Anda di halaman 1dari 11

A.

Landasan Pendidikan Pancasila


Pancasila adalah dasar falsafah Negara Indonesia sebagaimana tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu, setiap warga Negara Indonesia
harus mempelajari, mendalami, menghayati, dan mengamalkannya dalam segala
bidang kehidupan.
Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 dalam
perjalanan sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia telah mengalami persepsi dan
intrepetasi sesuai dengan kepentingan rezim yang berkuasa. Pancasila telah
digunakan sebagai alat untuk memaksa rakyat setia kepada pemerintah yang
berkuasa dengan menempatkan pancasila sebagai satu-satunya asas dalam
kehidupan bermasyarakat.
Dampak pemerintahan Orde Baru berupaya menyeragamkan paham dan
ideologi bermasyarakat dan bernegara dalam kehidupan masyarakat Indonesia
yang bersifat pluralistik. Oleh sebab itu, MPR melalui sidang Istimewa tahun
1998 dengan Tap. No.XVII/MPR/1998 tentang Pencabutan Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) dan menetapkan Pancasila sebagai
dasar Negara. Pancasila sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945
adalah dasar Negara dari Negara kesatuan RI harus dilaksanakan secara konsisten
dalam kehidupan bernegara.
a. Landasan Historis
Keyakinan bangsa Indonesia telah begitu tinggi terhadap kebenaran nilai-
nilai Pancasila dalam sejarah kenegaraan Negara Indonesia. Pancasila mendapat
tempat yang berbeda-beda dalam pandangan rezim pemerintahan yang berkuasa.
Penafsiran Pancasila didominasi oleh pemikiran-pemikiran dari rezim untuk
melanggengkan kekuasaannya. Pada masa Orde lama, Pancasila ditafsirkan
dengan nasionalis, agama dan komunis (Nasakom) yang disebut juga dengan Tri
Sila, kemudian diperas lagi menjadi Eka Sila (gotong royong).
Pada masa Orde Baru pancasila harus dihayati dan diamalkan dengan
berpedoman kepada butir-butir yang ditetapkan oleh MPR melalui Tap. MPR
No.II/MPR/1978 tentang P-4. Namun, penafsiran rezim itu membuat kenyataan
dalam masyarakat dan bangsa berbeda dengan nilai-nilai Pancasila yang
sesungguhnya. Oleh sebab itu, timbulah tuntunan reformasi dalam segala bidang.
Dalam kenyataan ini, MPR melalui Tap. MPR No.XVIII/MPR/1998 tentang
penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara, yang mengandung makna ideologi
nasional sebagai cita-cita dan tujuan Negara.
Melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang sejak zaman kerajaan
Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya bangsa lain yang menjajah serta
menguasai bangsa Indonesia. Setelah melalui proses yang cukup panjang dalam
perjalanan sejarah bangsa Indonesia menemukan jati dirinya, yang oleh para
pendiri Negara kita dirumuskan dalam suatu rumusan yang meliputi luma prinsip
yang kemudian diberi nama Pancasila.
Bangsa suatu bangsa memiliki ideologi dan pandangan hidup sendiri yang
diambil dari nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam bangsa itu sendiri.
Bangsa Indonesia harus memiliki visi serta pandangan hidup yang kuat agar tidak
terombang-ambing di tengah-tengah masyarakat Internasional. Bangsa Indonesia
harus memiliki nasionalisme serta rasa kebangsaan yang kuat. Hal ini dapat
terlaksana bukan melalui suatu kekuasaan atau hegemoni ideology melainkan
suatu kesadaran berbangsa yang berakar pada sejarah bangsa.
Oleh karena itu secara historis bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam
setiap sila Pancasila sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi dasar Negara
Indonesia secara obyektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia itu sendiri.
Makanya asal mula nilai-nilai pancasila tersebut tidak lain adalah dari bangsa
Indonesia sendiri. Oleh karena itu berdasarkan fakta obyektif secara historic
kehidupan bangsa Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai Pancasila.
Setelah itu melalui proses sejarah yang cukup panjang, nilai-nilai pancasila itu
telah melalui pematangan, sehingga tokoh-tokoh bangsa Indonesia saat akan
mendirikan Negara Republik Indonesia menjadikan pancasila sebagai dasar
Negara.
Dalam perjalanan ketatanegaraan Indonesia telah terjadi perubahan dan
pergantian Undang-Undang Dasar, seperti UUD’45 digantikan kedudukannya
oleh konstitusi RIS, kemudian berubah menjadi UUD semntara tahun 1950 dan
kembali lagi menjadi UUD 1945. Dalam pembukaan ketiga UUD itu tetap
tercantum nilai-nilai Pancasila. Hal ini menunjukkan bahwa pancasila telah
disepakati sebagai nilai yang dianggap paling tinggi keberadaannya. Oleh sebab
itu secara historis kehidupan bangsa Indonesia tidak dapat dilepaskan dengan
nilai-nilai Pancasila.
Adapun yang patut diketahui dari landasan historis Pancasila adalah :
1. Nilai- nilai Pancasila berasal dari bangsa Indonesia sendiri
2. Dirumuskan dalam siding BPUPKI
3. Ditetapkan sebagai dasar Negara dalam siding pleno PPKI tanggal 18
Agustus 1945
4. Masa raja-raja (kerajaan Indonesia)
5. Masa imprealisme
6. Proses yang panjang sehingga ditemukan jati diri yang didalamnya
tersimpul watak, sifat dan ciri khas bangsa yang berbeda dengan
bangsa lain yang oleh para pendiri Negara disebut lima prinsip yang
diberi nama pancasila
7. Lahir, tumbuh dan berkembang dari adat istiadat tradisi dan budaya
sendiri

B. Implementasi Pancasila Dalam Sejarah


Pancasila dapat diartikan secara etimologis dan secara termonomologis.
Secara etimologis kata pancasila berasal dari bahasa sangsakerta yang mempunyai
arti “panca” artinya “lima” dan “sila” artinya “alas” dasar” (Moh Yamin).
Perkataan pancasila mula-mula digunakan di dalam masyarakat india yang
beragama budha, yang mengartikan lima aturan yang harus ditaati penganutnya.
Sisa pengaruh pengertian pancasila menurut pengamat budha itu masih di kenal di
masyarakat jawa, dengan di kenal 5 M, yaitu dilarang: Mateni (membunuh),
Maling, wadon (berjina), mabuk dan main. Secara termologis istilah
Pancasila artinya lima dasar atau lima alas, untuk nama dasar negara kita RI,
istilah ini mulai di usulkan oleh Bung Karno dalam sidang BPUPKI tanggal 1 juni
1945 sebagai dasar negara RI dan baru disahkan pada sidang PPKI tanggal 18
Agustus 1945.
Pancasila mulai dibicarakan sebagai dasar negara mulai tanggal 1 Juni
1945 dalam sidang B.P.P.K (Badan penyelidik Persiapan Kemerdekaan) oleh Ir.
Soekarno dan pada tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila resmi dan sah menurut
hukum menjadi dasar negara Republik Indonesia. Kemudian mulai Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 dan Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 berhubungan
dengan Ketetapan No. I/MPR/1988 No. I/MPR/1993, Pancasila tetap menjadi
dasar falsafah Negara Indonesia hingga sekarang.
Akibat hukum dari disahkannya Pancasila sebagai dasar negara, maka
seluruh kehidupan bernegara dan bermasyarakat haruslah didasari oleh Pancasila.
Landasan hukum Pancasila sebagai dasar negara memberi akibat hukum dan
filosofis; yaitu kehidupan negara dari bangsa ini haruslah berpedoman kepada
Pancasila. Bagaimana sebetulnya implementasi Pancasila dalam sejarah Indonesia
selama ini dan pentingnya upaya untuk mengimplementasikan nilai-nilai
Pancasila yang setelah reformasi mulai ditinggalkan demi tegaknya persatuan dan
kesatuan N.K.R.I (Negara Kesatuan Republik Indonesia).
Penetapan Pancasila sebagai dasar negara dapat dikatakan mulai pada
masa orde lama, tanggal 18 Agustus 1945 sehari setelah Indonesia baru
memproklamirkan diri kemerdekaannya. Apalagi Soekarno akhirnya menjadi
presiden yang pertama Republik Indonesia.
Walaupun baru ditetapkan pada tahun 1945, sesungguhnya nilai-nilai yang
terkandung di dalam Pancasila disarikan dan digali dari nilai-nilai budaya yang
telah ada dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pencetus dan penggali
Pancasila yang pertama adalah Soekarno sendiri. Sebagai tokoh nasional yang
paling berpengaruh pada saat itu, memilih sila-sila yang berjumlah 5 (lima) yang
kemudian dinamakan Pancasila dengan pertimbangan utama demi persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Pancasila yang merupakan dasar dan ideologi negara dan bangsa wajib
diimplementasikan dalam seluruh aspek kehidupan bernegara. Dalam
mewujudkan Pancasila melalui kebijakan ternyata tidaklah mulus, karena sangat
dipengaruhi oleh pimpinan yang menguasai negara, sehingga pengisian
kemerdekaan dengan nilai-nilai Pancasila menampilkan bentuk dan diri tertentu.
C. Nilai-nilai dalam Pancasila
Pancasila berisi lima sila yang pada hakikatnya berisi lima nilai dasar yang
fundamental. Nilai-nilai dasar dari pancasila tersebut adalah nilai Ketuhanan Yang
Maha Esa, Nilai Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, nilai Persatuan Indonesia,
nilai Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalan
permusyawaratan/perwakilan, dan nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Dengan pernyataan secara singkat bahwa nilai dasar Pancasila adalah
nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai
keadilan. Makna dari nilai-nilai Panccasila tersebut adalah sebagai berikut ;
1. Nilai Ketuhanan
Nilai ketuhanan Yang Maha Esa Mengandung arti adanya pengakuan dan
keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pancipta alam semesta. Dengan
nilai ini menyatakan bangsa indonesia merupakan bangsa yang religius bukan
bangsa yang ateis. Nilai ketuhanan juga memilik arti adanya pengakuan akan
kebebasan untuk memeluk agama, menghormati kemerdekaan beragama, tidak
ada paksaan serta tidak berlaku diskriminatif antarumat beragama.
2. Nilai Kemanusiaan
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti kesadaran
sikap dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar
tuntutan hati nurani dengan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya.
3. Nilai Perstuan
Nilai persatuan indonesia mengandung makna usaha ke arah bersatu dalam
kebulatan rakyat untuk membina rasa nasionalisme dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Persatuan Indonesia sekaligus mengakui dan menghargai
sepenuhnya terhadap keanekaragaman yang dimiliki bangsa indonesia.
4. Nilai Kerakyatan
Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga-
lembaga perwakilan.
5. Nilai Keadilan
Nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengandung makna
sebagai dasar sekaligus tujuan, yaitu tercapainya masyarakat Indonesia Yang Adil
dan Makmur secara lahiriah atauun batiniah. Nilai-nilai dasar itu sifatnya abstrak
dan normatif. Karena sifatnya abstrak dan normatif, isinya belum dapat
dioperasionalkan. Agar dapat bersifat operasional dan eksplisit, perlu dijabarkan
ke dalam nilai instrumental. Contoh nilai instrumental tersebut adalah UUD 1945
dan peraturan perundang- undangan lainnya.
D. Penerapan Masyarakat dalam Mengimplementasikan Nilai-nilai
Pancasila

1. Sila Pertama

a.Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam kehidupan sekarang, setiap
masyarakat Indonesia dijamin kebebasan dalam menjalani kepercayaannya
masing-masing. Masyarakat kini dapat menjalani kepercayannya dengan
tenang tanpa gangguan intoleransi. Di sila ini, masyarakat juga diminta agar
tidak menistakan agama lain dan harus menjunjung tinggi kerukunan umat
beragama antara satu dengan yang lain.
b. selalu menjaga kebersihan dan sebagainya. Dalam Islam bahkan
ditekankan, bahwa Allah tidak suka pada orang-orang yang membuat
kerusakan di muka bumi, tetapi Allah senang terhadap orang-orang yang
selalu bertakwa dan selalu berbuat baik. Lingkungan hidup Indonesia yang
dianugerahkan Tuhan Yang Maha Esa kepada rakyat dan bangsa Indonesia
merupakan karunia dan rahmat-NYA yang wajib dilestarikan dan
dikembangkan kemampuannya agar tetap dapat menjadi sumber dan
penunjang hidup bagi rakyat dan bangsa Indonesia serta makhluk hidup
lainya demi kelangsungan dan peningkatan kualitas Hidup itu sendiri.

2. Sila Kedua

a.Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Di sila ini, semua warga
negara Indonesia memiliki hak yang setara dalam pemenuhan kesejahteraan.
Selain itu, juga kesetaraan dalam kehidupan yang layak, hak politik, hokum,
dan semua hal yang telah diatur di undang-undang tanpa melihat suku dan ras
warga negara Indonesia tersebut.
b. Dapat diwujudkan dalam bentuk kepedulian akan hak setiap orang untuk
memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat dalam lingkuan
bermasyarakat terutama dalam bertetangga.
c.hak setiap orang untuk mendapatkan informasi lingkungan hidup yang
berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup.
d. hak setiap orang untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan
hidup yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku dan
sebagainya. Dalam hal ini banyak yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk
mengamalkan Sila ini, misalnya mengadakan pengendalian tingkat polusi
udara agar udara yang dihirup bisa tetap nyaman; menjaga kelestarian
tumbuh- tumbuhan yang ada di lingkungan sekitar.
e.mengadakan gerakan penghijauan dan sebagainya. Nilai-nilai Sila
Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab ini ternyata mendapat penjabaran
dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 di atas, antara lain dalam Pasal 5
ayat (1) sampai ayat (3); Pasal 6 ayat (1) sampai ayat (2) dan Pasal 7 ayat (1)
sampai ayat (2).

3. Sila Ketiga

Sila ketiga, Persatuan Indonesia. Di sila ketiga ini, semua warga negara
Indonesia tidak boleh melakukan aksi-aksi yang dapat merenggangkan persatuan
dan kesatuan negara kita, seperti melakukan tindakan terorisme, intoleransi,
gerakan separatism, dan hal-hal yang serupa. Sebagai warga negara Indonesia
yang baik, kita harus tetap menjaga keutuhan negara kita. Kita harus menghindari
tindakan-tindakan yang dapat memecah belah negara kita.
Dengan melakukan inventarisasi tata nilai tradisional yang harus selalu
diperhitungkan dalam pengambilan kebijaksanaan dan pengendalian
pembangunan lingkungan di daerah dan mengembangkannya melalui pendidikan
dan latihan serta penerangan dan penyuluhan dalam pengenalan tata nilai
tradisional dan tata nilai agama yang mendorong perilaku manusia untuk
melindungi sumber daya dan lingkungan.
Dibeberapa daerah tidak sedikit yang mempunyai ajaran turun temurun
mewarisi nilai-nilai leluhur agar tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang
dilarang oleh ketentuan-ketentuan adat di daerah yang bersangkutan, misalnya ada
larangan untuk menebang pohon-pohon tertentu tanpa ijin sesepuh adat; ada juga
yang dilarang memakan binatang-bintang tertentu yang sangat dihormati pada
kehidupan masyarakat yang bersangkutan dan sebagainya. Secara tidak langsung
sebenarnya ajaran-ajaran nenek leluhur ini ikut secara aktif melindungi kelestarian
alam dan kelestarian lingkungan di daerah itu. Bukankah hal ini sudah
mengamalkan Pancasila dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan sehari-
hari.

4. Sila keempat

a.Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan Perwakilan. Dapat dilihat, bahwa banyak sekali kasus
ataupun masalah yang terjadi di negara kita yang menunjukkan penurunan
sila keempat ini. Contohnya banyaknya kasus sengketa Pilkada yang harus
berakhir di MK. Hal ini semakin parah karena masyarakat disuguhkan oleh
matinya sikap dalam menghormati pendapat orang lain. Demokrasi dan rasa
legowo di hati para pihak yang kalah seolah-olah sudah mati sejak lama.
Sebagai warga negara yang baik, kita harus menghormati segala keputusan
yang telah dirundingkan bersama.  Meskipun kalah, kita harus lapang dada
dalam menerima apapun hasilnya.
b. Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan
kesadaran akan hak dan tanggung jawab masyarakat dalam pengelolaan
lingkungan hidup.
c.Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kemitraan
masyarakat, dunia usaha dan pemerintah dalam upaya pelestarian daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

5. Sila Kelima

a.Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Di sila kelima
ini, dapat dilihat bahwa tujuannya adalah agar seluruh warga negara
Indonesia mendapat kesejahteraan dan keadilan yang merata. Seluruh rakyat
Indonesia berhak mendapatkan penghidupan yang layak, penghormatan
terhadap Hak Asasi Manusia, perlindungan keamanan dan hokum yang
seutuhnya, dan semua hal yang berkaitan dengan kesejahteraan warga negara.
b. Mengelola sumber daya alam dan memelihara daya dukungnya agar
bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dari generasi ke generasi.
c.pembangunan yang berkelanjutan, kepentingan ekonomi dan budaya
masyarakat lokal serta penataan ruang yang pengaturannya diatur dengan
undang-undang.
d. Menerapkan indikator-indikator yang memungkinkan pelestarian
kemampuanMeningkatkan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan
hidup dengan melakukan konservasi, rehabilitasi dan penghematan
pengunaan dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan.
e.Mendelegasikan secara betahap wewenang pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah dalam pelaksanaan pengelolaan sumber daya alam secara
selektif dan pemeliharaan ling-kungan hidup, sehingga kualitas ekosistem
tetap terjaga yang diatur dengan undangundang.
f. Mendayagunakan sumber daya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat dengan memperhatikan kelestarian fungsi dan keseim-bangan
lingkungan hidup, pembangunan yang berkelanjutan, kepentingan ekonomi
dan budaya masyarakat lokal serta penataan ruang yang pengaturannya diatur
dengan undang-undang.
g. Menerapkan indikator-indikator yang memungkinkan pelestarian
kemampuan.

Pancasila sebagai dasar negara meliputi asas kerohanian yang memiliki


suasana batindan cita-cita hukum sehingga dijadikan sumber nilai dan norma,
moral, kaidah, atau hukum negara baik yang tertulis yaitu yang tertuang dalam
Undang-Undang Dasar tahun 1945 maupun secara tidak tertulis. Adapun
kedudukan Pancasila sebagai dasar negara menurut (Aminullah: 2018) adalah
sebagai berikut: (1) Pancasila sebagai dasar negara adalah sumber dari sumber
hukum negara Indonesia; (2) mencakup suasana batin (geistlichenhintergrund)
yang terdapat dalam Undang-Undang dasar negara RI tahun 1945; (3)
mewujudkan cita-cita hukum baik yang tertulis maupun tidak tertulis; (4)
memiliki norma yang terkandung dalam UUD 1945 yang mewajibkan
pemerintah dan setiap penyelenggara negara menegang teguh cita-cita moral
rakyat yang luhur; (5) Pancasila sebagai dasar negara menjadi sumber semangat
bagi pemerintahan dan penyelenggara dalam melaksanakan fungsi UUD 1945
dengan sebaik mungkin. Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara diupayakan agar tidak mengakibatkan
perpecahan yang merugikan setiap orang bahkan dapat merugikan negara
Indonesia. Pancasila sebagai ideologi bangsa terdapat nilai-nilai yang
bisa diaktualisasikan dalam kehidupan sekitar. Tanpa nilai-nilai Pancasila
tersebut, masyarakat Indonesia tidak akan memiliki pandangan atau pedoman
untuk menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara di dalam negara yang
memiliki budaya beragam ini.

Aktualisasi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan


bernegara dilihat dari aspek: keharusan moral, subyektif, ketaatan moral,
kesadaran moral, internalisasi nilai-nilai moral Pancasila, proses pembentukan
kepribadian Pancasila, dan implementasi nilai-nilai Pancasila (Eddy, 2018).
Implementasi dalam menjalankan nilai-nilai yang terdapat pada Pancasila harus di
sadari oleh masyarakat Indonesia itu sendiri. Karena datangnya dari keinginan
diri sendiri, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila harus dijadikan
pegangan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Soeprapto,
2005). Tentunya, situasi ini tidak akan timbul dengan sendirinya, namun
diperlukan upaya agar timbul adanya kebutuhan tersebut. Masyarakat Indonesia
yang bersifat plurastik dapat menyebabakan adanya perpecahan dalam segala
aspek kehidupan. Hal ini memerlukan adanya pegangan bersama agar bisa
mengikat seluruh tatanan bangsa yang bersifat plurastik tersebut.

Pancasila merupakan common denominator dari berbagai keragaman adat


dan budaya bangsa Indonesia sehingga Pancasila dapat menyatukan segala
keragaman tersebut Pancasila ada dalam kehidupan Indonesia memberikan
tuntunan dan tuntutan yang harus dijalankan dan dilaksanakan oleh masyarakat
Indonesia. Jika hal tersebut tidak dapat dilaksanakan, maka sangat mungkin
terjadi perpecahan. Untuk mengantisipasinya, ada upaya untuk berdialog
secara transformasi antar warga negara (Gultom, 2010). Dengan
mengedepankan dialog transformatif, warga negara bisa menjaga
hubungannya dengan negara sebagai satu kesatuan dalam menyejahterakan
kehidupan bangsa Indonesia yang terdapat dalam sila kelima Pancasila
(Aminullah, 2020). Nilai-nilai Pancasila yang dapat diimplementasikan dalam
kehidupan bermasyarakat adalah sebagai berikut: nilai dalam sila pertama
yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa Pada sila pertama ini, mengandung nilai
yang luhur dalam kaitannya dengan ketuhanan, keagamaan, keadilan dan
kenegaraan.
Segala hal diatur berdasarkan aturan agama, sehingga pola pikir dan pola
adat masyarakat Indonesia harus berdasar pada kehendak Tuhan Yang Maha Esa.
Penerapan dalam sila pertama Pancasila dapat dilakukan dengan menghormati
setiap perbedaan, yaitu perbedaan keyakinan yang beragam antar masyarakat,
membina kerukunan hidup antar masyarakat yang memiliki perbedaan agama
dan keyakinan, tidak memaksakan suatu keyakinan atau agama kepada orang lain,
dan menumbuhkan sikap saling toleransi antar umat beragama (Gultom, 2016).
Nilai pada sila kedua Pancasila, yaitu Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
Dalam sila kedua Pancasila ini, mengandung makna mengenai penghormatan
terhadap orang lain walaupun setiap masyarakat memiliki perbedaanyang
beragam. Pengimplementasian dari sila kedua ini adalah dengan cara
menanamkan dan menerapkan rasa toleransi kepada orang lain, menghargai dan
menghormati antar masyarakat, dan selalu bersikap adil terhadap setiap orang
tanpa membeda-bedakannya. Nilai kemanusiaan yang mencakup dalam sila
kedua ini secara singkat dapat dinyatakan dalam menghormati perbedaan antar
masyarakat, menghormati harkat dan derajat manusia sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa, yang sama derajatnya, yang sama hak dan kewajiban-kewajiban
asasinya, menanamkan rasa nasionalisme dan komitmen pada eksistensi bangsa,
dan yang terakhir adalah terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Nilai pada sila ketiga Pancasila, yaitu Persatuan Indonesia mengandung makna
yaitu hubungan alamiah antar manusia bahwa manusia memiliki perbedaan antar
satu manusia dengan manusia lainnya.
Pada sila ketiga ini, masyarakat Indonesia diharapkan dapat menempatkan
persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas
golongan atau pribadi. Menempatkan bangsa dan negara di atas kepentingan
pribadi berarti rela dan sanggup berkorban demi bangsa dan negara yang dilandasi
oleh rasa cinta tanah air dan semangat membangun rasa nasionalisme.
Selain itu, selalu menempatkan kepentingan bangsa dan negara lebih dari
apapun. Untuk bisa menumbuhkan perilaku tersebut maka kembangkanlah rasa
kebanggan untuk bertanah air Indonesia dalam rangka memelihara ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Selain hal di atas, sila ketiga ini dapat di implementasikan dengan cara
menghidupkan segala perbedaan yang ada sehingga perbedaan tersebut dapat
mengarah kepada kesatuan sebagaimana semboyan negara Indonesia, yaitu
Bhineka Tunggal Ika yang berarti walaupun berbeda-beda tapi tetap satu tujuan.
Selain itu, ciptakan suasana saling tolong menolong dibalik segala perbedaan yang
beragam sehingga akan terciptanya kehidupan yang rukun antar masyarakat
Indonesia. Dengan begitu gotong royong pun akan terlaksana karena adanya
saling membantu antar sesama. Bangsa Indonesia yang bisa
mengimplementasikan sila ketiga dengan tolong-menolong dan gotong
royong dengan begitu maka dapat dilihat bahwa sila ketiga Pancasila
memberikan kesempatan secara leluasa dalam mempertahankan persatuan
dan kesatuan bangsa Indonesia.
Nilai-nilai sila keempat, yaitu Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmah
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Kerakyatan Indonesia
adalah demokrasi yang di pimpin oleh hikmah kebijaksanaan dan mufakat.
Kerakyatan timbul karena adanya kesadaran bahwa manusia memiliki
kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama sebagai makhluk ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa. Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran untuk menempatkan
kepentingan negara dan masyarakat. Karena memiliki kedudukan, hak dan
kewajiban yang sama maka tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang
lain. Sebelum memiliki hak dan kewajiban yang sama di mata hukum.
Untuk menciptakan keadilan sosial untuk seluruh rakyat Indonesia maka
dalam hal ini perlu adanya kesadaran dan perkembangan sikap dan suasana
kekeluargaan dan gotong royong untuk segenap masyarakat Indonesia. Untuk itu,
perlu adanya kesadaran sikap yang adil antar sesama dan menjaga antara hak
dan kewajiban serta menghormati harkat dan martabat orang lain. Lalu,
masyarakat Indonesia dapat mengimplementasikan Pancasila dengan
menanamkan sikap tolong menolong sehingga dapat terwujud kehidupan yang
rukun dan damai.
Kerja keras juga diperlukan dalam implementasi sila kelima ini untuk
mencapai kesejahteraan bersama. Pancasila adalah jiwa dan kepribadian bangsa
Indonesia, maka masyarakat Indonesia menjadi penghayatan dan pengamalan
nilai-nilai yang terkandung didalam Pancasila sebagai pejuangan pertama bangsa
yang dapat dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Maka, pengamalannya harus diawali oleh setiap warga negara
Indonesia itu sendiri, lalu setiap penyelenggara negara secara meluas dan akan
berkembang menjadi pengamalan atau pengimplementasian oleh setiap lembaga
kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan baik di daerah maupun pusat.
Masyarakat Indonesia yang sudah memahami makna dari nilai-nilai yang
terkandung dalam sila-sila Pancasila akan mudah dalam mengimplementasikanya
di kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Karena mereka sudah
mengerti tujuan didirikannya Pancasila tersebut. negara Indonesia dengan
demikian dapat menjadi negara yang makmur dan dapat selalu menyejahterakan
rakyatnya. Dampak dari tidak adanya implementasi nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara didasarkan pada
kepribadian bangsa Indonesia (Hasibuan, dkk, 2019).
Implementasi nilai-nilai Pancasila sudah mulai luntur, Pancasila saat ini
adalah sekedar lambang negara dan hanya dipaksakan sebagai formalitas
bangsa saja. Pancasila kini tidak hadir dari hati nurani masyarakat Indonesia.
Tebukti dengan banyaknya kasus yang terjadi di Indonesia yang belakang SARA
(Suku, ras, dan antargolongan), adanya pelecehan dan pengingkaran terhadap
hak azasi manusia, adanya gerakan separatis, lunturnya toleransiantar umat
manusia, lunturnya budaya musyawayah dalam masyarakat, serta
ketidakadilan yang dirasakan oleh masyarakat kaum menengah ke bawah.
Bahkan, penegakan hukum di Indonesia masih membeda-bedakan antara satu
orang dengan orang yang lain dan cenderung masih tumpul ke atas dan tajam
ke bawah. Hal lain juga datang karena adanya ancaman yang muncul dari
pengaruh negatif globalisasi terhadap ideologi suatu negara atau bangsa
(Damanhuri, dkk, 2016). Solusi untuk mengatasi pergeseran nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara diperlukan
upaya dari masyarakat Indonesia untuk menggali pengetahuan dan pemahaman
mengenai Pancasila.
Selanjutnya, nilai-nilai tersebut diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Langkah konkret yang bisadilakukan pemerintah dalam mendukung masyarakat
Indonesia adalah memasukan nilai-nilai Pancasila dalam materi bahan ajar di
sekolah pada sistem pendidikan nasional. Secara khusus tujuan Pendidikan
Pancasila terkandung dalam tujuan Pendidikan Nasional, yaitu: meningkatkan
manusia yang berkualitas, berimtaq, berbudi pekerti luhur, berkepribadian,
mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja,
profesional, bertanggungjawab, dan produktif, serta sehat jasmani dan rohani,
serta harus menumbuhkan jiwa patriotik, mempertebal rasa cinta tanah air,
meningkatkan semangat kebangsaan, kesetiakwanan sosial, kesadaran pada
sejarah bangsa, sikap menghargai jasa para pahlawan, dan berorientasi ke masa
depan (Syamsir, dkk, 2017).
Hal ini dapat berpengaruh terhadap masyarakat Indonesia yang mulai
menghargai, menghayati, memahami, dan mengimplementasikan Pancasila
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.mengambil
keputusan yang menyangkut kepentingan hidup bersama, maka ada baiknya
diadakan musyawarah mufakat terlebih dahulu. Musyawarah mufakat ini
ditimbulkan juga karena adanya semangat kekeluargaan yang merupakan ciri
khas dari bangsa negara Indonesia sendiri. Dalam sila keempat Pancasila ini
masyarakat Indonesia dapat mengimplementasikannya dengan cara memuliakan,
menghargai dan menghormati orang lain tanpa membedakannya sedikitpun,
selalu bersikap jujur saat adanya pemilu, dan yang terakhir adalah tidak saling
menghina antar warga negara. Nilai-nilai yang terkandung dalam sila kelima
Pancasila, yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Dalam sila
kelima ini, masyarakat Indonesia menyadarai sepenuhnya bahwa manusia

Anda mungkin juga menyukai