Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MASYARAKAT MADANI

Dosen pembimbing:
Drs.Nursin Romli, M. Pd.

Disusun oleh:
Muhammad Nurul Alwani
Semester/Kelas: 1E/MBS-

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


MENEJEMEN BISNIS SYAR IAH (MBS)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SUFYAN TSAURI
MAJENANG TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTTAR

Dalam era globalisasi dan kompleksitas tantangan sosial, konsep masyarakat madani
menjadi semakin relevan. Makalah ini bertujuan untuk menyelidiki dan menggali makna serta
implikasi masyarakat madani dalam konteks perkembangan masyarakat modern. Masyarakat
madani mencerminkan gagasan tentang masyarakat yang berlandaskan nilai-nilai
kemanusiaan, keadilan, dan partisipasi aktif warganya dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.

Konsep masyarakat madani tidak hanya terkait dengan dimensi agama, tetapi juga
melibatkan aspek-aspek kehidupan sosial, politik, dan ekonomi. Makalah ini akan membahas
aspek-aspek tersebut, menyoroti peran warga masyarakat dalam membangun dan menjaga
masyarakat madani. Dengan merinci prinsip-prinsip dasar masyarakat madani, kita dapat
memahami bagaimana masyarakat dapat berkontribusi secara positif terhadap pembangunan
berkelanjutan dan pemecahan masalah-masalah sosial.

Penelitian ini didasarkan pada pemahaman mendalam terhadap konsep masyarakat


madani dan akan mengeksplorasi berbagai pandangan serta implementasinya di berbagai
negara. Melalui penelaahan ini, diharapkan pembaca dapat memperoleh wawasan yang lebih
komprehensif tentang pentingnya masyarakat madani dalam membentuk masyarakat yang
inklusif, berkeadilan, dan mampu mengatasi kompleksitas perubahan zaman.

Majenang, 29 November 2023

Penyusun

i|PPKn Masyarakat Madani


DAFTAR ISI

MAKALAH MASYARAKAT MADANI...............................................................1

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4

A. Latar Belakang................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...........................................................................................5

C. Tujuan Masalah..............................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5

A. Pengertian Masyarakat Madani......................................................................5

B. Sejarah pemikiran Masyarakat Madani..........................................................6

C. Karakteristik Masyarakat Madani..................................................................7

D. Masyarakat Madani di indonesia....................................................................8

E. Gerakan sosial untuk memperkuat masyarakat madani (civil cociety)...........8

F. oraganisasi non-pemerintah dalam ranah masyarakat madani.......................8


BAB III PENUTUP...............................................................................................10

A. Kesimpulan...................................................................................................10

ii | P P K n M a s y a r a k a t M a d a n i
iii | P P K n M a s y a r a k a t M a d a n i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsep apakah masyarakat madani itu sama dengan istilah civil society masih
dipertanyakan. Naquib Al-Attas mengatakan bahwa sebetulnya dalam literature islam tidak
dikenal istilah civil society, melainkan hanya dikenal istilahserupa, yaitu al-madinah- al-
fadhilah, artinya “Negara utama” atau kota utama, sebetulnya istilah ini merupakan imbas
dari pemikiran yang terjadi di dunia barat, khususnya di Negara-negara industry maju di
dieropa barat dan amerika yang tentu sangat berbeda dengan kondisi social-budaya
masyarakat muslim ataupun masyarakat indonasia.
Gagasan masyarakat madani dalam pengertian civil society sebenarnya bukanlah
sebuah wacana baru. Konsep ini bias dilacak akar katanya sejak zaman yunani kuno ketika
aristoteles memperkenalkan dalam bahasa latin societas civilis yang berarti “komunitas
politik”. Dalam diskursi ilmu social, pada dasarnya “masyarakat madani” bukanlah antonym
dari pemerintahan militer melainkan lawan dari konsep masyarakat Negara atau masyarakat
politik.

B.RUMUSAN MASALAH
1. pengertian Masyarakat Madani
2. sejarah pemikiran Masyarakat Madani
3. karakteristik Masyarakat Madani
4. Masyarakat Madani di indonesia
5. Gerakan sosial untuk memperkuat masyarakat madani (civil cociety)
6. oraganisasi non-pemerintah dalam ranah masyarakat madani

C.TUJUAN PENULISAN

1. Menganalisis konsep masyarakat madani


2. Menyelidiki sejarah perkembangan masyarakat madani
3. Menyoroti nilai-nilai dan etika yang mendasari masyarakat madani
4. Mengetahui Masyarakat madani di indonesia
5. Merumuskan relevensi kontemporer
6. Mendorong pemahaman lebih lanjut

1|PPKn Masyarakat Madani


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Masyarakat Madani


Masyarakat madani adalah suatu bentuk masyarakat yang dibangun oleh Nabi
Muhammad saw sendiri yang memberikan teladan ke arah pembentukan masyarakat
peradaban tersebut yang merupakan sebuah negara yang lahir dari peristiwa hijrah. Dengan
demikian masyarakat madani yang dimaksud adalah masyarakat yang dibangun oleh Nabi
Muhammad saw di kota Madinah yang telah berhasil dalam prakteknya dengan menerapkan
Konstitusi Piagam Madinah; memberlakukan nilai-nilai keadilan; prinsip kesetaraan hukum;
jaminan kesejahteraan bagi semua warga; serta perlindungan terhadap kelompok minoritas.
Kalangan pemikir muslim menganggap masyarakat (kota) madinah sebagai prototype
masyarakat ideal produk Islam yang bisa dipersandingkan dengan masyarakat ideal dalam
konsep civil society". Dalam perspektif islam, civil society lebih menagacu kepada
penciptaan peradaban. Kata al-diin, umumnya diterjemahkan sebagai agama, berkaitan
dengan makna al-tammadun, atau peradaban. Keduanya menyatu kedalam pengertian al-
madinah yang arti harfiahnya adalah kota. Dengan demikian, maka civil society
diterjemahkan sebagai masyarakat madani, yang mengandung tiga hal, yakni agama,
peradaban dan perkotaan. Dari konsep ini tercermin bahwa agama merupakan sumbernya,
peradaban sebagai prosesnya, dan masyarakat kota adalah hasilnya.Masyarakat madani, yang
merupakan kata lain dari masyarakat sipil (civil society), kata ini sangat sering disebut sejak
kekuatan otoriter orde baru tumbang selang satu tahun ini. Malah cenderung terjadi
sakralisasi pada kata itu seolah implementasinya mampu memberi jalan keluar untuk masalah
yang tengah dihadapi oleh bangsa kita. Kecenderungan sakralisasi berpotensi untuk
menambah derajat kefrustasian yang lebih mendalam dalam masyarakat bila terjadi
kesenjangan antara realisasi dengan harapan. Padahal kemungkinan untuk itu sangat terbuka,
antara lain, kesalahan mengkonsepsi dan juga pada saat manarik parameter-parameter
ketercapaianMasyarakat Sipil Vs Negara .Masyarakat madani atau masyarakat sipil (civil
society) dalam wacana baku ilmu sosial pada dasarnya dipahami sebagai antitesa dari
“masyarakat politik” atau negara.
Pemikiran itu dapat dilacak dari pendapatnya Hobbes, Locke, Montesquieu, Hegel,
Marx, Gramsci dan lain-lain. Pemikiran mengenai masyarakat sipil tumbuh dan berkembang
sebagai bentuk koreksi radikal kepada eksistensi Negara karenaperanannya yang cenderung
menjadi alat kapitalisme. Substansi pembahasannya terletak pada penggugatan hegemoni
negara dalam melanggengkan kekuatan kelompok kapitalis dengan memarjinalkan peran
masyarakat pada umumnya. Oleh sebab itu dibutuhkan sebuah kekuatan non-pemerintah
yang mampu mengimbangi dan mencegah kekuatan negara untuk mengurangi tekanan-
tekanan yang tidak adil kepada rakyatnya. Akan tetapi di sisi lain, mendukung peran
pemerintah dalam menjadi juru damai dan penjaga keamanan dari kemungkinan konflik-
konflik antar kepentingan dalam masyarakat. Dengan kata lain perlu adanya reposisi
struktural dan kultural antar komponen dalam masyarakat, sederhananya,“serahkan urusan
rakyat pada rakyat, dan posisikan pemerintah sebagai pejaga malam”.
Masyarakat Peradaban dan Jahiliyah Umat Islam telah memperkenalkan konsep
masyarakat peradaban, masyarakat madani, atau civil society, adalah Nabi Muhammad,

2|PPKn Masyarakat Madani


Rosullullah s.a.w sendiri yang memberikan teladan ke arah pembentukan masyarakat
peradaban tersebut. Setelah perjuangan di kota Makkah tidak menunjukkan hasil yang berarti,
Allah telah menunjuk sebuah kota kecil, yang selanjutnya kita kenal dengan Madinah, untuk
dijadikan basis perjuangan menuju masyarakat peradaban yang dicita-citakan. Di kota itu
Nabi meletakan dasar-dasar masyarakat madani yaknikebebasan. Untuk meraih kebebasan,
khususnya di bidang agama, ekonomi, sosialdan politik, Nabi diijinkan untuk memperkuat
diri dengan membangun kekuatan
bersenjata untuk melawan musuh peradaban. Hasil dari proses itu dalam sepuluhtahun, beliau
berhasil membangun sebuah tatanan masyarakat yang berkeadilan,terbuka dan demokratis
dengan dilandasi ketaqwaan dan ketaatan kepada ajaran Islam. Salah satu yang utama dalam
tatanan masyarakat ini adalah pada penekanan pola komunikasi yang menyandarkan diri pada
konsep egaliterian pada tataran horizontal dan konsep ketaqwaan pada tataran vertikal.
B. Sejarah Pemikiran Masyarakat Madani
Sejarah pemikiran masyarakat madani memiliki akarnya dalam pemikiran Islam,
khususnya konsep khilafah atau kepemimpinan yang adil dan berkeadilan. Berikut adalah
sejarah perkembangannya:
1. Waktu Klasik Islam: Konsep masyarakat madani mulai muncul pada zaman klasik Islam,
terutama selama pemerintahan Khulafaur Rasyidin setelah masa kenabian Nabi Muhammad
SAW. Masyarakat Madani di sini merujuk pada masyarakat Muslim yang diatur berdasarkan
ajaran Islam, dengan prinsip keadilan, persamaan, dan kesejahteraan umum.
2. Pemikiran Ulama: Ulama dan cendekiawan Muslim, seperti Imam Al-Ghazali, Ibn
Taymiyyah, dan Ibn Khaldun, memberikan kontribusi besar terhadap pemikiran masyarakat
madani. Mereka menekankan pentingnya etika Islam dalam kehidupan sosial dan politik.
3. Periode Klasik dan Renaisans Islam: Pada abad ke-8 hingga ke-14, masyarakat madani
berkembang pesat selama masa kejayaan Islam di berbagai bidang seperti ilmu pengetahuan,
seni, dan keilmuan. Pusat-pusat pembelajaran seperti Baitul Hikmah di Baghdad dan Cordoba
di Spanyol menjadi simbol masyarakat madani yang maju.
4. Pengaruh Filosofi dan Hukum Islam: Konsep masyarakat madani juga dipengaruhi oleh
filosofi dan hukum Islam, khususnya dalam bentuk Fiqh (hukum Islam) dan konsep Maqasid
al-Shariah (tujuan syariah) yang menekankan pada kesejahteraan umum dan keadilan.
5. Pemikiran Modern: Pemikiran masyarakat madani terus berkembang dalam konteks
modern, dengan para pemikir seperti Muhammad Iqbal yang menggarisbawahi perlunya
meresapi nilai-nilai Islam dalam struktur sosial dan politik untuk mencapai masyarakat
madani yang dinamis.
6. Peran Aktivis dan Organisasi Sosial: Gerakan sosial dan organisasi Islam modern sering
kali berupaya mewujudkan visi masyarakat madani. Mereka berfokus pada keadilan sosial,
partisipasi warga, dan kesejahteraan umum.
Sejarah pemikiran masyarakat madani mencerminkan evolusi dan adaptasi konsep ini dalam
berbagai konteks sejarah dan budaya Islam.
C. Karakteristik Masyarakat Madani

3|PPKn Masyarakat Madani


Salah satu yang utama dalam tatanan masyarakat ini adalah pada penekanan pola
komunikasi yang menyandarkan diri pada konsep egaliterian pada tataran horizontal dan
konsep ketaqwaan pada tataran vertikal. Nabi, telah meletakan dasar-dasar masyarakat
madani yang relegius, kebebasan, meraih kebebasan, khususnya di bidang agama, ekonomi,
sosial dan politik. Masyarakat madani yang dibangun Nabi tersebut memiliki karakteristik
sebagai masyarakatberiman dan bertaqwa; masyarakat demokratis dan beradab yang
menghargai adanya perbedaan pendapat; masyarakat yang menghargai hak-hak asasi
manusia; masyarakat tertib dan sadar hukum; masyarakat yang kreatif, mandiri dan percaya
diri; masyarakat yang memiliki semangat kompetitif dalam suasana kooperatif, penuh
persaudaraan dengan bangsa-bangsa lain dengan semangat kemanusiaan universal
(pluralistik). Jadi, dari beberapa definisi dan karakteristik diatas, dapat disimpulkan bahwa
masyarakat madani adalah masyarakat yang; (1) bertuhan, (2) damai, (3) saling tolong
menolong, (4) penuh toleran, (5) menyeimbangkan antara hak dan kewajiban social, (6)
berperadapan tinggi, dan (7) berakhlak mulia. Sistem sosial madani ala Nabi, memiliki ciri
yang unggul; kesetaraan, istiqomah, mengutamakan partisipasi, dan demokratisasi. Ciri-ciri
yang unggul tersebut tetap relavan dalam konteks waktu dan tempat yang berbeda, sehingga
pada dasarnya prinsip itu layak diterapkan apalagi di Indonesia yang mayoritas berpenduduk
muslim tanpa mengusik kepentingan dan keyakinan kelompok minoritas.
D. Sejarah Masyarakat Madani
Sejarah masyarakat madani di Indonesia mencakup evolusi nilai-nilai, sistem, dan
peran masyarakat dalam kerangka keislaman. Berikut adalah beberapa poin penting dalam
sejarah masyarakat madani di Indonesia:
1. Awal Penyebaran Islam: Masyarakat madani di Indonesia berakar pada masa penyebaran
Islam di kepulauan nusantara, terutama sekitar abad ke-13 hingga ke-16. Penerimaan Islam
tidak hanya dalam konteks agama, tetapi juga membawa nilai-nilai sosial dan politik yang
membentuk masyarakat madani.
2. Kerajaan Islam di Nusantara: Beberapa kerajaan Islam di Nusantara, seperti Kesultanan
Aceh, Kesultanan Demak, dan Kesultanan Mataram, menerapkan prinsip-prinsip masyarakat
madani dalam sistem pemerintahannya. Masyarakat di kerajaan-kerajaan ini diatur
berdasarkan hukum Islam dan nilai-nilai keadilan.
3. Peran Ulama dan Kyai: Ulama dan kyai memiliki peran sentral dalam pembentukan
masyarakat madani di Indonesia. Mereka tidak hanya menjadi pemimpin agama tetapi juga
berperan sebagai penjaga nilai-nilai keislaman dalam struktur sosial.
4. Pemberontakan dan Kolonialisme: Era pemberontakan melawan kolonialisme membentuk
semangat perjuangan dan kesadaran akan nilai-nilai keadilan. Meskipun Indonesia
mengalami penjajahan, semangat masyarakat madani tetap bertahan dan terus berkembang.
5. Kemerdekaan dan Pembentukan Negara: Proses kemerdekaan Indonesia diikuti oleh usaha
pembentukan negara yang berlandaskan Pancasila. Walaupun tidak secara eksplisit
menggunakan istilah "masyarakat madani," prinsip-prinsip demokrasi, keadilan sosial, dan
hak asasi manusia tercermin dalam dasar negara ini.
6. Era Reformasi: Pasca-Orde Baru, era reformasi membawa perubahan signifikan dalam
dinamika masyarakat Indonesia. Terdapat upaya untuk memperkuat prinsip-prinsip

4|PPKn Masyarakat Madani


demokrasi, hak asasi manusia, dan partisipasi warga, yang sejalan dengan konsep masyarakat
madani.
7. Peran Organisasi Masyarakat Sipil: Organisasi masyarakat sipil dan lembaga swadaya
masyarakat (LSM) memiliki peran penting dalam memperjuangkan nilai-nilai masyarakat
madani di Indonesia. Mereka terlibat dalam advokasi hak-hak warga, pengembangan
kapasitas masyarakat, dan pemantauan kebijakan pemerintah.
Sejarah masyarakat madani di Indonesia mencerminkan perjalanan panjang nilai-nilai Islam
dan semangat keadilan dalam membentuk struktur sosial dan politik bangsa ini.
E. Gerakan sosial untuk memperkuat masyarakat madani (civil cociety)
Gerakan sosial memainkan peran penting dalam memperkuat masyarakat madani
(civil society) dengan melibatkan partisipasi aktif warga dalam perubahan sosial dan politik.
Berikut adalah cara-cara di mana gerakan sosial dapat berkontribusi untuk memperkuat
masyarakat madani:
1. Advokasi Hak-Hak Warga: Gerakan sosial berfokus pada advokasi hak-hak warga,
memastikan bahwa hak asasi manusia, keadilan, dan kesetaraan dihormati dan dilindungi. Ini
melibatkan kampanye, protes, dan kegiatan lainnya untuk mendorong perubahan kebijakan
yang mendukung masyarakat madani.
2. Pemberdayaan Masyarakat: Gerakan sosial sering kali terlibat dalam kegiatan
pemberdayaan masyarakat. Ini termasuk memberikan pendidikan politik, pelatihan
keterampilan, dan sumber daya lainnya agar warga dapat berpartisipasi secara aktif dalam
pembangunan masyarakat.
3. Transparansi dan Akuntabilitas: Gerakan sosial mendorong transparansi dan akuntabilitas
di berbagai tingkatan pemerintahan. Mereka dapat melakukan pemantauan terhadap
kebijakan dan tindakan pemerintah, serta mendorong keterbukaan dan pertanggungjawaban.
4. Mengatasi Isu Sosial: Gerakan sosial sering fokus pada isu-isu sosial yang mempengaruhi
masyarakat, seperti kemiskinan, ketidaksetaraan, diskriminasi, dan isu lingkungan. Dengan
mengangkat isu-isu ini, mereka berkontribusi pada penciptaan masyarakat yang lebih adil dan
berkelanjutan.
5. Pengembangan Jaringan dan Kemitraan: Gerakan sosial membangun jaringan dan
kemitraan dengan organisasi lain, termasuk pemerintah, bisnis, dan LSM. Ini membantu
dalam menciptakan sinergi dan kolaborasi untuk mencapai tujuan bersama dalam
memperkuat masyarakat madani.
6. Pendekatan Bottom-Up: Gerakan sosial sering mengadopsi pendekatan "bottom-up," di
mana perubahan dimulai dari tingkat lokal dan melibatkan partisipasi langsung warga. Ini
membantu membangun dasar yang kuat untuk masyarakat madani yang berakar pada
kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
7. Pendidikan Demokrasi: Gerakan sosial terlibat dalam pendidikan demokrasi,
meningkatkan pemahaman masyarakat tentang hak dan kewajiban mereka dalam sistem
demokrasi. Hal ini menciptakan dasar untuk partisipasi yang lebih efektif dalam proses
pembangunan masyarakat.

5|PPKn Masyarakat Madani


Dengan demikian, gerakan sosial menjadi agen perubahan yang dapat memperkuat
masyarakat madani dengan menciptakan lingkungan yang mendukung keadilan, partisipasi,
dan kesejahteraan umum.
F. Oraganisasi non-pemerintah dalam ranah masyarakat madani
Organisasi non-pemerintah (ONG) memainkan peran penting dalam masyarakat
madani dengan memberikan kontribusi dalam berbagai bidang untuk mencapai tujuan
keadilan sosial, partisipasi warga, dan kesejahteraan umum. Berikut adalah beberapa poin
yang menjelaskan peran ONG dalam konteks masyarakat madani:
1. Mendorong Partisipasi Warga: ONG sering kali menjadi wadah bagi partisipasi aktif warga
dalam kegiatan sosial, ekonomi, dan politik. Mereka memfasilitasi warga untuk berkontribusi
dalam pengambilan keputusan dan perubahan positif dalam masyarakat.
2. Memperjuangkan Hak Asasi Manusia: ONG sering menjadi garda terdepan dalam
memperjuangkan hak asasi manusia, termasuk hak-hak sosial, politik, dan ekonomi. Mereka
dapat melibatkan diri dalam advokasi, pendidikan, dan pemberdayaan masyarakat untuk
melindungi hak-hak individu.
3. Memberikan Bantuan Kemanusiaan: ONG sering terlibat dalam penyediaan bantuan
kemanusiaan di bawah prinsip-prinsip masyarakat madani. Mereka bekerja untuk mengatasi
masalah sosial, seperti kemiskinan, ketidaksetaraan, dan konflik, dengan tujuan
meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat.
4. Pengembangan Kapasitas Masyarakat: ONG dapat memberikan pelatihan, pendidikan, dan
sumber daya untuk mengembangkan kapasitas masyarakat. Hal ini mencakup meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman warga tentang hak-hak mereka serta cara
berpartisipasi secara efektif dalam proses pembangunan.
5. Mengisi Celah Pelayanan Sosial: Di beberapa kasus, ONG dapat berperan dalam
menyediakan pelayanan sosial ketika pemerintah tidak mampu menyediakannya sepenuhnya.
Ini mencakup sektor kesehatan, pendidikan, dan layanan sosial lainnya.
6. Membangun Jaringan dan Kemitraan: ONG sering kali berkolaborasi dengan pemerintah,
sektor swasta, dan lembaga lainnya untuk mencapai tujuan bersama. Mereka membangun
jaringan dan kemitraan yang mendukung masyarakat madani dengan melibatkan berbagai
pemangku kepentingan.
Dengan peran-peran ini, ONG membantu membentuk dan memperkuat esensi masyarakat
madani yang menciptakan keseimbangan antara pemerintah, warga, dan sektor swasta dalam
mencapai keadilan dan kesejahteraan umum.

6|PPKn Masyarakat Madani


KESIMPULAN

Masyarakat madani adalah suatu bentuk masyarakat yang dibangun oleh Nabi
Muhammad saw sendiri yang memberikan teladan ke arah pembentukan masyarakat
peradaban tersebut yang merupakan sebuah negara yang lahir dari peristiwa hijrah.
Dengan demikian masyarakat madani yang dimaksud adalah masyarakat yang
dibangun oleh Nabi Muhammad saw di kota Madinah yang telah berhasil dalam
prakteknya dengan menerapkan Konstitusi Piagam Madinah; memberlakukan nilai-
nilai keadilan; prinsip kesetaraan hukum; jaminan kesejahteraan bagi semua warga;
serta perlindungan terhadap kelompok minoritas. Sejarah pemikiran masyarakat
madani memiliki akarnya dalam pemikiran Islam, khususnya konsep khilafah atau
kepemimpinan yang adil dan berkeadilan. Berikut adalah sejarah perkembangannya.
Salah satu yang utama dalam tatanan masyarakat ini adalah pada penekanan pola
komunikasi yang menyandarkan diri pada konsep egaliterian pada tataran horizontal
dan konsep ketaqwaan pada tataran vertikal. Nabi, telah meletakan dasar-dasar
masyarakat madani yang relegius, kebebasan, meraih kebebasan, khususnya di bidang
agama, ekonomi, sosial dan politik. Sejarah masyarakat madani di Indonesia
mencakup evolusi nilai-nilai, sistem, dan peran masyarakat dalam kerangka
keislaman. Berikut adalah beberapa poin penting dalam sejarah masyarakat madani di
Indonesia. Organisasi non-pemerintah (ONG) memainkan peran penting dalam
masyarakat madani dengan memberikan kontribusi dalam berbagai bidang untuk
mencapai tujuan keadilan sosial, partisipasi warga, dan kesejahteraan umum. Berikut
adalah beberapa poin yang menjelaskan peran ONG dalam konteks masyarakat
madani.

7|PPKn Masyarakat Madani


DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/search?
q=sejarah+masyarak+madani+di+indonesia&rlz=1C1JJTC_idID1044ID1044&o
q=sejarah+masyarak+madani+di+indonesia&aqs=chrome..69i57j0i13i512j0i22i3
0.14534j0j15&sourceid=chrome&ie=UTF-8

https://fahum.umsu.ac.id/masyarakat-madani-pengertian-sejarah-dan-
karakteristiknya/

https://docs.google.com/file/d/0BwaFUsizIprPWnRBM2NmSnlrWTA/preview?
resourcekey=0-I78XScjdPDG06oPjV8487g

8|PPKn Masyarakat Madani

Anda mungkin juga menyukai