Anda di halaman 1dari 26

HALAMAN SAMPUL

MAKALAH

MASYARAKAT MADANI DI INDONESIA

DALAM PANDANGAN ISLAM

Disusun Oleh:

Abd. Mukhtadir
NIM. 1218250025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
2023

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................. 10

C. Tujuan Penulisan ................................................................................... 10

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................11

A. Masyarakat Madani Dalam Pandangan Islam ........................................11

B. Faktor Pendukung Terciptanya Masyarakat Madani di Indonesia ........ 20

C. Faktor Penghambat Terciptanya Masyarakat Madani di Indonesia ...... 21

BAB III PENUTUP............................................................................................... 22

A. Kesimpulan ........................................................................................... 22

B. Saran...................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dalam Al-Qur’an sekalipun tidak pernah menyebutkan secara langsung

tentang suatu sistem masyarakat yang ideal dalam Islam. Namun, Alquran

memberika isyarat tentang karakteristik masyarakat ideal walaupuh hal tersenut

memerlukan upaya penafsiran dan perkembangan dari pemikiran agar dapat

mengungkapkannya.1

Konsep masayarakat ideal yang pernah ada dalam Islam diambil dari

konsep yang pernah diterapkan di kota Madinah dan Nabi Saw. membuat sebuah

revolusi besar yang mampu membangun sebuah peradaban tinggi dengan

membangun sebuah kota di Madinah dengan meletakan dasar-dasar dari sebuah

konsep masyarakat ideal dengan menggariskan ketentuan untuk hidup dengan

sebuah konstitusi yang sudah disepakati bersama yakni piagam Madinah.2

Di Indonesia konsep ini diperkenalkan oleh seorang cendekiawan yakni

Nurcholis Madjid, yang merujuk kepada konsep masyarakat yang dibangun oleh

1
Ali Nurdin, Quranic Society, Cet. II, (Jakarta: Erlangga, 2013), h. 100.
2
Akram Dhiyauddin Umari, Masyarakat Madani; Tinjauan Historis Kehidupan Zaman
Nabi, Cet. IV, (Jakarta: Gema Insan Press, 2014), h. 108-109.

1
2

Nabi Muhammad Saw. di Madinah. Istilah madani merujuk kepada madaniyyah

yang berarti peradaban atau beradab. Karena masayarakat madani berasosiasi

dengan peradaban. Beliau mengungkapkan karakteristik mendasar dari

masyarakat madani yang dibangun oleh Nabi Saw. di Madinah yaitu ada rasa

saling menghargai antar sesama masyarakat, saling tolong menolong dalam

membangun sebuah kota yang ideal, penegakan hukum yang adil, menjunjung

tinggi toleransi dalam bidang keagaamaan maupun dalam bidang-bidang sosial

kemasyarakatan, serta adanya prinsip musyawarah dalam memutuskan suatu

keputusan sehingga tidak ada pihak yang dirugikan ketika membuat sebuah

kebijakan baru.3

Untuk menjelaskan secara benar terminologi dari masyarakat madani, ada

dua level penting yang harus dipahami, pertama, prinsip-prinsip peraturan

kemasyarakatan dalam Islam, dalam hal ini penafsiran terhadap ayat-ayat

Al-Qur’an dan Hadis yang relevan harus terus dilakukan. Kedua, historis, yakni

sejarah perkembangan masyarakat Arab pra Islam sampai kepada periode

masyarakat Madinah.4

3
Nurcholis Madjid. Menuju masyarakat madani, (Jurnal Ulumul Qur’an no. 2/VII/1996),
h. 51-55.
4
Akram Dhiyauddin Umari, Masyarakat Madani; Tinjauan Historis Kehidupan Zaman
Nabi, h. 131.
3

Masyarakat harus menyadari betapa pentingnya konsep bermasyarakat

yang benar sehingga tidak menimbulkan masalah-masalah yang akan membuat

keharmonisan di dalam masyarakat terganggu. Masyarakat harus mau

bekerjasama dengan negara untuk mewujudkan itu semua. Karena negara

memiliki fasilitas untuk membantu masyarakat dalam mengelola konsep

bermasyarakat tersebut. Hal ini juga dilakukan Nabi Saw. ketika memimpin kota

Madinah. Beliau melakukan sensus penduduk agar mengetahui kebijakan yang

harus beliau terapkan dan kebijakan yang harus beliau buang. 5

Oleh karena itu, dunia Pendidikan mestinya ikut berpartisipasi untuk

mewujudkan masyarakat madani tersebut karena hampir di setiap penjuru

masyarakat dunia menginginkan kehidupan demokratis partisipatoris, yakni

kehidupan bermasyarakat yang mana masyarakat ikut aktif dalam menyumbang

gagasan-gagasan agar terciptanya masyarakat ideal yang selama ini dicita-citakan

oleh masyarakat Indonesia. Hal ini sangat penting mengingat bahwa masyarakat

memiliki potensi yang sangat besar untuk menciptakan sebuah sistem baru yang

menjadikan masyarakatnya lebih sejahtera.6

5
Suroto, Konsep Masyarakat Madani di Indonesia Dalam Masa Postmodern, (Jurnal
Pendidikan Kewarganegaraan, No.9/V/2015), h. 664.
6
Eko Nursalim, Pendidikan Islam Menuju Masyarakat Madani di Era Globalisasi, (Jurnal
Pemikiran Pendidikan Islam, No.1/XI/2016), h. 46.
4

Konsep masyarakat yang dibuat oleh Nabi Saw. di Madinah adalah salah

satu contoh penerapan konsep bermasyarakat yang ideal, dimana beliau

menegakkan prinsip-prinsip moderasi dalam membangun masyarakatnya yakni

tidak membeda-bedakan antara muslim dan musyrikin dalam urusan sosial. Oleh

karena itu masyarakat yang dibangun oleh Nabi Saw. itu condong kepada

masyarakat yang beradab dan berperadaban. Hal ini menunjukan keberhasilan

Nabi Saw. dalam menerapkan konsep bermasyarakat di kota Madinah yang ketika

itu masih bernama kota Yatsrib yang kemudian diubah namanya menjadi Madinah

dengan tujuan mendirikan masyarkat Islam yang berperadaban berdasarkan ajaran

Islam serta masyarakat yang bertakwa kepada Allah Swt.7

Gallner (Supriatna), menunjukan konsep masyarakat madani (civil society)

sebagai sebuah kekuatan yang bukan dari pemerintah dan memiliki konsep yang

baik sehingga mampu mengimbangi suatu negara. Victor Perez Diaz menyatakan

bahwa masyarakat madani condong kepada masyarakat yang telah mengalami

pemerintahan yang terbatas, memiliki kebebasan dalam berpendapat, mempunyai

sistem ekonomi pasar, dan timbulnya masyarakat masyarakat yang saling tolong

7
Muhammad Muslih, Wacana Masyarakat madani; Dialektika Islam Dengan Problem
Kebangsaan, (Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan No.1/VI/2010), h. 135.
5

menolong dan saling menopang satu sama lain.8

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa masyarakat madani adalah

suatu corak kehidupan bermasyarakat yang terorganisir atau tertata dengan baik,

mempunyai sifat kesukarelaan dan tanpa paksaan, keswadayaan, kemandirian,

memiliki rasa keadilan dan memiliki kesadaran hukum yang sangat tinggi

sehingga terciptanya sebuah keharmonisan dalam bermasyarakat.9

Untuk mewujudkan nilai-nilai ke arah masyarakat madani dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara dengan pengaplikasian di masyarakat maka

diperlukan beberapa syarat agar dapat mewujudkan masyarakat tersebut. Hal

tersebut dikemukakan oleh Han Sung Jun sebagai berikut:

1. Mengakui dan melindungi hak hak dari setiap individu dan memfasilitasinya

agar dapat berkembang lebih baik.

2. Adanya forum musyawarah yang memberi kesempatan kepada masyarakat

menyampaikan pendapatnya dalam menghadapi masalah masalah politik

yang terjadi.

3. Adanya gerakan gerakan di masyarakat yang cenderung kepada budaya

tertentu.

8
Suroto, Konsep Masyarakat Madani di Indonesia Dalam Masa Postmodern, h. 665.
9
Suroto, Konsep Masyarakat Madani di Indonesia Dalam Masa Postmodern, h. 666.
6

4. Adanya kelompok inti yang bertanggung jawab dalam mengayomi

masyarakat agar tidak berbuat diluar batas dan mengatur pergerakan

masyarakat dalam melakukan moderenisasi di bidang sosial dan ekonomi.10

Setelah mencermati ciri-ciri dari masyarakat madani tersebut, maka

nampak jelas bahwa masyarakat madani adalah sebuah konsep masyarakat yang

mengutamakan hak-hak manusia serta rasa tanggung jawab yang sewajarnya

dilakukan oleh manusia.11 Melihat bangsa Indonesia yang memiliki keragaman

budaya dan bahasa maka perlu diperhatikan beberapa prinsip prinsip yang khas

untuk mewujudkan masyarakat madani di Indonesia yakni:

1. Memiliki keragaman budaya yang merupakan ciri dari negara Indonesia yang

menjadikanya identitas untuk membangun negara Indonesia dan kebudayaan

nasional;

2. Adanya saling pengertian antara satu masyarakat dengan masyarakat lainya

karena yang terpenting dalam suatu masyarakat adalah kebhinekaan bukan

hanya sekedar mencari kesamaan dan kesepakatan yang sulit diwujudkan;

10
Suroto, Konsep Masyarakat Madani di Indonesia Dalam Masa Postmodern, h. 666.
11
Suroto, Konsep Masyarakat Madani di Indonesia Dalam Masa Postmodern, h. 668.
7

3. Mempunyai rasa toleransi yang tinggi karena tidak sedikit konflik terjadi

karena tidak adanya rasa toleransi yang tingga baik itu antara pemelik agama

atau suku yang berbeda;

4. Adanya kepastian hukum dalam suatu tatanan masyarakat sehingga adanya

sebuah perjanjian yang disetujui oleh semua pihak yang akan berdampak

kepada terciptanya sebuah toleransi yang kuat, rasa aman dan nyaman, saling

pengertian dan rasa persaudaraan yang sangat tinggi.12

Menurut pengamatan A. Syafii Maarif, masyarakat yang ada di barat

memiliki ciri-ciri yang sama seperti masyarakat madani, yakni memiliki

persamaan sehingga tidak ada kesenjangan, rasa tolernsi yang tinggi dan terbuka.

Tentunya nilai-nilai tersebut pasti ada dalam masyarakat madani. Masyarakat

yang lahir dari keinginan untuk bebas dari paham liberalisme sehingga

menjadikan setiap individu bebas untuk berekspresi dan menyatakan pendapatnya

namun tidak memperhatikan keadilan sosial dan ekonomi. Sedangkan dalam

masyarakat madani keadilan sosial dan ekonimi adalah salah satu fokus utama.13

Adapun perbedaan dari civil society dan masyarakat madani yang di

12
Suroto, Konsep Masyarakat Madani Di Indonesia Dalam Masa Postmodern, h. 668.
13
Muhammad Muslih, Wacana Masyarakat Madani; Dialektika Islam Dengan Problem
Kebangsaan, h. 133.
8

bentuk oleh Nabi Saw, ialah civil society merupakan buah dari moderenitas,

sedangkan moderenitas adalah buah dari gerakan masyarakat sekuler yang

mentiadakan Tuhan. Sehingga civil society mempunyai moral transcendental

yang rendah karena tidak melibatkan Tuhan dalam tatanan kemasyarakatanya.

Sedangkan masyarakat madani lahir dari petunjuk-petunjuk yang Allah Swt.

berikan kepada Nabi Saw. (Al-Qur’an) maka dari sinilah Syafii Maarif

menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan masyarakat madani adalah

masyarakat yang terbuka egalitas dan toleran serta memiliki nilai-nilai

transendental yang bersumber dari wahyu Allah Swt.14

Pada umumnya masyarakat madani dapat pula disebut sebagai masyarakat

yang berintuisi yang memiliki karakteristik diantaranya adanya persatuan, hal

tersebut dijelaskan dalam QS. Ali-Imran/3: 110, adanya rasa persaudaraan, hal

tersebut dijelaskan dalam QS. Al-Hujurat/49: 10, adanya sikap toleransi, hal

tersebut dijelaskan dalam QS. Al-Hujurat/49: 13, adanya jaminan perlindungan

dan kesejahtraan, hal tersebut dijelaskan dalam QS. Al-Isra/17: 26, hidup yang

aman, dijelasakan dalam QS. Al-Baqarah/2: 126, saling tolong menolong,

dijelaskan dalam QS. Al-Ma’idah/5 : 2, memiliki hukum yang adil, hal tersebut

14
Muhammad Muslih, Wacana Masyarakat Madani; Dialektika Islam Dengan Problem
Kebangsaan, h. 133.
9

dijelaskan dalam QS. An-Nisa/4: 58, bermusyawarah hal tersebut dijelaskan

dalam QS. Ali-Imran/3: 159, serta berlomba-lomba dalam kebaikan, hal tersebut

dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah/2: 148.15

Di samping elemen tersebut, Islam sangat menekankan kebebasan dalam

berpendapat dan hak-hak yang berkaitan erat dengan manusia. Dua komponen

yang menjadi pilar paling utama dari masyarakat madani yang dibentuk oleh Nabi

Saw.16 Mencermati konsep di atas, maka masyarakat madani dalam Al-Qur’an

memiliki karakteristik yang akan terus melekat pada masyarakat tersebut sehingga

membuatnya menjadi masyarakat yang ideal. Adapun karakteristik tersebut ialah

masyarakat yang menjungjung tinggi aturan yang ada dalam Al-Qur’an dan

menjadikanya pedoman hidup dalam bermasyarakat sehingga akan terciptanya

masyarakat yang adil, aman, sejahtera, dan memiliki paradigma yang baru.

Maksud paradigma disini ialah paradigma yang lebih mengutamakan

moral dan keadilan berdasarkan nilai-nilai keagamaan. Hal tersebut sejalan

dengan apa yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw. ketika beliau

menjadi seorang pemimpin di kota Madinah, yakni masyarakat yang hidup

15
M. Din Syamsuddin, Etika Agama: Dalam Membangun Masyarakat Madani, Cet IV,
(Jakarta: Logos, 2017), h. 77.
16
Muhammad Muslih, Wacana Masyarakat Madani; Dialektika Islam Dengan Problem
Kebangsaan, h. 137.
10

dengan penuh toleransi dalam berbagai hal serta mematuhi aturan yang sudah

disepakati bersama serta terciptanya persaudaraan yang harmonis, tentunya

dibawah kepemimpinan yang adil dan bijaksana.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulisan makalah ini

bermaksud untuk membahas tentang:

1. Apa yang dimaksud masyarakat madani dalam pandangan Islam?

2. Apa faktor pendukung terciptanya masyarakat madani di Indonesia?

3. Apa faktor penghambat terciptanya masyarakat madani di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk mengetahui dan memahami

tentang:

1. Pengertian masyarakat madani dalam pandangan Islam;

2. Faktor-faktor pendukung terciptanya masyarakat madani di Indonesia;

3. Faktor-faktor penghambat terciptanya masyarakat madani di Indonesia.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Masyarakat Madani Dalam Pandangan Islam

Istilah masyarakat Madani sebenarnya telah lama hadir di bumi, walaupun

dalam wacana akademi di Indonesia belakangan mulai tersosialisasi. "Dalam

bahasa Inggris lebih dikenal dengan sebutan Civil Society". Sebab, “masyarakat

Madani", sebagai terjemahan kata civil society atau al-muftama' al-madani. Istilah

civil society pertama kali dikemukakan oleh Cicero dalam filsafat politiknya

dengan istilah societies civilis, namun istilah ini mengalami perkembangan

pengertian. Kalau Cicero memahaminya identik dengan negara, maka kini

dipahami sebagai kemandirian aktivitas warga masyarakat madani sebagai "area

tempat berbagai gerakan sosial." Secara ideal masyarakat madani ini tidak hanya

sekedar terwujudnya kemandirian masyarakat berhadapan dengan Negara,

melainkan juga terwujudnya nilai-nilai tertentu dalam kehidupan masyarakat,

terutama keadilan, persamaan, kebebasan dan kemajemukan (pluralisme).

Makna utama dari masyarakat madani adalah masyarakat yang menjadikan

nilai-nilai peradaban sebagai ciri utama. Karena itu dalam sejarah pemikiran

filsafat, sejak filsafat Yunani sampai masa filsafat Islam juga dikenal dengan

11
12

istilah madinah atau polis, yang berarti kota, yaitu kota yang maju dan

berperadaban

Islam sebagai suatu agama yang menawarkan aturan-aturan yang

komprehensif yang mengurus hampir segala aspek kehidupan manusia, juga

mengatur terkait konsep masyarakat yang ideal. 17 Konsep masyarakat dalam

Islam terangkum dalam konsep ummah sebagaimana termuat dalam berbagai ayat

dalam Al-Qur’an yang memberikan beberapa peran dan posisi umat Islam dengan

kategori khairu ummah (masyarakat terbaik), ummatan wasathan (masyarakat

seimbang) dan ummah muqtasidah (masyarakat moderat). Ali Syariati salah satu

pemikir Islam yang serius mengulas makna ummah mengatakan bahwa

masyarakat adalah kumpulan manusia yang para anggotanya memiliki tujuan

yang sama, satu sama lain, saling bahu-mambahu, bergerak menuju cita-cita

bersama, berdasarkan kepemimpinan bersama.18

Selain bersumber dari Al-Qur’an, Nabi Saw. sebagai pembawa risalah

agama Islam telah menunjukkan keberhasilan terbesar yakni meletakkan fondasi

masyarakat untuk mendirikan masyarakat taat hukum di dalam kota mulia

17
Yudi Latif, Dialektika Islam (Tafsir Sosiologis Atas Sekulerisasi dan Islamisasi di
Indonesia). Cet. III, (Yogyakarta: Jalasutra, 2017), h. 60.
18
Asrori S. Karni, Civil Society dan Ummah (Sintesa Diskursif Rumah Demokrasi). Cet.
IV, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 2014), h. 48.
13

(al-madinah al-fadhilah). Menurut Nurkholis Madjid yang mengutip pendapat

Robert, seorang yang berpengaruh dalam sosiologi modern mengatakan:

“Tidak ada pertanyaan melainkan bahwa di bawah Muhammad,


masyarakat Arab membuat langkah maju yang cukup berarti dalam
kompleksitas sosial dan kapasitas politik. Struktur yang dibentuk di bawah
Muhammad kemudian dikembangkan oleh khalifah-khalifah yaitu
mempersiapkan prinsip-prinsip organisasi untuk sebuah penyatuan dunia
di bawah satu pemerintahan. Hasilnya pada waktu dan tempat itu adalah
cukup modern. Modern dalam tingkat komitmen, penyatuan dan partisipasi
tinggi yang diharapkan dari anggota biasa masyarakat. Modern dalam
keterbukaan kedudukan kepemimpinan untuk mampu memutuskan pada
tataran dasar universalistik dan simbolisasi sebagai upaya mengukuhkan
puncak pimpinan yang tidak diwariskan.”19

Selain pendapat Nurkholis Madjid, seorang intelektual muslim Dawam

Raharjo juga mengatakan bahwa dalam perspektif Islam, masyarakat madani lebih

mengacu kepada penciptaan peradaban. Kata al-din yang umumnya diterjemahkan

sebagai agama, ada kaitannya dengan kata al-tamaddun atau peradaban.20 Konsep

ummah dalam agama Islam mengacu kepada masyarakat Madinah sebagaimana

dalam masyarakat tersebut untuk menciptakan kohesi sosial, memperkuat titik

temu kultural, sosial, politik, dan ekonomi di antara berbagai kelompok sosial

yang beragam. Mekanismenya, ummah dalam Madinah mengembangkan dan

19
Nurkholis Madjid, Islam dan Humanisme (Aktualisasi Humanisme Islam di Tengah
Krisis Humanisme Universal). Cet. III. (Yogyakarta: IAIN Semarang dan Pustaka Pelajar, 2017), h.
53-54.
20
Syamsul Arifin, Islam Indonesia (Sinergi Membangun Civil Islam Dalam Bingkai
Keadaban Demokrasi), Cet. III, (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2013), h. 68.
14

menekankan penerapan prinsip-prinsip interaksi sosial yang kondusif bagi

penciptaan tatanan demokratis dalam konfigurasi pluralistik seperti toleransi,

keadilan, dialog (syuro), perdamaian, supremasi hukum, persamaan, partisipasi

politik, kebebasan beragama, kontrol sosial dan sejenisnya.21

Bagi Islam konsep masyarakat adalah suatu yang utuh, tak terpecah. Islam

memandang bahwa individu merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari

jama’ah. Jama’ah tak bisa dipisahkan dari keberadaan Daulah (negara). Bagai

tangan yang merupakan bagian dari tubuh. Masyarakat madani adalah masyarakat

yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, serta maju dalam

penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kata madani sepintas orang mendengar asosiasinya dengan kata Madinah,

memang demikian karena kata Madinah berasal dari dan terjalin erat secara

etimologi dan terminologi dengan Madinah yang kemudian menjadi ibukota

pertama pemerintahan muslim. Maka “kalangan pemikir muslim mengartikan

civil society dengan cara memberi atribut keislaman madani (atribut dari kata

al-madani). Oleh karena itu, civil society dipandang sebagai masyarkat madani

pada masyarakat ideal di kota Madinah yang dibangun oleh Nabi Muhammad

21
Asrori S. Karni, Civil Society dan Ummah (Sintesa Diskursif Rumah Demokrasi), h. 96.
15

Saw.

Allah Swt. memberikan gambaran dari masyarakat Madani dengan

firman-Nya dalam QS. Saba’/34 :15 yaitu:

“Sungguh, bagi kaum Saba’ ada tanda (kebesaran Tuhan) di tempat


kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan disebelah
kiri (kepada mereka dikatakan),”Makanlah olehmu dari rezeki yang
(Dianugrahkan) Tuhan-mu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu)
adalah negeri yang baik (nyaman) sedang (Tuhan-mu) adalah Tuhan Yang
Maha Pengampun.”22

Menurut Komarudin Hidayat “bagi kalangan intelektual Muslim kedua

istilah (masyarakat agama dan masyarakat madani) memiliki akar normatif dan

kesejarahan yang sama, yaitu sebuah masyarakat yang dilandasi norma-norma

keagamaan sebagaimana yang diwujudkan Muhammad Saw. di Madinah, yang

berarti ”kota peradaban.” Kota yang semula bernama Yathrib ke Madinah

dipahami oleh umat Islam sebagai manifesto konseptual mengenai upaya

Rasulullah Muhammad Saw. untuk mewujudkan sebuah masyarakat Madani, yang

diperhadapkan dengan masyarakat Badawi dan Nomad.”23

Banyak para ahli menentukan karakteristik masyarakat madani berdasar

pada latarbelakang dan pemahamannya masing-masing. Pada bahasan ini akan

22
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV. J-ART, 2014), h.
430.
23
Komaruddin Hidayat, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, Cet. III
(Jakarta: ICCE UIN Jakarta, 2013), h.79.
16

disajikan karakteristik masyarakat Madani menurut Komaruddin Hidayat yaitu:24

1. Kesukarelaan

Artinya suatu masyarakat madani bukanlah merupakan suatu masyarakat

paksaan atau karena indokrinasi. Keanggotaan masyarakat madani adalah

keanggotaan dari pribadi yang bebas, yang secara sukarela membentuk suatu

kehidupan bersama dan oleh sebab itu mempunyai komitmen bersama yang

sangat besar untuk mewujudkan cita cita bersama. Dengan sendirinya tanggung

jawab pribadi sangat kuat karena diikat oleh keinginan bersama untuk

mewujudkan keinginan tersebut.

2. Keswasembadaan

Seperti kita lihat keanggotaan yang suka rela untuk hidup bersama

tentunya tidak akan menggantungkan kehidupannya kepada orang lain. Dia tidak

tergantung kepada Negara, juga tidak tergantung kepada lembaga-lembaga atau

organisasi. Setiap anggota mempunyai harga diri yang tinggi, yang percaya akan

kemampuan sendiri untuk berdiri sendiri bahkan untuk dapat membantu yang

berkekurangan. Keanggotaan yang penuh percaya diri tersebut adalah anggota

yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan terhadap masyarakatnya.

24
Komaruddin Hidayat, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, h. 158.
17

3. Kemandirian tinggi terhadap Negara

Berkaitan dengan ciri yang kedua tadi, para anggota masyarakat madani

adalah manusia-manusia yang percaya diri sehingga tidak tergantung kepada

perintah orang lain termasuk Negara. Bagi mereka, Negara adalah kesepakatan

bersama sehingga tanggung jawab yang lahir dari kesepakatan tersebut adalah

juga tuntutan dan tanggung jawab dari masing-masing anggota. Inilah Negara

yang berkedaulatan rakyat.

4. Keterkaitan pada nilai-nilai hukum yang disepakati bersama

Hal ini berarti suatu masyarakat madani adalah suatu masyarakat yang

berdasarkan hukum dan bukan Negara kekuasaan.

Istilah “Civil Society” biasa disepadankan dengan istilah “masyarakat

madani,” acuannya adalah masyarakat demokratis di Madinah pada masa Nabi

Muhammad Saw, yang diatur dalam piagam Madina. Menurut Sukidi yang dikutip

oleh H.A.R Tilaar terdapat sepuluh prinsip dasar yang tercantum dalam piagam

Madinah, yaitu:25

1. Prinsip kebebasan beragama;

2. Prinsip persaudaraan seagama;

25
Komaruddin Hidayat, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, h. 160.
18

3. Prinsip persatuan politik dalam meraih cita-cita bersama;

4. Prinsip saling membantu;

5. Prinsip persamaan hak dan kewajiban warga Negara terhadap Negara;

6. Prinsip persamaan di depan hukum bagi setiap warga Negara;

7. Prinsip penegakan hukum demi tegaknya keadilan dan kebenaran tanpa

pandang bulu;

8. Prinsip pemberlakuan hukum adat yang tetap berpedoman pada keadilan

dan kebenaran;

9. Prinsip perdamaian dan kedamaian;

10. Prinsip pengakuan hak atas setiap orang atau individu.

Untuk kondisi Indonesia sekarang, kata Madani dapat diperhadapkan

dengan istilah masyarakat Modern. Dapat dikatakan bahwa, masyarakat madani

adalah suatu komunitas masyarakat yang memiliki “kemandirian aktivitas warga

masyarakatnya” yang berkembang sesuai dengan potensi budaya, adat istiadat,

dan agama, dengan mewujudkan dan memberlakukan nilai-nilai keadilan, prinsip

kesetaraan, penegakan hukum, jaminan kesejahteraan, kebebasan, kemajemukan,

dan perlindungan terhadap kaum minoritas. Dengan demikian , masyarakat

madani merupakan suatu masyarakat ideal yang dicita-citakan dan akan


19

diwujudkan di bumi Indonesia, yang masyarakatnya sangat plural. Dalam

kerangka proses pembangunan masyararkat madani Indonesia, terdapat beberapa

ciri yang khas yang bias kita perhatikan, yaitu:

1. Kenyataan adanya keragaman budaya Indonesia yang merupakan dasar

pengembangan identitas bangsa Indonesia dan kebudayaan nasional.

2. Pentingnya salin pengertian antara sesama anggota masyarakat. Seperti

yang telah dikemukakan oleh filosof Isaiah Berlin, yang diperlukan di

dalam masyakat bukan sekedar mencari kesamaan dan kesepakatan yang

tidak mudah untuk dicapai, justru yang penting di dalam masyarakat yang

bhineka adalah adanya saling pengertian. Konflik nilai-nilai justru

merupakan dinamika dari suatu kehidupan bersama di dalam masyarakat

madani. Konflik nilai-nilai tidak selalu berarti hancurnya suatu kehidupan

bersama. Dalam masyarakat demokratis, konflik nilai akan memperkaya

pandangan dari setiap anggota.

3. Toleransi yang tinggi. Dengan demikian masyarakat madani Indonesia

bukanlah masyarkat yang terbentuk atau dibentuk melalui proses

indokrinasi tetapi pengetahuan akan kebhinekaan dan penghayatan

terhadap adanya kebhinekaan tersebut sebagai unsur penting dalam


20

pembangunan kebudayaan nasional.

4. Akhirnya untuk melaksanakan nilai-nilai yang khas tersebut diperlukan

suatu wadah kehidupan bersama yang diwarnai oleh adanya kepastian

hukum. Tanpa kepastian hukum sifat-sifat toleransi dan saling pengertian

antara sesama anggota masyarakat pasti tidak dapat diwujudkan.

B. Faktor Pendukung Terciptanya Masyarakat Madani di Indonesia

1. Adanya strategi yang lebih mementingkan integrasi nasional dan politik;

2. Adanya strategi yang lebih mengutamakan reformasi sistem politik

demokrasi;

3. Adanya strategi yang memilih pembangunan masyarakat madani sebagai

basis yang kuat ke arah demokratisasi;

4. Adanya usaha untuk menentukan ruang gerak dari masyarakat untuk

mengemukakan pendapat, karena ruang publik yang bebaslah individu

berada dalam posisi setara, dan melakukan transaksi.

5. Adanya perbaikan di sektor ekonomi, dalam rangka peningkatan

pendapatan masyarakat, dan dapat mendukung kegiatan pemerintahan;

6. Tumbuhnya intelektualitas dalam rangka membangun manusia yang

memiliki komitmen untuk independen;


21

7. Terjadinya pergeseran budaya dari masyarakat yang berbudaya

paternalistik menjadi budaya yang lebih modern dan lebih independen;

8. Berkembangnya pluralisme dalam kehidupan yang beragam;

9. Adanya keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan yang melandasi moral

kehidupan.

C. Faktor Penghambat Terciptanya Masyarakat Madani di Indonesia

1. Kualitas Sumber Daya Manusia yang belum mampu karena pendidikan

yang belum merata;

2. Masih rendahnya pendidikan politik masyarakat;

3. Kondisi ekonomi nasional yang belum stabil pasca krisis moneter;

4. Tingginya angkatan kerja yang belum terserap karena lapangan kerja yang

terbatas;

5. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sepihak dalam jumlah yang besar;

6. Kondisi sosial politik yang belum pulih pasca reformasi;

7. Masih rendahnya keteladanan elit politik dalam perilaku politiknya

8. Masih rendahnya keteladanan aparat penegak hukum.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Makna utama dari masyarakat madani adalah masyarakat yang menjadikan

nilai-nilai peradaban sebagai ciri utama. Bagi Islam konsep masyarakat adalah

suatu yang utuh, tak terpecah. Islam memandang bahwa individu merupakan

bagian yang tak dapat dipisahkan dari jama’ah. Jama’ah tak bisa dipisahkan dari

keberadaan Daulah (negara). Bagai tangan yang merupakan bagian dari tubuh.

Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi

nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan

teknologi.

Masyarakat madani tidak muncul dengan sendirinya. Ia menghajatkan

unsur-unsur sosial yang menjadi prasyarat terwujudnya tatanan masyarakat

madani. Faktor-faktor tersebut merupakan satu kesatuan yang saling mengikat dan

menjadi karakter khas masyarakat madani. Beberapa unsur pokok yang harus

dimiliki oleh masyarakat madani adalah: wilayah publik yang bebas (free public

sphere), demokrasi, toleransi, kemajemukan (pluralism), dan keadilan sosial

(social justice).

22
23

Kurangnya kesadaran dari berbagi pihak baik dari penguasa, elit politik

dan ekonomi, hukum dan sebagainya serta berbagai pengaruh dari luar dapat

menghambat terealisasinya masyarakat madani di Indonesia.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka penulis

memberikan saran sebagai berikut:

1. Kepada masyarakat disarankan untuk lebih memiliki kesadaran tinggi

dalam ikut serta dan berpartisipasi mendukung upaya dalam mewujudkan

masyarakat madani dengan menyisihkan waktu bagi kegiatan yang

mendukung terwujudnya masyarakat madani.

2. Kepada pemerintah untuk lebih meningkatkan upaya dan program yang

telah dijalankan, mensosialisasikan kepada masyarakat tentang berbagai

program yang akan dibuat dan dijalankan kepada masyarakat dan manfaat

program tersebut bagi seluruh masyarakat dan pemerintah. Menghimbau

dan mengajak serta meningkatkan partisipasi yang aktif dari seluruh

masyarakat dalam mendukung upaya lurah untuk mewujudkan masyarakat

madani.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Syamsul. Islam Indonesia (Sinergi Membangun Civil Islam Dalam Bingkai
Keadaban Demokrasi), Cet. III. Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang. 2013.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung: CV. J-ART,
2014.
Hidayat, Komaruddin. Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani,
Cet. III. Jakarta: ICCE UIN Jakarta. 2013.
Karni, Asrori S. Civil Society dan Ummah (Sintesa Diskursif Rumah Demokrasi),
Cet. IV. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu. 2014.
Latif, Yudi. Dialektika Islam (Tafsir Sosiologis Atas Sekulerisasi dan Islamisasi di
Indonesia, Cet. III. Yogyakarta: Jalasutra. 2017.
Madjid, Nurcholis. Menuju Masyarakat Madani. Jurnal Ulumul Qur’an no.
2/VII/1996.
Madjid, Nurkholis. Islam dan Humanisme (Aktualisasi Humanisme Islam di
Tengah Krisis Humanisme Universal), Cet. III. Yogyakarta: IAIN
Semarang dan Pustaka Pelajar. 2017.
Muslih, Muhammad. Wacana Masyarakat Madani; Dialektika Islam Dengan
Problem Kebangsaan. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan No.1/VI/2010.
Nurdin, Ali. Quranic Society, Cet. II. Jakarta: Erlangga. 2013.
Nursalim, Eko. Pendidikan Islam Menuju Masyarakat Madani di Era Globalisasi.
Jurnal Pemikiran Pendidikan Islam No.1/XI/2016.
Suroto. Konsep Masyarakat Madani di Indonesia Dalam Masa Postmodern.
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan No.9/V/2015.
Syamsuddin, M. Din. Etika Agama: Dalam Membangun Masyarakat Madani, Cet
IV. Jakarta: Logos. 2017.
Umari, Akram Dhiyauddin. Masyarakat Madani; Tinjauan Historis Kehidupan
Zaman Nabi, Cet. IV. Jakarta: Gema Insan Press. 2014.

24

Anda mungkin juga menyukai