PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
“MASYARAKAT MADANI”
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
DOSEN PENGAMPU :
MASRUL ZUHRI, SH, MH
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai.Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 9
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wacana civil society ini merupakan produk sejarah dan lahir di masyarakat
Barat modern.Ia muncul bersamaan dengan proses modernisasi, terutama pada
saat terjadi transformasi dari masyarakat feodal menuju masyarakat Barat
modern.Civil society atau yang lebih dikenal dengan masyarakat madani pada
mulanya merupakan sebuah konsep filsafat yang berkenaan dengan sistem
kenegaraan.Masyarakat madani atau civil society ini memiliki karakteristik untuk
menjelaskan bahwa dalam merealisasikan wacana civil society diperlukan
prasyarat-prasyarat yang menjadi nilai universal dalam penegakan civil society,
dan juga memiliki pilar-pilar untuk menegakan dan terwujudnya civil society atau
masyarakat madani.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dan bagaimana sejarah perkembangan masyarakat
madani?
2. Bagaimana karakteristik masyarakat madani ?
3. Apa pilar penegak masyarakat madani ?
4. Bagaimana masyarakat madani di Indonesia ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui pengertian dan sejarah perkembangan masyarakat madani.
2. Mengetahui karakteristik masyarakat madani.
3. Mengetahui pilar-pilar penegak masyarakat madani.
4. Mengetahui masyarakat madani di Indonesia.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
dibahas setelah perang dunia II Terutama dalam dekade 50-80 an. Pada abad ke
20, muncul berbagai gerakan masyarakat yang tidak percaya lagi kepada upaya
pemerintah atau negara dalam menjamin dan membangun masyarakat yang bebas,
maju dan makmur. Pada abad ke 20 ini pula, istilah civil society (masyarakat
madani) secara konseptual dikembangkan dari pengalaman era pencerahan Eropa
Barat pada abad ke 1 yaitu pada masa munculnya kembali Eropa Timur pada
dasawarsa 1980-an sebagai jawaban terhadap negara dengan sistem paratai
sosialis (tunggal) yang otoriter yang kemudian dapat dijatuhkan. Civil society
(masyarakat madani) pada perkembangan berikutnya ternyata masuk kedalam
wacana lembaga multilateral..sebagai contoh : The inter American Development
Bank (bank pembangunan antar amerika) merintis sebuah proyek penguatan civil
society di Amerika latin pada dasawarsa 1990-an. Dari fakta ini, istilah civil
society telah berkembang dari sekedar konsep menjadi gerakan.
Terjemah civil society menjadi masyarakat madani pertama kali
dikemukakan oleh Dato Seri Anwar Ibrahim untuk menyifati masyarakat yang
sudah memiliki peradaban maju.Istilah madani sendiri mempunyai hubungan
yang erat dengan istilah tamadun atau peradaban. Dengan demikian, civil society
atau masyarakat madani bisa diartikan sebagai kota peradaban atau masyarakat
kota, suatu masyarakat beradab yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,
penegakan nilai-nilai demokrasi, dan penghormatan terhadap hak-hak asasi
manusia.Lebih lanjut Anwar Ibrahim menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan
masyarakat madani adalah sistem sosial yang subur yang diasaskan kepada prinsip
moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan perorangan dengan
kestabilan masyarakat.
Penerjemahan civil society menjadi masyarakat madani ini
dilatarbelakangi oleh konsep kota ilahi, kota peradaban atau masyarakat kota. Di
sisi lain, pemaknaan masyarakat madani ini juga dilandasi oleh konsep tentang
Al-Mujtama’ Al-Madani yang diperkenalkan oleh Prof. Naquib al-Attas, yang
secara definitif masyarakat madani merupakan konsep masyarakat ideal yang
mengandung dua komponen bear yakni masyarakat kota dan masyarakat yang
beradab. Dan pada prinsipnya konsep masyarakat madani (civil society) adalah
sebuah tatanan komunitas masyarakat yang mengedepankan toleransi, demokrasi,
3
dan berkeadaban. Di sisi lain masyarakat madani mensyaratkan danya toleransi
dan menghargai akan adanya pluralisme (kemajemukan).
4
dalam berinteraksi dengan lingkungannya.Demokratis berarti masyarakat
dapat berlaku santun dalam pola hubungan interaksi dengan masyarakat
sekiatarnya dengan tidak mempertimbangkan suku, ras, dan agama.
Demokrasi atau demokratis merupakan salah satu syarat mutlak bagi
penegakan civil society. Penekanan demokrasi atau demokratis dapat
mencakup sebagai bentuk aspek kehidupan seperti politik, sosial, budaya
pendidikan, ekonomi, dan sebagainya.
3. Toleran
Toleran merupakan sikap yang dikembangkan dalam civil society untuk
mewujudkan sikap saling menghargai dan menghormati aktivitas yang
dilakukan oleh orang lain. Toleransi ini memungkinkan akan adanya
kesadaran masing-masing individu untuk menghargai dan menghormati
pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh kelompok masyarakat lain
yang berbeda. Azyumardi Azra menyebutkan bahwa masyarakat madani
atau civil society lebih dari sekedar gerakan-gerakan
prodemokrasi.Masyarakat madani juga mengacu ke kehidupan yang
berkualitas dan tamaddun (civility), yakni kesediaan individu-individu
untuk menerima pandanagn-pandangan politik dan sikap sosial yang
berbeda.
4. Pluralisme
Sebagai sebuah prasyarat penegakan civil society, maka pluralisme
harus dipahami secara mengakar. Menurut Nurcholis Madjid, konsep
pluralisme ini merupakan prasyarat bagi tegaknya civil society. Pluralisme
menutunya adalaha pertalian kebhinekaan dalam ikatan-ikatan keadaban.
Bahkan pluralisme adalah juga suatu keharusan bagi keselamatan umat
manusia antara lain melalui mekanismepengawasan dan pengimbangan
(check and balance). Lebih lanjut, Nurcholis mengatakan bahwa sikap
penuh pengertian kepada orang lain itu diperlukan dalam masyarakat yang
majemuk, yakni masyarakat yang tidak monolitik. Apalagi sesungguhnya
kemajemukan masyarakat itu sudah merupakan dekrit Allah dan design-
Nya untuk umat manusia. Jadi tidak ada masyarakat yang tunggal,
monolitik, sama dan sebangun dalam segala segi.
5
5. Keadilan Sosial ( social justice)
Keadilan dimaksudkan untuk menyebutkan keseimbangan dan
pembagian yang proporsional terhadap hak dan kewajiban setiap warga
negara yang mencakup seluruh aspek kehidupan.Hal ini memungkinkan
tidak adanya monopoli dan pemusatan salah satu aspek kehidupan pada
satu kelompok masyarakat. Secara esensial, masyarakat memiliki hak yang
sama dalam memperoleh kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh
pemerintah (penguasa).
6
3. Supremasi Hukum
Setiap waraga negara, baik yang duduk dalam formasi pemerintahan
maupun sebagai rakayat, harus tunduk kepada (aturan) hukum.Hal tersebut
berarti bahwa perjuangan untuk mewujudkan hak dan kebebasan antar
waga negara dan antar warga negaradan pemerintah haruslah dilakukan
dengan cara-cara yang damai dan sesuai dengan hukum yang berlaku.
Selain itu, supremasi hukum juga memberikan jaminan dan perlindungan
hak asasi manusia, sehingga terpola bentuk kehidupan yang civilized.
4. Perguruan Tinggi
Sebagai bagian dari pilar penegak civil society, maka perguruan tinggi
memiliki tugas utama mencari dan menciptakan ide-ide slternatif dan
konstruktif untuk dapat menjawab problematika yang diahadapi oleh
masyarakat. Di sisi lain perguruan tinggi memiliki “Tri Dharma Perguruan
Tinggi” yang harus dapat diimplementasikan berdasarkan kebutuhan
masyarakat (public).
5. Partai Politik
Partai politik merupakan wahan bagi warga negara untuk dapat
menyalurkan aspirasi politiknya. Sekalipun memiliki tendensi politis dan
rawan akan hegemoni negara, tetapi bagaimanapun sebagai sebuah tempat
ekspresi politik warga negara, maka partai politik ini menjadi prasyarat
bagi tegaknya civil society.
7
Mengenai kemungkinan berkembangnya civil society di Indonesia diawali
dengan kasus-kasus pelanggaran HAM untuk mengemukakan pendapat di muka
umum kemudian dilanjutkan dengan munculnya berbagai lembaga-lembaga non
pemerintah yang mempunyai kekuatan dan bagian dari social control. Selain
banyak terjadi pengambilalihan hak tanah rakyat oleh penguasa dengan alasan
pembangunan, juga merupakan bagian dari penyelewengan dan penindasan hak
asasi manusia, karena hak atas tanah yang secara sah memang dimiliki oleh
rakyat, dipaksa dan diambil alih oleh penguasa hanya karena alasan
pembangunanyang sebenarnya bersifat semu. Melihat itu semua, maka secara
esensial Indonesia memang membutuhkan pemberdayaan dan penguatan
masyarakat secara komprehensif agar memiliki wawasan dan kesadaran
demokrasi yang baik serta mampu menjunjung tinggi nilai-nilai hak asasi
manusia. Untuk itu, maka diperlukan pengembangan civil society dengan
menerapkan strategi pemberdayaan sekaligus agar proses pembinaan dan
pemberdayaan itu mencapai hasilnya secara optimal.
Secara historis, masyarakat madani (civil society) di Indonesia telah
muncul ketika proses transformasi akibat modernisasi terjadi yang menghasilkan
pembentukan masyarakat baru yang berbeda dengan masyarakat tradisional.
Dengan demikian, akar civil society di Indonesia bisa dirunut secara historis
semenjak terjadinya perubahan sosial ekonomi pada masa kolonial Belanda. Hal
tersebut mendorong terjadoinya pembentukan masyarakat baru lewat proses
industrialisasi, urbanisasi, dan pendidikan modern. Dalam perjalanannya,
pertumbuhan civil society di Indonesia pernah mengalami suatu masa yang cukup
menjanjikan bagi pertumbuhannya.Hal ini terjadi sejak kemerdekaan smpai
dengan 1950-an, yaitu pada saat organisasi-organisasi sosial dan politik dibiarkan
tumbuh bebas dan memperoleh dukungan kuat dari warga masyarakat yang baru
saja merdeka.Oleh karena itu, terciptalah kekuatan masyarakat yang mampu
menjadi penyeimbang dan pengawas terhadap kekuatan negara.Namun sayang
sekali iklim demikian itu tidak tidak berlangsung lama karena ormas-ormas dan
lembaga-lembaga sosial berubah menjadi alat bagi meretaknya aliran politik dan
pertarungan berbagai ideologi.
8
Dalam hal ini, menurut Dawam ada 3 strategi yang salah stunya dapat
digunakan sebagai strategi dalam memberdayakan civil society di Indonesia,
yaitu:
1. Strategi yang lebih mementingkan integrasi nasional dan politik. Strategi
ini berpandangan bahwa sistem demokrasi tidak mungkin berlangsung
dalam masyarakat yang belum memiliki kesadaran berbangsa dan
bernegara yang kuat. Bagi penganut paham ini, pelaksanaan demokrasi
liberal hanya akan menimbulkan konflik dan karena itu menjadi sumber
instabilitas politik.
2. Strategi yang lebih mengutamakan reformasi politik demokrasi. Strategi
ini berpandangan bahwa untuk membangun demokrasi tidak usah
menunggu rampungnya tahap pembangunan ekonomi. Sejak awal dan
secara bersama-sama diperlukan proses demokratisasi yang pada esensinya
adalah memperkuat partisipasi politik. Jika kerangka kelembagaan ini
diciptakan, maka akan dengan sendirinya timbul civil society yang mampu
mengontrol terhadap negara.
3. Strategi yang memilih membangun civil society sebagai basis yang kuat
ke arah demokratisasi. Strategi ini muncul akibat kekecewaan terhadap
realisasi dari strategi pertama dan kedua. Dengan begitu strategi ini lebih
mengutamakan pendidikan dan penyadaran politik, terutama pada
golongan menengah yang makin luas.
Ketiga model strategi pemberdayaan civil society tersebut dipertegas oleh
Hikam bahwa di era transisi ini harus dipikirkan prioritas-prioritas pemberdayaan
dengan cara memahami target-target grup yang paling strategis serta penciptaan
pendekatan-pendekatan yang tepat didalam proses tersebut.
9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan dari makalah yang telah kami selesaikan ini dapat
disimpulkan bahwa sampai saat ini belum ada satu kesepakatan rumusan teoritis
dan konsep yang baku tentang konsep civil society. Namun, menurut Dato Seri
Anwar Ibrahim menyebutkan bahwa civil society atau masyarakat madani bisa
diartikan sebagai kota peradaban atau masyarakat kota, suatu masyarakat beradab
yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, penegakan nilai-nilai demokrasi,
dan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia.
Sedangkan karakteristik civil society atau masyarakat madani ini antara
lain adalah Free Public Sphere, Demokratis, Toleransi, Pluralisme, dan Keadilan
Sosial (social justice). Dalam penegakan civil society pilar-pilar yang menjadi
prasyarat mutlak bagi terwujudnya kekuatan civil society adalah Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM), Pers, Supremasi Hukum, Perguruan Tinggi, dan
Partai Politik. Di Indonesia sendiri, civil society atau masyarakat madani secara
historis telah muncul ketika proses transformasi akibat modernisasi terjadi yang
menghasilkan pembentukan masyarakat baru yang berbeda dengan masyarakat
tradisional. Dengan demikian, akar civil society di Indonesia bisa dirunut secara
historis semenjak terjadinya perubahan sosial ekonomi pada masa kolonial
Belanda.
B. SARAN
Di akhir dalam makalah ini kiranya pembaca dapat menjelaskan konsep
civil society, mengaplikasikan nilai-nilainya, mengenalisa posisi civil society
dalam negara serta pembaca dapat mengkritisi segala bentuk fenomena yang
menyimpang dari nilai-nilai civil society, terutama fenomena yang terjadi dan
berkembang di Indonesia.
10
DAFTAR PUSTAKA
Muchtar Ghazali, Abdul Majid. 2016. PPKn Materi Kuliah di Perguruan Tinggi
Islam. Bandung. PT Remaja Rosdakarya
11