Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PANCASILA

“CIVIL SOCIETY-MASYARAKAT MADANI”

OLEH KELOMPOK 12:

AFIFAH RAUDHATUL KARIMA (21591006)

CINDY NATALIA (21591035)

SRIKANDI HARTATI (21591201)

PGMI-2D

DOSEN PENGAMPU :

GUNTUR GUNAWAN M.Kom

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Allhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala
nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah PANCASILA
yang berjudul “Civil Society-Masyarakat Madani”. Shalawat serta salam semoga
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan
para pengikutnya, Aamiin.

Penulis menyadari bahwa banyak sekali kekurangan dalam penulisan Makalah ini.
Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga
Makalah ini bermanfaat dan menjadi ispirasi serta menambah khasanah ilmu pengetahuan,
Aamiin.

Wassalammu’alaikum Wr. Wb.

Curup, 27 Mei 2022

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 2

2.1 Definisi Civil Society-Masyarakat Madani ...................................................... 2

2.2 Karakteristik Civil Society-Masyarakat Madani .............................................. 3

2.3 Lembaga Civil Society-Masyarakat Madani .................................................... 5

2.4 Prinsip-Prinsip Dasar Masyarakat Madani ....................................................... 7

2.5 Masyarakat Madani Di Indonesia ..................................................................... 8

BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 11

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 11

3.2 Saran ............................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... I

ii
1 BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat madani adalah tatanan masyarakat sipil yang mandiri dan


demokratis, masyarakat madani lahir dari proses penyemaian demokrasi, yang
hubungannya diibaratkan dengan ikan dan air. (Ngindra n.d.)

Civil Society merupakan sebuah konsep yang pertama kali muncul didunia
barat. Permaknaan tentang civil society oleh berbagai kalanganberariasi.. Ada
yang mengartikan sebagai masyarakat sipil, masyarakatkewargaan, masyarakat
madani, dan ada juga yang menggunakan civilsociety. Terjemahan tersebut
disuguhkan kepada publik dengan argumentasimasing-masing. Civil society
sebenarnya merupakan suatu ide atau gagasanyang terus diperjuangkan
manifestasinya agar pada akhirnya terbentuk suatumasyarakat bermoral, masyarakat
sadar hukum, masyarakat beradab atauterbentuknya suatu tatanan sosial yang baik,
teratur dan progesif.

Oleh karena itu, perlunya mengkaji kembali tentang konsep civilsociety


dalam masyarakat. Konsep ini membawa masyarakat paham akankonsep civil
society yang dapat meredakan fenomena-fenomena kehidupandalam masyarakat
yang mengalami kesenjangan. Hasilnya tercipta suatumasyarakat yang ideal.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari civil society?


2. Apa karakteristik civil society?
3. Apa lembaga civil society?
4. Bagaimana prinsip masyarakat madani?
5. Bagaimana perjalanan civil society di Indonesia?

1
2 BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Civil Society-Masyarakat Madani

Istilah madani berasal dari kata bahasa Arab madaniy, yang artinya mendiami,
tinggal, atau membangun. Dalam bahasa Arab kata madaniy mempunyai beberapa
arti diantaranya adalah yang beradab, orang kota, orang sipil, dan yang bersifat sipil
atau perdata. Dari kata madana juga muncul kata madaniy yang berarti organisme
atau paham masyarakat kota. Jadi secara keseluruhan istilah masyarakat madani
dengan mudah dapat dipahami sebagai masyarakat beradab, masyarakat sipil dan
masyarakat yang tinggal di suatu kota atau yang berpaham masyarakat kota dan
akrab dengan masalah pluralisme. Dengan demikian, masyarakat madani
merupakan suatu bentuk tatanan masyarakat yang bercirikan hal-hal seperti itu dan
tercermin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Mewujudkan masyarakat madani adalah membangun kota budaya bukan


sekedar merevitalisasikan adab dan tradisi masyarakat lokal, tetapi lebih dari itu
adalah membangun masyarakat yang berbudaya agamis sesuai keyakinanindifidu,
masyarakat berbudaya yang saling cinta dan kasih yang menghargai nilai-nilai
kemanusiaan .

Dalam bahasa Inggris masyarakat madani sering diistilahkan civil society yang
berarti masyarakat sipil. Adam B. Seligman mendefinisikan civil society yang
berarti seperangkat gagasan etis yang mengejawantah dalam berbagai tatanan sosial,
dan yang paling penting dari gagasan ini adalah usahanya untuk menyelaraskan
berbagai pertentangan kepentingan antara individu dengan masyarakat dan antara
masyarakat sendiri dengan kepentingan Negara.

Civil Socienty (masyarakat sipil) sesuai dengan arti generiknya dipahami


sebagai civilized society (masyarakat beradab). Dan tinjauan konsep masyarakat

2
madani, baik melalui pendekatan bahasa Arab maupun bahasa Inggris, pada
prinsipnya memiliki makna yang relatif sama, yaitu menginginkan suatu masyarakat
yang menjunjung tinggi nilai-nilai peradaban dan demokrasi. Masyarakat madani
berasal dari proses sejarah Barat.

Akar perkembangannya dapat dirunut mulai Cicero dan bahkan sejak zaman
Aristoteles. Yang jelas Cicero mulai menggunakan istilah societis civilis dalam
filsafatnya. Dalam tradisi Eropa sampai abad ke-18, pengertian masyarakat madani
(civil society) dianggap sama dengan pengertian negara, yakni suatu kelompok yang
mendominasi seluruh kelompok masyarakat lain.

2.2 Karakteristik Civil Society-Masyarakat Madani

Masyarakat madani tidak muncul dengan sendirinya. Ia membutuhkan unsur-


unsur sosial yang menjadi prasyarat terwujudnya tatanan masyarakat madani.
Faktor-faktor tersebut merupakan satu kesatuan yang saling mengikat dan menjadi
karakter khas masyarakat madani. Beberapa unsur pokok yang harus dimiliki oleh
masyarakat madani yaitu wilayah public yang bebas, demokrasi, toleransi,
kemajemukan, dan keadilan sosial. (Hidayat & Azra, 2016)

1. Wilayah Publik yang Bebas

Free public sphere adalah ruang publik yang bebas sebagai sarana untuk
mengemukakan pendapat warga masyarakat. Di wilayah ruang publik ini semua
warga negara memiliki posisi dan hak yang sama untuk melakukan transaksi sosial
dan politik tanpa rasa takut dan terancam oleh kekuatan-kekuatan di luar civil
society. Mengacu pada Arendt dan Habermas, ruang publik dapat diartikan sebagai
wilayah bebas di mana semua warga negara memiliki akses penuh dalam kegiatan
yang bersifat publik. Sebagai prasyarat mutlak lahirnya civil society yang
sesungguhnya, ketiadaan wilayah publik bebas ini pada suatu negara dapat menjadi
suasana tidak bebas di mana negara mengontrol warga negara dalam menyalurkan
pandangan sosial-politiknya.

3
2. Demokrasi

Demokrasi adalah prasyarat mutlak lainnya bagi keberadaan civil society yang
murni (genuine). Tanpa demokrasi masyarakat sipil tidak mungkin terwujud. Secara
umum, demokrasi adalah suatu tatanan sosial-politik yang bersumber dan dilakukan
oleh, dari, dan untuk warga negara.

3. Toleransi

Toleransi adalah sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan


pendapat. Lebih dari sikap menghargai pandangan berbeda orang lain, toleransi,
mengacu pandangan Nurcholish Madjid, adalah persoalan ajaran dan kewajiban
melaksanakan ajaran itu. Jika toleransi menghasilkan adanya tata cara pergaulan
yang menyenangkan antara berbagai kelompok yang berbeda-beda, maka hasil itu
harus dipahami sebagai hikmah atau manfaat dari pelaksanaan ajaran yang benar.
Dalam perspektif ini, toleransi bukan sekadar tuntutan sosial masyarakat majemuk
belaka, tetapi sudah menjadi bagian penting dari pelaksanaan ajaran moral agama.

Senada dengan Madjid, Azra menyatakan bahwa dalam kerangka menciptakan


kehidupan yang berkualitas dan berkeadaban (tamaddun/civility), Masyarakat
Madani (civil society) menghajatkan sikap-sikap toleransi, yakni kesediaan
individu-individu untuk menerima beragam perbedaan pandangan politik di
kalangan warga bangsa.

4. Kemajemukan

Kemajemukan atau pluralisme merupakan prasyarat lain bagi civil society.


Pluralisme tidak hanya dipahami sebatas sikap harus mengakui dan menerima
kenyataan sosial yang beragam, tetapi harus disertai dengan sikap yang tulus untuk
menerima kenyataan perbedaan sebagai sesuatu yang alamiah dan rahmat Tuhan
yang bernilai positif bagi kehidupan masyarakat.

4
Menurut Madjid, pluralisme adalah pertalian sejati kebinekaan dalam ikatan
ikatan keadaban (genuine engagement of diversities within the bonds of civility).
Bah kan menurutnya pula, pluralisme merupakan suatu keharusan bagi keselamatan
umat manusia antara lain melalui mekanisme pengawasan dan pengimbangan
(check and balance). Kemajemukan dalam pandangan Madjid erat kaitannya dengan
sikap penuh pengertian (toleran) kepada orang lain, yang nyata-nyata diperlukan
dalam masyarakat yang majemuk. Secara teologis, tegas Madjid, kemajemukan
sosial merupakan dekrit Allah untuk umat manusia.

5. Keadilan Sosial

Keadilan sosial adalah adanya keseimbangan dan pembagian yang proporsional


atas hak dan kewajiban setiap warga negara yang mencakup seluruh aspek
kehidupan: ekonomi, politik, pengetahuan, dan kesempatan. Dengan pengertian
lain, keadilan sosial adalah hilangnya monopoli dan pemusatan salah satu aspek
kehidupan yang dilakukan oleh kelompok atau golongan tertentu.

2.3 Lembaga Civil Society-Masyarakat Madani

Istilah organisasi non pemerintah adalah terjemahan harfiah NGO( Non-


Governmental Organization) yang telah lama dikenal dalam pergaulan
internasional. Istilah NGO berujuk pada organisasi non Negara yang mempunyai
kaitan dengan badan-badan PBB atau mitra organisasi ini ketika berinteraksi dengan
organisasi non permerintah. Istilah ini perlahan-perlahan menyebar dan dipakai oleh
komunitas internasional, ketika masuk ke Indonesia istilah asing ini tidak
memunculkan persoalan. Namun saat dialih bahasakan dari NGO menjadi
Organisasi Non Pemerintah dalam sebuah Konverensi Wahana Lingkungan Hidup
Indonesia(WALHI). Pada 1976,pemerintah Indonesia bereaksi keras. Mereka yang
tidak setuju dengan nama istilah ini, berargumen pengertian organisasi non
pemerintah dapat mencakup berbagai organisasi yang luas( bukan organisasi
pemerintah) baik organisasi bisnis,kalangan pers,paguyuban seni,olahraga, dan lain-
lain. Padahal NGO yang dimaksud lebih khusus,yaitu berhubungan lansung dengan

5
pembangunan. istilah NGO atau organisasi non pemerintah dapat diartikan atau
dituduh sebagai kelompok masyarakat yang tidak mau bekerja sama dengan
pemerintah.

Dalam arti umum, pengertian organisasi non pemerintah mencakup semua


organisasi masyarakat yang berada diluar struktur dan jalur formal pemerintah,dan
tidak dibentuk oleh atau merupakan bagian dari birokrasi pemerintah. Didalam nya
bisa termasuk serikat pekerja, kaum buruh, himpunan para petani atau nelayan,
rukun tetangga, rukun warga, yayasan sosial, lembaga keagamaan, club olahraga,
perkumpulan mahasiswa, organisasi, partai politik, atau pun asosiasi bisnis swasta.

LP3ES mendefinisikan organisasi non pemerintah sebagai organisasi atau


kelompok dalam masyarakat yang secara hukum bukan bagian dari pemerintah dan
bekerja tidak untuk mencari keuntungan, tidak untuk melayani diri sendiri, atau
anggota-anggota, tetapi untuk melayani kepentingan masyarakat yang memutuhkan
nya.

Gerakan sosial untuk memperkuat masyarakat madani, iwan gardono


mendefinisikan gerakan sosial sebagai aksi organisasi atau kelompok masyarakat
sipil dalam mendukung atau menentang perubahan sosial. Pandangan lain
mengatakan bahwa gerakan sosial pada dasarnya adalah bentuk perilaku politik
kolektif non kelembagaan yang secara potensial berbahaya karena mengancam
stabilitas cara hidup yang mapan.

Keberadaan masyarakat madani tidak lepas dari peran gerakan sosial. Gerakan
sosial dapat di pandankan dengan perubahan sosial atau masyarakat sipil yang
didasari oleh pembaagian 3 ranah, yaitu Negara, Perusahaan atau Pasar, dan
Masyarakat Sipil. Berdasarkan pembagian ini, maka terdapat gerakan politik yang
berada di ranah Negara dan gerakan ekonomi diranah ekonomi.

Berdasarkan pemetaan diatas, secara empiris ketiga nya dapat saling bersinergi.
Pada ranah Negara dapat terjadi beberapa gerakan politik yang dilakukan oleh

6
parpol dalam pemilu yang mengusung masalah yang juga didukung oleh gerakan
sosial, demekian pula upaya loby dalam ranah ekonomi dapat pula seolah-olah
sebagai gerakan sosial. Sebagai contoh oleh masyarakat sipil seperti mereka yang
pro atau anti rancangan undang-undang anti pornografi dan pornoaksi ( RUU APP)
mempunyai dengan kaitan dengan kelompok atau parpol diranah politik maupun
kelompok bisnis pada sisi yang lain.

2.4 Prinsip-Prinsip Dasar Masyarakat Madani

a. Persaudaraan

Hal ini didasarkan pada kesetiaan terhadap kebenaran dan saling tolong
menolong dalam hal kebaikan. Ketika ada teman atau masyarakat yang
membutuhkan pertolongan, menolongnya sesuai dengan kemampuannya. Ketika
ada orang yang sedih, menghiburnya membuat hatinya kembali senang.

b. Ikatan Iman

Ikatan iman sebagai dasar paling kuat yang dapat mengikat masyarakat dalam
keharmonisan, meskipun berbeda agama banyak di Indonesia hal ini tidak masalah
asal tidak bertentangan dengan prinsip agama masing-masing.

c. Ikatan Cinta

Cinta menyatukan perbedaan antara si kaya dan si miskin. Si kaya tidak


memandang rendah orang yang kurang mampu dalam financial, tidak juga
pemimpin terhadap rakyatnya, atau yang kuat terhadap yang lemah. Fondasi cinta
ini dapat diperkokoh dengan saling memberikan kenang-kenangan dan hadiah.

d. Persamaan Si Kaya dan Si Miskin di hadapan Tuhan dan di hadapan hukum


peradilan.
e. Toleransi Umat Beragama. Adanya ruang publik yang bebas dalam menyatakan
pendapat.
f. Demokrasi dalam masyarakat tanpa membedakan suku, ras, dan agama.

7
g. Keadilan Sosial. Antara hak dan kewajiban terdapat keseimbangan/proporsional
dalam membagi sesuatu fasilitas (S 2010).

2.5 Masyarakat Madani Di Indonesia

Indonesia memiliki tradisi kuat civil society (Masyarakat Madani). Bahkan jauh
sebelum negara bangsa berdiri, masyarakat sipil telah berkembang pesat yang
diwakili oleh kiprah beragam organisasi sosial keagamaan dan pergerakan nasional
dalam perjuangan merebut kemerdekaan. Selain berperan sebagai organisasi
perjuangan penegakan HAM dan perlawanan terhadap kekuasaan kolonial,
organisasi berbasis Islam, seperti Syarikat Islam (SI), Nahdlatul Ulama (NU), dan
Muhammadiyah, telah menunjukkan kiprahnya sebagai komponen civil society
yang penting dalam sejarah perkembangan masyarakat sipil di Indonesia. Sifat
kemandirian dan kesukarelaan para pengurus dan anggota organisasi tersebut
merupakan karakter khas dari sejarah Masyarakat Madani di Indonesia. Terdapat
beberapa strategi yang ditawarkan kalangan ahli tentang bagaimana seharusnya
bangunan Masyarakat Madani bisa terwujud di Indonesia:

Pertama, pandangan integrasi nasional dan politik. Pandangan ini menyata kan
bahwa sistem demokrasi tidak mungkin berlangsung dalam kenyataan hidup sehari-
hari dalam masyarakat yang belum memiliki kesadaran berbangsa dan ber negara
yang kuat.

Kedua, pandangan reformasi sistem politik demokrasi, yakni pandangan yang


menekankan bahwa untuk membangun demokrasi tidak usah terlalu bergantung
pada pembangunan ekonomi. Dalam tataran ini, pembangunan institusi-institusi
politik yang demokratis lebih diutamakan oleh negara dibanding pembangunan
ekonomi.

Ketiga, paradigma membangun Masyarakat Madani sebagai basis utama


pembangunan demokrasi. Pandangan ini merupakan paradigma alternatif di antara
dua pandangan yang pertama yang dianggap gagal dalam pengembangan

8
demokrasi. Berbeda dengan dua pandangan pertama, pandangan ini lebih
menekankan proses pendidikan dan penyadaran politik warga negara, khususnya
kalangan kelas menengah.

Bersandar pada tiga paradigma di atas, pengembangan demokrasi dan


masyarakat madani selayaknya tidak hanya bergantung pada salah satu pandangan
tersebut. Sebaliknya, untuk mewujudkan Masyarakat Madani yang seimbang
dengan kekuatan negara dibutuhkan gabungan strategi dan paradigma. Setidaknya
tiga paradigma ini dapat dijadikan acuan dalam pengembangan demokrasi di masa
transisi sekarang melalui cara:

1. Memperluas golongan menengah melalui pemberian kesempatan bagi kelas


menengah untuk berkembang menjadi kelompok Masyarakat Madani yang
mandiri secara politik dan ekonomi. Dalam pandangan ini, negara harus
menempatkan diri sebagai regulator dan fasilitator bagi pengembangan
ekonomi nasional. Tantangan pasar bebas dan demokrasi global mengharuskan
negara mengurangi perannya sebagai aktor dominan dalam proses
pembangunan Masyarakat Madani yang tangguh.
2. Mereformasi sistem politik demokratis melalui pemberdayaan lembaga-
lembaga demokrasi yang ada berjalan sesuai prinsip-prinsip demokrasi. Sikap
pemerintah untuk tidak mencampuri atau memengaruhi putusan hukum yang
dilakukan oleh lembaga yudikatif merupakan salah satu komponen penting dari
pembangunan kemandirian lembaga demokrasi.
3. Penyelenggaraan pendidikan politik (pendidikan demokrasi) bagi warga negara
secara keseluruhan. Pendidikan politik yang dimaksud adalah pendidikan
demokrasi yang dilakukan secara terus-menerus melalui keterlibatan semua
unsur masyarakat melalui prinsip pendidikan demokratis, yakni pendidikan
dari, oleh, dan untuk warga negara.

Tentang Masyarakat Madani di Indonesia, menurut Rahardjo, masih merupakan


lembaga-lembaga yang dihasilkan oleh sistem politik represif. Ciri kritisnya lebih

9
menonjol daripada ciri konstruktifnya. Mereka, menurutnya, lebih banyak
melakukan protes daripada mengajukan solusi, lebih banyak menuntut daripada
memberikan sumbangan terhadap pemecahan masalah.

Senada dengan Rahardjo, menurut AS. Hikam, karakter Masyarakat Madani di


Indonesia masih sangat bergantung terhadap negara sehingga selalu berada pada
posisi subordinat, khususnya bagi mereka yang berada pada strata sosial bawah.
Karena itu, menurut Hikam, dalam konteks pengembangan demokrasi kenyataan ini
merupakan tantangan mendesak untuk memperlancar proses demokratisasi.

Mahasiswa merupakan salah satu komponen strategis bangsa Indonesia dalam


pengembangan demokrasi dan Masyarakat Madani. Peran strategis mahasiswa
dalam proses perjuangan reformasi menumbangkan rezim otoriter seharusnya
ditindaklanjuti dengan keterlibatan mahasiswa dalam proses demokratisasi bangsa
dan pengembangan Masyarakat Madani di Indonesia. Sebagai bagian dari kelas
menengah, mahasiswa mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap nasib
masadepan demokrasi dan Masyarakat Madani di Indonesia. Sikap dan tanggung
jawab itu dapat diwujudkan dengan pengembangan sikap-sikap demokratis, toleran,
dan kritis dalam perilaku sehari-hari.

Transformasi sosial dan kultural civil society di Indonesia mendatangkan


tatanan dan tantangan baru bagi suatu masyarakat yang berfalsafah hidup Bhinneka
Tunggal Ika. Gejala ini tersingkap dari fenomena paradoksal antara kemajemukan
dan kesatuan (kadang diartikan sebagai keseragaman) dalam hidup bermasyarakat.
Kecenderungan beberapa pihak untuk menonjolkan keseragaman dan memperkosa
keunikan dalam kemajemukan, terasa dalam era reformasi bangsa. Akibatnya,
fundamental option untuk mengakui dan menghargai perbedaan atau kemajemukan
dalam civil sociery mengalami krisis besar yang tak terbayangkan sebelumnya.
(Rozak, Sayuti, Budiman, & Arif, 2004)

10
3 BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Masyarakat madani dapat dipahami sebagai masyarakat beradab, masyarakat


sipil dan masyarakat yang tinggal di suatu kota atau yang berpaham masyarakat
kota dan akrab dengan masalah pluralisme. Dengan demikian, masyarakat madani
merupakan suatu bentuk tatanan masyarakat yang bercirikan hal-hal seperti itu dan
tercermin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Masyarakat madani tidak muncul dengan sendirinya. Ia membutuhkan unsur-


unsur sosial yang menjadi prasyarat terwujudnya tatanan masyarakat madani.
Faktor-faktor tersebut merupakan satu kesatuan yang saling mengikat dan menjadi
karakter khas masyarakat madani. Beberapa unsur pokok yang harus dimiliki oleh
masyarakat madani yaitu wilayah public yang bebas, demokrasi, toleransi,
kemajemukan, dan keadilan sosial.

Gerakan sosial dapat di pandankan dengan perubahan sosial atau masyarakat


sipil yang didasari oleh pembaagian 3 ranah, yaitu Negara, Perusahaan atau Pasar,
dan Masyarakat Sipil. Berdasarkan pembagian ini, maka terdapat gerakan politik
yang berada di ranah Negara dan gerakan ekonomi diranah ekonomi.

Prinsip dasar masyarakat madani yaitu: prsaudaraan, ikatan iman, ikatan cinta,
persamaan si kaya dan si miskin di hadapan Tuhan dan di hadapan hukum
peradilan, toleransi umat beragama, demokrasi dalam masyarakat tanpa
membedakan suku, ras, dan agama dan keadilan Sosial.

Indonesia memiliki tradisi kuat civil society (Masyarakat Madani). Bahkan jauh
sebelum negara bangsa berdiri, masyarakat sipil telah berkembang pesat yang
diwakili oleh kiprah beragam organisasi sosial keagamaan dan pergerakan nasional
dalam perjuangan merebut kemerdekaan. Terdapat beberapa strategi yang
ditawarkan kalangan ahli tentang bagaimana seharusnya bangunan Masyarakat

11
Madani bisa terwujud di Indonesia: Pertama, pandangan integrasi nasional dan
politik. Kedua, pandangan reformasi sistem politik demokrasi. Ketiga, paradigma
membangun Masyarakat Madani sebagai basis utama pembangunan demokrasi.

3.2 Saran

Diharapkan adanya penjelasan yang lebih detail mengenai Mata kuliah


Pancasila pada materi Civil Society-Masyarakat Madani agar menjadi ilmu
pengetahuan yang lengkap dan dapat bermanfaat bagi semua orang.

12
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, K., & Azra, A. (2016). PANCASILA, DEMOKRASI, HAM, DAN MASYARAKAT
MADANI. Jakarta: KENCANA.
Rozak, A., Sayuti, W., Budiman, & Arif, M. (2004). BUKU SUPLEMEN PENDIDIKAN
KEWARGAAN (CIVIC EDUCATION): Demokrasi. Hak Asasi Manusia, dan
Masyarakat Madani. Jakarta: PRENADA MEDIA.
Ngindra, Riru. n.d. “Makalah Masyarakat Madani.” Accessed May 27, 2022.
https://www.academia.edu/29086163/Makalah_masyarakat_madani.
S, Y. Ch Nany. 2010. “PERANAN PANCASILA DALAM MEWUJUDKAN
MASYARAKAT MADANI.” Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum 10 (1).
https://doi.org/10.21831/hum.v10i1.20998.

Anda mungkin juga menyukai