Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MASYARAKAT MADANI DAN KESEJAHTERAAN UMAT

Dosen Pengampuh : Dr. H. Andi Darmawangsa. S.Ag.,M.Ag

Oleh :

Salsabila N. Wulandari
14120200041

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan tepat waktu tanpa ada halangan sedikit pun. Tujuan kami membuat
makalah ini sebagai tambahan referensi bagi para mahasiswa yang membutuhkan
ilmu tambahan tentang “MASYARAKAT MADANI DAN KESEJAHTERAAN UMAT”
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen yang telah
membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih juga
kami sampaikan kepada orang tua yang telah memberikan dukungan bagi kami.
Serta tak lupa teman–teman yang ikut bekerja sama menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa penulisan tugas makalah ini masih jauh dari kata
sempurna maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari dosen demi
kesempurnaan makalah ini. Karena kesalahan adalah milik semua orang dan
kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Semoga makalah ini dapat berguna dan
membantu proses pembelajaran.

Makassar, 31 Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
A. Latar Belakang............................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................4
C. Tujuan............................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN....................................................................................................................... 5
A. Konsep Masyarakat Madani.................................................................................... 5
B. Sejarah Singkat Masyarakat Madani..................................................................... 6
C. Karakteristik Masyarakat Madani...........................................................................7
D. Upaya Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani.......................... 8
E. Hubungan Masyarakat Madani dengan Kesejahteraan Umat........................ 8
BAB III.....................................................................................................................................11
PENUTUP...............................................................................................................................11
A. Kesimpulan................................................................................................................ 11
B. Saran............................................................................................................................11
DAFTRA PUSTAKA.............................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat Madinah banyak dirujuk sebagai salah satu contoh
masyarakat yang mempunyai sifat – sifat baik. Seperti, pelaksanaan amar
ma’ruf nahi munkar yang sejalan dengan petunjuk Allah swt, maupun
persatuan dan kesatuan. Adapun cara pelaksanaannya dengan hikmah,
nasihat, dan tutur kata yang baik. Dalam rangka membangun “masyarakat
madani modern”, meneladani Nabi Muhammad saw, bukan hanya
penampilan fisik belaka, tapi sikap yang beliau lakukan saat berhubungan
dengan sesama umat Islam ataupun dengan umat lain, seperti menjaga
persatuan umat islam, menghormati dan tidak meremehkan kelompok lain,
dan sifat – sifat luhur lainnya.
Sifat dan sikap tersebut cocok diterapkan dimasyarakat, khususnya
masyarakat Muslim. Dengan begitu, Muslim bersikap seimbang (tawassuh)
dalam mengejar kebahagiaan dunia dan akhirat. Jika sikap yang melekat
pada masyarakat Madinah mampu diteladani umat Islam saat ini, maka
kebangkitan Islam hanya menunggu waktu saja.

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan masyarakat madani ?
b. Bagaimana masyarakat madani dalam sejarah ?
c. Apa karakteristik masyarakat madani ?
d. Bagaimana upaya umat Islam dalam mewujudkan masyarakat madani ?
e. Apa hubungan masyarakat madani dengan kesejahteraan masyarakat ?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui apa itu masyarakat madani
b. Untuk mengetahui bagaimana masyarakat madani dalam sejarah
c. Untuk mengetahui karakteristik masyarakat madani
d. Untuk mengetahui upaya umat Islam dalam mewujudkan masyarakat
madani
e. Untuk mengetahui hubungan masyarakat madani dengan kesejahteraan
umat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Masyarakat Madani
Konsep “Masyarakat Madani” merupakan penerjemahan atau
pengislaman konsep Civil Society. Tokoh yang pertama kali mengungkapkan
istilah ini adalah Anwar Ibrahim dan dikembangkan di Indonesia oleh
Nurcholish Madjid. Pemaknaan Civil Society sebagai masyarakat madani
merujuk pada konsep dan bentuk masyarakat Madinah yang dibangun Nabi
Muhammad.
Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu
pengetahuan, dan teknologi.
Allah swt. memberikan gambaran dari masyarakat madani dengan
firman-Nya dalam Q.S. Saba’ ayat 15:

Terjemahan :
Sungguh, bagi kaum Saba’ ada tanda (kebesaran Tuhan) di tempat kediaman
mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri, (kepada
mereka dikatakan), “Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan)
Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik
(nyaman) sedang (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.”

Ada dua masyarakat madani dalam sejarah, yaitu:


1. Masyarakat Saba’, yaitu masyarakat di masa Nabi Sulaiman. Masyarakat
yang hidup aman sejahtera, dianugerahkan kepada mereka rezeki yang
melimpah, tetapi mereka tidak mensyukuri nikmat yang diberikan oleh
Allah, akhirnya Allah turunkan azab kepada mereka berupa banjir
bandang yang menghancurkan kehidupan mereka. Cerita mengenai ini
ada pada QS Saba’ ayat 15-17
2. Masyarakat Madinah. Dibawah pimpinan Rasulullah adalah masyarakat
ideal dalam konsep Islam. Masyarakat yang tunduk dan patuh kepada
pemimpin, meskipun mereka terdiri dari dari berbagai agama dan
kepercayaan; kaum muslimin yang mayoritas, yahudi, nasrani dan watsani.
Mereka hidup rukun, saling menghormati, dan menjalankan agama dan
kepercayaan masing - masing.
B. Sejarah Singkat Masyarakat Madani
Filsuf yunani Aristoteles (384-322 M) yang memandang masyarakat
sipil sebagai suatu sistem kenegaraan atau identik dengan negara itu sendiri,
pandangan ini merupakan
 Fase pertama sejarah wacana civil society, yang berkembang dewasa
ini, yakni masyarakat sivil diluar dan penyeimbang lembaga negara,
pada masa ini civil society dipahami sebagai sistem kenegaraan
dengan menggunakan istilah koinonia politike, yakni sebuah komunitas
politik tempat warga dapat terlibat langsung dalam berbagai percaturan
ekonomi-politik dan pengambilan keputusan.
 Fase kedua, pada tahun 1767 Adam Ferguson mengembangkan
wacana civil society, dengan konteks sosial dan politik di Skotlandia.
Berbeda dengan pendahulunya, ia lebih menekankan visi etis pada
civil society, dalam kehidupan sosial, pemahaman ini lahir tidak lepas
dari pengaruh revolusi industri dan kapitalisme yang melahirkan
ketimpangan sosial yang mencolok.
 Fase ketiga, berbeda dengan pendahulunya, pada tahun 1792 Thomas
Paine memaknai wacana civil society sebagai suatu yang berlawanan
dengan lembaga negara, bahkan ia dianggap sebagain anitesis negara,
bersandar pada paradigma ini, peran negara sudah saatnya dibatasi,
menurut pandangan ini, negara tidak lain hanyalah keniscayaan buruk
belaka, konsep negera yang absah, menurut pemikiran ini adalah
perwujudkan dari delegasi kekuasaan yang diberikan oleh masyarakat
demi terciptanya kesejahteraan bersama.
 Fase keempat, wacana civil society selanjutnya dikembangkan oleh
G.W.F Hegel (1770-1831 M), Karl Max (1818-1883 M), dan Antonio
Gramsci (1891-1837 M). dalam pandangan ketiganya, civil society
merupakan elemen ideologis kelas dominan, pemahaman ini adalah
reaksi atau pandangan Paine, Hegel memandang civil society sebagai
kelompok subordinatif terhadap negara, pandangan ini, menurut pakar
politik Indonesia Ryass Rasyid, erat kaitannya dengan perkembangan
sosial masyarakat borjuasi Eropa yang pertumbuhannya ditandai oleh
pejuang melepaskan diri dari cengkeraman dominasi negara.
 Fase kelima, wacana civil society sebagai reaksi terhadap mazhab
Hegelian yang dikembangkan oleh Alexis dengan Tocqueville (1805-
1859), bersumber dari pengalamannya mengamati budaya demokrasi
Amerika, ia memandang civil society sebagai kelompok penyeimbang
kekuatan negara, menurutnya kekuatan politik dan masyarakat sipil
merupakan kekuatan utama yang menjadikan demokrasi Amerika
mempunyai daya tahan yang kuat.

Di Indonesia, pengertian masyarakat madani pertama kali


diperkenalkan oleh Anwar Ibrahim (mantan Deputi PM Malaysia) dalam
festival Istiqlal 1995. Oleh Anwar Ibrahim dinyatakan bahwa masyarakat
madani adalah: Sistem sosial yang subur yang diasaskan kepada prinsip
moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan perorangan dan
kestabilan masyarakat. Masyarakat mendorong daya usaha serta inisiatif
individu baik dari segi pemikiran, seni, pelaksanaan pemerintahan, mengikuti
undang-undang dan bukan nafsu atau keinginan individu, menjadikan
keterdugaan serta ketulusan.
Perjuangan masyarakat madani di Indonesia pada awal pergerakan
kebangsaan dipelopori oleh Syarikat Islam (1912) dan dilanjutkan oleh Soeltan
Syahrir pada awal kemerdekaan (Norlholt, 1999). Jiwa demokrasi Soeltan
Syahrir ternyata harus menghadapi kekuatan represif baik dari rezim Orde
Lama di bawah pimpinan Soekarno maupun rezim Orde Baru di bawah
pimpinan Soeharto, tuntutan perjuangan transformasi menuju masyarakat
madani pada era reformasi ini tampaknya sudah tak terbendungkan lagi
dengan tokoh utamanya adalah Amien Rais dari Yogyakarta.

C. Karakteristik Masyarakat Madani


Ada beberapa karakteristik masyarakat madani, diantaranya :
a. Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok ekslusif kedalam
masyarakat melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.
b. Menyebarnya kekuasaan sehingga terjembataninya kepentingan-
kepentingan individu dan negara.
c. Dilengkapinya program – program pembangunan yang berbasisi
masyarakat.
d. Meluasnya kesetiaan dan kepercayaan dan tidak mementingkan diri
sendiri.
e. Damai dan individu maupun kelompok menghormati pihak lain secara adil.
f. Toleran dan tolong menolong antar sesama.
g. Keseimbangan antara hak dan kewajiban.
h. Berperadaban tinggi, misalnya kecintaan terhadap ilmu pengetahuan.
i. Bertuhan dan berakhlak mulia.
Meski Alquran tidak menyebutkan secara langsung bentuk masyarakat yang
ideal namun tetap memberikan arahan atau petunjuk mengenai prinsip-
prinsip dasar dan pilar – pilar yang terkandung dalam sebuah masyarakat
yang baik. Secara faktual, sebagai cerminan masyarakat yang ideal kita dapat
meneladani Rasulullah dalam mengembangkan konsep masyarakat madani
di Madinah.

D. Upaya Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani


Upaya paling mudah mewujudkan masyarakat madani, khususnya di
Indonesia ialah dari diri sendiri. Sikap paling utama adalah beriman pada
Allah, karena masyarakat madani berlandas hukum Allah. Selain itu, sikap
toleransi harus dijunjung, mulai dari lingkungan terdekat; diri sendiri ,
lingkungan sekitar hingga akhirnya ke lingkungan yang lebih besar. Dari hal
itu, akan tercapai kondisi aman dan damai. Selain toleransi, rasa empati dan
simpati harus dikuatkan, agar antar individu tidak terjadi kesenjangan yang
tinggi, sikap tolong menolong akan terbentuk.

E. Hubungan Masyarakat Madani dengan Kesejahteraan Umat


Sejahtera menurut Kamus Besar bahasa Indonesia adalah aman,
sentosa dan makmur, selamat terlepas dari segala macam gangguan,
kesukaran. Dengan demikian kesejahteraan umat merupakan keadaan
masyarakat yang sejahtera. Prinsip kesejahteraan umat adalah :
1. Jangan mengeksploitasi orang lain. (QS As-Syura’, 26:183)
2. Yang diberi kelebihan rezeki, hendaknya menyalurkan sebagian untuk
orang lain, (QS. An-Nahl 16:71)
3. Dalam harta mereka, terdapat hak orang lain, (QS. Dzaariyat 51:19)
4. Bisikan yang paling baik: mengajak bersedekah, berbuat ma’ruf, atau
mengadakan perdamaian di antara manusia, (QS. An-Nisa’ 4:114)
Dari prinsip tersebut, hubungan masyarakat madani dengan
kesejahteraan masyarakat diwujudkan dengan sistem ekonomi islam.
Penerapan yang bisa dilakukan masyarakat adalah dengan Zakat dan Wakaf.
a. Zakat
Zakat adalah memberikan harta yang telah mencapai nisab dan
haul kepada orang yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat
tertentu. Nisab adalah ukuran tertentu dari harta yang dimiliki yang
mewajibkan dikeluarkannya zakat, sedangkan haul adalah berjalan
genap satu tahun. Zakat juga berarti kebersihan, setiap pemeluk
Islam yang mempunyai harta cukup banyaknya menurut ketentuan
(nisab) zakat, wajiblah membersihkan hartanya itu dengan
mengeluarkan zakatnya.
Zakat memiliki hikmah yang besar, bagi muzakki, mustahik,
maupun bagi masyarakat muslim pada umumnya. Bagi muzakki
zakat berarti mendidik jiwa manusia untuk suka berkorban dan
membersihkan jiwa dari sifat kikir, sombong dan angkuh yang
biasanya menyertai pemilikan harta yang banyak dan berlebih.
Bagi mustahik, zakat memberikan harapan akan adanya perubahan
nasib dan sekaligus menghilangkan sifat iri, dengki dan suuzon
terhadap orang-orang kaya, sehingga jurang pemisah antara si
kaya dan si miskin dapat dihilangkan. Bagi masyarakat muslim,
melalui zakat akan terdapat pemerataan pendapatan dan
pemilikan harta di kalangan umat Islam. Sedangkan dalam tata
masyarakat muslim tidak terjadi monopoli, melainkan sistem
ekonomi yang menekankan kepada mekanisme kerja sama dan
tolong - menolong.
b. Hibah
Menurut bahasa, kata hibah berasal berarti memberi atau
pemberian dengan sukarela dengan mengalihkan hak atas sesuatu
kepada orang lain. Menurut istilah, hibah adalah adalah akad atau
perjanjian yang menyatakan perpindahan milik seseorang kepada
orang lain diwaktu ia masih hidup tanpa mengharapkan
penggantian sedikitpun.
c. Wasiat
Menurut istilah, wasiat adalah pesan terakhir yang diucapkan
dengan lisan atau disampaikan dengan tulisan oleh seseorang
yang merasa akan wafat berkenaan dengan harta benda yang
ditinggalkan. Dalam Al-Qur'an kata wasiatmempunyai beberapa arti
diantaranya berarti menetapkan, memerintahkan, dan
mensyari'atkan.
d. Wakaf
Istilah wakaf berasal dari “waqb” artinya menahan. Wakaf
adalah menyerahkan suatu hak milik yang tahan lama zatnya
kepada seseorang atau nadzir (penjaga wakaf) baik berupa
perorangan maupun berupa badan pengelola dengan ketentuan
bahwa hasil atau manfaatnya digunakan untuk hal-hal yang sesuai
dengan syari’at Islam . Wakaf berfungsi sebagai ibadah kepada
Allah dan berfungsi sosial. Dalam fungsinya sebagai ibadah,
diharapkan Wakaf akan menjadi bekal bagi si wakif dikemudian hari,
karena Wakaf-nya merupakan satu bentuk amalan yang pahalanya
akan terus mengalir selama harta wakaf itu dimanfaatkan.
Sedangkan dalam fungsi sosialnya, wakaf merupakan aset amat
bernilai dalam pembangunan umat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masyarakat madani menurut Islam adalah masyarakay yang beradab,
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu
pengetahuan, dan teknologi, dan menjadikan Al-Quran sebagai pedoman.
Karakteristik masyarakat madani menurut Islam adalah berlandaskan hukum
Allah, aman dan damai, tolong menolong, toleransi, keseimbangan antara hak
dan kewajiban, peradaban tinggi, mengusai pengetahuan dan teknologi, dan
berakhlak mulia.
Kesejahteraan umat adalah kondisi masyarakat sejahtera. Prinsipnya
adalah tidak mengekploitasi orang lain, memberi kelebihan rezeki kepada
yang tidak mampu, dan bersedekah. Masyarakat madani erat sekali
hubungannya dengan kesejahteraan umat. Penerapannya adalah melalui
zakat dan wakaf. Zakat adalah memberi harta yang telah mencapai nisab dan
haul kepada orang yang berhak menerimanya dengan syarat – syarat tertentu.
Sedangkan wakaf adalah memindahkan hak milik pribadi menjadi milik satu
badan yang memberi manfaat bagi masyarakat.

B. Saran
Dengan mengetahui dan memaknai maksud masyarakat madani dan
kesehajteraan umat, diharapkan masyarakat, pemerintah, dan lainnya mampu
menerapkannya, terutama di Indonesia, sebagai masyarakat muslim kedua
terbesar di dunia. Dengan begitu, kesenjangan antara masyarakat, dan
antara masyarakat dengan pemerintah dapat dikurangi.
DAFTRA PUSTAKA

Al-Quran dan Terjemahannya. (2008). Bandung:Sinar Baru Algesindo.


Badar, A. K. (2013, Desember 10). Masyarakat Madani dan Kesejahteraan Umat.
Dipetik Februari 22, 2017, dari Makalah:
http://makalahkite.blogspot.co.id/2013/12/masyarakat-madani-dan-
kesejahteraan-umat.html.
N/A. (2008, Juni). Makalah Masyarakat Madani. Dipetik Maret 19, 2017, dari Fix
My World: http://fixguy.wordpress.com/makalah-masyarakat-madani/
Prasetyo, W. T. (2015, Maret 14). Masyarakat Madani dan Kesejahteraan Umat.
Dipetik Februari 27, 2017, dari Warnai Dunia: http://weningprasetyo-story-
blogspot.co.id/2015/03/masyarakat-madani-dan-kesejahteraan-umat.html
Wisnu Manupraba, B. H. (2015). Dipetik Maret 19, 2017, dari Tafsirq.com:
tafsirq.com

Anda mungkin juga menyukai