Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENUGASAN STUDI KELOMPOK MENGENAI

MASYARAKAT MADANI
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH WAJIB
AGAMA ISLAM

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 9

KETUA : LALU ARY KURNIAWAN HARDI


(071711333066)
ANGGOTA : AHMAD HISYAM AL FAISAL
(131711133139)
TIRTA MUHAMMAD RIZKI
(131711133137)
ANDYKA CAHYA KUSUMA
(071711333060)
DOSEN PENGAMPU : HJ. SUKIYATI S.Ag., M.Pdi.

UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit


sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah atas segala berkat,
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah ini.

Dalam penyusunannya, kami mengucapkan terimakasih kepada yang


terhormat Ibu Dosen Pengampu mata kuliah kami yang telah memberikan
dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua
kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan
dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.

Meskipun kami berharap isi dari makalahkami ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar tugas makalah ini dapat lebih baik lagi.

Akhir kata kami mengucapkan terimakasih, semoga hasil makalah kami ini
bermanfaat.

Surabaya, 29 Agustus 2017

Kelompok 9

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 4
A.Latar Belakang..................................................................................... 4
B.Rumusan Masalah................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN
MASYARAKAT MADANI DAN KESEJAHTERAAN UMAT........ 6
A.Pengertian Masyarakat Madani............................................................ 6
B.Ciri-Ciri Masyarakat Madani............................................................... 6
C.Karakteristik Masyarakat Madani........................................................ 7
D.Masyarakat Madani dalam Sejarah...................................................... 9
E.Masyarakat Madani dalam Islam.......................................................... 9
F.Peran Umat Islam dalam Mewujudkan Masyarakat Madani................ 11

BAB III PENUTUP...................................................................................... 13


A.Kesimpulan.......................................................................................... 13
B.Saran..................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masyarakat madani, konsep ini merupakan penerjemahan istilah dari
konsep civil society yang pertama kali digulirkan oleh Dato Seri Anwar
Ibrahim dalam ceramahnya pada simposium Nasional dalam rangka forum
ilmiah pada acara festival istiqlal, 26 September 1995 di Jakarta. Konsep yang
diajukan oleh Anwar Ibrahim ini hendak menunjukkan bahwa masyarakat
yang ideal adalah kelompok masyarakat yang memiliki peradaban maju. Lebih
jelas Anwar Ibrahim menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan masyarakat
madani adalah sistem sosial yang subur yang diasaskan kepada prinsip moral
yang menjamin keseimbangan antara kebebasan perorangan dengan kestabilan
masyarakat.
Menurut Quraish Shibab, masyarakat Muslim awal disebut umat
terbaik karena sifat-sifat yang menghiasi diri mereka, yaitu tidak bosan-bosan
menyeru kepada hal-hal yang dianggap baik oleh masyarakat selama sejalan
dengan nilai-nilai Allah (al-maruf) dan mencegah kemunkaran. Selanjutnya
Shihab menjelaskan, kaum Muslim awal menjadi khairu ummah karena
mereka menjalankan amar maruf sejalan dengan tuntunan Allah dan rasul-
Nya. (Quraish Shihab, 2000, vol.2: 185).
Perujukan terhadap masyarakat Madinah sebagai tipikal masyarakat
ideal bukan pada peniruan struktur masyarakatnya, tapi pada sifat-sifat yang
menghiasi masyarakat ideal ini. Seperti, pelaksanaan amar maruf nahi
munkar yang sejalan dengan petunjuk Ilahi, maupun persatuan yang kesatuan
yang ditunjuk oleh ayat sebelumnya (lihat, QS. Ali Imran [3]: 105). Adapun
cara pelaksanaan amar maruf nahi mungkar yang direstui Ilahi adalah dengan
hikmah, nasehat, dan tutur kata yang baik sebagaimana yang tercermin dalam
QS an-Nahl [16]: 125. Dalam rangka membangun masyarakat madani
modern, meneladani Nabi bukan hanya penampilan fisik belaka, tapi sikap
yang beliau peragakan saat berhubungan dengan sesama umat Islam ataupun

4
dengan umat lain, seperti menjaga persatuan umat Islam, menghormati dan
tidak meremehkan kelompok lain, berlaku adil kepada siapa saja, tidak
melakukan pemaksaan agama, dan sifat-sifat luhur lainnya.
Kita juga harus meneladani sikap kaum Muslim awal yang tidak
mendikotomikan antara kehidupan dunia dan akhirat. Mereka tidak
meninggalkan dunia untuk akhiratnya dan tidak meninggalkan akhirat untuk
dunianya. Mereka bersikap seimbang (tawassuth) dalam mengejar
kebahagiaan dunia dan akhirat. Jika sikap yang melekat pada masyarakat
Madinah mampu diteladani umat Islam saat ini, maka kebangkitan Islam
hanya menunggu waktu saja.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Masyarakat Madani
2. Ciri-Ciri Masyarakat Madani
3. Karakteristik Masyarakat Madani
4. Masyarakat Madani dalam Sejarah
5. Masyarakat Madani dalam Islam
6. Peran Umat Islam dalam Mewujudkan Masyarakat Madani

BAB II
PEMBAHASAN

5
MASYARAKAT MADANI DAN KESEJAHTERAAN UMAT

A. Pengertian Masyarakat Madani


Makna Civil Society Masyarakat sipil adalah terjemahan dari civil
society. Konsep civil society lahir dan berkembang dari sejarah pergumulan
masyarakat. Cicero adalah orang Barat yang pertama kali menggunakan kata
societies civilis dalam filsafat politiknya. Konsep civil society pertama kali
dipahami sebagai negara (state). Secara historis, istilah civil society berakar
dari pemikir Montesque, JJ. Rousseau, John Locke, dan Hubbes. Ketiga orang
ini mulai menata suatu bangunan masyarakat sipil yang mampu mencairkan
otoritarian kekuasaan monarchi-absolut dan ortodoksi gereja (Larry Diamond,
2003: 278).
Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu
pengetahuan, dan teknologi.
Allah SWT memberikan gambaran dari masyarakat madani dengan
firman-Nya dalam Q.S. Saba ayat 15:
Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat
kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri.
(kepada mereka dikatakan): Makanlah olehmu dari rezki yang
(dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu)
adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha
Pengampun.

B. Ciri-ciri Masyarakat Madani


Ada beberapa ciri ciri utama dalam civil society, yang pertama
adanya kemandirian yang cukup tinggi dari individu-individu dan kelompok-
kelompok dalam masyarakat, utamanya ketika berhadapan dengan negara;
kedua adanya ruang publik bebas sebagai wahana bagi keterlibatan politik
secara aktif dari warga negara melalui wacana dan praksis yang berkaitan

6
dengan kepentingan publik, dan yang terakhir adalah adanya kemampuan
membatasi kuasa negara agar ia tidak intervensionis.

C. Karakteristik Masyarakat Madani


Ada beberapa karakteristik masyarakat madani, diantaranya:
1. Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok ekslusif
kedalam masyarakat melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.
2. Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang
mendominasi dalam masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan
alternatif.
3. Dilengkapinya program-program pembangunan yang didominasi oleh
negara dengan program-program pembangunan yang berbasis masyarakat.
4. Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan negara karena
keanggotaan organisasi-organisasi volunter mampu memberikan masukan-
masukan terhadap keputusan-keputusan pemerintah.
5. Tumbuh kembangnya kreatifitas yang pada mulanya terhambat oleh rejim-
rejim totaliter.
6. Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga individu-
individu mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak
mementingkan diri sendiri.
7. Adanya pembebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga-lembaga sosial
dengan berbagai ragam perspektif.
8. Bertuhan, artinya bahwa masyarakat tersebut adalah masyarakat yang
beragama, yang mengakui adanya Tuhan dan menempatkan hukum Tuhan
sebagai landasan yang mengatur kehidupan sosial.
9. Damai, artinya masing-masing elemen masyarakat, baik secara individu
maupun secara kelompok menghormati pihak lain secara adil.
10. Tolong menolong tanpa mencampuri urusan internal individu lain yang
dapat mengurangi kebebasannya.
11. Toleran, artinya tidak mencampuri urusan pribadi pihak lain yang telah
diberikan oleh Allah sebagai kebebasan manusia dan tidak merasa
terganggu oleh aktivitas pihak lain yang berbeda tersebut.
12. Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial.

7
13. Berperadaban tinggi, artinya bahwa masyarakat tersebut memiliki
kecintaan terhadap ilmu pengetahuan dan memanfaatkan kemajuan ilmu
pengetahuan untuk umat manusia.
14. Berakhlak mulia.
Dari beberapa ciri tersebut, kiranya dapat dikatakan bahwa masyarakat
madani adalah sebuah masyarakat demokratis dimana para anggotanya
menyadari akan hak-hak dan kewajibannya dalam menyuarakan pendapat dan
mewujudkan kepentingan kepentingannya dimana pemerintahannya
memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi kreatifitas warga negara untuk
mewujudkan program-program pembangunan di wilayahnya.
Masyarakat madani sejatinya bukanlah konsep yang ekslusif dan
dipandang sebagai dokumen usang. Ia merupakan konsep yang senantiasa
hidup dan dapat berkembang dalam setiap ruang dan waktu. Mengingat
landasan dan motivasi utama dalam masyarakat madani adalah Alquran.
Meski Alquran tidak menyebutkan secara langsung bentuk masyarakat
yang ideal namun tetap memberikan arahan atau petunjuk mengenai prinsip-
prinsip dasar dan pilar-pilar yang terkandung dalam sebuah masyarakat yang
baik. Secara faktual, sebagai cerminan masyarakat yang ideal kita dapat
meneladani perjuangan rasulullah mendirikan dan menumbuhkembangkan
konsep masyarakat madani di Madinah.
Prinsip terciptanya masyarakat madani bermula sejak hijrahnya Nabi
Muhammad Saw. beserta para pengikutnya dari Makah ke Yatsrib. Hal
tersebut terlihat dari tujuan hijrah sebagai sebuah refleksi gerakan
penyelamatan akidah dan sebuah sikap optimisme dalam mewujudkan cita-
cita membentuk yang madaniyyah (beradab).

Adapun yang masih menjadi kendala dalam mewujudkan masyarakat


madani di Indonesia diantaranya:
1. Kualitas SDM yang belum memadai karena pendidikan yang belum
merata.
2. Masih rendahnya pendidikan politik masyarakat.
3. Kondisi ekonomi nasional yang belum stabil pasca krisis moneter.

8
4. Tingginya angkatan kerja yang belum terserap karena lapangan kerja yang
terbatas.
5. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sepihak dalam jumlah yang besar.

D. Masyarakat Madani Dalam Sejarah


Ada dua masyarakat madani dalam sejarah yang terdokumentasi
sebagai masyarakat madani, yaitu:
1. Masyarakat Saba, yaitu masyarakat di masa Nabi Sulaiman.
2. Masyarakat Madinah setelah terjadi traktat, perjanjjian Madinah antara
Rasullullah SAW beserta umat Islam dengan penduduk Madinah yang
beragama Yahudi dan beragama Watsani dari kaum Aus dan Khazraj.
Perjanjian Madinah berisi kesepakatan ketiga unsur masyarakat untuk
saling menolong, menciptakan kedamaian dalam kehidupan sosial,
menjadikan Al-Quran sebagai konstitusi, menjadikan Rasullullah SAW
sebagai pemimpin dengan ketaatan penuh terhadap keputusan-
keputusannya, dan memberikan kebebasan bagi penduduknya untuk
memeluk agama serta beribadah sesuai dengan ajaran agama yang
dianutnya.

E. Masyarakat Madani Dalam Islam


Membangun masyarakat dalam kacamata Islam adalah tugas jamaah,
kewajiban bagi setiap muslim. Islam memiliki landasan kuat untuk
melahirkan masyarakat yang beradab, komitmen pada kontrak sosial (baiat
pada kepemimpinan Islam) dan norma yang telah disepakati bersama
(syariah). Bangunan sosial masyarakat muslim itu ciri dasarnya: taawun
(tolong-menolong), takaful (saling menanggung), dan tadhomun (memiliki
solidaritas).
Masyarakat ideal kerap disebut masyarakat madani yang kadang
disamakan dengan masyarakat sipil (civil society), adalah masyarakat dengan
tatanan sosial yang baik, berazas pada prinsip moral yang menjamin
keseimbangan antara hak dan kewajiban individu dengan hak dan kewajiban
sosial. Pelaksanaannya antara lain dengan terbentuknya pemerintahan yang
tunduk pada aturan dan undang-undang dengan sistem yang transparan.Dalam

9
konteks ini, kita memilih mengartikan masyarakat madani sebagai terjemahan
dari kosa kata bahasa Arab mujtama madani. Kata ini secara etimologis
mempunyai dua arti, pertama, masyarakat kota, karena kata madani berasal
dari kata madinah yang berarti kota, yang menunjukkan banyaknya aktivitas,
dinamis, dan penuh dengan kreativitas; kedua, masyarakat peradaban, karena
kata madani juga merupakan turunan dari kata tamaddun yang berarti
peradaban. Masyarakat madani adalah masyarakat yang menjunjung tinggi
nilai-nilai peradaban.
Adalah Nabi Muhammad Rasulullah sendiri yang memberi teladan
kepada umat manusia ke arah pembentukan masyarakat peradaban. Setelah
belasan tahun berjuang di kota Mekkah tanpa hasil yang terlalu
menggembirakan, Allah memberikan petunjuk untuk hijrak ke Yastrib, kota
wahah atau oase yang subur sekitar 400 km sebelah utara Mekkah. Sesampai
di Yastrib, setelah perjalanan berhari-hari yang amat melelahkan dan penuh
kerahasiaan, Nabi disambut oleh penduduk kota itu, dan para gadisnya
menyanyikan lagu Thalaa al-badru alaina (Bulan Purnama telah
menyingsing di atas kita), untaian syair dan lagu yang kelak menjadi amat
terkenal di seluruh dunia. Kemudian setelah mapan dalam kota hijrah itu, Nabi
mengubah nama Yastrib menjadi al-Madinat al-nabiy (kota nabi).
Secara konvensional, perkataan madinah memang diartikan sebagai
kota. Tetapi secara ilmu kebahasaan, perkataan itu mengandung makna
peradaban. Dalam bahasa Arab, peradaban memang dinyatakan dalam
kata-kata madaniyah atau tamaddun, selain dalam kata-kata hadharah.
Karena itu tindakan Nabi mengubah nama Yastrib menjadi Madinah, pada
hakikatnya adalah sebuah pernyataan niat, atau proklamasi, bahwa beliau
bersama para pendukungnya yang terdiri dari kaum Muhajirin dan kaum
Anshar hendak mendirikan dan membangun mansyarakat beradab.

F. Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani


Dalam sejarah Islam, realisasi keunggulan normatif atau potensial
umat Islam terjadi pada masa Abbassiyah. Pada masa itu umat Islam

10
menunjukkan kemajuan di bidang kehidupan seperti ilmu pengetahuan dan
teknologi, militer, ekonomi, politik dan kemajuan bidang-bidang lainnya.
Umat Islam menjadi kelompok umat terdepan dan terunggul. Nama-nama
ilmuwan besar dunia lahir pada masa itu, seperti Ibnu Sina, Ubnu Rusyd,
Imam al-Ghazali, al-Farabi, dan yang lain.
1. Kualitas SDM Umat Islam
Dalam Q.S. Ali Imran ayat 110
Artinya:
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang maruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih
baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang yang fasik.
Dari ayat tersebut sudah jelas bahwa Allah menyatakan bahwa
umat Islam adalah umat yang terbaik dari semua kelompok manusia yang
Allah ciptakan. Di antara aspek kebaikan umat Islam itu adalah
keunggulan kualitas SDMnyadibanding umat non Islam. Keunggulan
kualitas umat Islam yang dimaksud dalam Al-Quran itu sifatnya normatif,
potensial, bukan riil.
2. Posisi Umat Islam
SDM umat Islam saat ini belum mampu menunjukkan kualitas yang
unggul. Karena itu dalam percaturan global, baik dalam bidang politik,
ekonomi, militer, dan ilmu pengetahuan dan teknologi, belum mampu
menunjukkan perannya yang signifikan. Di Indonesia, jumlah umat Islam
lebih dari 85%, tetapi karena kualitas SDM nya masih rendah, juga belum
mampu memberikan peran yang proporsional. Hukum positif yang berlaku
di negeri ini bukan hukum Islam. Sistem sosial politik dan ekonomi juga
belum dijiwai oleh nilai-nilai Islam, bahkan tokoh-tokoh Islam belum
mencerminkan akhlak Islam.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Demi mewujudkan konsepsi mengenai masyarakat madani dan demi
terciptanya kesejahteraan umat maka kita sebagai generasi penerus khususnya
mahasiswa harus dapat membuat suatu perubahan yang signifikan. Pemuda
khususnya mahasiswa harus mampu sadar akan isu isu krusial yang relevan

12
dengan kiat mewujudkan masyarakat madani itu sendiri. Adapun beberapa
kesimpulan yang dapat kami ambil dari pembahasan materi ini ialah bahwa di
dalam mewujudkan masyarakat madani dan kesejahteraan umat, kita semua
haruslah berpedoman pada Al-Quran dan As-Sunnah yang diamanatkan oleh
Rasullullah.
Selain memahami apa itu masyarakat madani kita juga harus mampu
mengenali dan memanfaatkan potensi yang kita miliki dalam rangka
mendukung kita untuk mewujudkan masyarakat madani. Dengan memahami
hal hal tersebut dan tetap bertawakal, inshaallah dengan ridho dari Allah
SWT kita akan dapat mewujudkan apa yang disebut dengan masyarakat
madani tersebut.

B. Saran
Dengan menyadari seberapa pentingnya peran kita sebagai pemuda
khususnya mahasiswa, kita harus mampu lebih giat untuk mengenali situasi dan
kondisi dewasa ini. Perkembangan yang semakin pesat tidak boleh menjadi
bumerang yang siap menyerang kita kembali, namun harus mampu kita
manfaatkan demi sebuah tujuan yang pasti. Dengan adanya kesadaran ini
diharapkan kelak konsepsi dari masyarakat madani tidak hanya sekedar tertulis
atau terucap secara teoritis namun juga mampu di wujudkan secara nyata.

DAFTAR PUSTAKA

Funnys, tahun 2008, http://makalah85.blogspot.com/2008/12/masyarakat-


madani.html. Di akses pada tanggal 27 Agustus 2017.
Suito, Deny. 2006. Membangun Masyarakat Madani. Centre For Moderate
Muslim Indonesia: Jakarta.
Sosrosoediro, Endang Rudiatin. 2007. Dari Civil Society Ke Civil Religion. MUI:
Jakarta.

13
Sutianto, Anen. 2004. Reaktualisasi Masyarakat Madani Dalam Kehidupan.
Pikiran Rakyat: Bandung.

14

Anda mungkin juga menyukai