, MH
Dosen Pengampuh Mata Kuliah:
DI SUSUN OLEH:
PUTRI AL MUNAWWARA (20400121085)
PBI.C
Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL ………………………………………………………………………………………………………….. 1
PROFIL DOSEN ……………………………………………………………………………………………………….. 2
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………………………………….. 3
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………………………… 4
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………………………………….. 5
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………………………………………… 6
C. Tujuan Penulisan ……………………………………………………………………………………………… 6
BAB II PEMBAHASAN
A. Landasan Teoritis …………………………………………………………………………………………… 7
a. Pengertian Masyarakat Madani ………………………………………………………………… 8
b. Manfaat Masyarakat Madani ……………………………………………………………………… 9
B. Sejarah Pemikiran Masyarakat Madani ……………………………………………………………. 10
C. Ciri-Ciri Masyarakat Madani ……………………………………………………………………………… 18
D. Masyarakat Madani Indonesia …………………………………………………………………………. 19
E. Faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat Madani …………………………………………….. 24
F. Solusi Mengatasi Masalah ……………………………………………………………………………….. 25
G. Mewujudkan Masyarakat Madani ……………………………………………………………………. 26
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………………………………………………………….. 31
B. Saran ………………………………………………………………………………………………………… 31
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………………... 32
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Arti mendasar dari masyarakat umum adalah masyarakat umum yang menjadikan
kualitas kemajuan sebagai prinsip. Dengan cara ini, di seluruh keberadaan teori, dari cara
berpikir Yunani ke jam cara berpikir Islam, istilah Madinah atau polis juga diwujudkan
yang menyiratkan kota, yang merupakan masyarakat tingkat tinggi dan mapan.
Masyarakat umum merupakan gambaran visi yang diharapkan oleh masyarakat. Dalam
Al-Qur'an, Allah memberikan gambaran masyarakat yang ideal sebagai gambaran
masyarakat umum dengan firman-Nya dalam Al-Qur'an yang menyiratkan: "...
(bangsamu) adalah umat yang baik dan (tuanmu) adalah Tuhan yang baik." (Surat: Saba
'15).
Untuk mewujudkan kehidupan yang demokratis di perlukan terciptanya
masyarakat madani. Kehidupan masyarakat madani ditandai dengan adanya
keterbukaandi bidang politik juga memiliki tingkat kemampuan dankemajuan masyarakat
yang tinggi untuk bersikap kritis danpartisipatif dalam menghadapi berbagai persoalan
social Ditemukan suatu kemiripan dalam masyarakatpedesaan" yaitu suatu sistem dan
karakteristik masyarakatmadani seperti gotong royong, saling tolong menolong, beradab
dan lain sebagainya Namun mayoritas kehidupandi kota bertolak belakang dengan
hal#hal tersebut" padahaldemi tercapainya cita-cita negara yang adil, makmur, sejahtera,
dan beradab diperlukan masyarakat.
Untuk menjadi masyarakat madani tersebut terutama di wilayah perkotaan" karena
kota merupakan suatu jembatan daridesa untuk menuju kesejahteraan yang di inginkan
negara, karena itu kami mengangkat judul “masyarakatmadani sebagai sumber inspiratif
hokum islam” untuk pengkajian ulang kepada semua warganegara indonesia supaya
terciptanya masyarakat madaniala negara indonesia yang dapat memajukan
danmensejahterakan bangsa dan negara ini.
Wacana dan praksis tentang civil society belakangan ini semakin surut.
Kecenderungan ini sedikit mengherankan karena dalam “transisi” menuju demokrasi,
seharusnya wacana dan praksis civil society semakin kuat, bukanmelemah. Alasannya,
eksistensi civil society merupakan salah satu diantara tiga prasyarat pokok yang sangat
esensial bagi terwujudnya demokrasi.Mewujudkan masyarakat madani adalah
membangun kota budaya bukansekedar merevitalisasikan adab dan tradisi masyarakat
local, tetapi lebih dari ituadalah membangun masyarakat yang berbudaya agamis sesuai
keyakinanindividu, masyarakat berbudaya yang saling cinta dan kasih yang
menghargainilai-nilai kemanusiaan.
B. Rumusan Masalah
Agar tidak terjadi kesimpang siuran dari penuliasan makalah ini, maka
rumusanmasalah dari makalah ini adalah:
1. Apakah pengertian masyarakat madani?
2. Apakah cirri-ciri dan karakter masyarakat madani?
3. Apakah pilar penegak masyarakat madani?
4. Bagaimana sejarah pemikiran masyarakat madani?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian masyarakat madani
2. Untuk mengetahui ciri-ciri dan karakteristik masyarakat madani
3. Untuk mengetahui pilar penegak masyarakat madani
4. Untuk mengetahui sejarah pemikiran masyarakat madani
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Teoritis
a. Pengertian Masyarakat Madani
Masyarakat madani atau yang biasa dikenal dengan sebutan civil society banyak
diartikan oleh para orang hebat pada zaman dahulu, sehingga masyarakat madani
memiliki banyak pengertian dan pandangan dari orang yang berbeda beda. Dari
banyaknya pengertian yang ada, dapat kita simpulkan bahwa masyarakat madani adalah
masyarakat yang memiliki adab dalam membangun, memaknai, dan menjalani
kehidupannya. Masyarakat madani juga dapat diartikan sebagai masyarakat yang
beradab, yang menjunjung tinggi nilai kemanuasiaan dan maju atau dapat mengikuti
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam hal ini disebut juga sebagai
Masyarakat Mutamaddin.
Setelah kita memahami pengertian dari masyarakat madani itu sendiri, sekarang
kita akan membahas tentang karakteristik dari masyarakat madani, yaitu sebagai berikut
:
1. Diakuinya semanagat pluralisme. Pluralisme ini bertujuan untuk mencerdaskan
umat, sebuah perbedaan yang kosmopolit akan tercipta manakala manusia
memiliki sikap inklusif, dan mempunyai kemampuan menyesuaikan diri terhadap
lingkungan sekitar. Namun, dengan catatan, identitas sejati atas parameter
parameter otentik agama tetap terjaga.
2. Terjaganya sikap toleransi. Toleransi dapat diartikan sebagai sikap suka
mendengar dan menghargai pendapat dan pendirian orang lain, baik terhadap
saudara sesame agama maupun terhadap umat yang beragama lain. Tak hanya
toleransi terhadap agama saja, tetapi juga perbedaan ras, suku, budaya dan lain
sebagainya.
3. Tegaknya prinsip demokrasi. Demokrasi bukan sekedar tentang kebebasan dan
persaingan, demokrasi merupakan suatu pilihan untuk bersama sama
membangun dan memperjuangkan kehidupan warga dan masyarakat yang
semakin sejahtera.
Wacana dan praksis tentang civil society belakangan ini semakin surut.
Kecenderungan ini sedikit mengherankan karena dalam “transisi” menuju demokrasi,
seharusnya wacana dan praksis civil society semakin kuat, bukanmelemah. Alasannya,
eksistensi civil society merupakan salah satu diantara tiga prasyarat pokok yang sangat
esensial bagi terwujudnya demokrasi.Mewujudkan masyarakat madani adalah
membangun kota budaya bukansekedar merevitalisasikan adab dan tradisi masyarakat
local, tetapi lebih dari ituadalah membangun masyarakat yang berbudaya agamis sesuai
keyakinanindividu, masyarakat berbudaya yang saling cinta dan kasih yang
menghargainilai-nilai kemanusiaan .Ungkapan lisan dan tulisan tentang masyarakat
madani semakin marak akhir-akhir ini seiring dengan bergulirnya proses reformasi di
Indonesia.
Proses iniditandai dengan munculnya tuntutan kaum reformis untuk mengganti
Orde Baruyang berusaha mempertahankan tatanan masyarakat yang status quo menjadi
tatanan masyarakat yang madani.Untuk mewujudkan masyarakat madani tidaklah
semudah membalikan telapak tangan. namun, memerlukan proses panjang dan waktu
serta menuntutkomitmen masing-masing warga bangsa ini untuk mereformasi diri secara
totaldan konsisten dalam suatu perjuangan yang gigih.Selanjutnya, wacana
tentangmasyarakat madani oleh banyak bangsa dan masyarakat di negara
berkembang,secara antusias ikut dikaji, dikembangkan, dan di eliminasi, sebgaimana
realitasempiris yang dihadapi.
Dalam sejarah sosial masyarakat Indonesia, perkembangan sosial masyarakat
Indonesia secara khusus menunjukkan pergaulan yang bersahabat dimana salah satu
tolak ukurnya adalah pergaulan sosial yang ketat. Asosiasi ini dalam rangkaian
pengalamannya telah mengambil bagian penting, sejak masa pra-kebebasan hingga
permintaan perubahan saat ini. Yang dimaksud dengan asosiasi ini tidak terbatas pada
pekerjaan konvensional yang terdiri dari penguatan yang ketat melalui penanaman
kehidupan yang ketat untuk membentengi tanggung jawab yang ketat dari kelompok
orang Islam. Bagaimanapun, ia juga telah mengambil bagian penting dalam kehidupan
persahabatan dan politik.
Arti mendasar dari masyarakat umum adalah masyarakat umum yang menjadikan
kualitas kemajuan sebagai prinsip. Dengan cara ini, di seluruh keberadaan teori, dari cara
berpikir Yunani ke jam cara berpikir Islam, istilah Madinah atau polis juga diwujudkan
yang menyiratkan kota, yang merupakan masyarakat tingkat tinggi dan mapan.
Masyarakat umum merupakan gambaran visi yang diharapkan oleh masyarakat. Dalam
Al-Qur'an, Allah memberikan gambaran masyarakat yang ideal sebagai gambaran
masyarakat umum dengan firman-Nya dalam Al-Qur'an yang menyiratkan: "...
(bangsamu) adalah umat yang baik dan (tuanmu) adalah Tuhan yang baik." (Surat: Saba
'15).
Pengertian Masyarakat Madani menurut para ahli:
Mun’im (1994) mendefinisikan istilah, “civil society” sebagai seperangkatgagasan
etis yang mengejawantah dalam berbagai tatanan sosial, dan yang paling penting
dari gagasan ini adalah usahanya untuk menyelaraskan berbagai
konflikkepentingan antarindividu, masyarakat, dan negara.
Hefner, menyatakan bahwa masyarakat madani adalah masyarakat modern yang
bercirikan demokratisasi dalam beriteraksi di masyarakat yang semakin plural dan
heterogen. Dalam keadan seperti ini masyarakat diharapkan mampu
mengorganisasi dirinya, dantumbuh kesadaran diri dalam mewujudkan
peradaban. Mereka akhirnya mampu mengatasi dan berpartisipasi dalam kondisi
global, kompleks, penuh persaingan dan perbedaan.
Mahasin (1995) menyatakan bahwa masyarakat madani sebagai terjemahan
bahasa Inggris, civil society. Kata civil society sebenarnya berasal dari bahasa
Latin yaitu civitas dei yang artinya kota Illahi dan society yang berarti masyarakat.
Dari kata civil akhirnya membentuk kata civilization yang berarti peradaban. Oleh
sebab itu, kata civil society dapat diartikan sebagai komunitas masyarakat kota
yaknimasyarakat yang telah berperadaban maju.
Istilah madani menurut Munawir (1997) sebenarnya berasal dari bahasaArab,
madaniy. Kata madaniy berakar dari kata kerja madana yang berarti mendiami,
tinggal, atau membangun. Kemudian berubah istilah menjadi madaniy yang
artinya beradab, orang kota, orang sipil, dan yang bersifat sipil atau perdata.
Dengan demikian, istilah madaniy dalam Bahasa Arabnya mempunyai banyak arti.
Konsep masyarakat madani menurutMadjid (1997) kerapkali dipandang telah
berjasa dalam menghadapirancangan kekuasaan otoriter dan menentang
pemerintahan yang sewenang-wenang di Amerika Latin, Eropa Selatan, dan
Eropa Timur. Hall (1998) mengemukakan bahwa masyarakat madani identik
dengancivil society, artinya suatu ide, angan-angan, bayangan, cita-cita suatu
komunitas yang dapat terjewantahkan dalam kehidupan sosial. Pada masyarakat
madani pelaku social akan bepegang teguh pada peradaban dan kemanusiaan.
Intinya, berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat
madani pada prinsipnya memiliki multi makna atau bermakna ganda yaitu:
demokratis, menjunjung tinggi etika dan moralitas, transparansi,toleransi,
berpotensi, aspiratif, bermotivasi, berpartisipasi, konsistensi, memiliki
perbandingan, komparasi, mampu berkoordinasi, simplifikasi,
sinkronisasi,integrasi, mengakui emansipasi, dan hak asasi, sederhana,namun
yang palingdominan adalah masyarakat yang demokratis.
ِّ ْ اي
َف َدَ ْ َْ اش لن ََنَ َدَ َْ ان ْ ِّن د يف َ اه ََْكَ َا
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam). Sesungguhnya telah jelas jalan
yang benar dari jalan yang sesat.”
Dengan demikian, konsep negara yang ditawarkan Nabi SAW benar-benar baru
dan orisinil, karena negara menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Di dalam
Q.S. al-Saba’:15, Allah SWT mengilustrasikan profil masyarakat ideal sebagai berikut:
َ ٌ ِّنَيَ نَ اة َنل
َ ٌََّ ٌَّ ََر
َ ٌَرل
"Sebuah negeri yang aman sentosa dan masyarakatnya terampuni dosanya."
Khairah Ummah (QS Ali Imran Ayat 110)
Khairah ummah atau masyarakat terbaik dalam hal ini dimaksud dengan masyarakat
ideal. Masyarakat madani adalah masyarakat yang sadar dan telah menunaikan tugas
sebagi masyarakat ideal. Tugas yang dimaksud adalah menyerukan kebaikan dan
mencegah kemungkaran (keburukan yang telah dilarang), tidak bercerai-berai sesama
umat dan tidak berselisih paham terhadap apa yang telah dikatakan benar.
Ummatan Wasathan (QS Al Baqarah Ayat 143)
Ummatan Wasathan adalah masyarakat seimbang. Dalam hal ini, islam memandang
masyarakat madani sebagai masyarakat yang hidup harmonis dalam keseimbangan.
Posisi seimbang menjadikan masyarakat madani tidak akan memihak pada pihak pihak
tertentu dan terbuka dengan semua pihak baik dalam hal agama, budaya serta
peradaban. Kenapa harus terbuka? Karena sikap adil dan seimbang tidak akan terwujud
jika masyarakat masih menutup diri dari lingkungan dan perbedaan.
Ummah Muqtasiddah (QS Al Maidah Ayat 66)
Ummah Muqtasiddah adalah masyarakat yang moderat. Sebenarnya secara konsep,
ummah muqtasiddah ini mirip seperti ummatan washatan dimana masyarakat diminta
untuk tidak bersikap ekstrim atau mendominasi kelompok lain dalam suatu masyarakat.
Masyarakat madani dalam konsep ini bertugas untuk senantiasa menebarkan kebaikan
dan melakukan perbaikan serta meminimalisir kerusakan meskipun mereka adalah kaum
minoritas.
Konsep khairan ummah dalam QS Ali-Imran 3:110 adalah konsep masyarakat
yang ideal. Mereka ditugasi untuk mengembangkan beberapa fungsi diantaranya
menyerukan kebaikan dan mencegah terjadinya kemungkaran. Selain itu, mereka juga
tidak boleh bercerai berai dan saling berselisih paham. Al Quran telah memberikan Cara
Meningkatkan Iman dan Taqwa serta cara berdamai untuk memecahkan masalah
internal yaitu metode syurah atau musyawarah, ishlah atau rekonsiliasi dan berdakwah
dnegan cara al-hikmah wa al-mujadalah bi allatu hiya ahsan yang berarto kebijaksanaan
dan perundingan dengan cara baik.
Konsep ummatan wasathan dalam QS Al-Baqarah 2:143 menjelaskan bahwa
masyarakat seimbang adalah masyarakat yang berada di posisi tengah-tengah yaitu
menggabungkan yang baik dari yang bertentangan.
Konsep ummah muqtashidah dalam QS Al-Maidah 5:66 adalah masyarakat
moderat yakni entitas di kalangan ahli kitab dan posisi ummah yang minoritas. Artinya
bahwa kelompok tersebut meskipun kecil, tetap dapat melakukan kebaikan dan
perbaikan dan meminimalisir kerusakan. Hampir sama dengan ummatan wasathan
bahwa keduanya memelihara penerapan nilai-nilai utama di tengah komunitas sekitar
yang menyimpang. Yang membuat beda ummah muqtashid adalah komunitas agama
Yahudi atau Nashrani, dan ummah wasath adalah komunitas agama sendiri yakni Islam.
Konsep-konsep yang sudah dijelaskan tersebut sungguh telah diterapkan di
Mdinah yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW. Diterapkan setelah Nabi berhijrah
dengan para sahabat dan dikeluarkannya Sahifah ay Watsiqah Madinah atau Piagam
Madinah atau Madinah Charter yang berisi hal-hal berikut ini :
Asas kebebasan beragama yakni negara mengakui dan melindungi kelompok
yang beribadah sesuai dengan keyakinan masing-masing
Asas persamaan yakni semua orang yang mempunyai kedudukan sama sebagai
anggota masyarakat untuk saling membantu dan tidak boleh memperlakukan
orang lain dengan buruk
Asas kebersamaan yaitu anggota masyarakat memiliki hak dan kewajiban sama
kepada Negara
Asas keadilan yaitu setiap warga negara memiliki kedudukan sama di hadapan
hukum dimana hukum harus ditegakkan
Asas perdamaian yakni warga negara hidup berdaampingan tanpa perbedaan
suku, agama dan ras
Asas musyawarah yaitu semua permasalah yang terjadi di negara tersebut
diselesaikan melalui dewan syura
Karakteristik Keislaman Pembangunan Masyarakat Madani
Rasulullah mengajarkan tiga karakteristik keislaman yang menjadi akar
pembangunan masyarakat madani, diantaranya :
Islam humanis
Islam yang humanis berarti bahwa ajaran Islam yang diberikan oleh Rasulullah adalah
kompatibel dengan fitrah manusia. Allah berfirman dalam QS Al-Rum ayat 30 yang
artinya : “Maka hadapkan wajah dengan lurus pada agama Allah, tetap berada pada fitrah
Allah yang telah emnciptaka manusia sesuaai dengan fitrahnya. Tidak ada yang berubah
pada fitrah Allah, tetapi manusia tidak mengetahuinya.” Oleh karena itu, ajaran Islam
yang disampaikan oleh Rasulullah mudah diterima oleh nalar dan naluri umat manusia.
Islam Moderat
Adalah keseimbangan ajaran Islam yang diterapkan dalam berbagai kehidupan manusia
baik secara vertikal maupun horizontal. Kemoderatan inin yang membuat ajaran Islam
berbeda dengan ajaran lainnya. Dalam sejarahnya, karakteristik ini diaplikasikan
sempurna dalam diri manusia. Jadi, kemoderatan adlaah salah satu karakteristik
fundamental agama Islam sebagai agama yang sangat kompatibel dengan naluri dan
fitrah manusia. Dari asas kemoderatan inilah, konsepsi kemasyarakatn menjadi konsep
yang utuh untuk membangun masyarakat yang memegang teguh nilai-nilai dan
kemormaan dalam Islam.
Islam Toleran
Kata toleran di dalam ajaran Islam berkaitan dengan penganut agama Islam sendri dan
penganut agama lain. Apabila dikaitkan dengan kaum muslimin, maka toleran berarti
kelonggaran, kemudahan dan fleksibilitas Islam. Sebab pada hakikatnya ajaran Islam
mudah sekali untuk disampaikan dan diaktulisasikan kepada umat manusia.
C. Ciri-Ciri Masyarakat Madani
Ciri utama masyarakat madani adalah demokrasi. Demokrasimemilikikonsekuensi
luas di antaranya menuntut kemampuan partisipasimasyarakat dalam sistem politik
dengan organisasi-organisasi politik yangindependen sehingga memungkinkan kontrol
aktif dan efektif dari masyarakatterhadap pemerintah dan pembangunan, dan sekaligus
masyarakat sebagai pelakuekonomi pasar.Hidayat Nur Wahid mencirikan masyarakat
madani sebagai masyarakat yangmemegang teguh ideology yang benar, berakhlak
mulia, secara politik-ekonomi- budaya bersifat mandiri, serta memiliki pemerintahan sipil.
Sedangkan menurut Hikam, ciri-ciri masyarakat madani adalah :
1. Adanya kemandirian yang cukup tinggi diantara individu-individu dankelompok-
kelompok masyarakat terhadap negara.
2. Adanya kebebasan menentukan wacana dan praktik politik di tingkat publik.
3. Kemampuan membatasi kekuasaan negara untuk tidak
melakukanintervensi.Karakteristik masyarakat madani adalah sebagai berikut :
Free public sphere (ruang publik yang bebas), yaitu masyarakat
memilikiakses penuh terhadap setiap kegiatan publik, mereka berhak
melakukankegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat,
berserikat, berkumpul, serta mempublikasikan informasikan kepada publik.
Demokratisasi, yaitu proses untuk menerapkan prinsip-prinsip
demokrasisehingga muwujudkan masyarakat yang demokratis. Untuk
menumbuhkandemokratisasi dibutuhkan kesiapan anggota masyarakat
berupa kesadaran pribadi, kesetaraan, dan kemandirian serta kemampuan
untuk berperilaku demokratis kepada orang lain dan menerima perlakuan
demokratis dariorang lain.
Toleransi, yaitu kesediaan individu untuk menerima pandangan-
pandangan politik dan sikap sosial yang berbeda dalam masyarakat,
sikapsaling menghargai dan menghormati pendapat serta aktivitas
yangdilakukan oleh orang/kelompok lain.
Pluralisme, yaitu sikap mengakui dan menerima kenyataan
mayarakatyang majemuk disertai dengan sikap tulus, bahwa kemajemukan
sebagainilai positif dan merupakan rahmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Keadilan sosial (social justice), yaitu keseimbangan dan pembagian yang
proporsiaonal antara hak dan kewajiban, serta tanggung jawab
individuterhadap lingkungannya.
Partisipasi social, yaitu partisipasi masyarakat yang benar-benar bersihdari
rekayasa, intimidasi, ataupun intervensi penguasa/pihak lain,
sehinggamasyarakat memiliki kedewasaan dan kemandirian berpolitik yang
bertanggungjawab.
Supremasi hokum, yaitu upaya untuk memberikan jaminan
terciptanyakeadilan. Keadilan harus diposisikan secara netral, artinya
setiap orangmemiliki kedudukan dan perlakuan hukum yang sama tanpa
kecuali.
D. Masyarakat Madani di Indonesia
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural. Pluralitas bangsa ini mewujud
dalam keberagaman etnis, tradisi, adat istiadat, seni, budaya, dan agama. Clifford Geertz,
seorang antropolog kenamaan dari Amerika Serikat, dalam Indonesian Cultes and
Comunities, dengan baik melukiskan pluralitas bangsa Indonesia demikian,“Terdapat
lebih dari 300 kelompok etnis yang berbeda-beda di Indonesia, masing-masing dengan
identitas budayanya sendiri-sendiri, dan lebih dari 250 bahasa daerah dipakai … dan
hampir semua agama- agama penting di dunia diwakili, selain agama-agama asli yang
banyak jumlahnya.”
Meskipun plural, bangsa ini direkatkan dalam satu kesatuan kebangsaan sehingga
masing-masing kelompok itu merasa menjadi satu kesatuan akibat dari pengalaman
sejarah yang sama: pengalaman penjajahan yang getir dan pahit. Kesatuan Kebangsaan
ini secara simbolik terangkum dalam Bhineka Tunggal Ika, yang mengakui perbedaan
dalam kesatuan dan kesatuan dalam perbedaan.
Konsep masyarakat madani menurut prespektif Islam sudah diatur dalam Al-Quran yang
dibagi menjadi 3 jenis yait masyarakat terbaik (khairah ummah), masyarakat seimbang
(ummatan wasathan) dan masyarakat moderat (ummah muqtashidah). Berikut adalah
kutipan ayat yang mengatur ketiga jenis istiilah tersebut :