0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
10 tayangan5 halaman
Dokumen tersebut membahas Pancasila dari berbagai sumber, yaitu:
1. Sumber historis menjelaskan proses perumusan Pancasila oleh para pendiri bangsa.
2. Sumber yuridis menyatakan Pancasila sebagai dasar negara dalam UUD 1945.
3. Sumber sosiologis menjelaskan relevansi Pancasila dalam keragaman sosial Indonesia.
4. Sumber filosofis menjelaskan makna dan fungsi Pancasila sebagai pandangan
Dokumen tersebut membahas Pancasila dari berbagai sumber, yaitu:
1. Sumber historis menjelaskan proses perumusan Pancasila oleh para pendiri bangsa.
2. Sumber yuridis menyatakan Pancasila sebagai dasar negara dalam UUD 1945.
3. Sumber sosiologis menjelaskan relevansi Pancasila dalam keragaman sosial Indonesia.
4. Sumber filosofis menjelaskan makna dan fungsi Pancasila sebagai pandangan
Dokumen tersebut membahas Pancasila dari berbagai sumber, yaitu:
1. Sumber historis menjelaskan proses perumusan Pancasila oleh para pendiri bangsa.
2. Sumber yuridis menyatakan Pancasila sebagai dasar negara dalam UUD 1945.
3. Sumber sosiologis menjelaskan relevansi Pancasila dalam keragaman sosial Indonesia.
4. Sumber filosofis menjelaskan makna dan fungsi Pancasila sebagai pandangan
A. Sumber Historis Pancasila Sebagai Ideologi Pancasila
Proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam sidang BPUPKI pertama dr. Radjiman Widyodiningrat, mengajukan suatu masalah, khususnya akan dibahas pada sidang tersebut. Masalah tersebut adalah tentang suatu calon rumusan dasar negara Indonesia yang akan dibentuk. Kemudian tampilah pada sidang tersebut tiga orang pembicara yaitu Mohammad Yamin, Soepomo dan Soekarno. Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam siding tersebut Ir. Soekarno berpidato secara lisan (tanpa teks) mengenai calon rumusan dasar negara Indonesia. Kemudian untuk memberikan nama “Pancasila” yang artinya lima dasar, hal ini menurut Soekarno atas saran dari salah seorang temannya yaitu seorang ahli bahasa yang tidak disebutkan namanya. Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, kemudian keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945 disahkannya Undang-Undang Dasar 1945 termasuk Pembukaan UUD 1945 di mana didalamnya termuat isi rumusan lima prinsip atau lima prinsip sebagai satu dasar negara yang diberi nama Pancasila. Sejak saat itulah perkataan Pancasila menjadi bahasa Indonesia dan merupakan istilah umum. Walaupun dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tidak termuat istilah “Pancasila”, namun yang dimaksudkan Dasar Negara Republik Indonesia adalah disebut dengan istilah “Pancasila”. Hal ini didasarkan atas interpretasi historis terutama dalam rangka pembentukan calon rumusan dasar negara, yang secara spontan diterima oleh peserta sidang secara bulat. B. Sumber Yuridis Pancasila sebagai Dasar Negara Secara yuridis ketatanegaraan, Pancasila merupakan dasar negara Republik Indonesia sebagaimana terdapat pada Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yang kelahirannya ditempa dalam proses kebangsaan Indonesia. Melalui Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 sebagai payung hukum, Pancasila perlu diaktualisasikan agar dalam praktik berdemokrasinya tidak kehilangan arah dan dapat meredam konflik yang tidak produktif Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR periode 2009--2014, 2013: 89. Peneguhan Pancasila sebagai dasar negara sebagaimana terdapat pada pembukaan, juga dimuat dalam Ketetapan MPR Nomor XVIIIMPR1998, tentang Pencabutan Ketetapan MPR Nomor IIMPR1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila Ekaprasetya Pancakarsa dan ketetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara. Meskipun status ketetapan MPR tersebut saat ini sudah masuk dalam kategori ketetapan MPR yang tidak perlu dilakukan tindakan hukum lebih lanjut, baik karena bersifat einmalig final, telah dicabut maupun telah selesai dilaksanakan Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR periode 2009- 2014, 2013: 90. Selain itu, juga ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Perundang- undangan bahwa Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum negara. Penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara, yaitu sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, bahwa Pancasila ditempatkan sebagai dasar dan ideologi negara serta sekaligus dasar filosofis bangsa dan negara sehingga setiap materi muatan peraturan perundangundangan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang 86 terkandung dalam Pancasila Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR periode 2009-2014, 2013: 90-91. C. Sumber Sosiologis Pancasila Sebagai Ideologi Pancasila Bangsa Indonesia yang penuh kebhinekaan terdiri atas lebih dari 300 suku bangsa yang tersebar di lebih dari 17.000 pulau, secara sosiologis telah mempraktikan Pancasila karena nilai-nilai yang terkandung di dalamnya merupakan kenyataan-kenyataan (materil, formal, dan fungsional) yang ada dalam masyarakat Indonesia. Kenyataan objektif ini menjadikan Pancasila sebagai dasar yang mengikat setiap warga bangsa untuk taat pada nilai-nilai instrumental yang berupa norma atau hukum tertulis (peraturan perundangundangan, yurisprudensi, dan traktat) maupun yang tidak tertulis seperti adat istiadat, kesepakatan atau kesepahaman, dan konvensi. Kebhinekaan atau pluralitas masyarakat bangsa Indonesia yang tinggi, dimana agama, ras, etnik, bahasa, tradisi-budaya penuh perbedaan, menyebabkan ideologi Pancasila bisa diterima sebagai ideologi pemersatu. Data sejarah menunjukan bahwa setiap kali ada upaya perpecahan atau pemberontakan oleh beberapa kelompok masyarakat, maka nilai-nilai Pancasilalah yang dikedepankan sebagai solusi untuk menyatukan kembali. Begitu kuat dan ‘ajaibnya’ kedudukan Pancasila sebagai kekuatan pemersatu, maka kegagalan upaya pemberontakan yang terakhir (G30S/PKI) pada 1 Oktober 1965 untuk seterusnya hari tersebut dijadikan sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Bangsa Indonesia yang plural secara sosiologis membutuhkan ideologi pemersatu Pancasila. Oleh karena itu nilai-nilai Pancasila perlu dilestarikan dari generasi ke generasi untuk menjaga keutuhan masyarakat bangsa. Pelestarian nilai-nilai Pancasila dilakukan khususnya lewat proses pendidikan formal, karena lewat pendidikan berbagai butir nilai Pancasila tersebut dapat disemaikan dan dikembangkan secara terencana dan terpadu. D. Filosofis Pancasila Menelaah sisi filosofis Pancasila dari kacamata beberapa tokoh nasional, menurut Presiden Pertama Indonesia, Soekarno, filsafat Pancasila yang dikembangkannya sejak tahun 1955 hingga 1965, filsafat Pancasila diartikan sebagai pondasi yang dibuat secara mandiri oleh bangsa Indonesia lantaran poin per poin yang membentuk Pancasila, diambil dari budaya dan tradisi-tradisi luhur bangsa Indonesia yang lahir dari hasil akulturasi dan asimilasi budaya India (Hindu - Budha), Barat (Kristen), dan Timur Tengah/Arab (Islam). Salah sat poin khas yang lahir dan berasal dari tanah nusantara adalah konsep keadilan sosial yang terinspirasi dari konsep ratu adil. Berbeda dengan Presiden Soekarno, Mantan Presiden Kedua Republik Indonesia yakni Seoharto, filsafat Pancasila dalam butir per butir digiring menjadi Indonesia dan mengganti cara perspektifnya dalam budaya Indonesia sehingga menghasilkan sebuah aliran yang disebut dengan Pancasila Truly Indonesia. Pancasila yang terdiri dari lima sila, pada hakekatnya merupakan sistem filsafat yang memiliki fungsi nyata bagi keberlangsungan negara ini, seperti filsafat Pancasila sebagai pandangan hidup Bangsa Indonesia. Bagi sebuah bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas arah serta tujuan yang ingin dicapainya, sangat mungkin memerlukan nilai-nilai luhur yang dijunjung sebagai pandangan/filsafat hidup. Misalnya saja dalam adat pergaulan hidup yang terkandung konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan oleh suatu bangsa, terkandung pikiran-pikiran yang terdalam dan gagasan suatu bangsa mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. Selanjutnya, filsafat Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia, dalam hal ini Pancasila diartikan sebagai sebuah dasar nilai serta norma untuk mengatur sistem pemerintahan atau penyelenggaraan negara Indonesia. Pancasila juga dapat diartikan sebagai sebuah sumber dari segala sumber hukum, yang mana kaidah hukum negara ini secara konstitiusional mengatur negara dan rakyat-rakyatnya, Pancasila meruapkan pedoman untuk menjalankan hal tersebut. Selain kedua aspek diatas, filosofis Pancasila juga diartikan sebagai Jiwa dan Kepribadian Bangsa Indonesia. Hal ini dimaksudkan sebagai aspek pencerminan dari garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia yang akan membedakan eksistensi Indonesia dengan negara lain. Meskipun demikian, kepribadian bangsa Indonesia tetap berakar dari kepribadian individual dalam masyarakat yang Pancasilais, serta gagasangagasan besar yang tumbuh dan sejalan dengan filsafat Pancasila. Mari bersama-sama menghayati dan mengamalkan butir per butir nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, karena di tengah pengaruh liberalis dan komunis tiada henti, tak lekang oleh waktu bahwa eksistensi Pancasila hanya berada disetiap jengkal peranan individu di negara ini.