Anda di halaman 1dari 7

* PENGANTAR PENDIDIKAN

PANCASILA
BAB.1 PENGERTIAN PENDIDIKAN PANCASILA
1.1.Pengertian Pancasila secara etimologis

Secara etimologis istilah “Pancasila” berasal dari Sansekerta dari India


(bahasa kasta Brahmana) adapun bahasa rakyat biasa adalah bahasa
Prakerta. Menurut Muhammad Yamin, dalam bahasa sansekerta perkataan
“Pancasila” memilki dua macam arti secara leksikal yaitu :

“panca” artinya “lima”

“syila” vokal I pendek artinya “batu sendi”, “alas”, atau “dasar”

“syiila” vokal i pendek artinya “peraturan tingkah laku yang baik, yang
penting atau yang senonoh”

Kata-kata tersebut kemudian dalam bahasa Indonesia terutama bahasa Jawa


diartikan “susila “ yang memilki hubungan dengan moralitas. Oleh karena itu
secara etimologis kata “Pancasila” yang dimaksudkan adalah adalah istilah
“Panca Syilla” dengan vokal i pendek yang memilki makna leksikal “berbatu
sendi lima” atau secara harfiah “dasar yang memiliki lima unsur”. Adapun
istilah “Panca Syiila” dengan huruf Dewanagari i bermakna 5 aturan tingkah
laku yang penting.
1.2. Pengertian Pancasila secara Historis
Proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam sidang BPUPKI pertama dr.
Radjiman Widyodiningrat, mengajukan suatu masalah, khususnya akan dibahas pada
sidang tersebut. Masalah tersebut adalah tentang suatu calon rumusan dasar negara
Indonesia yang akan dibentuk. Kemudian tampilah pada sidang tersebut tiga orang
pembicara yaitu Mohammad Yamin, Soepomo dan Soekarno.

Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam siding tersebut Ir. Soekarno berpidato secara lisan
(tanpa teks) mengenai calon rumusan dasar negara Indonesia. Kemudian untuk
memberikan nama “Pancasila” yang artinya lima dasar, hal ini menurut Soekarno
atas saran dari salah seorang temannya yaitu seorang ahli bahasa yang tidak
disebutkan namanya.

Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya,


kemudian keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945 disahkannya Undang-Undang
Dasar 1945 termasuk Pembukaan UUD 1945 di mana didalamnya termuat isi rumusan
lima prinsip atau lima prinsip sebagai satu dasar negara yang diberi nama Pancasila.

Sejak saat itulah perkataan Pancasila menjadi bahasa Indonesia dan merupakan
istilah umum. Walaupun dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tidak termuat istilah
“Pancasila”, namun yang dimaksudkan Dasar Negara Republik Indonesia adalah
disebut dengan istilah “Pancasila”. Hal ini didasarkan atas interpretasi historis
terutama dalam rangka pembentukan calon rumusan dasar negara, yang secara
spontan diterima oleh peserta sidang secara bulat .
1.3. Pengertian Pancasila secara Terminologis
Proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 itu telah melahirkan negara Republik
Indonesia. Untuk melengkapi alat-alat perlengkapan negara sebagaimana lazimnya negara-
negara yang merdeka, maka panitia Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) segera
mengadakan sidang. Dalam sidangnya tanggal 18 Agustus 1945 telah berhasil mengesahkan
UUD negara Republik Indonesia yang dikenal dengan UUD 1945. Adapun UUD 1945 terdiri
atas dua bagian yaitu Pembukaan UUD 1945 dan pasal-pasal UUD 1945 yang berisi 37 pasal, 1
aturan Aturan Peralihan yang terdiri atas 4 pasal dan 1 Aturan Tambahan terdiri atas 2 ayat.

Dalam bagian pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas empat alinea tersebut tercantum
rumusan Pancasila sebagai berikut :

      1. Ketuhanan Yang Maha Esa

      2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

      3. Persatuan Indonesia

      4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan

      5. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia

Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 inilah yang secara
konstisional sah dan benar sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang disahkan oleh PPKI
yang mewakili seluruh rakyat Indonesia.
BAB.2 TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA
2.1.Tujuan Pendidikan Pancasila
Tujuan penyelenggaraan Pendidikan Pancasila di perguruan tinggi
adalah agar mahasiswa mampu :
1.   Memahami, menganalisis dan menjawab masalah-masalah yang
dihadapi oleh masyarakat bangsanya dan konsisten dengan cita-cita
yang digariskan dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945
2.   Menghayatii filsafat dan tata nilai filsafat Pancasila, sehingga
menjiwai tingkah lakunya selaku warga negara Republik Indonesia.
3.   Menjadi warganegara yang memiliki kesadaran kebangsaan yang
tinggi dan sikap tanggungjawab sebagai Warga Negara Indonesia.
2.2. Kompetensi yang Diharapkan
diharapkan dapat memiliki seperangkat tindakan intelektual dan
dapat dijalankan dengan penuh rasa tanggung jawab sebagai seorang
warga negara dalam memecahkan berbagai masalah dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan menerapkan
pemikiran yang berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila.
BAB.3. Dasar Pemikiran Pendidikan Pancasila
Era globalisasi menuntut adanya berbagai perubahan. Demikian juga bangsa Indonesia pada saat ini
terjadi perubahan besar-besaran yang disebabkan oleh pengaruh dari luar maupun dari dalam negeri.
Kesemuanya di atas memerlukan kemampuan warga Negara yang mempunyai bekal ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni yang berlandaskan pada nilai-nilai keagamaan dan nilai-nilai budaya
bangsa.

3.1. Landasan Pendidikan Pancasila


1. Landasan Historis
Di dalam kehidupan bangsa Indonesia tersebut prinsip hidup yang tersimpul di dalam pandangan
hidup atau fisafat hidup bangsa (jati diri) yang oleh para pendiri bangsa/Negara dirumuskan dalam
rumusan sederhana namun mendalam yang meliputi lima prnsip, yaitu Pancasila.
2. Landasan Kultural
Bangsa Indonesia memiliki kepribadian tersendiri yang tercermin di dalam nilai-nilai budaya yang
telah lama ada. Nilai-nilai budaya sebagai nilai dasar berkehidupan berbangsa dan bernegara
dirumuskan dalam Pancasila.
3. Landasan Yuridis
Undang-undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah
Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi, Keputusan Dirjen Dikti Nomor 265 Tahun 2000
mengatur tentang perlunya mata kuliah Pendidikan Pancasila.
4. Landasan FIlosofis
Nilai-nilai Pancasila merupakan dasar filsafat Negara, maka dalam aspek penyelenggaraannya Negara
harus bersumber pada nilai-nilai Pancasila termasuk system perundang-perundangan di Indonesia
BAB.4 HAKEKAT PENDIDIKAN PANCASILA
Hakikat Pancasila adalah sebagai pandangan hidup bangsa, dasar negara dan
tujuan nasional (negara) yang mengandung nilai-nilai luhur, nilai dasar, nilai
praktis, nilai instrumnental dan nilai teknik. Hal ini kemudian tertuang dalam
falsafah Pancasila dalam bentuk lima sila yang saat ini kita kenal.
Secara historis, Pancasila merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
sejarah perjuangan bangsa Indonesia terutama dimasa sebelum kemerdekaan
yang
kemudian dirumuskan sebagai dasar filsafat Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Nilai-nilai Pancasila sendiri, bermula dari tradisi hidup berdampingan
(antar-yang-berbeda agama, suku dan budaya), toleransi umat beragama,
persamaan haluan politik yang anti-penjajahan untuk mencita-citakan
kemerdekaan, gerakan nasionalisme, dan sebagainya. Kesemuanya kemudian
hidup dalam adat, kebiasaan, kebudayaan, dan agama-agama bangsa Indonesia.
Disisi lain, Pancasila memiliki posisi sebagai paradigma penting dalam proses
pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Memasuki kawasan filsafat ilmu, ilmu pengetahuan
diletakkan di atas Pancasila sebagai paradigma yang perlu difahami sebagai dasar
dan arah penerapannya, baik dari segi ontologis, epistemologis, dan
aksiologisnya.
Secara ontologis, berarti hakikat ilmu pengetahuan merupakan aktivitas manusia
Indonesia yang tidak mengenal titik henti dalam upayanya untuk mencari dan
menemukan kebenaran dan kenyataan yang utuh dalam dimensinya sebagai
masyarakat, sebagai proses, dan sebagai produk.

Secara epistemologis, berarti Pancasila dengan nilai-nilai yang terkandung di


dalamnya dijadikan metode berpikir (dijadikan dasar dan arah berpikir) dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan, yang parameternya adalah nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila itu sendiri. Sedangkan secara aksiologis berarti,
bahwa dengan menggunakan epistemologi tersebut, kemanfaatan dan efek
pengembangan ilmu pengetahuan secara negatif tidak bertentangan dengan ideal
Pancasila dan secara positif mendukung atau mewujudkan nilai-nilai ideal
Pancasila

Anda mungkin juga menyukai