Anda di halaman 1dari 33

DR. H. HUSEN SARUJIN, SH, MM, M.

Si, MH
Dosen Pengampu Mata Kuliah :

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


“ Masyarakat Madani dalam Perspektif Islam”

Makalah
Disusun Untuk Menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
dan Sebagai Tugas Final Semester II Bidang Pendidikan Bahasa Inggris
UIN Alauddin Makassar

OLEH :

MARYAM NUR FADILA (20400121074)

TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2022
DR. H. HUSEN SARUJIN, SH., MM., M.Si, MH.
DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA DAN
KEWARGANEGARAAN FAKULTAS TARBIYAH
UIN ALAUDDIN MAKASSAR.
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga

makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Sholawat dan salam tetaplah

kita curahkan kepada Nabi Muhammad Saw yang telah menunjukkan kepada kita

jalan yang lurus. Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah

untuk memberikan wawasan kepada pembaca agar lebih mengetahui tentang

"Masyarakat Madani dalam Perspektif Islam ".

Terima kasih kepada Bapak Dr. H. Husen Sarujin SH. MM. M.Si. MH. selaku

dosen pengampu mata kuliah Pendidikan pancasila dan Kewarganegaraan yang

membimbing dan membina kami dalam penyelesaian penulisan makalah ini,

sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan baik dan sesuai

waktu yang di berikan.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan

Pancasila Dan Kewarganegaraan. Selain itu makalah ini bertujuan menambah

wawasan bagi pembaca dan juga penyusun. Harapan kami semoga makalah ini

membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca, sehingga

kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya

dapat lebih baik. Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah

membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan masalah

ini. Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan

saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 26 Juni 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 3

C. Tujuan............................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 4

A. Definisi Masyarakat Madani ......................................................... 4

B. Masyarakat Madani dalam Perspektif Islam.................................. 7

C. Karakter Masyarakat madani ......................................................... 12

D. Kelebihan dan Kekurangan Konsep Masyarakat Madani .............. 15

E. Peran Umat Islam dalam Mewujudkan Masyarakat Madani......... 23

BAB III PENUTUP........................................................................................... 26

A. Kesimpulan ................................................................................... 26

B. Saran ............................................................................................ 28

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 29

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsep masayarakat ideal yang pernah ada dalam Islam di ambil dari

konsep yang pernah diterapkan di kota Madinah dan nabi membuat sebuah

revolusi besar yang mampu membangun sebuah peradaban tinggi dengan

membangun sebuah kota di Madinah dengan meletakan dasar dasar dari

sebuah konsep masyarakat ideal dengan menggariskan ketentuan untuk hidup

dengan sebuah konstitusi yang sudah disepakati bersama yakni piagam

Madinah.

Di Indonesia konsep ini diperkenalkan oleh seorang candikiawan

yakni Nurcholis Madjid, yang merujuk kepada konsep masyarakat yang di

bangun oleh nabi Muhammad di Madinah. Istilah madani merujuk kepada

madaniyyah yang berarti peradaban atau beradab. Karena masayarakat madani

berasosiasi dengan peradaban. Beliau mengungkapkan karakteristik mendasar

dari masyarakat madani yang dibangun oleh nabi di Madinah yaitu ada rasa

saling menghargai antar sesama masyarakat, saling tolong menolong dalam

membangun sebuah kota yang ideal, penegakan hukum yang adil, menjunjung

tinggi toleransi dalam bidang keagaamaan maupun dalam bidang bidang sosial

kemasyarakatan, serta adanya prinsip musyawarah dalam memutuskan suatu

keputusan sehingga tidak ada pihak yang dirugikan ketika membuat sebuah

kebijakan baru.

1
Realitas mengungkapkan bahwa konsep masyarakat ideal tersebut tidak

sesuai dengan apa yang telah dicontohkan nabi ketika beliau menjabat menjadi

kepala negara di Madinah serta hal tersebut jauh dari nilai nilai Pancasila yang

menjadi dasar negara republik Indonesia yakni ada rasa saling menghargai antar

sesama masyarakat, saling tolong menolong dalam membangun sebuah kota

yang ideal, penegakan hukum yang adil, menjunjung tinggi toleransi dalam

bidang keagaamaan maupun dalam bidang bidang sosial kemasyarakatan, serta

adanya prinsip musyawarah dalam memutuskan suatu keputusan sehingga

tidak ada pihak yang dirugikan ketika membuat sebuah kebijakan baru.

Masyarakat harus menyadari betapa pentingnya konsep bermasyarakat

yang benar sehingga tidak akan menimbulkan masalah masalah yang akan

membuat keharmonisan di dalam masyarakat terganggu. Masyarakat harus

mau bekerjasama dengan Negara untuk mewujudkan itu semua karena negara

memiliki fasilitas untuk membantu masyarakat dalam mengelola konsep

bermasyarakat tersebut. Hal ini juga dilakukan nabi ketika memimpin kota

Madinah. Beliau melakukan sensus penduduk agar mengetahui kebijakan apa

yang harus beliau terapkan dan kebijakan apa yang harus beliau buang.

Konsep masyarakat yang dibuat oleh nabi di Madinah adalah salah satu

contoh penerapan konsep bermasyarakat yang ideal, dimana beliau menegakan

prinsip prinsip moderasi dalam membangun masyarakatnya yakni tidak

membeda bedakan antara muslim dan musyrikin dalam urusan sosial. oleh

2
karena itu masyarakat yang dibangun oleh nabi itu condong kepada masyarakat

yang beradab dan berperadaban.

B. Rumusan Masalah

Dari pemaparan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan

permasalahan dalam makalah ini sebagai berikut:

1. Jelaskan Definisi Masyarakat Madani?

2. Bagaimana Konsep Masyarakat Madani dalam Perspektif Islam ?

3. Bagaimana Karakter Masyarakat Madani?

4. Apa saja Kelebihan dan Kekurangan Konsep Masyarakat Madani?

5. Bagaimana Peran Umat Islam dalam Mewujudkan Masyarakat

Madani?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui pengertian Masyarakat Madani

2. Untuk Mengetahui Masyarakat Madani dalam Perspektif Islam

3. Untuk Mengetahui Karakter Masyarakat Madani

4. Untuk Mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Konsep Masyarakat

Madani

5. Untuk Mengetahui Peran Umat Islam dalam Mewujudkan Masyarakat

Madani.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Masyarakat Madani

Perbincangan mengenai istilah masyarakat madani telah familier dan

semakin meluas dibahas mulai dari kalangan kaum intelektual sampai pada

kalangan masyarakat pada umumnya. Berbincang mengenai masyarakat madani

juga bisa dijumpai baik melalui acara-acara formal maupun non formal.

Kemudian istilah masyarakat madani memiliki padanan kata yang bermacam-

macam yaitu civil society, masyarakat sipil, masyarakat warga, masyarakat

kewarganegaraan dan masyarakat yang berperadaban (Adi Suryadi

Culla,1999).

Terminologi masyarakat madani merupakan terjemahan dari istilah “al-

Mujtama’ al-Madani”. Ini diperkenal oleh Prof. Naquib al-Attas seoranng hali

sejarah dan peradaban Islam dari Malaysia. Menurut al-Attas bahwa istilah

masyarakat madani berawal dari istilah al-Mujtama’ al-Madani yang memberi

penegasan bahwa konsep masyarakat madani adalah mengandung dua makna

yakni masyarakat kota dan masyarakat beradab (Muhammad Naquib al-Attas,

1992). Lebih lanjut al-Attas menjelaskan tentang kehidupan masyarakat yang

berperadaban, yaitu: Bagi beliau gambaran mengenai kehidupan masyarakat

yang berperadaban yaitu suatu kehidupan sosial yang memiliki beberapa unsur

antara lain mempunyai hukum, adanya aturan- aturan, berkeadilan, dan

4
berperadaban, berbudi pekerti, berperilaku kemanusiaan dan kehalusan budi

pekerti dalam kebudayaan sosial.

Kemudian di Indonesia masyarakat madani dipopulerkan oleh

Nurcholish Madjid yang merujuk kepada masyarakat Islam yang pernah dibentuk

oleh Nabi di Madinah. Istilah madani merujuk kepada madaniyah yang berarti

peradaban, karena masyarakat madani berasosiasi dengan peradaban. Menurut

Nurcholish bahwa ada ciri yang sangat mendasar dari masyarakat madani yang

pernah dibangun oleh Nabi, yaitu egaliterianisme, penghargaan atas dasar

prestasi bukan ras, suku dan lainnya, kebebasan dan keterbukaan masyarakat,

penegakan hukum dan keadilan, toleransi dan pluralisme, serta prinsip

musyawarah (Nurcholis Madjid, 1996).

Sebaliknya, lawan dari kata atau istilah masyarakat nonmadani adalah

kaum pengembara, badawah, yang masih membawa citranya yang kasar,

berwawasan pengetahuan yang sempit, masyarakat puritan, tradisional penuh

mitos dan takhayul, banyak memainkan kekuasaan dan kekuatan, sering dan

suka menindas, serta sifat- sifat negatif lainnya.

Gellner (1995) menyatakan bahwa masyarakat madani akan terwujud

keika terjadi tatanan masyarakat yang harmonis, yang bebas dari eksploitasi

dan penindasan pendek kata, masyarakat madani ialah kondisi suatu komunitas

yang jauh dari monopoli kebenaran dan kekuasaan. Kebenaran dan kekuasaan

adalah milik bersama. Setiap anggota masyarakat madani tidak bisa ditekan,

ditakut-takuti, dianggu kebebasannya, semakin dijauhkan dari demokrasi, dan

5
sejenisnya. Oleh karena itu, perjuangan menuju masyarakat madani pada

hakikatnya merupakan proses panjang dan produk sejarah yang abadi, dan

perjuangan melawan kezaliman dan dominasi para penguasa menjadi ciri utama

masyarakat madani.

Istilah madani menurut Munawir (1997) sebenarnya berasal dari bahasa

Arab, madaniy. Kata madaniy berakar dari kata kerja madana yang berarti

mendiami, tinggal, atau membangun. Kemudian berubah istilah menjadi

madaniy yang artinya beradab, orang kota, orang sipil, dan yang bersifat sipil

atau perdata. Dengan demikian istilah madaniy dalam bahasa Arab mempunyai

banyak arti.

Pendapat yang sama dikemukakan oleh Hall (1998), yang menyatakan

bahwa masyarakat madani identik dengan civil society, artinya suatu ide, angan-

angan, bayangan, cita-cita suatu komunitas yang dapat terjewantahkan ke dalam

kehidupan social. Dalam masyarakat madani, pelaku social akan berpegang

tegung pada peradaban dan kemanusiaan. Hefner (1998:16-20) menyatakan

bahwa masyarakat madani merupakan masyarakat modern yang bercirikan

kebebasan dan demokratisasi dalam berinteraksi di masyarakat yang

semamin plural dan heterogen. Dalam keadaan seperi ini masyarakat diharapkan

mampu mengoranisasikan dirinya, dan tumbuh kesadaran diri dalam

mewujudkan peradaban. Mereka akhirnya mampu mengatasi dan berpartisipasi

dalam kondisi global, kompleks, penuh persaingan dan perbedaan.

6
Dari beberapa uraian tersebut masyarakat madani dapat diartikan

sebagai suatu masyarakat yang beradab dalam membangun, menjalani, dan

mamaknai kehidupannya. Masyarakat Madani akan terwujud apabila suatu

masyarakat telah menerapkan prinsip- prinsip demokrasi dengan baik.

B. Konsep Masyarakat Madani dalam Perspektif Islam

Masyarakat madani pertama kali berasal dari bahasa Arab dari

terjemahan al-mujtama al-madany. Kemudian dicetuskan oleh Naquib al-Attas,

seorang guru besar sejarah dan peradaban Islam dari Malaysia yang mengambil

istilah tersebut dari karakteristik masyarakat Islam yang diaktulisasikan

Rasulullah di Madinah dengan fenomena saat ini. istilah tersbeut kemudian

dibawa oleh Anwar Ibrahim, Deputi Perdana Menteri dalam Festival Istiqlal

September 1995.

Beliau menjelaskan masyarakat madani pada kehidupan kontemporer

seperti rasa kesediaan untuk saling menghargai dan memahami. Kemudian

muncul beberapa karya-karya dari intelektual Muslim Indonesia, diantarnya

Azyumardi Azra dengan bukunya “Menuju Masyarakat Madani” tahun 1999 dan

Lukman Soetrisno dengan bukunya “Memberdayakan Rakyat dalam Masyarkat

Madani” tahun 2000.

Konsep masyarakat madani menurut prespektif Islam sudah diatur dalam

Al-Quran yang dibagi menjadi 3 jenis yaitu masyarakat terbaik (khairah ummah),

masyarakat seimbang (ummatan wasathan) dan masyarakat moderat (ummah

7
muqtashidah). Berikut adalah kutipan ayat yang mengatur ketiga jenis istiilah

tersebut :

Khairah Ummah dalam QS Ali Imran 3:110, yaitu :

‫ع ِن ْال ُم ْن َك ِر‬ ِ ‫اس تَأ ْ ُم ُرونَ بِ ْال َم ْع ُر‬


َ َ‫وف َوتَ ْن َه ْون‬ ْ ‫ُك ْنت ُ ْم َخي َْر أ ُ َّم ٍة أ ُ ْخ ِر َج‬
ِ َّ‫ت ِللن‬

َ‫ب لَ َكانَ َخي ًْرا لَ ُه ْم ِم ْن ُه ُم ْال ُمؤْ ِمنُون‬


ِ ‫اَّللِ َولَ ْو َءا َمنَ أ َ ْه ُل ْال ِكتَا‬
َّ ِ‫َوتُؤْ ِمنُونَ ب‬

َ‫َوأ َ ْكثَ ُر ُه ُم ْالفَا ِسقُون‬

Artinya : “Kamu adalah umat terbaik untuk seluruh umat manusia. Kamu

menyuruh kepada yang ma’ruf, mencegah yang munkar untuk beriman kepada

Allah. Apabila Ahli kitab beriman, maka itu lebih baik bagi mereka, ada yang

beriman diantara mereka, dan kebanyakan mereka adalah fasik.”

Ummatan wasathan dalam QS Al-Baqarah 2:143, yaitu :

ُ ‫الر ُس‬ َّ ‫ون‬ َ ُ ََ َّ َ َ َ َ َ ُ ُ ُ َ ً َ َ ً َّ ُ ْ ُ َ ْ َ َ َ َ َ َ


‫ول‬ ‫اس ويك‬ ِ ‫الن‬ ‫َل‬ ‫وكذ ِلك جعلناكم أمة وسطا ِلتكونوا شهداء ع‬

‫ول ِم َّم ْن‬


َ ‫الر ُس‬ َّ ‫يدا َو َما َج َع ْل َنا ْال ِق ْب َل َة َّالت ُك ْن َت َع َل ْي َها إ ََّّل ِل َن ْع َل َم َم ْن َي َّتب ُع‬
ً َ ُْ ََْ
‫عليكم ش ِه‬
ِ ِ ‫ي‬ ِ
َ ‫اَّلل ل ُيض‬ ُ َّ ‫ان‬ َ َ َ َ ُ َّ َ َ َ َّ َ َ َّ ً َ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ ُ َ ْ َ
‫يع‬ ِ ِ ‫ين هدى اَّلل وما ك‬ ‫ينق ِلب عَل ع ِقبي ِه و ِإن كانت لك ِب رية ِإَّل عَل ال ِذ‬

ٌ ‫وف َرح‬ ٌ ُ ََ َّ َ َّ َّ ْ ُ َ َ
‫يم‬ ِ ‫اس لرء‬ ِ ‫ِإيمانكم ِإن اَّلل ِبالن‬
Artinya : “Dan demikian Kami menjadikan umat Islam sebagai umat yang

adil sebagai saksi perbuatan manusia dan Rasul adalah saksi perbuatan kamu.

Dan Kami tidak menetapkan kiblat sebagai kiblat mu keculai agar Kami

mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan yang ingkat. Dan sungguh

8
memindahkan kiblat ke berat adalah orang yang mendapat petunjuk dan Allah

tidak akan menyiakan imanmu. Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”

Ummah Muqtasidah dalam QS Al-Maidah 5:66, yaitu :

ْ‫يل َو َما ُأ ْنز َل إ َل ْيه ْم م ْن َ ِّرب ه ْم َ ََل َك ُلوا من‬


َ ‫الت ْو َر َاة َو ْاْل ْنج‬
َّ ُ َ َ ْ ُ َّ َ ْ َ َ
‫ولو أنهم أقاموا‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ُ ْ َ ٌ َ َْ ٌ ُ ْ َ َ َ
‫ف ْو ِق ِه ْم َو ِم ْن ت ْح ِت أ ْر ُج ِل ِه ْم ِمن ُه ْم أ َّمة ُمقت ِصدة َوك ِث ر ٌي ِمن ُه ْم َس َاء َما َي ْع َملون‬

Artinya : “Dan mereka menjalankan Taurat, Injil dan Al-Quran yang

diturunkan Tuhannya, mereka mendapat makanan dari atas mereka dan dari

bawah. Diantara mereka ada golongan pertengaham. Dan alangkah buruk yang

dikerjakan mereka.”

Penjelasan dari masing-masing ayat di atas adalah :

Konsep khairan ummah dalam QS Ali-Imran 3:110 adalah konsep

masyarakat yang ideal. Mereka ditugasi untuk mengembangkan beberapa fungsi

diantaranya menyerukan kebaikan dan mencegah terjadinya kemungkaran.

Selain itu, mereka juga tidak boleh bercerai berai dan saling berselisih paham. Al

Quran telah memberikan Cara Meningkatkan Iman dan Taqwa serta cara

berdamai untuk memecahkan masalah internal yaitu metode syurah atau

musyawarah, ishlah atau rekonsiliasi dan berdakwah dnegan cara al-hikmah wa

al-mujadalah bi allatu hiya ahsan yang berarto kebijaksanaan dan perundingan

dengan cara baik.

9
Konsep ummatan wasathan dalam QS Al-Baqarah 2:143 menjelaskan

bahwa masyarakat seimbang adalah masyarakat yang berada di posisi tengah-

tengah yaitu menggabungkan yang baik dari yang bertentangan.

Konsep ummah muqtashidah dalam QS Al-Maidah 5:66 adalah

masyarakat moderat yakni entitas di kalangan ahli kitab dan posisi ummah yang

minoritas. Artinya bahwa kelompok tersebut meskipun kecil, tetap dapat

melakukan kebaikan dan perbaikan dan meminimalisir kerusakan. Hampir sama

dengan ummatan wasathan bahwa keduanya memelihara penerapan nilai-nilai

utama di tengah komunitas sekitar yang menyimpang. Yang membuat beda

ummah muqtashid adalah komunitas agama Yahudi atau Nashrani, dan ummah

wasath adalah komunitas agama sendiri yakni Islam.

Konsep-konsep yang sudah dijelaskan tersebut sungguh telah diterapkan

di Mdinah yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW. Diterapkan setelah Nabi

berhijrah dengan para sahabat dan dikeluarkannya Sahifah ay Watsiqah Madinah

atau Piagam Madinah atau Madinah Charter yang berisi hal-hal berikut ini :

 Asas kebebasan beragama yakni negara mengakui dan melindungi

kelompok yang beribadah sesuai dengan keyakinan masing-masing

 Asas persamaan yakni semua orang yang mempunyai kedudukan

sama sebagai anggota masyarakat untuk saling membantu dan tidak boleh

memperlakukan orang lain dengan buruk

 Asas kebersamaan yaitu anggota masyarakat memiliki hak dan

kewajiban sama kepada Negara

10
 Asas keadilan yaitu setiap warga negara memiliki kedudukan sama

di hadapan hukum dimana hukum harus ditegakkan

 Asas perdamaian yakni warga negara hidup berdaampingan tanpa

perbedaan suku, agama dan ras

 Asas musyawarah yaitu semua permasalah yang terjadi di negara

tersebut diselesaikan melalui dewan syura

Karakteristik Keislaman Pembangunan Masyarakat Madani

Rasulullah mengajarkan tiga karakteristik keislaman yang menjadi akar

pembangunan masyarakat madani, diantaranya :

Islam humanis

Islam yang humanis berarti bahwa ajaran Islam yang diberikan oleh

Rasulullah adalah kompatibel dengan fitrah manusia. Allah berfirman dalam QS

Al-Rum ayat 30 yang artinya : “Maka hadapkan wajah dengan lurus pada agama

Allah, tetap berada pada fitrah Allah yang telah emnciptaka manusia sesuaai

dengan fitrahnya.

Tidak ada yang berubah pada fitrah Allah, tetapi manusia tidak

mengetahuinya.” Oleh karena itu, ajaran Islam yang disampaikan oleh Rasulullah

mudah diterima oleh nalar dan naluri umat manusia.

11
Islam Moderat

Adalah keseimbangan ajaran Islam yang diterapkan dalam berbagai

kehidupan manusia baik secara vertikal maupun horizontal. Kemoderatan inin

yang membuat ajaran Islam berbeda dengan ajaran lainnya.

Dalam sejarahnya, karakteristik ini diaplikasikan sempurna dalam diri

manusia. Jadi, kemoderatan adlaah salah satu karakteristik fundamental agama

Islam sebagai agama yang sangat kompatibel dengan naluri dan fitrah manusia.

Dari asas kemoderatan inilah, konsepsi kemasyarakatn menjadi konsep

yang utuh untuk membangun masyarakat yang memegang teguh nilai-nilai dan

kemormaan dalam Islam.

Islam Toleran

Kata toleran di dalam ajaran Islam berkaitan dengan penganut agama

Islam sendri dan penganut agama lain. Apabila dikaitkan dengan kaum muslimin,

maka toleran berarti kelonggaran, kemudahan dan fleksibilitas Islam. Sebab pada

hakikatnya ajaran Islam mudah sekali untuk disampaikan dan diaktulisasikan

kepada umat manusia.

C. Karakter Masyarakat Madani

Ada beberapa karakter masyarakat madani, yaitu:

1. Bertuhan, artinya bahwa masyarakat tersebut adalah masyarakat yang


beragama, yang mengakui adanya Tuhan dan menempatkan hukum
Tuhan sebagai landasan yang mengatur kehidupan sosial.

12
2. Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok eksklusif
kedalam masyarakat melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.
3. Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang

mendominasi dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan alternatif.

4. Terjembataninya kepentingan- kepentingan individu dan negara


karena keanggotaan organisasi- organisasi volunter mampu memberikan
masukan-masukan terhadap keputusan-keputusan pemerintah.
5. Tumbuhkembangnya kreatifitas yang pada mulanya terhambat oleh
rejim- rejim totaliter.
6. Meluasnya kesetiaan (loyality) dan kepercayaan (trust) sehingga
individu-individu mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan
tidak mementingkan diri sendiri.
7. Adanya pembebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga-lembaga
sosial dengan berbagai ragam perspektif.
8. Damai, artinya masing-masing elemen masyarakat, baik secara individu

maupun secara kelompok menghormati pihak lain secara adil.

9. Tolong menolong tanpa mencampuri urusan internal individu lain yang


dapat mengurangi kebebasannya.
10. Toleran, artinya tidak mencampuri urusan pribadi pihak lain yang telah
diberikan oleh Allah sebagai kebebasan manusia dan tidak merasa
terganggu oleh aktivitas pihak lain yang berbeda tersebut.
11. Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial.

12. Berperadaban tinggi, artinya bahwa masyarakat tersebut memiliki

kecintaan terhadap ilmu pengetahuan dan memanfaatkan kemajuan ilmu

pengetahuan untuk umat manusia.

13. Berakhlak mulia

13
Bila kita kaji, masyarakat di negara- negara maju yang sudah dapat

dikatakan sebagai Masyarakat Madani, maka ada beberapa prasyarat yang harus

dipenuhi untuk menjadi Masyarakat Madani, yakni pertama, adanya democratic

governance (pemerintahan demokratis) yang dipilih dan berkuasa secara

demokratis. Kedua, adanya democratic civilian (masyarakat sipil) yang sanggup

menjunjung nilai-nilai civil security; civil responsibility dan civil resilience.

Apabila diurai, dua kriteria tersebut menjadi tujuh prasyarat Masyarakat


Madani sebagai berikut:
1. Terpenuhinya kebutuhan dasar in- dividu, keluarga, dan kelompok dalam
masyarakat.
2. Berkembangnya modal manusia (human capital) dan modal sosial (social
capital) yang kondusif bagi terbentuknya kemampuan melaksanakan
tugas-tugas kehidupan dan terjalinnya kepercayaan dan relasi sosial
antar kelompok.
3. Tidak adanya diskriminasi dalam berbagai bidang pembangunan; dengan
kata lain terbukanya akses terhadap berbagai pelayanan sosial.
4. Adanya hak, kemampuan dan ke- sempatan bagi masyarakat dan
lembaga-lembaga swadaya untuk terlibat dalam berbagai forum di
mana isu-isu kepentingan bersama dan kebijakan publik dapat
dikembangkan.
5. Adanya kohesifitas antar kelompok dalam masyarakat serta tumbuhnya
sikap saling menghargai perbedaan antar budaya dan kepercayaan.
6. Terselenggaranya sistem pemerintah- an yang memungkinkan lembaga-

lembaga ekonomi, hukum, dan sosial berjalan secara produktif dan

berkeadilan sosial.

14
7. Adanya jaminan, kepastian dan kepercayaan antara jaringan- jaringan

kemasyarakatan yang memungkinkan terjalinnya hubungan dan komunikasi

antar mereka secara teratur, terbuka dan terpercaya.

Tanpa prasyarat tesebut maka Masyarakat Madani hanya akan berhenti

pada jargon. Masyarakat Madani akan terjerumus pada masyarakat “sipilisme”

yang sempit yang tidak ubahnya dengan faham militerisme yang anti demokrasi

dan sering melanggar hak azasi manusia. Dengan kata lain, ada beberapa rambu-

rambu yang perlu diwaspadai dalam proses mewujudkan Masyarakat Madani

(lihat DuBois dan Milley 1992).

D. Kelebihan dan Kekurangan konsep Masyarakat Madani

Konsep masyarakat madani terdapat kelebihan dan kekurangan yaitu:

Kelebihan-kelebihan Konsep Masyrakat Madani :

Beberapa kelebihan menggunakan wacana civil society untuk melihat

prospek demokrasi di Indonesia adalah sebagai berikut:

Pertama, sebagai kerangka analisis, wacana masyarakat madani mampu

menjelaskan dan membuka kesadaran tentang posisi saling berhadapan antara

masyarakat dan negara. Hal ini penting, sebab selama ini tercipta satu persepsi

umum di kalangan masyarakat, khususnya masyarakat awam, bahwa antara

negara dan masyar akat adalah satu kesatuan yang manunggal. Upaya

pemerintah melakukan hegemoni, baik melalui penataran P4 (Pedoman

Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) maupun melalui pelajaran di tingkat

15
sekolah dasar sampai perguruan tinggi, seperti PMP (Pendidikan moral Pancasila),

PSPB (Pendidikan Sejarah dan Perjuangan Bangsa) dan semacamnya--tampak

berhasil membangun persepsi di kalangan masyarakat untuk menempatkan

dirinya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari negara.

Konsekuensi dari cara pandang semacam itu adalah, pemerintah atau

penguasa diasumsikan sebagai suatu, atau bahkan satu-satunya lembaga

yang dapat merumuskan dan mendefinisikan kepentingan dan tujuan bersama.

Kepentingan dan nilai yang diperjuangkan oleh negara dipahami sebagai

kepentingan dan nilai-nilai masyarakat. Dengan demikian, perlawanan terhadap

kepentingan dan nilai yang diperjuangkan negara dianggap tak mempunyai

landasan moral, karena berarti melawan terhadap kepentingan dan nilai-nilai

umum masyarakat itu sendiri.

Wacana masyarakat madani dapat menggugah kesadaran pada banyak

pihak bahwa, antara Negara dan masyarakat sebenarnya tidak harus dipandang

sebagai satu kesatuan. Masing-masing dapat dipahami sebagai dua entitas yang

saling berhadapan: mempunya aspirasi, kepentingan dan tujuan yang mungkin

tak selalu sama. Karena itu, adalah suatu kewajaran jika antara masyarakat dan

Negara saling berkonflik untuk memperebutkan atau memperjuangkan sesuatu

yang sama maupun berbeda. Kedua, wacana masyarakat madani dapat

mengilhami sekaligus menjelaskan munculnya gerakan-gerakan pro demokrasi di

Indonesia.

16
Keberhasilan gerakan civil society di beberapa negara Eropa Timur dan

Tengah dalam menu mbangkan rezim totaliter atau otoriter dan menciptakan

negara demokrasi dapat dijadikan pelajaran berharga untuk melihat peran yang

sama di negara-negara totaliter atau otoriter yang lain. Wacana masyarakat

madani dijadikan sebagai kerangka analisis untuk menjelaskan proses

transformasi menuju demokrasi di banyak negara. Dari pengalaman Eropa Timur

dan Tengah menunjukkan, bahwa munculnya gerakan masyarakat madani

diawali oleh ketidakmampuan rejim totaliter di kawasan tersebut untuk

memenuhi janji-janjinya sendiri dalam menciptakan kesejahteraan dan keadilan

sosial. Di negara-negara ini, sistem totaliter di bawah rezim komunis dihadapkan

dengan kekuatan demokratis dalam masyarakat madani yang bertujuan (a)

membebaskan individu dari cengkeraman penguasa, (b) memulihkan

kemandirian individu sebagai warga negara, (c) menuntut jaminan hak-hak asasi

manusia, kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat, serta keadilan yang

merata di seluruh bidang kehidupan, baik sosial, ekonomi maupun politik.

Fenomena tersebut menimbulkan revolusi harapan di sebagian

masyarakat Indonesia, yang merasa tinggal di suatu negara yang mempunyai

persamaan dengan negara- negara di Eropa Timur dan Tengah, yakni kuatnya

peranan negara. Termasuk juga, persamaan kuatnya peran negara antara

Indonesia dan beberapa negara Amerika Latin yang mengalami proses

transformasi demokrasi melalui civil society. Dengan demikian, harapan yang

patut diajukan adalah: tidakkah akan muncul fenomena yang sama, yaitu

17
penguatan masyarakat madani dan proses demokratisasi di Indonesia

sebagaimana yang pernah terjadi di beberapa negara di mana intervensi negara

dalam kehidupan masyarakat cukup kuat? Revolusi harapan inilah yang

mengilhami munculnya gerakan prodemokrasi di Indonesia.

Ketiga, wacana masyarakat madani dapat membantu mengidentifikasi

kelompok- kelompok strategis yang mempunyai kemungkinan besar tampil

sebagai agen demokrasi. Artinya, pengalaman kelompok-kelompok yang ada

dalam masyarakat madani di beberapa Negara yang mengalami transformasi

demokrasi melalui civil society dapat dijadikan sebagai barometer untuk melihat

peran yang sama yang dimainkan oleh kelompok-kelompok tersebut di

negara-negara lain. Di beberapa negara ini, kelompok seperti buruh, petani,

cendekiawan, gereja, partai politik dan semacamnya, mempunyai peran yang

cukup menentukan dalam proses transformasi demokrasi. Wacana demikian itu

dapat dijadikan pijakan untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok strategis

yang dapat dijadikan sebagai agen demokratisasi di Indonesia.

Tentu saja, relevansi wacana tersebut tidak hanya sebatas sebagai sarana

untuk mengidentifikasikan kelompok prodemokrasi. Lebih dari itu, identifikasi

kelompok strategis ini dapat dijadikan oleh para "penggerak" demokrasi di

Indonesia sebagai "ladang garapan". Artinya, kelompok-kelompok masyarakat

madani seperti buruh, petani, cendekiawan, gereja dan sebagainya, yang di

beberapa Negara lain berhasil melakukan gerakan transformasi demokrasi

18
dijadikan sebagai dasar untuk membangun penguatan masyarakat madani dan

agen demokratisasi di Indonesia.

Keempat, diskursus itu dapat dijadikan sebagai pelajaran untuk

merumuskan strategi perjuangan masyarakat madani dalam rangka proses

demokratisasi di Indonesia.

Berbagai strategi transformasi demokrasi di berbagai negara dapat

dievaluasi yang kemudian diseleksi yang paling cocok untuk kasus Indonesia.

Mempelajari strategi transformasi demikian itu penting karena tak semua

masyarakat madani beserta kelompok-kelompok di dalamnya di berbagai negara

yang telah mengalami transformasi demokrasi itu menggunakan strategi yang

sama. Gerakan prodemokratisasi di Indonesia dapat mengadopsi berbagai

strategi yang pernah dilakukan di negara lain sesuai dengan kondisi Indonesia.

Namun, pemilihan strategi untuk mencapai tujuan di atas haruslah

dilakukan secara tepat, sehingga tidak sama dengan cara yang ditempuh oleh

rejim otoriter yang ditentangnya. Strategi yang dilakukan--apakah strategi

gerakan sosial melalui mobilisasi massa secara besar-besaran, protes dan

pemogokan kaum buruh, petani dan sebagainya, atau melalui strategi gerakan

kultural lewat film, diskusi kebudayaan, dan karya-karya sastra--haruslah

bertumpu pada landasan moral, atau didasarkan pada semangat etis dan

tanggung jawab sosial. Strategi gerakan masyarakat madani semacam itu--seperti

yang terjadi di Cekoslowakia dan Polandia-- ternyata berhasil menciptakan

19
jaringan yang sangat luas, meliputi lembaga-lembaga agama, kelas pekerja,

petani, cendekiawan dan sebagainya.

Kekurangan Konsep Masyarakat Madani :

Sementara itu, beberapa kelemahan wacana atau konsep masyar akat

madani jika digunakan untuk menganalisis prospek demokrasi di Indonesia

adalah sebagai berikut.

Pertama, konsep masyarakat madani dibangun dari budaya Barat (Eropa),

sehingga dalam beberapa hal mengalami benturan jika digunakan untuk

menganalisis kasus Indonesia, termasuk juga terhadap kasus di beberapa Negara

Asia yang lain. Karena itu, menggunakan konsep masyarakat madani dalam

memahami proses demokratisasi di Indonesia harus hati-hati. Masyarakat

madani adalah konsep yang lahir dari sejarah dan "mimpi" Barat. Ia muncul

bersama proses modernisasi, terutama pada saat terjadi transformasi

masyarakat feodal agraris menuju masyarakat industrial kapitalis. Sebagai

gagasan, ia lahir sebagai anak kandung periode Pencerahan yang

mengantarkan sekularisme sebagai pengganti agama. Karena itu, masyarakat

madani di Barat dan Timur mempunyai fundasi historis yang berbeda, sehingga

penggunaan konsepnya harus memperhatikan kondisi yang berbeda tersebut

(Mardin, 1995: 278-300).

Di samping itu, menempatkan demokrasi sebagai satu-satunya arah

yang hendak dituju oleh perjuangan masyarakat madani di Indonesia tampaknya

juga harus hati- hati. Mungkin tak semua perjuangan civil society di Indonesia

20
menghendaki arah demokrasi liberal sebagaimana yang terjadi di beberapa

negara Eropa Timur dan Tengah. Masih ada sebagian kelompok yang

menghendaki demokrasi pancasila. Selain itu, di dalam demokrasi sendiri

ternyata menyimpan banyak keterbatasan. Salah satunya adalah

ketidakmampuan para kampiun demokrasi menerapkan nilai-nilai demokrasi

secara universal. Misalnya, sering terdengarnya ketidakadilan di Amerika Serikat

terhadap warga kulit hitam, juga perlakuan tak adil di Australia terhadap suku

aborigin dan sebagainya.

Bahkan, beberapa Negara menggunakan standar ganda dalam

menerapkannya. Perancis misalnya, perilaku demokratisnya hanya di negaranya,

sementara perilaku yang sama tidak ditunjukkan di Aljazair (Hamdi, 1996).

Berbagai keterbatasan itu tampaknya mempengaruhi sebagian kelompok

masyarakat madani di Indonesia untuk mempertanyakan demokrasi macam apa

yang hendak dituju.

Kedua, wacana tersebut ternyata tidak seluruhnya berisi cerita-cerita

sukses transformasi demokrasi, namun juga cerita minor. Konflik etnis dan

agama yang begitu menguat di beberapa daerah bekas Yugoslavia

merupakan salah satu contohnya. Pertikaian segitiga antar suku, ras dan

agama antara Kroasia, Serbia dan Bosnia, seakan membenarkan tesis Hegel,

yaitu bahwa masyarakat madani adalah suatu entitas yang cenderung

menghancurkan dirinya sendiri, sehingga diperlukan intervensi negara.

21
Kenyataan ini setidaknya dapat meragukan optimisme Fukuyama, sebab

kebangkitan demokrasi liberal di berbagai negara setelah perang dingin justru

menimbulkan semangat nasionalisme kesukuan dan keagamaan (ethnoreligious).

Inilah mungkin, letak relevansi tesis Hall bahwa nasionalisme merupakan salah

satu musuh (enemy) masyarakat madani (Hall, 1995:12-4). Kasus-kasus khusus di

atas membawa pada satu kesimpu lan penting, bahwa gerakan masyarakat

madani di Eropa Timur dan Tengah ternyata tidak seluruhnya mengh asilkan

demokrasi. Artinya, jalan menuju demokrasi melalui masyarakat madani--

ternyata tidak semulus yang dibayangkan banyak orang, termasuk oleh

pendukung gerakan civil society itu sendiri. Kenyataan itu meragukan sebagian

kalangan di Indonesia, apakah penguatan masyarakat madani yang bisa

berimplikasi pada penguatan perasaan kesukuan dan keagamaan-- merupakan

satu- satunya cara yang paling tepat untuk menuju demokrasi di Indonesia?

Ketiga, dari segi tradisi ketatanegaraan di Indonesia, setidaknya pada

masa Orde Baru yang baru lalu, penempatan masyarakat dan negara pada posisi

yang berhadapan kurang mempunyai landasan normatif/hukum, setidaknya

menurut interpretasi penguasa. Para pemegang kekuasaan meyakini bahwa

antara negara dan masyarakat adalah tidak bisa diposisikan saling bertentangan.

Dalam tradisi konsep kekuasaan Jawa disebut sebagai "manunggaling kawula

gusti" (menyatunya rakyat dan penguasa).

Dalam praktek kenegaraan modern, hal ini dimanifestasikan dalam faham

kenegaraan yang oleh Soepomo disebut negara integralistik, di mana

22
kedaulatan negara pada taraf-taraf tertentu dapat mengatasi kedaulatan

rakyat. Perdebatan tentang faham negara Integralistik dan kritik terhadapnya,

lihat Marsilam Simanjuntak (1994), juga Bourchier (1996: 14-40).

Keempat, komponen-komponen masyarakat madani sebagai prasyarat

tegaknya demokrasi modern di Indonesia sangat sulit terpenuhi, seperti (a)

adanya otonomi, (b)akses pada lembaga-lembaga negara, (c) adanya ruang

publik dan akses pada ruang tersebut. Di Indonesia, baik individu maupun

kelompok, sangat sulit memiliki otonomi yang kuat dihadapan negara, karena

sistem perwakilan kepentingan di Indonesia menggunakan sistem korporatisme

negara. Demikian juga komponen adanya ruang publik yang relatif bebas dari

intervensi negara. Berbagai ruang publik yang ada seperti pers misalnya, tidak

bebas dalam menjalankan perannya karena kontrol yang cukup ketat dari negara

melalui lembaga SIUP (Surat Ijin Usaha Penerbitan). Karena itu, akses

masyarakat terhadap kedua komponen tersebut juga sangat lemah.

Intervensi negara cukup kuat, baik pada berfungsinya lembaga-lembaga tersebut

maupun pada masyarakat.

E. Peran Umat Islam dalam Mewujudkan Masyarakat Madani

Dalam menghadapi perkembangan dan perubahan zaman, maka umat

Islam harus berperan aktif dalam mewujudkan Masyarakat Madani.

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,

menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman

23
kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di

antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang

yang fasik.” (Q.S.Ali Imron:110).

Oleh karena itu maka Umat Islam harus menunjukan perannya dalam

mewujudkan Masyarakat Madani yaitu antara lain;

1. Melakukan pembenahan kedalam tubuh umat Islam untuk

menghapus kemiskinan.

2. Menciptakan keadilan sosial dan demokrasi.

3. Merangsang tumbuhnya para intelektual.

4. Mewujudkan tata sosial politik yang demokratis dan sistem

ekonomi yang adil.

5. Sebagai pengembangan masyarakat melalui upaya peningkatan

pendapatan dan pendidikan rakyat.

6. Sebagai advokasi bagi masyarakt yang “teraniaya”, tidak berdaya

membela hak-hak dan kepentingan mereka (masyarakat yang terkena

pengangguran, kelompok buruh, TKI, TKW yang digaji atau di PHK secara

sepihak, di siksa bahkan di bunuh oleh majikannya dan lain- lain).

7. Sebagai kontrol terhadap negara .

8. Menjadi kelompok kepentingan (interest group) atau kelompok

penekan (pressure group) dalam rangka menegakkan kebenaran dan

keadilan.

24
Bangsa Indonesia berusaha untuk mewujudkan Masyarakat Madani

yang pada dasarnya adalah masyarakat sipil yang demokratis dan

agamis/religius. Dalam kaitannya pembentukan Masyarakat Madani di Indonesia,

maka warga negara Indonesia perlu dikembangkan untuk menjad warga negara

yang cerdas, demokratis, dan religius dengan bercirikan imtaq, kritis

argumentatif, dan kreatif, berfikir dan berperasaan secara jernih sesuai

dengan aturan, menerima semangat Bhineka Tunggal Ika, berorganisasi secara

sadar dan bertanggung jawab, memilih calon pemimpin secara jujur-adil,

menyikapi mass media secara kritis dan objektif, berani tampil dan

kemasyarakatan secara profesionalis, berani dan mampu menjadi saksi,

memiliki wawasan yang luas, memiliki semangat toleransi mengerti cita-

cita nasional bangsa Indonesia yang demokratis, aman, adil dan makmur

bagi seluruh rakyat Indonesia.

25
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pemaparan makalah diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Masyarakat madani dapat diartikan sebagai suatu masyarakat

yang beradab dalam membangun, menjalani, dan mamaknai

kehidupannya. Masyarakat Madani akan terwujud apabila suatu

masyarakat telah menerapkan prinsip- prinsip demokrasi dengan

baik.

2. Konsep masyarakat madani menurut prespektif Islam sudah diatur

dalam Al-Quran yang dibagi menjadi 3 jenis yaitu masyarakat

terbaik (khairah ummah), masyarakat seimbang (ummatan

wasathan) dan masyarakat moderat (ummah muqtashidah).

3. Ada beberapa prasyarat yang harus dipenuhi untuk menjadi

Masyarakat Madani, yakni pertama, adanya democratic

governance (pemerintahan demokratis) yang dipilih dan

berkuasa secara demokratis. Kedua, adanya democratic civilian

(masyarakat sipil) yang sanggup menjunjung nilai-nilai civil

security; civil responsibility dan civil resilience.

4. Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dalam konsep

Masyarakat madani.

26
5. Umat Islam harus menunjukan perannya dalam mewujudkan

Masyarakat Madani yaitu antara lain;

1. Melakukan pembenahan kedalam tubuh umat Islam untuk

menghapus kemiskinan.

2. Menciptakan keadilan sosial dan demokrasi.

3. Merangsang tumbuhnya para intelektual.

4. Mewujudkan tata sosial politik yang demokratis dan sistem

ekonomi yang adil.

5. Sebagai pengembangan masyarakat melalui upaya peningkatan

pendapatan dan pendidikan rakyat.

6. Sebagai advokasi bagi masyarakt yang “teraniaya”, tidak

berdaya membela hak-hak dan kepentingan mereka (masyarakat

yang terkena pengangguran, kelompok buruh, TKI, TKW yang

digaji atau di PHK secara sepihak, di siksa bahkan di bunuh oleh

majikannya dan lain- lain).

7. Sebagai kontrol terhadap negara .

8. Menjadi kelompok kepentingan (interest group) atau

kelompok penekan (pressure group) dalam rangka menegakkan

kebenaran dan keadilan.

27
B. SARAN

Demikian makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan


manfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya. Penyusun
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah kami.

28
DAFTAR PUSTAKA

Adi Suryadi Culla, (1999). Masyarakat Madani Pemikiran, Teori,


danRelevansinya Denan Cita-Cita Reformasi, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Asnan, Gusti, Masyarakat Madani dalam Perspektif sejarah, dalam Indo-nesia
Baru Menuju Masyarakat Madani, Padang: Baitul Hikmah Press, 2000,
Cet. ke-1.
Gellner, E. 1995. Membangun Masyarakat Sipil: Prasyarat Menuju Kebebasan
(Terjemahan Hasan, I) Bandung: Mizan.
(http://www.angelfire.com/md/alihsas/madania.html)
https/www Bloger.com . Masyarakat Madani, Saefur Rochmat, Masyarakat
Madani : Dialog Islam dan Modernitas di Indonesia).Dosen Jurusan
Sejarah FIS UniV Negeri Yogyakarta.

29

Anda mungkin juga menyukai