Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Masyarakat Madani dan Kesejahteraan Umat


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Materi PAI Luar Sekolah
Dosen Pembimbing : Sarita Purnama B, S.Pd.I., M.Pd.

Disusun Oleh :

KELOMPOK 10
Abdullah Mahmud (21.1.1.0621.0073)
Nur Puadi Rahman (21.1.1.0621.0033)

INSTITUT AGAMA ISLAM DDI POLEWALI MANDAR


FAKULTAS TARBITAH DAN ILMU KEGURUAN
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN AJARAN 2023/2024

i
Kata Pengantar

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas
berkat, rahmat, dan hidayah-Nya, kami dapat menyusun makalah tentang
“Masyarakat Madani dan Kesejahteraan Umat” yang dapat kami selesaikan
dengan baik.

Dalam proses penulisan makalah ini kami mengalami banyak kendala.


Namun berkat arahan dan bimbingan ibu/bapak dosen, kerjasama teman-teman,
serta motivasi orang tua yang terus membersamai langkah ini, sehingga kami
dapat mengatasi kendala-kendala tersebut. Oleh karena itu, kami menyampaikan
ucapan terima kasih dan penghargaan kepada berbagai pihak yang telah
membantu penyelesaian makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa hasil makalah kami
masih memiliki kekurangan, sehingga kami selaku penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran yang memebangun dari para pembaca. Akhir kata,
semoga makalah tentang “Masyarakat Madani dan Kesejahteraan Umat” dapat
memberikan manfaat bagi pembaca dan kami para penyusun pribadi.

Polewali mandar, 14 November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................4
C. Tujuan....................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................5
PEMBAHASAN....................................................................................................................5
A. Pengertian Masyarakat Madani..............................................................................5
B. Kesejahteraan Umat...............................................................................................6
C. Ciri-ciri Masyarakat Madani....................................................................................7
D. Karakteristik Masyarakat Madani...........................................................................7
E. Masyarakat Madani Dalam Sejarah........................................................................9
F. Masyarakat Madani Dalam Islam.........................................................................10
G. Masyarakat Madani Di Indonesia.........................................................................11
H. Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani................................13
BAB III...............................................................................................................................15
PENUTUP..........................................................................................................................15
A. Kesimpulan.......................................................................................................15
B. Saran................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Latar BelakangMasyarakat Madani ialah istilah yang baru populer
sekitar awal tahun 90-an di Indonesia sehingga kata kata itu masih terasa asing
bagi sebagian kita. Istilah ini berkembang di bangsa Barat, yang mengalami
revitalisasi terutama ketika Eropa Timur dilanda reformasi pada pertengahan
80 hingga 90 awal. Mayarakat yang memiliki pengartian sebagai masyarakat
peradaban moderen, kota atau sejahtera. Karena masyarakat Madani adalah
dambaan kehidupan yang dicita citakan masyarakat. Selayaknya kesejahteraan
sandang, pangan, papan, terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas.
Adalah perwujudan dari masyarakat madani itu. Mewujudkan masyarkat
Madani bagi suatu negara adalah suatu tantangan besar. Maka dari itu
strategi,peran dan fungsi dari masyarakat sangat dibutuhkan guna menciptakan
masyarkat madani.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu masyarakat madani dan kesejahteraan umat?
2. Bagaimana konsep masyarakat madani?
3. Bagaimana peran umat dalam mewujudkan masyarakat madani?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu masyarakat madani dan kesejahteraan umat.
2. Untuk mengetahui konsep masyarakat madani.
3. Untuk mengetahui peran umat dalam mewujudkan masyarakat madani.

4
BAB II

PEMBAHASAN
MASYARAKAT MADANI DAN KESEJAHTERAAN UMAT

A. Pengertian Masyarakat Madani


Madani adalah istilah dari bahasa arab “mudun” atau “madaniyah”
mengandung arti peradaban. Yang dalam bahasa inggris mempunyai padanan
arti dengan kata Civilization (peradaban). Sedangkan pemaknaan lain
menurut Nurcholish Madjid, kata “madani” dalam bahasa arab dapat juga
diterjemahkan sebagai kota. Maka dangan ini pengertian Madani adalah
“masyarakat kota”. Mengapa masyarakat kota? Membicarakan masyarakat
Madani ini, kita tidak mungkin melupakan pula tentang kisah rosulnya.
Madinah sebuah kota yang sebelumnya bernama Yatsrib. Kondisi masyarakat
Madina dulu lebih baik dari pada kota Mekah pada kala itu. Yang mana pada
kala itu sebagian masyarakat Mekah adalah para penyembah berhala. Pejabat
mekah yang rata rata bermental koruptor, suka memeras dan meminta upeti.
Sangat berbeda dengan masyarakat di kota Yatsrib yang muslim telah berikrar
tunduk kepada Nabi. Sehingga saat Rasullulah hijrah ke Yatsrib, maka kota
itu diberi nama Madinah yang artinya Kota. Kota yang siap tinggal menuju
suatu kemajuan baik secara fisik maupun moral. Masyarakat yang memiliki
tingkat kepatuhan tinggi pada hukum. Masyarakat berperadapan itu kemudian
disebut dengan masyarakat Madani. Suatu masyarakat yang terbuka, hidup
rukun, dan damai dengan beragam keyakinan dan kepercayaan setiap orang
boleh mengemukakan pendapat secara demokratis. Ada lagi pendapat yang
dikemukakan oleh Gellner seorang Filsuf, Gellner mengemukakan bahwa

5
kondisi sosial yang didefinisikan dalam masyarakat madanisesungguhnya
bermuatan politis. Yang berintikan merujuk pada masyarakat yang terdiri dari
berbagai institusi non pemerintah yang otonom dan cukup kuat untuk
mengimbangi negara. Maksudnya, kelompok ini memiliki kemampuan guna
menghalangi atau membendung negara dalam mendominasi kehidupan
masyarakatmeski demikian bukan berarti konsep ini menghalangi negara
dalam menjalankan perannya, menjaga perdamaian, menghindari konflik
kepentingan besar yang dapatmenghancurkan tatanan sosial dan politiknya.
Konsep masyarakat madani menurut Gellner merupakan produk Barat maka
tidak heran konsep ini merupakan 2 gambaran dari individualisme yang
melahirkan manusia moduler dengan ikatan sosial yang bersifat publik dan
privat. Menurut Gellner latar sejarah yang menjadi faktor objektif yang
mempengaruhi perkembangan masyarakat madani dapat dilihat dari peranan
agamadi Eropa Zaman Pertengahan yang diruntuhkan oleh gerakan
pencerahan, sebagai bukti yang menandai kegagalan Barat yang memecahkan
ketegangan antara arus magis dan rasio (akal). Pada intinya dapat dilihat
kesesuaian antara perkembangan historis dan cita cita Barat tentang
masyarakat yang diidam idamkan.

B. Kesejahteraan Umat
Menuntut terpenuhinya kebutuhan manusia berupa kebutuhan Primer,
Sekunder, dan kebutuhan tersier. Berupa sandang, pangan, papan serta
kesehatan dan keamanan yang layak terpenuh. Terpenuhinya kebutuhan ini
merupakan unsur pertama dan utama bagi kesejahteraan sosial. Kriteria ini
perlu sekali diatasi mulai dari kemiskinan, diskriminasi, penyimpangan
perilaku, korban bencana, korban kekerasan dan pelecehan, exploitasi
dll.Sedangkan kesejahteraan yang dimaksudkan dalam al-Quran menurut
Qurasih Shihab cerminan di Surga yang dihuni oleh Adam dan isterinya
sebelum mereka turunmelaksanakan tugas kekhalifahan di bumi. Seperti
diketahui, sebelum Adam dan isterinya diperintahkan turun ke bumi, mereka

6
terlebih dahulu ditempatkan di Surga. Surga diharapkan menjadi arah
pengabdian Adam dan Hawa, sehingga bayang-bayang surga itu bisa
diwujudkan di bumi. Masyarakat yang mewujudkan bayang-bayang surga itu
adalah masyarakat yang berkesejahteraan. Kesejahteraan surgawi ini
dilukiskan antara lain dalam QS. Thaha/20:117-119 “Hai adam, sesungguhnya
ini (Iblis) adalah musuh bagimu dan bagi isterimu, maka sekali-kali jangan
sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari Surga, yang akibatnya engkau akan
bersusah payah. Sesungguhnya engkau tidak akan kelaparan di sini (surga),
tidak pula akan telanjang, dan sesungguhnya engkau tidak akan merasakan
dahaga maupun kepanasan”. Dari ayat menurut ini jelas bahwa pangan,
sandang, dan papan yang diistilahkan dengan tidak lapar, dahaga, telanjang,
dan kepanasan semuanya telah terpenuhi di sana. Sehingga wujud dari
kesejahteraan masyarakat madani ialah contoh kecil dari surga itu.

C. Ciri-ciri Masyarakat Madani


Ada beberapa ciri-ciri utama dalam civil society, (1) adanya
kemandirian yang cukup tinggi dari individu-individu dan kelompok-
kelompok dalam masyarakat, utamanya ketika berhadapan dengan negara; (2)
adanya ruang publik bebas sebagai wahana bagi keterlibatan politik secara
aktif dari warga negara melalui wacana dan praksis yang berkaitan dengan
kepentingan publik, dan (3) adanya kemampuan membatasi kuasa negara agar
ia tidak intervensionis.

D. Karakteristik Masyarakat Madani


Ada beberapa karakteristik masyarakat madani, diantaranya:
1. Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok ekslusif
kedalam masyarakat melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.
2. Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang
mendominasi dalam masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan
alternatif.

7
3. Dilengkapinya program-program pembangunan yang didominasi oleh
negara dengan program-program pembangunan yang berbasis masyarakat.
4. Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan negara karena
keanggotaan organisasi-organisasi volunter mampu memberikan masukan-
masukan terhadap keputusan-keputusan pemerintah.
5. Tumbuhkembangnya kreatifitas yang pada mulanya terhambat oleh rejim-
rejim totaliter.
6. Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga individu-
individu mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak
mementingkan diri sendiri.
7. Adanya pembebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga-lembaga sosial
dengan berbagai ragam perspektif.
8. Bertuhan, artinya bahwa masyarakat tersebut adalah masyarakat yang
beragama, yang mengakui adanya Tuhan dan menempatkan hukum Tuhan
sebagai landasan yang mengatur kehidupan sosial.
9. Damai, artinya masing-masing elemen masyarakat, baik secara individu
maupun secara kelompok menghormati pihak lain secara adil.
10. Tolong menolong tanpa mencampuri urusan internal individu lain yang
dapat mengurangi kebebasannya.
11. Toleran, artinya tidak mencampuri urusan pribadi pihak lain yang telah
diberikan oleh Allah sebagai kebebasan manusia dan tidak merasa
terganggu oleh aktivitas pihak lain yang berbeda tersebut.
12. Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial.
13. Berperadaban tinggi, artinya bahwa masyarakat tersebut memiliki
kecintaan terhadap ilmu pengetahuan dan memanfaatkan kemajuan ilmu
pengetahuan untuk umat manusia.
14. Berakhlak mulia.
Dari beberapa ciri tersebut, kiranya dapat dikatakan bahwa masyarakat
madani adalah sebuah masyarakat demokratis dimana para anggotanya
menyadari akan hak-hak dan kewajibannya dalam menyuarakan pendapat dan
mewujudkan kepentingan-kepentingannya; dimana pemerintahannya

8
memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi kreatifitas warga negara untuk
mewujudkan program-program pembangunan di wilayahnya.
Masyarakat madani sejatinya bukanlah konsep yang ekslusif dan
dipandang sebagai dokumen usang. Ia merupakan konsep yang senantiasa
hidup dan dapat berkembang dalam setiap ruang dan waktu. Mengingat
landasan dan motivasi utama dalam masyarakat madani adalah Alquran.
Meski Alquran tidak menyebutkan secara langsung bentuk masyarakat
yang ideal namun tetap memberikan arahan atau petunjuk mengenai prinsip-
prinsip dasar dan pilar-pilar yang terkandung dalam sebuah masyarakat yang
baik. Secara faktual, sebagai cerminan masyarakat yang ideal kita dapat
meneladani perjuangan rasulullah mendirikan dan menumbuhkembangkan
konsep masyarakat madani di Madinah.
Prinsip terciptanya masyarakat madani bermula sejak hijrahnya Nabi
Muhammad Saw. beserta para pengikutnya dari Makah ke Yatsrib. Hal
tersebut terlihat dari tujuan hijrah sebagai sebuah refleksi gerakan
penyelamatan akidah dan sebuah sikap optimisme dalam mewujudkan cita-
cita membentuk yang madaniyyah (beradab).

Adapun yang masih menjadi kendala dalam mewujudkan masyarakat


madani di Indonesia diantaranya:
1. Kualitas SDM yang belum memadai karena pendidikan yang belum
merata.
2. Masih rendahnya pendidikan politik masyarakat.
3. Kondisi ekonomi nasional yang belum stabil pasca krisis moneter.
4. Tingginya angkatan kerja yang belum terserap karena lapangan kerja yang
terbatas.
5. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sepihak dalam jumlah yang besar.

E. Masyarakat Madani Dalam Sejarah

9
Ada dua masyarakat madani dalam sejarah yang terdokumentasi
sebagai masyarakat madani, yaitu:
1. Masyarakat Saba’, yaitu masyarakat di masa Nabi Sulaiman.
2. Masyarakat Madinah setelah terjadi traktat, perjanjjian Madinah antara
Rasullullah SAW beserta umat Islam dengan penduduk Madinah yang
beragama Yahudi dan beragama Watsani dari kaum Aus dan Khazraj.
Perjanjian Madinah berisi kesepakatan ketiga unsur masyarakat untuk
saling menolong, menciptakan kedamaian dalam kehidupan sosial,
menjadikan Al-Qur’an sebagai konstitusi, menjadikan Rasullullah SAW
sebagai pemimpin dengan ketaatan penuh terhadap keputusan-
keputusannya, dan memberikan kebebasan bagi penduduknya untuk
memeluk agama serta beribadah sesuai dengan ajaran agama yang
dianutnya.

F. Masyarakat Madani Dalam Islam


Membangun masyarakat dalam kacamata Islam adalah tugas jama’ah,
kewajiban bagi setiap muslim. Islam memiliki landasan kuat untuk
melahirkan masyarakat yang beradab, komitmen pada kontrak sosial (baiat
pada kepemimpinan Islam) dan norma yang telah disepakati bersama
(syariah). Bangunan sosial masyarakat muslim itu ciri dasarnya: ta’awun
(tolong-menolong), takaful (saling menanggung), dan tadhomun (memiliki
solidaritas).
Masyarakat ideal – kerap disebut masyarakat madani yang kadang
disamakan dengan masyarakat sipil (civil society), adalah masyarakat dengan
tatanan sosial yang baik, berazas pada prinsip moral yang menjamin
keseimbangan antara hak dan kewajiban individu dengan hak dan kewajiban
sosial. Pelaksanaannya antara lain dengan terbentuknya pemerintahan yang
tunduk pada aturan dan undang-undang dengan sistem yang transparan.Dalam
konteks ini, kita memilih mengartikan masyarakat madani sebagai terjemahan
dari kosa kata bahasa Arab mujtama’ madani. Kata ini secara etimologis

10
mempunyai dua arti, pertama, masyarakat kota, karena kata ‘madani’ berasal
dari kata madinah yang berarti ‘kota’, yang menunjukkan banyaknya aktivitas,
dinamis, dan penuh dengan kreativitas; kedua, masyarakat peradaban, karena
kata ‘madani’ juga merupakan turunan dari kata tamaddun yang berarti
‘peradaban’. Masyarakat madani adalah masyarakat yang menjunjung tinggi
nilai-nilai peradaban.
Adalah Nabi Muhammad Rasulullah sendiri yang memberi teladan
kepada umat manusia ke arah pembentukan masyarakat peradaban. Setelah
belasan tahun berjuang di kota Mekkah tanpa hasil yang terlalu
menggembirakan, Allah memberikan petunjuk untuk hijrak ke Yastrib, kota
wahah atau oase yang subur sekitar 400 km sebelah utara Mekkah. Sesampai
di Yastrib, setelah perjalanan berhari-hari yang amat melelahkan dan penuh
kerahasiaan, Nabi disambut oleh penduduk kota itu, dan para gadisnya
menyanyikan lagu Thala’a al-badru ‘alaina (Bulan Purnama telah
menyingsing di atas kita), untaian syair dan lagu yang kelak menjadi amat
terkenal di seluruh dunia. Kemudian setelah mapan dalam kota hijrah itu, Nabi
mengubah nama Yastrib menjadi al-Madinat al-nabiy (kota nabi).
Secara konvensional, perkataan “madinah” memang diartikan sebagai
“kota”. Tetapi secara ilmu kebahasaan, perkataan itu mengandung makna
“peradaban”. Dalam bahasa Arab, “peradaban” memang dinyatakan dalam
kata-kata “madaniyah” atau “tamaddun”, selain dalam kata-kata “hadharah”.
Karena itu tindakan Nabi mengubah nama Yastrib menjadi Madinah, pada
hakikatnya adalah sebuah pernyataan niat, atau proklamasi, bahwa beliau
bersama para pendukungnya yang terdiri dari kaum Muhajirin dan kaum
Anshar hendak mendirikan dan membangun mansyarakat beradab.

G. Masyarakat Madani Di Indonesia


Tantangan masa depan demokrasi di negeri kita ialah bagaimana
mendorong berlangsungnya proses-proses yang diperlukan untuk mewujudkan
nilai-nilai peradaban dan kemanusiaan universal. Kita semua harus bahu

11
membahu agar jiwa dan semangat kemanusiaan universal itu merasuk ke
dalam jiwa setiap anak bangsa sehingga nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, menurut Nurcholish Madjid, terdapat beberapa pokok pikiran
penting dalam pandangan hidup demokrasi, yaitu: (1) pentingnya kesadaran
kemajemukan atau pluralisme, (2) makna dan semangat musyawarah
menghendaki atau mengharuskan adanya keinsyafan dan kedewasaan untuk
dengan tulus menerima kemungkinan kompromi atau bahkan “kalah suara”,
(3) mengurangi dominasi kepemimpinan sehingga terbiasa membuat
keputusan sendiri dan mampu melihat serta memanfaatkan alternatif-alternatif,
(4) menjunjung tinggi moral dalam berdemokrasi (5) pemufakatan yang jujur
dan sehat adalah hasil akhir musyawarah yang juga jujur dan sehat, (6)
terpenuhinya kebutuhan pokok; sandang, pangan, dan papan, dan (7) menjalin
kerjasama dan sikap yang baik antar warga masyarakat yang saling
mempercayai iktikad baik masing-masing.
Pemberdayaan masyarakat madani ini menurut penulis harus di motori
oleh dua ormas besar yaitu NU dan Muhammadiyah. Dua organisasi Islam ini
usia lebih tua dari republik. Oleh karena itu, ia harus lebih dewasa dalam
segala hal. Wibawa, komitmen dan integritas para pemimpin serta manajemen
kepemimpinannya harus bisa seimbang dengan para pejabat negara, bahkan ia
harus bisa memberi contoh baik bagi mereka. Ayat yang disebutkan di awal itu
mengisyarakat bahwa perubahan akan terjadi jika kita bergerak untuk berubah.
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”.
Dan bila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka
tak ada yang dapat menolaknya. Dan sekali-kali tak ada pelindung bagi
mereka selain Dia,”(QS Ar-Ra’d [13]: 11).
Masyarakat madani memiliki peran signifikan dalam memelopori dan
mendorong masyarakat. Pembangunan sumberdaya manusia bisa ia rintis
melalui penyelenggaraan program pendidikan, peningkatan perekonomian
rakyat bisa ditempuh melalui koperasi dan pemberian modal kepada
pengusaha dan menengah. Dua hal ini, dari banyak hal, yang menurut penulis

12
sangat kongkrit dan mendesak untuk digarap oleh elemen-elemen masyarakat
madani, khususnya ormas-ormas, guna memelopori dan mendorong
perubahan masyarakat ke arah yang lebih baik.
Untuk membangun masyarakat yang maju dan berbudaya, menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilandasi dengan iman dan takwa,
paling tidak harus ada tiga syarat: menciptakan inovasi dan kreasi, mencegah
kerusakan-kerusakan sumber daya, dan pemantapan spiritualitas. Masyarakat
madani itu hendaknya kreatif terhadap hal-hal baru, antisipatif dan preventif
terhadap segala kemungkinan buruk, serta berketuhanan Yang Maha Esa.
Jika syarat-syarat dan komponen-komponen masyakarat madani
berdaya secara maksimal, maka tata kehidupan yang demokratis akan
terwujud. Selain ikut membangun dan memberdayakan masyarakat,
masyarakat madani juga ikut mengontrol kebijakan-kebijakan negara. Dalam
pelaksanaannya, mereka bisa memberikan saran dan kritik terhadap negara.
Saran dan kritik itu akan objektif, jika ia tetap independen. Setiap warga
negara berada dalam posisi yang sama, memilik kesempatan yang sama, bebas
menentukan arah hidupnya, tidak merasa tertekan oleh dominasi negara,
adanya kesadaran hukum, toleran, dan memahami hak dan kewajibannya
sebagai warga negara. Masyarakat madani sukar tumbuh dan berkembang
pada rezim Orde Baru karena adanya sentralisasi kekuasaan melalui
korporatisme dan birokratisasi di hampir seluruh aspek kehidupan, terutama
terbentuknya organisasi-organisasi kemasyarakatan dan profesi dalam wadah
tunggal, seperti MUI, KNPI, PWI, SPSI, HKTI, dan sebagainya. Organisasi-
organisasi tersebut tidak memiliki kemandirian dalam pemilihan pemimpin
maupun penyusunan program-programnya, sehingga mereka tidak memiliki
kekuatan kontrol terhadap jalannya roda pemerintahan.

H. Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani


Dalam sejarah Islam, realisasi keunggulan normatif atau potensial
umat Islam terjadi pada masa Abbassiyah. Pada masa itu umat Islam

13
menunjukkan kemajuan di bidang kehidupan seperti ilmu pengetahuan dan
teknologi, militer, ekonomi, politik dan kemajuan bidang-bidang lainnya.
Umat Islam menjadi kelompok umat terdepan dan terunggul. Nama-nama
ilmuwan besar dunia lahir pada masa itu, seperti Ibnu Sina, Ubnu Rusyd,
Imam al-Ghazali, al-Farabi, dan yang lain.
1. Kualitas SDM Umat Islam
Dalam Q.S. Ali Imran ayat 110
Artinya:
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih
baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang yang fasik.
Dari ayat tersebut sudah jelas bahwa Allah menyatakan bahwa
umat Islam adalah umat yang terbaik dari semua kelompok manusia yang
Allah ciptakan. Di antara aspek kebaikan umat Islam itu adalah
keunggulan kualitas SDMnyadibanding umat non Islam. Keunggulan
kualitas umat Islam yang dimaksud dalam Al-Qur’an itu sifatnya normatif,
potensial, bukan riil.
2. Posisi Umat Islam
SDM umat Islam saat ini belum mampu menunjukkan kualitas yang
unggul. Karena itu dalam percaturan global, baik dalam bidang politik,
ekonomi, militer, dan ilmu pengetahuan dan teknologi, belum mampu
menunjukkan perannya yang signifikan. Di Indonesia, jumlah umat Islam
lebih dari 85%, tetapi karena kualitas SDM nya masih rendah, juga belum
mampu memberikan peran yang proporsional. Hukum positif yang berlaku
di negeri ini bukan hukum Islam. Sistem sosial politik dan ekonomi juga
belum dijiwai oleh nilai-nilai Islam, bahkan tokoh-tokoh Islam belum
mencerminkan akhlak Islam.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Masyarakat Madani merupakan masyarakat yang dijadikan sebagai
acuan kemajuan dalam suatu negara guna menjadi lebih baik dari kemajuan
zaman masyarakat Madani di era Madinah. Acuan acuan tersebut bagaikan
pendorong bagi negara negara berkembang untuk mejadi maju. Keunggulan
Suatu negara itu menjadi momok persaingan antar negara.Pola pikir
masyarakat juga berpengaruh terhadap kemajuan suatu bangsa karena pada
dasarnya pola pikir menjadi suatu hal yang mendasar untuk memajukan suatu
daerah misalnya reaksi terhadap hal baru, proses adaptasi dengan suatu
perubahan, dan pikiran kritis untuk menghadapi suatu masalah dan
memikirkan cara penyesaiannya.Maka dari itu konsep konsep yang

15
diterapkan oleh masyarakat madani perlu kita terapkan demi kemajuan
bangsa.

B. Saran
Maka diharapkan kepada kita semua baik yang tua maupun yang muda
agar dapat mewujudkan masyarakat madani di negeri kita yang tercinta ini
yaitu Indonesia. Yakni melalui peningkatan kualiatas sumber daya manusia,
potensi, perbaikan sistem ekonomi, serta menerapkan budaya zakat, infak, dan
sedekah. Insya Allah dengan menjalankan syariat Islam dengan baik dan
teratur kita dapat memperbaiki kehidupan bangsa ini secara perlahan.
Demikianlah makalah rangkuman materi yang dapat kami sampaikan pada
kesempatan kali ini semoga di dalam penulisan ini dapat dimengerti kata-
katanya sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman di masa yang akan
datang.

DAFTAR PUSTAKA

Culla, Adi Suryadi,2002,Masyarakat Madani (pemikiran, teori, dan relevansinya


dengancita-cita reformasi) Jakarta:indonesia PT. Rajan Grafindo Persada
Raharjo M. Dawam,1999,Demokrasi Agama dan Masyarakat
Madani(jurnal.uii.ac.id)
MasyarakatMadani,2020,universitasbengkulu(akademia.id)
Hasbi Muhammad,2014,Membangun Masyarakat Madani Dalam
EraDemokrasi,Yogyakarta,Sleman,Mitra Cendekia
Al – Quran : QS. Thaha/20:117-1197
Funnys, tahun 2008, http://makalah85.blogspot.com/2008/12/masyarakat-
madani.html. Di akses pada tanggal 18 Mei 2011.

16
Suito, Deny. 2006. Membangun Masyarakat Madani. Centre For Moderate
Muslim Indonesia: Jakarta.
Sosrosoediro, Endang Rudiatin. 2007. Dari Civil Society Ke Civil Religion. MUI:
Jakarta.
Sutianto, Anen. 2004. Reaktualisasi Masyarakat Madani Dalam Kehidupan.
Pikiran Rakyat: Bandung.

17

Anda mungkin juga menyukai