka dialog dengan berbagai perspektif baru
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Keempat, agar dapat menjadi kerangka
evaluasi terhadap segala kegiatan yang bersangkut paut dengan kehidupan bernegara,
berbangsa, dan bermasyarakat, serta memberikan perspektif pemecahan terhadap
permasalahan nasional7. Pertanggungjawaban rasional, penjabaran operasional, ruang
dialog, dan kerangka evaluasi merupakan beberapa aspek yang diperlukan bagi
pengolahan filosofis Pancasila, meskipun masih ada beberapa aspek lagi yang masih
dapat dipertimbangkan.

6
The Liang Gie, 1977: 8
7
Sastrapratedja, 2001: 3

15
b. Menanya Alasan Diperlukannya Kajian Pancasila sebagai Sistem Filsafat

1) Filsafat Pancasila sebagai Genetivus Objectivus dan Genetivus Subjectivus


Pancasila sebagai genetivus-objektivus, artinya nilai-nilai Pancasila
dijadikan sebagai objek yang dicari landasan filosofisnya berdasarkan sistem-
sistem dan cabang-cabang filsafat yang berkembang di Barat. Misalnya,
Notonagoro menganalisis nilai-nilai Pancasila berdasarkan pendekatan
substansialistik filsafat Aristoteles sebagaimana yang terdapat dalam karyanya
yang berjudul Pancasila Ilmiah Populer. Adapun Drijarkara menyoroti nilai-
nilai Pancasila dari pendekatan eksistensialisme religious sebagaimana yang
diungkapkannya dalam tulisan yang berjudul Pancasila dan Religi.
Pancasila sebagai genetivus-subjectivus, artinya nilai-nilai Pancasila
dipergunakan untuk mengkritisi berbagai aliran filsafat yang berkembang, baik
untuk menemukan hal-hal yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila maupun
untuk melihat nilai-nilai yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Selain
itu, nilai-nilai Pancasila tidak hanya dipakai dasar bagi pembuatan peraturan
perundang-undangan, tetapi juga nilai-nilai Pancasila harus mampu menjadi
orientasi pelaksanaan sistem politik dan dasar bagi pembangunan nasional.
Misalnya, Sastrapratedja mengatakan bahwa Pancasila adalah dasar politik,
yaitu prinsip-prinsip dasar dalam kehidupan bernegara, berbangsa, dan
bermasyarakat8. Adapun Soerjanto mengatakan bahwa fungsi Pancasila untuk
memberikan orientasi ke depan mengharuskan bangsa Indonesia selalu
menyadari situasi kehidupan yang sedang dihadapinya.9

2) Landasan Ontologis Filsafat Pancasila


Landasan ontologis Pancasila artinya sebuah pemikiran filosofis atas
hakikat dan raison d’etre sila-sila Pancasila sebagai dasar filosofis negara
Indonesia. Oleh karena itu, pemahaman atas hakikat sila-sila Pancasila itu
diperlukan sebagai bentuk pengakuan atas modus eksistensi bangsa Indonesia,

8
Sastrapratedja, 2001: 2
9
Soerjanto, 1991: 57-58

16
prinsip-prinsip dalam Pancasila sebagai berikut: (1) Prinsip Ketuhanan Yang
Maha Esa merupakan pengakuan atas kebebasan beragama, saling
menghormati dan bersifat toleran, serta menciptakan kondisi agar hak
kebebasan beragama itu dapat dilaksanakan oleh masing-masing pemeluk
agama. (2). Prinsip Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab mengakui bahwa
setiap orang memiliki martabat yang sama, setiap orang harus diperlakukan
adil sebagai manusia yang menjadi dasar bagi pelaksanaan Hak Asasi
Manusia. (3). Prinsip Persatuan mengandung konsep nasionalisme politik yang
menyatakan bahwa perbedaan budaya, etnis, bahasa, dan agama tidak
menghambat atau mengurangi partsipasi perwujudannya sebagai warga negara
kebangsaan. Wacana tentang bangsa dan kebangsaan dengan berbagai cara
pada akhirnya bertujuan menciptakan identitas diri bangsa Indonesia. (4).
Prinsip Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan mengandung makna bahwa sistem demokrasi
diusahakan ditempuh melalui proses musyawarah demi tercapainya mufakat
untuk menghindari dikotomi mayoritas dan minoritas. (5). Prinsip Keadilan
Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia sebagaimana yang dikemukakan
Soekarno, yaitu didasarkan pada prinsip tidak adanya kemiskinan dalam
negara Indonesia merdeka, hidup dalam kesejahteraan (welfare state).10

3) Landasan Epistemologis Filsafat Pancasila


Landasan epistemologis Pancasila artinya nilai-nilai Pancasila digali
dari pengalaman (empiris) bangsa Indonesia, kemudian disintesiskan menjadi
sebuah pandangan yang komprehensif tentang kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Penjabaran sila-sila Pancasila secara epistemologis
dapat diuraikan sebagai berikut. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa digali dari
pengalaman kehidupan beragama bangsa Indonesia sejak dahulu sampai
sekarang. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab digali dari pengalaman
atas kesadaran masyarakat yang ditindas oleh penjajahan selama berabad-abad.
Oleh karena itu, dalam alinea pertama Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa penjajahan itu
tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Sila Persatuan
Indonesia digali dari pengalaman atas kesadaran bahwa keterpecah belahan
10
Sastrapratedja 2010: 147-154

17
yang dilakukan penjajah kolonialisme Belanda melalui politik Devide et
Impera menimbulkan konflik antar masyarakat Indonesia. Sila Kerakyatan
yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan digali dari budaya bangsa Indonesia yang sudah
mengenal secara turun temurun pengambilan keputusan berdasarkan semangat
musyawarah untuk mufakat. Misalnya, masyarakat Minangkabau mengenal
peribahasa yang berbunyi ”Bulek aie dek pambuluh, bulek kato dek mufakat”,
yang artinya bulat air di dalam bambu, bulat kata dalam permufakatan. Sila
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia digali dari prinsip-prinsip yang
berkembang dalam masyarakat Indonesia yang tercermin dalam sikap gotong
royong.

4) Landasan Aksiologis Pancasila


Landasan aksiologis Pancasila artinya nilai atau kualitas yang
terkandung dalam sila-sila Pancasila. Sila pertama mengandung kualitas
monoteis, spiritual, kekudusan, dan sakral. Sila kemanusiaan mengandung
nilai martabat, harga diri, kebebasan, dan tanggung jawab. Sila persatuan
mengandung nilai solidaritas dan kesetiakawanan. Sila keempat mengandung
nilai demokrasi, musyawarah, mufakat, dan berjiwa besar. Sila keadilan
mengandung nilai kepedulian dan gotong royong.

E. Pengertian Ideologi
Istilah ideologi dipergunakan dalam arti yang bermacam-macam. Istilah
ideologi adalah sebuah kata yang terdiri “ideo” dan “logi”. Kata “ideo” berasal dari
bahasa Yunani eidos, dalam bahasa Latin idea, yang berarti “pengertian”, “ide” atau
“gagasan”. Kata kerja dalam bahasa Yunani oida yang berarti mengetahui, melihat
dengan budi. Dalam bahasa Jawa kita jumpai kata idep dengan arti tahu, melihat.
Kata “logi” berasal dari bahasa Yunani logos, yang berarti “gagasan”, “pengertian”,
“kata”, dan “ilmu”. Jadi secara etimologis dapat diterangkan bahwa ideologi berarti
“pengetahuan tentang ide-ide”, science of ideas.11 Ideologi adalah sebuah istilah yang
lahir pada akhir abad ke-18 atau tahun 1796 yang dikemukakan oleh filsuf Perancis
bernama Destutt de Tracy dan kemudian dipakai Napoleon. Istilah itu berasal dari dua
kata ideos yang berarti gagasan, dan logos yang artinya ilmu. Dengan demikian,
11
Gunawan Setiardja, Hak-Hak Asasi Manusia Berdasarkan Ideologi Pancasila (Yogyakarta:Kanisius, 1993), 17.

18
ideologi adalah sebuah ilmu tentang gagasan. Adapun gagasan yang dimaksud adalah
gagasan tentang masa depan, sehingga bisa disimpulkan bahwa ideologi adalah
sebuah ilmu tentang masa depan. Gagasan ini juga sebagai cita-cita atau kombinasi
dari keduanya, yaitu cita-cita masa depan. Sungguh pun cita-cita masa depan itu
sebagai sebuah utopia, atau impian, tetapi sekaligus juga merupakan gagasan ilmiah,
rasional, yang bertolak dari analisis masa kini. Ideologi ini tidak sekedar gagasan,
melainkan gagasan yang diikuti dan dianut sekelompok besar manusia atau bangsa,
sehingga karena itu ideologi bersifat mengerakkan manusia untuk merealisasikan
gagasan tersebut. Meskipun gagasan seseorang, betapapun ilmiah, rasional atau
luhurnya, belum bisa disebut ideologi, apabila belum dianut oleh banyak orang dan
diperjuangkan serta diwujudkan, dengan aksi-aksi yang berkesinambungan.12

Sedangkan ideologi dalam bahasa Arab, merupakan istilah yang dapat


diterjemahkan sebagai Mabda’, secara etimologis mabda’ adalah mashdar mimi dari
kata bada’a (memulai), yabda’u (sedang memulai), bad’an (permulaan), dan
mabda’an (titik permulaan). Secara terminologis berarti pemikiran mendasar yang
dibangun diatas pemikiran-pemikiran (cabang).13Dari sisi lain, ideologi tersusun dari
ide (fikrah) dan metode (thariqah). Ideologi dari sisi ini ditinjau dari segi: Pertama,
konsep atau pemikiran murni yang semata-mata merupakan penjelasan konseptual
tanpa disertai bagaimana metode menerapkan konsep itu dalam kenyataan – dan
Kedua, metodologi yang menjelaskan bagaimana pemikiran atau konsep itu
diterapkan secara praktis. Tinjauan ideologi sebagai kesatuan ide dan metode ini
dimaksudkan untuk menerangkan bahwa metode (thariqah) adalah suatu keharusan
agar ide (fikrah) dapat terwujud. Di samping itu, juga untuk menerangkan bahwa ide
(fikrah) dan metode (thariqah) suatu ideologi adalah unik. Artinya, setiap ada ide
(fikrah) dalam sebuah ideologi, pasti ada metode (thariqah) yang khas untuk
menerapkan ide (fikrah) tersebut, yang berasal dari ideologi itu sendiri, bukan dari
ideologi yang lain.14
Ide (fikrah) merupakan sekumpulan konsep atau pemikiran yang terdiri dari
aqidah dan solusi terhadap masalah manusia. Sedang metode (thariqah) – yang

12
Sarbini, Islam di tepian Revolusi: Ideologi, Pemikiran dan Gerakan (Yogyakarta: Pilar Media, 2005), 1.
13
Ahmad ‘Athiyat, Jalan Baru Islam; Studi Tentang Transformasi dan Kebangkitan Umat, (At-Thariq) alih bahasa
Dede Koswara, cet. I (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2004), 84.
14
Ibid, halaman 115.

19
merupakan metodologi penerapan ideologi secara operasional-praktis – terdiri dari
penjelasan cara solusi masalah, cara penyebarluasan ideologi, dan cara pemeliharan
aqidah. Jadi, ideologi ditinjau dari sisi ini adalah gabungan dari ide (fikrah) dan
metode (thariqah), sebagai satu kesatuan.Definisi ideologi yang telah diterangkan di
atas bersifat umum, dalam arti dapat dipakai dan berlaku untuk ideologi-ideologi
dunia seperti Kapitalisme dan Sosialisme. Dan tentu, dapat berlaku juga untuk Islam.
Sebab Islam memang mempunyai sebuah aqidah akliyah, yaitu Aqidah Islamiyah, dan
mempunyai peraturan hidup yang sempurna, yaitu Syariat Islam.

Meskipun suatu ideologi telah memiliki solusi masalah kehidupan yang


fundamental dan mempunyai cara memecahkan berbagai permasalahan kehidupan
manusia, namun itu bukanlah jaminan bahwa ideologi tersebut merupakan ideologi
yang benar, yang mempunyai kemampuan untuk membawa manusia mencapai
kebahagian hakiki dan menghindarkannya dari malapetaka kehidupan di dunia.

Ideologi yang benar adalah ideologi yang muncul di dalam pemikiran manusia
melalui wahyu Allah. Karena ideologi ini bersumber dari Pencipta alam semesta,
manusia dan kehidupan, Yang Maha Mengetahui segala sesuatu, sehingga pemecahan
atas permasalahan pokok kehidupan dan berbagai permasalahan kehidupan lainnya
kebenarannya pasti (qath’i). Sedangkan ideologi yang muncul di dalam pemikiran
manusia karena kejeniusannya adalah ideologi yang salah (bathil), karena manusia
hanyalah makhluk Allah sehingga memiliki kelemahan termasuk ketidakmampuan
akalnya dalam menangkap seluruh realitas yang ada di dunia ini. Manusia juga selalu
memiliki pandangan yang berbeda terhadap suatu masalah seperti masalah hukum dan
kebijakan publik sehingga muncul pertentangan dan perselisihan yang menyebabkan
pandangan mayoritas atau mungkin hanya pandangan orang-orang yang memiliki
kekuatan (kekuasan atau harta) di atas orang lainnya yang akan diterapkan atau
dipaksakan. Akibatnya pandangan yang diterapkan sangat kontradiksi dengan
kebenaran yang seharusnya dan mengakibatkan kesengsaraan manusia.15
Ideologi mempunyai fungsi penting, yaitu menanamkan keyakinan atau
kebenaran perjuangan kelompok atau kesatuan yang berpegang teguh pada ideologi
itu. Maka ideologi menjadi sumber inspirasi dan sumber cita-cita hidup bagi para
warganya, khususnya para warganya yang masih muda. Ideologi berupa pedoman
15
Taqiyuddin An Nabhani, Peraturan Hidup ………., 37.

20
artinya menjadi pola dan norma hidup. Tetapi sekaligus menjadi ideal atau cita-cita.
Realisasi dari ide-ide dipandang sebagai kebesaran, kemuliaan manusia. Dengan
melaksanakan ideologi, manusia tidak hanya sekedar ingin melakukan apa yang
disadari sebagai kewajiban. Dengan ideologi manusia mengejar keluhuran. Oleh
karena itu, manusia sanggup mengorbankan harta benda, bahkan hidupnya demi
ideologi, karena ideologi menjadi pola, norma hidup dan dikejar pelaksanaannya
sebagai cita-cita, maka tidak mengherankan lagi jika ideologi menjadi bentuk hidup.16

Apabila kita telusuri seluruh dunia ini, maka yang kita dapati hanya ada tiga
ideologi, yaitu Kapitalisme, Sosialisme dan Islam. Dua ideologi pertama, masing-
masing diemban oleh satu atau beberapa Negara. Sedangkan ideologi yang ketiga
yaitu Islam, tidak diemban oleh satu negarapun. Islam hanya diemban oleh individu
dan gerakan Islam dalam masyarakat.17 Sumber konsepsi ideologi kapitalisme dan
Sosialisme berasal dari buatan akal manusia, sedangkan Islam berasal dari wahyu
Allah SWT (hukum syara’).

F. Pancasila Sebagai Ideologi Nasional


Pancasila merupakan dasar negara yang terbentuk melalui proses panjang
yang penuh lika-liku perjuangan, baik perjuangan secara moril maupun materiil
bahkan jiwa dan raga. Asal mula Pancasila menurut kausalitas dibagi menjadi dua,
yakni asal mula langsung dan tak langsung. 18 Pancasila sebagai ideologi nasional
merupakan nilai yang terkandung di dalamnya dan menjadi cita-cita normatif di
dalam penyelenggaraan negara. Secara luas Pengertian Pancasila sebagai Ideologi
negara adalah visi atau arah dari penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara
di Indonesia ialah terwujudnya kehidupan yang menjunjung tinggi ketuhanan, nilai
kemanusiaan, kesadaran akan kesatuan, berkerakyatan serta menjunjung tinggi nilai
keadilan.

16
Gunawan Setiardja, Hak-Hak Asasi Manusia ………., 21.
17
Taqiyuddin An Nabhani, Peraturan Hidup ………., 39.
18
https://guruppkn.com/pancasila-sebagai-ideologi-nasional

21
Jorge Larrain  mengungkapkan, bahwa “ideology as a set of beliefs”. Ini
memiliki suatu makna sebuah sistem kepercayaan yang berkembang ditengah
masyarakat mengenai sesuatu hal yang dijadikan sebagai pedoman karena memiliki
nilai yang membangkitkan semangat. Nilai-nilai tersebut dipandang sebagai gagasan
yang menjadi landasan cara berpikir dan juga bertindak secara individu maupun suatu
bangsa untuk mengatasi setiap masalah maupun persoalan yang dihadapi. Pancasila
sebagai ideologi nasional, memiliki pemahaman dalam sudut pandang budaya bangsa
dan bukan melalui sudut pandang kekuasaan, hal ini bermakna bahwa Pancasila
bukanlah sebagai alat kekuasaan namun sebagai alat yang menyatukan bangsa dan
negara. Hubungan pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia adalah bahwa nilai-
nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila itu menjadi cita-cita normatif bagi
penyelenggaraan bernegara. Dengan kata lain, visi atau arah dari penyelenggaraan
kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia adalah terwujudnya kehidupan yang
ber-Ketuhanan, yang ber-Kemanusiaan, yang ber-Persatuan, yang ber-Kerakyatan,
dan yang ber-Keadilan.

Adapun Pancasila sebagai ideologi berarti Pancasila merupakan


landasan/ide/gagasan yang fundamental dalam proses penyelenggaraan tata
pemerintahan suatu negara, mengatur bagaimana suatu sistem itu dijalankan.visi atau
arah dari kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia ialah terwujudnya
kehidupan yang menjunjung tinggi ketuhanan, nilai kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan serta nilai keadilan. Visi atau arah dari kehidupan berbangsa dan bernegara
di Indonesia ialah terwujudnya kehidupan yang menjunjung tinggi ketuhanan, nilai
kemanusiaan, persatuan , kerakyatan serta nilai keadilan. seluruh warga negara
Indonesia menjadikan pancasila sebagai dasar sistem kenegaraan. seluruh warga
negara Indonesia menjadikan pancasila sebagai dasar sistem kenegaraan.

22
Pancasila sebaga Ideologi Nasional, maka pada hakikatnya adalah suatu hasil
penuangan atau pemikiran seseorang atau kelompok orang. Karena Pancasila diangkat
dari nilai-nilai adat istiadat, kebudayaan, serta nilai religius, yang terdapat dalam
pandangan hidup masyaraakat Indonesia. Selanjutnya pengertian ideologi sebagai
kumpulan gagasan, ide, keyakinan, serta kepercayaan yang bersifat sistematis, yang
mengarahkan tingkah laku seseorang dalam berbagai bidang kehidupan, seperti:
a.) Bidang politik (termasuk bidang pertahanan dan keamanan).
b.) Bidang sosial.
c.) Bidang kebudayaan.
d.) Bidang keagamaan.

Sedangkan pengertian ideologi dalam arti cita-cita negara, atau cita-cita, yang
menjadi basis bagi suatu teori atau sistem kenegaraan, untuk seluruh rakyat dan
bangsa yang bersangkutan, pada hakikatnya merupakan asas kerokhanian yang antara
lain memiliki ciri sebagai berikut:
1. Mempunyai derajat yang tertinggi sebagi nilai hidup kebangsaan dan
kenegaraan.
2. Oleh karena itu dia merupakan suatu asas kerokhanian, pandangan dunia,
pandangan hidup yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dan dilestarikan
kepada generasi berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan
kesediaan berkorban.

Dengan demikian makna ideologi Nasional adalah sebagai kesatuan dari


gagasan, cita-cita dan ide-ide dasar dari segala aspek kehidupan manusia, di dalam
berkehidupan berkelompok. Peran dan posisi ideologi pada suatu negara sangat
penting, karena dia menggambarkan dasar negara, tujuan negara, sekaligus proses
pencapaian tujuan negara.

1) Pancasila sebagai Ideologi terbuka


Pancasila sebagai Ideologi terbuka Pengertian ideologi terbuka adalah ideologi
yang berisi orientasi yang besar. Sedangkan penerjemahannya ke dalam tujuan-tujuan
dan norma-norma sosial politik, selalu dapat dipertanyakan dan disesuaikan dengan

23
nilai dan prinsip moral yang berkembang di masyarakat19. Dalam ideologi terbuka
terdapat cita-cita dan nali-nilai yang bersifat mendasar, dan tidak langsung bersifat
operasional. Oleh karena itu, setiap kali harus dieksplisitkan. Dan eksplitasi dilakukan
dengan menghadapkannya pada berbagai masalah, yang senantiasa silih berganti
melalui refleksi yang rasional, sehingga terungkap makna rasionalnya. Maka dengan
demikian jelaslah bahwa penjabaran ideologi, dilaksanakan melalui interpretasi dan
reinterpretasi yang kritis. Gagasan mengenai Pancasila sebagai ideologi terbuka,
mulai berkembang sejak tahun 1985. Tetapi semangatnya sudah tumbuh sejak
Pancasila itu ditetapkan sebagai dasar negara20. Ideologi Pancasila dikatakan sebagai
ideologi terbuka, karena dia memiliki beberapa ciri, yang antara lain sebagai berikut:
a) Cita-cita, nilai yang ada dalam Pancasila bukan dipaksakan dari luar, tetapi
digali dan diambil dari harta kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat
Indonesia sendiri.
b) Tidak diciptakan oleh negara, tetapi digali ditemukan oleh masyarakat sendiri.
Oleh sebab itu ia merupakan milik seluruh rakyat, dan masyarakat dalam
menemukan diri kepribadiannya adalah di dalam ideologi tersebut.
c) Bukan diambil dari keyakinan ideologi sekelompok orang, tapi merupakan
hasil musyawarah, konsensus dari masyarakat itu sendiri.
d) Ideologi terbuka bukan dibenarkan tapi dia dibutuhkan.
e) Dia tidak operasional, tapi dioperasionalkan melalui seperangkat konstitusi,
dan perundang-undangan lainnya.21

2) Fungsi Pancasila sebagai Ideologi


Pancasila sebagai ideologi nasional sangatlah penting dan memiliki banyak
sekali fungsi bagi Negara Indonesia yaitu:
 Mempersatukan bangsa, memelihara dan mengukuhkan persatuan dan
kesatuan itu. Fungsi ini sangatlah penting bagi bangsa Indonesia karena
sebagai masyarakat majemuk sering koloali terancam perpecahan.
 Membimbing dan mengarahkan bangsa menuju tujuannya. Pancasila
memberi gambaran cita-cita bangsa Indonesia sekaligus menjadi sumber

19
Mustaqiem, 2013: 65
20
Emron, 1994: 38
21
Kader, Alwi, Pendidikan Pancasila untuk Mahasiswa (Banjarmasin: Antasari press, 2015) 120.

24
motivasi dan tekad perjuangan mencapai cita-cita, menggerakkan bangsa
melaksanakan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila.
 Memberikan tekad untuk memelihara dan mengembangkan identitas
bangsa. Pancasila memberi gambaran identitas bangsa Indonesia,
sekaligus memberi dorongan bagi nation and character building
berdasarkan Pancasila.
 Menyoroti kenyataan yang ada dan mengkritisi upaya perwujudan cita-
cita yang terkandung dalam Pancasila. Pancasila menjadi ukuran untuk
melakukan kritik mengenai keadaan Bangsa dan Negara.22

3) Nilai Pancasila sebagai Ideologi


1. Nilai Dasar Artinya sila-sila Pancasila bersifat universal sehingga didalamnya
terkandung cita-cita, tujuan serta nilai-nilai yang baik dan benar. sebuah nilai
yang mendasar yang relatif tetap dan tidak berubah dan ini terdapat dalam isi
kelima sila dalam Pancasila.
2. Nilai Instrumental Artinya Pancasila dapat dijabarkan lebih lanjut secara
kreatif dan dinamis sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
dengan catatan, nilainilai penjabarannya tidak bertentangan dengan nilai-nilai
dasar Pancasila.
3. Nilai Praktis Artinya Pancasila dapat diterapkan secara riil dalam kehidupan
seharihari.perwujudan nilai instrumental dalam bentuk nyata di dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara. Dalam
perwujudannya nilai praktis bersifat abstrak, misalnya saling menghormati,
bekerjasama, dan kerukunan antar sesama.

G. Hakikat dan Fungsi Ideologi


Ideologi mempunyai fungsi penting, yaitu menanamkan keyakinan atau
kebenaran perjuangan kelompok atau kesatuan yang berpegang teguh pada ideologi
itu. Maka ideologi menjadi sumber inspirasi dan sumber citacita hidup bagi para
warganya, khususnya para warganya yang masih muda. Ideologi berupa pedoman
artinya menjadi pola dan norma hidup. Tetapi sekaligus menjadi ideal atau cita-cita.
Realisasi dari ide-ide dipandang sebagai kebesaran, kemuliaan manusia. Dengan
22
https://www.gurupendidikan.co.id/pancasila-sebagai-dasar-negara/

25
melaksanakan ideologi, manusia tidak hanya sekedar ingin melakukan apa yang
disadari sebagai kewajiban, dengan ideologi manusia mengejar keluhuran. Oleh
karena itu, manusia sanggup mengorbankan harta benda, bahkan hidupnya demi
ideologi, karena ideologi menjadi pola, norma hidup dan dikejar pelaksanaannya
sebagai cita-cita, maka tidak mengherankan lagi jika ideologi menjadi bentuk hidup.
Sementara fungsi Ideologi dalam negara adalah sebagai berikut:
a.) Struktur kognitif, maksudnya keseluruhan pengetahuan yang dapat dijadikan
landasan, untuk memahami dan menafsirkan dunia dan kejadian-kejadian dialam
sekitar.
b.) Orientasi dasar dengan membuka wawasan, yang memberikan makna serta
menunjukkan tujuan dalam kehidupan manusia.
c.) Norma-norma yang menjadi pedoman bagi seseorang, untuk melangkah atau
bertindak.
d.) Bekal dan jalan bagi seseorang, untuk menemukan identitasnya, sebagai keuatan yang
mampu menyemangati dan mendorong seseorng, untuk menjalankan kegiatan dan
mencapai tujuan.
e.) Pendidikan bagi seseorang atau masyarakat, untuk memahami, menghayati, serta
memolakan tingkah lakunya, sesuai dengan orientasi dan norma-norma yang
terkandung di dalamnya.

H. Pentingnya Ideologi Bagi Suatu Bangsa


Ideologi sangatlah diperlukan oleh suatu bangsa atau negara demi
mewujudkan keinginan atau tujuan dari negaranya. Tanpa adanya kesepakatan
bersama maka akan sangat mustahil untuk mewujudkan harapan atau cita cita dari
negara tersebut. Oleh karena ideologi ini begitu sangat penting maka ada baiknya bila
kita mengetahui apa arti penting ideologi ini bagi negara. Diantaranya yaitu:
a.) Dengan memiliki ideologi nasional maka suatu bangsa dan negara bisa berdiri dengan
kukuh dan tidak mudah goyah atau terombang ambing oleh pengaruh dari ideologi
lain dan bisa menghadapi persoalan yang ada.
b.) Negara atau bangsa bisa membangkitkan kesadaran akan pentingnya kemerdekaan,
memberikan motivasi akan perjuangan untuk menggapai cita cita dan memberikan
orientasi terhadap dunia dan semua isinya.

26
c.) Ideologi bisa mempersatukan orang dari berbagai latar belakang. Seperti
mempersatukan orang dari berbagai macam golongan, ras, agama dan suku. Bahkan
juga bisa menyatukan orang dari berbagai ideologi.
d.) Ideologi juga memberikan tujuan dan arah yang jelas menuju kehidupan yang ingin
diimpikan atau diinginkan. Sebuah ideologi yang dihayati dan juga diamalkan oleh
seluruh rakyat akan dapat mewujudkan kesatuan dan persatuan demi kelangsungan
hidupnya.
e.) Ideologi bisa mengatasi konflik, masalah ataupun ketegangan sosial yang terjadi di
masyarakat.
f.) Ideologi bisa dan mampu mempersatukan orang dari berbagai agama.

Ideologi di setiap negara memiliki peran penting bagi kehidupan


masyarakatnya. Begitupun juga dengan di indonesia yang menganut ideologi
pancasila, pancasila juga mempunyai arti penting bagi kehidupan seluruh rakyat yang
ada di indonesia. Karena di dalam pancasila terdapat impian, cita cita dan tujuan yang
ingin dicapai serta diraih oleh bangsa indonesia. Dan begitu juga dengan ideologi
lainnya, mereka memiliki tujuan dan cita cita yang ingin diwujudkan.23

I. Pengamalan Sila-Sila Pancasila


Contoh Pengamalan Nilai Pancasila di Kehidupan Sehari-hari24:

1. Pengamalan sila pertama “Ketuhanan yang mah Esa”


 Percaya dan Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing.
 Hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dan
penganutpenganut kepercayaan yang berbeda-beda.
 Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayaanya.
 Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
 Memiliki sikap toleransi antar umat beragama.
 Tidak bersikap rasis terhadap pemeluk agama yang berbeda.

23
https://pengayaan.com/6-arti-penting-ideologi-bagi-suatu-bangsa-dan-negara/
24
https://www.google.com/amp/s/amp.tirto.id/isi-butir-butir-pengamalan-pancasila-lengkap-sila-1-sampai-5-
f5Mw

27
2. Pengamalan sila kedua “Kemanusian yang Adil dan Beradab”
 Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban
antara sesama manusia.
 Mengembangkan sikap tegang rasa.
 Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
 Berani membela kebenaran dan keadilan.
 Menghormati dan menghargai bangsa, golongan, atau negara lain.

3. Pengamalan sila ketiga "Persatuan Indonesia”


 Menempatkan persatuan, kesatuan, dan kepentingan bangsa/negara diatas
kepentingan pribadi dan golongan.
 Rela berkorban untuk kepentingan bangsa.
 Cinta tanah air dan bangsa.
 Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.
 Memajukan pergaulan dan kesatuan bangsa yang ber-bhineka tunggal ika.

4. Pengamalan sila keempat "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah


kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”
 Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
 Tidak memaksakan kehendak orang lain.
 Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
 Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh rasa kekeluargaan.
 Dengan i'tikad yang baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil musyawarah.
 Musyawarah dilaksanakan dengan akal sehat dan hati yang luhur.
 Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa.

28
5. Pengamalan sila kelima "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia"
 Mengembangkan sikap dan perbuatan-perbuatan yang luhur yang
mencerminkan sikap kekeluargaan dan gotong royong.
 Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
 Menghormati hak-hak orang lain.
 Tidak berbuat hal-hal yang merugikan kepentingan umum.
 Berusaha mewujudkan "Keadilan Sosial" yang merata.
 Tidak melakukan pemerasan terhadap orang lain.
 Menghargai hasil karya orang lain.
 Menghargai hak-hak orang lain.

J. Pengamalan Pancasila Secara Subjektif dan Objektif


1. Pengamalan secara objektif
Pengamalan pancasila yang objektif adalah pelaksanaan dalam bentuk
realisasi dalam setiap penyelengaraan negara, baik di bidang legislatif,
eksekutif, maupun yudikatif. Dan semua bidang kenegaraan terutama
realisasinya dalam bentuk peraturan perudang-undangan negara Indonesia
antara lain sebagai berikut25:
a.) Tafsiran UUD 1945, harus dapat dilihat dari sudut dasar filsafat negara
pancasila sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alenia IV.
b.) Pelaksanaan UUD 1945 dalam undang-undang harus mengingat dasar-
dasar pokok pikiran tercantum dalam dasar filsafat negara Indonesia.
c.) Tanpa mengurangi sifat undang-undang yang tidak dapat diganggu gugat,
interprestasi pelaksanaannya harus mengingat unsur-unsur yang
terkandung dalam dassaar filsafat negara.
d.) Interprestasi pelaksanaan undang-undang harus lengkap dan menyeluruh,
meliputi seluruh perundang-undangan dibawah undang-undang dan
keputusan-keputusan administratif dari tingkat penguasa penguasa negara,
mulai dari pemerintah pusat sampai dengan dengan alat-alat perlengkapan

25
https://www.coursehero.com/file/p2vltmo/Selain-itu-nilai-pancasila-bersifat-subyektif-dan-obyektif-yang-
dijelaskan/

29
negara di daerah, keputusan-keputusan pengadilan serta alat
perlengkapnya, begitu juga meliputi usaha kenegaraan dan ermasuk rakyat.
e.) Dengan demikian seluruh hidup kenegaraan dan tertip hukum Indonesia
didasarkan atas dan diliputi oleh asas filsafat, politik dan tujuan negara
didasarkan atas asas kerohanian Pancasila.

Hal ini termasuk pokok kaidah negara serta pokok pikiran yang
terkandung dalam pembukaan UUD 1945. Dalam realisasi pelaksanaan
kongkritnya yaitu dalam setiap penentuan kebijakan dibidang kenegaraan
antara lain:
a. Garis besar haluan negara.
b. Hukum, perundang-undangan, dan peradilan.
c. Pemerintah.
d. Politik dalam dan luar negeri.
e. Keselamatan, keamanan,dan pertahanan.
f. Kesejahteraan.
g. Kebudayaan.
h. Pendidikan

2. Pengamalan secara subjektif

Pengamalan pancasila pengamalan pancasila yang subyektif adalah


pelaksanaan dalam pribadi seseorang, warga negara, individu, penduduk,
penguasa, dan orang Indonesia. Pengamalan pancasila yang subyektif ini
justru lebih penting dari pengamalan yang karena pengamalan yang subyektif
merupakan syarat pengamalan pancasila yang obyektif26. Dengan demikian
pelaksanaan pancasila yang subyektif ini berkaitan dengan kesadaran,
ketaatan, serta kesiapan individu untuk mengamalkan pancasila. Dalam
pengertian inilah akan terwujud jika suatu keseimbangan kerohanian yang
mewujudkan suatu bentuk kehidupan dimana kesadaran wajib hukum telah
berpadu menjadi kesadaran wajib moral. Sehingga dengan demikian suatu
perbuatan yang tidak memenuhi wajib melaksanakan pancasila.

26
Notonegoro,1974: 44

30
Dalam pengamalan pancasila yang subyektif ini bilamana nilai-nilai pancasila
telah dipahami,diresapi, dan dihayati oleh seseorang maka orang itu telah memiliki
moral pancasila dan jika berlansung terus menerus sehingga melekat dalam hati maka
disebut dengan kepribadian pancasila. Pengertian kepribadian bangsa Indonseia dapat
dikembalikan kepada hakikat manusia. Telah diketahui bahwa segala sesuatu itu
memiliki tiga macam hakikat yaitu27: Hakikat abstrak, yaitu terdiri atas unsur-unsur
yang bersama-sama menjadikan hal itu ada, dan menyebabkan sesuatu yang sama
jenis menjadi berbeda dengan jenis lain sehingga hakikat ini disebut dengan hakikat
universal. Contoh: jenis manusia, hewan, tumbuhan.

Hakikat pribadi yaitu ciri khusus yang melekat sehingga membedakan dengan
sesuatu yang lain. Bagi bangsa Indonesia hakikat pribadi ini disebut dengan
kepribadian. Dan hakikat pribadi ini merupakan penjelmaan dari hakikat
abstrak.Hakikat kongkrit yaitu hakikat segala sesuatu dalam menyatakan kongkrit, dan
hakikat ini merupakan penjelmaan dari hakikat abstrak dan hakikat kongkrit.

Oleh karena itu bagi bangsa Indonsesia, pengertian kepribadian Indonesia ini
memiliki tingkatan yaitu:
a.) Kepribadian yang berupa sifat-sifat hakikat kemanusiaan ”monupluralis” jadi sifat-
sifat kemanusiaan yang abstrak umum universal. Dalam pengertian ini disebut
kepribadian kemanusiaan, karena termasuk jenis manusia, dan memiliki sifat
kemanusiaan.
b.) Kepribadian yang mengandung sifat kemanusiaan, yang telah terjelma dalam sifat
khas kepribadian bangsa Indonseia (pancasila) dan ditambah dengan sifat-sifat tetap
yang terdapat pada bangsa Indonesia, ciri khas, karakter, kebudayaan dan lain
sebagainnya.
c.) Kepribadian kemanusiaan, kepribadian Indonesia dalam realisasi kongkritnya, setiap
orang, suku bangsa, memiliki sifat yang tidak tetap, dinamis tergantung pada keadaan
manusia (Indonesia) perorangan secara kongkrit28.

27
https://www.coursehero.com/file/p2vltmo/Selain-itu-nilai-pancasila-bersifat-subyektif-dan-obyektif-yang-
dijelaskan/
28
Notonegoro, 1971: 169

31
Berdasarkan uraian diatas maka pengamalan pancasila subyektif dari pancasila
meliputi pelaksanaan dan pandangan hidup telah dirumuskan dalam P4 (Pedoman
Penghayatan Pengamalan Pancasila).

K. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Yang Mulai Terkikis

Berbicara tentang ideologi seharusnya kita menempatkan diri sebagai sesama


saudara, putra-putri ibu pertiwi Indonesia. Dimana kita mempunyai cita-cita yang
sama, yakni bertekad untuk mewujudkan kehidupan bersama dalam negara yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur sehingga bermanfaat bagi kita sendiri
serta anak turun kita kelak. Ideologi merupakan satu kesatuan sistem ide-ide yang
menawarkan rasionalisasi pandangan hidup (way of life) yang kemudian dijadikan
pedoman tentang benar dan salah serta dorongan untuk bertindak. Lahirnya Pancasila
sebagai ideologi dan dasar negara merupakan produk sejarah bangsa terjajah yang
ingin melepaskan diri dari belenggu penjajahan dalam mewujudkan negara yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Setelah melalui proses yang cukup
panjang, hidup bersama dalam satu wilayah Nusantara, bangsa Indonesia menemukan
Pancasila yang didalamnya tersimpul ciri khas, sifat, dan karakter bangsa yang
berbeda dengan bangsa lain, yang oleh pendiri negara kita dirumuskan dalam suatu
rumusan sederhana namun mendalam, yaitu rumusan Pancasila (lima dasar negara)
yang digali dari nilai-nilai luhur bangsa, dan kemudian disepakati sebagai ideologi
bangsa.

Pada masa lampau, kita pernah mengenal P4 (Pedoman Penghayatan dan


Pengamalan Pancasila) yang diatur dalam Tap MPR Nomor: II/MPR/1978. Ketetapan
tersebut kini telah dicabut oleh MPR dalam Tap MPR Nomor: XVIII/MPR/1998
tentang pencabutan ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
dan dinyatakan tidak berlaku dengan alasan demi tegaknya demokrasi. Ketetapan
tersebut kini tinggal sejarah, Pancasila pada saat ini hanyalah sebagai lambang suatu
bangsa dimana nilai-nilainya kini sudah tidak dipahami dan diamalkan lagi. Pancasila
pada masa ini terkesan dipaksakan keberadaannya, bukan berasal dari hati nurani
bangsa Indonesia. Generasi pada masa ini sangat minim pengetahuannya tentang
Pancasila. Dan menganggap Pancasila yang merupakan Ideologi bangsa hanya sebatas
sila-sila yang tak bermakna sehingga tidak perlu dipelajari, dipahami bahkan dihayati.

32
Bukti dari semua itu yakni tidak adanya pengamalan sila-sila yang terkandung dalam
Pancasila. Banyak terjadi diskriminasi antar agama, kerusuhan yang berlatar belakang
suku, ras, dan antar golongan (SARA), tidak dihargaimya pendapat masyarakat,
lunturnya budaya musyawarah, moral-moral bangsa yang menyeleweng serta ketidak
adilan dalam masyarakat. Seharusnya bangsa Indonesia bangga akan adanya
Pancasila, sebab Pancasila merupakan ideologi yang komplit dan konkrit. Pancasila
terbentuk atas jerih payah para pahlawan kemerdekaan Indonesia yang pada
sejarahnya telah melalui beberapa tahapan untuk mewujudkan ideologi bangsa yang
memiliki ciri khas dan berbeda dari negara-negara lainnya. Dengan tidak memahami
dan menghayati Pancasila berarti kita kurang menghargai jerih payah para pahlawan
kemerdekaan yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk membentuk ideologi
bangsa yang ideal berupa Pancasila.

Pada era kini munculnya modernisasi dan globalisasi menyebabkan dampak


positif maupun negatif. Salah satu dampak negatif yang kini sangat signifikan terlihat
adalah mulai pudarnya rasa cinta Pancasila dan selalu mengamalkan dan menghayati
nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila kurang menjadi
perhatian bagi kalangan generasi muda khususnya remaja. Nilai-nilai Pancasila
dianggap kurang menarik untuk diterapkan, bahkan yang lebih parahnya lagi, remaja
era kini semakin mengarah pada paham kebebasan yang sebebas-bebasnya. Seolah
mereka telah lupa memiliki dasar negara, pedoman hidup berupa Pancasila. Padahal
generasi muda adalah penentu perjalanan bangsa pada masa yang akan datang.
Bagaimana generasi muda saat ini bisa mempertahankan kesatuan dan keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, jika tidak mempelajari, memahami, bahkan
mengamalkan Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia. Para pejabat
mulai dari presiden dan para menteri merasa perlu untuk membangkitkan kembali
nilai-nilai Pancasila yang pada era ini sudah mulai kehilangan fungsi asalnya.
Pancasila yang sejak awal disusun untuk menjadi pedoman dan ideologi bangsa mulai
kehilangan peran utamanya sejak diamandemen.

Pada era globalisasi seperti ini wajib adanya bagi kita untuk memahami peran
Pancasila, khususnya sebagai dasar Negara. Kita sebagai warga Negara Indonesia di
tuntut untuk harus memilik pandangan yang sama mengenai nilai pancasila, agar kita
memiliki persepsi dan sikap yang sama terhadap kedudukan, peranan, dan fungsi

33
Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Apalagi bila
dikaji perkembanganya terakhir ini dihadapkan pada suatu yang tidak kondusif di
mana nilai nilai Pancasila atau kedudukannya mulai di ragukan, di perdebatkan,
dalam wacana politis maupun akademis.29Maka dari itu kita sebagai generasi
Pancasila perlu membangkitkan kembali semangat Pancasila yang telah diwariskan
oleh para pendahulu kita dan perlu adanya penghayatan nilai-nilai Pancasila sehingga
bisa terealisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sehingga terciptalah
bangsa Indonesia sesuai dengan cita-cita para pendiri bangsa.

L. Membangun Bangsa Yang Berkarakter

Bangsa Indonesia haruslah bangkit dari segala bentuk penindasan ataupun


penjajahan yang tak kasat mata. Memang bangsa Indonesia sudah tidak lagi terjerat
pada kolonial penjajah portugis, Inggris, Jepang atau Belanda. Namun, dewasa ini
justru dijajah oleh bangsa kita sendiri. Dan hal itu justru lebih berbahaya. Penjajahan
oleh bangsa sendiri akan mengadu domba sesama saudara, menurunkan kualitas
hidup, melemahkan sistem kenegaraan, mengikis sendi-sendi keadilan, dan
menjadikan masyarakat sebagai budak di negeri sendiri.

Karena kualitas bangsa atau seseorang ditentukan dengan dua hal, yaitu
kompetensi dan karakter. Jadi, dua duanya tidak bisa di pisah dan harus seimbang
Kompetensi adalah kemampuan untuk mengatasi problematika yang sifanya linial SD,
SMP ,SMA, SARJANA, DOKTOR, PROFESOR. Sedangkan Karakter adalah
sejumlah sifat baik yang menjadi perilaku sehari hari, untuk menjalankan tugas sesuai
tanggung jawab. Sehingga dari office boy sampai dengan presiden itu semua
mempunyai tanggung jawab masing masing. Mengapa? Karena manusia hidup di
dunia ini memiliki dua peran yaitu satu, menjadi hamba Allah SWT dan dua, manusia
hidup di dunia ini untuk menjadi pemimpin untuk membangun peradaban dunia. Jadi
jika membangun peradaban hanya mengandalkan kompetensi atau pemikir saja maka
akan mengarah kepada sesuatu yang tidak jelas. Beda dengan karakter, jika sesorang
mempunyai karakter akan muncul pada diri sesorang tersebut, apa yang sudah saya
lakukan dan berikan atas semua tanggung jawab saya ini.30
29
Kunawi Basyir, Pancasila dan kewarganegaraan,(Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press,2013)

30
http://youtu.be/tH8iZs_dSuo

34
Seharusnya, sudah menjadi perhatian kita untuk memperbaiki karakter bangsa
pada zaman ini. Oleh sebab itu, kita masih memiliki harapan dengan menjadikan
bangsa ini menjadi bangsa yang berkarakter luhur serta mulia. Bila negara kita dapat
memberikan pendidikan karakter kepada warga negara sejak dini, maka akan tercipta
pula generasi yang berkarakter dan berwawasan kebangsaan yang luas melalui
penghayatan dan pengamlan Pancasila. Demikian pila kita faham bahwa tuhan tidak
akan merubah keadaan suatu kaum bila mereka tidak berusaha melakukan perubahan
itu. Lima pilar karakter luhur bangsa Indonesia mencakup:

1. Transendensi: menyadari bahwa manusia merupakan ciptaan Tuhan yang


Maha Esa. Dari kesadaran ini akan memunculkan sikap penghambaan semata-
mata terhadap Tuhan yang Maha Esa. Kesadran ini juga berarti memahami
keberadaan diri dan alam sekitar, sehingga mampu menjaga dan
memakmurkannya.
2. Humanisasi: setiap manusia pada hakikatnya setara di mata Tuhan, kecuali
ilmu dan ketakwaan yang membedakan.
3. Kebinekaan: kesadaran akan adanya sekian banyak perbedaan di dunia. Akan
tetapi, mampu mengambil kesamaan untuk menumbuhkan kekuatan.
4. Liberasi: pembebasan akan adanya penindasan sesama manusia. Karenanya,
tidak dibenarkan akan adanya penindasan manusia atas manusia.
5. Keadilan: keadilan merupakan kunci kesejahteraan. Adil tidak berarti sama,
tapi proposional.

Sukamto (2009) mengemukakan bahwa untuk melakukan pendidikan karakter,


perlu adanya powerfull ideas, yang menjadi pintu masuk pendidikan karakter.
powerfull ideas ini meliputi: (1) god, the world and me (gagasan tentang tuhan, dunia
dan saya); (2) knowing yourself (memahami diri sendiri); (3) becoming a moral
person (menjadi manusia bermoral); (4) understanding and being understood getting
along with others (memahami dan dipahami); (5) a sense of belonging (bekerjasama
dengan orang lain); (6) drawing strength from the past (mengambil kekuatan dimasa
lalu); (7) dien for all times and places; (8) caring for Allahs creation (kepedulian
terhadap makhluk); (9) making a difference (membuat perbedaan); (10) taking the
lead. Karakter berbangsa juga dapat dibangun dengan menyebarkan dimensi karakter.

35
Menurut Dale F. Hay, Jenniffer Castle, dan Jessica Jewett 31 karakter yang
ditumbuh kembangkan dalam kehidupan seseorang terdiri atas beberapa
dimensi:Social sensivity. Orang yang berkarakter tidak hanya sekedar peduli, tetapi
juga mengulurkan tangan dan memiliki sensitivitas sosial. Jadi, orang yang
berkarakter selalu mengembangkan simpati dan empati. Nurturance and care. Orang
yang berkarakter adalah sosok yang memberi perlindungan, dan menjaga hubungan
baik dengan orang lain. Sharing, cooperation and fairness. Orang yang berkarakter
selalu mengembangkan sifat berbagi, bekerja sama, dan adil. Helping others. Orang
yang berkarakter adalah pribadi yang suka menolong dan membantu orang lain.
Honesty. Orang yang berkarakter adalah individu yang jujur. Moral choice. Orang
yang berkarakter selalu mengedepankan moral dan etika. Self control and self
monitoring. Orang yang berkarakter selalu mengontrol dan intropeksi diri. Social
problem solving and conflict resolution. Orang yang berkarakter mampu
menyelesaikan masalah dan konflik sosial.

31
Buku Development through Life, A Handbook for Clinicans (1994)

36
RINGKASAN

Pancasila adalah pilar ideologis negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata
dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan
rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Lima ideologi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan
yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, dan tercantum pada alinea ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-Undang Dasar
1945.Sekalipun terjadi perubahan isi dan urutan lima sila Pancasila yang berlangsung dalam
beberapa tahap selama masa perumusan Pancasila pada tahun 1945, tanggal 1 Juni diperingati
bersama sebagai hari lahirnya Pancasila.

Secara etimologis istilah “Pancasila” berasal dari Sansekerta dari India (bahasa kasta
Brahmana) adapun bahasa rakyat biasa adalah bahasa Prakerta. Menurut Muhammad Yamin,
dalam bahasa sansekerta perkataan “Pancasila” memilki dua macam arti secara leksikal yaitu:
“panca” artinya “lima”, “syila” vokal I pendek artinya “batu sendi”, “alas”, atau “dasar”,
“syiila” vokal i pendek artinya “peraturan tingkah laku yang baik, yang penting atau yang
senonoh.Secara historis: Proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam sidang BPUPKI
pertama dr. Radjiman Widyodiningrat, mengajukan suatu masalah, khususnya akan dibahas
pada sidang tersebut. Masalah tersebut adalah tentang suatu calon rumusan dasar negara
Indonesia yang akan dibentuk. Kemudian tampilah pada sidang tersebut tiga orang pembicara
yaitu Mohammad Yamin, Soepomo dan Soekarno.

Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam siding tersebut Ir. Soekarno berpidato secara lisan
(tanpa teks) mengenai calon rumusan dasar negara Indonesia. Kemudian untuk memberikan
nama “Pancasila” yang artinya lima dasar, hal ini menurut Soekarno atas saran dari salah
seorang temannya yaitu seorang ahli bahasa yang tidak disebutkan namanya.Pada tanggal 17
Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, kemudian keesokan harinya
tanggal 18 Agustus 1945 disahkannya Undang-Undang Dasar 1945 termasuk Pembukaan
UUD 1945 di mana didalamnya termuat isi rumusan lima prinsip atau lima prinsip sebagai
satu dasar negara yang diberi nama Pancasila.

37
Sejak saat itulah perkataan Pancasila menjadi bahasa Indonesia dan merupakan istilah
umum. Walaupun dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tidak termuat istilah “Pancasila”,
namun yang dimaksudkan Dasar Negara Republik Indonesia adalah disebut dengan istilah
“Pancasila”. Hal ini didasarkan atas interpretasi historis terutama dalam rangka pembentukan
calon rumusan dasar negara, yang secara spontan diterima oleh peserta sidang secara
bulat.Secara Terminologis: Proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 itu telah
melahirkan negara Republik Indonesia. Untuk melengkapi alat-alat perlengkapan negara
sebagaimana lazimnya negara-negara yang merdeka, maka panitia Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) segera mengadakan sidang. Dalam sidangnya tanggal 18
Agustus 1945 telah berhasil mengesahkan UUD negara Republik Indonesia yang dikenal
dengan UUD 1945. Adapun UUD 1945 terdiri atas dua bagian yaitu Pembukaan UUD 1945
dan pasal-pasal UUD 1945 yang berisi 37 pasal, 1 aturan Aturan Peralihan yang terdiri atas 4
pasal dan 1 Aturan Tambahan terdiri atas 2 ayat.

Pancasila sebagai sistem filsafat sudah dikenal sejak para pendiri negara
membicarakan masalah dasar filosofis negara (Philosofische Grondslag) dan pandangan
hidup bangsa (weltanschauung). Meskipun kedua istilah tersebut mengandung muatan
filsofis, tetapi Pancasila sebagai sistem filsafat yang mengandung pengertian lebih akademis
memerlukan perenungan lebih mendalam. Filsafat Pancasila merupakan istilah yang
mengemuka dalam dunia akademis. Ada dua pendekatan yang berkembang dalam pengertian
filsafat Pancasila, yaitu Pancasila sebagai genetivus objectivus dan Pancasila sebagai
genetivus subjectivus. Kedua pendekatan tersebut saling melengkapi karena yang pertama
meletakkan Pancasila sebagai aliran atau objek yang dikaji oleh aliran-aliran filsafat lainnya,
sedangkan yang kedua meletakkan Pancasila sebagai subjek yang mengkaji aliran-aliran
filsafat lainnya. Pentingnya Pancasila sebagai sistem filsafat ialah agar dapat diberikan
pertanggungjawaban rasional dan mendasar mengenai sila-sila dalam Pancasila sebagai
prinsip-prinsip politik; agar dapat dijabarkan lebih lanjut sehingga menjadi operasional dalam
penyelenggaraan negara; agar dapat membuka dialog dengan berbagai perspektif baru dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara; dan agar dapat menjadi kerangka evaluasi terhadap
segala kegiatan yang bersangkut paut dengan kehidupan bernegara, berbangsa, dan
bermasyarakat.

38
Setelah memperoleh gambaran dan pemahaman tentang teori dan corak
ideologi, maka Anda perlu mengenali beberapa fungsi ideologi sebagai berikut:
a. Struktur kognitif; keseluruhan pengetahuan yang dapat menjadi landasan untuk
memahami dan menafsirkan dunia, serta kejadian-kejadian di lingkungan sekitarnya.
b. Orientasi dasar dengan membuka wawasan yang memberikan makna serta
menunjukkan tujuan dalam kehidupan manusia. Norma-norma yang menjadi pedoman
dan pegangan bagi seseorang untuk melangkah dan bertindak. Bekal dan jalan bagi
seseorang untuk menemukan identitasnya.
c. Kekuatan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk menjalankan
kegiatan dan mencapai tujuan.
d. Pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami, menghayati serta
memolakan tingkah lakunya sesuai dengan orientasi dan norma-norma yang terkandung
di dalamnya.32
Pentingnya Pancasila sebagai ideologi negara bagi mahasiswa adalah untuk
memperlihatkan peran ideologi sebagai penuntun moral dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara sehingga ancaman berupa penyalahgunaan narkoba, terorisme,
dan korupsi dapat dicegah. Di samping itu, Pancasila sebagai ideologi negara pada
hakikatnya mengandung dimensi realitas, idealitas, dan fleksibilitas yang memuat nilai-
nilai dasar, cita-cita, dan keterbukaan sehingga mahasiswa mampu menerima kedudukan
Pancasila secara akademis.
Ideologi adalah sebuah istilah yang lahir pada akhir abad ke-18 atau tahun 1796
yang dikemukakan oleh filsuf Perancis bernama Destutt de Tracy dan kemudian dipakai
Napoleon. Istilah itu berasal dari dua kata ideos yang berarti gagasan, dan logos yang
artinya ilmu. Dengan demikian, ideologi adalah sebuah ilmu tentang gagasan. Adapun
gagasan yang dimaksud adalah gagasan tentang masa depan, sehingga bisa disimpulkan
bahwa ideologi adalah sebuah ilmu tentang masa depan. Gagasan ini juga sebagai cita-cita
atau kombinasi dari keduanya, yaitu cita-cita masa depan. Sungguh pun cita-cita masa
depan itu sebagai sbuah utopia, atau impian, tetapi sekaligus juga merupakan gagasan
ilmiah, rasional, yang bertolak dari analisis masa kini.Ideologi ini tidak sekedar gagasan,
melainkan gagasan yang diikuti dan dianut sekelompok besar manusia atau bangsa,
sehingga karena itu ideologi bersifat mengerakkan manusia untuk merealisasikan gagasan
tersebut. Meskipun gagasan seseorang, betapapun ilmiah, rasional atau luhurnya, belum

32
Soerjanto, 1991: 48

39
bisa disebut ideologi, apabila belum dianut oleh banyak orang dan diperjuangkan serta
diwujudkan, dengan aksi-aksi yang berkesinambungan.

Walaupun suatu ideologi telah memiliki solusi masalah kehidupan yang fundamental
dan mempunyai cara memecahkan berbagai permasalahan kehidupan manusia, namun itu
bukanlah jaminan bahwa ideologi tersebut merupakan ideologi yang benar, yang mempunyai
kemampuan untuk membawa manusia mencapai kebahagian hakiki dan menghindarkannya
dari malapetaka kehidupan di dunia. Pancasila sebagai ideologi merupakan termasuk dalam
ideologi terbuka, Gagasan terkait hal tersebut mulai berkembang sejak tahun 1985. Tetapi
semangatnya sudah tumbuh sejak Pancasila itu ditetapkan sebagai dasar negara. Ideologi
Pancasila dikatakan sebagai ideologi terbuka, karena dia memiliki beberapa ciri, yang antara
lain sebagai berikut:

a.) Cita-cita, nilai yang ada dalam Pancasila bukan dipaksakan dari luar, tetapi
digali dan diambil dari harta kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat
Indonesia sendiri.
b.) Tidak diciptakan oleh negara, tetapi digali ditemukan oleh masyarakat sendiri.
Oleh sebaba itu ia merupakan milik seluruh rakyat, dan masyarakat dalam
menemukan diri kepribadiannya adalah di dalam ideologi tersebut.
c.) Bukan diambil dari keyakinan ideologi sekelompok orang, tapi merupakan
hasil musyawarah, konsensus dari masyarakat itu sendiri.
d.) Ideologi terbuka bukan dibenarkan tapi dia dibutuhkan.
e.) Dia tidak operasional, tapi dioperasionalkan melalui seperangkat konstitusi,
dan perundang-undangan lainnya. Oleh sebab ituideologi terbuka, seperti yang
dikembangkan di Indonesia, senantiasa terbuka untuk peroses reformasi dalam
bidang kenegaraan, karena ideologi terbuka berasal dari masyarakat yang
dinamis.
f.) Pancasila sebagai ideologi terbuka, senantiasa berkembang seiring dengan
perkembangan aspirasi, pemikiran akselari dari masyarakat, dalam
mewujudkan cita-citanya untuk hidup berbangsa dan bernegara, dalam
mencapai harkat dan martabat kemanusiaan.

Selanjutnya sebagai ideologi terbuka, Pancasila memberikan orientasi ke


depan, mengharuskan bangsanya untuk selalu menyadari situasi kehidupan, yang

40
sedang dan akan dihadapinya, terutama dalam menghadapi globalisasi dan era
keterbukaan dunia dalam segala bidang. Sehingga ideologi Pancasila menghendaki
agar bangsa Indonesia, selalu berada dalam ikatan negara kesatuan Republik
Indonesia. Pancasila sebagai ideologi terbuka, memberikan landasan yang kuat untuk
tumbuhnya pola sikap, pola pikir, dan pola tindak yang bersifat tradisional, menuju
berkembangnya cipta, rasa dan karsa, yang maju dan mandiri, untuk menyongsong
dinamika kehidupan sesuai dengan perubahan-perubahan yang dinamis.

Ideologi sangat penting bagi suatu bangsa dan negara, untuk mewujudkan
tujuan dari negara itu sendiri. Arti penting ideologi diantaranya sebagai berikut:
 Dengan memiliki ideologi nasional maka suatu bangsa dan negara bisa berdiri
dengan kukuh dan tidak mudah goyah atau terombang ambing oleh pengaruh
dari ideologi lain dan bisa menghadapi persoalan yang ada.
 Negara atau bangsa bisa membangkitkan kesadaran akan pentingnya
kemerdekaan, memberikan motivasi akan perjuangan untuk menggapai cita
cita dan memberikan orientasi terhadap dunia dan semua isinya.
 Ideologi bisa mempersatukan orang dari berbagai latar belakang. Seperti
mempersatukan orang dari berbagai macam golongan, ras, agama dan suku.
Bahkan juga bisa menyatukan orang dari berbagai ideologi.
 Ideologi juga memberikan tujuan dan arah yang jelas menuju kehidupan yang
ingin diimpikan atau diinginkan. Sebuah ideologi yang dihayati dan juga
diamalkan oleh seluruh rakyat akan dapat mewujudkan kesatuan dan persatuan
demi kelangsungan hidupnya.
 Ideologi bisa mengatasi konflik, masalah ataupun ketegangan sosial yang
terjadi di masyarakat.
 Ideologi bisa dan mampu mempersatukan orang dari berbagai agama.

Pancasila sebagai ideologi nasional merupakan nilai yang terkandung di


dalamnya dan menjadi cita-cita normatif di dalam penyelenggaraan negara. Secara
luas Pengertian Pancasila sebagai Ideologi negara adalah visi atau arah dari
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia ialah terwujudnya
kehidupan yang menjunjung tinggi ketuhanan, nilai kemanusiaan, kesadaran akan
kesatuan, berkerakyatan serta menjunjung tinggi nilai keadilan.

41
Pancasila sebagai ideologi nasional, memiliki pemahaman dalam sudut
pandang budaya bangsa dan bukan melalui sudut pandang kekuasaan, hal ini
bermakna bahwa Pancasila bukanlah sebagai alat kekuasaan namun sebagai alat yang
menyatukan bangsa dan negara. Pancasila adalah dasar negara Indonesia dan sudah
sepatutnya menjadi dasar kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh
masyarakat indonesia, nilainilai Pancasila merupakan cakupan dari nilai, norma, dan
moral yang harusnya mampu diamalkan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab
apabila Bangsa Indonesia mampu mengamalkan nilai-nilai tersebut maka degradasi
moral dan kebiadaban masyarakat dapat diminimalisir, secara tidak langsung juga
akan mengurangi kriminalitas di Indonesia, meningkatkan keamanan dan
kesejahteraan bangsa Indonesia. Proses lahirnya Pancasila menjadi sejarah yang tidak
akan pernah terlupakan oleh bangsa Indonesia. Kata pancasila berasal dari bahasa
Sansekerta. Panca berarti lima dan Sila berarti prinsip atau asas. Pancasila berarti lima
asas atau Lima Dasar atau lima Sila. Lima sila tersebut adalah:

1. Ketuhanan yang maha Esa.


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dan kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Masing–masing sila mengandung nilai–nilai yang menjadi pedoman bagi Bangsa


Indonesia. Nilai-nilai Pancasila terkandung dalam pembukaan UUD 1945 secara yuridis
memiliki kedudukan sebagai pokok kaidah Negara yang Fundamental. Adapun
pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya memuat nilainilai Pancaasila, yang bilamana
dianalisis makna yang terkandung di dalamnya tiak lain merupakan derivasi atau
penjabaran dari nilai-nilai Pancasila. Lahirnya Pancasila sebagai ideologi dan dasar
negara merupakan produk sejarah bangsa terjajah yang ingin melepaskan diri dari
belenggu penjajahan dalam mewujudkan negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil
dan makmur. Setelah melalui proses yang cukup panjang, hidup bersama dalam satu
wilayah Nusantara, bangsa Indonesia menemukan Pancasila yang didalamnya tersimpul
ciri khas, sifat, dan karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa lain, yang oleh pendiri
negara kita dirumuskan dalam suatu rumusan sederhana namun mendalam, yaitu rumusan

42
Pancasila (lima dasar negara) yang digali dari nilai-nilai luhur bangsa, dan kemudian
disepakati sebagai ideologi bangsa.

Pada era kini munculnya modernisasi dan globalisasi menyebabkan dampak


positif maupun negatif. Salah satu dampak negatif yang kini sangat signifikan terlihat
adalah mulai pudarnya rasa cinta Pancasila dan selalu mengamalkan dan menghayati
nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila kurang menjadi
perhatian bagi kalangan generasi muda khususnya remaja. Nilai-nilai Pancasila dianggap
kurang menarik untuk diterapkan, bahkan yang lebih parahnya lagi, remaja era kini
semakin mengarah pada paham kebebasan yang sebebas-bebasnya. Seolah mereka telah
lupa memiliki dasar negara, pedoman hidup berupa Pancasila. Padahal generasi muda
adalah penentu perjalanan bangsa pada masa yang akan datang.

Bagaimana generasi muda saat ini bisa mempertahankan kesatuan dan keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, jika tidak mempelajari, memahami, bahkan
mengamalkan Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia. Para pejabat mulai
dari presiden dan para menteri merasa perlu untuk membangkitkan kembali nilai-nilai
Pancasila yang pada era ini sudah mulai kehilangan fungsi asalnya. Pancasila yang sejak
awal disusun untuk menjadi pedoman dan ideologi bangsa mulai kehilangan peran
utamanya sejak diamandemen. Karena pada dasarnya kualitas suatu bangsa ditentukan
oleh dua hal yaitu kompetensi dan karakter. Jadi,keduanya tidak bisa dipisahkan satu
dengan yang lain. Akan tetapi yang terjadi pada negeri kita saat ini ialah krisis moral atau
kurangnya karakter. Pemerintah hanya mementingkan kompetensi atau pemikir dan tidak
terlalu memperhatikan karakter. Maka kita sebagai generasi bangsa harus giat dan
semangat mempelajari ilmu kewarganegaraan sehingga tumbuh dan berkembang karakter
yang ada pada diri kita.

Pancasila perlu disosialisasikan agar dipahami oleh dunia sebagai landasan


filosofis bangsa Indonesia dalam mempertahankan eksistensi dan mengembangkan
dirinya menjadi bangsa yang sejahtera dan modern. Sebagai ideologi nasional, ia harus
diperjuangkan untuk diterima kebenarannya melewati batas-batas Negara bangsa kita
sendiri. Tentu bentuk perjuangan ideologi pada waktu ini berbeda dengan zaman
berbenturannya nasionalisme dengan imperialisme, sosialisme dengan kapitalisme, dan
antara demokrasi dengan totaliterianisme. Keberhasilan Pancasila sebagai suatu ideologi

43
akan diukur dari terwujudnya kemajuan yang pesat, kesejahteraan yang tinggi, dan
persatuan yang mantap dari seluruh rakyat Indonesia. Hanya dengan mencapai kondisi
bangsa yang maju, sejahtera, dan bersatu sajalah Indonesia dapat menjadi salah satu
rujukan dunia. Saat itulah Pancasila berpotensi untuk diterima oleh bangsa-bangsa lain di
dunia. Saya berpendapat, kondisi itu adalah hal yang mungkin terjadi yang perlu
diwujudkan; menjadi mission sacre kita sebagai suatu bangsa.

Tugas kaum terpelajarlah untuk mengartikulasikan keinginan rakyat untuk maju


dengan mewarnai Pancasila yang memiliki rumusan tajam di segala bidang untuk
menjawab tantangan yang sedang dihadapi bangsa dan negara kita. Konsepsi dan praktik
kehidupan yang Pancasilais terutama harus diwujudkan dalam keseharian kaum elite, para
pemimpin, para penguasa, para pengusaha, dan kaum terpelajar Indonesia untuk menjadi
pelajaran masyarakat luas.

44
DAFTAR PUSTAKA

‘Athiyat, Ahmad. 2004. Jalan Baru Islam; Studi Tentang Transformasi dan Kebangkitan
Umat, (At-Thariq) alih bahasa Dede Koswara, (Cet. I; Bogor: Pustaka Thariqul Izzah),
84.
Bakry, Noor Ms. 2010. Pendidikan Pancasila. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2013.
Materi Ajar Mata Kuliah Pendidikan Pancasila. Jakarta: Departeman Pendidikan
Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Setiardja, Gunawan. Hak-Hak Asasi Manusia Berdasarkan Ideologi Pancasila (Yogyakarta:
Katinisius, 1993), 21.
Setiardja, Gunawan. Hak-Hak Asasi Manusia Berdasarkan Ideologi Pancasila (Yogyakarta:
Kanisius, 1993), 17.
Ibid, halaman 115.
Kaderi, Alwi. 2015. Pendidikan Pancasila untuk Mahasiswa. Banjarmasin: Antasari press.
hal 115.
Kunawi Basyir, Pancasila dan kewarganegaraan (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2013)
Oetojo Oesman dan Alfian (Eds). 1991. Pancasila Sebagai Ideologi dalam Berbagai Bidang
Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara. Jakarta: BP-7 Pusat,.
Sarbini. 2005. Islam di tepian Revolusi: Ideologi, Pemikiran dan Gerakan. Yogyakarta: Pilar
Media.
Taqiyuddin An Nabhani, Peraturan Hidup dalam Islam, 21.
Taqiyuddin An Nabhani, Peraturan Hidup dalam Islam, 37.
Taqiyuddin An Nabhani, Peraturan Hidup dalam Islam, 39.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pancasila
https://pancasila.weebly.com/pengertian-pancasila.html
https://pengayaan.com/6-arti-penting-ideologi-bagi-suatu-bangsa-dan-negara/
https://guruppkn.com/pancasila-sebagai-ideologi-nasional
http://youtu.be/tH8iZs_dSuo
https://www.coursehero.com/file/p2vltmo/Selain-itu-nilai-pancasila-bersifat-subyektif-dan-
obyektif-yang-dijelaskan/

45
https://www.google.com/amp/s/amp.tirto.id/isi-butir-butir-pengamalan-pancasila-lengkap-
sila-1-sampai-5-f5Mw

46

Anda mungkin juga menyukai