Anda di halaman 1dari 41

PARADIGMA MEMBANGUN KARAKTERISTIK MASYARAKAT

MADANI

Oleh :
Lailiyul Karimah (07040320128)
Muhammad Roif (07020320061)
Muhammad Nizardi Samudra Arungan (07010320016)
Muhammad Hasyim Nur Hamid (07010320018)
Mifta Hikma Nurhasanah (07040320130)

Dosen Pengampu :
Dr. H. Ismail, M.Si

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA 2020DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................
i
PARADIGMA MEMBANGUN KARAKTERISTIK MASYARAKAT MADANI
A. Latar Belakang
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
1
B. Pengertian Karakter
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
4
C. Pengertian Karakter dan Karakteristik
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
5
D. Pengetian Masyarakat Madani
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
5
E. Sejarah Perkembangan Masyarakat Madani Dalam Peradaban Islam
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
6
F. Karakteristik dan Ciri-ciri Masyarakat Madani
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
8
G. Institusi Penegak Masyarakat Madani
..............................................................................................................................

I
..............................................................................................................................
10
H. Kelebihan dan Kelemahan Konsep Masyarat Madani
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
11
I. Membangun Masyarakat Madani di Indonesia
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
15
J. Indonesia Sebagai Masyarakat Madani
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
16
RINGKASAN..................................................................................................................
18
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................
31

II
PARADIGMA MEMBANGUN KARAKTERISTIK MASYARAKAT MADANI

A. Latar Belakang

Diskursus mengenai civil society sebenarnya baru populer di indonesia sekitar


awal tahun 1990-an. Kemunculan wacana civil society dalam banyak hal terkait erat
dengan fenomena tentang kondisi sosial politik global dan meluasnya proses
demokratisasi di seluruh dunia pada sekitar dasawarsa 1980-an, serta dinamika
interbal politik indonesia.

Fenomena itu berawal dari bangkitnya nasionalisme di Eropa Timur dan


Eropa Tengah yang menandai tumbangnya rezim-rezim totalitarian yang kemudian di
susul oleh arus demokratisasi di berbagai kawasan, mulai Amerika latin, tengah dan
sejumlah negara-negara di Afrika dan Asia. Wacana civil sociaty kembali marak di
perbincangkan di indonesia ketika terjadi perubahan kondisi sosial politik yang di
sponsori oleh gerakan besar reformasi.

Seiring dengan proses perubahan ini, akhirnya tercetuslah sebuah ide


membentuk masyarakat madani dalam perspektif ke indonesia-an. Ide ini menjadi isu
sentral negara bangsa kontemporer yang didukung oleh para elit politik indonesia.
Istilah masyarakat madani oleh para cendekiawan dan politikus dijadikan sebagai
sebuah altenatif paradigma baru untuk membentuk semangat negara bangsa yang
besar, demokratis, berkeadilan sosial, menjunjung hukun dan mengayomisendi-sendi
kemanusiaan.

Di kalangan publik, civil society diinterpretasi dan diadaptasi dalam berbagai


kosakata. Ada yang mengistilahkan denfan masyarakat madani, masyarakat
kewargaan, masyarakat warga, masyarakat utama, masyarakat sipil, dan terkahir tetao
menggunakan terminologi civil society , tanpa berupaya menterjemahkannya lagi
sebagaimana yanv teteap digunakan dalam penelitian ini. Di antara beberpa
penggunaaan terminologi tersebut, secara sederhana bisa ditemukan adanya dua

1
kecenderungan pemikiran atau referensi besar dalam perdebatan tentang wacan civil
society di indonesia. Yaitu masyarakat sipil yang disintesakan dari pemikiran filsafat
sosial barat dan masyarakat madani yang diderivasikan dari pemikifan sisial politik
islam.1

Sebagai teori atau konsep, civil society sebenarnya sudah lama dikenal sejak
masa Aristoteles pada zaman Yunani Kuno, Cicero, pada zaman Roma Kuno, pada
abad pertengahan, masa pencerahan dan masa modern. Dengan istilah yang berbeda-
beda civil society mengalami evolusi pengertian yang berubah, dari masa ke masa.
Mewujudkan masyarakat madani adalah membangun kota budaya bukan sekedar
merevitalisasikan adab dan tradisi masyarakat local, tetapi lebih dari satu itu adalah
membangun masyarakat yang berbudaya agamis sesuai keyakinan individu,
masyarakat berbudaya yang saling cinta dan kasih yang menghargai nila-nilai
kemanusiaan.

Peradaban adalah istilah Indonesia sebagai terjemahan dari civilization. Asal


katanya artinya kehalusan, pembawaan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan
santun, tata-susila, kemanusiaan atau kesasteraan. Ungkapan lisan dan tulisan tentang
masyarakat madani semakin marak akhir-akhir ini seiring dengan bergulirnya proses
reformasi di Indonesia.2 Proses ini ditandai dengan munculnya tuntunan kaum
reformis untuk mengganti orde baru yang berusaha mempertahankan tantanana
masyarakat yang status quo menjadi tatanan masyarakat yang madani.

Untuk mewujudkan masyarakat madani tidaklah semudah membalikkan


telapak tangan. Namun, memerlukan proses panjang dan waktu serta menuntut
komitmen masing-masing warga bangsa ini untuk memformasi diri secara total dan

1
Suito, Deny. 2006. Membangun Masyarakat Madani. Centre For Moderate Muslim Indonesia:
Jakarta.

2
Suharto, Edi. 2002. Masyarakat Madani: Aktualisasi Profesionalisme Community Workers Dalam
Mewujudkan Masyarakat Yang Berkeadilan. STKS Bandung: Bandung.

2
konsisten dalam suatu perjuangan yang gigih. Karena itulah untuk itu kami mencoba
untuk menelusuri konsep pemikiran masyarakat tentang asas-asas masyarakat madani
degan tujuan ingin mengetahui sejauh mana masyarakat mengetahui tentang
masarakat madani.

Masyarakat madani dapat menjaga keseimbangan antar individu, kelompok,


dan masyarakat. Sehinugga mereka jarang sekali terjadi gesekan atau konflik antar
individu maupun kelompok. Menurut Nurcholis Madjid, yang dipersoalakan dengan
pengertian istilah masyarakat madani adalah masyarakat berperadaban sebagaimana
yang dibangun Nabi Muhammad selama sepuluh tahun di Madinah. Yakni masyarakat
yang adil, terbuka, dan demokratis, dengan landasan taqwa kepada Allah dan taat
pada ajarannya. Taqwa kepada Allah dalam arti semangat ketuhanan yang maha esa,
yang di dalam peristilahan kitab suci juga disebut semangat rabba>niyyah dan
ribbiyah inilah habl min al-Allah, tali hubungan dengan allah, dimensi vertikal hidup
manusia agar tidak jatuh hina dan nista. Dalam konteks ini jelas sekali bahwa
Masyarakat Madani adalah masyarakat yang berbudi luhur atau berakhlak mulia.

Pilihan terminologi masyarakat madani merupakan cerminan dari visi sosial


Nurholis Madjid dalam merumuskan masyarakat ideal yang dicita-citakan. Konsep
masyarakat madani yang dikembangkan Nurcholis Madjid relatif lebih akomodatif
terhadap negara, dalam hal ini adalah pemerintah orde baru. Konsep ini dirumuskan
sebagai tatanan sosial politik yang mengandalkan keterlibatan peran pemerintah atau
negara. Negara dalam konteks ini tidak diposisikan berhadapan secara diameteral
dengan warganya. Negara dalam struktur bangunan masyarakat madani dipandang
sebagai salah satu aktor penting untuk membangun situasi dan kondisi ketatanegaraan
yang demokratis.

Dalam konteks formulasi pemikiran civil society di atas, perbedaan


terminologi tentu saja tidak dapat dipahami semata-mata sebagai perbedaan
transliterasi ataupun konotasi. Perbedaan ini lebih didasarkan atas keterkaitan dengan
pengalaman sosial politik dan konfigurasi pemikiran masing-masing pribadi. Dalam

3
hal ini, terminologi masyarakat sipil maupun masyarakat madani sesungguhnya
mencermikan dua corak pemikiran yang berbeda. Perbedaan pemikiran tersebut
dibentuk oleh pengalamn keduanya di dalam memberikan jawaban atas berbagai
persoalan politim maupun keagamaan. Karakteristik masyarakat madani
meenjelaskan bagaimana cara merelisasikan rencana masyarakat. Berikut
karakterisrik Masyarakat Madani. (Wilayah publik yang bebas), adalah masyarakat
memiliki ruang yang bebas untuk berpendapat. Demokrasi, merupakan karakteristik
yanv penting bagi masyarakat madani. Demokrasi adalah tatanan sosial politik
masyarakat madani, mereka dpat menyuarakan pendapat mereka secara bebas dan
aman.

Toleransi, merupakan ciri khas dan menjadi komponen penting bagi


masyarakat madani. Toleransi adalah sikap saling menghormati dan menghargai satu
sama lainantar masyarakat. Prulalism, merupakan syarat penting masyarakat madani .
Prulalism merupakan sikap mengakui dan menerima kenyataan di masyarakat
majemuk dengan nilai positif. Keadilan sosial (social justice), yaitu keseimbangan
dalam tatanan sosial masyarakat yang mencangkup, ekonomi, politik, dan
pengetahuan.

B. Pengertian Paradigma

Berikut ini beberapa pengertian paradigma menurut para ahli :

1. Robert Friedrichs
Paradigma yaitu sekumpulan tata nilai yang membentuk pola pikir seseorang
sebagai titik tolak pandangannya dan membentuk citra subjektif seseorang
terhadap realita sehingga dapat menentukan cara menangani realita tersebut.

2. Robert Cohenn
Paradigma merupakan salah satu acuan atau dasar pikiran yang sifatnya filosofis
dalam pelaksanaan suatu motif atau tujuan.

4
3. Thomas Kuhn
Paradigma yakni segala sesuatu landasan berpikir, konsep dasar, atau landasan
berpikir yang digunakan atau dianut sebagai model atau konsep dasar para
ilmuan dalam melakukan studinya.

4. Egon G. Guba
Paradigma adalah sekumpulan dari keyakinan dasar yang membimbing tindakan
manusia dalam kehidupannya.

5. C. J. Ritzer
Paradigma ialah semua pandangan mendasar para ilmuan mengenai hal-hal yang
menjadi pokok permasalahan yang seharusnya dipelajari oleh cabang ilmu
pengetahuan tertentu.3

6. George Ritzer
Paradigma merupakan salah satu cara pendekatan investigasi, pada suatu objek
atau titik awal dalam menggunakan point of view, formulasi dalam sebuah teori,
dan mendesain pertanyaan atau refleksi yang sederhana.

C. Pengertian Karakter dan Karakteristik

a) Pengertian Karakter
Menurut W.B. Saunders, (1977: 126) menjelaskan bahwa karakter adalah
sifat nyata dan berbeda yang ditunjukkan oleh individu, sejumlah atribut yang
dapat diamati pada individu.Wyne mengungkapkan bahwa karakter yaitu men
andai bagaimana cara memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan
dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Oleh sebab itu seseorang yang
berperilaku tidak jujur, kejam atau rakus dikatakan sebagai orang yang
berkarakter jelek, sementara orang yang berprilaku jujur, suka menolong

3
https://seputarilmu.com/2019/11/paradigma-menurut-para-ahli.html

5
dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi istilah karakter erat
kaitannya dengan personality (kepribadian) seseorang.4

b) Pengertian Karakteristik

Karakteristik adalah mengacu kepada karakter dan gaya hidup seseorang


serta nilai-nilai yang berkembang secara teratur sehingga tingkah laku menjadi
lebih konsisten dan mudah di perhatikan (Nanda, 2013). Selain itu, menurut
Caragih (2013) karakteristik merupakan ciri atau karateristik yang secara alamiah
melekat pada diri seseorang yang meliputi umur, jenis kelamin, ras/suku,
pengetahuan, agama/ kepercayaan dan sebagainya.

D. Pengertian Masyarakat Madani

Masyarakat Madani (dalam Bahasa inggris : civil society) dapat diartikan


sebagai suatu masyarakat yang beradab dalam membangun, menjalani, dan memaknai
kehidupannya. Kata madani sendiri berasal dari bahasa arab yang
artinya civil atau civilized (beradab). Istilah masyarakat madani adalah terjemahan
dari civil atau civilized society, yang berarti masyarakat yang berperadaban. Untuk
pertama kali istilah Masyarakat Madani dimunculkan oleh Anwar Ibrahim, mantan
wakil perdana mentri Malaysia. Menurut Anwar Ibrahim, masyarakat madani
merupakan sistem sosial yang subur berdasarkan prinsip moral yang menjamin
keseimbangan antara kebebasan individu dengan kestabilan masyarakat. Inisiatif dari
individu dan masyarakat akan berupa pemikiran, seni, pelaksanaan pemerintah yang
berdasarkan undang-undang dan bukan nafsu atau keinginan individu. 5

4
https://id.wikipedia.org/wiki/
5
Sosrosoediro, Endang Rudiatin. 2007. Dari Civil Society Ke Civil Religion. MUI: Jakarta.

6
Dawam Rahardjo mendefinisikan masyarakat madani sebagai proses penciptaan
peradaban yang mengacu kepada nilai-nilai kebijakan bersama. Dawam menjelaskan,
dasar utama dari masyarakat madani adalah persatuan dan integrasi sosial yang
didasarkan pada suatu pedoman hidup, menghindarkan diri dari konflik dan
permusuhan yang menyebabkan perpecahan dan hidup dalam suatu
persaudaraan. Masyarakat Madani pada prinsipnya memiliki multimakna, yaitu
masyarakat yang demokratis, menjunjung tinggi etika dan moralitas, transparan,
toleransi, berpotensi, aspiratif, bermotivasi, berpartisipasi, konsisten memiliki
bandingan, mampu berkoordinasi, sederhana, sinkron, integral, mengakui,
emansipasi, dan hak asasi, namun yang paling dominan adalah masyarakat yang
demokratis.

Masyarakat madani adalah kelembagaan sosial yang akan melindungi warga


negara dari perwujudan kekuasaan negara yang berlebihan. Bahkan Masyarakat
madani tiang utama kehidupan politik yang demokratis. Sebab masyarakat madani
tidak saja melindungi warga negara dalam berhadapan dengan negara, tetapi juga
merumuskan dan menyuarakan aspirasi masyarakat.

Istilah masyarakat madani selain mengacu pada konsep civil society, juga
berdasarkan pada konsep negara-kota Madinah yang dibangun Nabi Muhammad
SAW pada tahun 622 M. Masyarakat madani juga mengacu pada konsep tamadhun
(masyarakat yang beradaban) yang diperkenalkan oleh Ibn Khaldun, dan konsep Al
Madinah al Fadhilah (Madinah sebagai Negara Utama) yang diungkapkan oleh
filsuf Al Farabi pada abad pertengahan.

E. Sejarah Perkembangan Masyarakat Madani Dalam Peradaban Islam

Jika dicari akar sejarahnya, maka dapat dilihat bahwa dalam masyarakat Yunani
kuno masalah ini sudah mengemuka. Rahardjo (1997) menyatakan bahwa istilah civil
society sudah ada sejak zaman sebelum masehi. Orang yang pertama kali yang

7
mencetuskan istilah civil society ialah Cicero (106-43 SM), sebagai orator Yunani
kuno. Sejarah Civil Society  Tidak terlepas dari filsuf yunani Aris Toteles (384-322
SM) yang mengandung konsep Civil Society sebagai sistem kenegaraan atau identik
dengan negara itu sendiri. Pada masa sekarang konsep Civil Society dikenal dengan
Istilah Koinonia Politeke yaitu sebuah koonitas politik tempat warga negara dapat
terlibat lansung dalam peraturan ekonomi-politik dalam mengambil keputusan. Istilah
Koinonia Politeke dikeukakan Aris Toteles untuk menggambarkan sebuah masyarakat
politis dan etis dimana warga negara didalamnya berkedudukan sama didepan hukum.
kemudian mengalami perubahan dengan pengertain Civil Society yaitu masyarakat
sipil diluar dan penyeimbang warga negara. Masyarakat saba, yaitu masyarakat di
masa nabi sulaiman. Nama saba yang terdapat dalam al-qur’an itu dijadikan nama
salah satu surah al-qur’an yaitu surah ke-34. keadaan masyarakat saba yang
dikisahkan dalam al-quran itu mendiami negeri yang baik, yang subur, dan nyaman.
Di tempat itu terdapat kebun dengan tanaman yang subur, yang menyediakan rezki,
memenuhi kebutuhan hidup masyarakatnya. Masyarakat madinah setelah terjadi
traktat, perjanjian madinah antara rasulullah saw beserta umat islam dengan
penduduk madinah yang beragama yahudi dan beragama watsani dari kaum Aus dan
khazraj.6

Ada dua masyarakat madani dalam sejarah yang terdokumentasi sebagai


masyarakat madani, yaitu:
 Masyarakat Saba’, yaitu masyarakat di masa Nabi Sulaiman.
 Masyarakat Madinah setelah terjadi traktat, perjanjjian Madinah antara
Rasullullah SAW beserta umat Islam dengan penduduk Madinah yang beragama
Yahudi dan beragama Watsani dari kaum Aus dan Khazraj. Perjanjian Madinah
berisi kesepakatan ketiga unsur masyarakat untuk saling menolong, menciptakan
kedamaian dalam kehidupan sosial, menjadikan Al-Qur’an sebagai konstitusi,
menjadikan Rasullullah SAW sebagai pemimpin dengan ketaatan penuh terhadap
keputusan-keputusannya, dan memberikan kebebasan bagi penduduknya untuk
memeluk agama serta beribadah sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.

6
Mansur, Hamdan. 2004. Materi Instrusional Pendidikan Agama Islam. Depag RI: Jakarta.

8
F. Karakteristik dan Ciri-ciri Masyarakat Madani

1. Menjunjung tinggi nilai nilai


 Menjunjung tinggi nilai, norma, dan hukum yang ditopang dengan iman,
ilmu, dan tekhnologi. Itu artinya masyarakat madani hidup berdasarkan aturan-
aturan yang berlaku, seperti nilai, norma, dan hukum. Ketaatan tersebut
dilandaskan pada ilmu dan tekhnologi yang telah dipelajari dan
dikembangkannya beserta kekuatan iman atau keyakinannya kepada Sang Maha
Pencipta.

2. Memiliki perabadan yang tinggi


Sebagai makhluk yang memiliki keyakinan atau iman kepada Sang Maha
Pencipta, masyarakat madani telah membuktikan bahwa mereka merupakan
manusia yang memiliki peradaban, yaitu beradab atau bertata krama. Selain
bertata krama terhadap Tuhan, tentunya juga bertata krama pada sesama manusia.

3. Mengedepankan kesederajatan dan transparansi.


Ciri masyarakat madani dalam hal ini adalah mereka menganggap bahwa
status mereka sama, baik pria atau perempuan. Transparansi atau keterbukaan
berarti mereka menjalankan hidupnya harus dengan sikap jujur dan tidak perlu
ada hal-hal yang harus ditutupi sehingga menumbuhkan rasa saling percaya antar
satu sama lain. Hal ini menunjukkan bahwa dalam masyarakat madani terdapat
nuansa demokrasi, di mana demokratisasi dapat diwujudkan dengan
adanyafungsi Lembaga Swadaya Masyarakat {LSM}, pers yang bebas,
supremasi atau kekuasaan tertinggi dalam hukum, partai politik, perguruan
tinggi, dan toleransi.

Hal ini dikarenakan dalam masyarakat sosial memiliki kaitan dengan


wacana kritik rasional masyarakat yang secara eskplisit atau jelas mensyarakat
munculnya demokrasi. Sedemikian sehingga masyarakat madani hanya bisa

9
dijamin di negara yang menganut sistem demokrasi, seperti Indonesia.
Demikianlah pendapat yang disampaikan oleh Neera Candoke. Toleransi
sebagaimana telah disinggung dalam poin keempat di atas, memiliki artian
bahwa kesedian individu atau perseorangan untuk menerima pandangan,
pendapat serta sikap yang berbeda mengenai politik dan sosial. Toleransi yang
demikian juga merupakan sikap yang dikembangkan 7dalam masyarakat madani
sebagai bentuk dari rasa saling menghargai dan menghormati antar sesama, baik
perorangan maupun kelompok terkait pendapat dan sikap yang berbeda-beda.8

4. Ruang publik yang bebas


 Ruang public yang bebas atau dikenal dengan istilah free public
sphere merupakan wilayah yang memungkinkan masyarakat sebagai warga
negara untuk memiliki hak dan kewajiban warga negara melalui akses penuh
terhadap kegiatan politik, menyampaikan pendapat dengan status orang yang
merdeka (yang berarti bebas), berserikat atau bekerjasama, berkumpul serta
mempublikasikan pendapat dan informasi kepada publik atau masyarakat luas.

5. Supremasi hukum
 Supremasi hukum atau dalam KBBI diartikan sebagai kekuasaan tertinggi
dalam hukum memiliki arti bahwa terdapat jaminan terciptanya keadilan yang
bisa dicapai bila menempatkan hukum sebagai kekuasaan tertinggi dalam sebuah
negara. Tentu keadilan tersebut akan tercipta apabila hukum diberlakukan secara
netral, dalam artian tidak adanya pengecualian untuk memperoleh suatu
kebenaran atas nama hukum.

6. Keadilan sosial
Keadilan sosial atau social justice merupakan suatu keseimbangan dan
pembagian yang proporsional atau sesuai antara hak dan kewajiban antar warga
dan negara yang meliputi seluruh aspek kehidupan. Artinya seorang warga negara
memiliki hak dan kewajiban terhadap negaranya. Begitupula pula sebuah negara
7
https://www.idjurnal.com/2015/06/pengertian-karakteristik-secara-umum.html
8
https://seputarilmu.com/2019/11/paradigma-menurut-para-ahli.html

10
juga memiliki hak dan kewajiban atas warganya. Yang mana hak dan kewajiban
tersebut memiliki porsi atau ukuran yang sama sehingga berimbang. Plural atau
keberagaman pasti akan terjadi dalam kalangan masyarakat terlebih dalam suatu
negara yang merupakan kesatuan atau kumpulan dari berbagai kelompok
masyarakat, terlepas dari masyarakat asli maupun pendatang yang menutuskan
untuk tinggal di dalamnya.

Sedemikian sehingga yang dimaksud dengan pluralisme adalah sebuah


sikap menerima dan mengakui fakta serta tulus bahwa masyarakat itu bersifat
majemuk atau beragam dan dapat menjadi penyebab terciptanya masyarakat
majemuk dan multikultural. Mulai dari kebiasaan, nilai norma, dan
kebudayaannya, seperti contohnya Negara kita sendiri, yaitu Indonesia. Banyak
sekali keragaman masyarakat, mulai dari bahasa, suku, agama, etnis, dan
budayanya. Sebagai masyarakat madani, tentunya sikap tersebut, yaitu pluralisme
harus dimiliki dan dijaga serta berkeyakinan bahwa keberagaman itu bernilai
positif yang dirahmatkan oleh Sang Maha Pencipta.

7. Partisipasi social
 Berpatisipasi dalam lingkungan sosial merupakan salah satu cara untuk
menjalin hubungan dan kerjasama antar individu maupun kelompok untuk
mencapai sebuah tujuan tertentu. Partisipasi sosial yang bersih tanpa rekayasa
merupakan awal yang baik untuk menciptakan masyarakat madani. Hal ini bisa
saja terjadi apabila terdapat nuansa yang memungkinkan otonomi (hak dan
kewajiban) individu terjaga dengan baik. Artinya dalam masyarakat madani harus
seimbang antara hak dan kewajibannya sesama individu. Sedemikian sehingga
tercipta keadilan sosial atau social justice sebagaimana telah disebutkan
sebelumnya pada poin kedelapan.9
G. Institusi Penegak Masyarakat Madani
Pilar penegak masyarakat madani adalah institusi-institusi yang menjadi bagian
dari sosial kontrol yang berfungsi mengkritisi kebijakan-kebijakan penguasa yang
9
Din Syamsuddin. 1999. Etika Agama dalam membangun Masyarakat Madani. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.

11
diskriminatif serta mampu memperjuangkan aspirasi masyarakat yang tertindas. Pilar-
pilar tersebut antara lain:

 Lembaga Swadaya Masyarakat


Lembaga Swadaya Masyarakat adalah institusi sosial yang dibentuk oleh
swadaya masyarakat yang tugas utamanya adalah membantu dan
memperjuangkan aspirasi dan kepentingan masyarakat yang tertindas. LSM
dalam konteks masyarakat madani bertugas mengadakan pemberdayaan kepada
masyarakat mengenai hal-hal yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya mengadakan pelatihan dan sosialisasi program-program pembangunan
masyarakat.

 Pers
Pers adalah institusi yang berfungsi untuk mengkritisi dan menjadi bagian dari
sosial kontrol yang dapat menganalisis serta mempublikasikan berbagai
kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan warga negaranya. Selain itu,
pers juga diharapkan dapat menyajikan berita secara objektif dan transparan.

 Supremasi Hukum
Setiap warga negara, baik yang duduk dipemerintahan atau sebagai rakyat harus
tunduk kepada aturan atau hukum. Sehingga dapat mewujudkan hak dan
kebebasan antar warga negara dan antar warga negara dengan pemerintah melalui
cara damai dan sesuai dengan hukum yang berlaku. Supremasi hukum juga
memberikan jaminan dan perlindungan terhadap segala bentuk penindasan
individu dan kelompok yang melanggar norma-norma hukum dan segala bentuk
penindasan hak asasi manusia.

 Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi merupakan tempat para aktivis kampus (dosen dan mahasiswa)
yang menjadi bagian kekuatan sosial dan masyarakat madani yang bergerak

12
melalui jalur moral porce untuk menyalurkan aspirasi masyarakat dan
mengkritisi berbagai kebijakan-kebijakan pemerintah. Namun, setiap gerakan
yang dilakukan itu harus berada pada jalur yang benar dan memposisikan diri
pada real dan realitas yang betul-betul objektif serta menyuarakan kepentingan
masyarakat. Sebagai bagian dari pilar penegak masyarakat madani, maka
Perguruan Tinggi memiliki tugas utama mencari dan menciptakan ide-ide
alternatif dan konstruktif untuk dapat menjawab problematika yang dihadapi oleh
masyarakat.

 Partai Politik
Partai Politik merupakan wahana bagi warga negara untuk dapat menyalurkan
aspirasi politiknya. Partai politik menjadi sebuah tempat ekspresi politik warga
negara sehingga partai politik menjadi prasyarat bagi tegaknya masyarakat
madani.10

H. Kelebihan dan Kelemahan Konsep Masyarakat Madani

a) Kelebihan konsep masyarakat madani


 Menurut pendapat Hefner masyarakat madani ialah masyarakat modern yang
bercirikan demokrasi dalam berinteraksi dimasyarakat yang semakin plural
dan  heterogen. 
 Dalam kondisi yang seperti ini masyarakat diharapkan mampu
mengorganisasi dirinya dan menumbuhkan kesadaran diri dalam
mewujudkan peradaban dimasa depan. 
 Masyarakat juga harus mampu mengatasi dan berpartisipasi dalam kondisi
global, kompleks, penuh persaingan dan perbedaan dimasa sekarang dan
mendatang.
 Manfaat yang diperoleh dengan terwujudnya masyarakat madani ialah
terciptanya masyarakat yang demokratis sebagai penggerak reformasi
terhadap tekanan-tekanan politik dan ekonomi dari dalam dan luar negeri. 
10
Rahardjo,M. Dawam. 1996. Masyarakat Madani: Agama , Kelas Menengah dan Perubahan Sosial.
Jakarta: LP3ES. 1999. cet. ke.1

13
 Selain itu juga melalui masyarakat madani akan mendorong munculnya
inovasi baru di bidang pendidikan serta menyelesaiakan persoalan-persoalan
besar bangsa seperti: konflik suku, agama, ras, budaya, kemiskinan,
kebodohan, kesenjangan sosial serta  ketidakadilan antara pusat dan daerah
terpencil. 
 Diharapkan dapat diselesaikan secara bijaksana, terbuka dan melegakan
semua pihak untuk mewujudkan kesejahteraan lahir maupun batin bagi
seluruh rakyat. Dengan demikian, kekhawatiran akan terjadinya disintegrasi
warga dan bangsa dapat dicegah dan dapat mewujudkan bangsa yang besar
dan modern.

b) Kelemahan konsep masyarakat madani


Pertama, konsep masyarakat madani dibangun dari budaya Barat (Eropa),
sehingga dalam beberapa hal mengalami benturan jika digunakan untuk
menganalisis kasus Indonesia, termasuk juga terhadap kasus di beberapa Negara
Asia yang lain. Karena itu, menggunakan konsep masyarakat madani dalam
memahami proses demokratisasi di Indonesia harus hati-hati. Masyarakat madani
adalah konsep yang lahir dari sejarah dan "mimpi" Barat. Ia muncul bersama
proses modernisasi, terutama pada saat terjadi transformasi masyarakat feodal
agraris menuju masyarakat industrial kapitalis. Sebagai gagasan, ia lahir sebagai
anak kandung periode Pencerahan yang mengantarkan sekularisme sebagai
pengganti agama. Karena itu, masyarakat madani di Barat dan Timur mempunyai
fundasi historis yang berbeda, sehingga penggunaan konsepnya harus
memperhatikan kondisi yang berbeda tersebut (Mardin, 1995: 278- 300).
Di samping itu, menempatkan demokrasi sebagai satu-satunya arah yang
hendak dituju oleh perjuangan masyarakat madani di Indonesia tampaknya juga
harus hati- hati. Mungkin tak semua perjuangan civil society di Indonesia
menghendaki arah demokrasi liberal sebagaimana yang terjadi di beberapa
negara Eropa Timur dan Tengah. Masih ada sebagian kelompok yang
menghendaki demokrasi pancasila. Selain itu, di dalam demokrasi sendiri
ternyata menyimpan banyak keterbatasan. Salah satunya adalah ketidakmampuan

14
para kampiun demokrasi menerapkan nilai-nilai demokrasi secara universal.
Misalnya, sering terdengarnya ketidakadilan di Amerika Serikat terhadap warga
kulit hitam, juga perlakuan tak adil di Australia terhadap suku aborigin dan
sebagainya.

Bahkan, beberapa Negara menggunakan standar ganda dalam


menerapkannya. Perancis misalnya, perilaku demokratisnya hanya di negaranya,
sementara perilaku yang sama tidak ditunjukkan di Aljazair (Hamdi, 1996).
Berbagai keterbatasan itu tampaknya mempengaruhi sebagian kelompok
masyarakat madani di Indonesia untuk mempertanyakan demokrasi macam apa
yang hendak dituju.

Kedua, wacana tersebut ternyata tidak seluruhnya berisi cerita-cerita sukses


transformasi demokrasi, namun juga cerita minor. Konflik etnis dan agama yang
begitu menguat di beberapa daerah bekas Yugoslavia merupakan salah satu
contohnya. Pertikaian segitiga antar suku, ras dan agama antara Kroasia, Serbia
dan Bosnia, seakan membenarkan tesis Hegel, yaitu bahwa masyarakat madani
adalah suatu entitas yang cenderung menghancurkan dirinya sendiri, sehingga
diperlukan intervensi negara.

Kenyataan ini setidaknya dapat meragukan optimisme Fukuyama, sebab


kebangkitan demokrasi liberal di berbagai negara setelah perang dingin justru
menimbulkan semangat nasionalisme kesukuan dan keagamaan
( ethnoreligious ). Inilah mungkin, letak relevansi tesis Hall bahwa nasionalisme
merupakan salah satu musuh ( enemy ) masyarakat madani (Hall, 1995:12-4).
Kasus-kasus khusus di atas membawa pada satu kesimpu lan penting, bahwa
gerakan masyarakat madani di Eropa Timur dan Tengah ternyata tidak
seluruhnya mengh asilkan demokrasi. Artinya, jalan menuju demokrasi melalui
masyarakat madani ternyata tidak semulus yang dibayangkan banyak orang,
termasuk oleh pendukung gerakan civil society itu sendiri. Kenyataan itu
meragukan sebagian kalangan di Indonesia, apakah penguatan masyarakat

15
madani yang bisa berimplikasi pada penguatan perasaan kesukuan dan
keagamaan merupakan satu- satunya cara yang paling tepat untuk menuju
demokrasi di Indonesia.

Ketiga, dari segi tradisi ketatanegaraan di Indonesia, setidaknya pada masa


Orde Baru yang baru lalu, penempatan masyarakat dan negara pada posisi yang
berhadapan kurang mempunyai landasan normatif/hukum, setidaknya menurut
interpretasi penguasa. Para pemegang kekuasaan meyakini bahwa antara negara
dan masyarakat adalah tidak bisa diposisikan saling bertentangan. Dalam tradisi
konsep kekuasaan Jawa disebut sebagai " manunggaling kawula gusti "
(menyatunya rakyat dan penguasa).11

Nah sobat selain membahas pengertiannya, berikut ini contoh kasus


masyarakat madani, agar pemahaman anda tentang masyarakat ini lebih luas.
Mari kita simak ulasannya berikut ini.

1. Reformasi
Pemilihan umum (pemilu) yang telah dilangsungkan pada tanggal 7 Juni
1999 yang silam, adalah tonggak penting dalam upaya Bangsa Indonesia
melepaskan diri dari belenggu otoritarian dan menumbuhkan masyarakat
madani yang demokratis. Kejadian ini ialah suatu perwujudan dari semua
semangat reformasi yang dibangkitkan oleh para mahasiswa Indonesia di awal
dan pertengahan tahun 1998.

2. Masyarakat Madani dalam Kasus Ilegal Logging


Salah satu contoh kasus yang terjadi kini adalah mengenai illegal logging di
Indonesia yang semakin marak di eksploitasi oleh berbagai kalangan baik dari
dalam maupun dari luar negeri. Sebenarnya kasus illegal logging ini bukanlah hal
yang baru sobat, karena pada zaman penjajahan kolonial terdahulu, dimana kayu
dijadikan komoditas penting dalam mencukupi segala kebutuhan bagi pihak –
11
Hatta, Ahmad. 2001. Peradaban yang Bagaimana? Rincian Misi Negara Tauhid Madinah. http: //
rully-indrawan.tripod.com pada tanggal 29 September 2013.

16
pihak tertentu yang terkait pada masa itu tentunya, yang menjadikan kayu sebagai
salah satu produk pemenuhan kebutuhan hidup yang sangat berharga. dari sejak
itulah kebiasaan illegal logging ini kemudian di adopsi atau dimanfaatkan oleh
pihak – pihak tertentu yang memang tidak memiliki kesadaran akan bahaya
lingkungan apabila melakukan aksi illegal loggingnya tersebut secara terus
menerus.

Melihat hal seperti ini, membuat para ahli dan pejabat negara untuk pada
masa itu untuk menetapkan regulasi regulasi yang mengatur pemanfaatan ,
pengelolaan, pendistribusian dan pemanfaatan sumber daya alam hutan,
khususnya kayu di Indonesia, demi menjaga tetap terkontrolnya pasokan dan
dapat memnuhi kebutuhan mereka akan sumber daya hutan tersebut. Mulai dari
situlah sistem illegal logging sedikit demi sedikit berkurang meskipun tidak
menutup kemungkinan masih adanya penebangan liar. Adapun solusi untuk
mengatasi masayarakat yang madani ini adalah dengan cara mengadakan atau
melakukan demokratsasi pendidikan. Masyarakat madani dalam kehidupan nyata
ini memang perlu untuk segera diwujudkan karena nantinya akan membawa
manfaat untuk menanggulangi berbagai tuntutan reformasi baik yang ada di dalam
negeri atau pun yang ada dari luar negeri. Disamping itu sobat, dengan adanya
masyarakat yang madani ini diharapkan akan muncul inovasi – inovasi
pendidikan dan menghindari terjadinya disentegrasi bangsa.12

I. Membangun Masyarakat Madani di Indonesia


Gerakan membangun masyarakat madani Indonesia adalah sebuah pilihan tepat
untuk menjadikan bangsa dan negara ini benar-benar segera meraih cita-citanya.
Konsep 'Masyarakat Madani Indonesia' ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru.
Bangsa Indonesia telah memiliki dan melaksanakan konsep itu. Konsep tersebut
merupakan buah pemikiran para pendiri bangsa yang terdiri atas para tokoh dari
berbagai kalangan yang cukup representatif mewakili semua elemen bangsa.

12
Din Syamsuddin. 1999. Etika Agama dalam membangun Masyarakat Madani. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.

17
Istilah 'Madani'dalam konsep ini, sebenarnya sudah diimplementasikan pada 14
abad yang lalu di Madinah, kota yang dipimpin oleh seorang utusan Tuhan, yaitu Nabi
Muhammad saw. Hasilnya sangat mengagumkan. Hanya dalam tempo 10 tahun,
masyarakat Madinah berubah secara dramatis menjadi masyarakat yang adil, makmur,
dan damai. Keberhasilan itu diakui oleh berbagai kalangan, hingga bekas-bekasnya
masih bisa dirasakan sampai sekarang ini.13 Konsep keberhasilan pembangunan
masyarakat Madinah masih bisa dipelajari hingga detail-detailnya. Berbagai dokumen
yang menunjukkan tentang bagaimana konsep dan cara mengimplementasikannya
masih cukup tersedia. Keunggulan bangsa Arab dalam menghafal dan menyimpan
informasi dari generasi ke generasi merupakan kekuatan dan keuntungan tersendiri
hingga jejak-jejak sejarah itu tidak hilang. Melalui dokumen sejarah yang terpelihara
itu, maka dapat dipelajari dan disimpulkan bagaimana membangun bangsa dan negara
yang adil, makmur, dan sejahtera dalam perspektif manusia dan masyarakat yang utuh,
yaitu selalu mengedepankan religiousitas, egaliter, demokrastis, kebersamaan,
mengutamakan keadilan, dan saling menghargai dan menghormati sesama. Uraian
berikut adalah gambaran masyarakat Madani dan pintu-pintu strategis yang harus
dilalui untuk mewujudkannya.
J. Indonesia Sebagai Masyarakat Madani

Seperti diketahui bahwa civil society merupakan wacana yang berkembang dan


berasal dari kawasan Eropa Barat. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan dan
perkembangan wacana tersebut tidak terlepas dari kondisi sosial-kultural, politik dan
ekonomi yang berkembang pada saat itu. Masyarakat Madani muncul sebagai reaksi
terhadap pemerintahan militeristik yang dibangun oleh rezim Orde Baru selama 32
tahun. Bangsa Indonesia berusaha untuk mencari bentuk Masyarakat Madani yang
pada dasarnya adalah masyarakat sipil yang demokrasi dan agamis/religius.

Dalam kaitannya pembentukan Masyarakat Madani di Indonesia, maka warga


negara Indonesia perlu dikembangkan untuk menjadi warga negara yang cerdas,
demokratis, dan religius dengan bercirikan imtak, kritis argumentatif, dan kreatif,
13
Sutianto, Anen. 2004. Reaktualisasi Masyarakat Madani Dalam Kehidupan. Pikiran Rakyat:
Bandung.

18
berfikir dan berperasaan secara jernih sesuai dengan aturan, menerima semangat
Bhineka Tunggal Ika, berorganisasi secara sadar dan bertanggung jawab, memilih
calon pemimpin secara jujur-adil, menyikapi media massa secara kritis dan objektif,
berani tampil dan kemasyarakatan secara profesionalis,berani dan mampu menjadi
saksi, memahami daerah Indonesia saat ini, mengenal cita-cita Indonesia di masa
mendatang dan sebagainya.
Masyarakat Madani adalah suatu komunitas masyarakat yang memiliki
kemandirian aktivitas warga masyarakatnya yang berkembang sesuai dengan potensi
budaya, adat istiadat, dan agama, dengan mewujudkan dan memberlakukan nilai-nilai
keadilan, prinsip kesetaraan (persamaan), penegakan hukum, jaminan kesejahteraan,
kebebasan, kemajemukan (puralisme), dan perlindungan terhadap kaum minoritas.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekhasan sosial-budaya. Merupakan
fakta historis bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk, yang terdiri
dari beragam suku, budaya, bahasa dan agama.

19
Masing-masing suku, budaya, dan bahasa memiliki satu sistem nilai yang
berbeda. Kemajemukan ini akan menjadi bencana dan konflik yang berkepanjangan
jika tidak dikelola dengan baik. Kebhinekaan dan kearifan budaya lokal inilah yang
harus dikelola sehingga menjadi basis bagi terwujudnya Masyarakat Madani, karena
Masyarakat Madani Indonesia harus dibangun dari nilai-nilai yang ada didalamnya,
bukan dari luar.14

14
Sanaky, Hujair A.H. 2002. Paradigma Pendidikan Islam : Membangun Masyarakat Madani
Indonesia. Yogyakarta: Safiria Insani Press.

20
RINGKASAN

Konsep masyarakat madani menurut prespektif Islam sudah diatur dalam Al-
Quran yang dibagi menjadi 3 jenis yait masyarakat terbaik (khairah ummah),
masyarakat seimbang (ummatan wasathan) dan masyarakat moderat (ummah
muqtashidah). Berikut adalah kutipan ayat yang mengatur ketiga jenis istiilah tersebut
:
1. Khairah Ummah dalam QS Ali Imran 3:110, yaitu :

ِ ‫اس تَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬


ِ ‫ُوف َوتَ ْنهَوْ نَ ع َِن ْال ُم ْن َك ِر َوتُ ْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل ِ َولَوْ َءا َمنَ أَ ْه ُل ْال ِكتَا‬
‫ب‬ ْ ‫ُك ْنتُ ْم َخ ْي َر أُ َّم ٍة أُ ْخ ِر َج‬
ِ َّ‫ت لِلن‬

َ‫لَ َكانَ َخ ْيرًا لَهُ ْم ِم ْنهُ ُم ْال ُم ْؤ ِمنُونَ َوأَ ْكثَ ُرهُ ُم ْالفَا ِسقُون‬

Artinya : “Kamu adalah umat terbaik untuk seluruh umat manusia. Kamu
menyuruh kepada yang ma’ruf, mencegah yang munkar untuk beriman kepada
Allah. Apabila Ahli kitab beriman, maka itu lebih baik bagi mereka, ada yang
beriman diantara mereka, dan kebanyakan mereka adalah fasik.”

2. Ummatan wasathan dalam QS Al-Baqarah 2:143, yaitu :

َ‫اس َويَ ُكونَ ال َّرسُو ُل َعلَ ْي ُك ْم َش ِهيدًا َو َما َج َع ْلنَا ْالقِ ْبلَةَ الَّتِي ُك ْنت‬ ِ َّ‫ك َج َع ْلنَا ُك ْم أُ َّمةً َو َسطًا لِتَ ُكونُوا ُشهَدَا َء َعلَى الن‬ َ ِ‫َو َك َذل‬
ُ ‫يرةً إِاَّل َعلَى الَّ ِذينَ هَدَى هَّللا ُ َو َما َكانَ هَّللا‬ ْ ‫َعلَ ْيهَا إِاَّل لِنَ ْعلَ َم َم ْن يَتَّبِ ُع ال َّرسُو َل ِم َّم ْن يَ ْنقَلِبُ َعلَى َعقِبَ ْي ِه َوإِ ْن َكان‬
َ ِ‫َت لَ َكب‬
‫وف َر ِحي ٌم‬ ِ َّ‫ضي َع إِي َمانَ ُك ْم إِ َّن هَّللا َ بِالن‬
ٌ ‫اس لَ َر ُء‬ ِ ُ‫لِي‬

Artinya : “Dan demikian Kami menjadikan umat Islam sebagai umat yang adil
sebagai saksi perbuatan manusia dan Rasul adalah saksi perbuatan kamu. Dan
Kami tidak menetapkan kiblat sebagai kiblat mu keculai agar Kami mengetahui
siapa yang mengikuti Rasul dan yang ingkat. Dan sungguh memindahkan kiblat

21
ke berat adalah orang yang mendapat petunjuk dan Allah tidak akan menyiakan
imanmu. Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”
3. Ummah Muqtasidah dalam QS Al-Maidah 5:66k, yaitu :

ٌ‫ت أَرْ ُجلِ ِه ْم ِم ْنهُ ْم أُ َّمة‬


ِ ْ‫َولَوْ أَنَّهُ ْم أَقَا ُموا التَّوْ َراةَ َواإْل ِ ْن ِجي َل َو َما أُ ْن ِز َل إِلَ ْي ِه ْم ِم ْن َربِّ ِه ْم أَل َ َكلُوا ِم ْن فَوْ قِ ِه ْم َو ِم ْن تَح‬
َ‫َص َدةٌ َو َكثِي ٌر ِم ْنهُ ْم َسا َء َما يَ ْع َملُون‬
ِ ‫ُم ْقت‬

Artinya : “Dan mereka menjalankan Taurat, Injil dan Al-Quran yang diturunkan
Tuhannya, mereka mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah.
Diantara mereka ada golongan pertengaham. Dan alangkah buruk yang
dikerjakan mereka.”

Penjelasan dari masing-masing ayat di atas adalah :


 Konsep khairan ummah dalam QS Ali-Imran 3:110 adalah konsep
masyarakat yang ideal. Mereka ditugasi untuk mengembangkan beberapa
fungsi diantaranya menyerukan kebaikan dan mencegah terjadinya
kemungkaran. Selain itu, mereka juga tidak boleh bercerai berai dan saling
berselisih paham. Al Quran telah memberikan Cara Meningkatkan Iman
dan Taqwa serta cara berdamai untuk memecahkan masalah internal yaitu
metode syurah atau musyawarah, ishlah atau rekonsiliasi dan berdakwah
dnegan cara al-hikmah wa al-mujadalah bi allatu hiya ahsan yang berarto
kebijaksanaan dan perundingan dengan cara baik.
 Konsep ummatan wasathan dalam QS Al-Baqarah 2:143 menjelaskan
bahwa masyarakat seimbang adalah masyarakat yang berada di posisi
tengah-tengah yaitu menggabungkan yang baik dari yang bertentangan.
 Konsep ummah muqtashidah dalam QS Al-Maidah 5:66 adalah masyarakat
moderat yakni entitas di kalangan ahli kitab dan posisi ummah yang
minoritas. Artinya bahwa kelompok tersebut meskipun kecil, tetap dapat
melakukan kebaikan dan perbaikan dan meminimalisir kerusakan. Hampir
sama dengan ummatan wasathan bahwa keduanya memelihara penerapan
nilai-nilai utama di tengah komunitas sekitar yang menyimpang. Yang

22
membuat beda ummah muqtashid adalah komunitas agama Yahudi atau
Nashrani, dan ummah wasath adalah komunitas agama sendiri yakni Islam.
Konsep-konsep yang sudah dijelaskan tersebut sungguh telah diterapkan di
Mdinah yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW. Diterapkan setelah Nabi
berhijrah dengan para sahabat dan dikeluarkannya Sahifah ay Watsiqah Madinah atau
Piagam Madinah atau Madinah Charter yang berisi hal-hal berikut ini :

1. Asas kebebasan beragama yakni negara mengakui dan melindungi kelompok


yang beribadah sesuai dengan keyakinan masing-masing
2. Asas persamaan yakni semua orang yang mempunyai kedudukan sama
sebagai anggota masyarakat untuk saling membantu dan tidak boleh
memperlakukan orang lain dengan buruk
3. Asas kebersamaan yaitu anggota masyarakat memiliki hak dan kewajiban
sama kepada Negara
4. Asas keadilan yaitu setiap warga negara memiliki kedudukan sama di hadapan
hukum dimana hukum harus ditegakkan
5. Asas perdamaian yakni warga negara hidup berdaampingan tanpa perbedaan
suku, agama dan ras
6. Asas musyawarah yaitu semua permasalah yang terjadi di negara tersebut
diselesaikan melalui dewan syura,

Dalam masyarakat madani terdapat beberapa nilai-nilai yang harus dimaknai


dan ditanamkan sejak dini ke dalam diri setiap individu, yaitu :
1. Toleransi, yakni sikap menghargai serta menghormati perbedaan yang
terdapat di dalam masyarakat.
2. Keadilan Sosial, yakni sikap tidak membeda-bedakan dalam pemenuhan hak
dan pelaksaan kewajiban setiap anggota masyarakat.
3. Demokrasi, yakni kedaulatan rakyat dalam kehidupan bermasyarakat.
Masyarakat berinteraksi dengan sekitarnya secara demokratis tanpa
mempermaslahkan perbedaan sosial yang ada. Demokratis meliputi aspek
kehidupan seperti politik, sosial, budaya, ekonomi dan pendidikan. Oleh karena

23
itu, penting juga bagi anggota masyarakat madani untuk mengerti sistem politik
demokrasi.
4. Pluralisme, yakni keberadaan masyarakat yang majemuk sehingga setiap
individu harus memahami dan menyikapi perbedaan dengan sikap yang tulus.
Maka dari itu, penerimaan dari setiap individu terhadap perbedaan sosial adalah
salah satu cara merawat kemajemukan bangsa Indonesia.

Jika dicari akar sejarahnya, maka dapat dilihat bahwa dalam masyarakat Yunani
kuno masalah ini sudah mengemuka. Rahardjo (1997) menyatakan bahwa istilah civil
society sudah ada sejak zaman sebelum masehi. Orang yang pertama kali yang
mencetuskan istilah civil society ialah Cicero (106-43 SM), sebagai orator Yunani
kuno. Sejarah Civil Society  Tidak terlepas dari filsuf yunani Aris Toteles (384-322
SM) yang mengandung konsep Civil Society sebagai sistem kenegaraan atau identik
dengan negara itu sendiri. Pada masa sekarang konsep Civil Society dikenal dengan
Istilah Koinonia Politeke yaitu sebuah koonitas politik tempat warga negara dapat
terlibat lansung dalam peraturan ekonomi-politik dalam mengambil keputusan. Istilah
Koinonia Politeke dikeukakan Aris Toteles untuk menggambarkan sebuah masyarakat
politis dan etis dimana warga negara didalamnya berkedudukan sama didepan hukum.
kemudian mengalami perubahan dengan pengertain Civil Society yaitu masyarakat
sipil diluar dan penyeimbang warga negara.

Masyarakat saba, yaitu masyarakat di masa nabi sulaiman. Nama saba yang
terdapat dalam al-qur’an itu dijadikan nama salah satu surah al-qur’an yaitu surah ke-
34. keadaan masyarakat saba yang dikisahkan dalam al-quran itu mendiami negeri
yang baik, yang subur, dan nyaman. Di tempat itu terdapat kebun dengan tanaman
yang subur, yang menyediakan rezki, memenuhi kebutuhan hidup masyarakatnya.
Masyarakat madinah setelah terjadi traktat, perjanjian madinah antara rasulullah saw
beserta umat islam dengan penduduk madinah yang beragama yahudi dan beragama
watsani dari kaum Aus dan khazraj.15

15
Mansur, Hamdan. 2004. Materi Instrusional Pendidikan Agama Islam. Depag RI: Jakarta.

24
25
Ada dua masyarakat madani dalam sejarah yang terdokumentasi sebagai
masyarakat madani, yaitu:
 Masyarakat Saba’, yaitu masyarakat di masa Nabi Sulaiman.
 Masyarakat Madinah setelah terjadi traktat, perjanjjian Madinah antara
Rasullullah SAW beserta umat Islam dengan penduduk Madinah yang beragama
Yahudi dan beragama Watsani dari kaum Aus dan Khazraj. Perjanjian Madinah
berisi kesepakatan ketiga unsur masyarakat untuk saling menolong, menciptakan
kedamaian dalam kehidupan sosial, menjadikan Al-Qur’an sebagai konstitusi,
menjadikan Rasullullah SAW sebagai pemimpin dengan ketaatan penuh terhadap
keputusan-keputusannya, dan memberikan kebebasan bagi penduduknya untuk
memeluk agama serta beribadah sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.

Pengertian Masyarakat Madani ( Civic Society ) Civic society diterjemahkan ke


dalam bahasa Indonesia dengan sebutan masyarakat sipil atau masyarakat madani.
Kata madani berasal dari kata Madinah, yaitu sebuah kota tempat hijrah Nabi
Muhammad SAW. Madinah berasal dari kata “madaniyah” yang berarti peradaban.
Oleh karena itu masyarakat madani berarti masyarakat yang beradab. Masyarakat
madani adalah sebuah tatanan masyarakat sipil (civil society) yang mandiri dan
demokratis, masyarakat madani lahir dari proses penyemaian demokrasi, hubungan
keduanya ibarat ikan dengan air, bab ini membahas tentang masyarakat madani yang
umumnya dikenal dengan istilah masyarakat sipil (civil society), pengertiannya, ciri-
cirinya, sejaraha pemikiran, karakter dan wacana masyarakat sipil di Barat dan di
Indonesia serta unsur-unsur di dalamnya luhur kemanusiaan, prinsip-prinsip
kemasyarakatan yang bersifat universal antara lain;
1) Jujur
2) Dapat dipercaya
3) Ikhlas/kerelawanan
4) Adil
5) Kesetaraan
6) Kesatuan dalam keragaman

26
Prinsip-prinsip universal kemasyarakatan (Good Governance) yang harus dijunjung
tinggi, ditumbuhkembangkan dan dilestarikan.
1) Demokrasi
2) Partisipasi
3) Transparansi dan Akuntabilitas
4) Desentralisasi

Kemampuan bangsa yang berdaya saing tinggi adalah kunci untuk membangun
kemandirian bangsa. Daya saing yang tinggi, akan menjadikan Indonesia siap
menghadapi tantangan globalisasi dan mampu memanfaatkan peluang yang ada.
Kemandirian suatu bangsa tercermin, antara lain pada ketersediaan sumber daya
manusia yang berkualitas dan mampu memenuhi tuntutan kebutuhan dan kemajuan
pembangunan, kemandirian aparatur pemerintahan dan aparatur penegak hukum
dalam menjalankan tugasnya, pembiayaan pembangunan yang bersumber dari dalam
negeri yang semakin kukuh, dan kemampuan memenuhi sendiri kebutuhan pokok.
Namun hingga saat ini sikap ketergantungan masyarakat dan bangsa Indonesia masih
cukup tinggi terhadap bangsa lain. Konsekuensinya bangsa Indonesia dalam berbagai
aspek kurang memiliki posisi tawar yang kuat sehingga tidak jarang menerima
kehendak negara donor meskipun secara ekonomi kurang menguntungkan.
Kurangnya kemandirian, juga tercermin dari sikap  masyarakat yang menjadikan
produk asing sebagai primadona, etos kerja yang masih perlu ditingkatkan, serta
produk bangsa Indonesia dalam beberapa bidang pertanian belum kompetitif di dunia
internasional.

Adapun ciri-ciri masyarakat madani berdasarkan definisi di atas antara lain :


a) Menjunjung tinggi nilai, norma, dan hukum yang ditopang oleh iman dan
teknologi.
b) Mempunyai peradaban yang tinggi ( beradab ).
c) Mengedepankan kesederajatan dan transparasi ( keterbukaan ).
d) Free public sphere (ruang publik yang bebas) Ruang publik yang diartikan
sebagai wilayah dimana masyarakat sebagai warga negara memiliki akses penuh

27
terhadap setiap kegiatan publik, warga negara berhak melakukan kegiatan secara
merdeka dalam menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul serta
mempublikasikan pendapat, berserikat, berkumpul serta mempublikasikan
informasi kepada publik.
e) Demokratisasi
Menurut Neera Candoke, masyarakat sosial berkaitan dengan wacana kritik
rasional masyarakat yang secara ekspisit mensyaratkan tumbuhnya demokrasi.,
dalam kerangka ini hanya negara demokratis yang mampu menjamin masyarakat
madani. Demokratisasi dapat terwujud melalui penegakkan pilar-pilar demokrasi
yang meliputi :
1) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
2) Pers yang bebas
3) Supremasi hokum
4) Perguruan Tinggi
5) Partai politik
f) Toleransi
Toleransi adalah kesediaan individu untuk menerima pandangan-pandangan
politik dan sikap sosial yang berbeda. Toleransi merupakan sikap yang
dikembangkan dalam masyarakat madani untuk menunjukan sikap saling
menghargai dan menghormati pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh orang
atau kelompok masyarakat yang lain yang berbeda.
g) Pluralisme
Pluralisme adalah sikap mengakui dan menerima kenyataan disertai sikap tulus
bahwa masyarakat itu majemuk. Kemajemukan itu bernilai positif dan
merupakan rahmat tuhan.
h) Keadilan Sosial (Social justice) Keadilan yang dimaksud adalah keseimbangan
dan pembagian yang proporsional antara hak dan kewajiban setiap warga dan
negara yang mencakup seluruh aspek kehidupan.
i) Partisipasi social. Partisipasi sosial yang benar-benar bersih dari rekayasa
merupakan awal yang baik bagi terciptanya masyarakat madani. Partisipasi sosial

28
yang bersih dapat terjadi apabila tersedia iklim yang memunkinkan otonomi
individu terjaga.
j) Supermasi hukum Penghargaan terhadap supermasi hukum merupakan jaminan
terciptanya keadilan, keadilan harus diposisikan secara netral, artinya tidak ada
pengecualian untuk memperoleh kebenaran di atas hukum

Berdasar pada permasalahan yang telah ditetapkan, dan kaitannya dengan


uraian-uraian yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan kesimpulan bahwa
Masyarakat madani secara umum adalah sekumpulan orang dalam suatu bangsa atau
negara di mana mereka hidup secara ideal dan taat pada aturan-aturan hukum, serta
tatanan kemasyarakatan yang telah ditetapkan. Masyarakat seperti  ini sering disebut
dengan istilah civil society  (masyarakat sipil) atau yang pengertiannya selalu
mengacu pada “pola hidup masyarakat yang tebaik, berkeadilan, dan berperadaban”.
Dalam istilah Alquran , kehidupan masyarakat madani tersebut dikontekskan
dengan baldatun thayyibatun wa rabbun ghafūr.

 Untuk mewujudkan masyarakat madani dan agar terciptanya kesejahteraan


umat maka kita sebagai generasi penerus supaya dapat membuat suatu perubahan
yang signifikan. Selain itu, kita juga harus dapat menyesuaikan diri dengan apa yang
sedang terjadi di masyarakat sekarang ini. Agar di dalam kehidupan bermasyarakat
kita tidak ketinggalan berita. Adapun beberapa kesimpulan yang dapat saya ambil dari
pembahasan materi yang ada di bab II ialah bahwa di dalam mewujudkan masyarakat
madani dan kesejahteraan umat haruslah berpacu pada Al-Qur’an dan As-Sunnah
yang diamanatkan oleh Rasullullah kepada kita sebagai umat akhir zaman.
Sebelumnya kita harus mengetahui dulu apa yang dimaksud dengan masyarakat
madani itu dan bagaimana cara menciptakan suasana pada masyarakat madani
tersebut, serta ciri-ciri apa saja yang terdapat pada masyarakat madani sebelum kita
yakni pada zaman Rasullullah.

29
Selain memahami apa itu masyarakat madani kita juga harus melihat pada
potensi manusia yang ada di masyarakat, khususnya di Indonesia. Potensi yang ada di
dalam diri manusia sangat mendukung kita untuk mewujudkan masyarakat madani.
Karena semakin besar potensi yang dimiliki oleh seseorang dalam membangun agama
Islam maka akan semakin baik pula hasilnya. Begitu pula sebaliknya, apabila
seseorang memiliki potensi yang kurang di dalam membangun agamanya maka
hasilnya pun tidak akan memuaskan. Oleh karena itu, marilah kita berlomba-lomba
dalam meningkatkan potensi diri melalui latihan-latihan spiritual dan praktek-praktek
di masyarakat.

Istilah masyarakat madani selain mengacu pada konsep civil society, juga
berdasarkan pada konsep negara-kota Madinah yang dibangun Nabi Muhammad
SAW pada tahun 622 M. Masyarakat madani juga mengacu pada konsep tamadhun
(masyarakat yang beradaban) yang diperkenalkan oleh Ibn Khaldun, dan konsep Al
Madinah al Fadhilah (Madinah sebagai Negara Utama) yang diungkapkan oleh
filsuf Al Farabi pada abad pertengahan. Adapun ada beberapa peran yang harus
dilakukan oleh umat beragam dalam mewujudkan masyarakat madani dalam binaan
Rasulullah yang di dasarkan pada Al-Qur'an dan Assunnah beliau sendiri diantaranya;

Pertama, Tauhid. Tauhid ini sebagaimana dijelaskan dalam Q.S Al-Ikhlas:1-4


"Dia lah Allah Yang Maha Esa". Alla adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya
segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula dianakan. Dan tidak ada seorang pun
yang setara dengan dia." Dalam ayat kedua tersebut menyatakan bahwa segala
sesuatu itu bergantung kepada Allah swt. Termasuk segala urusan yang berkenaan
dengan masyarakat. Kepada Allah mereka, masyarakat, kumpulan dari orang
perorang, yang memiliki sistem budaya dan pandangan hidup, menyembah dan
mohon pertolongan.

Kedua, Perdamaian. Dalam kumpulan masyrakat, negara bahkan masyarakat


yang paling mikro yaitu keluarga batih (nuclear family: suami, istri, dan anak) tidak

30
akan bisa bertahan keberadaanya jika didalamnya tidak diterapkan perdamaian
dianatar warganya. Seperti dijelaskan dalam Al-Qur'an surah  Al-Hujurat:9 dan 10.
"Dan jika dua golongan orang-orang mukmin berperang (bermusuhan), maka
damaikan diantara keduanya ... sesungguhnya orang-orang mukmin itu adalah
bersaudar. Karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu itu." Dalam surah Al-
Hujurat ini menjelaskan hendaklah yang satu kepada yang lain senantiasa berbuat
baik, dan tidak boleh saling bermusuhan.

Ketiga, Saling Tolong Menolong. Tolong menolong merupakan kelanjutan dan


isi berbuat baik terhadap orang lain. Secara naluri, orang yang pernah ditolong orang
oleh orang lain disaat ia tertimpa kesulitan/musibah diam-diam ia berjanji "suatu saat
akan membalas budi baik yang ia sedang terima". Dan disaat itulah ia merasa
berhutang budi. Disaat itu juga biasanya sering terlontar kata "semoga Allah
membalas budi baik Ibu... dan juga sering diiringi dengan doa "Jazakumu-llahu
khairal jaja', jazakumu-llah khairan kasira" (semoga Allah membalas kebaikan yang
jauh lebih baik dan semoga Allah membalas kebaikan yang lebih banyak). Dan dalam
hal tolong-menolong Allah juga memerintahkan didalam Q.S Al-Maidah:3 " Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu
kepada Allah sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya".

Keempat, Bermusyawarah. Biasanya didalam bermusyawarah sering munculnya


argumen-argumen yang berbeda dari masing-masing sub kelompok atau warga. Agar
tidak terjadinya pihak yang dirugikan dan tertindas, maka musyawarah untuk
mencapai kata sepakat, motto yang harus sama-sama dijunjung tinggi adalah "berat
sama dipikul, ringan sama dijinjing", nikmat sama dirasakan," duduk sama rendah
berdiri sama tinggi". Kemudian Allah berfirman dalam Q.S Ali Imran:159 " Dan
bermusyawaralah dengan mereka dalam urusan itu, kemudian apabila membulatkan
tekad (keputusan) maka bertakwalah kepada Allah". Dalam ayat ini sudah jelas
bahwasanya dalam bermusyawarah harus tetap mempersatukan tidak terjadi
pertentangan.

31
Kelima, Adil. Adil merupakan kata kunci untuk menghapus segala bentuk
kecemburan satu sama lain. Munculnya bentuk macam protes dan demo-demo
kolosal karena terjadinya tidak keadilan mereka merasa dirugikan oleh mitra kerja,
juragan, majikan, atau pemerintah. Jika para pengusaha, majika, juragan dan
pemerintah berbuat adil insyaallah kesentosaan dan kesejahteraan akan menjadi
kenyataan bagi masyarakatnya karena rakyat merasa dilindungi dan diayomi, dan
penguasa juga dihormati dan disegani.

Keenam, Akhlak. Berbicara tentang akhlak sudah tidak di asingkan lagi karena
akhlak adalah buah dari keimanan dan keistiqomahan seseorang dalam menjalankan
ibadah atau bisa juga diartikan sebagai perangai, tabiat, budi pekerti dan sifat
seseorang. Jadi, pada intinya akhlak adalah budi pekerti yang dimiliki seseorang
terkait dengan sifat-sifat yang ada pada dirinya. Seperti Nabi Muhammad bahwa
dirinya diutus dimuka bumi ini untuk menyempurnakan akhlak manusia supaya ber-
akhlaqul karimah. Pengakuan itu diwujudkan dengan tindakan konkrit beliau baik
sebagai pribadi maupun dalam membangun masyarakat islam dimasanya, yaitu
masyarakat yang disitir dalam Al-Qur'an surah As-Saba:15 "Negeri yang baik dan
Allah berkenan senantiasa menurunkan ampunan-Nya.

Berdasarkan pembahasan diatas peran umat beragama dalam mewujudkan


masyarakat beradab dan sejahtera (masyarakat madani) adalah menerapkan studi
agama, menumbuhkan kesadaran pluralism dan menjaga perdamaian,
bermusyawarah, dan bersikap adil. Menumbuhkannya sikap saling pengertian antara
sesama umat beragama agar bisa terwujud masyarakat yang beradab dan sejahtera.
Serta melakukan usaha-usaha penumbuhan sikap-sikap demokratis, pluralis, dan
toleran kepada umat beragama sejak dini melalui pendidikan islam mewajibkan
umatnya untuk berdakwah, akan tetapi dakwah tersebut juga harus disampaikan
dengan cara yang baik dan manusiawi.Mengerahkan energi bersama untuk
mewujudkan cita-cita bersama memabangun masyarakat madani.

32
Gerakan membangun masyarakat madani Indonesia adalah sebuah pilihan tepat
untuk menjadikan bangsa dan negara ini benar-benar segera meraih cita-citanya.
Konsep 'Masyarakat Madani Indonesia' ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru.
Bangsa Indonesia telah memiliki dan melaksanakan konsep itu. Konsep tersebut
merupakan buah pemikiran para pendiri bangsa yang terdiri atas para tokoh dari
berbagai kalangan yang cukup representatif mewakili semua elemen bangsa.

Istilah 'Madani'dalam konsep ini, sebenarnya sudah diimplementasikan pada 14


abad yang lalu di Madinah, kota yang dipimpin oleh seorang utusan Tuhan, yaitu Nabi
Muhammad saw. Hasilnya sangat mengagumkan. Hanya dalam tempo 10 tahun,
masyarakat Madinah berubah secara dramatis menjadi masyarakat yang adil, makmur,
dan damai. Keberhasilan itu diakui oleh berbagai kalangan, hingga bekas-bekasnya
masih bisa dirasakan sampai sekarang ini16 Masyarakat madani menjadi simbol
idealisme yang diharapkan oleh masyarakat. Di dalam Al-Qur’an Allah memberikan
ilustrasi masyarakat ideal sebagai gambaran dari masyarakat madani dengan
firmannya dalam Al-Qur’an yang artinya: “… (negerimu) adalah negeri yang baik
dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang maha pengampun” (QS:Saba’ 15). Masyarakat
madani sebagai berikut: bertuhan, damai, tolong-menolong toleran, keseimbangan
antara hak dan kewajiban sosial, berperadaban tinggi dan berakhlak mulia.

Peranan islam dalam mewujudkan masyarakat yang madani sangat beragam


bentuknya. Dalam konteks masyarakat Indonesia, dimana umat islam adalah
mayoritas, peranan umat islam dalam mewujudkan masyarakat madani sangat benar-
benar menentukan kondisi masyarakat Indonesia, sangat tergantung pada konstribusi
yang diberikan oleh umat islam di nusantara. Peranan umat islam itu dapat
direalisasikan melalui jalur hukum, sosial-politik, ekonomi dan masih banyak lainnya
di negara Indonesia, memberikan ruang untuk menyalurkan aspirasinya secara
konstruktif bagi kepentingan bangsa secara keseluruhan.

16
https://fantasy-addits.blogspot.com/2012/11/prinsip-nilai-nilai-masyarakat-madani.html

33
Permasalahan pokok yang masih menjadi kendala saat ini adalah kemampuan,
eksistensi dan konsistensi umat islam di Indonesia terhadap karakter dasarnya untuk
mengimplementasikan ajaran islam dalam kehidupan beragama, berbangsa dan
bernegara melalui jalur-jalur yang telah disediakan. Sekalipun umat islam secara
kuantitatif adalah mayoritas, tetapi secara kulitatif masih rendah sehingga perlu ada
pembaharuan dan pemberdayaan secara sistematis dan efisien. Hal itu dapat dilihat
dari fenomena-fenomena sosial yang sangatlah bertentangan dengan ajaran islam,
seperti angka kriminalitas yang masih sangatlah tinggi, korupsi yang telah menjadi
budaya di seluruh sektor kepemerintahan, kurangnya rasa aman dan nyaman di negara
sendiri, krisis kepercayaan antara masyarakat dengan pemerintah dan lain sebagainya.
Bila umat islam sudah benar-benar mencerminkan sikap hidup yang islami dan
memiliki ketebalan iman yang cukup, pastinya bangsa Indonesia menjadi bangsa
yang kuat dan sejahtera.

Wawasan dasar islam tentang prinsip-prinsip demokrasi seperti keadilan,


persamaan derajat (kasta), kebebasan dalam bentuk apapun yang merupakan suatu
hak dan musyawarah, termasuk sikap toleransi dan pengakuan hak-hak asasi manusia
sebenarnya pernah terbangun dengan baik selama masa Rasul dan Khulafa’ al-
Rasyidin dalam kehidupan sosial politik. Wawasan politik islam inilah yang coba
direkonstruksi kembali oleh kalangan intelektual muslim dengan gagasan masyarakat
madani.. Syarat Syarat Terbentuknya Masyarakat Madani Setelah memahami apa itu
masyarakat madani dari penjelasan dia atas, maka dapat kita simpulkan bahwa untuk
mewujudkan terciptanya syarat masyarakat madani, terdapat beberapa syarat yang
harus dipenuhi oleh suatu masyarakat, diantaranya adalah:

1. Tidak Adanya Dominasi Kekuasaan Pemerintah Atas Masyarakat.


Dan tidak adanya monopoli salah satu aspek kehidupan atau pemusatan oleh
salah satu kelompok masayarakat, karena pada dasarnya setiap masyarakat
memiliki hak yang sama dalam aspek-aspek kehidupan, baik aspek politik,
ekonomi, pendidikan,dan aspek lainnya. (baca juga: Peran Globalisasi di
Indonesia)

34
2. Masyarakat Memiliki Ruang Publik yang Bebas Sebagai Sarana Untuk
Mengemukakan Pendapat.
Dalam ruang publik yang bebas, setiap masyarakat akan berada dalam posisi
yang setara. Ruang gerak masyarakat dalam setiap aspek kehidupan tidak boleh
dibatasi, karena jika itu terjadi maka masyarakat akn sulit untuk mengemukakan
pendapatnya.
3. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Setiap Individu, Keluarga dan Kelompok Dalam
Masyarakat.
Hal ini berkaitan dengan perbaikan dalam bidang ekonomi untuk meningkatkan
pendapatan masyarakat sekaligus menunjang program pemerintah. Hal tersebut
sudah pasti tidak akan muncul dengan sendirinya, tetapi merupakan hasil dari
pendidikan sebagai wadah mengembangkan kepribadian.
4. Setiap Masyarakat Harus Menerima Setiap Perbedaan Sosial (Suku, Ras, Agama
dll).
Dan melihatnya sebagai nilai positif dalam kehidupan bermasyarakat. Sikap tidak
dapat menerima perbedaan sosial dapat menjadi penyebab lunturnya bhinneka
tunggal ika. Sehingga, dapat dikatakan bahwa dasar terbentuknya suatu
masyarakat madani adalah pendidikan, karena untuk mewujudkan suatu
masyarakat madani, tidak akan mungkin sekelompok individu mengesampingkan
pendidikan.
5. Setiap Masyarakat Yang Berkemampuan di Berikan Hak dan Kesempatan.
Untuk terlibat dalam forum untuk membahas isu-isu yang menyangkut
kepentingan bersama serta menentukan kebijakan publik, terutama di bidang
politik agar setiap individu memiliki kesadaran politik yang tinggi dan tidak
bersifat apatis. Setiap individu di dalam masyarakat madani memiliki hak dan
kewajiban yang sama, serta harus menjunjung tinggi nilai-nilai etis demi
kemajuan bersama.
6. Memiliki Rasa dan Sikap Toleransi Sehingga Antar Masyarakat Dapat
Menghargai dan Menghormati Satu Sama Lain.
Dalam setiap perbedaan,dari mulai perbedaan keyakinan, kebudayaan, hingga
perbedaan pendapat. Masyarakat Madani terbentuk dengan individu yang

35
memiliki ketakwaan yang tinggi kepada Tuhan, berusaha terus untuk memajukan
dan hidup dengan pendidikan, sains juga teknologi, mengamalkan nilai
kewarganegaraan, memiliki akhlak dan moral yang baik, dan ikut berpengaruh
dalam menentukan suatu keputusan dalam masyarakat.
7. Sistem Pemerintahan yang Melingkupi Lembaga Hukum, Ekonomi, dan Sosial.
Sistem pemerintahan yang menjadi syarat masyarakat madani dalam melingkupi
lembaga hukum, ekonomi, dan sosial berjalan dengan produktif dan menjunjung
tinggi nilai keadilan. Pendidikan merupakan prioritas tertinggi karena merupakan
salah satu pilar perkembangan manusia. Selain memahami nilai-nilai yang
terkandung dalam masyarakat madani, kita juga harus bisa memahami ciri-ciri
masyarakat madani.
8. Hubungan Antar Masyarakat Berjalan Dengan Teratur dan Terbuka.
Serta di dalamnya terdapat kepercayaan antara satu sama lain. Dalam
berhubungan secara sosial, setiap individu dalam masyarakat madani harus
memahami seluruh norma dalam masyarakat yang berlaku.
9. Hilangkan Sikap Diskriminasi Dalam Setiap Bidang dan Aspek Kemasyarakatan.
Salah satunya dalam pembangunan dan pelayanan sosial. Masyarakat Madani
adalah masyarakat yang manusia-manusia di dalamnya saling menghargai satu
sama lain, saling mengakui hak-hak asasi manusia satu sama lain, dan
menghormati setiap prestasi atau pencapaian dan kemampuan individu yang
ditunjukan untuk masyarakat.
10. Tersedianya Sistem Pendidikan yang Berjalan Dengan Baik.
Sehingga dapat menjadi media untuk mengembangkan sumber daya manusia
baik secara mental maupun sosial, agar setiap manusianya memilki kemampuan
bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri dan masyarakat disekitarnya.
Pendidikan juga berpengaruh besar dalam menunjang pertumbuhan
intelektualitas dalam masyarakat.

36
DAFTAR PUSTAKA

Suito, Deny. 2006. Membangun Masyarakat Madani. Centre For Moderate Muslim
Indonesia: Jakarta.
Mansur, Hamdan. 2004. Materi Instrusional Pendidikan Agama Islam. Depag RI:
Jakarta.
Suharto, Edi. 2002. Masyarakat Madani: Aktualisasi Profesionalisme Community
Workers Dalam Mewujudkan Masyarakat Yang Berkeadilan. STKS Bandung:
Bandung.
Sosrosoediro, Endang Rudiatin. 2007. Dari Civil Society Ke Civil Religion. MUI:
Jakarta.
Sutianto, Anen. 2004. Reaktualisasi Masyarakat Madani Dalam Kehidupan. Pikiran
Rakyat: Bandung.
Suryana, A. Toto, dkk. 1996. Pendidikan Agama Islam. Tiga Mutiara: Bandung
Sudarsono. 1992. Pokok-pokok Hukum Islam. Rineka Cipta: Jakarta.
Din Syamsuddin. 1999. Etika Agama dalam membangun Masyarakat Madani.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hatta, Ahmad. 2001. Peradaban yang Bagaimana? Rincian Misi Negara Tauhid
Madinah. http: // rully-indrawan.tripod.com pada tanggal 29 September 2013.
Rahardjo,M. Dawam. 1996. Masyarakat Madani: Agama , Kelas Menengah dan
Perubahan Sosial. Jakarta: LP3ES. 1999. cet. ke.1.
Sanaky, Hujair A.H. 2002. Paradigma Pendidikan Islam : Membangun Masyarakat
Madani Indonesia. Yogyakarta: Safiria Insani Press.
https://seputarilmu.com/2019/11/paradigma-menurut-para-ahli.html
https://seputarilmu.com/2019/11/paradigma-menurut-para-ahli.html
https://www.idjurnal.com/2015/06/pengertian-karakteristik-secara-umum.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat_madani
https://guruppkn.com/ciri-ciri-masyarakat-madani
https://www.kompasiana.com/mochshofiyulloh/5e928d14097f3611dc0692a3/manfaat
-masyarakat-madani-bagi-suatu-negara
http://wulanpritakirana.blogspot.com/2015/12/kelemahan-masyarakat-madani.html

37
https://rezaprama.com/mengenal-masyarakat-madani-tinjauan-di-indonesia
https://ayoksinau.teknosentrik.com/masyarakat-madani/
https://www.gurupendidikan.co.id/masyarakat-madani/
https://dalamislam.com/landasan-agama/tauhid/konsep-masyarakat-madani-menurut-
prespektif-islam
https://fantasy-addits.blogspot.com/2012/11/prinsip-nilai-nilai-masyarakat-
madani.html

38

Anda mungkin juga menyukai