Anda di halaman 1dari 12

Materi perkuliahan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Pengampu : DRS. UNTUNG BUDIARSO. MH. Can.doc

a. Landasan Historis

Secara historis bahwa nilai nilai yang terkandung dalam setiap sila
Pancasila sebelum dirumuskan dan disyahkan menjadi dasar Negara
Indonesia secara objektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia
sendiri atau dengan kata lain bangsa Indonesia sebagai KAUSA
MATERIALIS Pancasila. 0leh karena itu berdasarkan fakta objektif secara
historis kehidupan bangsa Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan ni lai-
nilai Pancasila. Atas dasar pengertian dan alasan historis inilah maka
sangat penting bagi para generasi penerus bangsa terutama kalangan
intelektual kampus untuk mengkaji, memahami dan mengembangkan
berdasarkan pendekatan ilmiah, yang pada gilirannya akan memiliki
suatau kesadaran serta wawasan kebangsaaan yang kuat berdasarkan
nilai-nilai yang dimiliki sendiri, materi inilah yang dalam kurikulum
internasional disebut CIVIC EDUCATION.

b. Landasan Kultural

Bangsa Indonesia mendasarkan pandangan hidupnya dalam


bermasyarakat , berbangsa dan bernegara pada suatau azas cultural yang
dimiliki dan melekat pada bangsa itu sendiri. Nilai – nilai kenegaraan dan
kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila Pancasila bukanlah
hanya merupakan suatu hasil konseptual seseorang saja melainkan
merupakan suatu karya besar bangsa Indonesia sendiri yang diangkat
melalui nilai-nilai cultural yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri
melalui proses refleksi filosofis para pendiri Negara seperti soekarno, M
Yamin, M Hatta, Soepomo serta para tokoh pendiri yang lain.

Satu-sataunya karya besar bangsa Indonesia yang sejajar dengan karya


besar bangsa lain di dunia adalah hasil pemikiran tentang bangsa dan
Negara yang mendasarkan pandangan hidup suatau prinsip nilai yang
tertuang dalam sila-saila Pancasila.

c. Landasan Yuridis

Landasan Yuridis perkuliahan Pancasila di pendidikan tinggi tertuang


dalam UU no 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional pasal 1
ayat 2 disebutkan bahwa system pendidikan nasional berdasarkan
Pancasila . hal ini mengandung makna bahwa secara material Pancasila
merupakan sumber hukum pendidikan nasional

d. Landasan Filosofis

Pancasila adalah sebagai dasar filsafat Negara dan pandangan filosofi


bangsa Indonesia . oleh karena itu sudah merupakan suatau keharusan
moral untuk secara konsisten merealisasikannya dalam setiap aspek
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal ini berdasarkan
pada suatau kenyataan secara filosofis dan objektif bahwa bangsa
Indonesia dalam hidup bermasyarakat dan bernegara mendasarkan pada
nilai-nilai yang tertuang dalam sila-sila Pancasila , pancasila secara filosofis
merupaka filosofi bangsa Indonesia sebelum mendirikan Negara.

Secara filosofis , bangsa Indonesia sebelum mendirikan Negara adalah


sebagai bangsa yang berketuhanan dan berkemanusiaan , hal ini
berdasarkan kenyataan objektif bahwa manusia adalah mahkluk Tuhan
Yang Maha Esa. Syarat mutlak suatu Negara adalah adanya persatuan
yang terwujudkan sebagai rakyat ( merupakan unsure pokok Negara )
sehingga secara filosofis Negara berpersatuan dan berkerakyatan,
konsekwensinya rakyat adalah merupakan dasar ontologis demokrasi,
karena rakyat merupakan asal mula kekuasaaan Negara. Atas dasar
pengertian dasar filosofis tersebut maka dalam hidup bernegara nilai-nilai
Pancasila merupakan dasar filsafat Negara. Konsekwensinya adalah setiap
aspek penyelenggaraan Negara harus bersumber pada nilai-nilai Pancasila
termasuk system peraturan perundangan undangan di Indonesia. Oleh
karena itu dalam realisasi kenegaraan termasuk dalam proses reformasi
dewasa ini merupakan suatu keharusan bahwa Pancasila merupakan
sumber nilai dalam pelaksanaan kenegaraan, baik dalam pembangunan
nasioanal, ekonomi,politik,hokum,social budaya, maupun pertahanan
keamanan.

2. Tujuan Pendidikan Pancasila

Pendidikan Pancasila bertujuan untuk menghasilkan peserta didik yang


berperilaku :

1. Memiliki kemampuan untuk mengambil sikap yang bertanggung


jawab
2. Memiliki kemampuan untuk mengenali masalah hidup dan
kesejahteraan serta cara-cara pemecahanya
3. Mengenali perubahan-perubahan dan perkembangan iptek dan
seni
4. Memiliki kemampuan untuk memaknai peristiwa sejarah dan nilai-
nilai budaya bangsa Indonesia untuk menggalang persatuan
Indonesia

3. Pembahasan Pancasila secara Ilmiah

Pembahasan Pancasila termasuk Filsafat Pancasila , sebagai suatau kajian


ilmiah , harus memenuhi syarat-syarat ilmiah sebagamana dikemukakan
oleh I.R POEDJOWIJATNO dalam bukunya “ Tahu dan Pengetahuan “ yg
merinci syarat-syarat ilmiah sbb:

1. Berobjek
2. Bermetode
3. Bersistem
4. Bersifat Universal.
1. Berobjek
Syarat pertama bagi suatu Ilmu pengetahuan yang memenuhi
syarat ilmiah adalah bahwa semua ilmu pengetahuan itu harus
memiliki objek. Ada dua objek pembahasan pancasila yaitu
objek FORMA DAN OBJEK MATERIA.
OBJEK FORMA adalah sudut pandang tertentu dalam
pembahasan Pancasila , atau dari sudut pandang apa Pancasila
itu di bahas. Pada hakekatnya Pancasila itu dapat di bahas dari
berbagai sudut pandang seperti sudut pandang moral maka
akan ada pembahasan moral pancasila , dari sudut pandang
ekonomi maka akan muncul ekonomi Pancasila dll.
OBJEK MATERIA adalah objek yang merupakan sasaran
pembahasan dan pengkajian Pancasila baik yang bersifat empiris
maupun non empiris.
Pancasila merupakan hasil budaya bangsa Indonesia , bangsa
Indonesia sebagai kausa materialis Pancasila atau sebagai asal
mula nilai-nilai Pancasila. Oleh karena itu objek materia
pembahasan Pancasila adalah bangsa Indonesia dengan segala
aspek budayanya, dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Sehingga objek material pembahasan Pancasila
adalah dapat berupa hasil budaya bangsa Indonesia yang berupa
: lembaran sejarah, lembaran Negara, lembaran hukum maupun
naskah-naskah kenegaraan lainnya, maupun adat istiadat
bangsa Indonesia sendiri. Adapun objek yang bersifat non
empiris antara lain : nilai-nilai budaya, nilai moral, serta nilai
religius yang tercermin dalam kepribadian, sifat, karakter dan
pola-pola budaya dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
2. Bermetode
Setiap pengetahuan ilmiah harus memiliki metode yaitu
seperangkat cara atau sitem pendekatan dalam rangka
pembahasan Pancasila untuk mendapatkan suatu kebenaran
yang bersifat objektif. Metode dalam pembahasan Pancasila
sangat tergantung pada karakteristik objek forma maupun objek
material Pancasila.
3. Bersistem
Suatu pengetahuan ilmiah harus merupakan suatu yang bulat
dan utuh. Bagian-bagiannya dari pengetahuan ilmiah itu harus
merupakan suatau kesatuan antara bagian-bagian itu saling
berhubungan, baik berupa hubungan interelasi ( saling
hubungan ) maupun interdependensi ( saling ketergantungan ) .
pembahasan Pancasila secara ilmiah harus merupakan satu
kesatuan dan keutuhan bahkan Pancasila itu sendiri dalam
dirinya sendiri adalah merupakan suatu kesatuan dan keutuhan
“ majemuk tunggal “ yaitu kelima sila itu baik rumusannya, inti
dan isi sila-sila Pancasila merupakan suatu kesatuan dan
kebulatan: pembahasan Pancasila secara ilmiah dengan
sendirinya sebagai suatu system dalam dirinya sendiri yaitu
Pancasila itu sendiri sebagai objek pembahasan ilmiah
senantiasa koheren ( runtut ) tanpa adanya suatu
pertententangan di dalamnya, sehingga sila-sila Pancasila itu
sendiri adalah suatu kesatuan yang sistematik.
4. Bersifat universal.
Kebenaran suatu pengetahuan ilmiah harus bersifat universal,
artinya kebenarannya tidak terbatas oleh waktu, keadaan,
situasi, kondisi maupun jumlah tertentu. Dalam kaitannya
dengan kajian Pancasila hakikat ontologis nilai-nilai Pancasila
adalah bersifat universal atau dengan lain perkataan intisari,
esensi atau makna yang terdalam dari sila-sila Pancasila pada
hakikatnya adalah bersifat universal.

3. BEBERAPA PENGERTIAN PANCASILA


Untuk memahami Pancasila secara kronologis baik menyangkut
rumusannya maupun peristilahannya maka pengertian Pancasila
tersebut meliputi pengertian sbb :
Pengertian Pancasila secara Etimologis
Pengertian Pancasila secara Historis

1. Pengertian Pancasila secara Etimologis


Istilah Pancasila beserta makna yang terkandung di dalamnya
secara etimologis : Pancasila berasal dari bahasa sansekerta
dari India. Menurut Muh Yamin dalam bahasa sansekerta
perkataan Pancasila memiliki dua macam arti yaitu
PANCA artinya Lima
SYILA vocal i pendek artinya batu sendi , alas atau dasar
Syiila vocal i panjang artinya peraturan tingkah laku yang baik
yang penting atu yang senonoh
Pernyataan Pancasila mula-mula terdapat dalam
kepustakaan budha India. Ajaran Budha terdapat ajaran
moral untuk mencapai nirwana dengan melalui Samadhi.
Ajaran Pancasila menurut Budha adalah merupakan lima
aturan ( larangan ) atau five moral principles, yang harus
ditaati dan dilaksanakan oleh para penganut biasa atau
awam. Yaitu :
Mateni
Maling
Madon
Mabok
Main
2. Pengertian Pancasila secara Historis
Proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam sidang
BPUPKI pertama. Dr.Radjiman Widyodiningrat, mengajukan
suatu masalah khususnya akan dibahas dalam sidang
tersebut .yaitu tentang rumusan dasar Negara Indonesia
yang akan dibentuk. Pada sidang tersebut tampil beberapa
tokoh sebagai pembicara yaitu : Moh Yamin, Soepomo dan
Soekarno.
Pada tanggal 1 juni 1945 Ir.Soekarno berpidato secara lisan (
tanpa teks ) mengenai calon rumusan Pancasila sebagai dasar
negara Indonesia. Kemudian Soekarno mengusulkan istilah
Pancasila sebagai dasar negara yang artinya lima dasar, hal
ini menurut Soekarno atas saran dari salah seorang
temannya yaitu seorang ahli bahasa yg tdk disebut namanya.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan
kemerdekaannya, kemudian tgl 18 Agustus 1945
disyahkannya UUD 1945 termasuk Pembukaan UUD 1945 di
mana di dalamnya termuat isi rumusan lima prinsip sebagai
dasar negara yang diberi nama Pancasila .
Sejak saat itulah perkataan Pancasila telah menjadi bahasa
Indonesia dan merupakan istilah umum. Walaupun dalam
alinea IV Pembukaan UUD 1945 tidak termuat istilah
Pancasila, namun yang dimaksudkan Dasar Negara Republik
Indonesia adalah disebut dengan istilah Pancasila
Secara terminologis historis dapat kita lihat dalam sejarah
perumusannya yaitu :
1. Mr. Muhamad Yamin ( 29 mei 1945 )
Pada kesempatan yang pertama disampaikan secara lisan
dalam sidang BPUPKI Muh Yamin mengemukakan
pemikirannya tentang dasar negara yang berisikan lima
azas dasar negara Indonesia yaitu :
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat

Kemudian beliau juga menyampaikan usulan tertulis


mengenai rancangan UUD Republik Indonesia yaitu :

1. Ketuhana Yang Maha Esa


2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia
2. IR. Soekarno ( 1 Juni 1945 )
Pada tangaal 1 Juni 1945 menyampaikan pidatonya di
dalam sidang BPUPKI dan mengajukan usulan lima azas
sebagai dasar negara Indonesia yang akan dibentuknya
yang rumusannya sbb:
1. Nasionalisme atau kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau perikemanusiaan
3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahteraan social
5. Ketuhanan yang berkebudayaan
Ususlan tersebut dinamakan Pancasila dan usulan
tersebut diterima secara bulat oleh sidang BPUPKI.

Selanjutnya beliau juga mengusulkan kelima sila tersebut


bisa diperas lagi menjadi TRISILA yang rumusannya sbb :

1. Sosio Nasional yaitu “ nasionalisme dan


Internasionalisme”
2. Sosio Demokrasi yaitu “ dermokrasi dengan
kesejahteraan Rakyat”
3. Ketuhana Yang Maha Esa

Adapun Tri Sila tersebut masih diperas lagi menjadi “ Eka


Sila “ satu sila yang intinya adalaha Gotong Royong, dan
tanggal 1 juni 1945 dikenal sebagai hari lahirnya Pancasila

4. Piagam Jakarta ( 22 juni 1945 )


Pada tanggal 22 juni 1945 sembilan tokoh nasional
yang juga tokoh Dokuritu Zyunbi Tioosakay
mengadakan pertemuan untuk membahas pidato
mengenai usul usul dasar negara yang telah
dikemukakan dalam sidang Badan Penyelidik.
Kesembilan tokoh tersebut dikenal dengan sebutan
Panitia Sembilan dan berhasil menyusun Piagam yang
dikenal dengan Piagam Jakarta.
Adapun rumusan Piagam Jakarta adalah sbb:
1. Ketuhanan dengan Kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. Pengertian Pancasila secara Terminologis
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus
1945 telah melahirkan negara Republik Indonesia. Untuk
melengkapi alat-alat kelengkapan negara maka PPKI pada
tanggal 18 Agustus 1945 segera mengadakan sidang dan
berhasil mengesahkan UUD negara Republik Indonesia
yang dikenal dengan UUD 1945. Adapun UUD 1945
tersebut terdiri dari dua bagian yaitu Pembukaan UUD
1945 dan pasal-pasal yang berisi 37 pasal, 1 aturan
Peralihan yang terdiri atas 4 pasal dan 1 aturan Tambahan
terdiri atas 2 ayat.
Yang rumusan Pancasila sebb:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusian Yangg Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia

Rumusan inilah yang secara konstitusional sah dan benar


sebagai dasar negara Republik Indonesia yang disyahkan
oleh PPKI.

a. Konstitusi RIS ( Republik Indonesia Serikat )


konstitusi RIS berlaku tanggal 29 desember 1949 s
ampai dengan 17 Agustus 1950, tercantum
rumusannya sbb:
1. Ketuhan Yang Maha Esa
2. Peri Kebangsaan
3. Kebangsaan
4. Kerakyatan
5. Keadilan social
b. UU D S ( Undang-Undang Dasar Sementara 1950 )
Berlaku mulai 17 Agustus 1950 sampai dengan 5 juli
1959 dan rumusannya sbb :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Perikemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kerakyatan
5. Keadilan sosial.
4. Rumusan Pancasila di kalangan masyarakat
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Peri kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kedaulatan Rakyat
5. Keadilan sosial

Dari bermacam-macam rumusan Pancasila tersebut yang


syah dan konstitusional adalah rumusan Pancasila
sebagaimana tercantum di dalam Pembukaan UUD 1945
hal ini diperkuat dg TAP no.XX/MPRS/1966 dan inpres no
12 tanggal 13 April 1968 yang menegaskan bahwa
pengucapan , penulisan dan rumusan Pancasila yang syah
dan benar

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

A. PENGERTIAN FILSAFAT.
Dalam wacana ilmu pengetahuan, banyak orang memandang
bahwa filsafat adalah merupakan bidang ilmu yang rumit,
kompleks dan sulit dipahami secara definitive. Namun demikian
sebenarnya pendapat demikian tidak selamanya benar. Selama
manusia hidup sebenarnya tidak seorangpun dapat menghindar
dari kegiatan filsafat. Dengan lain perkataan setiap orang dalam
hidupnya senantiasa berfilsafat, sehingga berdasarkan kenyataan
tersebut maka sebenarnya filsafat itu sangat mudah dipahami.
Jikalau orang berpendapat bahwa dalam hidup ini materilah yang
esensial dan mutlak, maka orang tersebut berfilsafat
MATERIALISME. Jikalau seseorang berpandangan bahwa kebenaran
pengetahuan itu sumbernya rasio maka orang tersebut berfilsafat
RASIONALISME, demikian juga jikalau seseorang berpandangan
bahwa dalam hidup ini yang terpenting adalah kenikmatan ,
kesenangan dan kepuasan lahiriah maka paham ini disebut
HEDONISME, demikian juga jikalau seseorang berpandangan bahwa
dalam hidup masyarakat maupun negara yang terpenting adalah
kebebasan individu atau dengan lain perkataan bahwa manusia
adalah sebagai mahluk individu yang bebas maka orang tersebut
berpandangan INDIVIDUALISME, LIBERALISME.

Secara etimologis istilah FILSAFAT berasal dari bahasa Yunani :


PHILEIN yang artinya CINTA dan SOPHOS yang artinya Hikmah atau
kebijaksanaan atau WISDOM. Jadai secara harfiah istilah filsafat
mengandung makna cinta kebijaksanaan. Jika kita membahas
pengertian filsafat dalam hubungnanya dengan lingkup bahasanya
maka mencakup banyak bidang bahasan antara lain tentang
manusia, alam, pengetahuan, etika, logika, dlsb. Seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan maka muncul pula filsafat yang
berkaitan dengan bidang-bidang ilmu tertentu antara lain filsafat
politik, sosial, hukmu, bahasa, ilmu pengetahuan, agama dll.

CABANG-CABANG FILSAFAT YANG POKOK SBB;

1. METAFISIKA, yang membahas tentang hal-hal yang bereksistensi


di balik visi, yang meliputi bidang-bidang, ontology, kosmologi
dan antropologi
2. EPISTEMOLOGI yang berkaitan dengan persoalan hakikat dan
pengetahuan
3. METODOLOGI yang berkaitan dengan persoalan hakikat metode
dalam ilmu pengetahuan
4. LOGIKA yang berkaitan dengan persoalan filsafat berfikir yaitu
rumus-rumus dan dalil- dalil berfikir yang benar
5. ETIKA yang berkaitan dengan moralitas, tingkah laku manusia
6. ESTETIKA yang berkaitan dengan persoalan hakikat keindahan.

RUMUSAN KESATUAN SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI SUATU


SISTEM

Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan


suatu sistem filsafat. Pengertian sistem adalah suatu kesatuan
bagian-bagian yang saling berhubungan , saling bekerjasama untuk
suatu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu
kesatuan yang utuh yang memiliki ciri-ciri sbb :

1. Suatu kesatuan bagian-bagian


2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
3. Saling berhubungan dan saling ketergantungan
4. Keseluruhanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan
tertentu
5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks

Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian yaitu sila-sila Pancasila


setiap sila pada hakikatnya merupakan suatu azas sendiri, fungsi
sendiri-sendiri namun secara keseluruhan merupakan suatu
kesatuan yang sistematis.

1. SUSUNAN KESATUAN SILA-SILA PANCASILA YANG BERSIFAT


ORGANIS

Isi sila-sila Pancasila pada hakekatnya merupakan suatu kesatuan .


DASAR FILSAFAT NEGARA Indonesia terdiri atas lima sila yang
masing-masing merupakan suatu azas peradaban. Namun demikian
sila-sila Pancasila itu merupakan suatu kesatuan yang setiap sila
merupakan unsur ( bagian yang mutlak ) dari Pancasila. Maka
Pancasila merupakan suatu kesatuan yang majemuk tunggal.
Konsekwensinya setiap sila tidak dapat berdiri sendiri-sendiri
terlepas dari sila-sila lainya serta diantara sila-sila satu dan lainya
tidak saling bertentangan.

Anda mungkin juga menyukai