Anda di halaman 1dari 16

“Civil Society, Masyarakat Madani dan Perkembangannya”

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila

Pembimbing

Fitri Handayani, M.Pd.

Kelompok 7 :

1. Inge Amanda Putri (126402203190)


2. Akmal Zhorif (126402203192)
3. Rozika Mihelta Yogiswara (126402203210)
4. M. Ato` Ainur Ridho (126402203220)
5. Deva Aziz Zakaria (126402203222)

Jurusan Ekonomi Syariah I E

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG

November 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan serta kelancaran dalam
penyusunan makalah Hukum Bisnis tentang “Civil Society, Masyarakat Madani dan
Perkembangannya”. Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi agung
Muhammad SAW.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Hukum Binis, dosen pembimbing
Fitri Handayani, M.Pd.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan
makalah ini. Ucapan terimakasih kepada tidak lupa kami sampaikan kepada:

1. Dr. Maftukhin, M.Ag. Selaku Rektor IAIN Tulungagung yang telah memberikan kesempatan
kepada kita untuk menimba ilmu di IAIN Tulungagung.
2. Fitri Handayani, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan tugas dan pengarahan
kepada kami.
Kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan karena
keterbatasan kami sebagai manusia biasa, untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi
kesempurnaan kami dalam menyelesaikan tugas-tugas dimasa yang akan datang.
Akhirnya dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah atas terselesainya tugas makalah ini
dan semoga bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Tulungagung, 5 November 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.......................................................................................................................1
KATA PENGANTAR....................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................4
C. Tujuan ..............................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Civil Society............................................................................................................6
B. Pengertian Masyarakat Madani...............................................................................................6
C. Perkembangan Pemikiran tentang Masyarakat Madani...........................................................7
D. Karakteristik Civil Society dan Masyarakat Madani ...............................................................9
E. Pilar Penegak Civil Society dan Masyarakat Madani............................................................ 10
F. Civil Society, Masyarakat Madani dan Demokratisasi.......................................................... 12
G. Civil Society dan Masyarakat Madani di Indonesia............................................................... 13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ..................................................................................................................................15
B. Saran..............................................................................................................................................15
DAFTAR RUJUKAN ......................................................................................................................16

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Permasalahan yang terus melanda ilmu-ilmu sosial hingga saat ini adalah ketidakmampuan
menjelaskan apa dan bagaimana seharusnya tatanan ideal sebuah masyarakat. Civil Society, yang
selama ini menjadi sebuah paradigm ideal mengenai masyarakat dalam diskursus para ahli di Barat,
terus mengalami kebingungan dan distorsi konseptual ketika pemahaman itu harus diaplikasikan
dalam aktifitas masyarakat riil. Walhasil, teori-teori yang dihasilkan oleh ilmuilmu sosial pasca
renaisans ini terbatas pada wacana yang tidak pernah membumi. Namun, jauh empat belas abad yang
lalu, telah berdiri sebuah masyarakat yang mampu melakukan lompatan besar peradaban dengan
berdirinya sebuah komunitas yang bernama Masyarakat Madinah.1 Transformasi radikal dalam
kehidupan individual dan sosial mampu merombak secara total nilai, simbol, dan struktur masyarakat
yang telah berakar kuat dengan membentuk sebuah tatanan baru yang berlandaskan pada persamaan
dan persaudaraan. Bentuk masyarakat Madinah inilah, yang kemudian ditransliterasikan menjadi
“masyarakat madani”, merupakan tipikal ideal mengenai kosepsi sebuah masyarakat Islam.
Gagasan masyarakat madani sudah tentu tidak terbentuk begitu saja dalam format seperti
dewasa ini sebagaimana yang kita ketahui. Bahkan pemikiran ini akan masih terus berkembang akibat
dari sebuah proses pengaktualisasian yang bergerak dinamis atas konsep tersebut di lapangan.
Bangunan wacana masyarakat madani memiliki rentang waktu pembentukan yang sangat panjang
sebagai hasil dari akumulasi pemikiran yang akhirnya membentuk pola seperti yang dikenal sekarang
ini.
Kemunculan konsep masyarakat madani adalah suatu bukti akan dinamika intelektual muslim
dalam usaha memaknai ajaran Islam terkait dengan kehidupan modern, terutama dalam problem
politik dan kebangsaan. Konsep masyarakat madani sering dianggap sebagai sebuah alternative untuk
mewujudkan pemerintahan yang ideal (good government) dalam suatu Negara.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Civil Society ?
2. Apa yang dimaksud dengan Masyarakat Madani ?
3. Bagaimana perkembangan pemikiran tentang Masyarakat Madani ?
4. Apa karakteristik Civil Society dan Masyarakat Madani ?
5. Apa saja pilar penegak Civil Society dan Masyarakat Madani ?
6. Apa hubungan antara Civil Society, Masyarakat Madani dan Demokratisasi ?
7. Bagaimana Civil Society dan Masyarakat Madani di Indonesia ?
4
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Civil Society.
2. Untuk mengetahui pengertian Masyarakat Madani.
3. Untuk mengetahui perkembangan pemikiran tentang Masyarakat Madani.
4. Untuk mengetahui karakteristik Civil Society dan Masyarakat Madani.
5. Untuk mengetahui pilar penegak Civil Society dan Masyarakat Madani.
6. Untuk mengetahui hubungan antara Civil Society, Masyarakat Madani dan Demokratisasi.
7. Untuk mengetahui Civil Society dan Masyarakat Madani di Indonesia.

5
ISI

A. Pengertian Civil Society

Istilah civil society diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi ”masyarakat sipil”.
Banyak para ahli memberikan definisi tentang Civil Society yang berbeda akan tetapi definisi tersebut
tetap pada ruang lingkup yang saling berhubungan pada sebuah keseimbangan antara kebebasan
perorangan dengan kestabilan masyarakat. Seorang pakar demokrasi Larry Diamond mendefinisikan
masyarakat sipil sebagai lingkup kehidupan sosial yang terbuka, sukarela, otonom dari negara, lahir
secara mandiri, berswadaya secara parsial setidaknya, dan terikat pada tatanan legal atau seperangkat
nilai bersama. Mohammad A. S. Hikam mendefinikan masyarakat sipil sebagai wilayah kehidupan
sosial yang terorganisasi dan bercirikan antara lain, keswasembadaan dan keswadayaan,
kesukarelaan, keterikatan dengan norma-norma atau nilai-nilai hukum yang diikuti warganya, dan
kemandirian yang tinggi dari negara. Menurut Eisenstadt, civil society adalah suatu masyarakat baik
secara individual maupun kelompok dalam negara yang mampu berinteraksi dengan negara secara
independen.

Dari semua pandangan yang diungkapkan oleh beberapa ahli di atas, secara umum civil society
dapat disimpulkan sebagai sebuah kelompok artau tatnan masyarakat yang berdiri secara mandiri
dihadapan penguasa dan negara. Yang memiliki ruang publik dalam mengemukakan pendapat dan
adanya lembaga-lembaga mandiri yang dapat menyalurkan aspirasi dan kepentingan publik.

B. Pengertian Masyarakat Madani

Kata madani sendiri berasal dari bahasa arab yang memiliki arti civil atau civilized (beradab).
Istilah masyarakat madani adalah terjemahan dari civil atau civilized society, yang berarti
masyarakat yang berperadaban. Untuk pertama kali istilah Masyarakat Madani dimunculkan oleh
Anwar Ibrahim, mantan wakil perdana menteri Malaysia.

Qodri Azizy. 2004. Melawan Golbalisasi Reinterpretasi Ajaran Islam: Persiapan SDM dan
Terciptanya Masyarakat Madani. Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan www.kompasiana.com (2019,
29 Januari) Definisi dan Tipologi Masyarakat Madani. Diakses pada 05 November2020, dari

https://www.kompasiana.com/hanfrymatrutty/5c50374f43322f46724929e3/definisi-dan-tipologi-
civilsociety?page=all
6
Menurut Anwar Ibrahim, masyarakat madani merupakan sistem sosial yang subur berdasarkan
prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan individu dengan kestabilan
masyarakat. Inisiatif dari individu dan masyarakat akan berupa pemikiran, seni, pelaksanaan
pemerintah yang berdasarkan undang-undang dan bukan nafsu atau keinginan individu. Dawam
Rahardjo mendefinisikan masyarakat madani sebagai proses penciptaan peradaban yang mengacu
kepada nilai-nilai kebijakan bersama. Dawam menjelaskan, dasar utama dari masyarakat madani
adalah persatuan dan integrasi sosial yang didasarkan pada suatu pedoman hidup, menghindarkan diri
dari konflik dan permusuhan yang menyebabkan perpecahan dan hidup dalam suatu persaudaraan.
Masyarakat Madani pada prinsipnya memiliki multimakna, yaitu masyarakat yang demokratis,
menjunjung tinggi etika dan moralitas, transparan, toleransi, berpotensi, aspiratif, bermotivasi,
berpartisipasi, konsisten memiliki bandingan, mampu berkoordinasi, sederhana, sinkron, integral,
mengakui, emansipasi, dan hak asasi, namun yang paling dominan adalah masyarakat yang
demokratis.

Masyarakat madani adalah kelembagaan sosial yang akan melindungi warga negara dari
perwujudan kekuasaan negara yang berlebihan. Bahkan Masyarakat madani tiang utama kehidupan
politik yang demokratis. Sebab masyarakat madani tidak saja melindungi warga negara dalam
berhadapan dengan negara, tetapi juga merumuskan dan menyuarakan aspirasi masyarakat.

C. Perkembangan Pemikiran tentang Masyarakat Madani

Berbagai upaya dilakukan dalam mewujudkan masyarkat madani, baik yang berjangka pendek
maupun yang berjangka panjang. Untuk yang berjangka pendek, dilaksanakan dengan memilih dan
menempatkan pemimpin-pemimpin yang dapat dipercaya (credible), dapat diterima (acceptable), dan
dapat memimpin (capable). Jika dicari akar sejarahnya, maka dapat dilihat bahwa dalam masyarakat
Yunani kuno masalah ini sudah mengemuka. Rahardjo (1997) menyatakan bahwa istilah civil society
sudah ada sejak zaman sebelum masehi. Orang yang pertama kali yang mencetuskan istilah civil
society ialah Cicero (106-43 SM), sebagai orator Yunani kuno. Civil society menurut Cicero ialah
suatu komunitas politik yang beradab seperti yang dicontohkan oleh masyakat kota yang memiliki
kode hukum sendiri. Dengan konsep civil society (kewargaan) dan urbanity (budaya kota), maka kota
dipahami bukan hanya sekerdar konsentrasi penduduk, melainkan juga sebagai pusat peradaban dan
kebudayaan.

Istilah masyarakat madani selain mengacu pada konsep civil society, juga berdasarkan pada
konsep negara-kota Madinah yang dibangun Nabi Muhammad SAW pada tahun 622M. Masyarakat
madani juga mengacu pada konsep tamadhun (masyarakat yang beradaban) yang diperkenalkan oleh
7
Ibn Khaldun, dan konsep Al Madinah al fadhilah (Madinah sebagai Negara Utama) yang diungkapkan
oleh filsuf Al Farabi pada abad pertengahan (Rahardjo seperti yang dikutip Nurhadi, 1999). Menurut
Dr. Ahmad Hatta, peneliti pada Lembaga Pengembangan Pesantren dan Studi Islam, Al Haramain,
Piagam Madinah adalah dokumen penting yang membuktikan betapa sangat majunya masyarakat
yang dibangun kala itu, di samping juga memberikan penegasan mengenai kejelasan hukum dan
konstitusi sebuah masyarakat bahkan, dengan menyetir pendapat Hamidullah.
(First Written Constitutions in the World, Lahore, 1958), Piagam Madinah ini adalah konstitusi
tertulis pertama dalam sejarah manusia. Konstitusi ini secara mencengangkan telah mengatur apa
yang sekarang orang ributkan tentang hak-hak sipil (civil rights), atau lebih dikenal dengan hak asasi
manusia (HAM), jauh sebelum Deklarasi Kemerdekaan Amerika (American Declaration of
Independence, 1997), Revolusi Prancis (1789), dan Deklarasi Universal PBB tentang HAM (1948)
dikumandangkan.

Sementara itu konsep masyarakat madani, atau dalam khazanah Barat dikenal sebagai civil society
(masyarakat sipil), muncul pada masa pencerahan (Renaissance) di Eropa melalui pemikiran John
Locke (abad ke-18) dan Emmanuel Kant (abad ke-19). Sebagai sebuah konsep, civil society berasal
dari proses sejarah panjang masyarakat Barat yang biasanya dipersandingkan dengan konsepsi
tentang state (negara). Dalam tradisi Eropa abad ke-18, pengertian masyarakat sipil ini dianggap sama
dengan negara (the state), yakni suatu kelompok atau kesatuan yang ingin mendominasi kelompok
lain. Barulah pada paruh kedua abad ke-18, terminologi ini mengalami pergeseran makna. Negara
dan masyarakat madani kemudian dimengerti sebagai dua buah entitas yang berbeda. Bahkan
kemudian, Kant menempatkan masyarakat madani dan negara dalam kedudukan yang berlawanan,
yang kemudian dikembangkan oleh Hegel, menurutnya masyarakat madani merupakan subordinatif
dari negara.

Adapun tokoh yang pertama kali menggagas istilah civil society ini adalah Adam Ferguson dalam
bukunya ”Sebuah Esai tentang Sejarah Masyarakat Sipil (’An Essay on The History of Civil
Society’)” yang terbit tahun 1773 di Skotlandia. Ferguson menekankan masyarakat madani pada visi
etis kehidupan bermasyarakat. Pemahamannya ini digunakan untuk mengantisipasi perubahan sosial
yang diakibatkan oleh revolusi industri, dan munculnya kapitalisme, serta mencoloknya perbedaan
antara individu.

http://sensorku.blogspot.com (2014, 19 Mei) Sejarah Pemikiran Masyarakat Madani. Diakses pada


06 November 2020, dari http://sensorku.blogspot.com/2014/05/sejarah-pemikiranmasyarakat-
madani.html
8
D. Karakteristik Civil Society dan Masyarakat Madani

Ada beberapa karateristik yang menjadi ciri khas Civil Society dan Masyarakat Madani. Karakteristik
civil society dan masyarakat madani antara lain :

a. Adanya kemandirian, keswadayaan, independensi dari warga sebagai kekuatan yang mampu
mengontrol kekuasaan negara.

b. Adanya seperangkat nilai, norma dan aturan bersama yang dipatuhi seluruh masyarakat.

c. Adanya gerakan-gerakan perlindungan hak-hak warga, konsumen, kaum minoritas, dan


korban kekerasan.

d. Adanya perkumpulan berbasis keagamaan, aliran kepercayaan, kesukuan, kebudayaan yang


membela hak-hak kolektif.

e. Adanya pengorganisasian warga yang bergerak di bidang produksi dan penyebaran ide-ide,
berita, informasi publik, dan pengetahuan umum.

f. Adanya perkumpulan dan jaringan perdagangan yang produktif.

Dan juga merujuk pada Bahmuller (1997), ada beberapa ciri-ciri masyarakat madani, antara lain:

• Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok eksklusif ke dalam masyarakat


melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.

• Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang mendominasi dalam


masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan alternatif.

http://sosiologis.com (2018, 2 April) Masyarakat Madani: Pengertian dan Contohnya. Diakses


pada 05 November2020, dari http://sosiologis.com/masyarakat-madani

• Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan negara karena keanggotaan


organisasiorganisasi volunter mampu memberikan masukan-masukan terhadap keputusan-
keputusan pemerintah.

9
• Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga individu-individu mengakui
keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri (individualis).

• Adanya pembebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga-lembaga sosial dengan berbagai


perspektif.

E. Pilar Penegak Civil Society dan Masyarakat Madani

Pilar penegak masyarakat madani adalah institusi-institusi yang menjadi bagian dari sosial kontrol
yang berfungsi mengkritisi kebijakan-kebijakan penguasa yang diskriminatif serta mampu
memperjuangkan aspirasi masyarakat yang tertindas. Pilar-pilar tersebut antara lain:

• Lembaga Swadaya Masyarakat

Lembaga Swadaya Masyarakat adalah institusi sosial yang dibentuk oleh swadaya masyarakat yang
tugas utamanya adalah membantu dan memperjuangkan aspirasi dan kepentingan masyarakat yang
tertindas. LSM dalam konteks masyarakat madani bertugas mengadakan pemberdayaan kepada
masyarakat mengenai hal-hal yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya mengadakan
pelatihan dan sosialisasi program-program pembangunan masyarakat.

• Pers

Pers adalah institusi yang berfungsi untuk mengkritisi dan menjadi bagian dari sosial kontrol yang
dapat menganalisis serta mempublikasikan berbagai kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan
warga negaranya. Selain itu, pers juga diharapkan dapat menyajikan berita secara objektif dan
transparan.

• Supremasi Hukum

Setiap warga negara, baik yang duduk dipemerintahan atau sebagai rakyat harus tunduk kepada aturan
atau hukum. Sehingga dapat mewujudkan hak dan kebebasan antar warga negara dan antar warga
negara dengan pemerintah melalui cara damai dan sesuai dengan hukum yang berlaku, Supremasi
hukum juga memberikan jaminan dan perlindungan terhadap segala bentuk penindasan individu dan
kelompok yang melanggar norma-norma hukum dan segala bentuk penindasan hak asasi manusia.

• Perguruan Tinggi

10
Perguruan tinggi merupakan tempat para aktivis kampus (dosen dan mahasiswa) yang menjadi bagian
kekuatan sosial dan masyarakat madani yang bergerak melalui jalur moral porce untuk menyalurkan
aspirasi masyarakat dan mengkritisi berbagai kebijakan-kebijakan pemerintah. Namun, setiap
gerakan yang dilakukan itu harus berada pada jalur yang benar dan memposisikan diri pada real dan
realitas yang betul-betul objektif serta menyuarakan kepentingan masyarakat. Sebagai bagian dari
pilar penegak masyarakat madani, maka Perguruan Tinggi memiliki tugas utama mencari dan
menciptakan ide-ide alternatif dan konstruktif untuk dapat menjawab problematika yang dihadapi
oleh masyarakat.

• Partai Politik

Partai Politik merupakan wahana bagi warga negara untuk dapat menyalurkan aspirasi politiknya.
Partai politik menjadi sebuah tempat ekspresi politik warga negara sehingga partai politik menjadi
prasyarat bagi tegaknya masyarakat madani.

F. Civil Society, Masyarakat Madani dan Demokratisasi

Masyarakat madani memiliki sifat dan karakteristik. Pertama adalah toleran. Sikap toleran antara
sesama agama dan umat agama lain. Dalam masyarakat madani, demokrasi tidak sekadar kebebasan
dan persaingan, demokrasi juga pilihan untuk bersama-sama membangun dan memperjuangkan
masyarakat untuk semakin sejahtera. Kedua, terintegrasinya individu-individu dan kelompok-
kelompok eksklusif ke dalam masyarakat dengan kontak sosial dan aliansi sosial. Menyebarkan
kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang mendominasi dalam masyarakat dapat dikurangi
oleh kekuatan-kekuatan alternatif.

https://id.wikipedia.org. (2019, 23 Juni) Masyarakat Madani. Diakses pada 05 November 2020,


dari https://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat_madani

11
Ketiga, terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan negara karena keanggotaan
organisasi-organisasi volunter mampu memberikan masukan-masukan terhadap keputusankeputusan
pemerintah. Keempat, meluasnya kesetiaan dan kepercayaan sehingga individu-individu mengakui
keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri. Selain memiliki karakteristik,
ada syarat masyarakat madani, antara lain terpenuhinya kebutuhan dasar individu, keluarga, dan juga
kelompok yang berada dalam masyarakat. Berkembangnya human capital dan social capital yang
kondusif untuk terbentuknya kemampuan melaksanakan tugas-tugas kehidupan terjalinnya
kepercayaan dan relasi sosial antarkelompok.

Tidak adanya diskriminasi dalam setiap bidang pembangunan atau terbukanya akses berbagai
pelayanan sosial. Adanya hak, kemampuan, dan kesempatan bagi masyarakat dan lembaga-lembaga

swadaya untuk terlibat dalam setiap forum, sehingga isu-isu kepentingan bersama dan kebijakan
publik dapat dikembangkan. Terselenggaranya sistem pemerintahan yang lembaga-lembaga
ekonomi, hukum, dan sosial berjalan secara produktif dan berkeadilan social. Adanya jaminan,
kepastian, dan kepercayaan dari setiap jaringan-jaringan kemasyarakatan sehingga terjalinnya
hubungan dan komunikasi antara masyarakat secara teratur, terbuka dan tepercaya.

Dalam sistem demokrasi, kepemimpinan nasional selalu dilakukan dengan proses pemilihan,
termasuk di Indonesia. Dengan sistem pemilihan yang bersih dan berkualitas, diharapkan mampu
menghasilkan perubahan sosial yang positif. Sebab, perubahan sosial yang positif hanya akan
diperoleh jika pemimpin yang terpilih bersih dan berkualitas serta dihasilkan dari proses bersih dan
berkualitas pula. Maka, Pilpres 2019 yang tinggal hitungan bulan ini dituntut bisa terselenggara
secara profesional dan akuntabel serta dilakukan dengan penuh suka cita.

Agar pesta demokrasi berjalan layaknya masyarakat madani, publik tentu tidak mungkin hanya
berharap pada KPU dan Bawaslu selaku penyelenggara. Sistem pemilu Indonesia yang menganut
prinsip one man one vote telah menegaskan semua rakyat Indonesia wajib berpartisipasi dalam
mewujudkan pilpres yang berkualitas, karena setiap orang memiliki satu suara yang dapat
menentukan masa depan Indonesia dalam kurun waktu lima.

Masyarakat mempunyai kewajiban untuk ikut mengawasi mekanisme pemilu agar berjalan lancar
dan sesuai ketentuan. Sebab, dengan mengikuti mekanisme yang benar dan sesuai aturan, akan

12
dihasilkan pemimpin beradab yang pikiran, ucapannya, dan tindakannya selaras yang mengutamakan
persatuan dan kesatuan bangsa, bukan untuk kepentingan pribadi atau kelompok.

Pemilu yang bersih dan berkualitas dapat dilihat dari minimnya pelanggaran dalam pelaksanaan
pemilu. Partisipasi masyarakat secara sukarela menggunakan hak pilihnya, bukan atas dasar
paksaan/intimidasi baik materiel maupun nonmateriel. Semakin tinggi partisipasi, semakin legitimasi
kualitas pelaksanaan pemilu. Secara kuantitatif, keberhasilan pemilu diukur dari jumlah kedatangan
pemilih ke TPS dan keberhasilan pemilu secara kualitatif dilihat dari rasionalitas pemilihan dan peran
aktif dari masyarakat.

G. Civil Society dan Masyarakat Madani di Indonesia

Secara historis perwujudan masyarakat madani di Indonesia sebenarnya sudah mulai dicitacitakan
semenjak terjadinya perubahan sosial ekonomi pada masa kolonial, terutama ketika kapitalisme mulai
diperkenalkan oleh Belanda. Hal ini ikut mendorong terjadinya pembentukan sosial melalui proses
industrialisasi, urbanisasi, dan pendidikan modern. Hasilnya antara lain munculnya kesadaran baru
di kalangan kaum elit pribumi yang mendorong terbentuknya organisasi sosial modern. Pada masa
demokrasi terpimpin politik Indonesia didominasi oleh penggunaan mobilisasi massa sebagai alat
legitimasi politik. Akibatnya setiap usaha yang dilakukan masyarakat untuk mencapai kemandirian
beresiko dicurigai sebagai kontra revolusi. Sehingga perkembangan pemikiran menuju masyarakat
madani kembali terhambat

https://www.lampost.co (2018, 17 Oktober) Demokrasi Masyarakat Madani. Diakses pada 05

November2020, dari https://www.lampost.co/berita-demokrasi-masyarakat-madani.html

13
Perkembangan orde lama dan munculnya orde baru memunculkan secercah harapan bagi
perkembangan masyarakat madani di Indonesia. Pada masa orde baru, dalam bidang sosial-ekonomi
tercipta pertumbuhan ekonomi, tergesernya pola kehidupan masyarakat agraris, tumbuh dan
berkembangnya kelas menengah dan makin tingginya tingkat pendidikan. Sedangkan dalam bidang
politik, orde baru memperkuat posisi negara di segala bidang, intervensi negara yang kuat dan jauh
terutama lewat jaringan birokrasi dan aparat keamanan. Hal tersebut berakibat pada terjadinya
kemerosotan kemandirian dan partisipasi politik masyarakat serta menyempitkan ruangruang bebas
yang dahulu pernah ada, sehingga prospek masyarakat madani kembali mengalami kegelapan.
Setelah orde baru tumbang dan diganti oleh era reformasi, perkembangan masyarakat madani kembali
menorehkan secercah harapan. Hal ini dikarenakan adanya perluasan jaminan dalam hal pemenuhan
hak-hak asasi setiap warga negara yang intinya mengarahkan pada aspek kemandirian dari setiap
warga negara.

Dari zaman orde lama sampai era reformasi saat ini, permasalahan perwujudan masyarakat
madani di Indonesia selalu menunjukkan hal yang sama. Beberapa permasalahan yang bisa menjadi
hambatan sekaligus tantangan dalam mewujudkan masyarakat madani model Indonesia, yaitu sebagai
berikut :

1. Semakin berkembangnya orang “miskin” dan orang yang merasa miskin.

2. LSM dan partai politik muncul bagaikan jamur yang tumbuh di musim penghujan sehingga
memungkinkan berbagai “ketidakjelasan”.

3. Pers berkembang pesat dan semakin canggih tetapi justru “fesimisme” masyarakat yang terjadi.

4. Kaum cendikiawan semakin banyak tetapi cenderung berorientasi pada kekuasaan.

5. Kurang pede untuk bersaing dan senantiasa merasa rendah diri.

Suroto. 2015. Konsep Masyarakat Madani di Indonesia dalam Masa Postmodern (Sebuah Analitis
Kritis). Volume 5 : 667-668

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Untuk mewujudkan masyarakat madani dan agar terciptanya kesejahteraan umat maka kita
sebagai generasi penerus supaya dapat membuat suatu perubahan yang signifikan. Selain itu, kita juga
harus dapat menyesuaikan diri dengan apa yang sedang terjadi di masyarakat sekarang ini. Agar di
dalam kehidupan bermasyarakat kita tidak ketinggalan berita. Adapun beberapa kesimpulan yang
dapat saya ambil dari pembahasan materi yang ada di bab II ialah bahwa di dalam mewujudkan
masyarakat madani dan kesejahteraan umat haruslah berpacu pada Al-Qur’an dan As-Sunnah yang
diamanatkan oleh Rasullullah kepada kita sebagai umat akhir zaman. Sebelumnya kita harus
mengetahui dulu apa yang dimaksud dengan masyarakat madani itu dan bagaimana cara menciptakan
suasana pada masyarakat madani tersebut, serta ciri-ciri apa saja yang terdapat pada masyarakat
madani sebelum kita yakni pada zaman Rasullullah.
Selain memahami apa itu masyarakat madani kita juga harus melihat pada potensi manusia
yang ada di masyarakat, khususnya di Indonesia. Potensi yang ada di dalam diri manusia sangat
mendukung kita untuk mewujudkan masyarakat madani. Karena semakin besar potensi yang dimiliki
oleh seseorang dalam membangun agama Islam maka akan semakin baik pula hasilnya. Begitu pula
sebaliknya, apabila seseorang memiliki potensi yang kurang di dalam membangun agamanya maka
hasilnya pun tidak akan memuaskan. Oleh karena itu, marilah kita berlomba-lomba dalam
meningkatkan potensi diri melalui latihan-latihan spiritual dan praktek-praktek di masyarakat.

B. Saran
1. Melalui penulisan makalah ini, diharapkan pembaca dapat mencari dari sumbersumber yang
lebih relevan juga mencari contoh studi kasus untuk lebih mendalami materi ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Qodri Azizy. 2004. Melawan Golbalisasi Reinterpretasi Ajaran Islam: Persiapan SDM dan
Terciptanya Masyarakat Madani. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Suroto. 2015. Konsep Masyarakat Madani di Indonesia dalam Masa Postmodern (Sebuah Analitis
Kritis). Volume 5 : 667-668

https://id.wikipedia.org. (2019, 23 Juni) Masyarakat Madani. Diakses pada 05 November 2020, dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat_madani

www.kompasiana.com (2019, 29 Januari) Definisi dan Tipologi Masyarakat Madani. Diakses pada
05 November2020, dari

https://www.kompasiana.com/hanfrymatrutty/5c50374f43322f46724929e3/definisi-dan-
tipologicivil-society?page=all

http://sensorku.blogspot.com (2014, 19 Mei) Sejarah Pemikiran Masyarakat Madani. Diakses pada


06 November 2020, dari http://sensorku.blogspot.com/2014/05/sejarah-pemikiran
masyarakatmadani.html

http://sosiologis.com (2018, 2 April) Masyarakat Madani: Pengertian dan Contohnya. Diakses pada

05 November2020, dari http://sosiologis.com/masyarakat-madani

https://www.lampost.co (2018, 17 Oktober) Demokrasi Masyarakat Madani. Diakses pada 05

November 2020, dari https://www.lampost.co/berita-demokrasi-masyarakat-madani.html

16

Anda mungkin juga menyukai