Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang memiliki bentuk Negara kepulauan dan bentuk
pemerintahan republic sehingga disebut dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), dan masyarakatnya tidak asing lagi dengan pancasila. Dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, masyarakat Indonesia mengenal pancasila sebagai dasar
Negara, pedoman, dan pandangan hidup,yang nilainya diangkat dari kehidupan
masyarakat sendiri.
Pancasila merupakan dasar Negara, dan juga menjadi falsafah hidup bangsa
Indonesia sejak dahulu. Pancasila juga diperuntukkan kepada Negara, masyarakat, dan
pribadi bangsa Indonesia. Sila-sila pancasila itu tidak terlepas satu sama lain melainkan
satu kesatuan yang bulat, baik dalam fungsi dan kedudukannya sebagai dasar Negara
maupun sebagai falsafah hidup bangsa. Pengertian dari kata “kesatuan bulat” dari
pancasila ini ialah berarti bahwa sila yang satu meliputi dan menjiwai sila-sila yang lain.
Lantas perumusan pancasila juga dapat dijadikan sebagai pandangan hidup
bangsa yang selalu berkaitan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara. Seperti
yang telah diketahui bahwa pancasila itu juga merupakan dasar Negara Indonesia, yang
berarti dasar dari hukum tertinggi di Indonesia atau sumber dari segala sumber hukum di
Indonesia. Hal ini terdapat pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yang
merupakan Naskah Proklamasi Indonesia.
Pancasila juga merupakan ideology terbuka, yaitu bersifat khas dan orisinil. Kelima
sila dalam pancasila ini memang bersifat universal sehingga dapat ditemukan dalam
gagasan berbagai masyarakat lain. Letak kekhasan dan orisinilitasnya yaitu sebagai
falsafah dan ideology Negara.
Pancasila juga berperan dalam sejarah ketatanegaraan Republik Indonesia
yaitu yang berpusat pada Undang-Undang Dasar 1945 yang benar-benar harus dijiwai
oleh seluruh masyarakat Indonesia. Negara yang berpaham kedaulatan rakyat, yaitu
Negara tidak bisa memaksakan kehendaknya kepada rakyat karena rakyat adalah
sumber dari kekuasaan Negara. Sedangkan arah perumusan norma-norma hukum
harus memberikan jaminan kemudahan dan kesempatan yang seluas-luasnya bagi rakyat
untuk menunjukkan bahwa rakyatlah yang berdaulat.
Untuk itu sebagai warga Negara yang baik dan bertanggung jawab seharusnya
masyarakat mengikuti dan mematuhi pancasila, karena seperti pemaparan di atas

1
telah disebutkan bahwa pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum atau dasar
Negara yang harus dipatuhi. Karena dalam sila-sila pancasila tidak memihak kepada satu
orang saja melainkan keseluruh warga Negara Indonesia. Undang-undang dasar 1945
memiliki peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan ketatanegaraan di Indonesia.
Peranannya dapat dilihat dari kandungan yang terdapat di dalamnya. UUD 1945
mengandung cita- cita dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia, yang tertuang dalam
pembukaan UUD 1945 dan diikat oleh pasal dan ayat yang dijelaskan didalam batang
tubuh UUD 1945.
Dalam perkembangannya, batang tubuh UUD 1945 telah diamandemen sebanyak
empat kali. Amandemen yang dilakukan bertujuan untuk memperjelas hukum-hukum
yang terkandung di dalamnya, atau untuk membentuk suatu hukum yang belum
dijelaskan, demi penyempurnaan UUD 1945. Dengan dilakukannya amandemen UUD
1945 diharapkan dapat memenuhi kebutuhan hukum dalam pelaksanaan
ketatanegaraan. Sehingga tidak ada celah untuk melakukan pelanggaran terhadapnya.
Pemikiran untuk melaksanakan amandemen didasarkan pada kenyataan yang
terjadi selama masa pemerintahan orde lama dan baru, sehingga kehidupan
ketatanegaraan berjalan secara sentralisasi kekuasaan sepenuhnya ditangan presiden.
Karena latar belakang inilah, UUD 1945 menjadi suatu peraturan dasar yang tidak dapat
diganggu gugat.
Amandemen UUD 1945 dilaksanakan oleh bangsa Indonesia sejak tahun 1999,
amandemen pertama dilaksanakan dengan memberikan tambahan dan perubahan
terhadap 9 pasal UUD 1945. Selanjutnya amandemen kedua dilaksanakan pada tahun
2000, amandemen ketiga dilaksanakan pada tahun 2001, dan amandemen terakhir
dilaksanakan pada tahun 2002 dan disahkano pada tanggal 10 Agustus 2002.
Dalam sejarah UUD 1945, perubahan UUD merupakan sejarah baru bagi
masa depan Konstitusi Indonesia. Perubahan UUD 1945 dilakukan sebagai buah
dari amanat reformasi pembangunan nasional sejak turunnya rezim Soeharto (1967-
1998). Terdapat 4 kali perubahan yang berturut-turut telah dilakukan sejak tahun 1999-
2002. Pada saat UUD 1945 diamandemen dengan kesepakatan diantarannya tidak
mengubah pembukaan UUD 1945, akan tetapi mempertahankan susunan
kenegaraan kesatuan atau selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara kesatuan
republic Indonesia (NKRI), serta mempertegas system pemerintahan presidensil

2
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah perumusan pancasila?
2. Apa yang dimaksud dengan pancasila sebagai dasar Negara?
3. Apa peranan pancasila dalam ketatanegaraan Republik Indonesia?

3
BAB II
PANCASILA

A. Sejarah Pancasila
Pada tanggal 1 Juni 1945 Soekarno berpidato mengenai rumusan dasar Negara
Indonesia. Kemudian Soekarno memberi istilah dasar Negara dengan nama “Pancasila”.
Menurut prof. Mr Muhammad Yamin, perkataan pancasila berasal dari bahasa Sanskerta
yang terdiri dari dua suku kata dan mengandung dua macam arti, yaitu: Panca artinya
“lima” dan Syila artinya “batu sendi, alas, atau dasar”. Sedangkan menurut huruf
Dewanagari “Syiila” yang artinya peraturan tingkah laku yang penting/baik/senonoh. Dari
kata “Syiila” ini dalam bahasa Indonesia menjadi “susila” artinya tingkah laku yang baik.1
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pancasila merupakan dasar Negara dan
pandangan hidup bangsa Indonesia. Sebagai pandangan hidup bangsa, pancasila
mengandung nilai-nilai luhur yang berada, tumbuh dan berkembang bersama dengan
bangsa Indonesia sejak dahulu kala. Oleh karena keluhuran sifat nilai-nilai pancasila
tersebut, dia merupakan sesuatu yang akan dicapai dalam hidup masyarakat
pendukungnya yaitu masyarakat Indonesia. Dengan begitu, kedudukan nilai-nilai
pancasila merupakan ukuran bagi baik-buruknya atau benar-salahnya sikap warga
Negara secara nasional. Dengan kata lain, nilai pancasila merupakan tolok ukur,
penyaring, atau alat penimbang, bagi semua nilai yang ada, baik dari dalam maupun luar
negeri.2
Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia sebelum disahkannya pada
tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI, nilai-nilainya telah diimplementasikan dan mereka
pada jiwa bangsa Indonesia sejak zaman dahulu sebelum bangsa Indonesia mendirikan
Negara, yang berupa nilai-nilai adat-istiadat, kebudayaan serta nilai-nilai religious. Nilai-
nilai tersebut sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai pedoman hidup.
Nilai-nilai tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan secara formal oleh para pendiri
Negara untuk dijadikan sebagai dasar filsafat Negara Indonesia. Proses perumusan
materi pancasila secara formal tersebut dilakukan dalam sidang- sidang BPUPKI pertama
sidang panitia Sembilan, sidang BPUPKI kedua, serta akhirnya disahkan sebagai dasar
filsafat maupun ideology Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sidang BPUPKI
pertama dilaksanakan pada tanggal 29Mei-1Juni 1945, sedangkan siding kedua

1
Fachruddin Pohan, Kembali Memahami Pancasila, (Bandung: Citapustaka Media,2002),
hlm.,113.
2
Herman, Pancasila Dalam Kedudukuan dan Fungsinya Sebagai Dasar Negara dan
Pandangan Hidup Bangsa Indonesia,(Surabaya: Usaha Nasional,1981),hlm., 56.
4
dilaksanakan pada tanggal 10-16Juli 1945. Pada tahun 1947 Ir. Soekarno
mempublikasikan bahwa pada tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya pancasila.
Pidato Prof. Muhammad Yamin berisikan lima asas dasar Negara, yaitu: peri
kebangsaan, peri kemanusiaan , peri ketahanan, peri kerakyatan, dan kesejahteraan
rakyat. Selanjutnya Soepomo menyatakan gagasannya tentang rumusan lima dasar
Negara yaitu: persatuan, kekeluargaan, keseimbangan lahir dan batin, musyawarah, dan
keadilan rakyat.
Pada tanggal 1 Juni 1945Soekarno menyampaikan pidatonya pada sidang
BPUPKI. Isi pidato nya terdapat beberapa susunan terkait lima asas sebagai dasar
Negara Indonesia, yaitu: Nasionalisme atau kebangkitan nasional, Internasionalisme atau
peri kemanusiaan, Mufakat atau Demokrasi, Kesejahteraan social, dan Ketuhanan yang
berkebudayaan.3
Setelah Undang-Undang Dasar 1945 berlaku kebali sebagai konstitusi di
Indonesia sejak Dekrit Presiden 5 Juli 1959, dan dasar Negara Republik Indonesia
termuat di dalam alinea ke empat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yang
dinamakan dengan Pancasila. Adapun tata urutan dan rumusan pancasila yang termuat
di dalam pembukaan UUD 1945 adalah:
1. Ketuhanan yang maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan
5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
Basis pancasila adalah ketuhanan yang maha esa dan puncaknya adalah
keadilan social yang merupakan tujuan dari empat sila yang lainnya, yaitu untuk
mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan demikian, sila
ketuhanan yang maha esa memuat dimensi vertical dari kehidupan kenegaraan,
kebangsaan, dan kemasyarakatan, sedangkan sila-sila lainnya memuat dimensi
horizontal dari tiga segi kehidupan nasional itu. Keterkaitan erat antara dimensi vertical
dan dimensi horizontal dalam pancasila adalah bahwa dimensi horizontal itu
sesungguhnya adalah juga dalam kerangka dimensi vertical, karena dimensi horizontal
dan dimensi vertical ditentukan oleh hakekat Tuhan.4

3
Maulana Arafat Lubis, Pembelajaran PPKn di SD/MI Kelas Rendah, (Jakarta:Manggu
Makmur Tanjung Lestari,2019),hlm.,11-13.
4
Fachruddin Pohan, Op.Cit, hlm.,114-116.
5
B. Fungsi dan Kedudukan Pancasila
Negara merupakan sesuatu yang hidup, tumbuh, mekar dan dapat mati atau
lenyap, maka pengertian dasar Negara meliputi arti: basis atau fundament, tujuan yang
menentukan arah Negara, pedoman yang menentukan dan mencapai tujuan Negara.
Dalam kedudukannya sebagai dasar Negara, pancasila menetukan bahwa Negara
Indonesia adalah Negara yang menjadi pendukung antara Tuhan, manusia, persatuan,
rakyat serta adil yang merupakan penguat dasar Negara.
Pancasila sebagai dasar Negara berarti setiap sendi-sendi ketatanegaraan pada
Negara Republik Indonesia harus berlandaskan pada nilai-nilai pancasila. Artinya,
pancasila harus senantiasa menjadi ruh atau power yang menjiwai kegiatan dalam
membentuk Negara. Konsep pancasila sebagai dasar Negara dianjurkan oleh Ir.
Soekarno dalam pidatonya pada hari terakhir sidang pertama BPUPKI tanggal 1 Juni
1945, yang isinya untuk menjadikan pancasila sebagai dasar Negara falsafah Negara
atau filosophische gromdslag bagi Negara Indonesia merdeka. Usulan tersebut ternyata
dapat diterima oleh seluruh anggota sidang.
Sejak saat itu pancasila sebagai dasar Negara yang mempunyai kedudukan
sebagai berikut:
1. Sumber dari segala sumber hukum di Indonesia.
2. Meliputi suasana kebatinan dari Undang-Undang Dasar 1945.
3. Menciptakan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara.
4. Menjadi sumber semangat bagi UUD 1945, dan
5. Mengandung norma-norma yang mengharuskan UUD untuk mewajibkan perintah
maupun penyelenggara Negara yang lain untuk memelihara budi pekerti luhur. 5

C. Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila


Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia mempunyai implikasi bahwa
Pancasila terikat oleh suatu kekuatan secara hukum, terikat oleh struktur kekuasaan
secara formal yang meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai
dasar Negara (Suhadi, 1998). Cita-cita hukum tersebut terangkum didalam empat pokok
pikiran yang terkandung dalam Undang Undang Dasar 1945 yang sama hakikatnya
dengan Pancasila, yaitu :
1. Negara Persatuan “ Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia “

5
Maulana Arafat Lubis, Op.Cit,hlm.,55-56.

6
2. Keadilan sosial “Negara hendak mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia“
3. Kedaulaatan Rakyat “Negara yang berkedaulatan rakyat berdasarkan atas
kerakyatan /perwakilan.”
4. Ketuhanan dan kemanusiaan “Negara berdasarkan atas ketuhanan yang menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradap.”
Pembukaan UUD 1945 adalah sumber motivasi dan aspirasi perjuangan dan
tekad bangsa Indonesia yang merupakan sumber cita-cita luhur dan cita cita mahal,
sehingga pembukaan UUD 19445 merupakan tertib Hukum yang tertinggi dan
memberikan kemutlakan bagi tertib hukum Indonesia.
Pembukaan UUD 1945 bersama dengan UUD 1945 diundangkan dalam berita
Republik Indonesia tahun 11 No 7, ditetapkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945. Pada
hakekatnya semua aspek penyelenggaraan pemerintah Negara yang berdasarkan
Pancasila terdapat dalam alenia IV pembukaan UUD 1945.
Dengan demikian Pancasila secara yuridis formal ditetapkan sebagai dasar filsafat
Negara Republik Indonesia bersamaan dengan ditetapkan Pembukaan UUD 1945 dan
UUD 1945.
D. Filosofi Garuda Pancasila dan Makna Sila-sila dalam Pancasila
a. Lambang Negara Garuda Pancasila
Pada tanggal 13 Juli 1945, dalam rapat Panitia Perancangan Undang- Undang
Dasar 1945. Salah seorang anggota Panitia bernama Parada Harahap mengusulkan
tentang lambang negara. Tanggal 16 November 1945 baru dibentuk Panitia Indonesia
Raya. Panitia ini bertugas menyelidiki arti lambang-lambang dalam peradaban bangsa
Indonesia sebagai langkah awal untuk mempersiapkan bahan kajian tentang lambang
negara. Panitia Indonesia Raya diketuai Ki Hajar Dewantara dengan sekretaris umum
Muhammad Yamin (Virdanti, 2014: 61).
Adapun cirri-ciri lambang negara Garuda Pancasila adalah:
1. Warna dan Jumlah Helai Bulu
a) Warna
1) Seluruh Burung Garuda, Bintang, Kapas, Padi dan Rantai – Kuning Emas.
2) Ruangan perisai di tengah-tengah Merah Putih
- Kiri atas dan kanan bawah ~ Merah
- Kanan atas dan kiri bawah ~ Putih
3) Dasar Bintang yang berbentuk perisai ~ Hitam
4) Kepala Banteng ~ Hitam

7
5) Pohon Beringin ~ Hijau
6) Pita ~ Putih
7) Huruf ~ Hitam
b) Jumlah Helai Bulu
1) Pada tiap sayap ~ 17 helai
2) Pada ekor ~ 8 helai
3) Kecil di bawah perisai ~ 10 helai
4) Kecil di leher ~ 45 helai
2. Arti dan Makna Lambang Negara
Menurut kansil&chistine (2011: 164-166) adapun arti dan makna simbolik dari
lambang negara ialah Garuda ialah burung yang dinamakan juga “Sang Raja
Wali,” seperti yang disebutkan dalam cerita Ramayana dan Bharatayuda:
a) Burung tersebut merupakan lambang kekuasaan dan kekuatan
b) Sayap yang masing-masing terdiri dari 17 helai, berarti tanggal 17. Ekor
burung yang terdiri dari 8 helai, berarti bulan-8 atau bulan Agustus.
c) Jumlah bulu kecil di bawah perisai sebanyak 19 helai dan jumlah bulu kecil
di bawah leher sebanyak 45 helai, berarti tahun 1945.
Hal ini mengingatkan kita pada tanggal 17 Agustus 1945, Hari
Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang di
kumandangkan oleh Dwi-Tunggal Soekarno-Hatta di jalan Pengangsaan
Timur (sekarang Jalan Proklamasi) nomor 56 Jakarta.
3. Perisai
a) Perisai atau temeng yang berbentuk jantung yang digantungkan dengan
rantai emas pada leher Burung Garuda, adalah lambang perlindungan.
b) Garis melintang di tengah-tengah perisai melukiskan khatulistiwa (equator).
Hal ini menunjukkan bahwa kepulauan Indonesia laksana ratna mutu
manikam bertaburan di sekitar khatulistiwa.
4. Ruangan pada Perisai
Lima buah ruangan pada perisai memuat symbol-simbol dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia, yaitu:
a) Nur-Cahaya berbentuk bintang bersudur lima malambangkan Theokrasi.
b) Rantai bermata bulat (lambang pria) dan persegi (lambang wanita) saling
berkaitan mata rantai persatuan, melambangkan Humanisme.
c) Pohon beringin melambangkan Nasionalisme.
d) Kepala banteng adalah lambang tenaga rakyat dan menunjukkan Dasar

8
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/ Perwakilan (Demokrasi Pancasila).
e) Kapas dan padi (sandang pangan) melambangkan Sosialisme.
5. Bhineka Tunggal Ika
Di atas pita yang dicengkeram oleh kedua kaki Burung Garuda
tercantum huruf latin sebuah semboyan dalam bahasa kuno yang berbunyi, “
BHINNEKA TUNGGAL IKA”, yang berarti: “Berbeda-beda tetapi tetap satu
juga” (divercity in unity). Kalimat ini pernah dipakai oleh seorang pejuang
Indonesia yang terkenal, Empu Tantular, dalam arti “di antara puspa ragam
adalah kesatuan”.
b. Simbol-Simbol Pancasila
Dalam Pasal 36 A Undang-Undang Dasar Tahun 1945 setelah diamandemenkan
empat kali, yaitu pada tahun 1999, 2000, 2001 dan 2002, dicantumkan kalimat,
“Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.”
Adapun makna yang terkandung dalam symbol-simbol sila Pancasila menurut
Erwin (2013: 29-33) dapat di rumuskan sebagai berikut:
1. Bintang melambangkan Sila Pertama Pancasila.
2. Rantai melambangkan Sila Kedua Pancasila
3. Pohon Berringin melambangkan Sila Ketiga Pancasila
4. Kepala Banteng melambangkan Sila ke Empat Pancasila
5. Padi dan Kapas melambangkan Sila ke Lima 6

6
Maulana Arafat, Kajian PPKn MI/SD Kelas Rendah. ( Bnadung: Manggu Makmur Tanjung
Lestari, 2019) hlm 45-51

9
BAB III
UNDANDANG-UNDANG DASAR TAHUN 1945

A. Sejarah Lahirnya Undang-Undang 1945


Sebagai negara yang berdasarkan atas hukum, tentu saja Indonesia memiliki
suatu konstitusi yang dikenal di Indonesia dikenal dengan Undang-Undang Dasar 1945.
Eksistensi Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi di Indonesia mengalami
sejarah yang sangat panjang hingga akhirnya diterima oleh seluruh rakyat sebagai
landasan hukum bagi pelaksanaan kenegaraan Indonesia.
Undang-Undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 Mei 1945 sampai 16 juni 1945
oleh Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdkaan Inddonesia (BPUPKI) atau
dalam bahasa jepang dikenal dengan Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai yang beranggotakan 21
orang. Diketahui Ir. Soekarno, Drs. Moh, Hatta sebagai wakil ketua dengan 19 orang
anggota yang terdiri dari 11 orang wakil dari jawa, 3 orang dari Sumatera dan
masingmasing 1 wakil dari Kalimantan, Maluku, dan sunda kecil.
Badan ini kemudian menetapkan tim khusus yang bertugas menyusun konstitusi
bagi Indonesia Merdeka yang kemudian dikenal dengan nama Undang-Undang Dasar
1945 (UUD 1945). Para tokoh perumus itu adalah antara lain Dr. Radjiman Widiodiningrat,
Ki Bagus Hadikoesoemo, Oto Iskandardinata, Pangeran Purboyo, Pangeran
Soerjohamidjojo, Soetarjo Kartohamidjojo, Prof. Dr. Mr. Soepomo, Abdul Kadir, Drs Yap
Tjwan Bing, Dr. Mohammad Amir (Sumatra), Mr. Abdul Abdul Abbas (Sumatra), Dr.
Ratulangi, Andi Pangerang, Mr. Latuharhari, Mr. Pudja, AH. Hamidan, R.P. Soeroso,
Abdul Wachid Hasyim dan Mr. Muhammad Hasan. Latar belakang terbentuknya konstitusi
(UUD 1945) bermula dari janji jepang untuk memberikan kemerdekaan bagi bangsa
Indonesia dikemudian hari. Setelah kemerdekaan diraih, kebutuhan akan sebuah
konstitusi resmi nampaknya tidak bisa ditawar-tawar lagi, dan segera harus dirumuskan.
Sehingga lengkaplah Indonesia menjadi sebuah Negara yang berdaulat. Pada tanggal 18
Agustus 1945 atau sehari setelah ikrar kemerdekaan, Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) mengadakan sidangnya Yang pertama kali dan menghasilkan beberapa
keputusan sebagai berikut:
1. Menetapkan dan mengesahkan pembukaan UUD 1945 yang bahannnya diambil
dari rancangan undang-undang yang disusun oleh panitia perumus pada tanggal
22 juni 1945
2. Menetapkan dan mengesahkan UUD 1945 yang bahannya hamper seluruhnya
diambil dari RUU yang disusun oleh panitia perancang UUD tanggal 16 juni 1945

10
3. Memilih ketua persiapan kemerdekaan Indonesia Ir.Soekarno sebagai presiden
dan wakil ketua Drs.Muhammad Hatta sebagai wakil presiden. Pekerjaan presiden
untuk sementara waktu dibantu oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
yang menjadi komite nasional.7
Pada tanggal 22 juni 1945, disahkan Piagam Jakarta yang menjadi naskah
Pembukaan UUD 1945 setelah dihilangkannya anak kalimat dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya. Naskah rancangan UUD 1945
Indonesia disusun pada masa siding kedua Badan Penyelidik Usaaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan (BPUPKI). Masa siding kedua tanggal 10-17 juli 1945, sedangkan tanggal
18 Agustus PPKI mengesahkan UUD 1945 sebagai Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia.

B. Pengertian Undang-Undang Dasar 1945


Sebagai negara yang berdasarkan atas hukum, tentu saja Indonesia memiliki
suatu konstitusi yang dikenal di Indonesia dikenal dengan Undang-Undang Dasar 1945.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 atau disingkat dengan
UUD 1945 adalah Hukum dasar tertulis, dan juga konstitusi pemerintahan Negara
Republik Indonesia saat ini. Undang-Undang Dasar 1945 adalah hukum dasar lembaga
Negara yang mengikat pemerintah, lembaga-lembaga Negara, lembaga masyarakat, dan
juga mengikat setiap penduduk yang berada diwilayah Negara Republik Indonesia.

C. Fungsi UUD 1945


Telah dijelaskan bahwa UUD 1945 adalah hukum dasar tertulis yang mengikat
pemerintah, lembaga-lembaga Negara, lembaga masyarakat, dan juga mengikat setiap
warga Negara Indonesia dimanapun mereka berada dan juga mengikat setiap penduduk
yang berada diwilayah Negara Republik Indonesia.
Sebagai hukum dasar, UUD 1945 berisi norma-norma dan aturan-aturan yang
harus ditaati dan dilaksanakan oleh semua komponen tersebut diatas. UUD 1945
bukanlah hukum biasa, melainkan hukum dasar, yaitu hukum dasar tertulis. Sebagai
hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis. Dengan demikian, setiap
hukum seperti Undang-Undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, ataupun
bahkan setiap tindakan atau kebijakan pemerintah haruslah berlandaskan dan bersumber
pada peraturan yang lebih tinggi, yang pada akhirnya bersumber pada aturan

7
Abdul Ghoffar, Perbandingan Kekuasaan Presiden Indonesia Setelah Perubahan UUD
1945, (Jakarta: Kencana, 2009), 75

11
perundangundangan tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan
ketentuan UUD 1945, dan Pedomannya adalah Pancasila sebagai sumber dari segala
sumber hukum Negara.

D. Kedudukan UUD 1945


Dalam kedudukan yang demikian itu, UUD 1945 dalam kerangka tata urutan
perundangan atau hirarki peraturan perundangan di Indonesia menempati kedudukan
yang tertinggi. Dalam hubungan ini, UUD 1945 juga mempunyai fungsi sebagai alat
control, dalam pengertian UUD 1945 mengontrol apakah norma hukum yang lebih rendah
sesuai atau tidak dengan norma hukum yang lebih tinggi. UUD juga berperan sebagai
pengatur bagaimana kekuasaan Negara disusun, dibagi, dan dilaksanakan. Selain itu
UUD 1945 juga berfungsi sebagai penentu hak dan kewajiban Negara, aparat Negara,
dan warga Negara.

E. Makna Alinea-Alinea Pembukaan UUD 1945


Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri
atas empat alinea. Keempat alinea tersebut merupakan gambaran perjuangan, cita- cita
dan tujuan Negara republik Indonesia. Bagian pembukaan begitu penting karna tiap- tiap
alinea Pembukaan Undang- undang Dasar 1945 mengandung makna. Oleh karna itu,
UUD 1945 sangat penting keberadaanya dalam UUD 1945. Untuk lebih memahami
mengenai makna dari tiap- tiap alinea perhatikan uraian berikut.

1. Alinea Pertama
Alinea pertama Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab
itu maka penjajahan di atas dunia harus di hupuskan, karna tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan”
Pada alinea ini terdapat pernyataan tentang hak kodrat segala bangsa, yaitu hak
atas kemerdekaan. Hak kodrat berarti hak yang melekat pada setiap diri manusia dimana
pun berada sebagai Anugra dari Tuhan yang Maha Esa. Sebagai hak kodrat maka
kemerdekaan bersifat mutlak (harus) dimiliki oleh setiap bangsa konsekuensi dari hak
tersebut adalah segala bentuk penjajahan di dunia harus dihapuskan Dari alinea
pertama, dapat disimpulkan bahwa pada alinea ini berisi empat hal penting, yaitu.
a. Kemerdekaan adalah hak segala bangsa
b. Segala bentuk penjajahan diatas dunia harus dihapuskan

12
c. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang cinta damai
d. Bangsa Indonesia berkewajiban membantu bangsa lain yang ingin merdeka.6

2. Alinea Kedua
Alinea kedua Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
“Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada
saat yang berbahagia, dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke
depan pintu gerbang Kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat,
adil dan makmur.”
Dari alinea kedua ini mengandung makna:
a. Bangsa Indonesia menghargai kemerdekaan yang diperolehnya.
b. Adanya ketajaman dan ketepatan bahwa perjuangan pergerakan di Indonesia telah
sampai pada tingkat menentukan momentum yang tepat untuk menyatakan
kemerdekaan.
c. Melaksanakan cita- cita membentuk Negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil
dan makmur.

3. Alinea Ketiga
Alinea ketiga Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
“Atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan dengan didorong oleh
keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia
menyatakan dengan ini kemerdekaannya.”
Dari alinea ketiga ini mengandung makna:
a. Peryataan bahwa kemerdekaan yang diperoleh merupakan Rahmat Allah Yang
Mahakuasa.
b. Menunjukkan sisi religious bangsa Indonesia
c. Pengukuhan terhadap Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
d. Menunjukkan sisi moralitas bangsa Indonesia

4. Alinea Keempat
Alinea keempat Pembukaan Undang-undang 1945.
“Kemudian dari pada itu, untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpa darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdasarkan kehidupan bangsa dan ikut

13
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang- undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan Negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang
Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Alinea keempat dari Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
merupakan inti dari pembukaan UUD 1945 karena memuat segala aspek
peyelenggaraan Negara\pemerintahan yang berdasarkan Pancasila, Dari alinea keempat
ini, dapat disimpulkan bahwa
a. Menujukkan tentang tujuan Negara.dasar falsafah Negara dan UUD 1945
b. Tujuan bangsa Indonesia mewujudkan kemerdekaan untuk melindungi bangsa dan
tanah air Indonesia
c. Prinsip Negara yang dicapai untuk mencapai tujuan tersebut, yaitu dengan
menyusun kemerdekaan dalam UUD 1945.

F. Pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 1945


Pokok pikiran Pokok pikiran Pembukaan UUD 1945 secara yuridis merupakan
nilai-nilai Pancasila yang terdiri atas empat pokok, yaitu: Negara persatuan Negara
persatuan adalah negara melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia. Berdasarkan atas persatuan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia dan memiliki arti sebagai berikut:
Negara melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia Negara
mengatasi segenap paham golongan dan perseorangan Negara menghendaki persatuan
melindungi segenap bangsa Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia Sejak dibentuknya Negara Republik Indonesia telah ada tujuan, yaitu
negara akan berusaha mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Baca
juga: UUD 1945, Konstitusi Pertama Indonesia Dengan didasarkan bahwa masyarakat
Indonesia memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial
dalam kehidupan masyarakat.
Negara berkedaulatan rakyat Berdasarkan atas kerakyatan dan
permusyawaratan/perwakilan. Artinya, yang berdaulat adalah rakyat dan segala
persoalan diselesaikan dengan jalan musyawarah/perwakilan. Negara berdasar atas
Ketuhanan Yang Maha Esa dan dasar kemanusiaan yang adil dan beradab Negara

14
termasuk rakyat Indonesia mengakui dan percaya kepada Tuhan Yang Esa. Dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab dengan menghormati segenap manusia yang
memiliki adat serta perlakuan yang adil bagi setiap manusia. Undang-undang dasar
harus mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan penyelenggara negara untuk
memlihara budi pekerti, kemanusiaan yang luhur, dan memegang teguh cita-cita moral
rakyat yang luhur.

G. Hubungan antara Pembukaan dengan Batang Tubuh UUD 1945


Penjelasan Umum III Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan, bahwa pokok-
pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 meliputi
suasana kebathinan dari Undang-Undang Dasar Negara. Pokok-pokok pikiran itu
mewujudkan cita-cita hukum (Rechtside) yang menguasai hukum Dasar Negara, baik
hukum yang tertulis (undang-undang dasar) maupun hukum yang tidak tertulis. Adapun
pokok-pokok pikiran tersebut dijelmakan dalam pasal-pasal oleh Undang-Undang Dasar
1945 merupakan pancaran dari falsafah Pancasila, maka dapat ditegaskan bahwa
suasana kebathinan Undang-Undang Dasar 1945 tiada lain bersumber dan dijiwai oleh
dasar falsafah Pancasila. Pengertian inilah yang menunjukkan kedudukan dan fungsi
Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Pembukaan UUD
1945 mempunyai hubungan langsung yang bersifat kausal organis dengan batang tubuh
UUD 1945, karena isi dalam Pembukaan dijabarkan ke dalam pasal-pasal Uud 1945.
Maka Pembukaan UUD 1945 yang memuat dasar filsafat negara dan Undang-Undang
Dasar merupakan satu kesatuan, walaupun dapat dipisahkan, bahkan merupakan
rangkaian kesatuan nilai dan norma yang terpadu. Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 yang didalamnya terkandung Pokok-pokok Pikiran Persatuan Indonesia, Keadilan
Sosial, Kedaulatan Rakyat berdasarkan atas Permusyawaratan/Perwakilan, serta
Ketuhana Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang Adil dan Beradab, yang inti
sarinya merupakan penjelmaan dari dasar filsafat Pancasila. Adapun Pancasila itu sendiri
memancarkan nilai-nilai luhur yang telah mampu memberikan semangat kepada UUD
1945.
Semangat dari UUD 1945 serta yang disemangati yakni pasal-pasal UUD 1945
serta penjelasannya pada hakikatnya merupakan satu rangkaian kesatuan yang bersifat
kausal organis. Ketentuan serta semangat yang demikian itulah yang harus diketahui,
dipahami serta dihayati oleh segenap bangsa Indonesia yang mencintai negaranya.

15
Batang Tubuh (body of constitution) Undang-Undang Dasar 1945 terdiri dari
rangkaian pasal-pasal yang merupakan uraian terinci atau perwujudan dari pokok-pokok
pikiran yang termuat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Pokok-pokok
pikiran itu adalah sila-sila Pancasila. Jika dikatakan bahwa Pembukaan mempunyai
hubungan langsung dengan Batang Tubuh, ini disebabkan Pembukaan yang
mengandung pokok-pokok pikiran merupakan sumber yang menjiwai pasal-pasal dari
Batang Tubuh. Hal ini berarti pula bahwa pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam
Pembukaan dijelmakan dalam Batang Tubuh, yakni pasal-pasalnya.
Dengan tetap menyadari keluhuran nilai-nilai yang terkandung dengan falsafah
Pancasila serta dengan memperhatikan hubungan antara Pembukaan dan Batang Tubuh
Undang-Undang Dasar 1945, maka dapat dinyatakan bahwa Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 yang memuat falsafah Pancasila dengan Batang Tubuhnya adalah
suatu rangkaian kesatuan nilai dan norma yang terpadu dan tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Dengan kata lain, Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi Negara
merupakan uraian terinci dari nilai-nilai Pancasila atau Undang-Undang Dasar 1945
bersumber dan atau dijiwai oleh Pancasila.
Rangkaian isi, arti makna yang terkandung dalam masing-masing alinea dalam
Pembukaan UUD 1945, melukiskan adanya rangkaian peristiwa dan keadaan yang
berkaitan dengan berdirinya Negara Indonesia melalui pernyataan Kemerdekaan
Kebangsaan Indonesia. Adapun rangkaian makna yang terkandung dalam Pembukaan
UUD 1945 adalah sebagai berikut :
1) Rangkaian peristiwa dan keadaan yang mendahului terbentuknya negara, yang
merupakan rumusan dasar-dasar pemikiran yang menjadi latar belakang
pendorong bagi Kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam wujud terbentuknya
negara Indonesia (alinea I, II, dan III Pembukaaan).
2) Yang merupakan ekspresi dari peristiwa dan keadaan setelah negara Indonesia
terwujud (alinea IV Pembukaan).
Perbedaan pengertian serta pemisahan antara kedua macam peristiwa tersebut
ditandai oleh pengertian yang terkandung dalam anak kalimat,”Kemudian daripada itu”
pada bagian keempat Pembukaan UUD 1945, sehingga dapatlah ditentukan sifat
hubungan antara masing-masing bagian Pembukaan dengan Batang Tubuh UUD 1945,
adalah sebagai berikut
1) Bagian pertama, kedua dan ketiga Pembukaan UUD 1945 merupakan segolongan
pernyataan yang tidak mempunyai hubungan „kausal organis‟ dengan Batang
Tubuh UUD 1945.

16
2) Bagian keempat. Pembukaan UUD 1945 mempunyai hunbungan yang berisfat
„kausal organis‟ dengan Batang Tubuh UUD 1945, yang mencakup beberapa segi
sebagai berikut :
a) Undang-Undang Dasar ditentukan tidak ada.
b) Yang diatur dalam UUD adalah tentang pembentukan pemerintahan negara
yang memenuhi pelbagai persyaratan dan meliputi segala aspek
penyelenggaraan negara.
c) Negara Indonesia ialah berbentuk Republik yang berkedaulatan rakyat.
d) Ditetapkannya dasar kerohanian negara (dasar filsafat negara Pancasila).
3) Bahwa bentuk republik yang berkedaulatan rakyat dan pokok dasar kerohanian
negara Pancasila harus tertuang dalam batang tubuh UUD karena telah
merupakan ketentuan Pembukaan.
Atas dasar sifat-sifat tersebut maka dalam hubungannya dengan Batang Tubug
UUD 1945, menempatkan pembukaan UUD 1945 alinea IV pada kedudukan yang amat
penting. Bahkan boleh dikatakan bahwa sebenarnya hanya alinea IV Pembukaan UUD
1945 inilah yang menjadi inti sari Pembukaan dalam arti yang sebenarnya. Hal ini
sebagaimana termuat dalam penjelasan resmi Pembukaan dalam Berita Republik
Indonesia tahun II, No. 7, yang hampir keseluruhannya mengenai bagian keempat
Pembukaan UUD 1945. (Pidato Prof. Mr. Dr. Soepomo tanggal 15 Juni 1945 di depan
rapat Badan Penyelidik Usaha-usaha Persipan Kemerdekaan Indonesia).

H. Hubungan antara Pembukaan dengan Batang Tubuh UUD 1945


Konstitusi Indonesia, sebagaimana negara-negara hukum modern lainnya dalam
perkembangan ketatanegaraan pernah mengalami perubahan yang berpengaruh pula
pada sistem pemerintahan Indonesia.Pada awal kemerdekaan Indonesia, tanggal 18
agustus 1945, sistem pemerintahan Indonesia adalah sistem pemerintahan presidensil,
cerminan sistem pemerintahan presidensil termuat dalam Bab III Pasal 4 ayat (1) UUD
Tahun 1945 (Naskah Asli) yang menyebutkan, bahwa ;
1) Presiden Republik Indonesiamemegang kekuasaan pemerintahan menurut
Undang- Undang Dasar.
Presiden menurut Pasal 4 ayat (1) UUD Tahun 1945 tersebut diatas
dimaknai, selain sebagai kepala negara juga sebagaikepala pemerintahan. Menteri-
menteri bertugas sebagai pelaksanatugas pemerintahan adalah pembantu
Presiden yangbertanggung jawab kepada Presiden, bukan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR). Dalam Pasal 6 ayat (2) UUD Tahun 1945 dinyatakan ;

17
2) Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan
suara yang terbanyak.
dihadapan MPR. Dengan tipe sistem pemerintahan sedemikian rupa, menurut
beberapa ahli ketatanegaraan menyebutkan sistem pemerintahan pada masa berlakunya
UUD Tahun 1945 adalah sistem pemerintahan Quasi presidensil_parlementer.1
Sedangkan bentuk negara termuat dalam rumusan Pasal 1 UUD Tahun 1945, yang
menyebutkan :
(1) Negara Indonesia ialah Negara kesatuan yang berbentuk Republik.
(2) Kedaulatan adalah di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat.
Sistem pemerintahan berdasarkan UUD Tahun 1945, kemudian berubah pada tahun
1949 yang ditandai dengan diberlakukannya Konstitusi RIS 1949 (27 Desember 1949 -
17 Agustus 1950). Pada masa Konstitusi RIS sistem pemerintahan indonesia adalah
parlementer. Bentuk negara Indonesia pada masa konstitusi RIS adalah federasi, yaitu
negara yang di dalamnya terdiri dari negara-negara bagian yang masing - masing
negarabagian memiliki kedaulatan sendiri untuk mengurus urusan dalam negerinya.
Konstitusi RIS mulai berlaku pada tanggal 27 Desember 1949 yang terdiri atas
Mukadimahyang berisi 4 alinea, Batang Tubuh yang berisi 6Bab dan197 Pasal, serta
sebuah Lampiran.
Adapun bentuk negara dinyatakandalam Pasal 1ayat (1) Konstitusi RIS yang
menyatakan;2Republik IndonesiaSerikat yang merdeka dan berdaulat adalah negara
hukumyang demokratis dan berbentuk federasi.
Sistem pemerintahan yang digunakan pada masaberlakunya Konstitusi RIS adalah
sistem parlementer, yang diatur dalam Pasal 118 ;
(1) Presidentidak dapat diganggu-gugat.
(2) Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaanpemerintah baik
bersama- sama untuk seluruhnyamaupun masing-masing untuk bagiannya sendiri-
sendiri.
Rumusan Pasal 118 Konstitusi RIS 1949, mengandung arti, bahwa, Presiden
tidak dapatdimintai pertanggungjawaban atas tugas-tugas pemerintahan.Selain itu dalam
Pasal 74 ayat (2) juga dinyatakan;Sesuai dengan anjuran ketiga pembentuk Kabinet itu,
Presiden mengangkat seorang dari padanya menjadi Perdana-Menteri dan mengangkat
Menteri-menteri yang lain.
Dan dalam Pasal 68 ayat (1) dan ayat (2) dinyatakan pula ;

18
(1) Presiden dan Menteri2 bersama-sama merupakan Pemerintah.
(2) Dimana-mana dalam Konstitusi ini disebut Pemerintah, maka yang dimaksud ialah
Presiden dengan seorang atau beberapa atau para menteri, yakni menurut
tanggungjawab khusus atau tanggungjawab umum mereka itu.
Pasal 69 ayat (1) menyatakan“Presiden sebagai Kepala Negara”.
Dengan demikian, yang melaksanakan dan mempertanggungjawabkantugas-tugas
pemerintahan adalah Perdana Mentreri dan menteri-menteri.Dalam sistem pemerintahan
parlementer,pemerintah bertanggung jawab kepada parlemen(DPR). Sedangkan
kedudukan Presiden adalah sebagaiKepala Negara. Lembaga-lembaga Negaramenurut
Konstitusi RIS Tahun 1949 termuat dalam Bab III tentang Perlengkapan Republik
Indonesia Serikat, adalah :
a. Presiden
b. Perdana Menteri
c. Menteri-Menteri
d. Senat
e. Dewan Perwakilan Rakyat
f. Mahkamah Agung
g. Dewan Pengawas Keuangan
Masa berlaku Konstitusi RIS tersebut, hanya bertahan selama satu tahun yang
kemudian berubah menjadi UUDSementara yang diberlakukan secara resmi mulai
tanggal 17 Agustus 1950, yaitu dengan ditetapkannya Undang-Undang No. 7 tahun
1950.3 UUDS 1950 ini bersifat temporary, sehingga tidak hanya mencerminkan
perubahan terhadap Konstitusi Republik Indonesia Serikat Tahun 1949, tetapi mengganti
naskah Konstitusi RIS.Sistem pemerintahan berdasarkan UUDS adalah sistem
pemerintahan Parlementer., yang termuat dalam Pasal 51 ayat (2) ;Sesuai dengan
anjuran pembentuk Kabinet itu, Presiden mengangkat seorang dari padanya menjadi
Perdana Menteri dan mengangkat Menteri-menteri yang lain.
Serta rumusan Pasal 45 ayat (1) yang menyatakan ;
(1) Presiden ialah Kepala Negara.
Ditegaskan pula dalam rumusan Pasal 83 UUDS1950, bahwa;
(1) Presiden dan Wakil Presiden tidak dapat diganggu-gugat.
(2) Menteri-menteri bertanggungjawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah,
baikbersama- sama untuk seluruhnya maupun masing-masinguntuk bagiannya
sendiri-sendiri.
Serta adanya rumusan Pasal 84 yang menyatakan :

19
Presiden berhak membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat.
Keputusan Presiden yang menyatakan pembubaran itu, memerintahkan pulauntuk
mengadakanpemilihan Dewan Perwakilan Rakyat baru dalam 30 hari.
Pasal-pasal tersebut diatas memberikan pemahaman, bahwa presiden adalah
kepala negara sedangkan tanggungjawab pemerintahan berada ditangan perdana
menteri dan menteri- menteri yang membuat pertanggungjawabannya kepada parlemen
atau DPR., sedangkan bentuk negara kesatuan dinyatakandalam Pasal 1 UUDS 1950,
bahwa ;
(1) Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat ialah suatu negara-hukum yang
demokratisdan berbentuk kesatuan.
(2) Kedaulatan Republik Indonesia adalah ditangan Rakyat dandilakukan oleh
Pemerintah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat.
Lembaga-lembaga Negaramenurut UUDS 1950 adalah :
a) Presiden dan Wakil Presiden
b) Perdana Menteri
c. Menteri-Menteri
d) Dewan Perwakilan Rakyat
e) Mahkamah Agung
f) Dewan Pengawas Keuangan.
UUDS 1950 tersebut sama sekali tidak membuat perubahan pada konstalasi politik
saat itu, sebagaimana yang menjadi dasar diterbitkannya UUDS 1950 yaitu mengubah
dan membentuk UUD baru, sehingga Presiden Soekarno, pada tanggal 5 Juli 1959
mengeluarkan Dekrit Presiden dan menganggap, Konstituante telah gagal menjalankan
amanat yaitu membentuk Undang Undang Dasar baru.
Dekrit Presiden tersebut berisikan tiga item, yaitu ;4
1. Menetapkan pembubaran Konstituante;
2. Menetapkan Undang-Undang Dasar 1945 berlaku lagi bagi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia terhitung mulai hari tanggal
penetapan dekrit ini dan tidak berlakunja lagi Undang-Undang Dasar Sementara.
3. Pembentukan Madjelis Permusjawaratan Rakyat Sementara, jang terdiri atas
anggota- anggota Dewan Perwakilan Rakjat ditambah dengan utusan dari daerah-
daerah dan
Dengan demikian, berdasarkan hal-hal tersebut diatas, yang menjadi pokok
bahasan dalam penelitian ini yaitu, bagaimanapula sistem pemerintahan Indonesia dalam
konsepsi ketatanegaraan Indonesia menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik

20
Indonesia tahun 1945.

I. Lembaga-Lembaga Negara Dalam Susunan Pemerintahan Pusat


1. Lembaga Legislatif
Struktur lembaga perwakilan rakyat (legislatif) secara umum terdiri dari dua model,
yaitu lembaga perwakilan rakyat satu kamar (unicameral) dan lembaga perwakilan
rakyat dua kamar (bicameral). Dalam ketatanegaraan Indonesia, lembaga legislatif
direpresentasikan pada tiga lembaga, yakni MPR, DPR, dan DPD.
a. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Seiring dengan tuntunan reformasi keberadaan MPR dalam system ketatanegaraan
Indonesia banyak melahirkan perdebatan. Satu pihak menghendaki MPR dihilangkan
karena fungsinya sebagai lembaga perwakilan rakyat sudah cukup dilakukan oleh DPR,
sementara di pihak lain tetap menghendaki MPR tidak dibubarkan.
Dari ketiga lembaga legislatif tersebut posisi MPR merupakan lembaga yang bersifat
khas Indonesia. Menurut Asshiddiqie, keberadaan MPR terkandung nilai-nilai historis
yang cenderung dilihat secara tidak rasional dalam arti jika kedudukannya sebagai suatu
lembaga dihilangkan dapat dinilai menghilangkan satu pilar penting dalam sitem
ketatanegaraan kita yang justru dianggap perlu dilestarikan.
Salah satu keberatan pihak yang mempertahankan keberadaan MPR ini
berargumentasi bahwa, jika MPR ditiadakan atau hanya sekadar dianggap nama dari
parlemen dua kamar (bicameral), maka sila „kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan‟ menjadi berubah. Prinsip permusyawaratan
tercermin dalam kelembagaan MPR, sedangkan prinsip perwakilan dianggap tercermin
dalam kelembagaan DPR.
Jadi, MPR adalah pemegang kekuasaan tertinggi atau pemegang kedaulatan rakyat
yang lebih tinggi dari lembaga-lembaga lainnya. Tugas dari MPR yaitu mengubah dan
menetapkan UUD 1945. MPR juga bisa
memberhentikan presiden dan wakil presiden apabila tidak mampu menjalankan
tugasnya dengan baik.
b. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Perubahan pertama terhadap UUD 1945 terjadi pada 19 Oktober 1999, dalam
sidang umum MPR yang berlangsung tanggal 14-21 Oktober 1999. Dalam perubahan
ini, terjadi pergerakan kekuasaan presiden dalam membentuk undang-undang, yang
diatur dalam pasal 5, berubah menjadi presiden berhak mengajukan rancangan undang-
undang, dan Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-

21
undang (pasal 20).
Perubahan pasal ini memindahkan titik berat kekuasaan legislagi nasional yang
semula berada di tangan presiden, beralih ke tangan DPR. Rumusan pasal 20 (baru)
berbunyi sebagai berikut:
a) DPR memegang kekuasaan membentuk undang-undang.
b) Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh DPR dan Presiden untuk
mendapat persetujuan bersama.
c) Jika rancangan undang-undang itu mendapat persetujuan bersama,
rancangan undang-undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan
DPR masa itu.
d) Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui
bersama untuk menjadi undang-undang.
e) Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut
tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan
undang-undang tersebut sah menjadi undang- undang dan wajib
diundangkan.
Jadi, Dewan Perwakilan Rakyat adalah lembaga yang merupakan perwakilan
rakyat dan memegang kekuasaan dalam membentuk undang- undang. Dewan
Perwakilan Rakyat jiga meiliki 3 fungsi yaitu sebagai fungsi legislasi, anggaran dan
pengawasan. Membentuk undang-undang telebih dahulu dibahas dengan Presiden
untuk mendapatkan persetujuan bersama.

c. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)


DPD adalah lembaga baru dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Berdasarkan
perubahan ketiga UUD 1945, gagasan pembentukan DPD dalam rangka restrukturisasi
perlemen diindonesia menjadi dua kamar yang diadopsi. Perbedaan DPD dan DPR
terletak pada hakikat kepentingan yang diwakili masing-masing. DPR dimaksudkan untuk
mewakili rakyat, sedangkan DPD dimaksudkan untuk mewakili daerah-daerah.
DPD adalah lembaga negara dalam system ketatanegaraan
Republik Indonesia yang merupakan wakil-wakil daerah provinsi dan
dipilih melalui pemilihan umum yang memiliki fungsi:
f) Pengajuan usul, ikut dalam pembahasan dan memberikan
pertimbangan yang berkaitan dengan bidang legislasi tertentu.
g) Pengawasan atas pelaksanaan undang-undang tertentu.

22
2. Lembaga Eksekutif
Pemerintahan memiliki dua pengertian: (1) pemerintahan dalam arti luas yaitu
pemerintahan yang meliputi keseluruhan lembaga kenegaraan (legislatif, eksekutif dan
yudikatif); (2) pemerintahan dalam arti sempit yaitu pemerintahan yang hanya berkenaan
dengan fungsi eksekutif saja.
Di negara-negara demokratis, lembaga eksekutif terdiri dari kepala negara, seperti
raja, perdana menteri, atau presiden beserta menteri-menterinya. Dalam system
presidensial seperti Indonesia, menteri-menteri merupakan pembantu presiden dan
langsubg dipimpin olehnya, sedangakan dalam system perlementer para menteri dipimpin
oleh seorang perdana menteri. Tugas uatama lembaga eksekutif adalah menjalankan
undang-undang.
Lembaga yang memiliki kekuasaan tertinggi yaitu dipegang oleh MPR. MPR
memiliki berwenang mengubah dan menetapkan UUD, melantik Presiden dan/atau Wakil
Presiden serta memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa
jabatannya menurut UUD. DPR memegang kekuasaan untuk membentuk undang-
undang. DPD mengajukan kepada DPR tentang rancangan undang-undang yang
berjaitan dengan otonomi daerah.
Legislatif bertugas untuk membuat undang-undang, bidang legislative adalah DPR.
Eksekutif bertugas menerapkan atau melaksanakan undang-undang. Bidang eksekutif
adalah Presiden dan Wakil Presiden beserta menteri-menterinya yang membantunya.
Yudikatif bertugas mempertahankan pelaksanaan undang-undang. Adapun unsur
yudikatif terdiri atas MA, MK dan KY.
Lembaga pemerintahan tingkat kota/provinsi di pimpin oleh Gubernur dan Wakil
Gubernur, tingkat kecamatan di pimpin oleh Bupati dan Wakil Bupati, dan tingkat desa
yaitu di pimpin oleh Lurah atau Kepala Desa.

J. Pemilihan Umum
Sejak amandemen UUD 1945 sistem ketatanegaraan di Indonesia dalam memilih
anggota DPR, DPRD, DPD, Presiden dan Wakil Presiden dilaksanakan melalui
mekanisme Pemilu secara langsung, meskipun sebelumnya pengisian lembaga Legislatif
dan Eksekutif tersebut pernah menggunakan sistem campuran yaitu sebagian dipilih dan
sebagian diangkat. Pemilihan Umum secara langsung ini kemudian diikuti dengan
pemilihan kepala daerah secara langsung setelah disahkanya Undang-Undang Nomor 32
tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang secara teknis diatur dalam Peraturan

23
Pemerintah Nomor 6 tahun 2005 tentang Tata Cara Pemilihan, Pengesahan,
Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala daerah
sebagaimana telah diubah, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2008.
Secara eksplisit ketentuan pilkada langsung tercermin dalam cara pemilihan dan asas-
asas yang digunakan dalam penyelenggaraan pilkada. Dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 Pasal 56 ayat (1) disebutkan:
“Kepala daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang
dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur
dan adil”.
Selanjutnya dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara
Pemilihan Umum, disebutkan dalam Pasal 1 angka 4 bahwa: “Pemilihan Gubernur,
Bupati, dan Walikota adalah Pemilihan untuk memilih gubernur, bupati, dan walikota
secara demokratis dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.
Landasan pasal ini sebagai koreksi atas Pemilukada terdahulu yang menggunakan
sistem perwakilan oleh DPRD, sebagaimana diatur dalam ketentuan Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor
151 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pemilihan, Pengesahan dan Pemberhentian Kepala
daerah dan Wakil Kepala Daerah.3 Pemilihan Kepala Daerah secara langsung adalah
awal dari perubahan kedua UUD 1945 Pasal 18 ayat (4) bahwa “Gubernur, Bupati, dan
Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan provinsi, kabupaten dan kota
dipilih secara demokratis”. Makna demokratis ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, bahwa pemilihan kepala daerah dilakukan
secara langsung oleh rakyat berasaskan asas luber dan jurdil. Dengan dasar
pertimbangan setelah UUD 1945 diamandemen, terjadi perubahan dalam sistem pemilu
DPR, DPRD dan DPD, serta Presiden dan Wakil Presiden yang dipilih dengan cara
langsung, dengan pertimbangan inilah Pemilukadapun dimasukan dalam rezim Pemilu
secara langsung. Simplikasi atau penyederhaan logika terlihat dari pandangan jika MPR
(anggota DPR termasuk di dalamnya) saja tak lagi memilih Presiden dan Wakil Presiden,
maka tak lagi tersedia alasan untuk mempertahankan Pilkada dengan sistem perwakilan
di DPRD.
Sejarah Perjalanan pemilukada tidak terlepas dari pelaksanaan pemilu saat itu.
Pemilu adalah produk reformasi yang didesakan kalangan mahasiswa, intelektual, dan
kalangan partikelir lain, terutama sejak tahun 1997 dan 1998, pada era reformasi Pemilu
merupakan instrumen sirkulasi kepemimpinan nasional dan daerah. Formasi kekuasaan

24
yang semula didominasi kekuatan Orde Baru, berubah ke arah yang lebih variatif.

K. Pemerintahan Daerah
Lembaga Pemerintahan Daerah (PEMDA) adalah organisasi yang diberikan
kekuasaan dari Pemerintah Pusat, melaksanakan dan mengatur kepentingan bangsa dan
negara di suatu daerah yang mempunyai sistem atau aturan yang terstruktur secara rinci
sehingga dalam pelaksanaanya Pemerintah Daerah mempunyai pedoman aturan untuk
menyelenggarakan pemerintahan tersebut. Berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006
Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah
Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Lembaga pemerintahan di bentuk untuk
melayani dan mengayomi masyarakat luas, salah satunya dengan adanya pembangunan-
pembangunan di daerah-daerah tidak hanya kota besar saja. Yang bertujuan untuk
memajukan setiap daerah yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah. Demi
mewujudkan kemajuan tersebut Pemerintah Pusat memberikan wewenang kepada
Pemerintah Daerah untuk melakukan otonomi daerah, tentunya dengan diberikan
kewenangan tersebut Pemerintah Daerah tidak ada batasan untuk melakukan kegiatan
pembangunan atau pemerintahan.
Dengan adanya Undang- undang Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian menjadi
UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah, dan Undang-undang Nomor 25
Tahun 1999 yang kemudian menjadi UU No.33 Tahun 2004 tentang perimbangan
keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Penerapan perimbangan keuangan
antara pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah di Indonesia tercermin dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik juga didasarkan atas azas
desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Berdasarkan UU No.32 Tahun 2004
pengertian Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Otonomi daerah adalah
kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakasa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat (Suparmoko,
2002:18). Dengan adanya program tersebut daerah memilki kewenangan untuk mengatur
rumah tangganya sendiri termasuk jumlah macam dan bagaimana Pemerintah Daerah
memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

25
Otonomi daerah bertujuan agar pengaturan pemerintahan tidak hanya dilakukan
pada Pemerintah Pusat, oleh sebab itu otonomi daerah dilakukan agar Pemerintah
Daerah dapat memiliki atau memenuhi haknya sehingga pemerintahan dan
pembangunan di setiap daerah dapat berjalan lancar sesuai yang di targetkan. Selain itu
dengan adanya otonomi daerah pemerintahan setiap daerah dapat mengukur berapa
besar kebutuhan yang diperlukan di daerah tersebut terutama daerah-daerah yang
mempunyai kebutuhan yang khusus atau lebih banyak. Hal ini tentunya memudahkan
Pemerintah Pusat untuk meninjau setiap daerah di setiap provinsi di Indonesia. Adanya
otonomi daerah juga menuntut pemerintah untuk mengatur keuangan dengan mandiri,
dengan adanya hal tersebut maka Pemerintah Daerah tidak akan bergantung lagi pada
bantuan Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi.
Kewajiban Pemerintah Pusat untuk memenuhi kebutuhan setiap daerah menjadi
lebih ringan sebab kewajiban tersebut sudah dialihkan kepada Pemerintah Daerah.
Adanya desentralisasi sebagai perwujudan dari otonomi daerah yang mempunyai arti
bahwa segala urusan, tugas dan wewenang diberikan kepada Kepala Daerah untuk
mengurus sendiri segala urusan yang terkait dengan pemerintahan dan urusan
masyarakat setempat dengan tidak mengabaikan peraturan perundang-undangan.
Otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi yang seluas-luasnya, mempunyai artian
Pemerintah Daerah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintah diluar urusan Pemerintah Pusat.

L. Amandemen Undang Undang Dasar Sebelum dan sesudah


1. Pengertian Amandemen
Amandemen (bahasa Inggris: amendment) artinya perubahan. Mengamandemen
artinya mengubah atau mengadakan perubahan. Istilah amandemen sebenarnya
merupakan hak, yaitu hak parlemen untuk mengubah atau mengusulkan perubahan
rancangan undang-undang. Perkembangan selanjutnya muncul istilah amandemen UUD
yang artinya perubahan UUD. Istiiah perubahan konstitusi itu sendiri mencakup dua
pengertian (Taufiqurohman Syahuri, 2004), yaitu:5
a) Amandemen kontitusi (constitutional amendment)
b) Pembaruan konstitusi (constitutional reform)
Dalam hal amandemen konstitusi, perubahan yang dilakukan merupakan
addendum atau sisipan dari konstitusi yang asli. Jadi, konstitusi yang asli tetap berlaku.
Adapun bagian yang diamandemen merupakan atau menjadi bagian dari konstitusinya.
Jadi, antara bagian perubahan dengan konstitusi aslinya masih terkait. Nilai-nilai lama

26
dalam konstitusi asli yang belum berubah masih tetap eksis. Sistem perubahan ini dianut
oleh Amerika Serikat dengan istilah populernya amandemen. Dalam hal pembaruan
konstitusi, perubahan yang dilakukan adalah „baru” secara keseluruhan. Jadi, yang
berlaku adalah konstitusi yang barn, yang tidak lagi ada kaitannya dengan konstitusi
lama atau asli. Sistem ini dianut oleh negara seperti Belanda, Jerman, dan Prancis.
Latar belakang dilakukan amandemen terhadap UUD 1945:
a) Lemahnya checks and balances pada institusi-institusi ketatanegaraan.
b) Executive heavy, kekuasaan terlalu dominan berada di tangan Presiden (hak
prerogatif dan kekuasaan legislatif)
c) Pengaturan terlalu fleksibel (vide:pasal 7 UUD 1945 sebelum amandemen)

d) Terbatasnya pengaturan jaminan akan HAM.


2. Hasil Amandemen UUD 1945
Sejak Proklamasi hingga sekarang telah berlaku tiga macam Undang-undang
Dasar dalam delapan periode yaitu : Periode 18 Agustus 1945 – 27 desember 1949 (UUD
1945)
Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950 (RIS 1949)
Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959 (UUDS 1950)
Periode 5 Juli 1959 – 19 Oktober 1999 (UUD 1945 amandemen)
Periode 19 Oktober 1999 – 18 Agustus 2000(amandemen ke 1)
Periode 18 Agustus 2000 – 9 November 2001(amandemen ke 2)
Periode 9 November 2001 – 10 Agustus 2002(amandemen ke 3)
Periode 10 Agustus 2002 – sampai sekarang(amandemen ke 4)
Pada kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan
(amandemen), yaitu sebagai berikut:
a. Amandemen UUD 1945 Pertama diadakan pada tanggal 19 Oktober 1999
Pada amandemen ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 9 pasal yaitu:
Pasal 5 ayat (1), 7, 9 ayat (1) dan (2), 13 ayat (2) dan (3),14 ayat (1) dan (2), 15,
17 ayat (2) dan (3), 20 ayat (1), (2), (3) dan (4), 21 ayat (1).

b. Amandemen UUD 1945 Kedua diadakan pada tanggal 18 Agustus 2000


Pada amandemen II ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 24 pasal yaitu:
Pasal 18 ayat (1) s/d (7), 18A ayar (1) dan (2), 18B ayat (1) dan (2), 19 ayat (1)
s/d (3), 20 ayat (5), 20A ayat (1) s/d (4), 22A, SSB, 25A, 26 ayat (2) dan (3), 27
ayat (3), 28A, 28B ayat (1) dan (2), 28D ayat (1) s/d (4), 28E ayat (1) s/d (3),

27
28F, 28G ayat (1) dan (2), 28H ayat (1) s/d (4), 28I ayat (1) s/d (5), 28J ayat (1)
dan (2), 30 ayat (1) s/d (5), 36A, 36B, 36C.
c. Amandemen UUD 1945 Ketiga diadakan pada tanggal 9 November 2001
Pada amandemen III ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 19 pasal yaitu:
Pasal 1 ayat (2) dan (3), 3 ayat (1) s/d (3), 6 ayat (1) s/d (3), 6A ayat (1), (2), (3)
dan (5), 7A, 7B ayat (1) s/d (7), 7C, 8 ayat (1) s/d (3), 11 ayat (2) dan (3), 17
ayat (4), 22C ayat (1) s/d (4), 22D ayat (1) s/d (4), 22E ayat (1) s/d (3), 23F
ayat (1) dan (2), 23G ayat (1) dan (2), 24 ayat (1) dan (2), 24A ayat (1) s/d (5),
24B ayat (1) s/d (4), 24C ayat (1) s/d (6).
d. Amandemen UUD 1945 Keempat diadakan pada tanggal 10 Agustus 2002 Pada
amandemen IV ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 17 pasal yaitu:
pasal-pasal : 2 ayat (1), 6A ayat (4), 8 ayat (3), 11 ayat (1), 16 23B, 23D, 24
ayat (3), 31 ayat (1) s/d (5), 32 ayat (1) dan (2), 33 ayat (4) dan (5), 34 ayat (1)
s/d (4), 37 ayat s/d (5), Aturan Peralihan Pasal I s/d III, aturan Tambahan pasal I
dan II.

28
BAB III
PENUTUP

Negara Indonesia memiliki identitas nasional yang meski kita ketahui, dan juga
sebagai calon pendidik kita harus memahami hal ini lebih mendalam lagi dan bisa
membuat suatu konsep pembelajaran yang akan membuat pesera didik kita dapat
mengerti, memahami dan mau tahu tentang identitas negaranya. Hal ini juga agar
kecintaan mereka terhadap negara semakin besar, karena kita sebagai calon pendidik
harus bisa menyesuaikan konsep ataupun metode belajar sesuai dengan apa yang
mereka gandrungi ataupun apa yang membuat mereka merasa tertarik. Dengan
menjelaskan identitas negara Indonesia kepada peserta didik menggunakan bahasa dan
metode ajar yang unik diharapkan semoga peserta didik merasa nyaman dan gemar
mempelajarinya serta semangat mendengarkan serta bisa menerapkannya dalam diri
masing-masing.
1. Pembukaan terjalin dalam hubungan yang bersifat kausal organis dengan batang
tubuh UUD.
2. Pembukaan merupakan tertib hukum yang tertinggi dan terpisah dari batang tubuh
UUD.
3. Pembukaan merupakan pokok kaidah negara yang fundamental, menetukan
adanya UUD serta mengandung pokok-pokok pikiran yang harus diciptakan dalam
pasal-pasal UUD.
4. Pembukaan dalam hakikat dan kedudukannya adalah luhur, kuat, tetap dan tidak
dapat diubah oleh siapapun bilamanapun melalui jalan hukum serta melekat
dengan kelangsungan hidup negara Proklamasi 17 Agustus 1945.

29
DAFTAR PUSTAKA

Herman, Pancasila Dalam Kedudukuan dan Fungsinya Sebagai Dasar Negara dan
Jakarta:Manggu Makmur Tanjung Lestari,2019.
Lubis, Maulana Arafat, Pembelajaran PPKn di SD/MI Kelas Rendah, Bandung:
Citapustaka Media,2002.
Notonagoro, Pancasila Secara Ilmiah Populer, Jakarta: Bumi Aksara,1996.
Pohan, Fachruddin, Kembali Memahami Pancasila, Pandangan
Hidup Bangsa Indonesia, Surabaya: Usaha Nasional,1981.
Kansil, C. S. T. 1994. Latihan Ujian Hukum Tata Negara. Jakarta: Sinar Grafika.
Arafat, Maulana., 2019. Kajian PPKn MI/SD Kelas Rendah. Bandung:
Manggu Makmur Tanjung Lestari.
Winanrno, 2007. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Abdul Ghaffar. 2009. Perbandingan kekuasaan Presiden Indonesia
Setelah Perubahan UUD 1945. Jakarta: Kencana
Arafat Lubis, Maulana.2019. Pembelajaran PPKN MI/SD. Bandung:
Manggu Makmur Tanjung Lestari.
Darmodiharjo, Darji,dkk. Santiaji Pancasila. Surabaya : Usaha Nasional. Cek. 10 1991
Kaelan, M. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : Paradigma. 2004
Margono,dkk. Pendidikan Pancasila. Malang : Universitas Negeri Malang. Cet. I 2002
Roestandi, Achmad,dkk.Pendidikan Pancasila.Bandung : CV. Armico.1988

30
31

Anda mungkin juga menyukai