a. Landasan Historis
Secara historis bahwa nilai nilai yang terkandung dalam setiap sila
Pancasila sebelum dirumuskan dan disyahkan menjadi dasar Negara
Indonesia secara objektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia
sendiri atau dengan kata lain bangsa Indonesia sebagai KAUSA
MATERIALIS Pancasila. 0leh karena itu berdasarkan fakta objektif secara
historis kehidupan bangsa Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan ni lai-
nilai Pancasila. Atas dasar pengertian dan alasan historis inilah maka
sangat penting bagi para generasi penerus bangsa terutama kalangan
intelektual kampus untuk mengkaji, memahami dan mengembangkan
berdasarkan pendekatan ilmiah, yang pada gilirannya akan memiliki
suatau kesadaran serta wawasan kebangsaaan yang kuat berdasarkan
nilai-nilai yang dimiliki sendiri, materi inilah yang dalam kurikulum
internasional disebut CIVIC EDUCATION.
b. Landasan Kultural
c. Landasan Yuridis
d. Landasan Filosofis
1. Berobjek
2. Bermetode
3. Bersistem
4. Bersifat Universal.
1. Berobjek
Syarat pertama bagi suatu Ilmu pengetahuan yang memenuhi
syarat ilmiah adalah bahwa semua ilmu pengetahuan itu harus
memiliki objek. Ada dua objek pembahasan pancasila yaitu
objek FORMA DAN OBJEK MATERIA.
OBJEK FORMA adalah sudut pandang tertentu dalam
pembahasan Pancasila , atau dari sudut pandang apa Pancasila
itu di bahas. Pada hakekatnya Pancasila itu dapat di bahas dari
berbagai sudut pandang seperti sudut pandang moral maka
akan ada pembahasan moral pancasila , dari sudut pandang
ekonomi maka akan muncul ekonomi Pancasila dll.
OBJEK MATERIA adalah objek yang merupakan sasaran
pembahasan dan pengkajian Pancasila baik yang bersifat empiris
maupun non empiris.
Pancasila merupakan hasil budaya bangsa Indonesia , bangsa
Indonesia sebagai kausa materialis Pancasila atau sebagai asal
mula nilai-nilai Pancasila. Oleh karena itu objek materia
pembahasan Pancasila adalah bangsa Indonesia dengan segala
aspek budayanya, dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Sehingga objek material pembahasan Pancasila
adalah dapat berupa hasil budaya bangsa Indonesia yang berupa
: lembaran sejarah, lembaran Negara, lembaran hukum maupun
naskah-naskah kenegaraan lainnya, maupun adat istiadat
bangsa Indonesia sendiri. Adapun objek yang bersifat non
empiris antara lain : nilai-nilai budaya, nilai moral, serta nilai
religius yang tercermin dalam kepribadian, sifat, karakter dan
pola-pola budaya dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
2. Bermetode
Setiap pengetahuan ilmiah harus memiliki metode yaitu
seperangkat cara atau sitem pendekatan dalam rangka
pembahasan Pancasila untuk mendapatkan suatu kebenaran
yang bersifat objektif. Metode dalam pembahasan Pancasila
sangat tergantung pada karakteristik objek forma maupun objek
material Pancasila.
3. Bersistem
Suatu pengetahuan ilmiah harus merupakan suatu yang bulat
dan utuh. Bagian-bagiannya dari pengetahuan ilmiah itu harus
merupakan suatau kesatuan antara bagian-bagian itu saling
berhubungan, baik berupa hubungan interelasi ( saling
hubungan ) maupun interdependensi ( saling ketergantungan ) .
pembahasan Pancasila secara ilmiah harus merupakan satu
kesatuan dan keutuhan bahkan Pancasila itu sendiri dalam
dirinya sendiri adalah merupakan suatu kesatuan dan keutuhan
“ majemuk tunggal “ yaitu kelima sila itu baik rumusannya, inti
dan isi sila-sila Pancasila merupakan suatu kesatuan dan
kebulatan: pembahasan Pancasila secara ilmiah dengan
sendirinya sebagai suatu system dalam dirinya sendiri yaitu
Pancasila itu sendiri sebagai objek pembahasan ilmiah
senantiasa koheren ( runtut ) tanpa adanya suatu
pertententangan di dalamnya, sehingga sila-sila Pancasila itu
sendiri adalah suatu kesatuan yang sistematik.
4. Bersifat universal.
Kebenaran suatu pengetahuan ilmiah harus bersifat universal,
artinya kebenarannya tidak terbatas oleh waktu, keadaan,
situasi, kondisi maupun jumlah tertentu. Dalam kaitannya
dengan kajian Pancasila hakikat ontologis nilai-nilai Pancasila
adalah bersifat universal atau dengan lain perkataan intisari,
esensi atau makna yang terdalam dari sila-sila Pancasila pada
hakikatnya adalah bersifat universal.
A. PENGERTIAN FILSAFAT.
Dalam wacana ilmu pengetahuan, banyak orang memandang
bahwa filsafat adalah merupakan bidang ilmu yang rumit,
kompleks dan sulit dipahami secara definitive. Namun demikian
sebenarnya pendapat demikian tidak selamanya benar. Selama
manusia hidup sebenarnya tidak seorangpun dapat menghindar
dari kegiatan filsafat. Dengan lain perkataan setiap orang dalam
hidupnya senantiasa berfilsafat, sehingga berdasarkan kenyataan
tersebut maka sebenarnya filsafat itu sangat mudah dipahami.
Jikalau orang berpendapat bahwa dalam hidup ini materilah yang
esensial dan mutlak, maka orang tersebut berfilsafat
MATERIALISME. Jikalau seseorang berpandangan bahwa kebenaran
pengetahuan itu sumbernya rasio maka orang tersebut berfilsafat
RASIONALISME, demikian juga jikalau seseorang berpandangan
bahwa dalam hidup ini yang terpenting adalah kenikmatan ,
kesenangan dan kepuasan lahiriah maka paham ini disebut
HEDONISME, demikian juga jikalau seseorang berpandangan bahwa
dalam hidup masyarakat maupun negara yang terpenting adalah
kebebasan individu atau dengan lain perkataan bahwa manusia
adalah sebagai mahluk individu yang bebas maka orang tersebut
berpandangan INDIVIDUALISME, LIBERALISME.