Anda di halaman 1dari 102

PENGARUH AMANDEMEN PEDOMAN

PENGHAYATAN PENGAMALAN PANCASILA

Oleh:

Mohammad Naufal Hilmi (07030320100)


Muhammad Haris Miftah.S (07040320135)
Monica Diyanti Firjatullah (07040320133)
Nada Nurul Aviyanti (07020320065)
Nadya Sofia Putri (07020320066)

Dosen Pengampu:
Dr.H.Ismail, M.Si

PROGAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

2020

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................................2

PENGARUH AMANDEMEN PEDOMAN PENGHAYATAN............................................3

PENGAMALAN PANCASILA..............................................................................................3

A. LATAR BELAKANG........................................................................................3

B. Sejarah Lahirnya PKI di Indonesia.....................................................................6

C. Pedoman Penghayatan Eka Panca Karsa dan Pancasila.........................................14

1. Amandemendan Pencabutan Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila


Pada Reformasi 1998 Dalam Berbagai Pendapat.............................................17

2. Pedoman Penghayatan Pancasila Pada Era Revolusi Mental Pancasila...........22

RINGKASAN........................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................33

2
PENGARUH AMANDEMEN PEDOMAN PENGHAYATAN
PENGAMALAN PANCASILA

A. LATAR BELAKANG

Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila (Ekaprsetya Pancakarsa)


sebagaimana yang tertuang dalam ketetapan MPR. No. II/MPR/1978. Pedoman
Pengahayatan Pengamalan Pancasila ini merupakan tolak ukur dalam
melaksanakan 5 kehendak. Penghayatan merupakan kesadaran yang tumbuh dalam
diri masyarakat indonesia. dengan penghayatan itu kita kita akan melakukan
sesuatu berdasarkan kesadaran rasa tanggung jawab, penuh keikhlasan dan
ketulusan. Dikatakan tekad yang tunggal, karena tekad itu sangat kuat. Tekad yang
tumbuh dari kesadaran diri dan merasa dirinya terpanggil untuk melaksanakan
sesuatu, sehingga dirasakan sebagai sesuatu yang tidak dipaksakan dari luar. Kita,
bangsa Indonesia mempunyai tekad yang tunggal untuk melaksanakan lima
kehendak, yakni kehendak melaksanakan kelima sila dari Pancasila.
Sejarah Kelahiran dan tumbuh kembang Pedoman Penghayatan
Pengamalan Pancasila (P-4) didorong oleh situasi kehidupan negara yang terjadi
pada pertengahan tahun 1965.1 Orde Baru menilai bahwa terjadinya tragedi
nasional, G-30-S/PKI (GESTAPU) pada tahun 1965, adalah karena bangsa
Indonesia tidak melaksanakan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 secara
murni dan konsekuen. Setelah bangsa Indonesia mampu mengatasi akibat dari
gejolak yang ditimbulkan oleh gerakan G-30-S/PKI(GESTAPU),serta telah
mampu untuk menetapkan program pembangunnya, dirasa perlu untuk membenahi
karakter bangsa dengan mengembangkan sikap dan perilaku warganegara sesuai
dengan amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Dasarnya. Maka Majelis
Permusyawaratan Rakyat, dalam Sidang Umumnya, pada tanggal 22 Maret 1978
menetapkan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila.
1
wartasejarah.blogspot.com/2013/09/pedoman-penghayatan-pengamalan.html diakses pada
tanggal 09 Oktober 2020 pukul 16.45
3
Dengan demikian pelaksanaan Pedoman Penghayatan Pengamalan
Pancasila (P-4) merupakan kehendak rakyat yang ditetapkan oleh MPR RI sebagai
penjelmaan rakyat, yang wajib dipatuhi. Apabila kita cermati bahwa penataran
Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila (P-4) lebih dititik beratkan pada
pembinaan moral bangsa yang esensinya adalah pengendalian diri. Seorang
warganegara diharapkan mampu mengendalikan diri dalam segala aspek
kehidupan, diperlukan toleransi yang tinggi, dan tidak mementingkan diri sendiri.
Dalam melaksanakan dan mengamalkan Pancasila didasari oleh rasa wajib diri,
karena tekad yang kuat dan merasa terpanggil untuk mewujudkan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila yang telah kita sepakati bersama. Sehingga dengan
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila diharapkan agar bangsa
Indonesia dalam rangka menghayati dan mengamalkan Pancasila mempunyai
patokan, pedoman dan ugeran tertentu. Hal ini diperlukan agar supaya dan
pengamalannya akan lebih baik, terpadu dan terarah serta dapat mencapai
sasaran.2Hanya dengan jalan ini maka kebersamaan akan terwujud dalam
masyarakat yang pluralistik.Dalam rangka mengantisipasi gerakan globalisasi yang
melanda dunia dan dalam mempersiapkan diri memasuki millennium ke-3, serta
menghadapi tinggal landas pembangunan, penataran Pedoman Penghayatan
Pengamalan Pancasila (P-4) perlu ditingkatkan. Terbitlah Instruksi Presiden No 2
tahun 1994 tentang Peningkatan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila disingkat (P4).
Sehingga bagaimana Pancasila sebagai ideologi terbuka mampu
mengantisipasi tantangan zaman, dan bagaimana usaha untuk meningkatkan
kesadaran warganegara akan hak dan kewajibannya sebagai pribadi, makhluk
Tuhan Yang Maha Esa, sebagai warga masyarakat, dan sebagai warga bangsa serta
warga dunia. Walaupun imperalisme berusaha untuk mempertahakan hubungan
yang feudal itu tidak bisa dicegah karena tendes kapitalis telah merasuk ke tengah-
tengah bangsa. Maka timbullah kelas-kelas baru dalam masyrakat indonesia, yang
juga menjadi dasar baru untuk perjuangan kemerdekaan, dan atas dasar inilah
2
Abdullah Rozali, Pancasila sebagai dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa ( Rajawali
Pers: Jakarta, 1983), 90
4
partai komunis indonesia berdiri. Pemberontakan kaum tani yang mulai tidak
teratur dan terus mengalami kekalahan, akhirnya diganti dengan ploretariat yang
terorganisasi dan memimpin kaum tani dan kelas revisioner.
Partai komunis indonesia(PKI) hanya hendak meminjam perkataan kawan
mau tje-tung mengenai revolusi sosialis oktober tahun 1917 dengan perkataan lain,
orang-orang progresif indonesia dan rakyat indonesia yang revolusioner tepat pada
waktunya ikut memperkuat front revolusioner baru yang menentang imperialism
dunia. Dengan ini perjuangan tidak bisa dipisahkan dengan perjuangan proletariat
sedunia untuk menghancurkan kapitalisme. Kaum komunisme harus menyadarkan
diri pada teori dan praktek umum dari. Komunisme, tetapi juga harus
menyesuaikan diri dengan keadaan istimewa yang tidak terdapat di negeri-negeri
frona.
Dalam waktu singkat partai komunis indonesia sudah mempunyai pengaruh
yang besar didalam PPKB (persatuan pergerakan kaum buruh). Hingga pada tahun
1920 di jawa dan sumatera terjadi pemogokan yang akhirnya kemenangan berada
ditangan kaum buruh. Kemenangan ini memberikan semangat dan kegembiraan
berjuang pada kaum buruh dengan mendidik akan pentingnya organisasi dan
kedisiplinan karena kebobrokan dari peraturan perburuan colonial dan
pemerintahan colonial. Kemajuan yang telah digapai ini mengkhawatirkan lagi
bahwa pengaruh komunis ini semakin besar dan berkembang. Pemerintahan
berupa mempengaruhi serikat islam (SI) dan mempertajam pertentangan kaum
komunis (PKI). Aliran PPKB (persatuan pergerakan kaum buruh) yang didukung
belanda mempertajam pertentanganantara aliran revolusioner dan aliran reformis.
Mengenai pembangunan partai yang belum mendapat perhatian yang
sungguh-sungguh dari partai. Kenyataan ini menyebabkan partai sangat lemah
dalam bidang ideologi, politik, dan organisasi dengan keadaan partai yang
terisolasi dan keadaan partai yang masih lemah, krisis semakin memuncak di
indonesia. Ribuan anggota dan fungsionaris pastai komunis indonesia (PKI)
dikejar-kejar dan dihukum. Banyak yang dibuang ke tengah- tengah rawa digul di
irian. Beberapa anggota partai komunis indonesia (PKI) menyelamatkan diri ke

5
luar negeri.pemberontakan 1926 berakhir dengan kekalahan partai komunis
indonesia (PKI) dan rakyat indonesia yang revolusioner. Pemberontakan ini
menunjukkan bahwa belanda dapat dibuat kalang kabut oleh bangsa indonesia dan
memiliki arti penting yang luar biasa dalam meningkatkan kesadaran politik rakyat
indonesia. Penghayatan merupakan kesadaran yang tumbuh dalam diri masyarakat
indonesia. Dengan penghayatan itu kita akan melakukan sesuatu berdasarkan
kesadaran rasa tanggung jawab, penuh keikhlasan, dan ketulusan. Dikatakan tekad
yang tunggal, karena tekad itu sangat kuat. Tekad yang tumbuh dari kesadaran diri
dan merasa dirinya terpanggil untuk melaksanakan sesuatu, sehingga dirasakan
sebagai sesuatu yang tidak dipaksakan dari luar.

B. Sejarah Lahirnya PKI di Indonesia

Ideologi komunis masuk ke Indonesia pada tahun 1913, diperkenalkan oleh


Hendricus Josephus Franciscus Maria Sneevliet. Ia adalah bekas Ketua Sekretariat
Buruh Nasional dan bekas pimpinan Partai Revolusioner Sosialis di salah satu
provinsi di negeri Belanda. Mula-mula ia bekerja di Surabaya sebagai staf redaksi
warta perdagangan Soerabajasche Handelsblad milik sindikat perusahaan-
perusahaan gula Jawa Timur. Tidak lama kemudian ia pindah ke Semarang bekerja
sebagai sekretaris pada sebuah maskapai dagang.3
Kota Semarang pada saat itu menjadi pusat organisasi buruh kereta api
Vereeniging van Spoor en Tramweg Personeel (VSTP/Serikat Personil Kereta Api
dan Trem), yang telah berdiri sejak tahun 1908. Pada tahun 1914 Vereeniging van
Spoor en Tramweg Personeel (VSTP) memerlukan propagandis-propagandis untuk
menyebarluaskan paham yang dianut oleh organisasi buruh itu. Kesempatan itu
dimanfaatkan oleh Sneevliet. Ia diangkat sebagai propagandis bayaran.4 Lewat
jalan ini Sneevliet berkenalan dengan massa buruh, dan menyebarluaskan ideologi
pertentangan kelas.

3
“Komunisme di Indonesia Jilid I: Perkembangan Gerakan dan Pengkhianatan Komunisme di
Indonesia (1913-1948), Jakarta
4
J. TH. Petrus Blumberger, De Communistische Beweging in Nederlandsch lndie, Haarlem 1935,
hal 2.
6
Pada bulan Juli 1914 itu Sneevliet bersama dengan P. Bersgma, J.A.
Brandstedder, H.W. Dekker (Sekretaris VSTP), mendirikan organisasi politik yang
bersifat radikal, Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) atau Serikat
Sosial Demokrat India. ISDV menerbitkan surat kabar Het Vrije Woord (Suara
Kebebasan). Terbitan pertama surat kabar ini tercatat tanggal 10 Oktober 1915.
Melalui surat kabar ini Sneevliet dan kawan-kawannya melakukan propaganda
untuk menyebarkan marxisme. Oleh karena anggota Indische Social
Democratische Vereeniging (ISDV) terbatas dari kalangan orang-orang Belanda,
maka organisasi ini belum dapat menjamah dan mempengaruhi organisasi
pergerakan nasional seperti Boedi Oetomo dan Sarekat Islam (SI).
Usaha Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) untuk
mendekati rakyat juga gagal, karena Indische Social Democratische Vereeniging
(ISDV) tidak didukung oleh rakyat. Dengan menggunakan organisasi buruh di
Semarang, Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) mendekati Sarekat
Islam yang dipimpin oleh Oemar Said Tjokroaminoto. Serikat Islam(SI) adalah
organisasi politik yang berdasarkan nasional-lslam, yang berwatak anti
kolonialisme dan kapitalisme asing. Watak dan aktivitas Sarekat Islam ini rupanya
diamati secara cermat oleh Sneevliet, dan kawan-kawannya. Mereka bermaksud
mengexploitasi sentimen anti kolonialisme dan kapitalisme asing dari para
pengikut Serikat Islam(SI).
Sesudah terjadinya revolusi di Rusia pada tahun 1917, watak gerakan ,
Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) semakin radikal dan tegas-
tegas menjadi komunis. Pemimpin-pemimpin , Indische Social Democratische
Vereeniging (ISDV)mendekati dan mempengaruhi pemimpin-pemimpin Sarekat
Islam Semarang yang juga menjadi anggota Vereeniging van Spoor en Tramweg
Personeel (VSTP) dengan ide-ide revolusioner model Rusia. Di samping itu
pimpinan Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) mengadakan
propaganda di lingkungan Angkatan Perang. Sneevliet mempengaruhi serdadu
Angkatan Darat dan Angkatan Laut. Brandstedder mendekati serdadu Angkatan
Laut, pegawai negeri didekati oleh Baars dan van Burink. Sneevliet melakukan

7
berbagai aktivitas, ceramah-ceramah, kursus-kursus politik. Atas hasutannya
berhasil dibentuk Raad van Matrozen en Mariniers (Dewan Kelasi dan Marinir),
suatu organisasi di lingkungan anggota militer yang berhaluan radikal
revolusioner.
Aktivitas Sneevliet ini dibantu sepenuhnya oleh Brandstedder yang
menjadi kepala dari SoerabaJasche Marine Gebouw (Balai Angkatan Laut
Surabaya) dan redaktur Koran Soldaten en Mattrozenkrant (koran Serdadu dan
Kelasi). Rata-rata isi koran ini adalah ide-ide komunisme yang revolusioner dan
ide-ide perjuangan kelas.Berbagai pamflet juga diterbitkan dengan tujuan untuk
melemahkan kepercayaan bawahan kepada atasannya dalam tubuh Angkatan Darat
dan Angkatan Laut. Pemerintah Hindia Belanda bertindak tegas. Pada bulan
Desember 1918 Sneevliet diusir dari Hindia Belanda karena aktivitasnya dianggap
mengganggu keamanan dan ketertiban. Menyusul kemudian Brandstedder pada
bulan September 1919 .5
Sekalipun Sneevliet dan Brandstedder telah meninggalkan Hindia Belanda
(Indonesia) namun mereka berhasil menanamkan pengaruhnya di lingkungan
Angkatan Laut Surabaya, setidak-tidaknya telah terbentuk organisasi yang
berhaluan komunis. Di lingkungan Sarekat Islam, Indische Social Democratische
Vereeniging (ISDV) berhasil mempengaruhi pimpinan SI Semarang, Semaun dan
Darsono yang juga adalah anggota VSTP. Setelah berhasil memperoleh pancangan
kaki, pada tanggal 23 Mei 1920, di gedung Sarekat Islam Semarang, Indische
Social Democratische Vereeniging (ISDV)mengubah namanya menjadi
Perserikatan Komunis di Indie (PKI). Semaun dipilih sebagai ketuanya dan
Darsono sebagai wakil.

Beberapa tokoh ISDV yang orang Belanda diangkat sebagai pendamping,


antara lain Bersama sebagai sekretaris, Dekker sebagai bendahara dan A. Baars
sebagai anggota. Organ (media massa) Partai Komunis Indonesia ditetapkan
Soeara Ra’jat. Sekalipun Semaun dan Darsono telah menjadi pemimpin PKI,

5
Mona Lohanda, “Vereenigin van Spooren Tramweg Personeel in Nederlandsch Indie”, Skripsi
Sarjana Sejarah. Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Jakarta, 1975, hal 43
8
namun mereka tetap menjadi Ketua Sarekat Islam Semarang, yang juga memimpin
organ (media massa) SI, Sinar Hindia. Aktivitas SI Semarang dan PKI berjalan
berdampingan. SI Semarang mendirikan sekolah-sekolah SI, namun kepada murid-
muridnya diajarkan lagu Internasionale, lagu komunis.

Propaganda tentang komunisme diintensifkan dengan cara menumpang


pada pertemuan-pertemuan SI. Aktivitas SI yang ditumpangi oleh PKI ini pada
mulanya masih diperbolehkan oleh Central Sarekat Islam (CSI) karena menurut
Anggaran Dasar CSI, seseorang anggota SI diperbolehkan menjadi anggota
organisasi lain. Dengan kata lain, SI tidak melarang adanya keanggotaan rangkap.
Adanya sistem keanggotaan rangkap ini dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh PKI,
untuk memecah belah SI dari dalam. Memecah belah organisasi dari dalam
organisasi itu sendiri dalam dunia Komunis disebut taktik aksi di dalam atau blok
di dalam (block within). Blok di dalam dilaksanakan dengan cara
menginfiltrasikan kader atau anggota komunis untuk menjadi salah satu anggota
organisasi yang menjadi sasarannya.

Selanjutnya mereka berusaha mempengaruhi atau memecah belah


organisasi itu. Taktik “blok di dalam” (block within) pertama kali dipraktekkan
oleh PKI terhadap Sarekat Islam, yang pada saat itu merupakan organisasi
pergerakan nasional yang besar dan kuat. Sementara itu persaingan antara SI dan
PKI yang dibentuk pada 1920 semakin bertambah sengit, khususnya berebut
pengaruh di kalangan organisasi buruh. Pada bulan Desember 1919 atas inisiatif
tokoh-tokoh Sarekat Islam dibentuk federasi organisasi buruh yang bernama
Persatuan Pergerakan Kaum Buruh (PPKB) yang diketuai oleh Semaun pemimpin
SI Semarang dan ketua VSTP, Suryopranoto sebagai wakil ketua dan Agus Salim
sebagai sekretaris. PPKB merupakan suatu federasi dad 22 organisasi buruh
dengan 27.000 anggota. Aktivitas organisasi ini terutama memperjuangkan
kepentingan kaum buruh dengan melakukan berbagai pemogokan karena peraturan
perburuhan kolonial yang buruk. Dalam Kongres II (Juni 1921) Sarekat-Sarekat
Sekerja PPKB di Yogyakarta terjadi perpecahan. Semaun dan Bergsma bersama 14
Sarekat Sekerja memisahkan diri dan membentuk Revolutionnair-Socialistische
9
Vakcentrale, yang dipelopori oleh VSTP pada bulan Juni 1921. Dalam persaingan
ini Surjopranoto dan Agus Salim berhasil menyelamatkan sebagian organisasi
buruh dari pengaruh komunis.

Sejak perpecahan itu corak gerakan buruh komunis semakin radikal. Pada
bulan April – Mei 1923, VSTP melakukan pemogokan besar. Akibatnya
pengawasan Pemerintahan Hindia Belanda terhadap gerakan kaum buruh
diperketat. Pemimpin pemogokan ditangkapi, sehingga pemogokan tidak berhasil
mencapai tuntutannya, yaitu perbaikan gaji dan jam kerja. Untuk menghindari
pengawasan yang ketat dari pemerintah, organisasi-organisasi buruh komunis
menerapkan sistem organisasi inti dan sel (kern encel), yang terdiri atas 5-10
orang. Organisasi ini bersifat tertutup dan bergerak laksana bola salju, makin lama
makin membesar.
Sementara itu, para pengikut SI yang dengan terang-terangan telah menjadi
PKI, mulai melancarkan kritik keras terhadap S1. Semaun Ketua PKI, yang juga
Ketua SI cabang Semarang, dalam pidatonya di dalam kongres PKI bulan
Desember 1920 menuduh SI membela kepentingan kapital pribumi, karena SI
didirikan oleh para saudagar dan kaum industri, bukan oleh rakyat. 6 Berbagai kritik
tajam dilontarkan terhadap SI dimaksudkan untuk mengurangi simpati rakyat
terhadap SI. Bahkan Ketua CSI Oemar Said Tjokroaminoto dituduh telah
menggunakan dana SI untuk kepentingan pribadi. Setelah tuduhan itu tidak
terbukti, mereka pura-pura minta maaf. Jawaban SI terhadap berbagai kritik
tersebut disampaikan dalam kongres SI bulan Oktober 1921 di Surabaya.
Dalam kongres itu diputuskan bahwa SI harus melaksanakan disiplin
partai, SI memberlakukan larangan keanggotaan rangkap. Seseorang harus
memilih, tetap menjadi anggota SI atau memilih organisasi lain, sebagai langkah
pembersihan, anggota-anggota PKI dikeluarkan dari SI. Keputusan kongres ini
sudah barang tentu merupakan pukulan keras terhadap PKI. Semaun melakukan
kampanye menentang keputusan itu dan mencoba bertahan sebagai anggota S1.

6
J.TH, Petrus Blumgerger, op &it, hal.2, AK. Pringgodigdo, SH, Sejarah Pergerakan Rakyat
Indonesia, Jakarta, 1986, hal. 24
10
Demikian pula H. Misbach menuduh, bahwa disiplin partai hanyalah memecah
belah persatuan yang dilakukan oleh Tjokroaminoto.Akibat diberlakukannya
tindakan disiplin partai, jumlah anggota SI merosot secara drastis. Adalah sebuah
pengalaman pahit bagi SI sebagai sebuah organisasi pergerakan yang besar namun
bersikap “baik hati” memperkenankan anggotanya merangkap sebagai anggota
organisasi lain, kemudian beraksi di dalam tubuhnya. Pada bulan Maret 1923 PKI
mengadakan kongres kilat di Bandung dan Sukabumi. Dalam kongres ini Darsono
menganjurkan untuk membentuk SI tandingan di setiap cabang SI, dengan maksud
untuk menarik anggota SI yang bersimpati pada Komunis. SI tandingan diberi
nama SI Merah, kemudian diubah menjadi Sarekat Rakyat, dengan status sebagai
organisasi di bawah naungan PKI. Sistem organisasi PKI ditentukan dalam
kongres tanggal 7-10 Juni 1924.
Kongres ini merupakan propaganda besar-besaran komunisme. Di atas
kursi pimpinan digantungkan potret-potret tokoh komunis, seperti Karl Marx,
Lenin, Stalin, Sneevliet, dan simbol palu arit. Pada pembukaan kongres,
Aliarcham, Ketua Pengurus Besar, menyatakan bahwa aliran kebangsaan dari
kaum terpelajar tidak akan dapat tumbuh karena aliran itu tidak berdiri atas dasar
ekonomi. Demikian pula pergerakan kebangsaan yang berdasarkan keagamaan
tidak akan dapat hidup karena pergerakan itu hanya menjunjung kepentingan kaum
modal bangsa Indonesia. Selanjutnya Darsono menyatakan bahwa revolusi yang
diinginkan akan timbul bagaikan buah yang masak.
Kongres SI Merah tanggal 7-10 Juni 1924 ini menghasilkan beberapa keputusan
antara lain:
a. Peraturan Partai, yang berisi antara lain program perjuangan politik,
membentuk system pemerintahan yang berdasarkan atas soviet-soviet
(soviet desa, soviet pabrik, soviet distrik). Program perjuangan harus
dijalankan dengan disiplin yang kuat dari anggota.
b. Diumumkan perubahan nama partai yang semula Perserikatan Komunis di
Indie menjadi Partai Komunis Indonesia.
c. Memindahkan Markas Besar PKI dari Semarang ke Batavia (Jakarta).
d. Memilih pimpinan baru : Alimin, Musso, Aliarcham, Sardjono, Winanta.
11
Sekretaris : Budisutjitro
Komisaris : Marsum
Organisasi Wanita : Munasiyah.
e. Membentuk cabang-cabang di Padang, Semarang, Makassar dan Surabaya.

Sementara itu aktivitas agitasi dan propaganda PKI semakin meningkat.


Beberapa tokoh santri yang telah menjadi PKI dimanfaatkan untuk kepentingan
propaganda partai,7seperti Haji Misbach dari Solo, Haji Datuk Batuah dari
Sumatera Barat dan Haji Adnan dari Tegal. Haji Misbach menerbitkan majalah
Islam Bergerak, sedangkan Haji Datuk Batuah menerbitkan surat kabar Djago
Djago (artinya Bangun! Bangun!) dan Pemandangan Islam. Isi surat kabar-surat
kabar komunis yang berbaju Islam ini pada umumnya mengungkapkan analogi
antara Islam dan komunis dengan bahasa yang sederhana. Kutipan tulisan H. Moh.
Siradj yang dimuat dalam Islam Bergerak tanggal 10 Februari 1923, berikut
hasilnya:

“Perkumpulan politik yang membela maksud kaum pekerja miskin itu


sepenuhnya menyebutkan dirinya Partai Komunis. Agama kita Islam begitu juga
harus membela kaum miskin dan memimpin keselamatan dunia akhirat. Dan
sebab itu jika Partai Islam itu juga menjadi Partai Komunis itulah sudah
selayaknya benar”.
Agitasi dan propaganda tidak semata-mata dilakukan dalam bentuk
ceramah dan rapat-rapat terbuka, tetapi juga dalam diskusi-diskusi yang diadakan
secara teratur. Haji Batuah membentuk klub diskusi International Debating Club.
Ia bahkan mendatangi pondok-pondok pesantren untuk mempropagandakan
kesejajaran ajaran Islam dengan komunisme.8Selang tiga bulan sesudah Kongres
Komintern IV, pada tanggal 27 – 28 September 1924 pimpinan PKI mengadakan
pertemuan.
Mereka membahas berbagai kesulitan yang menimpa PKI. Di desa-desa
lahir kelompok radikal. Mereka adalah anggota Sarekat Rakyat. Bahkan mereka

7
AK. Pringgodigdo, SH, Ibid, hal. 26 dan 35
8
Anhar Gonggong, “Pemanfaatan Islam oleh Komunis”, Persepsi, No.1, 1979, Ibid, hal. 72
12
melakukan aksi teror yang merugikan. Banyak kader PKI yang ditangkap akibat
aksi teror yang tidak terarah. PKI juga mengakui kesulitan keuangan, akibat
pengeluaran yang besar untuk membiayai propaganda, sedang pemasukan uang
iuran sangat merosot. Pengawasan yang ketat oleh pemerintah menyulitkan
aktivitas PKI. Situasi demikian mewarnai organisasi PKI pada 1924. Pada
kesempatan ini Aliarcham tampil dengan kritik-kritiknya. Ia menginginkan aksi
proletar murni sehingga dapat membantu mempersiapkan revolusi. Darsono minta
waktu 3 bulan untuk membahas masalah tersebut.
Pada tanggal 11-17 Desember 1923 PKI mengadakan kongres di Kotagede
(Yogyakarta). Kongres dipimpin oleh Alimin. Pimpinan PKI menganjurkan suatu
rencana untuk membubarkan Sarekat Rakyat, demi aksi proletar murni. Kepada
kongres Aliarcham menyampaikan kritik sebagai berikut:
1. Sarekat Rakyat (SR) sangat kecil nilai revolusionernya. Mereka
masih berwatak borjuis kecil yang masih dihinggapi oleh
kepentingan ekonomis. Mereka sering mengambil jalan pintas
dengan cara melakukan teror. PKI yang menerima akibatnya, yakni
kader-kader PKI ditangkapi oleh pemerintah Hindia Belanda.
2. Aktivitas SR bukanlah pekerjaan ilegal PKI.
3. PKI harus sadar bahwa cara pengorganisasian massa, menyimpang
dari doktrin komunisme. Semua partai komunis mengandalkan
kekuatannya pada proletariat bukan pada petani.
4. PKI harus mengubah cara kerja yang tidak benar dan memalukan itu
yang pernah dilakukan sepanjang tahun 1923.
5. Partai harus bekerja dengan unsur pilihan, yang tidak mengenal takut
resiko. Membina disiplin secara rahasia dan membentuk watak
pemberontak.
6. Partai harus bekerja pada gerakan buruh. Mengkonsentrasikan
mogok tidak untuk kepentingan ekonomi, tetapi untuk
mempersiapkan revolusi yang dipimpin oleh proletariat.

13
7. Massa petani bukan kekuatan revolusi. Alimin berkeberatan atas
kritik tersebut dan menuduh Aliarcham tidak becus mengaplikasikan
prinsip-prinsip dasar Marxisme dan menggunakannya dalam kondisi
Indonesia. Lawan-lawan Aliarcham minta kepada Semaun untuk
melaporkan hasilhasil Kongres Komintern IV. Kemudian Semaun
menganjurkan agar PKI kembali ke garis Komintern dimana partai
komunis dibentuk dan diorganisasikan berdasarkan basis tempat
kerja, tidak atas basis teritorial. Karena prinsip tempat kerja ini
hanya bisa berjalan pada daerah industri, maka PKI harus bisa
mengorganisasikan dengan cara lain.
8. Akhir dari perbedaan pendapat-pendapat dalam kongres ini adalah
kompromi.
Yang penting untuk dicatat dalam keputusan kongres ini adalah :
1. Sarekat Rakyat (SR) tidak dibubarkan, tetapi harus dibina, tanpa
menambah jumlah anggota dan diberikan kursus.
2. Perlu adanya kelompok inteligensia revolusioner.
3. Mempersiapkan pemberontakan, dengan mengkonsentrasikan pada
pekerjaan untuk merangsang gairah revolusioner rakyat dan gairah
untuk memperoleh kekuasaan.
4. Membentuk grup 10 orang di bawah pengawasan anggota PKI yang
berpengalaman.

Dalam waktu 4 tahun (Mei 1920-Desember 1924) PKI berhasil


memperluas pengaruhnya melalui cara legal dan ilegal, seperti taktik aksi di dalam
(block within) dan propaganda yang intensif. Propaganda-propaganda PKI yang
bertema pertentangan kelas mendapat lahan yang subur pada masyarakat kolonial
yang bercirikan diskriminasi (sosial, ekonomi, politik, warna kulit). Oleh karena
itu, sekalipun Pemerintah Hindia Belanda telah melakukan upaya pengawasan
secara ketat, namun tidak berhasil membendung aktivitas PKI.9
9
Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban, Gerakan 30 September Partai
Komunis Indonesia (G.30 SIPKI), Jakarta, 1995, hat. 9-18.
14
C. Pedoman Penghayatan Eka Panca Karsa dan Pancasila
Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara seperti
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia
serta merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa kita, yang telah dapat
mengatasi percobaan dan ujian sejarah, sehingga kita meyakini sedalam-dalamnya
akan keampuhan dan kesaktiannya. Guna melestarikan keampuhan dan kesaktian
Pancasila itu perlu diusahakan secara nyata dan terus-menerus penghayatan dan
pengamalan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya oleh setiap warga negara
Indonesia, setiap penyelenggara negara, serta setiap lembaga kenegaraan dan
kemasyarakatan, baik di pusat maupun daerah. Dan lebih dari itu, kita yakin bahwa
Pancasila itulah yang dapat memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia
serta membimbing kita semua dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin
baik di dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Untuk itu Pancasila harus kita amalkan dalam kehidupan nyata sehari-hari
baik dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat dan bernegara.Pancasila
menempatkan manusia dalam keluhuran harkat dan martabatnya sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa. Pedoman untuk menghayati dan mengamalkan Pancasila
harus manusiawi, artinya merupakan pedoman yang memang mungkin
dilaksanakan oleh manusia biasa. Agar Pancasila dapat diamalkan secara
manusiawi, maka pedoman pengamalannya juga harus bertolak dari kodrat
manusia, khususnya dari arti dan kedudukan manusia dengan manusia lainnya.
"Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila" dinamakan "Ekaprasetia
Pancakarsa".
Ekaprasetia Pancakarsa berasal dari bahasa Sansekerta. Secara harfiah
"eka" berarti satu/tunggal, "prasetia" berarti janji/tekad, "panca" berarti lima dan
"karsa" berarti kehendak yang kuat. Dengan demikian "Ekaprasetia Pancakarsa"
berarti tekad yang tunggal untuk melaksanakan lima kehendak dalam kelima Sila
Pancasila. Dikatakan tekad yang tunggal karena tekad itu sangat kuat dan tidak

15
tergoyahkan lagi. Ekaprasetia Pancakarsa memberi petunjuk-petunjuk nyata dan
jelas wujud pengamalan kelima Sila dari Pancasila sebagai berikut :10
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
1. Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
2. Hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan
penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga
terbina kerukunan hidup. Saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada oragn
lain.
b. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab
1. Mengakui persamaan derajat, hak dan kewajiban antara sesama
manusia.
2. Saling mencintai sesama manusia.
3. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
4. Tidak sewenang-wenang terhadap orang lain.
5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
7. Berani membela kebenaran dan keadilan.
8. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat
manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerja sama dengan bangsa lain.
c. Sila Persatuan Indonesia
1. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.

10
angeran Alhaj S.T.S Drs.Surya Partia Usman Drs.1995. Materi Pokok Pendekatan Pancasila.
Jakarta: Universitas Terbuka Depdikbud.

16
3. Cinta tanah air dan bangsa.
4. Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia.
Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang
ber-Bhineka Tunggal Ika.
d. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat Kebijaksanaan dalam
permusyawaratan /perwakilan.
1. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
4. Musayawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
5. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
6. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati
nurani yang luhur.
7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan
secara moral kepada Tuhan YME, menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
e. Sila Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.
1. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yan
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan.
2. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta Bersikap
adil.
3. Menghormatsi hak-hak orang lain.
4. Suka memberi pertolongan terhadap orang lain.
5. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain..
6. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
7. Suka bekerja keras dan Menghargai hasil karya orang lain.

17
8. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.
1. Amandemendan Pencabutan Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila
Pada Reformasi 1998 Dalam Berbagai Pendapat
‘’ bahwa Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Nomor II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
(Ekaprasetia Pancakarsa) yang materi muatan dan pelaksanaannya tidak sesuai
dengan perkembangan kehidupan bernegara, perlu dicabut’’11
Mengetahui dan mengendapkan dalam sanubari akan 7 butir pedoman
pengamalan Ketuhanan Yang Maha Esa, mendorong insan NKRI sangat
menyadari ke-bhinneka-an warga Indonesia.  Rasa toleransi akan terbentuk dalam
alam bawah sadar dan teraplikasi dalam hidup bermasyarakat majemuk sehari-hari.
Hidup bergotong-royong mudah digalang.  Semua insan Indonesia berkarya untuk
bangsa dan negara. Sangat disayangkan, ketika memasuki era reformasi, program
Penataran P4 hilang atau dihilangkan.  Ketetapan MPR No.II/MPR/1978 telah
dicabut dengan Ketetapan MPR No.XVIII/MPR/1998 dan termasuk dalam
kelompok Ketetapan MPR yang sudah bersifat final atau selesai dilaksanakan
menurut Ketetapan MPR no. I/MPR/2003.  
Artinya, menurut Ketetapan No.XVIII/MPR/1998, Ketetapan MPR
No.II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa dinyatakan dicabut. Lalu,
menurut Ketetapan MPR No.I/MPR/2003, Ketetapan MPR No.II/MPR/1978
tentang Ekaprasetia Pancakarsatelah selesai dilaksanakan, dan atasnya, tidak perlu
dilakukan tindakan hukum lebih lanjut.  Sejak saat itu, kesadaran insan Indonesia
tidak lagi distimulir dengan nilai-nilai ke bhinneka-an. Tiap individu mencari
kelompok yang terbatas oleh faktor-faktor primordial.  Seseorang menjadi seperti
‘menggunakan kaca mata kuda’. Hanya melihat sesuatu hal dari sudut pandang
terbatas, yaitu sebatas sudut pandang kelompok komunitasnya. Terisolir dari sudut
pandang ke-bhinneka-an.  Ketika berbaur di masyarakat majemuk, ‘penggunaan
11
https://www.kompasiana.com/hshdamanik/59082ab9ff22bd3806d89a9a/hilangnya-
pedoman-penghayatan-pengamalan-sila-pertama?page=all

18
kaca mata kuda’ menjadi gamang toleransi, memicu sikap inklusif.  Bukan lagi
Indonesia, melainkan bagian dari Indonesia, namun merasa diri sebagai Indonesia.
Walaupun pasal 1 Ketetapan MPR No.XVIII/MPR/1998 menyatakan
bahwa Pancasila sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang Undang Dasar
1945 adalah dasar negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia harus
dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara,karena pasal 2
mencabut pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila, dapat dikatakan, pasal
1 tersebut kehilangan makna.  Sebab, dikatakannya Pancasila harus dilaksanakan,
sementara pedoman pelaksanaannya dinyatakan tidak berlaku, sama saja dengan
menyatakan Pancasila tidak perlu diberlakukan.  Maka, sejak pencabutan
Ketetapan MPR tentang Ekaprasetia Pancakarsa, mustahil warga Indonesia
mengamalkan sila Ketuhanan Yang Maha Esadari sudut ke-bhinneka-an, sebab
sudah terlanjur ‘menggunakan kaca mata kuda’.
Meskipun Pancasila diakui dan diterima sebagai dasar NKRI, berhubung
karena pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila sudah didak berlaku,
maka setiap warga negara menjadi gamang melaksanakan pengamalan nilai-nilai
Pancasila.  Pedoman penghayatan dan pengamalan semua sila Pancasila termasuk
sila Ketuhanan Ketuhanan Yang Maha Esa dicabut dan tidak berlaku lagi, maka
besar kemungkinan bahwa tiap agama mengajarkan sesuai sudut pandangnya saja.
Bukan lagi berdasarkan fakta ke-bhinneka-an, bukan lagi berdasarkan Pancasila. 

Ketuhanan Yang Maha Esa sangat dekat dengan kepercayaan atau agama.
Selain mengakui kepercayaan lokal yang masih hidup, beberapa agama diakui oleh
negara, yaitu Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu.  Dengan
dicabutnya Ekaprasetia Pancakarsa, insan Indonesia kehilangan pedoman
menghayati dan mengamalkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Islam hanya
mengetahui sila Ketuhanan Yang Maha Esadari sudut pandang agamanya.
Demikian juga pandangan-pandangan agama lain. Ketika masing-masing agama
mengajarkan agama sesuai sudut pandangnya saja, tanpa menggubris bahwa di
Indonesia diakui beberapa agama, maka agama berubah dari sebagai perekat
kebangsaan Indonesia, menjadi pengkotak-kotakan.  Pandangan yang berkebalikan
19
dengan ajaran Pancasila, insan Indonesia menjadi hanya bhinneka saja, tanpa ada
unsur tunggal ika.

Pandangan yang yang menyeleweng dari kesepakatan nasional, bhinneka


tunggal ika. Sehingga menimbulkan pendapat dari berbagai aspek yaitu:12
1. Penuntun sikap dan tingkah laku manusia Indonesia
Guna melestarikan keampuhan dan kesaktian Pancasila itu perlu
diusahakan secara nyata dan terus menerus penghayatan dan pengamalan nilai-
nilai yang terkandung di dalamnya oleh setiap warga Negara Indonesia, setiap
penyelenggara Negara serta lembaga kenegaraan dan kemasyarakatan , baik di
Pusat maupun di Daerah. Dan lebih dari itu, kita yakin baha pancsila itu lah yang
dapat memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbing kita
semua dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik di dalam
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Untuk itu Pancasila harus kita
amalkan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi, dalam
kehidupan kemasyarakatan maupun dalam kehidupan kenegaraan. Untuk
memungkinkan dan memudahkan pelaksanaaan dan penghayatan dan pengamalan
Pancasila, diperlukan suatu pedoman yang dapat menjadi penuntun bagi sikap dan
tingkah laku setiap manusia Indonesia dan kehidupan kemasyarakatan dan
kenegaraan. Pedoman Penghayatan dan pengamalan Pancasila, sebagaimana
tercantum dalam naskah yang menjadi lampiran dari pada Ketetapan MPR Nomor
II/MPR/1978, telah memberikan petunjuk tentang Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila. Pedoman itu dituangkan dalam bahasa yang sederhana dan jelas tidak
lain dengan maksud agar mudah dapat kita pahami.

2. Manusiawi

Setiap manusia mempunyai keinginan untuk mempertahankan hidup dan


mengejar kehidupan yang lebih baik. Ini merupakan naluri yang paling kuat dalam
diri manusia. Dan seperti yang diisyaratkan oleh ketetapan MPR NO. II/MPR/78,

12
http://hapidzcs.blogspot.com/2012/03/eka-prasetya-pancakarsa.html

20
maka pancasila yang bulat dan utuh itu memberi keyakinan kepada rakyat dan
bangsa Indonesia bahwa kebahagiaan hidup manusia sebagai pribadi, dan
hubungan manusia dengan masyarakat, dalam hubungan manusia dengan alam,
dalam hubungan bangsa, dan bangsa, dalam hubungan manusia dengan Tuhannya,
maupun dalam mengejar kemajuan lahirlah dan kebahagiaan rohaniah.

Pancasila menempatkan manusia dalam keluhuran harkat dan martabat


sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Manusia yang menjadi titik tolak dari
pada usaha kita untuk memahami manusia itu sendiri, manusia dan masyarakatnya
dan manusia dengan segenap lingkungannya. Adapun manusia yang kita pahami
bukanlah manusia yang luar biasa. Manusia yang hendak kita fahami adalah
manusia yang di samping memiliki kekuatan, juga manusia yang dilekati dengan
kelemahan-kelemahan; manusia yang disamping mempunyai kemampuan-
kemampuan juga manusia yang mempunyai keterbatasan-keterbatasan. Manusia
yang di samping mempunyai sifat-sifat yang baik, juga manusia yang mempunyai
sifat yang kurang baik. Manusia yang hendak diharapkan untuk menghayati dan
mengamalkan Pancasila bukanlah manusia yang kita tempatkan di luar batas
kemampuan. Dengan perkataan lain , pedoman yang menghayati dan
mengamalkan Pancasila harus tetap manusiawi , artinya merupakan pedoman yang
memang mungkin dilaksanakan oleh manusia biasa .
Dalam usaha kita untuk mengamalkan Pancasila, kita memang perlu
menyelaraskan angan –angan dengan kenyataan kita boleh melambungkan angan –
angan kita mengenai kehidupan pribadi dan kehidupan bermasyarakat yang kita
anngap baik seperti yang kita bayangkan mengenai kehidupan berdasarkan
Pancasila .Tetapi dilain pihak kita harus tetap berpijak pada kenyataan mengenai
kemampuan manusiawi untuk mewujudkan angan – angan yang indah itu .
Menuntut dari manusia agar bersikap dan bertingkah laku diluar batas kemampuan
dan kelayakan manusiawi adalah mustahil. Namun dengan menyadar sepenuhnya
kodrat dan martabat kita sebagai manusia , kita terus berusaha untuk meningkatkan
corak dan mutu kehidupan kita yang kita kembangkan dari serba hubungan yang

21
terdapat antara kita sebagai manusia pribadi secara kodrat dengan segenap
lingkungan sosial kita .

3. Kodrat Manusia
Agar Pancasila dapat diamalkan secara manusiawi , maka pedoman
penghayatan juga harus bertolak dari kodrat manusia , khususnya dari arti dan
kedidikan manusia dengan manusia lainnya . pangkal tolak ini sangat penting ,
sebab manusia hanya dapat hidup dengan sebaik – baiknya dan manusia hanya
dapat mempunyai arti ,apabila ia hidup bersama – sama manusia lainnya didalam
masyarakat .Tidak dapat dibayangkan adanya manusia yang hidup menyendiri
tanpa hubungan dan tanpa bergaul dengan sesama manusia lainnya. Dari sejak
lahir sampai meninggal manusia perlu bantuan atau bekerja sama dengan orang
lain . Manusia sangat memerlukan pengartian , kasih sayang , harga diri ,
pengakuan , dan tanggapan - tanggapan emosional , yang sangat penting artinya
bagi pergaulan dan kesejahteraan hidup yang sehat .Tanggapan emosional itu
hanya dapat ia peroleh dalam hubungannya dngan manusia lain dalam masyarakat .
Inilah kudrat manusia, yang sebagai mahkluk Tuhan, yaitu mahkluk pribadi
sekaligus mahkluk sosial, “P 4” tersebut bertolak dari kesadaran tentang sifat
kudrati manusia sebagai individu sekaligus makhluk sosial, merupakan kesatuan
yang harus dikembangkan secara seimbang, selaras dan serasi. Kekuatan manusia
pada hakekatnya tidak terletak pada fisiknya atau jiwanya semata-mata, melainkan
kekuatan manusia terletak dalam bekerja sama dengan manusia lainnya. Dengan
manusia lainnya masyarakat menciptakan kebudayaan, yang pada akhirnya
membedakan manusia dengan mahkluk hidup lainnya. Yang mengantarkan umat
manusia pada tingkat, mutu, martabat dan harkatnya sebagai manusia yang hidup
pada zaman sekarang dan yang akan datang.

4 . Pandangan Pancasila terhadap Hubungan Antara Manusia Dan Masyarakat.

22
Ada beberapa pandangan pokok mengenai hubungan manusia didalam
masyarakat. Pandangan pertama memberikan arti yang sangat kuat kepada manusia
sebagai pribadi. Pandangan ini menempatkan kebebasan individu yang berlebihan.
Dalam usaha mencapai kemajuan, manusia sering bersaing dengan manusia
lainnya dalam persaingan bebas yang kadang-kadang kejam. Hingga
mengakibatkan penindasan oleh yang kuat terhadap yang lemah. Ini membawa
kecendrungan bahwa hanya yang kuat sajalah mendapat hidup. Menurut pancasila
arti dan hubungan antara manusia dan masyarakat itu tidak memilih salah satu dari
pandangan tadi, melainkan bahwa kebahagiaan manusia akan tercapai jika dapat
dikembangkan hubungan yang selaras, serasi, dan seimbang antara Masyarakat,
yang dijiwai oleh nilai-nilai yang terkandung dalam lima sila dalam pancasila
sebagai kesatuan.

5. Pengendalian diri : pangkal tolak penghayatan dan pengamalan pancasila .


Dalam masyarakat Indonesia yang sangat aneka ragam coraknya itu ,
kemauan dan kemampuan mengendalikan diri dan kepentingan adalah suatu sikap
yang mempunyai arti yang sangat penting dan bahkan merupakan sesuatu yang
sangat diharapkan , yang pada gilirannya akan menumbuhkan keseimbangan dan
stabilitas masyarakat Karena itu pangkal tolak penghayatan dan pengamalan
pancasila ialah kemauan dan kemampuan manusia Indonesia didalam
mengendalikan diri dan kepentingannya agar dapat melaksanakan kewajibannya
sebagai warga Negara dan warga masyarakat . Dengan demikian maka sikap hidup
manusia pancasila adalah :
a. Kepentingan pribadinya tetap diletakkan dalam kerangka kesadaran
kewajibannya sebagai makhluk sosial dalam kehidupan masyarakatnya .
b. Kewajiban masyarakat dirasakan lebih besar dari kepentingan pribadinya .
Pengamalan pancasila bertujuan untuk mewujudkan kehidupan pribadi dan
kehidupan bersama yang kita cita – citakan ,kehidupan baik itulah tujuan akhir
dari pembangunan bangsa dan negara kita .

23
2. Pedoman Penghayatan Pancasila Pada Era Revolusi Mental Pancasila
Sebagai Dasar Negara, rela atau tak rela, kelihatannya tak lagi menarik bagi
umumnya anak muda sekarang. Pancasila tak lagi sering terdengar dalam berbagai
pembicaraan atau dalam berbagai pidato, bahkan dalam pidato resmi pejabat
sekalipun. Mengapa Pancasila seolah "lenyap" dari kehidupan kita? Presiden ke-3
RI, Prof. Habibie, berpendapat dalam orasinya yang berapi-api pada Hari Lahir
Pancasila 1 Juni 2011 lalu. “Sebab, situasi dan lingkungan kehidupan bangsa, telah
banyak berubah baik di tingkat domestik, regional maupun global. Beberapa
perubahan yang kita alami antara lain :

Pertama, telah terjadi proses globalisasi dalam segala aspeknya. Kedua,


perkembangan  gagasan  hak  asasi  manusia  (HAM)  yang  tidak  diimbagi 
dengan  kewajiban  asasi  manusia; ketiga, terjadi lonjakan pemanfaatan teknologi
informasi oleh masyarakat.13 Setelah reformasi pada 1998, apresiasi terhadap
Pancasila memang terlihat menurun. Apalagi terhadap P4 (Pedoman Penghayatan
dan Pengamalan Pancasila). P4 yang populer dengan sebutan "Ekaprasetia
Pancakarsa" dituding sebagai ajaran Orde Baru. Ekaprasetia Pancakarsa berasal
dari bahasa Sansekerta. Secara harfiah "eka" berarti satu/tunggal, "prasetia" berarti
janji/tekad, "panca" berarti lima dan "karsa" berarti kehendak yang kuat. Dengan
demikian "Ekaprasetia Pancakarsa" berarti tekad yang tunggal untuk melaksanakan
lima kehendak kelima Sila Pancasila. Dikatakan tekad yang tunggal karena tekad
itu sangat kuat dan tak tergoyahkan. Namun sementara pihak yang alergi terhadap
Orde Baru menganggap P4 itu ajaran Orde Baru yang tidak layak dipercaya.
Padahal 45 butir P4 itu sebenarnya tidak ada yang salah. Seorang bloger,
dinolefty.wordpress.com membuat analogi yang sangat mengena. Jika seorang
dokter memberitahukan kepada Anda bahwa merokok dapat merusak kesehatan
dan membahayakan kehidupan Anda, kita tentu setuju dan percaya dengan nasihat

13
https://www.revolusioner.org/analisa-perspektif/hukum-demokrasi/8638-unit-
kerja-presiden-pembinaan-ideologi-pancasila-dan-keretakan-dalam-rejim-
jokowi.html

24
dokter tersebut, walapun sang dokter adalah seorang perokok berat. Mari kita
ambil salah satu contoh dan kita cermati butir-butir P4 dari sila keempat
Pancasila,14 yakni "Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan" sebagai berikut:
(1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
(2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
(3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
(4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
(5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai
sebagai hasil musyawarah.
(6) Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan
hasil keputusan musyawarah;
(7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
(8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani
yang luhur.
(9) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan
kesatuan demi kepentingan bersama.
(10) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk
melaksanakan pemusyawaratan.
Berhadapan dengan semakin menajamnya polarisasi dan fragmentasi dalam
masyarakat karena kita tak arif menyikap perbedaan, agaknya kita harus semakin
memperkuat jati diri bangsa dengan semakin sering menyapa Pancasila,terutama

https://tirto.id/sejarah-p4-di-masa-orde-baru-yang-kini-akan-dihidupkan-lagi-
14

eCDt

25
dijaman revolusi industri ini. Kita tau semakin kesini keapatisan masyrarakat
terhadap ideologi mereka semakin menjadi jadi. Hal ini tentu mengakibatkan
rusaknya moral serta dari budaya bangsa Indonesia itu sendiri.15
Maka,tak salah jika bapak Presiden kita saat ini,bapak Joko-widodo
berencana dan berupaya mengembalikan kembali pengamalan pencasila dalam
kehidupan yang benar seperti apa yang pernah bapak presiden Soeharto lakukan
dulu di masa orde baru. “Pancasila harus betul-betul diwujudkan dalam pola pikir,
sikap, mental, dalam gaya hidup dan perilaku nyata kita dalam kehidupan sehari
hari,” ujar Jokowi saat menggelar rapat terbatas membahas soal pemantapan
Pancasila pada 19 Desember 2016.
Berbeda dengan apa yang dilakukan oleh bapak Soeharto dengan P4
nya,pola pengamalan pancasila yang akan diadakan oleh pak Jokowi ini akan
dibungkus dengan halus dan perlahan sehingga tidak terlalu doktrinasi terhadap
masyarakat. Pola ini dinamakan dengan Revolusi Mental. Seperti namanya, tujuan
utama dari revolusi mental ini adalah mengubah dan memperbaiki keadaan mental
negeri ini yang mulai menyeleweng dari nilai-nilai pancasila. Hasil akhirnya
adalah terciptanya masyarakat yang paham betul akan pancasila dan mampu
mencintai bangsa ini dengan segenap jiwa. Upaya ini bisa dikatakan sebagai
rehabilitasi atau rejuvinasi (peremajaan kembali) dari rejim terhadap nilai-nilai
Pancasila yang selama ini dianggap tergerus oleh perkembangan globalisasi. Oleh
karena itu langkah revolusi mental ini sangatlah perlu untuk di lakukan.

15
https://id.wikipedia.org/wiki/Pedoman_Penghayatan_dan_Pengamalan_Pancasila

26
RINGKASAN
PENGARUH AMANDEMEN PEDOMAN PENGHAYATAN
PENGAMALAN PANCASILA

Pengamalan Pancasila (Ekaprsetya Pancakarsa) sebagaimana yang tertuang


dalam ketetapan MPR. No. II/MPR/1978 ini merupakan tolak ukur dalam
melaksanakan 5 kehendak. Penghayatan merupakan kesadaran yang tumbuh dalam
diri masyarakat indonesia. dengan penghayatan itu kita kita akan melakukan
sesuatu berdasarkan kesadaran rasa tanggung jawab, penuh keikhlasan dan
ketulusan. Dikatakan tekad yang tunggal, karena tekad itu sangat kuat. Tekad yang
tumbuh dari kesadaran diri dan merasa dirinya terpanggil untuk melaksanakan
sesuatu, sehingga dirasakan sebagai sesuatu yang tidak dipaksakan dari luar. Kita,
bangsa Indonesia mempunyai tekad yang tunggal untuk melaksanakan lima
kehendak, yakni kehendak melaksanakan kelima sila dari Pancasila. Dengan
demikian dalam melaksanakan dan mengamalkan Pancasila didasari oleh rasa
wajib diri, karena tekad yang kuat dan merasa terpanggil untuk mewujudkan nilai-
nilai yang terkandung dalam Pancasila yang telah kita sepakati bersama. Sehingga
dengan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila diharapkan agar bangsa
Indonesia dalam rangka menghayati dan mengamalkan Pancasila mempunyai
patokan, pedoman dan ugeran tertentu. Hal ini diperlukan agar supaya dan
pengamalannya akan lebih baik, terpadu dan terarah serta dapat mencapai
sasaran.16

Pasang surutnya sejarah pertumbuhan bangsa selama tiga dasawarsa


merdeka, yaitu ada masa dimana Pancasila diperdebatkan , masa Pancasila
digunakan sebagai slogan dan tameng tanpa pengamalan dan pemutar balikan
Pancasila. Kemudian masa kericuhan dengan ditandai timbulnya pemberontakan-
pemberontakan. Kesemuanya ini mengakibatkan kerugian dan bangsa Indonesia
nyaris terjerumus dalam jurang perpecahan yang mengakibatkan lemahnya
16
Abdullah Rozali, Pancasila sebagai dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa ( Rajawali
Pers: Jakarta, 1983), 90
27
kehidupan bangsa, sehingga tidak mempunyai kesempatan dan kemampuan untuk
membangun dirinya. Sejarah yang begitu pahit, yang pernah dialami dalam
kehidupan bangsa Indonesia, mengharuskan kita merenung kembali menganai
masa lalu bangsa Indonesia, mempelajari kembali sejarah perjalanan bangsanya,
agar kita mampu bertindak secara bijaksana dimasa yang akan datang bagi
kejayaan dan kemajuan bangsa. Apabila kita merenungkan kembali masa lampau,
kelemahannya justru karena belum dihayati dan diamalkannya Pancasila.
Munculnya Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila ini muncul
karema adanya dorongan dari kondisi negara Indonesia yang terjadi pada
pertengahan tahun 1965. Pada pertengahan tahun 1965 lebih tepatnya pada masa
Orde Baru terjadi tragedi nasional, Gerakan 30 September Partai Komunis
Indonesia (G-30S/PKI). Setelah mampu menghadapi gejolak masalah yang timbul
akibat Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G-30S/PKI), bangsa
Indonesia merasa perlu untuk membenahi karakter serta moral bangsa melalui pola
pengembangan sikap dan perilaku masyaratakat yang berlandaskan dengan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar. Oleh karena iu Majelis Permusyawaratan
Rakyat dalam Sidang Umumnya, pada tanggal 22 Maret 1978 menetapkan
Pedoman Pengahayatan Pengamalan Pancasila sebagai sebuah cara atau metode
dalam membenahi karakter serta moral bangsa. Penetapan Pedoman Pengahayatan
Pengamalan Pancasila ini cenderung lebih mengarah pda pembinaan moral bangsa.
Dengan ditetapkannya Pedoman Pengahayatan Pengamalan Pancasila ini warga
masyarakat Indonesia diharapkan mampu membenahi serta mengendalikan dirinya
dalam segala askpek kehidupan. 17
Untuk mengantisipasi gerakan globalisasi yang melanda dunia dan dalam
rangka untuk mempersiapkan diri untuk memasuki masa milennium ke-3, di
perlukannya penataran Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila sebagai
landasan untuk menghasdapi gerakan globalisasi. Maka untuk melaksanakan
penataran Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila diterbitkanlah Instruksi

17
Eldiana Siregar, Pedoman Pengahayatan Pengamalan Pancasila, (2013),1
28
Presiden No. 2 tahun 1994 tentang Peningkatan Pelaksanaan Pedoman
Pengahayatan Pengamalan Pancasila yang disingkat dengan P2-P4.18

Oleh karena itu jawaban yang harus kita berikan adalah bagaimana kita
tanpa semua kecuali secara benar menghayati dan mengamalkan Pancasila.
Apabila Pancasila pernah tidak dilaksanakan atau diterapkan secara salah, sumber
pokoknya adalah karena kita belum mampu menghayati dan mengamalkan
Pancasila itu. Sehinggga Tugas Masa Depan Bangsa adalah membangun masa
depan menuju kepada kemajuan, yang merupakan langkah bertahap mendekati
wujud masyarakat berdasarkan Pancasila yang kita cita-citakan. Masyarakat
Pancasila adalah masyarakat yang sosialistis-religius (berdasarkan kekeluargaan
dan religius). Masyarakat Pancasila yang demikian digambarkan mempunyai ciri
pokok sebagai berikut :
a. Tidak membenarkan adanya kemelaratan, keterbelakangan, perpecahan,
pemerasan, kapitalisme, feodalisme, kolonialisme, dan imperialisme.
Karennya, harus bersama-bersama menghapuskannya19
b. Menghayati hidupnya dengan berkewajiban takwa pada Tuhan Yang
Maha Esa, cinta pada tanah air, kasih sayang pada sesama manusia, suka
bekerja dan rela berkorban untuk kepentingan rakyat. Pembangunan
membawa pada perubahan dan kemajuan baik dalam kebendaan (pisik)
maupun kemajuan sosio-kultural bangsa (perubahan nilai-nilai sosial).
Sebab pembagunan merupakan rangkaian gerak perubahan menuju
kepada kemajuan. Dalam beberapa hal perubahan itu merupakan
perubahan yang sangat mendasar, termasuk didalamnya koreksi total atau
perombakan atas segala penyimpangan terhadap pancasila dan Undang
Undang Dasar 1945. Karena itulah setelah tahun 1966, orde baru bertekat
untuk meletakkan kembali pada pelaksanaan kemurnian pancasila dan
Undang Undang dasar 1945. Karena pembangunan membawa

18
Abdullah Rozali, Pancasila sebagai dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa ( Rajawali
Pers: Jakarta, 1983), 90
19
Ibid;101
29
pembaharuan menuuju masyarakat modern, maka dalam pembangunan
akan mengalami perubahan-perubahan sosial yang antara lain
menyangkut tata nilai sikap dan tingkahlaku. Dalam meletakkan dasar-
dasar masuarakat modern akan terserap pengaruh dan kekuatan-kekuatan
dari luar (bangsa lain). Oleh karena itu masalah nya adalah bagaimana
kita memlihara nilai-nilai yang menjadi kepribadian kita sendiri, dan
meneruskan nya dari generasi kegenerasi berikut nya dengan segala
peroses penyesuaian menjadi masyrakat modern. Nilai-nilai dari luar atau
asing yang tidak sesuai dan merusak kepribadian kita sendiri harus
mampu kita tolak.
c. Pancasila akan semakin kaya dengan pemikiran-pemikiran alternatif yang
mendukungnya serta warga negara memiliki kesempatan menghayati dan
mengamalkannya sesuai dengan bimbingan hati nurani dan agamanya.
Pancasila tidak akan memberikan makna yang tinggi tanpa ajaran agama.
Ia mengatakan : “ misalnya sila Ketuhanan Yang Maha Esa, saya kira
Pancasila kita memang tidak bicara apa-apa tentang Ketuhanan, yang
punya konsep dan bisa bicara ketuhanan adalah agama. Hanya di
pangkuan para pemeluk agama yang teguh Pancasila akan tumbuh subur
sebagai dasar negara” (Risalah Rapat ke 3 Panitia Ad Hoc II Badan
pekerja MPR RI 1998). Perihal program penataran Pedoman
Pengahayatan Pengamalan Pancasila, dikatakan bahwa sosialisasi yang
telah dilakukan dengan mengorbankan banyak tenaga, pikiran, dana dan
banyak lagi pengorbanan lagi justru menyebabkan distorsi yang banyak
dan munculnya KKN. Dikatakan juga program Pedoman Pengahayatan
Pengamalan Pancasila ini sejak kelahirannya sudah bermasalah, bukan
kelahiran Pancasila, apalagi dalam pelaksanaannya jauh dari melahirkan
manusia Indonesia seutuhnya, jauh dari melahirkan manusia yang
semakin bisa disiplin, jujur, bersih dan menghindarkan diri dari sifat
kebohongan. Di sisi lain Pedoman Pengahayatan Pengamalan Pancasila
ditolak oleh Fraksi Persatuan Pembangunan oleh karena dianggap telah

30
terjadi penyelewengan pembuatan pedoman. Barlianta Harahap dari
Fraksi Persatuan Pembangunan menyatakan Pancasila dasar negara itu
sudah ada penjabarannya yakni dalam pasal batang tubuh maupun
penjelasannya sehingga tidak perlu lagi ditetapkan oleh MPR. Jadi jangan
cepat-cepat menafsirkan atau membuat pedoman karena itu sudah
dijabarkan. Mengenai naskah Eka Prasetya Panca Karsa, ia mengatakan
sebagai berikut : ”ini sangat berbahaya, pedoman Penghayatan Pancasila
sudah terjadi pertama reduksi, depresiasi bahkan apresiasi atau kata-kata
politiknya penyelewengan, bayangkan saudara ketua, dasar negara yang
kita akui dirubah mulamula pada kalimat keempat, sumber jiwa rakyat
Indonesia. Benarkah Pancasila rohnya bangsa Indonesia ...” (Risalah
Rapat ke 3 Panitia Ad Hoc II Badan pekerja MPR RI 1998). Menurutnya,
hal ini bukan sekedar penyalah praktekkan tapi penyalahtafsiran. Dasar
negara dibuat jadi sumber jiwa atau dianggapnya jiwa bangsa Indonesia.
Tafsir seperti inilah yang ditolak oleh Fraksi Persatuan Pembangunan,
termasuk oleh Mohammad Hatta. Dikatakan sebagai berikut; “Ini yang
ditolak oleh pendiri Republik Dr Mohammad Hatta, beliau waktu kita
menghadap di Diponegoro, beliau mengatakan tidak bisa bung Barlianta
jiwa roh yang hanya bersumber dari Tuhan eh sekarang Pancasila menjadi
jiwa roh kita ... (Risalah Rapat ke 3 Panitia Ad Hoc II Badan pekerja
MPR RI 1998)
Dalam proses penyesuaian ini keadaan pada umum nya rawan,
sebab nilai-nilai lama mulai kita tinggalkan dan nilai-nilai baru belum
melembaga. Maka dalam peroses penyesuaian ini kemungkinan akan
menimbulkan kegoncangan sosial dan psikologis yang meminta
ketabahan, kesabaran, dan kebijaksanaan. Untuk menghadapi proses ini
kita memerlukan pemahaman yang kuat terhadap pandangan hidupnya
sendiri dan diamalkan secara kreatif. Sebab kita harus selalu ingat dan
berpegang pada prinsip, bahwa masyarakat modern yang di cita-cita kan
bangsa Indonesia adalah masyarakat modern yang berdasarkan pancasila.

31
Masyarakat modern yang takwa kepada Tuhan yang Maha Esa (mengikuti
nilai-nilai ajaran ketuhanan), masyarakat modern yang mengindahkan
nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, masyrakat modern yang
tidak terpecahbela (individualis), tapi masyarakat modern yang bersatu
didasari rasa kekeluargaan dam gotong royong, masyarakat modern yang
berkeadilan sosial, adil dan makmur. Maka jelaslah dalam proses ini
diperlukan penghayatan dan pengamalan pancasila secara terus. 20
d. Proses regenerasi merupakan proses alami dan berlangsung secara alami
pula yang menjadi persoalan bagi kehidupan bangsa Indonesia adalah:
1) Bahwa generasi yang akan datang yang akan melanjutkan perjuangan
bangsa, tidak mengalami secara langsung perjuangan kemerdekaan
yang melahirkan republik ini.
2) Adanya perbedaan pengalaman dan tantangan yang dihadapi, akan
dapat melahirkan tanggapan dan jawaban yang berbeda pula
mengenai cita-cita kehidupan. Oleh karena itu, bagaimana
meneruskan nilai-nilai yang menjadi cita-cita kemerdekaan kepada
generasi yang lebih muda dan bagaimana generasi tersebut
menerimanya. Apabila proses penerusan ini dapat berhasil terlampaui
dengan selamat, maka akan tumbuhlah masyarakat Indonesia yang
kuat, bersatu, dan dinamis serta berkesinambungan secara terus-
menerus. Ini akan merupakan unsur yang sangat menentukan bagi
kelestarian pancasila.
e. Pelita III, babak di tenga-tengah perjalanan dalam tahap
pembangunann 5 tahun. Pembangunan 5 tahun ke-3 (1979-1984),
mempunyai pengaruh besar pada arah dan wujud masyarakat kita
pada dasawarsa-dasawarsa yang akan datang. Sebab Pelita III
merupakan babak ditengah-tengah perjalanan untuk mewujudkan
landasan masyarakat adil dan makmur. “apa yang kita saksikan ini
masih jauh dari wujud masyarakat berdasarkan Pancasila yang kita

20
Ibid 104
32
angan-angankan”. Apa yang kita kerjakan sekarang ini, ibarat kita
membangun gedung adalah tahapan meletakkan dasar, meletakkan
fundamen dari masyarakat Pancasila. Oleh karena itu maka dasar
negara Pancasila harus mulai kita letakkan lebih teratur dan kuat
dalam pembangunan sosial, ekonomi, dan politik, mulai dari
sekarang. Gedung bangunan masyarakat Pancasila yang kita bangun
haruslah kokoh, agar dapat melindungi dan membuat sejahtera bangsa
kita. Hal ini mengharuskan kita untuk mengamalkan pancasila. 21
Pengamalan Pancasila oleh kalangan penyelenggara negara saat ini telah
bergeser dari zaman saat negara Indonesia didirikan sehingga mengalami
kemerosotan. Prinsip ideal Pancasila saat ini belum sepenuhnya teraplikasikan
dalam kenyataan kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat terjadi terutama disebabkan
oleh krisis keteladanan dari para penyelenggara negara. Berbagai permasalahan
moral yang menyimpang dari penghayatan dan pengamalan Pancasila terjadi di
setiap lapisan warga negara Indonesia. Hal tersebut dapat terjadi akibat kurangnya
keteladanan dari penyelenggara negara dan kurangnya sosialisasi pemahaman
penghayatan dan pengamalan Pancasila.
Dengan adanya penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila) sebagai gerakan budaya yang ditujukan untuk membentuk manusia
Pancasila, yang kemudian dikuatkan dengan ketetapan MPR No II/MPR/1978.
Penataran P-4 adalah bagian dari upaya merevitalisasi ideologi kebangsaan,
dengan catatan bahwa tidak ada pemerkosaan terhadap nilai-nilai pancasila oleh
mereka yang menyelenggarakan P-4, terutama Pemerintah. Karena dulu terdapat
sebuah fakta bahwa Pancasilais Kills Pancasilaism Itself. Yang mengaku
Pancasilais justru membunuh dan merusak nilai-nilai Pancasila itu sendiri.
P4 ini sebenarnya sangat penting untuk dilaksanakan terutama di era
revolusi mental saat ini. Kita lihat lini lini negara ini mulai tidak mengenal apa
makna sebenarnya dari ideologi mereka sendiri. Akibatnya banyaklah
penyelewengan-penyelewengan dalam negeri ini yang sukar ditangai dengan

21
Ibid
33
baik,baik itu mengenai norma,hukum,dan dunia perpolitikan yang itu sendiri.
Permasalaah amnesia ideologi ini tentu menjadi PR besar bagi masyarakat
Indonesia terutama pemerintah itu sendiri untuk segera melakukan gerakan dan
kebijakan sehingga resolusi dari masalah ini segera ditemui. Dan masyarakat
indonesia bisa berpelukan erat lagi dengan dasar kenegaraan ibunya (bumi pertiwi
Indonesia).
Berdasarkan uraian di atas, jelaslah kiranya bahwa tugas masa depan kita
adalah untuk dengan kesadaran berusaha mengamalkan dan mewujudkan Pancasila
dalam kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan kita secara nyata. Maka, baik
berdasarkan pengalaman sejarah yang telah dialami dala perjalanan kehidupan
bangsa kita sendiri, maupun berdasarkan tugas-tugas masa depanbangsa kita, akan
melahirkan kesadaran, bahwa Pancasila harus lebih kita hayati dan makin kita
amalkan. Inilah beberapa hal yang melatarbelakangi perlu adanya pedoman yang
digunakan bersama dalam rangka mengamalkna Pancasila, yang kemudian
ditetapkan oleh Majlis Permusyawaratan Rakyat dalam
TAP.MPR.No.II/MPR/1978, yang dinamakan Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila (P4).

DAFTAR PUSTAKA

Wartasejarah.blogspot.com/2013/09/pedoman-penghayatan-pengamalan.html

Komunisme di Indonesia Jilid I: Perkembangan Gerakan dan Pengkhianatan


Komunisme di Indonesia (1913-1948), Jakarta

J. TH. Petrus Blumberger, De Communistische Beweging in Nederlandsch lndie,


Haarlem 1935, haL 2.

J.TH, Petrus Blumgerger, op &it, hal.2, AK. Pringgodigdo, SH, Sejarah


Pergerakan Rakyat Indonesia, Jakarta, 1986, hal. 24

J.TH, Petrus Blumgerger, op &it, hal.2, AK. Pringgodigdo, SH, Sejarah


Pergerakan Rakyat Indonesia, Jakarta, 1986, hal. 24
34
AK. Pringgodigdo, SH, Ibid, hal. 26 dan 35

Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban, Gerakan 30 September


Partai Komunis Indonesia (G.30 SIPKI), Jakarta, 1995, hat. 9-18

Angeran Alhaj S.T.S Drs.Surya Partia Usman Drs.1995. Materi Pokok


Pendekatan Pancasila. Jakarta: Universitas Terbuka Depdikbud.

Kompasiana.com/hshdamanik/59082ab9ff22bd3806d89a9a/hilangnya-pedoman-
penghayatan-pengamalan-sila-pertama?page=all

Hapidzcs.blogspot.com/2012/03/eka-prasetya-pancakarsa.html

Revolusioner.org/analisa-perspektif/hukum-demokrasi/8638-unit-kerja-presiden-
pembinaan-ideologi-pancasila-dan-keretakan-dalam-rejim-jokowi.html

Www.revolusioner.org/analisa-perspektif/hukum-demokrasi/8638-unit-kerja-
presiden-pembinaan-ideologi-pancasila-dan-keretakan-dalam-rejim-
jokowi.html

Tirto.id/sejarah-p4-di-masa-orde-baru-yang-kini-akan-dihidupkan-lagi-eCDt

Id.wikipedia.org/wiki/Pedoman_Penghayatan_dan_Pengamalan_Pancasila

35
MENGELOLA PEMERINTAHAN YANG BERSIH, BAIK, DAN
BERWIBAWA DALAM PERSPEKTIF GOOD GOVERNANCE

Oleh:

Muhammad Arsyadanil Haq (07010320019)


Muhammad Hafiz Dhoyfullah (07040320134)
Moh. Rifqi Fitra Alfian (07040320132)
Muchammad Naufal Abid (07030320101)
Niki Nanda Nilasoraya (07010320021)

Dosen Pengampu:
Dr.H.Ismail, M.Si

PROGAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

2020

36
MENGELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK , BERSIH,
DAN BERWIBAWA DALAM PERSPEKTIF GOOD GOVERNANCE

A. LATAR BELAKANG

Tujuan suatu negara tidak lain untuk mewujudkan masyarakat dengan


kehidupan yang baik (Good Life), sebagaimana yang terdapat dalam fungsi negara
yaitu melaksanakan kepentingan rakyat dengan  norma yang berlaku untuk
mewujudkan cita-cita negara. Masyarakat berkedudukan sebagai pelaksana dan
tingkatan pemerintah negara sebagai pengelola sumber daya pembangunan.
Sekarang ini, terjadi berbagai permasalahan seperti krisis ekonomi di Indonesia
yang menunjukkan bahwa tatacara penyelenggara pemerintah dalam mengelola
sumber daya pembangunan tidak diatur dengan baik. Akibatnya menimbulkan
masalah-masalah lain yang menyebabkan menjadi terhambatnya proses
pengembangan ekonomi Indonesia, sehingga dampak negative seperti peningkatan
penganguran, jumlah penduduk miskin yang bertambah, tingkat kesehatan yang
menurun, dan bahkan konflik-konflik yang terjadi diberbagai daerah.
Penyelenggara pemerintah yang baik sangat dibutuhkan guna menjadi landasan
pembangunan dan pembuatan kebijakan negara yang demokratis dalam era
globalisasi. Oleh karena itu tata pemerintahan yang baik perlu segera diterapkan
agar segala permasalahan yang timbul dapat diminimalkan, dipecahkan dan juga
dipulihkan agar segala bidang dalam masyarakat dapat berjalan dengan baik dan
lancar. Disadari, dalam mewujudkan tata pemerintahan membutuhkan waktu yang
tidak singkat dan membutuhkan partisipasi dari segala pihak dan dilakukan secara
terus – menerus. Selain itu, aparatur negara, pihak swasta, dan masyarakat harus
bersatu dalam mewujudkan tata pemerintahan yang baik.
Pemerintahan yang bersih umumnya berlangsung di negara yang
masyarakatnya menghormati hukum. Pemerintahan yang seperti ini juga disebut
37
sebagai pemerintahan yang baik. Pemerintahan yang baik itu hanya bisa dibangun
melalui pemerintahan yang bersih dengan aparatur birokrasinya yang terbebas dari
KKN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih, pemerintah harus
memiliki moral dan proaktif serat check and balances.22
Adanya perspektif yang berbeda dalam menjelaskan konsep good
governance maka tidak mengherankan kalau kemudian terdapat banyak
pemahaman yang berbeda-beda mengenai good governance. Namun, secara umum
ada beberapa karakteristik dan nilai yang melekat dalam praktik governance yang
baik. Pertama, praktik governance yang baik harus memberi ruang kepada aktor
lembaga non-pemerintah untuk berperan serta secara optimal dalam kegiatan
pemerintahan sehingga memungkinkan adanya sinergi di antara aktor dan lembaga
pemerintah dengan non-pemerintah seperti masyarakat sipil dan mekanisme pasar.
Kedua, dalam praktik governance yang baik terkandung nilai-nilai yang membuat
pemerintah dapat lebih efektif bekerja untuk mewujudkan kesejahteraan bersama.
Nilai-nilai seperti efisiensi, keadilan, dan daya tanggap menjadi nilai yang penting.
Ketiga, praktik governance yang baik adalah praktik pemerintahan yang bersih dan
bebas dari praktik KKN dan berorientasi pada kepentingan publik. Karena itu,
praktik pemerintahan dinilai baik jika mampu mewujudkan transparansi,
penegakan hukum, dan akuntabilitas publik.
Good governance merupakan wujud dari penerimaan akan penting suatu
perangkat peraturan atau tata kelola yang baik untuk mengatur hubungan, fungsi
dan kepentingan berbagai pihak dalam urusan bisnis maupun pelayanan publik.
Prinsip – prinsip Good governance menjadi sangat penting dalam mewujudkan
pemerintahan yang baik. Berawal dari arti good governance maka perlu
penyediaan informasi yang relevan dan menggambarkan kinerja (performance)
sektor publik yang sangat penting dalam memberikan pertanggungjawaban akan
segala aktivitas kepada semua pihak yang berkepentingan. Dengan demikian
Penyelenggaraan prinsip good governance di Indonesia juga telah diatur dalam UU
No. 32 tahun 2004 tentang penyelenggaraan pemerintahan daerah.
22
J.H. Parper, 2002, Filsafat Politik: Plato, Aristoteles, Augustinus, Machiaveli, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada. Hal: 59
38
Pemerintahan yang baik secara konseptual, mempunyai pengertian bahwa
kata baik atau good dalam istilah kepemerintahan yang baik yang memiliki makna
bahwa good governance telah mengandung dua pemahaman: Pertama, nilai yang
menjunjung tinggi keinginan/kehendak rakyat, dan nilai-nilai yang dapat
meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan (nasional)
kemandirian, pembangunan, berkelanjutan, dan keadilan sosial. Kedua, aspek
fungsional dari pemerintah yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya 2
untuk mencapai tujuan tersebut (Sedarmayanti, 2009:275).
Secara teoritis good governance mengandung arti bahwa pengelolaan
kekuasaan yang didasarkan pada aturan-aturan hukum yang berlaku, pengambilan
kebijakan secara transparan, serta pertanggungjawaban kepada masyarakat (Kaloh,
2010:172). Sebagai organisasi sektor publik, pegawai dituntut agar memiliki
kinerja yang berorientasi pada kepentingan masyarakat dan mendorong pemerintah
agar senantiasa tanggap akan tuntutan lingkungannya, dengan berupaya
memberikan pelayanan terbaik secara transparan dan berkualitas serta adanya
pembagian tugas yang baik pada pemerintahan. Kinerja pegawai yang mencermin
pada prinsip good governance dapat mendukung terlaksananya pemerintahan yang
demokratis dan masyarakat dapat memiliki kepercayaannya terhadap kinerja
pegawai, bahwa disetiap kinerja pegawai yang mencerminkan pada prinsip-prinsip
good governance diharapakan dapat memberikan pelayanan publik yang lebih baik
kepada masyarakat. Mewujudkan good governance tentu mempunyai banyak hal
dan cara yang perlu dilakukan, dan dapat dilihat dari kinerja pegawai yang mampu
memahami nilai dan tradisi dalam sebuah birokrasi pemerintah yang mencirikan
praktik good governance, dan good governance sangat memerlukan perubahan
yang menyeluruh pada semua unsur kelembagaan yang terlibat dalam praktik good
governance meliputi pemerintah sebagai representasi negara yaitu pelaku pasar dan
dunia usaha, serta masyarakat sipil. Perlu diberdayakan agar kesemuanya dapat
berperan secara optimal dan saling melengkapi dalam mewujudkan kesejahteraan
masyarakat, mengingat pengembangan good governance memeliki kompleksitas
yang tinggi dan kendala yang besar maka diperlukan sebuah langkah strategis

39
untuk memulai pembaharuan terhadap praktik good governance, dan
pengembangan good governance akan lebih mudah jika dimulai dari sektor
pelayanan publik.
Pemerintahan yang baik, dalam makna pemerintahan atau konsep
pemerintahan yang baik (good governance) adalah asas tata pemerintahan yang
baik yang pada dasarnya bertumpuk pada dua landasan utama: Hukum Tata
Negara dan Hukum Administrasi, yang berarti bahwa negara hukum dan
demokrasi. Kini good governance telah menjadi istilah yang mampu memberikan
sebuah prinsip yang dapat mewujudkan cara beretika atau kinerja seseorang pada
organisasi hirarki dan swasta sebagai pusat riset para akademisi. Good governance
juga telah banyak digunakan dalam tulisan-tulisan politik dan internasional
terutama pada lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi internasional yang
berhubungan erat dengan kerjasama internasional dan perkembangan suatu daerah.
Namun tidak terlepas dari peran pemerintah yang berkuasa terhadap pekembangan
daerah. Good governance juga dimaksudkan sebagai suatu kemampuan manajerial
untuk mengelola sumber daya dan urusan suatu negara dengan cara-cara terbuka,
transparan, akuntabel, equitable, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat
(Widyananda, 2008). Pemerintahan yang baik menjadi sebuah indikator yang
sangat penting dalam mewujudkan nilai efektivitas dan efisiensi pada siklus
pertumbuhan ekonomi rakyat dan kemajuan masyarakat.
Dalam perspektif Otonomi Daerah khusus di Indonesia, penerapan good
governance merupakan suatu hal yang masih sulit dalam upaya mewujudkan
pemerintahan daerah atau local governance yang transparan, akuntabel, efektif,
efisien, mandiri serta bebas korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Hal ini
didukung pula dengan diberlakunya UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
pemerintahan Daerah yang akan memberikan peluang lebih besar bagi terlaksana
asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Dengan prinsip-prinsip
otonomi daerah di harapkan agar pemerintah daerah mampu menyelenggarakan
tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat
(publik services) secara optimal dan tidak terlalu bergantung lagi kepada

40
pemerintah pusat (sentralistik) sebagaimana era pemerintahan sebelumnya. Uraian
diatas telah memberikan suatu pemaham tentang penting penerapan prinsip good
goverance dalam Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Seram Bagian Timur,
karena melihat pada tataran kinerja aparatur daerah kabupaten seram bagian timur
saat ini, tidak mencerminkan pada prinsip good governance melainkan Praktek
nepotisme dijadikan sebagai budaya recrutment aparatur 8 daerah. Penerapan
prinsip-prinsip good governance di kabupaten seram bagian timur dihadapkan pada
berbagai kendala seperti masih banyaknya praktik penyelenggaraan birokrasi
pemerintahan yang diliputi oleh berbagai tindak pidana korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN) yang dilakukan oleh oknum pejabat pemerintah. Ditambah lagi
perilaku para penyelenggara negara di daerah ini (baik itu penyelenggara
pemerintah maupun legislatif) yang seringkali tidak sesuai dengan nilai-nilai etis
(etika pemerintahan) dalam menjalankan tugas dan perannya sebagai pemerintah.
Suara-suara rakyat yang menghendaki sosok pemerintah daerah yang dekat dengan
rakyat dan mengutamakan kepentingan rakyat dibandingkan kepentingan pribadi
terbentur oleh arogansasi dan sikap acuh dari kalangan pejabat penyelenggara
pemerintah.
Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia antara lain disebabkan oleh tatacara
penyelenggaraan pemerintahan yang tidak dikelola dan diatur dengan baik.
Akibatnya timbul berbagai masalah seperti korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN)
yang sulit diberantas, masalah penegakan hukum yang sulit berjalan, monopoli
dalam kegiatan ekonomi, serta kualitas pelayanan kepada masyarakat yang
memburuk. Masalah-masalah tersebut juga telah menghambat proses pemulihan
ekonomi Indonesia, sehingga jumlah pengangguran semakin meningkat, jumlah
penduduk miskin bertambah, tingkat kesehatan menurun, dan bahkan telah
menyebabkan munculnya konflik-konflik di berbagai daerah yang dapat
mengancam persatuan dan kesatuan negara Republik Indonesia. Bahkan kondisi
saat inipun menunjukkan masih berlangsungnya praktek dan perilaku yang
bertentangan dengan kaidah tata pemerintahan yang baik, yang bisa menghambat
terlaksananya agenda-agenda reformasi.

41
Penyelenggaraan pemerintahan yang baik adalah landasan bagi pembuatan
dan penerapan kebijakan negara yang demokratis dalam era globalisasi. Fenomena
demokrasi ditandai dengan menguatnya kontrol masyarakat terhadap
penyelenggaraan pemerintahan, sementara fenomena globalisasi ditandai dengan
saling ketergantungan antarbangsa, terutama dalam pengelolaan sumber-sumber
ekonomi dan aktivitas dunia usaha (bisnis). Kedua perkembangan diatas, baik
demokratisasi maupun globalisasi, menuntut redefinisi peran pelaku-pelaku
penyelenggaraan pemerintahan. Pemerintah, yang sebelumnya memegang kuat
kendali pemerintahan, cepat atau lambat harus mengalami pergeseran peran dari
posisi yang serba mengatur dan mendikte ke posisi sebagai fasilitator. Dunia usaha
dan pemilik modal, yang
sebelumnya berupaya mengurangi otoritas negara yang dinilai cenderung
menghambat perluasan aktivitas bisnis, harus mulai menyadari pentingnya regulasi
yang melindungi kepentingan publik. Sebaliknya, masyarakat yang sebelumnya
ditempatkan sebagai penerima manfaat (beneficiaries), harus mulai menyadari
kedudukannya sebagai pemilik kepentingan yang juga harus berfungsi sebagai
pelaku.
Oleh karena itu, tata pemerintahan yang baik perlu segera dilakukan agar
segala permasalahan yang timbul dapat segera dipecahkan dan juga proses
pemulihan ekonomi dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar. Disadari,
mewujudkan tata pemerintahan yang baik membutuhkan waktu yang tidak singkat
dan juga upaya yang terus menerus. Disamping itu, perlu juga dibangun
kesepakatan serta rasa optimis yang tinggi dari seluruh komponen bangsa yang
melibatkan tiga pilar berbangsa dan bernegara, yaitu para aparatur negara, pihak
swasta dan masyarakat madani untuk menumbuhkembangkan rasa kebersamaan
dalam rangka mencapai tata pemerintahan yang baik.

B. Pengertian Good Governance

42
Good governance sendiri merupakan kata yang berasal dari bahasa inggris,
terdiri dari kata “good” yang berarti baik dan kata “governance” yang berarti
kepemerintahan. Sehingga good governance dapat diartikan sebagai sistem
pemerintahan atau tata kepemerintahan yang baik. Good governance pada
dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu kepada proses pencapaian keputusan
dan pelaksanaannya yang dapat dipertanggungjawabkan secara bersama. Sebagai
suatu konsensus yang dicapai oleh pemerintah, warga negara, dan sektor swasta
bagi penyelenggaraan pemerintahaan dalam suatu negara.
Negara yang memiliki sistem pemerintahan yang baik, akan membuat negara
tersebut semakin berkembang dan maju kedepaii, Maka dari itu penerapan sistem
pemerintahan yang baik periu dilakukan agar negara tidak pasif dan hanya dijalankan
oleh negara-negara lainnya. Oleh sebab itu, peningkatan kualitas pemerintahan juga
perlu dijankan agar negar bisa ikut serta berkontribusi dalam perkembangan zaman di
dunia.

Mengelola adalah sebuah hamonim karena arti-artinya meruakan ejaan dan


pelafalan yang sama tetapi maknanya berbeda. Mengelola merniliki arti dalam kelas
verbal atau kata kerja sehingga mengelola dapat menyatakan suatu tindakan,
keberadaan, dan pengalaman. Dalam artian lain mengelola juga berarti mengendalikan
dan menyelenggarakan pemerintahan atau juga bisa berarti mengurus perusahaan,
proyek, dan sebagainya. Jadi, mengelola pemerintahan adalah sikap pemerintahah
dalam mengendalikan infrastruktur pernerintahan yang ada untuk mengembangkan
negara.

Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kewenangan untuk membuat


kebijakan dalam bentuk (penerapan hukurn dan undang-undang) di kawasan tertentu.
Kawasan tersebut adalah wilayah yang berada di bawah kekuasaan pemerintah.
Pemerintah berbeda dengan pemerintahan. Pemcrintah merupakan organ atau alat
pelengkap jika dilihat dalam arti sempit pemerintah hanyalah lembaga eksekutif saja.
Sedangkan arti pemerintahan dalam arti luas adalah semua mencakup aparatur negara
43
yang meliputi semua organ-organ, badan atau lembaga, alat kelengkapan negara yang
menjalankan berbagai aktivitas untuk rnencapai tujuan negara. Lembaga negara yang
dimaksud adalah lembaga eksekutif, legislatif,dan yudikatif. Mengelola pemerintah yang
hersih dan berwibawa merupakan sikap pemerintah untuk berusaha menata pemerintahan
yang baik. Pemerintanan yang baik itu berarti baik dalam proses maupun
pclaksanaannya. Artinyzi, semua unsur dalam pemerintah bisa bergerak secara sinergis,
tidak saling berbenturan, memperolch dukungan dari rakyat, dan bebas dari gerakan-
gerakan anarkis yang bisa menghambut proses pembangunan.23
Good Goivrnance sebagai kritcria Negara-negara yang baik dan berhasil dalam
pembangunan, bahkan dijadikan semacani kriteria untuk memperoleh kemampuan
bantuan optimal dan Good Governanance dianggap sehagai istilah standar untuk
organisasi publik hanya dalatn arti pemerintahan. Secara konseptual good dalam bahasa
Indonesia baik dan Governance adalah kepemerintahan Menurut LAN (Lembaga
Administrasi Negara) dalarn Sedarmayanti (2008:130) mengemukakana
good dalam good governance mengandung dua arti:

1.Nilai-nilai yang menjunjung tinggi keinginan / kehendak rakyat dan nilai yang
dapat meningkatkan kemampuan rakyat yang dalam pencapaian tujuan
(nasional) kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial.
2. Aspek-aspek fungsional dari pemerintahan efektif dan efisien dalarn
pelaksanaan tugasnya mencapai tujuan-tujuan tersebut.

Berbagai pendapat yang dikemukakan para ahli dalam memahami arti good
governance:
1. Robert Charlick dalam Pandji Santosa mendefinisikan good governance
sebagai pengelolaan segala macam urusan publik secara efektif melalui
pembuatan peraturan dan atau kebijakan yang baik demi untuk
mempromosikan nilai-nilai kernasyarakatan.24

23
A,Ubaidillah, dan abdul rozak “Demok•asi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani,” (Jakarta :
1CCE UIN Syarif Hidayatullah, 2007), Cet. IV, hal 217.
44
2. Bintoro Tjokroamidjojo rnemandang Good governance sebagai
"Suatu bentuk manajemen pembangunan, yang juga disebut sebagai
administrasi pembangunan, yang menempatkan peran pemerintah sentral
yang menjadi Agent of change dari suatu masyarakat berkembang atau
develoving didalam negara berkembang" efisien dan efektif dengan
menjaga kesincrgian interaksi yang konstruktif diantara domaindomain
negara, sektor swasta, dan masyarakat. 25

3. Menurut Bank Dunia (World Bank), Good governance merupakan cara


kekuasaan yang digunakan dalam mengclola berbagai sumber daya sosial
dan ekonomi untuk pengembangan masyarakat (Mardoto, 2009).26

4. Menurut Mardiasmo Good governance yaitu salah satu konsep


pendekatan yang berorientasi kepada pembangunan sektor publik oleh
pemerintahan yang sangat baik.

5. Menurut Nugroho Good governance merupakan sesuatu yang indentik


pada pengelolaan atau pengurus dengan makna spesifik atau pengurus
negara.

6. Menurut Bank Dunia (World Bank) Good governance ialah suatu konsep
pada penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan
bertanggung jawab sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien,
penghindaran salah alokasi dan investasi yang langka dan pencegahan
korupsi baik secara politik maupun administrative, menjalankan disiplin
anggaran serta penciptaan legal and political framework bagi tumbuhnya
aktivitas kewiraswastaan.

24
Pandji Santosa, Administrasi Publik Teori dan Aplikasi Good Governance (T.P: Refika Aditama,
2008), 130
25
Anonim, Ilmu Administrasi Negara, 2013, 1 (2): 196-209., 3 (journal).
26
Mardoto, Good Governance and Clean Good Governanee (Malang: Averroes Press, 2009), 45.
Anonim, Pengertian Good Governance menurut Ahli, 2011,
(http://kpk.go,id/modulesinews/article.php?storyid=1067).

45
7. Menurut UNDP (United National Development Planning), Good
governance merupakan praktek penerapan kewenangan
pengelolaan berbagai urusan. Penyelenggaraan negara secara
politik, ekonomi dan administratif di semua tingkatan. Dalam konscp
di atas, ada tiga pilur good goyernance yang penting, yaitu:

a. Kesejahteraan rakyat (economic governance).


b. Proses pengambilan keputusan (political governance).
c. Tata laksana pelaksanaan kebijakan (administrative
governance) (Prasetijo, 2009).
Berdasarkan uraian pendapat para ahli diatas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa good governance adalah proses penyelenggaraan pemerintahan Negara
yang solid dan bertanggung jawab, serta efisien dan efektif dengan menjaga
kesinergian interaksi yang konstruktif diantara berbagai sumber daya dalam
negara, sektor swasta, dan masyarakat. Lahirnya wacana good goyernance berakar
dari penyimpangan penyimpangan yang terjadi dalam praktek
pemerintahan,seperti Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).27
Penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat tidak transparan, nonpartisipatif
serta sentralisasi , menumbuhkan rasa tidak percaya dikalangan masyarakat
bahkan menimbulkan antipati terhadap pihak pemerintah. Masyarakat sangat
tidak puas terhadap kinerja pemerintah yang selama ini dipercaya sebagai
penyelenggara urusan publik. Berbagai ketidakpuasan dan kekecewaan akhimya
melahirkan tuntutan dari masyarakat untuk mengembalikan dan melaksanakan
penyelenggaraan pemerintah yang ideal, sehingga Good governance tampil sebagai
upaya untuk menjawab berbagai keluhan masyarakat atas kinerja birokrasi yang
telah berlangsung. Prinsip-Prinsip Dasar Good governance28

27
A. Ubaedillah dan Abdul Rozaq, Demokrasi, Hak Asasi Monasia dan Masyarakat Madani,
(Jakarta : ICCE UIN Syarif Flidayatullah, 2007), Cet. IV, hal, 215
28
(http:/fejournal.an.fisipu n m u l. A ci d /20 1 3/03/EJOURNAL%20YENNY%20(03-02-1 3 -0 6-48- 29.pdf)

46
Dalam peraturan pemerintah nomor 101 tahun 2000 prinsip prinsip
kepemerintahan yang baik terdiri dari:

1.Profesionalitas, meningkatkan kemampuan dan moral penyelenggara


pemerintahan agar mampu memberi pelayanan yang mudah, cepat, tepat
dengan biaya yang terjangkau.

2. Akuntabilitas, meningkatkan akuntabilitas para pengambil keputusan dalam


segala bidang yang menyangkut kepentingan masyarakat.
3. Transparansi, menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah
dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di
dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai.

4. Pelayanan prima, penyelenggaraan pelayanan publik yang mencakup prosedur


yang baik, kejelasan tarif, kepastian waktu, kemudahan akses, kelengkapan
sarana dan prasarana serta pelayanan yang ramah dan disiplin.

5.Demokrasi dan Partisipasi, mendorong setiap warga untuk mempergunakan


hak dalam menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan
keputusan, yang menyangkut kepentingan masyarakat baik secara langsung
maupun tidak langsung.

6. Efisiensi dan Efektifitas, menjamin terselenggaranya pelayanan kepada


masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal
dan bertanggung jawab.

Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa Good governance awalnya


digunakan dalam dunia usaha (corporate) dan adanya desakan untuk
menyusun sebuah konsep dalam menciptakan pengendalian yang melekat
pada korporasi dan manajemen profesionalnya maka diterapkan good corporate
govemance. Sehingga dikenal prinsip- prinsip utama dalam go vernanee korporat
yaitu: transparansi, akuntabilitas, fairness, responsibilitas dan responsivitas.29

29
Riant D. Nugroho, Kebijakan Publik, Fo•mulasi Implementasi dan Evaluasi,
(Jakarta:Gramedia, 2004), 216.
47
Transparansi bukan berarti ketclanjangan, mclainkan keterbukaan, yakni adanya
sebuah sistem yang memungkinkan terselenggaranya komunikasi
internal dan ekstemal dari korporasi. Akuntabilitas adalah
pertanggungiawaban secara bertingkat ke atas. Dari organisasi manajcmen paling
bawah hingga dewan direksi, dan dari dewan direksi kepada dewan komisaris.
Akuntabilitas secara luas diberikan oleh dewan komisaris kepada masyarakat.
Sedangkan akuntabilitas secara sempit dapat diartikan secara finansial.
Fairnessagak sulit diterjernahkan, karena menyangkut keadilan dalam konteks
moral. Fairness lebih menyangkut moralitas dari organisasi bisnis dalam
menjalankan hubungan bisnisnya, baik secara internal maupun eksternal.

Responsibilitas adalah pertanggungjawaban korporat secara kebijakan.


Dalam konteks ini penilaian pertanggungjawaban lebih mengacu kepada etika
korporat, terrnasuk da1am jhal ini etika professional dan etika manajerial. Prinsip-
prinsip Good governance di atas cenderung kepada dunia usaha, sedangkan bagi
suatu organisasi public bahkan dalam skala Negara prinsip-prinsip tersebut lebih
luas menurut UNDP melaui LAN yang dikutip Tangkilisan menyebutkna bahwa
adanya hubungan sinergis dan kontruktif di antara Negara, sector swasta dan
masyarakat disusun sembilan pokok karakteristik Good governance yaitu 30

Untuk dapat dikatakan sebagai pemerintahan yang baik maka suatu


pemerintah perlu untuk memenuhi atau menjalankan beberapa prinsip berikut ini:
1. Transparansi(Transparency)
Transparansi adalah keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan
yang diambil oleh pemerintah. Prinsip transparansi menciptakan kepercayaan
timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi
dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan
memadai. Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus infonnasi secara

30
Tangkilisan, Manajemen public (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005), 115.
48
langsung dapat diterima oieh mereka yang membutuhkan. infonnasi harus
dapat dipahami dan dapat dimonitor.

Transparansi (keterbukaan umum) adalah salah satu unsur yang


menopang terwujudnya good governance. Akibat tidak adanya prinsip
transparansi ini, menurut banyak ahli Indonesia telah terjerembab dalam
kubangan korupsi yang berkepanjangan dan parah. Menurut Gaffar, terdapat 8
(delapan) aspek mekanisme pengelolaan negara yang harus dilakukan secara transparan,
yaitu :

a.Penetapan posisi, jabatan dan kedudukan.


b.Kekayaan pejabat public.
c.Pemberian penghargaan.
d.Penetapan kebijakan yang terkait dengan pencerahan kehidupan.
e.Kesehatan.
f.Moralitas para pejabat dan aparatur pelayanan
g.Keamanan dan ketertiban.
h.Kebijakan strategis untuk pencerahan kehidupan masyarakat.

49
2. Peduli pada Stakeholder
Peduli pada dunia usaha yaitu berbagai lembaga-lembaga dan
seluruh proses pemerintahan harus berusaha melayani semua pihak yang
berkepentingan. Praktek good governance kemudian menjadi guidence atau
panduan untuk operasional perusahaan, baik yang dilakukan dalam kegiatan
internal maupun eksternal perusahaan. Internal berkaitan dengan operasional
perusahaan dan bagaimana perusahaan tersebut bekerja, sedangkan eksternal
lebih kepada bagaimana perusahaan tersebut bekerja dengan stakeholder lainya
termasuk dalamnya public.

3. Berorientasi pada Konsensus


Good governance menjadi perantara kepentingan yang berbeda untuk
memeproleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas baik dalam hal
kebijakan-kebijakan maupun prosedur-prosedur. Prinsip ini menyatakan bahwa
keputusan apapun harus dilakukan melalui proses musyawarah melalui
konsesus. Model pengambilan keputusan tersebut, selain dapat memuaskan
sebagian besar pihak, juga akan menjadi keputusan yang mengikat dan milik
bersama, sehingga akan memiliki kekuatan memaksa bagi semua komponen
yang terlibat untuk melaksanakan keputusan tersebut.

4. Partisipasi Masyarakat (Participation)


Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan
keputusan, baik langsung maupun melalui lembaga perwakilan sah yang
mewakili kepentingan mereka. Setiap warga negara memiliki hak untuk
melakukan keikut sertan dalam berkontribusi mernbangun pemerintahan
baik secara langsung dan juga maupun melalui intermediasi institusi
legitimasi yang mewakili kepentingannya. Partisipasi seperti ini dibangun
atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara
konstruktif. Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan prinsip

50
demokrasi yaitu kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat secara
konstruktif. Partisipasi bermaksud untuk menjamin agar setiap kebijakan yang
diambil mencerminkan aspirasi masyarakat.

5. Kesetaraan (Equity)
Good governance juga harus didukung dengan asas kesetaraan,
yakni kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan. Sernua warga Negara, baik
laki-laki maupun perempuan rnempunyai kesempatan untuk meningkatkan atau
menjaga kesejahteraan mereka. Asas ini harus diperhatikan secara sungguh-
sungguh oleh semua penyelenggara pemerintahan di Indonesia karena kenyatan
sosiologis bangsa kita sebagai bangsa yang majemuk, baik etnis, agama, dan
budaya. Semua warga masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau
mempertahankan kesejahteraan mereka. Prinsip kesetaraan menciptakan
kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat melalui
penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh
informasi yang akurat dan memadai.

6. Efektifitas dan Efisiensi (Effectiveness and Efficiency)


Efektifitas dan efisiensi yakni segala proses pemerintahan dan
lembaga membuahkan hasil sesuai kebutuhan warga masyarakat dan dengan
menggunakan sumber daya yang ada seoptimal mungkin. Proses-proses dan
lembaga-lembaga menghasilkan sesuai dengan apa yang telah digariskan dengan
menggunkan sumber-sumber yang tersedia sebaik mungkin. Konsep efektivitas
dalam sektor kegiatan-kegiatan publik memiliki makna ganda, yakni efektivitas
dalam pelaksanan proses-proses pekerjaan, baik oleh pejabat publik maupun
partisipasi masyarakat, dan kedua, efektivitas dalam konteks hasil, yakni
mampu membrikan kesejahteraan sebesar-besarnya pada kelompok dan lapisan
sosial.

7. Tegaknya Supremasi Hukum (Rule of Law)

51
Prinsip ini akan mendorong perwujudan dari penegakan hukum
yang adil bagi semua pihak tanpa pengecualian. Kerangka hukum harus adil dan
dilaksanakan tanpa pandang bulu, terutama hukum untuk hak asasi manusia. Hak
asasi manusia akan dijunjung tinggi dan nilai-nilai kehidupan bermasyarakat
juga diperhatikan. Partisipasi masyarakat dalam proses politik dan perumusan-
perumusan kebijakan publik memerlukan sistem dan aturan-aturan hukum. Tanpa
ditopang oleh sebuah aturan hukum dan penegakannya seeara konsekuen, partisipasi
publik dapat berubah menjadi tindukan publik yang anarkis. Santoso menegaskan bahwa
pmses mewujudkan eita-cita good governance, harus diimbangi dengan komitmen untuk
menegakkan rule oflaw dcngnn karakter-karakter scbagai berikut:
a. Supremasi, Kepastian dan hukum yang responsif.
b. Penegakan hukum yang konsisten dan non diskriminatif.
c. Independensi peradilan.

8. Akuntabilitas (accountability)
Akuntabilitas adalah pertanggungjawaban secara bertingkat ke
atas. Dari organisasi manajemen paling bawah hingga dewan direksi, dan dari
dewan direksi kepada dewan komisaris. Akuntabilitas secara luas diberikan
oleh dewan komisaris kepada masyarakat. Sedangkan akuntabilitas secara
sempit dapat diartikan secara finansial. Asas akuntabilitas adalah pertanggung
jawaban pejabat publik terhadap masyarakat yang memberinya kewenangan
untuk mengurusi kepentingan mereka. Secara teoritik, akuntabilitas
menyangkut dua dimensi yakni akuntabilitas vertikal yang memiliki pengertian
bahwa setiap pejabat harus mempertanggungjawabkan berbagai kebijakan dan
pelaksanaan  tugas-tugasnya terhadap atasan yang lebih tinggi, dan yang kedua
akuntabilitas horisontal yaitu pertanggungjawaban pemegang jabatan publik
pada lembaga yang setara. Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor
swasta dan masyarakat (civil society) bertanggung jawab kepada publik dan
lembaga-lembaga stakeholder. Akuntabilitas ini tergantung pada organisasi dan

52
sifat keputusan yang dibuat, apakah keputusan tersebut untuk kepentingan atau
eksternal organisasi.

9. Visi Strategis
Dimana seorang pemimpin dan masyarakat diharuskan memiliki
perspektif yang luas dan jauh ke depan atas tata pemerintahan yang baik dan
pembangunan manusia, serta kepekaan untuk mewujudkannya, harus memiliki
pemahaman atas kompleksitas kesejarahan sosial budaya yang menjadi dasar
bagi perspektif tersebut. Tidak hanya itu, seseorang yang memiliki jabatan
publik atau lembaga profesional lainnya, harus memiliki kemampuan
menganalisa persoalan dan  tantangan yang akan dihadapi oleh lembaga yang
dipimpinnya. Sepuluh Prinsip Good governence menurut KNKG adalah:
1. Akuntabilitas, Meningkatkan akuntahilitas para pengambil keputusan
dalam segala bidanu, yang menyangkut kepentftigan masyarakat.
2. Pengawasan, Meningkatkan upaya pengawasan terhadap
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dengan
mengusahakan keterlibatan swasta dan masyarakat luas.
3. Daya Tanggap, Meningkatkan kepekaan para penyelenggaraan
pemerintahan terhadap aspirasi masyarakat tanpa kecuali.
4. Profesionalisme, Meningkatkan kemampuan dan moral
penyelenggaraan pemerintahan agar mampu memberi pelayanan
yang mudah, cepat, tepat dengan biaya terjangkau.
5. Efisiensi dan Efektivitas, Menjamin terselenggaranya pelayanan
kepada masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang tersedia
secara optimal bertanggung jawab.
6. Transparasi, Menciptakan kepercayaan timbal-balik antara
pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan infonnasi dan
menjamin kemudahan didalam memperoleh informasi.
7. Kesetaraan, Memberi peluang yang sama bagi setiap anggota masyarakat
untuk meningkatkan kesejahteraannya.

53
8. Wawasan ke depan, Membangun daerah berdasarkan visi & strategis
yang jelas dan mengikuti-sertakan warga dalam seluruh proses
pembangunan,sehingga warga merasa mentiliki dan ikut
bertanggungjawab terhadap kemajuan daerahnya.
9. Penegakkan Hukum, Mcwujudkan pcncgakan hukum yang adil
bagi semua pihak tanpa pengecualian, menjunjung tinggi HAM clan
memperhatikan nilainilai yam.; hidup dalam masyarakat.
10. Partisipasi, Mendorong setiap warga untuk mempergunakan
hak dalam menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan
keputusan, yang menyangkut kepentingan ntasyarakat, baik secara
langsung mapun tidak langsung. 31

Prinsip-prinsip di atas adalah merupakan suatu karakterisitik yang harus


dipenuhi dalam pelaksanaan good governance yang berkaitan dengan control dan
pengendalian, yakni pengendalian suatu pemerintahan yang baik agar dapat
mencapai hasil yang dikehendaki. Masyarakat menyelenggarakan Pemilu untuk
menentukan siapa yang menyelenggarakan Negara dan itu adalah parnarintah,
Penterintah adalah ibarat manager profesional yang disewa oleh rakyat untuk
menyelenggarakan organisasi negara untuk rakyat, Penerapan good governanee kepada
pemerintah adalah ibarat masyarakat memastikan bahwa mandat, wewenang hak dan
kewajibannya telah dipenuhi dengan sebaik-baiknya. Disini dapat dilihat bahwa arah
ke depan dari good governance adalah membangun the professional government,
bukan dalam arti pemerintah yang dikelola oleh para teknokrat. Namun
oleh siapa saja yang mempunyai kualifikasi profesional, yaitu mereka yang
mempunyai ilmu dan pengetahuan yang mampu mentransfer ilmu dan pengetahuan
menjadi skill dan dalam melaksanakannya berlandaskan etika dan moralitas yang
tinggi.

31
Anonim, Sepuluh Prinsip Good Governance, 2010, (http://knkg-indortesia.com/horneinews/93-10-prinsip-
good-governance.html).
54
D. Mengkritisi Pelaksanaan Good governance
Mewujudkan konsep good governance dapat dilakukan dengan mencapai
keadaan yang baik dan sinergi antar pemerintah, sektor swasta dan masyarakat
sipil dalam pengelolaan sumber-sumber alam, sosial, lingkungan, dan ekonomi.
Prasyarat minimal untuk mencapaai good governance adalah adanya trasparansi,
akuntabilitas, partisipasi, pemberdayaan hukum, efektifitas dan efisiensi, dan
keadilan. Sebagai bentuk penyelenggaraan Negara yang baik maka harus ada
keterlibatan masyarakat di setiap jenjang proses pengambilan keputusan32.
Konsep good governance dapat diartikan acuan untuk proses dan struktur
hubungan politik dan social ekonomi yang baik. Berdasarkan uraian diatas dalam
perjalanan penerapan good governance hampir banyak negara mengasumsikannya
sebagai sebuah ideal type of governance, padahal konsep itu sendiri sebenarnya
dirumuskan oleh banyak praktisi untuk kepentingan praktis-strategis dalam rangka
membangun relasi negara-masyarakat-pasar yang baik dan sejajar.

Beberapa ahli malah tidak setuju dengan konsep good governance, karena


dinilai terlalu bermuatan nilai-nilai ideologis. Alternatif lainnya, menurut Purwo
Santoso (2002), adalah democratic governance, yaitu suatu tata pemerintahan yang
berasal dari (partisipasi), yang dikelola oleh rakyat (institusi demokrasi yang
legitimate, akuntabel dan transparan), serta dimanfaatkan (responsif) untuk
kepentingan masyarakat33. Konseptualisasi ini secara substantif tidak berbeda jauh
dengan konseptualisasi good governance, hanya saja ia tidak memasukkan dimensi
pasar dalam governance.

Kritik berikutnya terhadap good governance adalah kegagalannya dalam


memasukkan arus globalisasi dalam pigura analisisnya. Dalam good

32
Agus Dwiyanto, Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik,
(Yogyakarta : Gajah Mada Univercity Press, 2009).
33
Purwo Santoso, Nasionalisme dan otonomi daerah dalam Proses Demokrasi (T.T:
T.P, 2002), 55.

55
governance seolah-olah kehidupan hanya berkutat pada interaksi antara pemerintah
di negara tertentu, pelaku bisnis di negara tertentu dengan rakyat di negara tertentu
pula. Tentulah ini sangat naif, secara kenyataan bahwa aktor yang sangat besar dan
bekuasa di atas ketiga elemen tersebut tidak dimasukkan dalam hitungan, aktor
tersebut adalah dunia internasional. Merestrukturisasi pola relasi pemerintah,
swasta dan masyarakat secara domestik dengan mengabaikan peran aktor
internasional adalah pengingkaran atas realitas global. Dampak dari pengingkaran
ini adalah banyaknya variable, yang sebenarnya sangat penting, tidak masuk
kedalam hitungan. Variabel-variabel yang absen itu adalah kearifan lokal (akibat
hegemoni terma “good” oleh Barat) dan dampak dari kekuatan kooptatif
internasional. Secara konseptual keberhasilan penerapan good governance di
berbagai dunia akan selayaknya juga dibarengi dengan dampak kuatnya
fundamental ekonomi rakyat. Kenyataannya, relasi antara kesejahteraan rakyat
dengan good governance tidaklah seindah teori. Makin merekatnya hubungan
antara negara, bisnis dan rakyat ternyata tidak serta merta menguatkan
fundamental ekonomi rakyat. Pukulan krisis pangan adalah bukti konkrit yang
tidak bisa dipecahkan oleh good governance.

Bila kita memahami kembali kutipan bahwa Presiden Tanzania Julius K.


Nyerere di depan Konferensi PBB sepuluh tahun lalu, beliau dengan lantang telah
mengkritik habis-habisan good governance yang dikatakannya sebagai konsep
imperialis dan kolonialis. Good governance hanya akan mengerdilkan struktur
negara berkembang, sementara kekuatan bisnis dunia makin membesar. Terlepas
dari benar salahnya kritik sang Presiden, kritik tersebut mengilhami Ali Farazmand
(2004) dalam menggagas konsep Sound Governance (SG) yang sekaligus
membuka arah baru bagi pembangunan global ke depan. Setelah good
governance berhasil menginklusifkan hubungan si kaya dan si miskin di tingkat
nasional, maka fase berikutnya adalah menginklusifkan hubungan negara kaya
dengan negara miskin melalui agenda Sound Governance. Konsep Sound
Governance merupakan konsep baru yang jauh lebih komprehensif dan reliable
dalam menjawab kegagalan epistimologis dan solusi atas arus besar kesalah
56
kaprahan dari good governance. Terdapat tiga alasan utama yang muncul dari
wacana Sound Governance.

 Pertama, dari evaluasi terhadap pelaksanaan good governance bahwa aktor


kunci yang berperan adalah terfokus pada tiga aktor (pemerintah, pasar dan civil
society), dan good governance selama ini lebih merestrukturisasi pola relasi
pemerintah, swasta dan masyarakat secara domestik. Sound
Governance mempunyai pandangan yang jauh komprehensif dengan empat aktor,
yaitu inklusifitas relasi politik antara negara, civil society, bisnis yang sifatnya
domestik dan satu lagi aktor yaitu kekuatan internasional. Kekuatan internasional
di sini mencakup korporasi global, Penerapan good governance kehidupannya
hanya berkutat pada interaksi antara pemerintah di negara tertentu, pelaku bisnis di
negara tertentu dengan rakyat di negara tertentu pula. Tentulah ini sangat naif,
sebab kenyataan bahwa aktor yang sangat besar dan bekuasa di atas ketiga elemen
tersebut tidak dimasukkan dalam hitungan. Aktor tersebut adalah dunia
internasional.

Kedua, bermula dari kritik terhadap identitas dari good governance kata


“good” menjadi sesuatu yang hegemonik, seragam dan juga dilakukan tak jarang
dengan paksaan. Term “good” dalam good governance adalah westernized dan
diabsolutkan sedemikian rupa. Sound Governance mempunyai pandangan yang
berbeda dan justru mengedepankan adanya penghormatan atas keragaman konsepsi
birokrasi dan tatapemerintahan, utamanya nilai dasar budaya pemerintahan
tradisional yang telah terkubur. Ali Farazmand mencontohkan kebesaran kerajaan
Persia, sebelum digulung oleh dominasi budaya barat, memiliki prestasi yang
sangat besar dalam pengelolaan pemerintahan. Berdasarkan apa yang disampaikan
Ali Farazmand bahwa pentingnya sistem pemerintahan yang berbasis pada budaya
lokal sudah mulai banyak terabaikan dan ini juga terjadi di negara dunia ketiga
termasuk di Indonesia (Andi,2007). Hal ini terjadi karena kontruksi konsep
birokrasi modern Weber yang mewarnai perkembangan ilmu administrasi publik
termasuk lahirnya good governance adalah bentuk pembantaian budaya lokal
dalam sistem pemerintahan. Sound governance muncul untuk memberikan peluang
57
dalam menyelamatkan keragaman kebudayaan lokal dalam mewarnai konsep tata
pemerintahan.

Ketiga, dalam pelaksanaan good governance untuk berjalannya proses tata


pemerintahan yang baik maka ada satu jalan yaitu bagaimana pemerintahan harus,
effectiveness and efficiency, accountability, strategic vision. Sound
Governance mempunyai pandangan berbeda dan lebih melihat pada proses menuju
tercapainya tujuan, dari pada membahas perdebatan soal bagaimana (prinsip-
prinsip) dilakukan untuk mencapai tujuan. Kendati demikian di dalam sound
governance masih menekankan perlunya prasyarat-prasyrat dasar universal terkait
demokrasi, transparansi, dan akuntabilitas. Untuk itu titik tekan dari sound
governance adalah fleksibilitas dan ini dibutuhkan “inovasi” yang kemudian
menjadi ruh implementasi sound governance dalam praktek pemerintahan.

Berdasarkan uraian diatas bahwa Sound governance sebagai wacana baru


yang muncul sebagai kritik good governance, yaitu memberikan makna term
“Sound” menggantikan “Good” adalah dalam rangka penghormatan terhadap
kenyataan keragaman (diversity). Untuk itu Sound governance dalam tata
pemerintahan (pola relasi pemerintah, swasta dan masyarakat) membuka kembali
peluang variable-variable yang absen yaitu kearifan lokal (akibat hegemoni term
“good” oleh Barat) dan dampak dari kekuatan kooptatif internasional.
Menyadarkan kembali bahwa konsep-konsep non-barat sebenarnya banyak
yang applicable, khususnya di bidang pemerintahan. Selain itu Sound
governance pada prinsipnya juga memberikan ruang bagi tradisi atau invoasi lokal
tentang bagaimana negara dan pemerintahan harus ditata, sesuai dengan kebiasaan,
budaya dan konteks lokal. Tentu ukuran universal tentang kesejahteraan rakyat dan
penghormatan hak dasar harus tetap ditegakkan.

58
E. Langkah-Langkah Perwujudan Good Governance

1. Penguatan Fungsi dan Peran Lembaga Perwakilan


Lembaga-lembaga perwakilan rakyat harus sesuai dengan fungsi
dan perannya guna membangun bangsa Indonesia karena orang-orang yang
berada dilembaga tersebut sudah dipercaya oleh rakyat menjadi wakilnya
sehingga lembaga perwakilan rakyat harus memperjuangkan suara segenap
rakyat Indonesia. Lembaga perwakilan rakyat yaitu DPR, DPD, dan
DPRD harus mampu dan mengartikulasikan berbagai aspirasi masyarakat
dalam berbagai bentuk program pembangunan yang berorientasi kepada
kepentingan masyarakat.

2. Kemandirian Lembaga Peradilan


Lembaga peradilan harus mandiri tanpa intervensi dari harus
profesional dan bersih. Kesan paling buruk dari pemerintahan orde baru adalah
ketidakmandirian lembaga peradilan hakim, jaksa. dan polisi tidak bida
dengan leluasa menetapkan perkara, sehingga mereka tidak mampu
menampilkan dirinya sebagai the prophet of law.

3. Aparatur Pemerintahan yang Profesional dan Penuh Integritas


Aparatur pemerintah harus profesional dan berintegritas untuk
mencapai reformasi birokrasi sesuai judul di artikel ini, jangan ada lagi
praktek-praktek KKN agar good governance dapat terwujud. Birokrasi di
Indonesia tidak hanya dikenal dalarn pelayanan politik, tapi juga telah
memberi peluang berkembangnya praktek-praktek kolusi, dan nepotisme.
Dengan dernikian, maka mekanisme kerja hirokrasi burus diisi oleh
sesorang yang profesionalitas baik, integritas, dernokratis, clan memiliki
akuntabilitas yang kuat.

4. Masyarakat Madani (Civil Society) yang Kuat dan Partisipatif


59
Guna mewujudkan good governance masyarakat harus menjadi
masyarakat yang madani yaitu masyarakat yang beradab dalam membangun,
menjalani, dan memaknai kehidupannya. Proses pembangunan dan pengelolaan
Negara tanpa mehbatkan masyarakat madani society) akan sangat lamban karena
potensi terbesar dari sumber daya manusia justru ada dikalangan masyarakat

5. Penguatan Upaya Otonomi Daerah

Otonomi daerah harus diterapkan sebaik-baik nya sehingga


potensi-potensi daerah dapat dimanfaatkan sebaik mungkin. Pada era
refonnasi ini, para pengelola Negara ini telah melahirkan UU No. 22 tahun
1999, tentang otonomi daerah dan telah memberikan kewenangan pada daerah
untuk melakukan pengelolaan sector-sektor tertentu yang ada di daerah.

F. Pengertian Otonomi Daerah


Indonesia menganut sistem otonomi daerah dalam pelaksanaan
pemerintahannya. Sistem otonomi daerah memungkinkan daerah mempunyai hak
dan kewajiban untuk mengatur daerahnya sendiri. Tetapi, dalam melaksanakan
otonomi, daerah masih tetap dikontrol oleh pemerintah pusat serta sesuai dengan
undang-undang. Dalam Dasar-dasar Ilmu Politik (2003), Miriam Budiardjo
menjelaskan pemerintah pusat mempunyai wewenang menyerahkan sebagian
kekuasaannya ke daerah berdasarkan hak otonomi34. Penyerahan sebagian
kekuasaan itu karena Indonesia adalah negara kesatuan dengan sistem
desentralisasi. Namun, pada tahap terakhir kekuasaan tertinggi tetap di tangan
pemerintah pusat.
Otonomi daerah berasal dari kata otonomi dan daerah. Otonomi berasal
bahasa Yunani yaitu “autos” dan “namos“. Autos yang berarti sendiri
dan namos yang berarti aturan atau undang-undang. Jadi otonomi bisa
dikatakan sebagai suatu kewenangan untuk mengatur sendiri atau kewenangan
34
Prof. Miriam budiardjo,”dasar dasar ilmu politik”(jakarta,PT Gramedia pustaka utama,2003)
hlm140
60
untuk membuat aturan guna mengurus rumah tangga sendiri. Sedangkan daerah
ialah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah tertentu.
Otonomi daerah adalah sebuah tema besar yang berada dalam ranah
administrasi pemerintahan. Otonomi daerah berhuhunga erat dengan dasar
kedaulatan rakyat atau kerakyatan. Konkretnya sebagai mana dikemukakan oleh
Moh. Hatta sebagai salah seorang pendiri negara adalah bahwa sebenarnya
menurut dasar kedaulatan rakyat itu, hak rakyat untuk menentukan nasibnya tidak
hanya ada pada pucuk pimpinan negeri, melainka juga pada tiap tempat di kota, di
desa dan di daerah. Tiap-tiap golongan persekutuan itu mempunyai Badan
Perwakilan sendiri, seperti Gemeenteraad, Provinciale Raad dan lain-lainnya.

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 otonomi daerah adalah


hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Pengertian lain otonomi daerah yaitu daerah
tertentu dalam sebuah negara yang memiliki kebebasan dari pemerintah pusat di
luar daerahnya tersebut. Berbagai defenisi tentang otonomi daerah telah banyak
dikemukakan oleh para pakar sebagai bahan perbandingan dan bahasan dalam
upaya menemukan pengertian yang mendasar tentang pelakasanaan otonomi daerah
sebagai manifestasi desentralisasi. Ada beberapa pengertian tentang otonomi
daerah yang disampaikan oleh para ahli, di antaranya:

1. Menurut Dr. Ateng Syafrudin, S.H dalam bukunya yang berjudul “


pasang surut otonomi daerah, otonomi daerah adalah hak, wewenang
dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku.35
2. Menurut Encyclopedia of social science, otonomi daerah adalah suatu
hal organisasi sosial untuk mencukupi diri sendiri dan kebebasan
aktualnya.

35
Ateng syafruddin, https://books.google.co.id/books?
id=7gokAAAAMAAJ&dq=otonomi+daerah&focus=searchwithinvolume&q=oton
omi+daerah, (09 oktober 2020, jam 09.40)
61
3. Menurut kamus besar bahasa indonesia (2008;992), otonomi adalah
pola pemerintahan sendiri. Sedangkan otonomi daerah adalah hak,
wewenang dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri sesuai dengan peraturan dan perundang undangan
yang berlaku.36
4. Menurut Hanif Nurcholis (2007;30) otonomi daerah adalah hak
penduduk yang tinggal di suatu daerah untuk mengatur, mengurus,
mengendalikan dan mengembangkan daerah sendiri dengan
menghormati peraturan perundang undangan yang ada.37

Beranjak dari rumusan di atas, dapat disimpulkan bahwa otonomi daerah pada
prinsipnya mempunyai tiga aspek, yaitu :
1. Aspek Hak dan Kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri.
2. Aspek kewajiban untuk tetap mengikuti peraturan dan ketentuan dari
pemerintahan di atasnya, serta tetap berada dalam satu kerangka
pemerintahan nasional.
3. Aspek kemandirian dalam pengelolaan keuangan baik dari biaya
sebagai perlimpahan kewenangan dan pelaksanaan kewajiban, juga
terutama kemampuan menggali sumber pembiayaan sendiri.

Dalam konteks ekonomi, otonomi daerah bermakna perluasan kesempatan


bagi masyarakat an pemerintah daerah untuk mengejar kesejahteraan dan
memajukan dirinya38. Hal ini akan secara signifikan menumbuhkan semangat dan
daya saing daerah- daerah lainnya sehingga menimbulkan iklim yang kompetitif
diantara daerah daerah agar mereka salong menemukan cara cara kreatif untuk

36
Kemendikbud, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/otonomi%20daerah (2016) di
akses tgl 09 oktober 2020 pukul 19.14
37
Hanif nurcholis, “teori dan praktik:pemerintahan dan otonomi daerah”,( jakarta,
PT gramedia widiasaran indonesia,2007) hlm 30
38
Syamsudin haris,”desentralisasi dan otonomi daerah”(semarang, yayasan obor indonesia, 2005)
hal 18
62
mengelola potensi yang mereka miliki. Jikalau hal iniberhasiol maka dengan cepat
indonesia akan mendapatkan pencapaiannya.
Dalam konteks sosial otonomi daerah adalah sebagai peluang yang
diberikan kepada pemerintah daerah untuk mengembangkan kualitas masyarakat
dan berbagai tanggung jawab dengan pemerintah pusat dalam peningkatan
pelayanan di bidang pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial lainnya.39 Dalam
konteks budaya, otonomi daerah bermakna sebagai peluang yang terbuka luas bagi
daerah untuk menggali dan mengembangkan nilai nilai dan karakter budaya
setempat. Ini akan membangkitkan harga diri masayarakat seb[ CITATION Han07 \l
1057 ]agai bagian dari kebhinnekaan budaya nasional kita.40
Otonomi dalarn arti sempit dapat diartikan sebagai "mandiri". Sedangkan dala
makna yang luas diartikan sehagai "berdaya".Dengan dernikian otonorni duerah
berarti kernandirkm suatu daerah dalarn kaitan pembuatan dan pengambilan
keputusan mengenai kepentingan daerahnya sendiri. Jika daerah sudah mampu
mencapai kondisi tersebut, rnaka daerah dapat dikatakan sudah berdaya untuk
melakukan apa saja seca•a mandiri tanpa tekanan dari luar.41

2. Dasar hukum otonomi daerah dan pelaksanaannya terdapat dalam undang


undang sebagai berikut:
A. UUD tahun 1945 amandemen ke-2, pasal 18 ayat 1-7, pasal 18A ayat 1 dan
2, dan pasal 18B ayat 1 dan 2.
B. Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan
Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya
Nasional yang Berkeadilan serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
dalam Kerangka NKRI.

39
Ibid; hal 18
40
Ibid; hal 18

41
Azyumardi Azra, Pendidikan Kewargaan (Civil Education): Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan
Masyarakat Madani, (Cet. I; Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidatatullah Jakarta), 150.

63
C. Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan
dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah.
D. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
E. Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
F. Undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (revisi UU
No. 32 Tahun 2004).

Jika dilihat dari UU Na. 22 Tahun 1999, dikatakan bahwa terdapat


paradigm baru dalam pelaksanaan otonomi daerah, karena undang-undang tersebut
meletakkan otonorni daerah secara luas pada daerah kabupaten dan kota
berdasarkan pada prinsipprinsip demok•asi, peran serta masyarakat,
pemerataan, dan keadilan, serta memperhatikan provinsi dan
keanekaragaman daerah. Banyak hal baru yang diakomodasi oleh UU No.
22 Tahun 1999, salah satunya ialah pemisahan antara lembaga legislatif dan
eksekutif di daerah dalarn bentuk susun pemerintah daerah. Pemerintahan
ketika diatur UU No. 22 Tahun 1999 sangat menggembirakan,
pembangunan di daerah menjadi semakin maju, Karena dana yang
diperoleh pemerintahan dari perimbangan uang sangat besar dan memungkinkan
pemerintahan dapat berkreasi dalam melakukan pembangunan. Namun,
disamping sisi positifnya ini UU No. 22 Tahun 1999 menimbulkan dampak negatif
akibat otonomi luas, yaitu terjadi pemhangkangan dibeberapa daerah.

Dengan memberlakukan UU No. 22 Tahun 1999 menjadikan DPRD


seperti menduduki jabatan diatas pemerintahan daerah, karena kepala daerah
dipilih dan diangkat oleh DPRD. Bahkan proses pemberhentian kepala daerah oleh
DPRD sering terjadi di Indonesia. Karena terus menerus didera kasus kontlik
antara pemerintahan daerah dan DPRD maka dilakukan revisi undang-undang.
Dalam Undang-Undang No32 Tahun 2004 Pasal 1 ayat 5, pengertian otonomi daerah adalah
hak, wewenang, dan kewajiban dacrah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Menurut Suparmoko mengartikan otonomi daerah adalah
64
kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Otonomi Daerah sering
disamakan dengan kata desentralisasi, karena biarpun secara teori terpisah namun dalam
praktiknya keduanya sukar dipisahkan. Desentralisasi adalah penyerahan urusan
pemerintahan pusat kepada daerah otomom berdasarkan asas otonomi. Pada dasamya
desentralisasi akan memunculkan otonomi bagi suatu pemerintahan daerah. Perserikatan
Bangsa-Bangsa mendefinisikan desentralisasi adalah wewenang dari pemerintah pusat yang
berada di ibu kota, melalui cara dekonsentrasi antara lain pendelegasian kepada pejabat di
bawahnya maupun pendelegasian kepada pemerintah atau perwakilan daerah, otonomi
daerah adalah kemandirian suatu daerah dalam kaitan pembuatan dan pengambilan
keputusan mengenai kepentingan daerahnya sendiri. Pengertian otonomi dalam makna
sempit dapat diartikan sebagai mandiri, sedangkan dalam makna yang lebih luas
diartikan sebagai berdaya. Otonomi daerah dengan clemikian berarti kemandrian suatu
daerah dalam kaitan pembuatan dan keputusan mengenai kepentingan daerahnya
sendri.42
Menurut pendapat lain, bahwa otonomi daerah adalah kewenangan otonomi
daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut
pelaksanaannya sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Sedangkan yang dimaksud dengan daerah otonomi sendri adalah
kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat rnenurut prakarsa sendiri
berdasarkan nspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.43
Otonomi daerah memiliki kewenangan inembuat kebijakan daerah
untuk memberi pelayanan, peningkatan peranserta, prakarsa, dan
pemberdayaan masyarakat yang bertujuari pada peningkatan
kesejahteraan rakyat. Prinsip otonomi daerah di Indonesia, lndonesia
adalah sebuah Negara yang terbentuk pada tanggal 17 Agustus 1945,

42
Ubedilah, dan abdul razaq , Demokrasi, HAM,dan Masyarakat Madani (Jakarta: Indonesia Center for
CivieEducation, 2000), 170.

43
Widjaja,Otonomi Daerah dan Daerah Otonom ,Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2002, 76.
65
memiliki wilayah sangat luas terhagi dalam bentuk pulau-pulau dan dapat
disatukan menjadi kepulauan nusantara, dengan semboyan Bhineka Tunggal
Ika. Seluruh masyarakatnya dapat disatukan, seperti dikatakan oleh
Soepomo, dalam sidang BPUPKI atau Dokuritsu Zyumbi Tjoosakai pada
Tanggal 31 Mei 1945, bahwa Negara adalah susunan masyarakat yang integral,
segala golongan, segala lapisan, segala kaitannya berhubungan erat satu sama lain,
dan merupakan kesatuan masyarakat yang organis.44

Pada tahun 2014 UU merngenai pemerintahan daerah ini di revisi kembali karena
sudah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan
penyelenggaraan pemerintahan daerah. UU No.23 tahun 2014 ini disempurnakan dua
kali. Penyempurnaan pertama dengan dikeluarkannya peraturan pemerintah pengganti
undang-undang nomor 2 tahun 2014 tentang perubahan atas undang-undang nomor 23
tahun 2014 tentang pemerintahan daerah. Adapun perubahan kedua ialah dengan
dikeluarkannya UU No. 9 tahun 2015.

G. Prinsip dan Tujuan Otonomi daerah


Daerah otonomi adalah wilayah administrasi pemerintahan dan
kependudukan yang dikenal dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah. Dengan demikian jenjang daerah otonom ada dua bagian,
walau titik berat pelaksanaan otonomi daerah dilimpahkan pada pemerintah daerah
kabupaten/kota.

Secara konsepsional, jika dicermati berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun


2004, dengan tidak adanya perubahan struktur daerah otonom, maka memang masih
lebih banyak ingin mengatur penterintah daerah baik provinsi maupun
kabupaten/kota. Undang-undang Nomor 22 tahun 1999, dikatakan bahwa dalam
penyelenggaraan otonomi daerah, dipandang perlu untuk lebih menekankan pada prinsip-
prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta
44
Agus santoso, Menyingkap Tabir Otonomi Daerah Di inonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta 2013,
106
66
mempertimbangkan potensi dan keanekaragaman daerah. Otonomi daerah dalarn Undang-
Undang Nomor 22 tahun 1999 adalah otonomi luas yaitu adanya kewenangan daerah untuk
menyelenggarakan pemerintahan yang mencalcup semua bidang pemerintahan kecuali
kewenangan di bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan
fiskal, agama serta kewenangan-kewenangan bidang lainnya yang ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.

Dalam penjelesan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, dikatakan bahwa yang


dimaksud dengan otonomi nyata adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan
kewenangan pemerintah di bidang tertentu yang secara nyata ada dan diperlukan serta
tumbuh, hidup dan berkembang di daerah. Atas dasar pemikiran di atas, maka prinsip-
prinsip pemberian otonomi daerah dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 adalah
sebagai berikut:

a)Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek


demokrasi, keadilan, pemerataan serta potensi dan keanekaragaman daerah yang
terbatas.

b)Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata dan


bertanggung jawab.
c)Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utub diletakkan pada daerah Kabupaten
dan daerah kota, sedang otonomi daerah provinsi merupakan otonomi
yang terbatas.

d) Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan kontibusi negara


sehingga tetap terjalin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar
daerah.

e)Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kcmandirian daerah


otonom, dan karenanya dalam daerah Kabupaten/daerah kota tidak ada lagi wilayah
administrasi

f)Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi badan
legislatif daerah, baik fungsi legislatif, tungsi pengawas maupun fungsi
anggaran atas penyelenggaraan pemerintah daerah.
67
g) Pelaksanaan asas dekonsentrasi diletakkan pada daerah provinsi dalam
kedudukannya sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan kewenangan
sebagai wakil daerah.

h) Pelaksanaan azas tugas pembantuan dimungkinkan, tidak hanya dari pemerintah


kepada daerah, tetapi juga dari pemerintah dan daerah kepada desa yang disertai
dengan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia dengan
kewajiban melaporkan pelaksanaan dan mempertanggung jawabkan kepada
yang menugaskannya.

Sejalan dengan pendapat di atas, The Liang Gie dalam Abdurrahman (1987)
mengemukakan bahwa tujuan pemberian otonomi daerah adalah :

a)Mengemukakan kesadaran bernegara/berpemerintah yang mendalam kepada


rakyat diseluruh tanah air Indonesia.
b)Melancarkan penyerahan dana dan daya masyarakat di daerah terutam
dalam bidang perekonomian45.
Tujuan dilaksanakannya otonomi daerah adalah :
1. Mencegah pemusatan kekuasaan.
2. Terciptanya pemerintahan yang efisien.
3. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan ekonomi di daerah masing-
masing.

45
Koesoemahamadja,R.D.H., 1978, Fungsi & Struktur Parnongpraja, Alumni, Bandung.

68
Tujuan utama otonomi daerah adalah :
1. Kesetaraan politik ( political equality )
2. Tanggung jawab daerah ( local accountability )
3. Kesadaran daerah ( local responsiveness )

Otonomi daerah sebagai salah satu bentuk desentralisasi pemerintahan,


pada hakekatnya bertujuan untuk memenuhi kepentingan bangsa secara
keseluruhan. Berdasarkan ide hakiki yang terkandung dalam konsep otonomi,
maka Sarundajang (2002) juga menegaskan tujuan pemberian otonomi kepada
daerah meliputi 4 aspek sebagai berikut :

1. Dari segi politik adalah mengikutsertakan, menyalurkan aspirasi dan


inspirasi masyarakat, baik untuk kepentingan daerah sendiri, maupun
untuk mendukung politik dan kebijakan nasional;
2. Dari segi manajemen pemerintahan, adalah untuk meningkatkan daya guna
dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan;
3. Dari segi kemasyarakatan, untuk meningkatkan partisipasi serta
menumbuhkan kemandirian masyarakat melalui upaya pemberdayaan
masyarakat untuk mandiri.
4. Dari segi ekonomi pembangunan, adalah untuk melancarkan pelaksanaan
program pembangunan guna tercapainya kesejahteraan rakyat. 

Dalam pelaksanaan otonomi daerah, baik pemerintah pusat maupun


pemerintah daerah harus berpegang teguh pada UUD 1945 yang menjadi konstitusi
Indonesia dan UU yang berlaku.  Di dalam kedua aturan tersebut terdapat beberapa
prinsip[ yang harus dimiliki dalam pelaksanaan otonomi daerah.  prinsip-prinsip
otonomi daerah tersebut diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Prinsip Otonomi Nyata


Indonesia dengan keluasan wiayah dan ribuan pulau mempunyai banyak
keragaman pada masyarakatnya. Mulai dari keragaman suku, agama, budaya, dan

69
nilai-nilai tradisional. Oleh karena itu, otonomi daerah mempunyai prinsip nyata,
yaitu sesuai dengan situasi dan kondisi obyektif wilayah masing-masing. Di mana
situasi dan kondisi wilayah tersebut akan berbeda satu sama lain.  Daerah
diberikan kebebasan, kewenangan, dan kewajiban yang yang dilaksanakan secara
nyata sesuai kekhasan daerah yang dikuasainya. Pemerintah pusat hanya
memberikan kebijakan secara garis besar dan pemerintah daerah yang
mendefinisikan sendiri sesuai kemampuan daerah.

2. Prinsip Tanggung Jawab


Pemberian wewenang dan tugas dari pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah harus benar-benar dilaksanakan sesuai dengan tujuannya. Dengan
demikian, prinsip tanggung jawab harus ditegakkan oleh pemerintah daerah yang
mengemban tugas dan kewajiban. Pemerintah  pusat harus benar-benar
memastikan bahwa pemerintah telah benar-benar melaksanakan wewenang, tugas,
dan kewajibannya. Di mana kewajiban tersebut adalah memberdayakan daerah
demi kepentingan seluruh warga daerah dan meningkatkan kesejahteraan rakyat di
daerah, sebagai salah satu tujuan pembangunan nasional. Pemerintah daerah
berperan mengatur proses pemerintahan dan pembangunan di daerah dan
bertanggungjawab atas seluruh dinamika yang terjadi.

3. Prinsip Otonomi Daerah Seluas-Luasnya


Prinsip otonomi daerah yang ketiga adalah prinsip dengan kewenangan
seluas-luasnya.  Artinya di luar urusan pemerintah pusat, pemerintah daerah diberi
kewenangan seluas-luasnya. Daerah mempunyai kewenangan membuat kebijakan
daerah sendiri sesuai aturan yang berlaku. Yang terpenting kewenangan yang luas
dilaksanakan harus sesuai aturan yang berlaku dengan penuh tanggung jawab
untuk kepentingan masyarakat. Kewenangan pemerintah daerah tersebut mencakup
semua urusan pemerintahan kecuali politik luar negeri, agama, keamanan,
keuangan, peradilan, serta fiskal nasional.

70
4. Prinsip Dinamis
Prinsip otonomi daerah pada pokoknya tiga hal yang telah disebutkan di
atas. Adapun prinsip-prinsip lain merupakan prinsip tambahan.  Di antaranya
adalah prinsip dinamis. Dalam prinsip dinamis, diharapkan proses
penyelenggaraan pemerintah pada daerah terus bergerak maju mengikuti
perkembangan dunia saat ini. Apalagi saat ini dampak globalisasi hampir tidak
dapat dibendung. Penyelenggaraan pemerintah daerah berprinsip dinamis dengan
memperhatikan hal tersebut. Mengambil segala dampak positifnya dan melindungi
masyarakat dari segala dampak negatif. Misalnya, penyelenggaraan pemerintah
dengan mengoptimalkan peranan teknologi informasi sebagai prinsip dinamis
menyesuaikan dengan globalisasi. Namun di sisi lain, pemerintah ikut aktif
memerangi penyalahgunaan bahaya narkoba bagi generasi muda yang kian marak
karena semakin mudah masuk ke wilayah mana saja berkat teknologi.

5. Prinsip Kesatuan
Pada penyelenggaraan pemerintah daerah juga harus mempunyai prinsip
kesatuan. Prinsip ini diperlukan sehingga pemerintah daerah benar-benar berusaha
meningkatkan kesejahteraan warga / masyarakat di daerahnya di segala bidang.
Dengan meningkatnya kesejahteraan, cara mengatasi kesenjangan sosial dengan
wilayah lain dapat diminimalisir.  Akibatnya, persatuan dan kesatuan semakin
terjaga. Selain itu, pemerintah daerah harus memperhatikan segala dinamika yang
terjadi di wilayahnya sehingga lebih cepat menyelesaikan masalahnya jika terjadi
hal yang tidak diinginkan,  Begitu pula dengan gerakan-gerakan yang dapat
meniadakan kesatuan. Pemerintah Daerah sendiri harus tetap berada dan
merupakan bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bukan wilayah yang
berdaulat.

6. Prinsip Penyebaran
Otonomi daerah di Indonesia dibuat dan dilaksanakan dengan prinsip
penyebaran. Yaitu, penyebaran pembangunan dan kesempatan agar pembangunan

71
dapat dirasakan secara merata oleh seluruh penduduk Indonesia. Prinsip
penyebaran ada karena wilayah Indonesia yang sangat luas dan membentang dari
Sabang sampai Merauke dengan ribuan pulau di dalamnya. Apabila pemerintah
pusat melakukan segala sesuatunya tanpa bantuan asas desentralisasi daerah, maka
ada tempat-tempat yang jauh dan terpencil yang mungkin tidak mengenal
pembangunan. Oleh karena itu, penyelenggara pemerintah daerah harus benar-
benar optimal dan jeli menangkap aspirasi masyarakat dan apa kebutuhan
daerahnya untuk kemudian membuta kebijakan sesuai dengan kebutuhan dan
sumberdaya yang ada.

7. Prinsip Keserasian
Otonomi daerah diselenggarakan bukan ingin mengeksploitasi semua
sumberdaya daerah tanpa mmeperhatikan akibatnya. Prinsip keserasian tetap
dipertahankan. Penggunaan sumberdaya yang ada dengan sebesar-besarnya untuk
kesejahteraan masyarakat dengan memperhatikan keseimbangan. Tidak
menghabiskan begitu saja.  Ini terutama berlaku pada penggunaan sumberdaya
alam. Penggunaan sumberdaya alam di daerah harus memperhatikan
keseimbangan dan keserasian dengan lingkungan. Artinya tidak merusak dan
membahayakan lingkungan yang akibatnya akan berbalik kepada masyarakat
sendiri.

8. Prinsip Demokrasi
Prinsip dan ciri utama pemerintahan demokrasi tetap dijadikan pedoman
dalam penyelenggaraan pemerintah daerah. Demokrasi yang menyatakan bahwa
kedaulatan id tangan rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Dalam hal ini semua
kegiatan pembangunan dapat melibatkan semua masyarakat untuk kesejahteraan
mereka. Kebijakan yang dibuat juga harus kebijakan yang pro rakyat.

9. Prinsip Pemberdayaan

72
Tujuan dari penyelenggaraan otonomi daerah adalah meningkatkan daya
guna / manfaaat dan hasil dari tiap daerah. Artinya memberdayakan semua
sumberdaya yang ada  seoptimal mungkin dengan tetap memperhatikan keserasian
dan keseimbangan. Prinsip pemberdayaan ini bertujuan untuk kesejahteraan
masyarakat setempat dan masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Contoh
pemberdayaan tidak hanya dilakukan pada sumberdaya alam, tetapi juga untuk
sumberdaya manusia.  Sumberdaya manusia ini dapat diberdayakan apabila
pendidikan dan ketrampilannya ditingkatkan. Berarti kebijakan peningkatan
pendidikan yang terkait dengan mencerdaskan kehidupan bangsa adalah salah satu
fungsi dan prinsip-prinsip otonomi daerah.

73
RINGKASAN

Negara yang memiliki sistem pemerintahan yang baik, akan membuat negara
tersebut semakin berkembang dan maju kedepan, Maka dari itu penerapan sistem
pemerintahan yang baik perlu dilakukan agar negara tidak pasif dan hanya dijalankan
oleh negara-negara lainnya. Oleh sebab itu, peningkatan kualitas pemerintahan juga
perlu dijankan agar negar bisa ikut serta berkontribusi dalam perkembangan zaman di
dunia. Mengelola pemerintah yang bersih dan berwibawa merupakan sikap pemerintah
untuk berusaha menata pemerintahan yang baik. Pemerintahan yang baik itu berarti
baik dalam proses maupun pelaksanaannya. Artinya, semua unsur dalam pemerintah
bisa bergerak secara sinergis, tidak saling berbenturan, memperoleh dukungan dari
rakyat, dan bebas dari gerakan-gerakan anarkis yang bisa menghambat proses
pembangunan.
Good Givernance sebagai kriteria Negara-negara yang baik dan berhasil dalam
pembangunan, bahkan dijadikan semacam kriteria untuk memperoleh kemampuan
bantuan optimal dan Good governance dianggap sehagai istilah standar untuk
organisasi publik hanya dalam arti pemerintahan. Secara konseptual good dalam bahasa
Indonesia baik dan Governance adalah kepemerintahan Menurut LAN (Lembaga
Administrasi Negara) dalarn Sedarmayanti (2008:130) mengemukakana
good dalam good governance mengandung dua arti:

1. Nilai-nilai yang menjunjung tinggi keinginan / kehendak rakyat dan nilai


yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat yang dalam
pencapaian tujuan (nasional) kemandirian, pembangunan
berkelanjutan dan keadilan sosial.
2. Aspek-aspek fungsional dari pemerintahan efektif dan efisien dalarn
pelaksanaan tugasnya mencapai tujuan-tujuan tersebut.

Good governance pada dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu kepada
proses pencapaian keputusan dan pelaksanaannya yang dapat
74
dipertanggungjawabkan secara bersama. Sebagai suatu konsensus yang dicapai
oleh pemerintah, warga negara, dan sektor swasta bagi penyelenggaraan
pemerintahaan dalam suatu negara. Good governance memiliki beberapa prinsip
guna mewujudkan pengendalian suatu pemerintahan yang baik agar dapat
mencapai hasil yang dikehendaki.

1. Transparansi(Transparency)
Transparansi adalah keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang
diambil oleh pemerintah. Prinsip transparansi menciptakan kepercayaan timbal-
balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan
menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai.
Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus infonnasi secara langsung dapat
diterima oieh mereka yang membutuhkan. infonnasi harus dapat dipahami
dan dapat dimonitor.Transparansi (keterbukaan umum) adalah salah satu unsur
yang menopang terwujudnya good governance. Akibat tidak adanya prinsip
transparansi ini, menurut banyak ahli Indonesia telah terjerembab dalam kubangan
korupsi yang berkepanjangan dan parah. Menurut Gaffar, terdapat 8 (delapan) aspek
mekanisme pengelolaan negara yang harus dilakukan secara transparan, yaitu :
1. Penetapan posisi, jabatan dan kedudukan.
2. Kekayaan pejabat public.
3. Pemberian penghargaan.
4. Penetapan kebijakan yang terkait dengan pencerahan
kehidupan.
5. Kesehatan.
6. Moralitas para pejabat dan aparatur pelayanan
7. Keamanan dan ketertiban.
8. Kebijakan strategis untuk pencerahan kehidupan
masyarakat

75
2. Peduli pada Stakeholder
Peduli pada dunia usaha yaitu berbagai lembaga-lembaga dan seluruh
proses pemerintahan harus berusaha melayani semua pihak yang berkepentingan.
Praktek good governance kemudian menjadi guidence atau panduan untuk
operasional perusahaan, baik yang dilakukan dalam kegiatan internal maupun
eksternal perusahaan. Internal berkaitan dengan operasional perusahaan dan
bagaimana perusahaan tersebut bekerja, sedangkan eksternal lebih kepada
bagaimana perusahaan tersebut bekerja dengan stakeholder lainnya, termasuk
didalamnya publik.

3. Berorientasi pada KonsensuS


Good governance menjadi perantara kepentingan yang berbeda untuk
memeproleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas baik dalam hal
kebijakan-kebijakan maupun prosedur-prosedur. Prinsip ini menyatakan bahwa
keputusan apapun harus dilakukan melalui proses musyawarah melalui konsesus.
Model pengambilan keputusan tersebut, selain dapat memuaskan sebagian besar
pihak, juga akan menjadi keputusan yang mengikat dan milik bersama, sehingga
akan memiliki kekuatan memaksa bagi semua komponen yang terlibat untuk
melaksanakan keputusan tersebut.

4. Partisipasi Masyarakat (Participation)


Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan,
baik langsung maupun melalui lembaga perwakilan sah yang mewakili
kepentingan mereka. Setiap warga negara memiliki hak untuk melakukan
keikut sertan dalam berkontribusi mernbangun pemerintahan baik secara langsung
dan juga maupun melalui intermediasi institusi legitimasi yang mewakili
kepentingannya. Partisipasi seperti ini dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi
dan berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif. Partisipasi menyeluruh tersebut
dibangun berdasarkan prinsip demokrasi yaitu kebebasan berkumpul dan

76
mengungkapkan pendapat secara konstruktif. Partisipasi bermaksud untuk
menjamin agar setiap kebijakan yang diambil mencerminkan aspirasi masyarakat.

5. Kesetaraan (Equity)
Good governance juga harus didukung dengan asas kesetaraan, yakni
kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan. Sernua warga Negara, baik laki-laki
maupun perempuan rnempunyai kesempatan untuk meningkatkan atau menjaga
kesejahteraan mereka. Asas ini harus diperhatikan secara sungguh-sungguh oleh
semua penyelenggara pemerintahan di Indonesia karena kenyatan sosiologis
bangsa kita sebagai bangsa yang majemuk, baik etnis, agama, dan budaya. Semua
warga masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau mempertahankan
kesejahteraan mereka. Prinsip kesetaraan menciptakan kepercayaan timbal-balik
antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin
kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai.

6. Efektifitas dan Efisiensi (Effectiveness and Efficiency)


Efektifitas dan efisiensi yakni segala proses pemerintahan dan lembaga
membuahkan hasil sesuai kebutuhan warga masyarakat dan dengan menggunakan
sumber daya yang ada seoptimal mungkin. Proses-proses dan lembaga-lembaga
menghasilkan sesuai dengan apa yang telah digariskan dengan menggunkan sumber-
sumber yang tersedia sebaik mungkin. Konsep efektivitas  dalam sektor kegiatan-
kegiatan publik memiliki makna ganda, yakni efektivitas dalam pelaksanan proses-
proses pekerjaan, baik oleh pejabat publik maupun partisipasi masyarakat, dan
kedua, efektivitas dalam konteks hasil, yakni mampu membrikan kesejahteraan
sebesar-besarnya pada kelompok dan lapisan sosial.

7. Tegaknya Supremasi Hukum (Rule of Law)


Prinsip ini akan mendorong perwujudan dari penegakan hukum yang adil
bagi semua pihak tanpa pengecualian. Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan
tanpa pandang bulu, terutama hukum untuk hak asasi manusia. Hak asasi manusia akan

77
dijunjung tinggi dan nilai-nilai kehidupan bermasyarakat juga diperhatikan.
Partisipasi masyarakat dalam proses politik dan perumusan-perumusan kebijakan
publik memerlukan sistem dan aturan-aturan hukum. Tanpa ditopang oleh sebuah aturan
hukum dan penegakannya seeara konsekuen, partisipasi publik dapat berubah menjadi
tindukan publik yang anarkis. Santoso menegaskan bahwa pmses mewujudkan eita-cita good
governance, harus diimbangi dengan komitmen untuk menegakkan rule oflaw dcngnn
karakter-karakter scbagai berikut
a. Kepastian hukum.
b. Hukum yang responsitif.
c. Penegakan hukum yang konsisten dan non diskriminatif.
d. Independensi peradilan.
e. Supremasi hukum

8. Akuntabilitas (accountability)
Akuntabilitas adalah pertanggungjawaban secara bertingkat ke atas.
Dari organisasi manajemen paling bawah hingga dewan direksi, dan dari dewan
direksi kepada dewan komisaris. Akuntabilitas secara luas diberikan oleh dewan
komisaris kepada masyarakat. Sedangkan akuntabilitas secara sempit dapat
diartikan secara finansial. Asas akuntabilitas adalah pertanggung jawaban pejabat
publik terhadap masyarakat yang memberinya kewenangan untuk mengurusi
kepentingan mereka. Secara teoritik, akuntabilitas menyangkut dua dimensi yakni
akuntabilitas vertikal yang memiliki pengertian bahwa setiap pejabat harus
mempertanggungjawabkan berbagai kebijakan dan pelaksanaan  tugas-tugasnya
terhadap atasan yang lebih tinggi, dan yang kedua akuntabilitas horisontal yaitu
pertanggungjawaban pemegang jabatan publik pada lembaga yang setara. Para
pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor swasta dan masyarakat (civil society)
bertanggung jawab kepada publik dan lembaga-lembaga stakeholder. Akuntabilitas
ini tergantung pada organisasi dan sifat keputusan yang dibuat, apakah keputusan
tersebut untuk kepentingan atau eksternal organisasi.

78
9. Visi Strategis
Dimana seorang pemimpin dan masyarakat diharuskan memiliki perspektif
yang luas dan jauh ke depan atas tata pemerintahan yang baik dan pembangunan
manusia, serta kepekaan untuk mewujudkannya, harus memiliki pemahaman atas
kompleksitas kesejarahan sosial budaya yang menjadi dasar bagi perspektif
tersebut. Tidak hanya itu, seseorang yang memiliki jabatan publik atau lembaga
profesional lainnya, harus memiliki kemampuan menganalisa persoalan dan 
tantangan yang akan dihadapi oleh lembaga yang dipimpinnya.

Mewujudkan konsep good governance dapat dilakukan dengan mencapai


keadaan yang baik dan sinergi antar pemerintah, sektor swasta dan masyarakat
sipil dalam pengelolaan sumber-sumber alam, sosial, lingkungan, dan ekonomi.
Prasyarat minimal untuk mencapaai good governance adalah adanya trasparansi,
akuntabilitas, partisipasi, pemberdayaan hukum, efektifitas dan efisiensi, dan
keadilan. Sebagai bentuk penyelenggaraan Negara yang baik maka harus ada
keterlibatan masyarakat di setiap jenjang proses pengambilan keputusan 46.
Konsep good governance dapat diartikan acuan untuk proses dan struktur
hubungan politik dan social ekonomi yang baik. Berdasarkan uraian diatas dalam
perjalanan penerapan good governance hampir banyak negara mengasumsikannya
sebagai sebuah ideal type of governance, padahal konsep itu sendiri sebenarnya
dirumuskan oleh banyak praktisi untuk kepentingan praktis-strategis dalam rangka
membangun relasi negara-masyarakat-pasar yang baik dan sejajar.
Satu diantara kritik terhadap penyelenggaraan good governance adalah
kegagalannya dalam memasukkan arus globalisasi dalam pigura analisisnya.
Dalam good governance seolah-olah kehidupan hanya berkutat pada interaksi
antara pemerintah di negara tertentu, pelaku bisnis di negara tertentu dengan rakyat
di negara tertentu pula. Tentulah ini sangat naif, secara kenyataan bahwa aktor
yang sangat besar dan bekuasa di atas ketiga elemen tersebut tidak dimasukkan

46
Agus Dwiyanto, Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik,
(Yogyakarta : Gajah Mada Univercity Press, 2009).
79
dalam hitungan, aktor tersebut adalah dunia internasional. Merestrukturisasi pola
relasi pemerintah, swasta dan masyarakat secara domestik dengan mengabaikan
peran aktor internasional adalah pengingkaran atas realitas global. Dampak dari
pengingkaran ini adalah banyaknya variable, yang sebenarnya sangat penting,
tidak masuk kedalam hitungan. Variabel-variabel yang absen itu adalah kearifan
lokal (akibat hegemoni terma “good” oleh Barat) dan dampak dari kekuatan
kooptatif internasional. Secara konseptual keberhasilan penerapan good
governance di berbagai dunia akan selayaknya juga dibarengi dengan dampak
kuatnya fundamental ekonomi rakyat. Kenyataannya, relasi antara kesejahteraan
rakyat dengan good governance tidaklah seindah teori. Makin merekatnya
hubungan antara negara, bisnis dan rakyat ternyata tidak serta merta menguatkan
fundamental ekonomi rakyat. Pukulan krisis pangan adalah bukti konkrit yang
tidak bisa dipecahkan oleh good governance.

Agar dapat dikatakan pemerintahan yang baik, ada beberapa langkah yang
harus ditempuh agar bisa menerapkan konsep good governance.

Langkah-langkah perwujudan Good governance:

1. Penguatan Fungsi dan Peran Lembaga Perwakilan


Lembaga-lembaga perwakilan rakyat harus sesuai dengan fungsi dan
perannya guna membangun bangsa Indonesia karena orang-orang yang berada
dilembaga tersebut sudah dipercaya oleh rakyat menjadi wakilnya sehingga
lembaga perwakilan rakyat harus memperjuangkan suara segenap rakyat
Indonesia. Lembaga perwakilan rakyat yaitu DPR, DPD, dan DPRD
harus mampu dan mengartikulasikan berbagai aspirasi masyarakat dalam
berbagai bentuk program pembangunan yang berorientasi kepada kepentingan
masyarakat.

2. Kemandirian Lembaga Peradilan


Lembaga peradilan harus mandiri tanpa intervensi dari harus
profesional dan bersih. Kesan paling buruk dari pemerintahan orde baru

80
adalah ketidakmandirian lembaga peradilan hakim, jaksa. dan polisi tidak
bida dengan leluasa menetapkan perkara, sehingga mereka tidak mampu
menampilkan dirinya sebagai the prophet oflaw.

81
3. Aparatur Pemerintahan yang Profesional dan Penuh Integritas

Aparatur pemerintah harus profesional dan berintegritas untuk


mencapai reformasi birokrasi sesuai judul di artikel ini, jangan ada lagi
praktek-praktek KKN agar good governance dapat terwujud. Birokrasi di
Indonesia tidak hanya dikenal dalarn pelayanan politik, tapi juga telah
memberi peluang berkembangnya praktek-praktek kolusi, dan nepotisme.
Dengan dernikian, maka mekanisme kerja hirokrasi burus diisi oleh
sesorang yang profesionalitas baik, integritas, dernokratis, clan memiliki
akuntabilitas yang kuat.

4. Masyarakat Madani (Civil Society) yang Kuat dan Partisipatif


Guna mewujudkan good governance masyarakat harus menjadi
masyarakat yang madani yaitu masyarakat yang beradab dalam membangun,
menjalani, dan memaknai kehidupannya. Proses pembangunan dan pengelolaan
Negara tanpa mehbatkan masyarakat madani society) akan sangat lamban karena
potensi terbesar dari sumber daya manusia justru ada dikalangan masyarakat

5. Penguatan Upaya Otonomi DaerahOtonomi daerah harus diterapkan


sebaik-baik nya
Sehingga potensi-potensi daerah dapat dimanfaatkan sebaik mungkin.
Pada era refonnasi ini, para pengelola Negara ini telah melahirkan UU No. 22
tahun 1999, tentang otonomi daerah dan telah memberikan kewenangan pada
daerah untuk melakukan pengelolaan sector-sektor tertentu yang ada di daerah.

Di Indonesia terdapat salah satu asas yaitu desentralisasi yang merupakan


pelimpahan kewenangan pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus daerahnya sendiri. Hal ini mewajibkan pada seluruh daerah otonom
untuk mencari cara kreatif dalam mengembangkan potensi yang ada di daerahnya,
baik alamiah maupun manusiawi. Otonomi daerah berasal dari kata otonomi dan

82
daerah. Otonomi berasal bahasa Yunani yaitu “autos” dan “namos“. Autos yang
berarti sendiri dan namos yang berarti aturan atau undang-undang. Jadi otonomi
bisa dikatakan sebagai suatu kewenangan untuk mengatur sendiri atau
kewenangan untuk membuat aturan guna mengurus rumah tangga sendiri.
Sedangkan daerah ialah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas
wilayah tertentu.

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 otonomi daerah adalah


hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Pengertian lain otonomi daerah yaitu daerah
tertentu dalam sebuah negara yang memiliki kebebasan dari pemerintah pusat di
luar daerahnya tersebut. Ada beberapa aspek otonomi daerah yaitu:

1. Aspek Hak dan Kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah


tangganya sendiri.
2.  Aspek kewajiban untuk tetap mengikuti peraturan dan ketentuan dari
pemerintahan di atasnya, serta tetap berada dalam satu kerangka
pemerintahan nasional.
3.   Aspek kemandirian dalam pengelolaan keuangan baik dari biaya
sebagai perlimpahan kewenangan dan pelaksanaan kewajiban, juga
terutama kemampuan menggali sumber pembiayaan sendiri.

Selain itu, didalam UUD 1945 yang menjadi konstitusi Indonesia dan UU
yang berlaku juga terdapat beberapa prinsip otonomi daerah sebagai berikut.
1. Prinsip Otonomi Nyata
2. Prinsip Tanggung Jawab
3. Prinsip Otonomi Daerah Seluas-Luasnya
4. Prinsip Dinamis
5. Prinsip Kesatuan
6. Prinsip Penyebaran
7. Prinsip Keserasian
83
8. Prinsip Demokrasi
9. Prinsip Pemberdayaan

84
Tujuan dilaksanakannya otonomi daerah adalah :
1. Mencegah pemusatan kekuasaan dan Terciptanya pemerintahan yang
efisien
2. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan ekonomi di daerah masing
masing.

Tujuan utama otonomi daerah adalah :


1. Kesetaraan politik ( political equality ) Kesadaran daerah ( local
responsiveness ) Kesadaran daerah ( local responsiveness )
2. Tanggung jawab daerah ( local accountability )
3. Kesadaran daerah ( local responsiveness )

85
DAFTAR PUSTAKA

A. Ubaedillah dan Abdul Rozaq, Demok•asi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat
Madani, (Jakarta : 1CCE UIN Syarif Hidayatullah, 2007), Cet. IV,
hal, 215,

A. Ubaidillah dan Abdul Rozaq, Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat
Madani, (Jakarta: IATN Jakarta Press, 2007), hal, 218-228.

Agus Dwiyanto, Mewujudkan Good governance Melalui Pelayanan Publik,


(Yogyakarta : Gajah Mada Univercity Press, 2009).

Agus santoso, Menyingkap Tabir Otonomi Daerah Di Inonesia, Pustaka Pelajar,


Yogyakarta 2013, 106.

Ali Farazmand, Sound Governance, Politicy and Administrative


Innovation, (Wastport : Praeger, 2004).

Ananda, Dwi Angelia..”perwujudan Good governance melalui reformasi birokrasi


publik dalam perspektif hukum admunistrasi negara.” 2019.

https://www.researchgate.net/publication/336711323_Perwujudan_Good_
Governance_melalui_Reformasi_Birokrasi_Publik_dalam_Perspektif_Huk
um_Administrasi_Negara (diakses tanggal 9 Oktober 2020)

Anonim, Ensiklopedi Politik Pembangunan Pancasila. 1,2,3 dan 4, jilid


3 (Jakarta: YayasanCipta Loka Caraka), 269.

Anonim, Ilmu Administrasi Negara, 2013, I (2): 196-209 hal :3, (eJournal).
Anonim, Pengertian Good governance menurut Ahli, 2011,

86
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2020/03/pengertian-otonomi-daerah.html
(diakses tanggal 09 oktober 2020, jam 10.42)
Anonim,prinsip dan tujuan otonomi daerah, 2013.
http://adyafriant.blogspot.com/2015/04/pengertian-prinsip-dan-tujuan-
otonomi.html#:~:text=Tujuan%20dan%20Prinsip%20Otonomi
%20Daerah&text=otonomi%20daerah%20adalah%20%3A-,1.,ekonomi
%20di%20daerah%20masing%2Dmasing. (diakses pada tanggal 09
oktober 2020)

Anonim. Pengertian, Prinsip, dan Penerapan Good governance di Indonesia. 2017.


https://bulelengkab.go.id/detail/artikel/pengertian-prinsip-dan-penerapan-
good-governance-diindonesia99#:~:text=Good%20Governance%20adalah
%20suatu%20peyelegaraan,menjalankan%20disiplin%20anggaran%20serta
%20penciptaan (diakses tanggal 8 Oktober 2020)

Anonim. Sepuluh Prinsip Good governance. 2010. http://knkg-


indonesia.com/home/news/93-10-prinsip-good-governance.html. (diakses
tanggal 7 Oktober 2020)

Arum sutrisni putri,otonomi daerahb dan hukum hukumya.


https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/16/110000069/pengertian-
otonomi-daerah-dan-dasar-hukumnya?page=all (diakses pada tanggal 09
oktober 2020, jam 10.56)

Ateng syafruddin, “pasang surut otonomi daerrah” 1985


https://books.google.co.id/books?
id=7gokAAAAMAAJ&dq=otonomi+daerah&focus=searchwithinvolume&q=
otonomi+daerah, (09 oktober 2020, jam 09.40)

87
Azyumardi Azra, Pendidikan Kewargaan (Civic Education): Demokrasi, Hak
Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, (Cet. I; Jakarta: ICCE UIN
Syarif Hidatatullah Jakarta), 150.

budiardjo, M. (2003). dasar dasar ilmu politik. jakarta: PT. Gramedia pustaka uta
ma.

haris, S. (2005). desentralisasi dan otonomi daerah. semarang: yayasan obor indon
esia.

Hessel Nogi S. Tangkilisan, Manajemen Publik, (Jakarta: Grassindo,2005), hal,


115.

88
PENGARUH AMANDEMEN PEDOMAN
PENGHAYATAN PENGAMALAN PANCASILA

Oleh:
Izzat Chairi (07010320015)
Khairul Atfal (07040320127)
Nailil Muhimmah (07020320067)
Novita Hernilia Putri (07020320069)
Moch. Hafidz Muwaffaq (07040320130)

Dosen Pengampu:
Dr.H.Ismail, M.Si

PROGAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

2020

89
DAFTAR ISI

90
MEMBANGUN HAM, DEMOKRASI AGAMA, DAN NEGARA

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara yang kaya akan perbedaan. Mulai dari ras,
suku, agama, dan budaya semuanya memiliki ciri khas masing-masing di
wilayahnya. Hal ini didukung karena bentuk negara Indonesia sebagai negara
kepulauan. Sebagaimana tertulis didalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 25A bahwa “Negara Kesatuan Republik
Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan
wilayah yang batas- batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang”.
Karena wilayahya berbentuk kepulauan dan merupakan daerah lintas
perdagangan dunia, ditinjau dari segi sejarah, sudah banyak bangsa asing yang
datang ke nusantara dahulu sebelum bangsa ini merdeka.

Melalui motonya 3G (Gold, Glory, Gospel) bangsa asing mulai


melakukan pelayaran ke berbagai wilayah di belahan dunia untuk mencari bahan
baku yang tidak tersedia di wilayahnya dan juga melakukan transaksi perdangan
sebagai modal untuk mencari keuntungan dan tak lupa mencari wilayah baru
sebagai perluasan wilayah untuk kejayaan yang diselipi didalamnya untuk
menyebarkan keyakinannya dalam berketuhanan kepada masyarakat di wilayah
yang dikunjunginya.

Ini merupakan salah satu faktor berkembangnya banyak ras, suku, agama,
dan budaya yang dapat kita temukan di setiap wilayah di Indonesia disamping
berdirinya kerajaan kuno yang membawa keyakinan dan paham yang berbeda-
beda di zamannya. Namun perlu diketahui bahwa tidak semua perbedaan itu
membawa dampak yang baik bagi bangsa, akan tetapi bisa saja muncul
perpecahan dari perbedaan yang ada. Misalnya banyak terjadi perang antar suku
seperti Dayak dengan Madura, perang antar agama yang pernah terjadi di Poso,
serta konflik lainnya.

91
Hal ini menyebabkan kekerasan dan pertumpahan darah antar manusia
yang menyalahi pada Hak Asasi Manusia sebagai pondasi utama untuk
melindungi hak-hak manusia yang beragam bentuknya sebagai kebebasan dirinya
untuk hidup sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Akan tetapi, tanpa dasar demokrasi
semua itu tak akan pernah selesai sebagai dasar Pasal 1 ayat (2) UUD 45
mengatakan: ”Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut
Undang-Undang Dasar”. Hal ini juga didasari pada sumber didalam Al-Qur’an
yang banyak menyebut tentang demokrasi dan toleransi antar perbedaan yang ada
seperi didalam Q.S Ali Imran ayat 159 yang berbunyi :

ْ‫ك ۖ فَٱعْفُ َع ْنهُ ْم َوٱ ْستَ ْغفِر‬


َ ِ‫وا ِم ْن َحوْ ل‬ ِ ‫فَبِ َما َرحْ َم ٍة ِّمنَ ٱهَّلل ِ لِنتَ لَهُ ْم ۖ َولَوْ ُكنتَ فَظًّا َغلِيظَ ْٱلقَ ْل‬
۟ ُّ‫ب ٱَلنفَض‬

‫اورْ هُ ْم فِى ٱأْل َ ْم ِر ۖ فَإ ِ َذا َع َز ْمتَ فَت ََو َّكلْ َعلَى ٱهَّلل ِ ۚ إِ َّن ٱهَّلل َ ي ُِحبُّ ْٱل ُمتَ َو ِّكلِي‬
ِ ‫لَهُ ْم َو َش‬

Artinya : “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam
urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya. (Q.S Ali Imran : 159).
Jikalau dasar-dasar ini diamalkan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara maka akan terciptanya demokrasi didalam suatu bangsa yang berisi
kerukunan dan ketenangan didalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang
menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia. Berkaitan dengan sejarah lahirnya hak
asasi manusia bermula dari seorang filsuf Inggris yang bernama John Locke pada
abad ke-17 yang menyatakan adanya hak melakt pada setiap diri manusia, yaitu
ha katas hidup, hak-hak kebebasan, dan hak milik. Sejarah perkembangan hak
asasi manusia juga ditandai dengan adanya tiga peristiwa penting di dunia Barat
yaitu magna charta, revolusi Amerika, dan revolusi Perancis. Sejarah mencatat
bahwa sistem pemikiran HAM muncul dalam rangka memperjuangkan HAM
untuk diakui, dihormati, dilindungi, dan ditegakkan demi harga diri dan martabat
manusia serta keberlangsungannya sebagai landsan moral dalam pergaulan
kehidupan manusia, baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, maupun
92
bernegara.47

Pada abad pertengahan, doktrin hukum menjadi sangat penting dengan


pemikiran- pemikiran tentang hak-hak alam (natural rights). Menurut ajaran ini
bahwa hukum berlaku universal dan abadi yang bersumber pada Tuhan dan
sumber dari akal manusia. Menurut Frietman yang dikutip oleh Lili Rasjidi
bahwa sejarah tentang hukum alam merupakan sejarah manusia dalam usahanya
untuk menemukan apa yang dinamakan keadilan mutlak yang kemudian hari
disebut HAM. Ide-ide HAM yang pada masa itu masih dipahami sebagi hak-hak
alam yang merupakan suatu kebutuhan dan realita sosial yang bersifat umum,
kemudian mengalami berbagai perubahan sejalan dengan perubahan-perubahan
yang terjadi dalam keyakinan-keyakinan dan praktek- praktek dalam masyarakat.
Karenanya pada abad ke-13 hingga masa perdamaian Wesphalia (1648) dan masa
renaissance. Dalam periode ini terjadinya kegagalan dalam penguasa untuk
memenuhi kewajibannya berdasarkan hukum alam.

Pada intinya dapat dikatakan bahwa ide-ide HAM memainkan peranan


kunci pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 dalam perjuangan melawan
absolutisme politik. Hal ini disebabkan adanya kegagalan para penguasa untuk
menghormati prinsip-prinsip kebebasan dan persamaan, yang merupakan suatu
hal penting dari makna hukum alam. Namun demikian, ide-ide tentang HAM
sebagai hak alam juga memiliki penentang disisi lainnya sehingga lama kelamaan
menjadi kurang dapat diterima oleh kaum liberal. Kemudian dalam perjanjian
pendirian perserikatan bangsa-bangsa (PBB) semua negara sepakat untuk
bersama-sama mencapai kepekaaan umum, hak asasi, dan kemerdekaan tanpa
diskriminasi dalam berbagai bidang. Lalu, pada deklarasi universal tahun 1948
seluruh negara sepakat untuk mendukung hak-hak yang didalamnya terdapat
standar umum peraturan untuk perorangan dan organisasi, keperluan ekonomi,
sosial, dan kebudayaan, serta politik yang telah disetujui majelis umum PBB
ditahun 1976 dan diberlakukan sampai saat ini.48

47

48

93
HAM sebagai gagasan tidak lahir secara tiba-tiba namun melalui
kesepakatan bersama sebagimana “Universal Declaration of Human Right” 10
Desember 1948, tetapi melalui proses yang panjang dalam sejarah peradaban
manusia. Perspektif sejarah deklarasi yang ditandatangani oleh majelis umum
PBB sebagai pengakuan Yuridis formal dan merupakan titik perjuangan sebagian
besar umat manusia dibelahan dunia khususnya yang bergabung dalm PBB.

94
Upaya konseptualitas hak asasi baik barat maupun timur masih bersifat
local, parsial, dan sporadikal. Pada zaman yunani kuno plato telah memaklumkan
pada warga bahwa kesejahteraan bersama akan tercapai manakala setiap warganya
melaksanakan hak dan kewajiban masing- masing. Dalam akar kebudayaan bangsa
Indonesia, pengakuan serta penghormatan tentang HAM sudah dimulai sejak
berkembang seperti halnya dalam masyarakat jawa dikenal degan “hak pepe” yaitu
hak warga desa yang diakui dan dohormati oleh penguasa seperti hak
mengemukakan pendapat walaupun hak itu bertentangan dengan kemauan
penguasa.

Perjuangan HAM sudah dimulai diberbagai negara terutama untuk


perjuangan eksistensinya sebagai manusia seperti di negara Mesir, Babylonia,
Arab, Yunani, Inggris, Amerika, Perancis, Declaration of Human Right PBB,
Indoenesia, dan ikuti selanjutnya sampai sekarang oleh negara-negara lain.
Diketahui, bahwa manusia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa akal budi
dan nurani yang memberikan kepadanya kemampuan untuk membedakan yang
baik dan yang buruk yang akan membimbing dan mengarahkan sikap dan
perilaku dalam menjalani kehidupannya. Dengan akal budi dan nuraninya itu,
maka manusia memiliki kebebasan untuk memutuskan sendiri perilaku atau
perbuatannya. Di sampaing itu, untuk mengimbangi kebebasan tersebut
manusia memiliki kemampuan untuk bertanggungjawab atas semua tindakan
yang dilakukannya. Kebebasan dasar dan hak-hak dasar itulah yang disebut hak
asasi manusia yang melekat pada manusia secara kodrati sebagai anugerah
Tuhan Yang Maha Esa. Hak-hak ini tidak dapat diingkari. Pengingkaran
terhadap hak tersebut berarti mengingkari martabat kemanusiaan. Oleh karena
itu, negara, pemerintah, atau organisasi apapun mengemban kewajiban untuk
mengakui dan melindungi hak asasi manusia pada setiap manusia tanpa kecuali.
Ini berarti bahwa hak asasi manusia harus selalu menjadi titik tolak, dan
tujuan dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bemegara.49

49

95
Sejalan dengan pandangan di atas, Pancasila sebagai dasar negara
mengandung pemikiran bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha
Esa dengan menyandang dua aspek yakni, aspek individualitas (pribadi) dan
aspek sosialitas (bermasyarakat). Oleh karena itu, kebebasan setiap orang
dibatasi oleh hak asasi orang lain. Ini berarti bahwa setiap orang mengemban
kewajiban mengakui dan menghormati hak asasi orang lain. Kewajiban ini juga
berlaku bagi setiap organisasi pada tataran manapun, terutama negara dan
pemerintah, Dengan demikian, negara dan pemerintah bertanggung jawab untuk
menghormati, melindungi, membela, dan menjamin hak asasi manusia setiap
warga negara dan penduduknya tanpa diskriminasi.4HAM adalah seperangkat
hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap
orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. 50
Hak yang melekat pada keberadaan manusia ini yang kemudian memunculkan
konsep kebebasan.

Ketika orang membicarakan kebebasan, maka sering kali melupakan


bahwa ada empat hal tentang kebebasan, yaitu: kebebasan beragama dan
beribadah, kebebasan berserikat dan berpendapat, kebebasan memperoleh
kesejahteraan dan kebebasan dari ketakutan dan rasa aman. Meskipun ini
semua merupakan kebebasan manusia, akan tetapi senyatanya bahwa semua
selalu berada di dalam koridor hukum, sebab HAM dan kebebasan di era
sekarang sesungguhnya terkait dengan hukum (positif). Terkait mengenai
kebebasan beragama dan beribadah yang akhirnya bermuara pada kehidupan
bertoleransi dalam beragama itu sendiri kadangkala sering menjadi bersoalan.
toleransi beragama adalah cara agar kebebasan beragama dapat terlindungi
dengan baik. Keduanya tidak dapat diabaikan. Namun yang sering kali terjadi
adalah penekanan dari salah satunya, yaitu penekanan kebebasan yang
mengabaikan toleransi, dan usaha untuk merukunkan dengan memaksakan

50

96
toleransi dengan membelenggu kebebasan. Untuk dapat mempersandingkan
keduanya, pemahaman yang benar mengenai kebebasan bergama dan toleransi
beragama merupakan sesuatu yang penting.

Di dalam kerangka kebebasan beragama, maka ada dua hal yang mesti
diperhitungkan, yaitu: freedom to be dan freedom to act. Freedom to be terkait
dengan kebebasan agama yang asasi, yaitu kebebasan menjadi beragama. Di
sini maka orang bebas untuk mengekspresikan agamanya dalam ranah
individunya dan negara tidak bisa campur tangan terhadapnya. Misalnya,
ketika orang Islam harus menyebut nama Tuhannnya dengan sebutan Allah,
yang berbeda dengan cara orang Katolik atau Protestan menyebutnya atau orang
Budha atau Hindu harus menyebutnya. Begitu pula cara orang melakukan relasi
dengan Tuhannya melalui ritual-ritual agamanya. Semua ini tidak bisa
diintervensi oleh siapapun termasuk negara.51

Akan tetapi yang tidak boleh dilupakan adalah freedom to act, yaitu
kebebasan yang terkait dengan orang banyak atau masyarakat. Di sini maka ada
hak dan kewajiban. Orang tidak bisa mengekspressikan agamanya di depan
orang banyak atau masyarakat dengan semau-maunya. Demikian pula apa
yang dilakukan juga tidak boleh membuat orang lain sakit hati atau merasa
ternodai. Di sinilah negara bisa melakukan intervensi, Makanya, empat
kebebasan di atas juga terkait dengan Undang-Undang, sebab dia tidak berdiri
sendiri akan tetapi terkait dengan orang lain. Tentang kebebasan berserikat
dan berpendapat, maka juga di atur oleh Undang-Undang, demikian pula
tentang kebebasan memperoleh kesejahteraan dan kebebasan akan rasa aman dan
dari ketakutan.. Dan yang paling krusial tentu saja adalah tentang kebebasan
beragama dan toleransi beragama. Di Indonesia Kaidah-kaidah dan prinsip-
prinsip perlindungan HAM harus berdasarkan Pancasila, yang menurut
Satjipto Rahardjo, Pancasila merupakan sumber dari segala sumber
Hukum, yang ditarik kedalam kehidupan kenegaraan, kehidupan politik,
praktek dan kehidupan sosial kemasyarakatan yang bertumpu pada tatanan
51

97
kehidupan yang adil, makmur, materiil maupun spirituil sehingga terwujud
manusia Indonesia seutuhnya sebagaimana manusia yang diinginkan dewasa ini.

B. Pengertian Membangun
Menurut para ahli membangun tersirat dari kata pembangunan yaitu52 :

 Menurut Seers (seorang ekonom Inggris yang berspesialisasi


dalam ekonomi pembangunan), “Dapat dipastikan sebagai sebuah istilah teknis,
yaitu seni dalam membangkitkan masyarakat di berbagai negara berkembang dari
kemiskinan, tingkat melek huruf yang rendah, tingginya angka pengangguran,
dan ketidakadilan dalam bidang social.”
 Menurut Benny H. Hoed (seorang pakar linguistik Indonesia, guru
besar emeritus Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia), “pembangunan
dapat diartikan setiap upaya sistematis yang dilaksanakan untuk melepaskan diri
dari ketertinggalan, dan upaya untuk meningkatkan dan memperbaiki
kesejahteraan masyarakat.

C. Pengertian HAM
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan, “HAM sebagai hak
yang dilindungi oleh PBB, yang termasuk di dalamnya adalah hak untuk
merdeka, hak untuk memiliki pendapat, termasuk juga hak untuk
mengeluarkannya, serta hak untuk hidup. Pengertian ini mengacu juga pada
deklarasi Internasional yang dikeluarkan oleh PBB.” Menurut UU Nomor 39
tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia adalah penghormatan kepada manusia
sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Masa Esa yang mengemban tugas
mengelola dan memelihara alam semesta dengan penuh ketaqwaan dan penuh
tanggung jawab untuk kesejahteraan umat manusia, oleh pencipta-Nya
dianugerahi hak asasi untuk menjamin keberadaan harkat dan martabat kemuliaan
dirinya serta keharmonisan lingkungannya. Menurut Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVII/MPR/1998, hak asasi

52

98
manusia adalah hak dasar yang melekat pada diri manusia yang sifatnya kodrati
dan universal sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa dan berfungsi untuk
menjamin kelangsungan hidup, kemerdekaan, perkembangan manusia dan
masyarakat yang tidak boleh diabaikan, dirampas, atau diganggu-gugat oleh
siapapun.

Menurut Piagam Hak Asasi Internasional Konsepsi HAM yang tercantum


dalam Universal Declaration of Human Rights (UDHR) sebenarnya merupakan
perkembangan dari ajaran F.D. Roosevelt, yaitu The four Freedom yang terdiri
atas: Kebebasan mengeluarkan pendapat dan berkarya (Freedom of Speech),
Kebebasan beragama (Fredoom of Religion), Kebebasan dari rasa takut (Freedom
from Fear), dan Kebebasan dari kemiskinan (Freedom from Want).
Menurut para ahli yaitu :

 John Locke (seorang filsuf dari Inggris yang menjadi salah satu
tokoh utama dari pendekatan empirisme dan dikenal sebagai filsuf negara liberal),
“Hak asasi adalah hak yang diberikan langsung oleh Tuhan sebagai sesuatu yang
bersifat kodrati. Artinya, hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya tidak
dapat dipisahkan dari hakikatnya, sehingga sifatnya suci.”
 Austin Ranney (seorang ilmuwan politik Amerika dan pakar
tentang partai-partai politik di Amerika Serikat), “HAM adalah ruang kebebasan
individu yang dirumuskan secara jelas dalam konstitusi dan dijamin
pelaksanaannya oleh pemerintah.
 Haar Tilar (seorang tokoh pendidikan Indonesia), “HAM adalah
hak yang melekat pada diri tiap insan, apabila tiap insan tidak memiliki hak-hak
itu maka setiap insan tersebut tidak bisa hidup seperti manusia. Hak tersebut
didapatkan pada saat sejak lahir ke dunia.
 Prof. Koentjoro Poerbopranoto (seorang Dekan Fakultas Hukum
Universitas Surabaya pada tahun 1977-1978 dan Rektor Universitas Surabaya
pada tanggal 1 Juli 1976), “Hak asasi manusia adalah suatu hak yang bersifat
mendasar. Hak yang telah dimiliki setiap manusia dengan berdasarkan kodratnya
yang tidak dapat bisa dipisahkan sehingga HAM bersifat suci.”
99
 Muladi (Gubernur Lemhannas terlama, dan mantan Menteri
Kehakiman merangkap Menteri Sekretaris Negara pada masa Kabinet Reformasi
Pembangunan. Sebelum menjabat menteri, dan seorang Rektor Universitas
Diponegoro)., “Hak asasi manusia adalah segala hak pokok atau mendasar yang
melekat pada diri setiap manusia dalam kehidupannya.”

100
 Oemar Seno Adji (mantan Ketua Mahkamah Agung RI periode 1974-
1982), “Yang dimaksud dengan hak-hak asasi manusia ialah hak yang melekat pada
martabat manusia sebagai insan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang sifatnya tidak
boleh dilanggar oleh siapapun, dan yang seolah-olah merupakan suatu holy area.”

 Abdullohi Ahmed An-Naem intelektual muslim kontemporer asal


sudan,”hak-hak yang harus dinikmati oleh setiap orang berdasarkan kenyataan
bahwa iya adalah seorang manusia.”

D. Pengertian Demokrasi

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya


memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup
mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi—baik secara langsung
atau melalui perwakilan—dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan
hukum.Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang
memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara.
Demokrasi juga merupakan seperangkat gagasan dan prinsip tentang kebebasan
beserta praktik dan prosedurnya. Demokrasi mengandung makna penghargaan
terhadap harkat dan martabat manusia.10Kata ini berasal dari bahasa Yunani
δημοκρατία (dēmokratía) "kekuasaan rakyat",11 yang terbentuk dari δῆμος (dêmos)
"rakyat" dan κράτος (kratos) "kekuatan" atau "kekuasaan" pada abad ke-5 SM untuk
menyebut sistem politik negara-kota Yunani, salah satunya Athena; kata ini
merupakan antonim dari ἀριστοκρατία (aristocratie) "kekuasaan elit". Secara
teoretis, kedua definisi tersebut saling bertentangan, namun kenyataannya sudah
tidak jelas lagi.12

1
2

Anda mungkin juga menyukai