Oleh:
Dosen Pengampu:
Dr.H.Ismail, M.Si
2020
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................................2
PENGAMALAN PANCASILA..............................................................................................3
A. LATAR BELAKANG........................................................................................3
RINGKASAN........................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................33
2
PENGARUH AMANDEMEN PEDOMAN PENGHAYATAN
PENGAMALAN PANCASILA
A. LATAR BELAKANG
5
luar negeri.pemberontakan 1926 berakhir dengan kekalahan partai komunis
indonesia (PKI) dan rakyat indonesia yang revolusioner. Pemberontakan ini
menunjukkan bahwa belanda dapat dibuat kalang kabut oleh bangsa indonesia dan
memiliki arti penting yang luar biasa dalam meningkatkan kesadaran politik rakyat
indonesia. Penghayatan merupakan kesadaran yang tumbuh dalam diri masyarakat
indonesia. Dengan penghayatan itu kita akan melakukan sesuatu berdasarkan
kesadaran rasa tanggung jawab, penuh keikhlasan, dan ketulusan. Dikatakan tekad
yang tunggal, karena tekad itu sangat kuat. Tekad yang tumbuh dari kesadaran diri
dan merasa dirinya terpanggil untuk melaksanakan sesuatu, sehingga dirasakan
sebagai sesuatu yang tidak dipaksakan dari luar.
3
“Komunisme di Indonesia Jilid I: Perkembangan Gerakan dan Pengkhianatan Komunisme di
Indonesia (1913-1948), Jakarta
4
J. TH. Petrus Blumberger, De Communistische Beweging in Nederlandsch lndie, Haarlem 1935,
hal 2.
6
Pada bulan Juli 1914 itu Sneevliet bersama dengan P. Bersgma, J.A.
Brandstedder, H.W. Dekker (Sekretaris VSTP), mendirikan organisasi politik yang
bersifat radikal, Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) atau Serikat
Sosial Demokrat India. ISDV menerbitkan surat kabar Het Vrije Woord (Suara
Kebebasan). Terbitan pertama surat kabar ini tercatat tanggal 10 Oktober 1915.
Melalui surat kabar ini Sneevliet dan kawan-kawannya melakukan propaganda
untuk menyebarkan marxisme. Oleh karena anggota Indische Social
Democratische Vereeniging (ISDV) terbatas dari kalangan orang-orang Belanda,
maka organisasi ini belum dapat menjamah dan mempengaruhi organisasi
pergerakan nasional seperti Boedi Oetomo dan Sarekat Islam (SI).
Usaha Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) untuk
mendekati rakyat juga gagal, karena Indische Social Democratische Vereeniging
(ISDV) tidak didukung oleh rakyat. Dengan menggunakan organisasi buruh di
Semarang, Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) mendekati Sarekat
Islam yang dipimpin oleh Oemar Said Tjokroaminoto. Serikat Islam(SI) adalah
organisasi politik yang berdasarkan nasional-lslam, yang berwatak anti
kolonialisme dan kapitalisme asing. Watak dan aktivitas Sarekat Islam ini rupanya
diamati secara cermat oleh Sneevliet, dan kawan-kawannya. Mereka bermaksud
mengexploitasi sentimen anti kolonialisme dan kapitalisme asing dari para
pengikut Serikat Islam(SI).
Sesudah terjadinya revolusi di Rusia pada tahun 1917, watak gerakan ,
Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) semakin radikal dan tegas-
tegas menjadi komunis. Pemimpin-pemimpin , Indische Social Democratische
Vereeniging (ISDV)mendekati dan mempengaruhi pemimpin-pemimpin Sarekat
Islam Semarang yang juga menjadi anggota Vereeniging van Spoor en Tramweg
Personeel (VSTP) dengan ide-ide revolusioner model Rusia. Di samping itu
pimpinan Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) mengadakan
propaganda di lingkungan Angkatan Perang. Sneevliet mempengaruhi serdadu
Angkatan Darat dan Angkatan Laut. Brandstedder mendekati serdadu Angkatan
Laut, pegawai negeri didekati oleh Baars dan van Burink. Sneevliet melakukan
7
berbagai aktivitas, ceramah-ceramah, kursus-kursus politik. Atas hasutannya
berhasil dibentuk Raad van Matrozen en Mariniers (Dewan Kelasi dan Marinir),
suatu organisasi di lingkungan anggota militer yang berhaluan radikal
revolusioner.
Aktivitas Sneevliet ini dibantu sepenuhnya oleh Brandstedder yang
menjadi kepala dari SoerabaJasche Marine Gebouw (Balai Angkatan Laut
Surabaya) dan redaktur Koran Soldaten en Mattrozenkrant (koran Serdadu dan
Kelasi). Rata-rata isi koran ini adalah ide-ide komunisme yang revolusioner dan
ide-ide perjuangan kelas.Berbagai pamflet juga diterbitkan dengan tujuan untuk
melemahkan kepercayaan bawahan kepada atasannya dalam tubuh Angkatan Darat
dan Angkatan Laut. Pemerintah Hindia Belanda bertindak tegas. Pada bulan
Desember 1918 Sneevliet diusir dari Hindia Belanda karena aktivitasnya dianggap
mengganggu keamanan dan ketertiban. Menyusul kemudian Brandstedder pada
bulan September 1919 .5
Sekalipun Sneevliet dan Brandstedder telah meninggalkan Hindia Belanda
(Indonesia) namun mereka berhasil menanamkan pengaruhnya di lingkungan
Angkatan Laut Surabaya, setidak-tidaknya telah terbentuk organisasi yang
berhaluan komunis. Di lingkungan Sarekat Islam, Indische Social Democratische
Vereeniging (ISDV) berhasil mempengaruhi pimpinan SI Semarang, Semaun dan
Darsono yang juga adalah anggota VSTP. Setelah berhasil memperoleh pancangan
kaki, pada tanggal 23 Mei 1920, di gedung Sarekat Islam Semarang, Indische
Social Democratische Vereeniging (ISDV)mengubah namanya menjadi
Perserikatan Komunis di Indie (PKI). Semaun dipilih sebagai ketuanya dan
Darsono sebagai wakil.
5
Mona Lohanda, “Vereenigin van Spooren Tramweg Personeel in Nederlandsch Indie”, Skripsi
Sarjana Sejarah. Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Jakarta, 1975, hal 43
8
namun mereka tetap menjadi Ketua Sarekat Islam Semarang, yang juga memimpin
organ (media massa) SI, Sinar Hindia. Aktivitas SI Semarang dan PKI berjalan
berdampingan. SI Semarang mendirikan sekolah-sekolah SI, namun kepada murid-
muridnya diajarkan lagu Internasionale, lagu komunis.
Sejak perpecahan itu corak gerakan buruh komunis semakin radikal. Pada
bulan April – Mei 1923, VSTP melakukan pemogokan besar. Akibatnya
pengawasan Pemerintahan Hindia Belanda terhadap gerakan kaum buruh
diperketat. Pemimpin pemogokan ditangkapi, sehingga pemogokan tidak berhasil
mencapai tuntutannya, yaitu perbaikan gaji dan jam kerja. Untuk menghindari
pengawasan yang ketat dari pemerintah, organisasi-organisasi buruh komunis
menerapkan sistem organisasi inti dan sel (kern encel), yang terdiri atas 5-10
orang. Organisasi ini bersifat tertutup dan bergerak laksana bola salju, makin lama
makin membesar.
Sementara itu, para pengikut SI yang dengan terang-terangan telah menjadi
PKI, mulai melancarkan kritik keras terhadap S1. Semaun Ketua PKI, yang juga
Ketua SI cabang Semarang, dalam pidatonya di dalam kongres PKI bulan
Desember 1920 menuduh SI membela kepentingan kapital pribumi, karena SI
didirikan oleh para saudagar dan kaum industri, bukan oleh rakyat. 6 Berbagai kritik
tajam dilontarkan terhadap SI dimaksudkan untuk mengurangi simpati rakyat
terhadap SI. Bahkan Ketua CSI Oemar Said Tjokroaminoto dituduh telah
menggunakan dana SI untuk kepentingan pribadi. Setelah tuduhan itu tidak
terbukti, mereka pura-pura minta maaf. Jawaban SI terhadap berbagai kritik
tersebut disampaikan dalam kongres SI bulan Oktober 1921 di Surabaya.
Dalam kongres itu diputuskan bahwa SI harus melaksanakan disiplin
partai, SI memberlakukan larangan keanggotaan rangkap. Seseorang harus
memilih, tetap menjadi anggota SI atau memilih organisasi lain, sebagai langkah
pembersihan, anggota-anggota PKI dikeluarkan dari SI. Keputusan kongres ini
sudah barang tentu merupakan pukulan keras terhadap PKI. Semaun melakukan
kampanye menentang keputusan itu dan mencoba bertahan sebagai anggota S1.
6
J.TH, Petrus Blumgerger, op &it, hal.2, AK. Pringgodigdo, SH, Sejarah Pergerakan Rakyat
Indonesia, Jakarta, 1986, hal. 24
10
Demikian pula H. Misbach menuduh, bahwa disiplin partai hanyalah memecah
belah persatuan yang dilakukan oleh Tjokroaminoto.Akibat diberlakukannya
tindakan disiplin partai, jumlah anggota SI merosot secara drastis. Adalah sebuah
pengalaman pahit bagi SI sebagai sebuah organisasi pergerakan yang besar namun
bersikap “baik hati” memperkenankan anggotanya merangkap sebagai anggota
organisasi lain, kemudian beraksi di dalam tubuhnya. Pada bulan Maret 1923 PKI
mengadakan kongres kilat di Bandung dan Sukabumi. Dalam kongres ini Darsono
menganjurkan untuk membentuk SI tandingan di setiap cabang SI, dengan maksud
untuk menarik anggota SI yang bersimpati pada Komunis. SI tandingan diberi
nama SI Merah, kemudian diubah menjadi Sarekat Rakyat, dengan status sebagai
organisasi di bawah naungan PKI. Sistem organisasi PKI ditentukan dalam
kongres tanggal 7-10 Juni 1924.
Kongres ini merupakan propaganda besar-besaran komunisme. Di atas
kursi pimpinan digantungkan potret-potret tokoh komunis, seperti Karl Marx,
Lenin, Stalin, Sneevliet, dan simbol palu arit. Pada pembukaan kongres,
Aliarcham, Ketua Pengurus Besar, menyatakan bahwa aliran kebangsaan dari
kaum terpelajar tidak akan dapat tumbuh karena aliran itu tidak berdiri atas dasar
ekonomi. Demikian pula pergerakan kebangsaan yang berdasarkan keagamaan
tidak akan dapat hidup karena pergerakan itu hanya menjunjung kepentingan kaum
modal bangsa Indonesia. Selanjutnya Darsono menyatakan bahwa revolusi yang
diinginkan akan timbul bagaikan buah yang masak.
Kongres SI Merah tanggal 7-10 Juni 1924 ini menghasilkan beberapa keputusan
antara lain:
a. Peraturan Partai, yang berisi antara lain program perjuangan politik,
membentuk system pemerintahan yang berdasarkan atas soviet-soviet
(soviet desa, soviet pabrik, soviet distrik). Program perjuangan harus
dijalankan dengan disiplin yang kuat dari anggota.
b. Diumumkan perubahan nama partai yang semula Perserikatan Komunis di
Indie menjadi Partai Komunis Indonesia.
c. Memindahkan Markas Besar PKI dari Semarang ke Batavia (Jakarta).
d. Memilih pimpinan baru : Alimin, Musso, Aliarcham, Sardjono, Winanta.
11
Sekretaris : Budisutjitro
Komisaris : Marsum
Organisasi Wanita : Munasiyah.
e. Membentuk cabang-cabang di Padang, Semarang, Makassar dan Surabaya.
7
AK. Pringgodigdo, SH, Ibid, hal. 26 dan 35
8
Anhar Gonggong, “Pemanfaatan Islam oleh Komunis”, Persepsi, No.1, 1979, Ibid, hal. 72
12
melakukan aksi teror yang merugikan. Banyak kader PKI yang ditangkap akibat
aksi teror yang tidak terarah. PKI juga mengakui kesulitan keuangan, akibat
pengeluaran yang besar untuk membiayai propaganda, sedang pemasukan uang
iuran sangat merosot. Pengawasan yang ketat oleh pemerintah menyulitkan
aktivitas PKI. Situasi demikian mewarnai organisasi PKI pada 1924. Pada
kesempatan ini Aliarcham tampil dengan kritik-kritiknya. Ia menginginkan aksi
proletar murni sehingga dapat membantu mempersiapkan revolusi. Darsono minta
waktu 3 bulan untuk membahas masalah tersebut.
Pada tanggal 11-17 Desember 1923 PKI mengadakan kongres di Kotagede
(Yogyakarta). Kongres dipimpin oleh Alimin. Pimpinan PKI menganjurkan suatu
rencana untuk membubarkan Sarekat Rakyat, demi aksi proletar murni. Kepada
kongres Aliarcham menyampaikan kritik sebagai berikut:
1. Sarekat Rakyat (SR) sangat kecil nilai revolusionernya. Mereka
masih berwatak borjuis kecil yang masih dihinggapi oleh
kepentingan ekonomis. Mereka sering mengambil jalan pintas
dengan cara melakukan teror. PKI yang menerima akibatnya, yakni
kader-kader PKI ditangkapi oleh pemerintah Hindia Belanda.
2. Aktivitas SR bukanlah pekerjaan ilegal PKI.
3. PKI harus sadar bahwa cara pengorganisasian massa, menyimpang
dari doktrin komunisme. Semua partai komunis mengandalkan
kekuatannya pada proletariat bukan pada petani.
4. PKI harus mengubah cara kerja yang tidak benar dan memalukan itu
yang pernah dilakukan sepanjang tahun 1923.
5. Partai harus bekerja dengan unsur pilihan, yang tidak mengenal takut
resiko. Membina disiplin secara rahasia dan membentuk watak
pemberontak.
6. Partai harus bekerja pada gerakan buruh. Mengkonsentrasikan
mogok tidak untuk kepentingan ekonomi, tetapi untuk
mempersiapkan revolusi yang dipimpin oleh proletariat.
13
7. Massa petani bukan kekuatan revolusi. Alimin berkeberatan atas
kritik tersebut dan menuduh Aliarcham tidak becus mengaplikasikan
prinsip-prinsip dasar Marxisme dan menggunakannya dalam kondisi
Indonesia. Lawan-lawan Aliarcham minta kepada Semaun untuk
melaporkan hasilhasil Kongres Komintern IV. Kemudian Semaun
menganjurkan agar PKI kembali ke garis Komintern dimana partai
komunis dibentuk dan diorganisasikan berdasarkan basis tempat
kerja, tidak atas basis teritorial. Karena prinsip tempat kerja ini
hanya bisa berjalan pada daerah industri, maka PKI harus bisa
mengorganisasikan dengan cara lain.
8. Akhir dari perbedaan pendapat-pendapat dalam kongres ini adalah
kompromi.
Yang penting untuk dicatat dalam keputusan kongres ini adalah :
1. Sarekat Rakyat (SR) tidak dibubarkan, tetapi harus dibina, tanpa
menambah jumlah anggota dan diberikan kursus.
2. Perlu adanya kelompok inteligensia revolusioner.
3. Mempersiapkan pemberontakan, dengan mengkonsentrasikan pada
pekerjaan untuk merangsang gairah revolusioner rakyat dan gairah
untuk memperoleh kekuasaan.
4. Membentuk grup 10 orang di bawah pengawasan anggota PKI yang
berpengalaman.
15
tergoyahkan lagi. Ekaprasetia Pancakarsa memberi petunjuk-petunjuk nyata dan
jelas wujud pengamalan kelima Sila dari Pancasila sebagai berikut :10
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
1. Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
2. Hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan
penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga
terbina kerukunan hidup. Saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada oragn
lain.
b. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab
1. Mengakui persamaan derajat, hak dan kewajiban antara sesama
manusia.
2. Saling mencintai sesama manusia.
3. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
4. Tidak sewenang-wenang terhadap orang lain.
5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
7. Berani membela kebenaran dan keadilan.
8. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat
manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerja sama dengan bangsa lain.
c. Sila Persatuan Indonesia
1. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
10
angeran Alhaj S.T.S Drs.Surya Partia Usman Drs.1995. Materi Pokok Pendekatan Pancasila.
Jakarta: Universitas Terbuka Depdikbud.
16
3. Cinta tanah air dan bangsa.
4. Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia.
Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang
ber-Bhineka Tunggal Ika.
d. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat Kebijaksanaan dalam
permusyawaratan /perwakilan.
1. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
4. Musayawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
5. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
6. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati
nurani yang luhur.
7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan
secara moral kepada Tuhan YME, menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
e. Sila Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.
1. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yan
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan.
2. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta Bersikap
adil.
3. Menghormatsi hak-hak orang lain.
4. Suka memberi pertolongan terhadap orang lain.
5. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain..
6. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
7. Suka bekerja keras dan Menghargai hasil karya orang lain.
17
8. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.
1. Amandemendan Pencabutan Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila
Pada Reformasi 1998 Dalam Berbagai Pendapat
‘’ bahwa Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Nomor II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
(Ekaprasetia Pancakarsa) yang materi muatan dan pelaksanaannya tidak sesuai
dengan perkembangan kehidupan bernegara, perlu dicabut’’11
Mengetahui dan mengendapkan dalam sanubari akan 7 butir pedoman
pengamalan Ketuhanan Yang Maha Esa, mendorong insan NKRI sangat
menyadari ke-bhinneka-an warga Indonesia. Rasa toleransi akan terbentuk dalam
alam bawah sadar dan teraplikasi dalam hidup bermasyarakat majemuk sehari-hari.
Hidup bergotong-royong mudah digalang. Semua insan Indonesia berkarya untuk
bangsa dan negara. Sangat disayangkan, ketika memasuki era reformasi, program
Penataran P4 hilang atau dihilangkan. Ketetapan MPR No.II/MPR/1978 telah
dicabut dengan Ketetapan MPR No.XVIII/MPR/1998 dan termasuk dalam
kelompok Ketetapan MPR yang sudah bersifat final atau selesai dilaksanakan
menurut Ketetapan MPR no. I/MPR/2003.
Artinya, menurut Ketetapan No.XVIII/MPR/1998, Ketetapan MPR
No.II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa dinyatakan dicabut. Lalu,
menurut Ketetapan MPR No.I/MPR/2003, Ketetapan MPR No.II/MPR/1978
tentang Ekaprasetia Pancakarsatelah selesai dilaksanakan, dan atasnya, tidak perlu
dilakukan tindakan hukum lebih lanjut. Sejak saat itu, kesadaran insan Indonesia
tidak lagi distimulir dengan nilai-nilai ke bhinneka-an. Tiap individu mencari
kelompok yang terbatas oleh faktor-faktor primordial. Seseorang menjadi seperti
‘menggunakan kaca mata kuda’. Hanya melihat sesuatu hal dari sudut pandang
terbatas, yaitu sebatas sudut pandang kelompok komunitasnya. Terisolir dari sudut
pandang ke-bhinneka-an. Ketika berbaur di masyarakat majemuk, ‘penggunaan
11
https://www.kompasiana.com/hshdamanik/59082ab9ff22bd3806d89a9a/hilangnya-
pedoman-penghayatan-pengamalan-sila-pertama?page=all
18
kaca mata kuda’ menjadi gamang toleransi, memicu sikap inklusif. Bukan lagi
Indonesia, melainkan bagian dari Indonesia, namun merasa diri sebagai Indonesia.
Walaupun pasal 1 Ketetapan MPR No.XVIII/MPR/1998 menyatakan
bahwa Pancasila sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang Undang Dasar
1945 adalah dasar negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia harus
dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara,karena pasal 2
mencabut pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila, dapat dikatakan, pasal
1 tersebut kehilangan makna. Sebab, dikatakannya Pancasila harus dilaksanakan,
sementara pedoman pelaksanaannya dinyatakan tidak berlaku, sama saja dengan
menyatakan Pancasila tidak perlu diberlakukan. Maka, sejak pencabutan
Ketetapan MPR tentang Ekaprasetia Pancakarsa, mustahil warga Indonesia
mengamalkan sila Ketuhanan Yang Maha Esadari sudut ke-bhinneka-an, sebab
sudah terlanjur ‘menggunakan kaca mata kuda’.
Meskipun Pancasila diakui dan diterima sebagai dasar NKRI, berhubung
karena pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila sudah didak berlaku,
maka setiap warga negara menjadi gamang melaksanakan pengamalan nilai-nilai
Pancasila. Pedoman penghayatan dan pengamalan semua sila Pancasila termasuk
sila Ketuhanan Ketuhanan Yang Maha Esa dicabut dan tidak berlaku lagi, maka
besar kemungkinan bahwa tiap agama mengajarkan sesuai sudut pandangnya saja.
Bukan lagi berdasarkan fakta ke-bhinneka-an, bukan lagi berdasarkan Pancasila.
Ketuhanan Yang Maha Esa sangat dekat dengan kepercayaan atau agama.
Selain mengakui kepercayaan lokal yang masih hidup, beberapa agama diakui oleh
negara, yaitu Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Dengan
dicabutnya Ekaprasetia Pancakarsa, insan Indonesia kehilangan pedoman
menghayati dan mengamalkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Islam hanya
mengetahui sila Ketuhanan Yang Maha Esadari sudut pandang agamanya.
Demikian juga pandangan-pandangan agama lain. Ketika masing-masing agama
mengajarkan agama sesuai sudut pandangnya saja, tanpa menggubris bahwa di
Indonesia diakui beberapa agama, maka agama berubah dari sebagai perekat
kebangsaan Indonesia, menjadi pengkotak-kotakan. Pandangan yang berkebalikan
19
dengan ajaran Pancasila, insan Indonesia menjadi hanya bhinneka saja, tanpa ada
unsur tunggal ika.
2. Manusiawi
12
http://hapidzcs.blogspot.com/2012/03/eka-prasetya-pancakarsa.html
20
maka pancasila yang bulat dan utuh itu memberi keyakinan kepada rakyat dan
bangsa Indonesia bahwa kebahagiaan hidup manusia sebagai pribadi, dan
hubungan manusia dengan masyarakat, dalam hubungan manusia dengan alam,
dalam hubungan bangsa, dan bangsa, dalam hubungan manusia dengan Tuhannya,
maupun dalam mengejar kemajuan lahirlah dan kebahagiaan rohaniah.
21
terdapat antara kita sebagai manusia pribadi secara kodrat dengan segenap
lingkungan sosial kita .
3. Kodrat Manusia
Agar Pancasila dapat diamalkan secara manusiawi , maka pedoman
penghayatan juga harus bertolak dari kodrat manusia , khususnya dari arti dan
kedidikan manusia dengan manusia lainnya . pangkal tolak ini sangat penting ,
sebab manusia hanya dapat hidup dengan sebaik – baiknya dan manusia hanya
dapat mempunyai arti ,apabila ia hidup bersama – sama manusia lainnya didalam
masyarakat .Tidak dapat dibayangkan adanya manusia yang hidup menyendiri
tanpa hubungan dan tanpa bergaul dengan sesama manusia lainnya. Dari sejak
lahir sampai meninggal manusia perlu bantuan atau bekerja sama dengan orang
lain . Manusia sangat memerlukan pengartian , kasih sayang , harga diri ,
pengakuan , dan tanggapan - tanggapan emosional , yang sangat penting artinya
bagi pergaulan dan kesejahteraan hidup yang sehat .Tanggapan emosional itu
hanya dapat ia peroleh dalam hubungannya dngan manusia lain dalam masyarakat .
Inilah kudrat manusia, yang sebagai mahkluk Tuhan, yaitu mahkluk pribadi
sekaligus mahkluk sosial, “P 4” tersebut bertolak dari kesadaran tentang sifat
kudrati manusia sebagai individu sekaligus makhluk sosial, merupakan kesatuan
yang harus dikembangkan secara seimbang, selaras dan serasi. Kekuatan manusia
pada hakekatnya tidak terletak pada fisiknya atau jiwanya semata-mata, melainkan
kekuatan manusia terletak dalam bekerja sama dengan manusia lainnya. Dengan
manusia lainnya masyarakat menciptakan kebudayaan, yang pada akhirnya
membedakan manusia dengan mahkluk hidup lainnya. Yang mengantarkan umat
manusia pada tingkat, mutu, martabat dan harkatnya sebagai manusia yang hidup
pada zaman sekarang dan yang akan datang.
22
Ada beberapa pandangan pokok mengenai hubungan manusia didalam
masyarakat. Pandangan pertama memberikan arti yang sangat kuat kepada manusia
sebagai pribadi. Pandangan ini menempatkan kebebasan individu yang berlebihan.
Dalam usaha mencapai kemajuan, manusia sering bersaing dengan manusia
lainnya dalam persaingan bebas yang kadang-kadang kejam. Hingga
mengakibatkan penindasan oleh yang kuat terhadap yang lemah. Ini membawa
kecendrungan bahwa hanya yang kuat sajalah mendapat hidup. Menurut pancasila
arti dan hubungan antara manusia dan masyarakat itu tidak memilih salah satu dari
pandangan tadi, melainkan bahwa kebahagiaan manusia akan tercapai jika dapat
dikembangkan hubungan yang selaras, serasi, dan seimbang antara Masyarakat,
yang dijiwai oleh nilai-nilai yang terkandung dalam lima sila dalam pancasila
sebagai kesatuan.
23
2. Pedoman Penghayatan Pancasila Pada Era Revolusi Mental Pancasila
Sebagai Dasar Negara, rela atau tak rela, kelihatannya tak lagi menarik bagi
umumnya anak muda sekarang. Pancasila tak lagi sering terdengar dalam berbagai
pembicaraan atau dalam berbagai pidato, bahkan dalam pidato resmi pejabat
sekalipun. Mengapa Pancasila seolah "lenyap" dari kehidupan kita? Presiden ke-3
RI, Prof. Habibie, berpendapat dalam orasinya yang berapi-api pada Hari Lahir
Pancasila 1 Juni 2011 lalu. “Sebab, situasi dan lingkungan kehidupan bangsa, telah
banyak berubah baik di tingkat domestik, regional maupun global. Beberapa
perubahan yang kita alami antara lain :
13
https://www.revolusioner.org/analisa-perspektif/hukum-demokrasi/8638-unit-
kerja-presiden-pembinaan-ideologi-pancasila-dan-keretakan-dalam-rejim-
jokowi.html
24
dokter tersebut, walapun sang dokter adalah seorang perokok berat. Mari kita
ambil salah satu contoh dan kita cermati butir-butir P4 dari sila keempat
Pancasila,14 yakni "Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan" sebagai berikut:
(1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
(2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
(3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
(4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
(5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai
sebagai hasil musyawarah.
(6) Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan
hasil keputusan musyawarah;
(7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
(8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani
yang luhur.
(9) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan
kesatuan demi kepentingan bersama.
(10) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk
melaksanakan pemusyawaratan.
Berhadapan dengan semakin menajamnya polarisasi dan fragmentasi dalam
masyarakat karena kita tak arif menyikap perbedaan, agaknya kita harus semakin
memperkuat jati diri bangsa dengan semakin sering menyapa Pancasila,terutama
https://tirto.id/sejarah-p4-di-masa-orde-baru-yang-kini-akan-dihidupkan-lagi-
14
eCDt
25
dijaman revolusi industri ini. Kita tau semakin kesini keapatisan masyrarakat
terhadap ideologi mereka semakin menjadi jadi. Hal ini tentu mengakibatkan
rusaknya moral serta dari budaya bangsa Indonesia itu sendiri.15
Maka,tak salah jika bapak Presiden kita saat ini,bapak Joko-widodo
berencana dan berupaya mengembalikan kembali pengamalan pencasila dalam
kehidupan yang benar seperti apa yang pernah bapak presiden Soeharto lakukan
dulu di masa orde baru. “Pancasila harus betul-betul diwujudkan dalam pola pikir,
sikap, mental, dalam gaya hidup dan perilaku nyata kita dalam kehidupan sehari
hari,” ujar Jokowi saat menggelar rapat terbatas membahas soal pemantapan
Pancasila pada 19 Desember 2016.
Berbeda dengan apa yang dilakukan oleh bapak Soeharto dengan P4
nya,pola pengamalan pancasila yang akan diadakan oleh pak Jokowi ini akan
dibungkus dengan halus dan perlahan sehingga tidak terlalu doktrinasi terhadap
masyarakat. Pola ini dinamakan dengan Revolusi Mental. Seperti namanya, tujuan
utama dari revolusi mental ini adalah mengubah dan memperbaiki keadaan mental
negeri ini yang mulai menyeleweng dari nilai-nilai pancasila. Hasil akhirnya
adalah terciptanya masyarakat yang paham betul akan pancasila dan mampu
mencintai bangsa ini dengan segenap jiwa. Upaya ini bisa dikatakan sebagai
rehabilitasi atau rejuvinasi (peremajaan kembali) dari rejim terhadap nilai-nilai
Pancasila yang selama ini dianggap tergerus oleh perkembangan globalisasi. Oleh
karena itu langkah revolusi mental ini sangatlah perlu untuk di lakukan.
15
https://id.wikipedia.org/wiki/Pedoman_Penghayatan_dan_Pengamalan_Pancasila
26
RINGKASAN
PENGARUH AMANDEMEN PEDOMAN PENGHAYATAN
PENGAMALAN PANCASILA
17
Eldiana Siregar, Pedoman Pengahayatan Pengamalan Pancasila, (2013),1
28
Presiden No. 2 tahun 1994 tentang Peningkatan Pelaksanaan Pedoman
Pengahayatan Pengamalan Pancasila yang disingkat dengan P2-P4.18
Oleh karena itu jawaban yang harus kita berikan adalah bagaimana kita
tanpa semua kecuali secara benar menghayati dan mengamalkan Pancasila.
Apabila Pancasila pernah tidak dilaksanakan atau diterapkan secara salah, sumber
pokoknya adalah karena kita belum mampu menghayati dan mengamalkan
Pancasila itu. Sehinggga Tugas Masa Depan Bangsa adalah membangun masa
depan menuju kepada kemajuan, yang merupakan langkah bertahap mendekati
wujud masyarakat berdasarkan Pancasila yang kita cita-citakan. Masyarakat
Pancasila adalah masyarakat yang sosialistis-religius (berdasarkan kekeluargaan
dan religius). Masyarakat Pancasila yang demikian digambarkan mempunyai ciri
pokok sebagai berikut :
a. Tidak membenarkan adanya kemelaratan, keterbelakangan, perpecahan,
pemerasan, kapitalisme, feodalisme, kolonialisme, dan imperialisme.
Karennya, harus bersama-bersama menghapuskannya19
b. Menghayati hidupnya dengan berkewajiban takwa pada Tuhan Yang
Maha Esa, cinta pada tanah air, kasih sayang pada sesama manusia, suka
bekerja dan rela berkorban untuk kepentingan rakyat. Pembangunan
membawa pada perubahan dan kemajuan baik dalam kebendaan (pisik)
maupun kemajuan sosio-kultural bangsa (perubahan nilai-nilai sosial).
Sebab pembagunan merupakan rangkaian gerak perubahan menuju
kepada kemajuan. Dalam beberapa hal perubahan itu merupakan
perubahan yang sangat mendasar, termasuk didalamnya koreksi total atau
perombakan atas segala penyimpangan terhadap pancasila dan Undang
Undang Dasar 1945. Karena itulah setelah tahun 1966, orde baru bertekat
untuk meletakkan kembali pada pelaksanaan kemurnian pancasila dan
Undang Undang dasar 1945. Karena pembangunan membawa
18
Abdullah Rozali, Pancasila sebagai dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa ( Rajawali
Pers: Jakarta, 1983), 90
19
Ibid;101
29
pembaharuan menuuju masyarakat modern, maka dalam pembangunan
akan mengalami perubahan-perubahan sosial yang antara lain
menyangkut tata nilai sikap dan tingkahlaku. Dalam meletakkan dasar-
dasar masuarakat modern akan terserap pengaruh dan kekuatan-kekuatan
dari luar (bangsa lain). Oleh karena itu masalah nya adalah bagaimana
kita memlihara nilai-nilai yang menjadi kepribadian kita sendiri, dan
meneruskan nya dari generasi kegenerasi berikut nya dengan segala
peroses penyesuaian menjadi masyrakat modern. Nilai-nilai dari luar atau
asing yang tidak sesuai dan merusak kepribadian kita sendiri harus
mampu kita tolak.
c. Pancasila akan semakin kaya dengan pemikiran-pemikiran alternatif yang
mendukungnya serta warga negara memiliki kesempatan menghayati dan
mengamalkannya sesuai dengan bimbingan hati nurani dan agamanya.
Pancasila tidak akan memberikan makna yang tinggi tanpa ajaran agama.
Ia mengatakan : “ misalnya sila Ketuhanan Yang Maha Esa, saya kira
Pancasila kita memang tidak bicara apa-apa tentang Ketuhanan, yang
punya konsep dan bisa bicara ketuhanan adalah agama. Hanya di
pangkuan para pemeluk agama yang teguh Pancasila akan tumbuh subur
sebagai dasar negara” (Risalah Rapat ke 3 Panitia Ad Hoc II Badan
pekerja MPR RI 1998). Perihal program penataran Pedoman
Pengahayatan Pengamalan Pancasila, dikatakan bahwa sosialisasi yang
telah dilakukan dengan mengorbankan banyak tenaga, pikiran, dana dan
banyak lagi pengorbanan lagi justru menyebabkan distorsi yang banyak
dan munculnya KKN. Dikatakan juga program Pedoman Pengahayatan
Pengamalan Pancasila ini sejak kelahirannya sudah bermasalah, bukan
kelahiran Pancasila, apalagi dalam pelaksanaannya jauh dari melahirkan
manusia Indonesia seutuhnya, jauh dari melahirkan manusia yang
semakin bisa disiplin, jujur, bersih dan menghindarkan diri dari sifat
kebohongan. Di sisi lain Pedoman Pengahayatan Pengamalan Pancasila
ditolak oleh Fraksi Persatuan Pembangunan oleh karena dianggap telah
30
terjadi penyelewengan pembuatan pedoman. Barlianta Harahap dari
Fraksi Persatuan Pembangunan menyatakan Pancasila dasar negara itu
sudah ada penjabarannya yakni dalam pasal batang tubuh maupun
penjelasannya sehingga tidak perlu lagi ditetapkan oleh MPR. Jadi jangan
cepat-cepat menafsirkan atau membuat pedoman karena itu sudah
dijabarkan. Mengenai naskah Eka Prasetya Panca Karsa, ia mengatakan
sebagai berikut : ”ini sangat berbahaya, pedoman Penghayatan Pancasila
sudah terjadi pertama reduksi, depresiasi bahkan apresiasi atau kata-kata
politiknya penyelewengan, bayangkan saudara ketua, dasar negara yang
kita akui dirubah mulamula pada kalimat keempat, sumber jiwa rakyat
Indonesia. Benarkah Pancasila rohnya bangsa Indonesia ...” (Risalah
Rapat ke 3 Panitia Ad Hoc II Badan pekerja MPR RI 1998). Menurutnya,
hal ini bukan sekedar penyalah praktekkan tapi penyalahtafsiran. Dasar
negara dibuat jadi sumber jiwa atau dianggapnya jiwa bangsa Indonesia.
Tafsir seperti inilah yang ditolak oleh Fraksi Persatuan Pembangunan,
termasuk oleh Mohammad Hatta. Dikatakan sebagai berikut; “Ini yang
ditolak oleh pendiri Republik Dr Mohammad Hatta, beliau waktu kita
menghadap di Diponegoro, beliau mengatakan tidak bisa bung Barlianta
jiwa roh yang hanya bersumber dari Tuhan eh sekarang Pancasila menjadi
jiwa roh kita ... (Risalah Rapat ke 3 Panitia Ad Hoc II Badan pekerja
MPR RI 1998)
Dalam proses penyesuaian ini keadaan pada umum nya rawan,
sebab nilai-nilai lama mulai kita tinggalkan dan nilai-nilai baru belum
melembaga. Maka dalam peroses penyesuaian ini kemungkinan akan
menimbulkan kegoncangan sosial dan psikologis yang meminta
ketabahan, kesabaran, dan kebijaksanaan. Untuk menghadapi proses ini
kita memerlukan pemahaman yang kuat terhadap pandangan hidupnya
sendiri dan diamalkan secara kreatif. Sebab kita harus selalu ingat dan
berpegang pada prinsip, bahwa masyarakat modern yang di cita-cita kan
bangsa Indonesia adalah masyarakat modern yang berdasarkan pancasila.
31
Masyarakat modern yang takwa kepada Tuhan yang Maha Esa (mengikuti
nilai-nilai ajaran ketuhanan), masyarakat modern yang mengindahkan
nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, masyrakat modern yang
tidak terpecahbela (individualis), tapi masyarakat modern yang bersatu
didasari rasa kekeluargaan dam gotong royong, masyarakat modern yang
berkeadilan sosial, adil dan makmur. Maka jelaslah dalam proses ini
diperlukan penghayatan dan pengamalan pancasila secara terus. 20
d. Proses regenerasi merupakan proses alami dan berlangsung secara alami
pula yang menjadi persoalan bagi kehidupan bangsa Indonesia adalah:
1) Bahwa generasi yang akan datang yang akan melanjutkan perjuangan
bangsa, tidak mengalami secara langsung perjuangan kemerdekaan
yang melahirkan republik ini.
2) Adanya perbedaan pengalaman dan tantangan yang dihadapi, akan
dapat melahirkan tanggapan dan jawaban yang berbeda pula
mengenai cita-cita kehidupan. Oleh karena itu, bagaimana
meneruskan nilai-nilai yang menjadi cita-cita kemerdekaan kepada
generasi yang lebih muda dan bagaimana generasi tersebut
menerimanya. Apabila proses penerusan ini dapat berhasil terlampaui
dengan selamat, maka akan tumbuhlah masyarakat Indonesia yang
kuat, bersatu, dan dinamis serta berkesinambungan secara terus-
menerus. Ini akan merupakan unsur yang sangat menentukan bagi
kelestarian pancasila.
e. Pelita III, babak di tenga-tengah perjalanan dalam tahap
pembangunann 5 tahun. Pembangunan 5 tahun ke-3 (1979-1984),
mempunyai pengaruh besar pada arah dan wujud masyarakat kita
pada dasawarsa-dasawarsa yang akan datang. Sebab Pelita III
merupakan babak ditengah-tengah perjalanan untuk mewujudkan
landasan masyarakat adil dan makmur. “apa yang kita saksikan ini
masih jauh dari wujud masyarakat berdasarkan Pancasila yang kita
20
Ibid 104
32
angan-angankan”. Apa yang kita kerjakan sekarang ini, ibarat kita
membangun gedung adalah tahapan meletakkan dasar, meletakkan
fundamen dari masyarakat Pancasila. Oleh karena itu maka dasar
negara Pancasila harus mulai kita letakkan lebih teratur dan kuat
dalam pembangunan sosial, ekonomi, dan politik, mulai dari
sekarang. Gedung bangunan masyarakat Pancasila yang kita bangun
haruslah kokoh, agar dapat melindungi dan membuat sejahtera bangsa
kita. Hal ini mengharuskan kita untuk mengamalkan pancasila. 21
Pengamalan Pancasila oleh kalangan penyelenggara negara saat ini telah
bergeser dari zaman saat negara Indonesia didirikan sehingga mengalami
kemerosotan. Prinsip ideal Pancasila saat ini belum sepenuhnya teraplikasikan
dalam kenyataan kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat terjadi terutama disebabkan
oleh krisis keteladanan dari para penyelenggara negara. Berbagai permasalahan
moral yang menyimpang dari penghayatan dan pengamalan Pancasila terjadi di
setiap lapisan warga negara Indonesia. Hal tersebut dapat terjadi akibat kurangnya
keteladanan dari penyelenggara negara dan kurangnya sosialisasi pemahaman
penghayatan dan pengamalan Pancasila.
Dengan adanya penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila) sebagai gerakan budaya yang ditujukan untuk membentuk manusia
Pancasila, yang kemudian dikuatkan dengan ketetapan MPR No II/MPR/1978.
Penataran P-4 adalah bagian dari upaya merevitalisasi ideologi kebangsaan,
dengan catatan bahwa tidak ada pemerkosaan terhadap nilai-nilai pancasila oleh
mereka yang menyelenggarakan P-4, terutama Pemerintah. Karena dulu terdapat
sebuah fakta bahwa Pancasilais Kills Pancasilaism Itself. Yang mengaku
Pancasilais justru membunuh dan merusak nilai-nilai Pancasila itu sendiri.
P4 ini sebenarnya sangat penting untuk dilaksanakan terutama di era
revolusi mental saat ini. Kita lihat lini lini negara ini mulai tidak mengenal apa
makna sebenarnya dari ideologi mereka sendiri. Akibatnya banyaklah
penyelewengan-penyelewengan dalam negeri ini yang sukar ditangai dengan
21
Ibid
33
baik,baik itu mengenai norma,hukum,dan dunia perpolitikan yang itu sendiri.
Permasalaah amnesia ideologi ini tentu menjadi PR besar bagi masyarakat
Indonesia terutama pemerintah itu sendiri untuk segera melakukan gerakan dan
kebijakan sehingga resolusi dari masalah ini segera ditemui. Dan masyarakat
indonesia bisa berpelukan erat lagi dengan dasar kenegaraan ibunya (bumi pertiwi
Indonesia).
Berdasarkan uraian di atas, jelaslah kiranya bahwa tugas masa depan kita
adalah untuk dengan kesadaran berusaha mengamalkan dan mewujudkan Pancasila
dalam kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan kita secara nyata. Maka, baik
berdasarkan pengalaman sejarah yang telah dialami dala perjalanan kehidupan
bangsa kita sendiri, maupun berdasarkan tugas-tugas masa depanbangsa kita, akan
melahirkan kesadaran, bahwa Pancasila harus lebih kita hayati dan makin kita
amalkan. Inilah beberapa hal yang melatarbelakangi perlu adanya pedoman yang
digunakan bersama dalam rangka mengamalkna Pancasila, yang kemudian
ditetapkan oleh Majlis Permusyawaratan Rakyat dalam
TAP.MPR.No.II/MPR/1978, yang dinamakan Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila (P4).
DAFTAR PUSTAKA
Wartasejarah.blogspot.com/2013/09/pedoman-penghayatan-pengamalan.html
Kompasiana.com/hshdamanik/59082ab9ff22bd3806d89a9a/hilangnya-pedoman-
penghayatan-pengamalan-sila-pertama?page=all
Hapidzcs.blogspot.com/2012/03/eka-prasetya-pancakarsa.html
Revolusioner.org/analisa-perspektif/hukum-demokrasi/8638-unit-kerja-presiden-
pembinaan-ideologi-pancasila-dan-keretakan-dalam-rejim-jokowi.html
Www.revolusioner.org/analisa-perspektif/hukum-demokrasi/8638-unit-kerja-
presiden-pembinaan-ideologi-pancasila-dan-keretakan-dalam-rejim-
jokowi.html
Tirto.id/sejarah-p4-di-masa-orde-baru-yang-kini-akan-dihidupkan-lagi-eCDt
Id.wikipedia.org/wiki/Pedoman_Penghayatan_dan_Pengamalan_Pancasila
35
MENGELOLA PEMERINTAHAN YANG BERSIH, BAIK, DAN
BERWIBAWA DALAM PERSPEKTIF GOOD GOVERNANCE
Oleh:
Dosen Pengampu:
Dr.H.Ismail, M.Si
2020
36
MENGELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK , BERSIH,
DAN BERWIBAWA DALAM PERSPEKTIF GOOD GOVERNANCE
A. LATAR BELAKANG
39
untuk memulai pembaharuan terhadap praktik good governance, dan
pengembangan good governance akan lebih mudah jika dimulai dari sektor
pelayanan publik.
Pemerintahan yang baik, dalam makna pemerintahan atau konsep
pemerintahan yang baik (good governance) adalah asas tata pemerintahan yang
baik yang pada dasarnya bertumpuk pada dua landasan utama: Hukum Tata
Negara dan Hukum Administrasi, yang berarti bahwa negara hukum dan
demokrasi. Kini good governance telah menjadi istilah yang mampu memberikan
sebuah prinsip yang dapat mewujudkan cara beretika atau kinerja seseorang pada
organisasi hirarki dan swasta sebagai pusat riset para akademisi. Good governance
juga telah banyak digunakan dalam tulisan-tulisan politik dan internasional
terutama pada lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi internasional yang
berhubungan erat dengan kerjasama internasional dan perkembangan suatu daerah.
Namun tidak terlepas dari peran pemerintah yang berkuasa terhadap pekembangan
daerah. Good governance juga dimaksudkan sebagai suatu kemampuan manajerial
untuk mengelola sumber daya dan urusan suatu negara dengan cara-cara terbuka,
transparan, akuntabel, equitable, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat
(Widyananda, 2008). Pemerintahan yang baik menjadi sebuah indikator yang
sangat penting dalam mewujudkan nilai efektivitas dan efisiensi pada siklus
pertumbuhan ekonomi rakyat dan kemajuan masyarakat.
Dalam perspektif Otonomi Daerah khusus di Indonesia, penerapan good
governance merupakan suatu hal yang masih sulit dalam upaya mewujudkan
pemerintahan daerah atau local governance yang transparan, akuntabel, efektif,
efisien, mandiri serta bebas korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Hal ini
didukung pula dengan diberlakunya UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
pemerintahan Daerah yang akan memberikan peluang lebih besar bagi terlaksana
asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Dengan prinsip-prinsip
otonomi daerah di harapkan agar pemerintah daerah mampu menyelenggarakan
tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat
(publik services) secara optimal dan tidak terlalu bergantung lagi kepada
40
pemerintah pusat (sentralistik) sebagaimana era pemerintahan sebelumnya. Uraian
diatas telah memberikan suatu pemaham tentang penting penerapan prinsip good
goverance dalam Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Seram Bagian Timur,
karena melihat pada tataran kinerja aparatur daerah kabupaten seram bagian timur
saat ini, tidak mencerminkan pada prinsip good governance melainkan Praktek
nepotisme dijadikan sebagai budaya recrutment aparatur 8 daerah. Penerapan
prinsip-prinsip good governance di kabupaten seram bagian timur dihadapkan pada
berbagai kendala seperti masih banyaknya praktik penyelenggaraan birokrasi
pemerintahan yang diliputi oleh berbagai tindak pidana korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN) yang dilakukan oleh oknum pejabat pemerintah. Ditambah lagi
perilaku para penyelenggara negara di daerah ini (baik itu penyelenggara
pemerintah maupun legislatif) yang seringkali tidak sesuai dengan nilai-nilai etis
(etika pemerintahan) dalam menjalankan tugas dan perannya sebagai pemerintah.
Suara-suara rakyat yang menghendaki sosok pemerintah daerah yang dekat dengan
rakyat dan mengutamakan kepentingan rakyat dibandingkan kepentingan pribadi
terbentur oleh arogansasi dan sikap acuh dari kalangan pejabat penyelenggara
pemerintah.
Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia antara lain disebabkan oleh tatacara
penyelenggaraan pemerintahan yang tidak dikelola dan diatur dengan baik.
Akibatnya timbul berbagai masalah seperti korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN)
yang sulit diberantas, masalah penegakan hukum yang sulit berjalan, monopoli
dalam kegiatan ekonomi, serta kualitas pelayanan kepada masyarakat yang
memburuk. Masalah-masalah tersebut juga telah menghambat proses pemulihan
ekonomi Indonesia, sehingga jumlah pengangguran semakin meningkat, jumlah
penduduk miskin bertambah, tingkat kesehatan menurun, dan bahkan telah
menyebabkan munculnya konflik-konflik di berbagai daerah yang dapat
mengancam persatuan dan kesatuan negara Republik Indonesia. Bahkan kondisi
saat inipun menunjukkan masih berlangsungnya praktek dan perilaku yang
bertentangan dengan kaidah tata pemerintahan yang baik, yang bisa menghambat
terlaksananya agenda-agenda reformasi.
41
Penyelenggaraan pemerintahan yang baik adalah landasan bagi pembuatan
dan penerapan kebijakan negara yang demokratis dalam era globalisasi. Fenomena
demokrasi ditandai dengan menguatnya kontrol masyarakat terhadap
penyelenggaraan pemerintahan, sementara fenomena globalisasi ditandai dengan
saling ketergantungan antarbangsa, terutama dalam pengelolaan sumber-sumber
ekonomi dan aktivitas dunia usaha (bisnis). Kedua perkembangan diatas, baik
demokratisasi maupun globalisasi, menuntut redefinisi peran pelaku-pelaku
penyelenggaraan pemerintahan. Pemerintah, yang sebelumnya memegang kuat
kendali pemerintahan, cepat atau lambat harus mengalami pergeseran peran dari
posisi yang serba mengatur dan mendikte ke posisi sebagai fasilitator. Dunia usaha
dan pemilik modal, yang
sebelumnya berupaya mengurangi otoritas negara yang dinilai cenderung
menghambat perluasan aktivitas bisnis, harus mulai menyadari pentingnya regulasi
yang melindungi kepentingan publik. Sebaliknya, masyarakat yang sebelumnya
ditempatkan sebagai penerima manfaat (beneficiaries), harus mulai menyadari
kedudukannya sebagai pemilik kepentingan yang juga harus berfungsi sebagai
pelaku.
Oleh karena itu, tata pemerintahan yang baik perlu segera dilakukan agar
segala permasalahan yang timbul dapat segera dipecahkan dan juga proses
pemulihan ekonomi dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar. Disadari,
mewujudkan tata pemerintahan yang baik membutuhkan waktu yang tidak singkat
dan juga upaya yang terus menerus. Disamping itu, perlu juga dibangun
kesepakatan serta rasa optimis yang tinggi dari seluruh komponen bangsa yang
melibatkan tiga pilar berbangsa dan bernegara, yaitu para aparatur negara, pihak
swasta dan masyarakat madani untuk menumbuhkembangkan rasa kebersamaan
dalam rangka mencapai tata pemerintahan yang baik.
42
Good governance sendiri merupakan kata yang berasal dari bahasa inggris,
terdiri dari kata “good” yang berarti baik dan kata “governance” yang berarti
kepemerintahan. Sehingga good governance dapat diartikan sebagai sistem
pemerintahan atau tata kepemerintahan yang baik. Good governance pada
dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu kepada proses pencapaian keputusan
dan pelaksanaannya yang dapat dipertanggungjawabkan secara bersama. Sebagai
suatu konsensus yang dicapai oleh pemerintah, warga negara, dan sektor swasta
bagi penyelenggaraan pemerintahaan dalam suatu negara.
Negara yang memiliki sistem pemerintahan yang baik, akan membuat negara
tersebut semakin berkembang dan maju kedepaii, Maka dari itu penerapan sistem
pemerintahan yang baik periu dilakukan agar negara tidak pasif dan hanya dijalankan
oleh negara-negara lainnya. Oleh sebab itu, peningkatan kualitas pemerintahan juga
perlu dijankan agar negar bisa ikut serta berkontribusi dalam perkembangan zaman di
dunia.
1.Nilai-nilai yang menjunjung tinggi keinginan / kehendak rakyat dan nilai yang
dapat meningkatkan kemampuan rakyat yang dalam pencapaian tujuan
(nasional) kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial.
2. Aspek-aspek fungsional dari pemerintahan efektif dan efisien dalarn
pelaksanaan tugasnya mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Berbagai pendapat yang dikemukakan para ahli dalam memahami arti good
governance:
1. Robert Charlick dalam Pandji Santosa mendefinisikan good governance
sebagai pengelolaan segala macam urusan publik secara efektif melalui
pembuatan peraturan dan atau kebijakan yang baik demi untuk
mempromosikan nilai-nilai kernasyarakatan.24
23
A,Ubaidillah, dan abdul rozak “Demok•asi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani,” (Jakarta :
1CCE UIN Syarif Hidayatullah, 2007), Cet. IV, hal 217.
44
2. Bintoro Tjokroamidjojo rnemandang Good governance sebagai
"Suatu bentuk manajemen pembangunan, yang juga disebut sebagai
administrasi pembangunan, yang menempatkan peran pemerintah sentral
yang menjadi Agent of change dari suatu masyarakat berkembang atau
develoving didalam negara berkembang" efisien dan efektif dengan
menjaga kesincrgian interaksi yang konstruktif diantara domaindomain
negara, sektor swasta, dan masyarakat. 25
6. Menurut Bank Dunia (World Bank) Good governance ialah suatu konsep
pada penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan
bertanggung jawab sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien,
penghindaran salah alokasi dan investasi yang langka dan pencegahan
korupsi baik secara politik maupun administrative, menjalankan disiplin
anggaran serta penciptaan legal and political framework bagi tumbuhnya
aktivitas kewiraswastaan.
24
Pandji Santosa, Administrasi Publik Teori dan Aplikasi Good Governance (T.P: Refika Aditama,
2008), 130
25
Anonim, Ilmu Administrasi Negara, 2013, 1 (2): 196-209., 3 (journal).
26
Mardoto, Good Governance and Clean Good Governanee (Malang: Averroes Press, 2009), 45.
Anonim, Pengertian Good Governance menurut Ahli, 2011,
(http://kpk.go,id/modulesinews/article.php?storyid=1067).
45
7. Menurut UNDP (United National Development Planning), Good
governance merupakan praktek penerapan kewenangan
pengelolaan berbagai urusan. Penyelenggaraan negara secara
politik, ekonomi dan administratif di semua tingkatan. Dalam konscp
di atas, ada tiga pilur good goyernance yang penting, yaitu:
27
A. Ubaedillah dan Abdul Rozaq, Demokrasi, Hak Asasi Monasia dan Masyarakat Madani,
(Jakarta : ICCE UIN Syarif Flidayatullah, 2007), Cet. IV, hal, 215
28
(http:/fejournal.an.fisipu n m u l. A ci d /20 1 3/03/EJOURNAL%20YENNY%20(03-02-1 3 -0 6-48- 29.pdf)
46
Dalam peraturan pemerintah nomor 101 tahun 2000 prinsip prinsip
kepemerintahan yang baik terdiri dari:
29
Riant D. Nugroho, Kebijakan Publik, Fo•mulasi Implementasi dan Evaluasi,
(Jakarta:Gramedia, 2004), 216.
47
Transparansi bukan berarti ketclanjangan, mclainkan keterbukaan, yakni adanya
sebuah sistem yang memungkinkan terselenggaranya komunikasi
internal dan ekstemal dari korporasi. Akuntabilitas adalah
pertanggungiawaban secara bertingkat ke atas. Dari organisasi manajcmen paling
bawah hingga dewan direksi, dan dari dewan direksi kepada dewan komisaris.
Akuntabilitas secara luas diberikan oleh dewan komisaris kepada masyarakat.
Sedangkan akuntabilitas secara sempit dapat diartikan secara finansial.
Fairnessagak sulit diterjernahkan, karena menyangkut keadilan dalam konteks
moral. Fairness lebih menyangkut moralitas dari organisasi bisnis dalam
menjalankan hubungan bisnisnya, baik secara internal maupun eksternal.
30
Tangkilisan, Manajemen public (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005), 115.
48
langsung dapat diterima oieh mereka yang membutuhkan. infonnasi harus
dapat dipahami dan dapat dimonitor.
49
2. Peduli pada Stakeholder
Peduli pada dunia usaha yaitu berbagai lembaga-lembaga dan
seluruh proses pemerintahan harus berusaha melayani semua pihak yang
berkepentingan. Praktek good governance kemudian menjadi guidence atau
panduan untuk operasional perusahaan, baik yang dilakukan dalam kegiatan
internal maupun eksternal perusahaan. Internal berkaitan dengan operasional
perusahaan dan bagaimana perusahaan tersebut bekerja, sedangkan eksternal
lebih kepada bagaimana perusahaan tersebut bekerja dengan stakeholder lainya
termasuk dalamnya public.
50
demokrasi yaitu kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat secara
konstruktif. Partisipasi bermaksud untuk menjamin agar setiap kebijakan yang
diambil mencerminkan aspirasi masyarakat.
5. Kesetaraan (Equity)
Good governance juga harus didukung dengan asas kesetaraan,
yakni kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan. Sernua warga Negara, baik
laki-laki maupun perempuan rnempunyai kesempatan untuk meningkatkan atau
menjaga kesejahteraan mereka. Asas ini harus diperhatikan secara sungguh-
sungguh oleh semua penyelenggara pemerintahan di Indonesia karena kenyatan
sosiologis bangsa kita sebagai bangsa yang majemuk, baik etnis, agama, dan
budaya. Semua warga masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau
mempertahankan kesejahteraan mereka. Prinsip kesetaraan menciptakan
kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat melalui
penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh
informasi yang akurat dan memadai.
51
Prinsip ini akan mendorong perwujudan dari penegakan hukum
yang adil bagi semua pihak tanpa pengecualian. Kerangka hukum harus adil dan
dilaksanakan tanpa pandang bulu, terutama hukum untuk hak asasi manusia. Hak
asasi manusia akan dijunjung tinggi dan nilai-nilai kehidupan bermasyarakat
juga diperhatikan. Partisipasi masyarakat dalam proses politik dan perumusan-
perumusan kebijakan publik memerlukan sistem dan aturan-aturan hukum. Tanpa
ditopang oleh sebuah aturan hukum dan penegakannya seeara konsekuen, partisipasi
publik dapat berubah menjadi tindukan publik yang anarkis. Santoso menegaskan bahwa
pmses mewujudkan eita-cita good governance, harus diimbangi dengan komitmen untuk
menegakkan rule oflaw dcngnn karakter-karakter scbagai berikut:
a. Supremasi, Kepastian dan hukum yang responsif.
b. Penegakan hukum yang konsisten dan non diskriminatif.
c. Independensi peradilan.
8. Akuntabilitas (accountability)
Akuntabilitas adalah pertanggungjawaban secara bertingkat ke
atas. Dari organisasi manajemen paling bawah hingga dewan direksi, dan dari
dewan direksi kepada dewan komisaris. Akuntabilitas secara luas diberikan
oleh dewan komisaris kepada masyarakat. Sedangkan akuntabilitas secara
sempit dapat diartikan secara finansial. Asas akuntabilitas adalah pertanggung
jawaban pejabat publik terhadap masyarakat yang memberinya kewenangan
untuk mengurusi kepentingan mereka. Secara teoritik, akuntabilitas
menyangkut dua dimensi yakni akuntabilitas vertikal yang memiliki pengertian
bahwa setiap pejabat harus mempertanggungjawabkan berbagai kebijakan dan
pelaksanaan tugas-tugasnya terhadap atasan yang lebih tinggi, dan yang kedua
akuntabilitas horisontal yaitu pertanggungjawaban pemegang jabatan publik
pada lembaga yang setara. Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor
swasta dan masyarakat (civil society) bertanggung jawab kepada publik dan
lembaga-lembaga stakeholder. Akuntabilitas ini tergantung pada organisasi dan
52
sifat keputusan yang dibuat, apakah keputusan tersebut untuk kepentingan atau
eksternal organisasi.
9. Visi Strategis
Dimana seorang pemimpin dan masyarakat diharuskan memiliki
perspektif yang luas dan jauh ke depan atas tata pemerintahan yang baik dan
pembangunan manusia, serta kepekaan untuk mewujudkannya, harus memiliki
pemahaman atas kompleksitas kesejarahan sosial budaya yang menjadi dasar
bagi perspektif tersebut. Tidak hanya itu, seseorang yang memiliki jabatan
publik atau lembaga profesional lainnya, harus memiliki kemampuan
menganalisa persoalan dan tantangan yang akan dihadapi oleh lembaga yang
dipimpinnya. Sepuluh Prinsip Good governence menurut KNKG adalah:
1. Akuntabilitas, Meningkatkan akuntahilitas para pengambil keputusan
dalam segala bidanu, yang menyangkut kepentftigan masyarakat.
2. Pengawasan, Meningkatkan upaya pengawasan terhadap
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dengan
mengusahakan keterlibatan swasta dan masyarakat luas.
3. Daya Tanggap, Meningkatkan kepekaan para penyelenggaraan
pemerintahan terhadap aspirasi masyarakat tanpa kecuali.
4. Profesionalisme, Meningkatkan kemampuan dan moral
penyelenggaraan pemerintahan agar mampu memberi pelayanan
yang mudah, cepat, tepat dengan biaya terjangkau.
5. Efisiensi dan Efektivitas, Menjamin terselenggaranya pelayanan
kepada masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang tersedia
secara optimal bertanggung jawab.
6. Transparasi, Menciptakan kepercayaan timbal-balik antara
pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan infonnasi dan
menjamin kemudahan didalam memperoleh informasi.
7. Kesetaraan, Memberi peluang yang sama bagi setiap anggota masyarakat
untuk meningkatkan kesejahteraannya.
53
8. Wawasan ke depan, Membangun daerah berdasarkan visi & strategis
yang jelas dan mengikuti-sertakan warga dalam seluruh proses
pembangunan,sehingga warga merasa mentiliki dan ikut
bertanggungjawab terhadap kemajuan daerahnya.
9. Penegakkan Hukum, Mcwujudkan pcncgakan hukum yang adil
bagi semua pihak tanpa pengecualian, menjunjung tinggi HAM clan
memperhatikan nilainilai yam.; hidup dalam masyarakat.
10. Partisipasi, Mendorong setiap warga untuk mempergunakan
hak dalam menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan
keputusan, yang menyangkut kepentingan ntasyarakat, baik secara
langsung mapun tidak langsung. 31
31
Anonim, Sepuluh Prinsip Good Governance, 2010, (http://knkg-indortesia.com/horneinews/93-10-prinsip-
good-governance.html).
54
D. Mengkritisi Pelaksanaan Good governance
Mewujudkan konsep good governance dapat dilakukan dengan mencapai
keadaan yang baik dan sinergi antar pemerintah, sektor swasta dan masyarakat
sipil dalam pengelolaan sumber-sumber alam, sosial, lingkungan, dan ekonomi.
Prasyarat minimal untuk mencapaai good governance adalah adanya trasparansi,
akuntabilitas, partisipasi, pemberdayaan hukum, efektifitas dan efisiensi, dan
keadilan. Sebagai bentuk penyelenggaraan Negara yang baik maka harus ada
keterlibatan masyarakat di setiap jenjang proses pengambilan keputusan32.
Konsep good governance dapat diartikan acuan untuk proses dan struktur
hubungan politik dan social ekonomi yang baik. Berdasarkan uraian diatas dalam
perjalanan penerapan good governance hampir banyak negara mengasumsikannya
sebagai sebuah ideal type of governance, padahal konsep itu sendiri sebenarnya
dirumuskan oleh banyak praktisi untuk kepentingan praktis-strategis dalam rangka
membangun relasi negara-masyarakat-pasar yang baik dan sejajar.
32
Agus Dwiyanto, Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik,
(Yogyakarta : Gajah Mada Univercity Press, 2009).
33
Purwo Santoso, Nasionalisme dan otonomi daerah dalam Proses Demokrasi (T.T:
T.P, 2002), 55.
55
governance seolah-olah kehidupan hanya berkutat pada interaksi antara pemerintah
di negara tertentu, pelaku bisnis di negara tertentu dengan rakyat di negara tertentu
pula. Tentulah ini sangat naif, secara kenyataan bahwa aktor yang sangat besar dan
bekuasa di atas ketiga elemen tersebut tidak dimasukkan dalam hitungan, aktor
tersebut adalah dunia internasional. Merestrukturisasi pola relasi pemerintah,
swasta dan masyarakat secara domestik dengan mengabaikan peran aktor
internasional adalah pengingkaran atas realitas global. Dampak dari pengingkaran
ini adalah banyaknya variable, yang sebenarnya sangat penting, tidak masuk
kedalam hitungan. Variabel-variabel yang absen itu adalah kearifan lokal (akibat
hegemoni terma “good” oleh Barat) dan dampak dari kekuatan kooptatif
internasional. Secara konseptual keberhasilan penerapan good governance di
berbagai dunia akan selayaknya juga dibarengi dengan dampak kuatnya
fundamental ekonomi rakyat. Kenyataannya, relasi antara kesejahteraan rakyat
dengan good governance tidaklah seindah teori. Makin merekatnya hubungan
antara negara, bisnis dan rakyat ternyata tidak serta merta menguatkan
fundamental ekonomi rakyat. Pukulan krisis pangan adalah bukti konkrit yang
tidak bisa dipecahkan oleh good governance.
58
E. Langkah-Langkah Perwujudan Good Governance
35
Ateng syafruddin, https://books.google.co.id/books?
id=7gokAAAAMAAJ&dq=otonomi+daerah&focus=searchwithinvolume&q=oton
omi+daerah, (09 oktober 2020, jam 09.40)
61
3. Menurut kamus besar bahasa indonesia (2008;992), otonomi adalah
pola pemerintahan sendiri. Sedangkan otonomi daerah adalah hak,
wewenang dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri sesuai dengan peraturan dan perundang undangan
yang berlaku.36
4. Menurut Hanif Nurcholis (2007;30) otonomi daerah adalah hak
penduduk yang tinggal di suatu daerah untuk mengatur, mengurus,
mengendalikan dan mengembangkan daerah sendiri dengan
menghormati peraturan perundang undangan yang ada.37
Beranjak dari rumusan di atas, dapat disimpulkan bahwa otonomi daerah pada
prinsipnya mempunyai tiga aspek, yaitu :
1. Aspek Hak dan Kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri.
2. Aspek kewajiban untuk tetap mengikuti peraturan dan ketentuan dari
pemerintahan di atasnya, serta tetap berada dalam satu kerangka
pemerintahan nasional.
3. Aspek kemandirian dalam pengelolaan keuangan baik dari biaya
sebagai perlimpahan kewenangan dan pelaksanaan kewajiban, juga
terutama kemampuan menggali sumber pembiayaan sendiri.
36
Kemendikbud, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/otonomi%20daerah (2016) di
akses tgl 09 oktober 2020 pukul 19.14
37
Hanif nurcholis, “teori dan praktik:pemerintahan dan otonomi daerah”,( jakarta,
PT gramedia widiasaran indonesia,2007) hlm 30
38
Syamsudin haris,”desentralisasi dan otonomi daerah”(semarang, yayasan obor indonesia, 2005)
hal 18
62
mengelola potensi yang mereka miliki. Jikalau hal iniberhasiol maka dengan cepat
indonesia akan mendapatkan pencapaiannya.
Dalam konteks sosial otonomi daerah adalah sebagai peluang yang
diberikan kepada pemerintah daerah untuk mengembangkan kualitas masyarakat
dan berbagai tanggung jawab dengan pemerintah pusat dalam peningkatan
pelayanan di bidang pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial lainnya.39 Dalam
konteks budaya, otonomi daerah bermakna sebagai peluang yang terbuka luas bagi
daerah untuk menggali dan mengembangkan nilai nilai dan karakter budaya
setempat. Ini akan membangkitkan harga diri masayarakat seb[ CITATION Han07 \l
1057 ]agai bagian dari kebhinnekaan budaya nasional kita.40
Otonomi dalarn arti sempit dapat diartikan sebagai "mandiri". Sedangkan dala
makna yang luas diartikan sehagai "berdaya".Dengan dernikian otonorni duerah
berarti kernandirkm suatu daerah dalarn kaitan pembuatan dan pengambilan
keputusan mengenai kepentingan daerahnya sendiri. Jika daerah sudah mampu
mencapai kondisi tersebut, rnaka daerah dapat dikatakan sudah berdaya untuk
melakukan apa saja seca•a mandiri tanpa tekanan dari luar.41
39
Ibid; hal 18
40
Ibid; hal 18
41
Azyumardi Azra, Pendidikan Kewargaan (Civil Education): Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan
Masyarakat Madani, (Cet. I; Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidatatullah Jakarta), 150.
63
C. Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan
dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah.
D. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
E. Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
F. Undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (revisi UU
No. 32 Tahun 2004).
42
Ubedilah, dan abdul razaq , Demokrasi, HAM,dan Masyarakat Madani (Jakarta: Indonesia Center for
CivieEducation, 2000), 170.
43
Widjaja,Otonomi Daerah dan Daerah Otonom ,Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2002, 76.
65
memiliki wilayah sangat luas terhagi dalam bentuk pulau-pulau dan dapat
disatukan menjadi kepulauan nusantara, dengan semboyan Bhineka Tunggal
Ika. Seluruh masyarakatnya dapat disatukan, seperti dikatakan oleh
Soepomo, dalam sidang BPUPKI atau Dokuritsu Zyumbi Tjoosakai pada
Tanggal 31 Mei 1945, bahwa Negara adalah susunan masyarakat yang integral,
segala golongan, segala lapisan, segala kaitannya berhubungan erat satu sama lain,
dan merupakan kesatuan masyarakat yang organis.44
Pada tahun 2014 UU merngenai pemerintahan daerah ini di revisi kembali karena
sudah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan
penyelenggaraan pemerintahan daerah. UU No.23 tahun 2014 ini disempurnakan dua
kali. Penyempurnaan pertama dengan dikeluarkannya peraturan pemerintah pengganti
undang-undang nomor 2 tahun 2014 tentang perubahan atas undang-undang nomor 23
tahun 2014 tentang pemerintahan daerah. Adapun perubahan kedua ialah dengan
dikeluarkannya UU No. 9 tahun 2015.
f)Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi badan
legislatif daerah, baik fungsi legislatif, tungsi pengawas maupun fungsi
anggaran atas penyelenggaraan pemerintah daerah.
67
g) Pelaksanaan asas dekonsentrasi diletakkan pada daerah provinsi dalam
kedudukannya sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan kewenangan
sebagai wakil daerah.
Sejalan dengan pendapat di atas, The Liang Gie dalam Abdurrahman (1987)
mengemukakan bahwa tujuan pemberian otonomi daerah adalah :
45
Koesoemahamadja,R.D.H., 1978, Fungsi & Struktur Parnongpraja, Alumni, Bandung.
68
Tujuan utama otonomi daerah adalah :
1. Kesetaraan politik ( political equality )
2. Tanggung jawab daerah ( local accountability )
3. Kesadaran daerah ( local responsiveness )
69
nilai-nilai tradisional. Oleh karena itu, otonomi daerah mempunyai prinsip nyata,
yaitu sesuai dengan situasi dan kondisi obyektif wilayah masing-masing. Di mana
situasi dan kondisi wilayah tersebut akan berbeda satu sama lain. Daerah
diberikan kebebasan, kewenangan, dan kewajiban yang yang dilaksanakan secara
nyata sesuai kekhasan daerah yang dikuasainya. Pemerintah pusat hanya
memberikan kebijakan secara garis besar dan pemerintah daerah yang
mendefinisikan sendiri sesuai kemampuan daerah.
70
4. Prinsip Dinamis
Prinsip otonomi daerah pada pokoknya tiga hal yang telah disebutkan di
atas. Adapun prinsip-prinsip lain merupakan prinsip tambahan. Di antaranya
adalah prinsip dinamis. Dalam prinsip dinamis, diharapkan proses
penyelenggaraan pemerintah pada daerah terus bergerak maju mengikuti
perkembangan dunia saat ini. Apalagi saat ini dampak globalisasi hampir tidak
dapat dibendung. Penyelenggaraan pemerintah daerah berprinsip dinamis dengan
memperhatikan hal tersebut. Mengambil segala dampak positifnya dan melindungi
masyarakat dari segala dampak negatif. Misalnya, penyelenggaraan pemerintah
dengan mengoptimalkan peranan teknologi informasi sebagai prinsip dinamis
menyesuaikan dengan globalisasi. Namun di sisi lain, pemerintah ikut aktif
memerangi penyalahgunaan bahaya narkoba bagi generasi muda yang kian marak
karena semakin mudah masuk ke wilayah mana saja berkat teknologi.
5. Prinsip Kesatuan
Pada penyelenggaraan pemerintah daerah juga harus mempunyai prinsip
kesatuan. Prinsip ini diperlukan sehingga pemerintah daerah benar-benar berusaha
meningkatkan kesejahteraan warga / masyarakat di daerahnya di segala bidang.
Dengan meningkatnya kesejahteraan, cara mengatasi kesenjangan sosial dengan
wilayah lain dapat diminimalisir. Akibatnya, persatuan dan kesatuan semakin
terjaga. Selain itu, pemerintah daerah harus memperhatikan segala dinamika yang
terjadi di wilayahnya sehingga lebih cepat menyelesaikan masalahnya jika terjadi
hal yang tidak diinginkan, Begitu pula dengan gerakan-gerakan yang dapat
meniadakan kesatuan. Pemerintah Daerah sendiri harus tetap berada dan
merupakan bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bukan wilayah yang
berdaulat.
6. Prinsip Penyebaran
Otonomi daerah di Indonesia dibuat dan dilaksanakan dengan prinsip
penyebaran. Yaitu, penyebaran pembangunan dan kesempatan agar pembangunan
71
dapat dirasakan secara merata oleh seluruh penduduk Indonesia. Prinsip
penyebaran ada karena wilayah Indonesia yang sangat luas dan membentang dari
Sabang sampai Merauke dengan ribuan pulau di dalamnya. Apabila pemerintah
pusat melakukan segala sesuatunya tanpa bantuan asas desentralisasi daerah, maka
ada tempat-tempat yang jauh dan terpencil yang mungkin tidak mengenal
pembangunan. Oleh karena itu, penyelenggara pemerintah daerah harus benar-
benar optimal dan jeli menangkap aspirasi masyarakat dan apa kebutuhan
daerahnya untuk kemudian membuta kebijakan sesuai dengan kebutuhan dan
sumberdaya yang ada.
7. Prinsip Keserasian
Otonomi daerah diselenggarakan bukan ingin mengeksploitasi semua
sumberdaya daerah tanpa mmeperhatikan akibatnya. Prinsip keserasian tetap
dipertahankan. Penggunaan sumberdaya yang ada dengan sebesar-besarnya untuk
kesejahteraan masyarakat dengan memperhatikan keseimbangan. Tidak
menghabiskan begitu saja. Ini terutama berlaku pada penggunaan sumberdaya
alam. Penggunaan sumberdaya alam di daerah harus memperhatikan
keseimbangan dan keserasian dengan lingkungan. Artinya tidak merusak dan
membahayakan lingkungan yang akibatnya akan berbalik kepada masyarakat
sendiri.
8. Prinsip Demokrasi
Prinsip dan ciri utama pemerintahan demokrasi tetap dijadikan pedoman
dalam penyelenggaraan pemerintah daerah. Demokrasi yang menyatakan bahwa
kedaulatan id tangan rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Dalam hal ini semua
kegiatan pembangunan dapat melibatkan semua masyarakat untuk kesejahteraan
mereka. Kebijakan yang dibuat juga harus kebijakan yang pro rakyat.
9. Prinsip Pemberdayaan
72
Tujuan dari penyelenggaraan otonomi daerah adalah meningkatkan daya
guna / manfaaat dan hasil dari tiap daerah. Artinya memberdayakan semua
sumberdaya yang ada seoptimal mungkin dengan tetap memperhatikan keserasian
dan keseimbangan. Prinsip pemberdayaan ini bertujuan untuk kesejahteraan
masyarakat setempat dan masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Contoh
pemberdayaan tidak hanya dilakukan pada sumberdaya alam, tetapi juga untuk
sumberdaya manusia. Sumberdaya manusia ini dapat diberdayakan apabila
pendidikan dan ketrampilannya ditingkatkan. Berarti kebijakan peningkatan
pendidikan yang terkait dengan mencerdaskan kehidupan bangsa adalah salah satu
fungsi dan prinsip-prinsip otonomi daerah.
73
RINGKASAN
Negara yang memiliki sistem pemerintahan yang baik, akan membuat negara
tersebut semakin berkembang dan maju kedepan, Maka dari itu penerapan sistem
pemerintahan yang baik perlu dilakukan agar negara tidak pasif dan hanya dijalankan
oleh negara-negara lainnya. Oleh sebab itu, peningkatan kualitas pemerintahan juga
perlu dijankan agar negar bisa ikut serta berkontribusi dalam perkembangan zaman di
dunia. Mengelola pemerintah yang bersih dan berwibawa merupakan sikap pemerintah
untuk berusaha menata pemerintahan yang baik. Pemerintahan yang baik itu berarti
baik dalam proses maupun pelaksanaannya. Artinya, semua unsur dalam pemerintah
bisa bergerak secara sinergis, tidak saling berbenturan, memperoleh dukungan dari
rakyat, dan bebas dari gerakan-gerakan anarkis yang bisa menghambat proses
pembangunan.
Good Givernance sebagai kriteria Negara-negara yang baik dan berhasil dalam
pembangunan, bahkan dijadikan semacam kriteria untuk memperoleh kemampuan
bantuan optimal dan Good governance dianggap sehagai istilah standar untuk
organisasi publik hanya dalam arti pemerintahan. Secara konseptual good dalam bahasa
Indonesia baik dan Governance adalah kepemerintahan Menurut LAN (Lembaga
Administrasi Negara) dalarn Sedarmayanti (2008:130) mengemukakana
good dalam good governance mengandung dua arti:
Good governance pada dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu kepada
proses pencapaian keputusan dan pelaksanaannya yang dapat
74
dipertanggungjawabkan secara bersama. Sebagai suatu konsensus yang dicapai
oleh pemerintah, warga negara, dan sektor swasta bagi penyelenggaraan
pemerintahaan dalam suatu negara. Good governance memiliki beberapa prinsip
guna mewujudkan pengendalian suatu pemerintahan yang baik agar dapat
mencapai hasil yang dikehendaki.
1. Transparansi(Transparency)
Transparansi adalah keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang
diambil oleh pemerintah. Prinsip transparansi menciptakan kepercayaan timbal-
balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan
menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai.
Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus infonnasi secara langsung dapat
diterima oieh mereka yang membutuhkan. infonnasi harus dapat dipahami
dan dapat dimonitor.Transparansi (keterbukaan umum) adalah salah satu unsur
yang menopang terwujudnya good governance. Akibat tidak adanya prinsip
transparansi ini, menurut banyak ahli Indonesia telah terjerembab dalam kubangan
korupsi yang berkepanjangan dan parah. Menurut Gaffar, terdapat 8 (delapan) aspek
mekanisme pengelolaan negara yang harus dilakukan secara transparan, yaitu :
1. Penetapan posisi, jabatan dan kedudukan.
2. Kekayaan pejabat public.
3. Pemberian penghargaan.
4. Penetapan kebijakan yang terkait dengan pencerahan
kehidupan.
5. Kesehatan.
6. Moralitas para pejabat dan aparatur pelayanan
7. Keamanan dan ketertiban.
8. Kebijakan strategis untuk pencerahan kehidupan
masyarakat
75
2. Peduli pada Stakeholder
Peduli pada dunia usaha yaitu berbagai lembaga-lembaga dan seluruh
proses pemerintahan harus berusaha melayani semua pihak yang berkepentingan.
Praktek good governance kemudian menjadi guidence atau panduan untuk
operasional perusahaan, baik yang dilakukan dalam kegiatan internal maupun
eksternal perusahaan. Internal berkaitan dengan operasional perusahaan dan
bagaimana perusahaan tersebut bekerja, sedangkan eksternal lebih kepada
bagaimana perusahaan tersebut bekerja dengan stakeholder lainnya, termasuk
didalamnya publik.
76
mengungkapkan pendapat secara konstruktif. Partisipasi bermaksud untuk
menjamin agar setiap kebijakan yang diambil mencerminkan aspirasi masyarakat.
5. Kesetaraan (Equity)
Good governance juga harus didukung dengan asas kesetaraan, yakni
kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan. Sernua warga Negara, baik laki-laki
maupun perempuan rnempunyai kesempatan untuk meningkatkan atau menjaga
kesejahteraan mereka. Asas ini harus diperhatikan secara sungguh-sungguh oleh
semua penyelenggara pemerintahan di Indonesia karena kenyatan sosiologis
bangsa kita sebagai bangsa yang majemuk, baik etnis, agama, dan budaya. Semua
warga masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau mempertahankan
kesejahteraan mereka. Prinsip kesetaraan menciptakan kepercayaan timbal-balik
antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin
kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai.
77
dijunjung tinggi dan nilai-nilai kehidupan bermasyarakat juga diperhatikan.
Partisipasi masyarakat dalam proses politik dan perumusan-perumusan kebijakan
publik memerlukan sistem dan aturan-aturan hukum. Tanpa ditopang oleh sebuah aturan
hukum dan penegakannya seeara konsekuen, partisipasi publik dapat berubah menjadi
tindukan publik yang anarkis. Santoso menegaskan bahwa pmses mewujudkan eita-cita good
governance, harus diimbangi dengan komitmen untuk menegakkan rule oflaw dcngnn
karakter-karakter scbagai berikut
a. Kepastian hukum.
b. Hukum yang responsitif.
c. Penegakan hukum yang konsisten dan non diskriminatif.
d. Independensi peradilan.
e. Supremasi hukum
8. Akuntabilitas (accountability)
Akuntabilitas adalah pertanggungjawaban secara bertingkat ke atas.
Dari organisasi manajemen paling bawah hingga dewan direksi, dan dari dewan
direksi kepada dewan komisaris. Akuntabilitas secara luas diberikan oleh dewan
komisaris kepada masyarakat. Sedangkan akuntabilitas secara sempit dapat
diartikan secara finansial. Asas akuntabilitas adalah pertanggung jawaban pejabat
publik terhadap masyarakat yang memberinya kewenangan untuk mengurusi
kepentingan mereka. Secara teoritik, akuntabilitas menyangkut dua dimensi yakni
akuntabilitas vertikal yang memiliki pengertian bahwa setiap pejabat harus
mempertanggungjawabkan berbagai kebijakan dan pelaksanaan tugas-tugasnya
terhadap atasan yang lebih tinggi, dan yang kedua akuntabilitas horisontal yaitu
pertanggungjawaban pemegang jabatan publik pada lembaga yang setara. Para
pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor swasta dan masyarakat (civil society)
bertanggung jawab kepada publik dan lembaga-lembaga stakeholder. Akuntabilitas
ini tergantung pada organisasi dan sifat keputusan yang dibuat, apakah keputusan
tersebut untuk kepentingan atau eksternal organisasi.
78
9. Visi Strategis
Dimana seorang pemimpin dan masyarakat diharuskan memiliki perspektif
yang luas dan jauh ke depan atas tata pemerintahan yang baik dan pembangunan
manusia, serta kepekaan untuk mewujudkannya, harus memiliki pemahaman atas
kompleksitas kesejarahan sosial budaya yang menjadi dasar bagi perspektif
tersebut. Tidak hanya itu, seseorang yang memiliki jabatan publik atau lembaga
profesional lainnya, harus memiliki kemampuan menganalisa persoalan dan
tantangan yang akan dihadapi oleh lembaga yang dipimpinnya.
46
Agus Dwiyanto, Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik,
(Yogyakarta : Gajah Mada Univercity Press, 2009).
79
dalam hitungan, aktor tersebut adalah dunia internasional. Merestrukturisasi pola
relasi pemerintah, swasta dan masyarakat secara domestik dengan mengabaikan
peran aktor internasional adalah pengingkaran atas realitas global. Dampak dari
pengingkaran ini adalah banyaknya variable, yang sebenarnya sangat penting,
tidak masuk kedalam hitungan. Variabel-variabel yang absen itu adalah kearifan
lokal (akibat hegemoni terma “good” oleh Barat) dan dampak dari kekuatan
kooptatif internasional. Secara konseptual keberhasilan penerapan good
governance di berbagai dunia akan selayaknya juga dibarengi dengan dampak
kuatnya fundamental ekonomi rakyat. Kenyataannya, relasi antara kesejahteraan
rakyat dengan good governance tidaklah seindah teori. Makin merekatnya
hubungan antara negara, bisnis dan rakyat ternyata tidak serta merta menguatkan
fundamental ekonomi rakyat. Pukulan krisis pangan adalah bukti konkrit yang
tidak bisa dipecahkan oleh good governance.
Agar dapat dikatakan pemerintahan yang baik, ada beberapa langkah yang
harus ditempuh agar bisa menerapkan konsep good governance.
80
adalah ketidakmandirian lembaga peradilan hakim, jaksa. dan polisi tidak
bida dengan leluasa menetapkan perkara, sehingga mereka tidak mampu
menampilkan dirinya sebagai the prophet oflaw.
81
3. Aparatur Pemerintahan yang Profesional dan Penuh Integritas
82
daerah. Otonomi berasal bahasa Yunani yaitu “autos” dan “namos“. Autos yang
berarti sendiri dan namos yang berarti aturan atau undang-undang. Jadi otonomi
bisa dikatakan sebagai suatu kewenangan untuk mengatur sendiri atau
kewenangan untuk membuat aturan guna mengurus rumah tangga sendiri.
Sedangkan daerah ialah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas
wilayah tertentu.
Selain itu, didalam UUD 1945 yang menjadi konstitusi Indonesia dan UU
yang berlaku juga terdapat beberapa prinsip otonomi daerah sebagai berikut.
1. Prinsip Otonomi Nyata
2. Prinsip Tanggung Jawab
3. Prinsip Otonomi Daerah Seluas-Luasnya
4. Prinsip Dinamis
5. Prinsip Kesatuan
6. Prinsip Penyebaran
7. Prinsip Keserasian
83
8. Prinsip Demokrasi
9. Prinsip Pemberdayaan
84
Tujuan dilaksanakannya otonomi daerah adalah :
1. Mencegah pemusatan kekuasaan dan Terciptanya pemerintahan yang
efisien
2. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan ekonomi di daerah masing
masing.
85
DAFTAR PUSTAKA
A. Ubaedillah dan Abdul Rozaq, Demok•asi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat
Madani, (Jakarta : 1CCE UIN Syarif Hidayatullah, 2007), Cet. IV,
hal, 215,
A. Ubaidillah dan Abdul Rozaq, Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat
Madani, (Jakarta: IATN Jakarta Press, 2007), hal, 218-228.
https://www.researchgate.net/publication/336711323_Perwujudan_Good_
Governance_melalui_Reformasi_Birokrasi_Publik_dalam_Perspektif_Huk
um_Administrasi_Negara (diakses tanggal 9 Oktober 2020)
Anonim, Ilmu Administrasi Negara, 2013, I (2): 196-209 hal :3, (eJournal).
Anonim, Pengertian Good governance menurut Ahli, 2011,
86
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2020/03/pengertian-otonomi-daerah.html
(diakses tanggal 09 oktober 2020, jam 10.42)
Anonim,prinsip dan tujuan otonomi daerah, 2013.
http://adyafriant.blogspot.com/2015/04/pengertian-prinsip-dan-tujuan-
otonomi.html#:~:text=Tujuan%20dan%20Prinsip%20Otonomi
%20Daerah&text=otonomi%20daerah%20adalah%20%3A-,1.,ekonomi
%20di%20daerah%20masing%2Dmasing. (diakses pada tanggal 09
oktober 2020)
87
Azyumardi Azra, Pendidikan Kewargaan (Civic Education): Demokrasi, Hak
Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, (Cet. I; Jakarta: ICCE UIN
Syarif Hidatatullah Jakarta), 150.
budiardjo, M. (2003). dasar dasar ilmu politik. jakarta: PT. Gramedia pustaka uta
ma.
haris, S. (2005). desentralisasi dan otonomi daerah. semarang: yayasan obor indon
esia.
88
PENGARUH AMANDEMEN PEDOMAN
PENGHAYATAN PENGAMALAN PANCASILA
Oleh:
Izzat Chairi (07010320015)
Khairul Atfal (07040320127)
Nailil Muhimmah (07020320067)
Novita Hernilia Putri (07020320069)
Moch. Hafidz Muwaffaq (07040320130)
Dosen Pengampu:
Dr.H.Ismail, M.Si
2020
89
DAFTAR ISI
90
MEMBANGUN HAM, DEMOKRASI AGAMA, DAN NEGARA
A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara yang kaya akan perbedaan. Mulai dari ras,
suku, agama, dan budaya semuanya memiliki ciri khas masing-masing di
wilayahnya. Hal ini didukung karena bentuk negara Indonesia sebagai negara
kepulauan. Sebagaimana tertulis didalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 25A bahwa “Negara Kesatuan Republik
Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan
wilayah yang batas- batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang”.
Karena wilayahya berbentuk kepulauan dan merupakan daerah lintas
perdagangan dunia, ditinjau dari segi sejarah, sudah banyak bangsa asing yang
datang ke nusantara dahulu sebelum bangsa ini merdeka.
Ini merupakan salah satu faktor berkembangnya banyak ras, suku, agama,
dan budaya yang dapat kita temukan di setiap wilayah di Indonesia disamping
berdirinya kerajaan kuno yang membawa keyakinan dan paham yang berbeda-
beda di zamannya. Namun perlu diketahui bahwa tidak semua perbedaan itu
membawa dampak yang baik bagi bangsa, akan tetapi bisa saja muncul
perpecahan dari perbedaan yang ada. Misalnya banyak terjadi perang antar suku
seperti Dayak dengan Madura, perang antar agama yang pernah terjadi di Poso,
serta konflik lainnya.
91
Hal ini menyebabkan kekerasan dan pertumpahan darah antar manusia
yang menyalahi pada Hak Asasi Manusia sebagai pondasi utama untuk
melindungi hak-hak manusia yang beragam bentuknya sebagai kebebasan dirinya
untuk hidup sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Akan tetapi, tanpa dasar demokrasi
semua itu tak akan pernah selesai sebagai dasar Pasal 1 ayat (2) UUD 45
mengatakan: ”Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut
Undang-Undang Dasar”. Hal ini juga didasari pada sumber didalam Al-Qur’an
yang banyak menyebut tentang demokrasi dan toleransi antar perbedaan yang ada
seperi didalam Q.S Ali Imran ayat 159 yang berbunyi :
اورْ هُ ْم فِى ٱأْل َ ْم ِر ۖ فَإ ِ َذا َع َز ْمتَ فَت ََو َّكلْ َعلَى ٱهَّلل ِ ۚ إِ َّن ٱهَّلل َ ي ُِحبُّ ْٱل ُمتَ َو ِّكلِي
ِ لَهُ ْم َو َش
Artinya : “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam
urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya. (Q.S Ali Imran : 159).
Jikalau dasar-dasar ini diamalkan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara maka akan terciptanya demokrasi didalam suatu bangsa yang berisi
kerukunan dan ketenangan didalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang
menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia. Berkaitan dengan sejarah lahirnya hak
asasi manusia bermula dari seorang filsuf Inggris yang bernama John Locke pada
abad ke-17 yang menyatakan adanya hak melakt pada setiap diri manusia, yaitu
ha katas hidup, hak-hak kebebasan, dan hak milik. Sejarah perkembangan hak
asasi manusia juga ditandai dengan adanya tiga peristiwa penting di dunia Barat
yaitu magna charta, revolusi Amerika, dan revolusi Perancis. Sejarah mencatat
bahwa sistem pemikiran HAM muncul dalam rangka memperjuangkan HAM
untuk diakui, dihormati, dilindungi, dan ditegakkan demi harga diri dan martabat
manusia serta keberlangsungannya sebagai landsan moral dalam pergaulan
kehidupan manusia, baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, maupun
92
bernegara.47
47
48
93
HAM sebagai gagasan tidak lahir secara tiba-tiba namun melalui
kesepakatan bersama sebagimana “Universal Declaration of Human Right” 10
Desember 1948, tetapi melalui proses yang panjang dalam sejarah peradaban
manusia. Perspektif sejarah deklarasi yang ditandatangani oleh majelis umum
PBB sebagai pengakuan Yuridis formal dan merupakan titik perjuangan sebagian
besar umat manusia dibelahan dunia khususnya yang bergabung dalm PBB.
94
Upaya konseptualitas hak asasi baik barat maupun timur masih bersifat
local, parsial, dan sporadikal. Pada zaman yunani kuno plato telah memaklumkan
pada warga bahwa kesejahteraan bersama akan tercapai manakala setiap warganya
melaksanakan hak dan kewajiban masing- masing. Dalam akar kebudayaan bangsa
Indonesia, pengakuan serta penghormatan tentang HAM sudah dimulai sejak
berkembang seperti halnya dalam masyarakat jawa dikenal degan “hak pepe” yaitu
hak warga desa yang diakui dan dohormati oleh penguasa seperti hak
mengemukakan pendapat walaupun hak itu bertentangan dengan kemauan
penguasa.
49
95
Sejalan dengan pandangan di atas, Pancasila sebagai dasar negara
mengandung pemikiran bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha
Esa dengan menyandang dua aspek yakni, aspek individualitas (pribadi) dan
aspek sosialitas (bermasyarakat). Oleh karena itu, kebebasan setiap orang
dibatasi oleh hak asasi orang lain. Ini berarti bahwa setiap orang mengemban
kewajiban mengakui dan menghormati hak asasi orang lain. Kewajiban ini juga
berlaku bagi setiap organisasi pada tataran manapun, terutama negara dan
pemerintah, Dengan demikian, negara dan pemerintah bertanggung jawab untuk
menghormati, melindungi, membela, dan menjamin hak asasi manusia setiap
warga negara dan penduduknya tanpa diskriminasi.4HAM adalah seperangkat
hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap
orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. 50
Hak yang melekat pada keberadaan manusia ini yang kemudian memunculkan
konsep kebebasan.
50
96
toleransi dengan membelenggu kebebasan. Untuk dapat mempersandingkan
keduanya, pemahaman yang benar mengenai kebebasan bergama dan toleransi
beragama merupakan sesuatu yang penting.
Di dalam kerangka kebebasan beragama, maka ada dua hal yang mesti
diperhitungkan, yaitu: freedom to be dan freedom to act. Freedom to be terkait
dengan kebebasan agama yang asasi, yaitu kebebasan menjadi beragama. Di
sini maka orang bebas untuk mengekspresikan agamanya dalam ranah
individunya dan negara tidak bisa campur tangan terhadapnya. Misalnya,
ketika orang Islam harus menyebut nama Tuhannnya dengan sebutan Allah,
yang berbeda dengan cara orang Katolik atau Protestan menyebutnya atau orang
Budha atau Hindu harus menyebutnya. Begitu pula cara orang melakukan relasi
dengan Tuhannya melalui ritual-ritual agamanya. Semua ini tidak bisa
diintervensi oleh siapapun termasuk negara.51
Akan tetapi yang tidak boleh dilupakan adalah freedom to act, yaitu
kebebasan yang terkait dengan orang banyak atau masyarakat. Di sini maka ada
hak dan kewajiban. Orang tidak bisa mengekspressikan agamanya di depan
orang banyak atau masyarakat dengan semau-maunya. Demikian pula apa
yang dilakukan juga tidak boleh membuat orang lain sakit hati atau merasa
ternodai. Di sinilah negara bisa melakukan intervensi, Makanya, empat
kebebasan di atas juga terkait dengan Undang-Undang, sebab dia tidak berdiri
sendiri akan tetapi terkait dengan orang lain. Tentang kebebasan berserikat
dan berpendapat, maka juga di atur oleh Undang-Undang, demikian pula
tentang kebebasan memperoleh kesejahteraan dan kebebasan akan rasa aman dan
dari ketakutan.. Dan yang paling krusial tentu saja adalah tentang kebebasan
beragama dan toleransi beragama. Di Indonesia Kaidah-kaidah dan prinsip-
prinsip perlindungan HAM harus berdasarkan Pancasila, yang menurut
Satjipto Rahardjo, Pancasila merupakan sumber dari segala sumber
Hukum, yang ditarik kedalam kehidupan kenegaraan, kehidupan politik,
praktek dan kehidupan sosial kemasyarakatan yang bertumpu pada tatanan
51
97
kehidupan yang adil, makmur, materiil maupun spirituil sehingga terwujud
manusia Indonesia seutuhnya sebagaimana manusia yang diinginkan dewasa ini.
B. Pengertian Membangun
Menurut para ahli membangun tersirat dari kata pembangunan yaitu52 :
C. Pengertian HAM
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan, “HAM sebagai hak
yang dilindungi oleh PBB, yang termasuk di dalamnya adalah hak untuk
merdeka, hak untuk memiliki pendapat, termasuk juga hak untuk
mengeluarkannya, serta hak untuk hidup. Pengertian ini mengacu juga pada
deklarasi Internasional yang dikeluarkan oleh PBB.” Menurut UU Nomor 39
tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia adalah penghormatan kepada manusia
sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Masa Esa yang mengemban tugas
mengelola dan memelihara alam semesta dengan penuh ketaqwaan dan penuh
tanggung jawab untuk kesejahteraan umat manusia, oleh pencipta-Nya
dianugerahi hak asasi untuk menjamin keberadaan harkat dan martabat kemuliaan
dirinya serta keharmonisan lingkungannya. Menurut Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVII/MPR/1998, hak asasi
52
98
manusia adalah hak dasar yang melekat pada diri manusia yang sifatnya kodrati
dan universal sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa dan berfungsi untuk
menjamin kelangsungan hidup, kemerdekaan, perkembangan manusia dan
masyarakat yang tidak boleh diabaikan, dirampas, atau diganggu-gugat oleh
siapapun.
John Locke (seorang filsuf dari Inggris yang menjadi salah satu
tokoh utama dari pendekatan empirisme dan dikenal sebagai filsuf negara liberal),
“Hak asasi adalah hak yang diberikan langsung oleh Tuhan sebagai sesuatu yang
bersifat kodrati. Artinya, hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya tidak
dapat dipisahkan dari hakikatnya, sehingga sifatnya suci.”
Austin Ranney (seorang ilmuwan politik Amerika dan pakar
tentang partai-partai politik di Amerika Serikat), “HAM adalah ruang kebebasan
individu yang dirumuskan secara jelas dalam konstitusi dan dijamin
pelaksanaannya oleh pemerintah.
Haar Tilar (seorang tokoh pendidikan Indonesia), “HAM adalah
hak yang melekat pada diri tiap insan, apabila tiap insan tidak memiliki hak-hak
itu maka setiap insan tersebut tidak bisa hidup seperti manusia. Hak tersebut
didapatkan pada saat sejak lahir ke dunia.
Prof. Koentjoro Poerbopranoto (seorang Dekan Fakultas Hukum
Universitas Surabaya pada tahun 1977-1978 dan Rektor Universitas Surabaya
pada tanggal 1 Juli 1976), “Hak asasi manusia adalah suatu hak yang bersifat
mendasar. Hak yang telah dimiliki setiap manusia dengan berdasarkan kodratnya
yang tidak dapat bisa dipisahkan sehingga HAM bersifat suci.”
99
Muladi (Gubernur Lemhannas terlama, dan mantan Menteri
Kehakiman merangkap Menteri Sekretaris Negara pada masa Kabinet Reformasi
Pembangunan. Sebelum menjabat menteri, dan seorang Rektor Universitas
Diponegoro)., “Hak asasi manusia adalah segala hak pokok atau mendasar yang
melekat pada diri setiap manusia dalam kehidupannya.”
100
Oemar Seno Adji (mantan Ketua Mahkamah Agung RI periode 1974-
1982), “Yang dimaksud dengan hak-hak asasi manusia ialah hak yang melekat pada
martabat manusia sebagai insan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang sifatnya tidak
boleh dilanggar oleh siapapun, dan yang seolah-olah merupakan suatu holy area.”
D. Pengertian Demokrasi
1
2