Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

CIVIL SOCIETY ( MASYARAKAT MADANI )

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan


Kewarganegaraan

Dosen Pengampu : Inne Marthyane Pratiwi, M.Pd dan Dr. Nifasri, M.Pd

Oleh :

Ilma Rizka Ramadhanti ( 1212090071 )

Dini Hanifah (1212090041 )

Hardianti (1212090064)

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT. Atas limpahan rahmat ,
taufik, hidayah nya kami bisa Menyusun dan menyelesaikan salah satu tugas Mata
Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yaitu pembuatan makalah ini dengan baik.

Selain itu kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Ibu Dosen Pengampu
Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, dan juga saya ucapkan terimakasih
kepada pihak yang sudah turut menolong dan membantu pada penyelesaian
makalah ini.

Tugas ini kami buat untuk memberikan beberapa penjelasan tentang Civil
Society ( Masyarakat Madani ). Yang mudah mudahan makalah bisa menaikan
pengetahuan agar lebih luas lagi.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan ini masih banyak


kekurangannya. Oleh sebab itu, kritik serta saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan guna mencapai kesempurnaan dalam penyusunan makalah. Atas
perhatian serta waktunya kami ucapkan Terimakasih.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI ...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan ..................................................................................................2
D. Manfaat.................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Masyarakat Madani............................................................3


B. Konsep Masyarakat Madani.................................................................6
C. Karakteristik Masyarakat Madani.........................................................8
D. Pilar-pilar Penegak Masyarakat Madani ..............................................9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................11
B. Saran ....................................................................................................11

Daftar Pustaka

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan manusia yang seiring berjalannya waktu semakin
bertambah dan perbedaan zaman serta peradaban yang mulai berangsur
berubah, menjadikan kita harus lebih berhati-hati dan terapti.
Peradaban Manusia atau sering disebut dengan Civil Society /
masyarakat Madani banyak sekali perbedaan pemahaman dan pengartian
yang bervariasi,
Ahli Filsafat, Petrus mengungkapkan Bahwa Civil Society bisa
diartikan sebagai masyarakat yang beradab dalam memaknai kehidupan.
Beberapa ahli juga menyebutkan bahwa masyarakat madani ini berasal
dari ajaran Nabi Muhammad SAW. Yang berkarakteristik Toleran dan
terbuka sesuai yang diajarkan oleh agama Islam, masyarakat Madani ini
dibangun untuk memperkenalkan ajaran islam yang begitu sempurna dan
qajaran islam yang menghasilkan Masyarakat beradab tanpa perseteruan.
Namun, Kata Civil Society ini masih banyak perbadaan makna
yang perlu di kaji lebih dalam lagi. Kehidupan Masyarakat di dunia ini
diharapkan bisa lebih beradab dengan berdasar persatuan, persaudaraan
dan keadilan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Masyarakat madani ?
2. Bagaimana Konsep masyarakat madani ?
3. Bagaimana Karakteristik Masyarakat Madani ?
4. Apa saja Pilar-pilar Penegak Masyarakat madani

C. Tujuan
1. Agar kita mengetahui apa yang dimaksud dengan Masyarakat Madani
2. Supaya kita tahu bagaimana dan Apa saja Konsep dari Masyarakat
Madani
3. Supaya kita mengetahui Bagaimana Karakteristik dari Masyarakat
Madani
4. Agar kita mengetahui Apa saja Pilar-pilar Penegak Masyarakat Madani
D. Manfaat
Kita dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan masyarakat madani, apa
saja Konsep, karakteristik Masyarakat Madani. Dan juga kita akan
mengetahui apa saja pilar-pilar penegak dari Masyarakat Madani ini.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Civil Society ( Masyarakat Madani )

Konsep civil society sebenarnya mulai berkembang di Barat, yang


selanjutnya oleh banyak bangsa dan masyarakat di negara berkembang
termasuk Indonesia yang secara antusias diikaji, dikembangkan, dan
dieliminasi sesuai dengan realisasi empiris yang dihadapi oleh negara
negara berkembang. Di Indonesia pembicaraan dan pembahasan mengenai
civil society sudah mulai ramai semenjak akhir tahun 1970-an sampai
sekarang. Dari awal kemunculan sampai sekarang istilah civil society
sering kali memiliki istilah yang berbagai macam.

Kata civil society sebenarnya berasal dari bahasa latin, yaitu civitas dei
yang artinya Kota Ilahi dan society yang berarti masyarakat. Dari kata
civil akhirnya membentuk kata civilization yang berarti peradaban. Oleh
sebab itu, kata civil society dapat diartikan sebagai komunitas masyarakat
kota, yakni masyarakat yang telah berperadaban tinggi.

Sebaliknya, lawan dari kata atau istilah masyarakat madani adalah


kaum pengembara, badawah, yang masih membawa citranya yang kasar,
berwawasan pengetahuan yang sempit, masyarakat puritan, tradisional
penuh mitos dan tahayul, lebih banyak memainkan kekuasaan dan
kekuatan, sering menindas dan bersifat negatif lainnya. Masyarakat yang
seperti ini jauh dari peradaban modern, mereka bersifat barbar dan sadis.

Pemikir politik Islam, Dawam Rahadjo (1999) dalam (Trubus


Rahardiansyah, 2014: 300), menyatakan bahwa masyarakat madani
merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, civil society. Istilah civil
society sudah ada sejak sebelum masehi. Orang yang pertama kali
mencetuskan istilah civil society ialah Cicero (106-43 SM), sebagai
seorang orator Yunani kuno. Civil society menurut Cicero ialah suatu

3
komunitas politik yang beradab seperti yang dicontohkan oleh masyarakat
kota yang memiliki kode hukum sendiri. Dengan konsep civility
(kewargaan) dan urbanity (budaya kota), maka kota dipahami bukan hanya
sekadar konsentrasi penduduk, melainkan juga sebagai pusat peradaban
dan kebudayaan.

Istilah madani sebenarnya berasal dari Bahasa Arab, madaniy. Kata


madaniy berakar dari kata kerja madana yang berarti mendiami, tinggal,
atau membangun. Kemudian berubah istilah menjadi madaniy yang
artinya beradab, orang kota, orang sipil, dan yang bersifat sipil atau
perdata. Dengan demikian, istilah madaniy dalam Bahasa Arabnya
mempunyai banyak arti. Konsep masyarakat madani kerap kali dipandang
telah berjasa dalam menghadapi rancangan kekuasaan otoriter dan
menentang pemerintah yang sewenang wenang di Amerika Latin, Eropa
Selatan, dan Eropa Timur (Dawam Rahardjo, 1999 )

Menurut Seligman, munculnya gagasan masyarakat madani di Barat


sebenarnya merupakan akibat dari terjadinya kemacetan paradigma
pemikiran sosial dan politik sekitar abad ke-17 dan 18. Lahirnya gagasan
civil society di Barat, menurut Seligmen pada dasarnya adalah diinspirasi
oleh empat sumber pemikiran utama, yaitu: (1) hukum kodrat (hukum
alam); (2) doktrin Kristiani Protestan; (3) kontrak sosial (social contract);
dan (4) teori pemisahan negara dan masyarakat.

Civil society pertama-tama berkaitan dengan kata civic atau citizen


yang artinya warga negara. Beberapa dasa warsa yang lalu, masih ada
pelajaran civic di sekolah menengah, dan pelajaran ini berkaitan dengan
masalah warga negara. Demikian pula civil society berarti masyarakat
yang anggota-anggotanya adalah para warga negara. Jadi kesamaan status
dan kedudukan di antara para anggota masyarakat tersebut adalah pada
kewarganegaraannya, bukan pada kesukuannya, agamanya, maupun
golongannya.

Civil society merupakan sesuatu yang menempatkan masyarakat dalam


posisi yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara (political society).

4
Konsep civil society muncul sebagai antitesa dari masyarakat alamiah, di
mana dalam masyarakat ini seseorang atau sekelompok orang yang lebih
kuat menindas bahkan membunuh yang lemah atau yang minoritas dalam
(Ahmad Suhelmi, 1999: 170). Negara muncul dengan harapan akan
melindungi hak-hak individu dan menjamin terjadi keteraturan dalam
masyarakat. Selain itu kemerdekaan individu tidak bisa dijalankan tanpa
ada campur tangan dari kebebasan orang lain.

Civil society merupakan masyarakat di mana ada jaminan hak-hak


asasi manusia yang mendasar, dalam terminologi Locke disebut “Civil
Right”. Jadi, dalam civil society kekuasaan negara menginginkan dibatasi
dan kekuasaan civil society cenderung ingin lebih besar atau minimal
terjadi keseimbangan. Dengan adanya keseimbangan antara negara dengan
civil society, maka negara tidak bisa berbuat sewenang-wenang, dia harus
memperhatikan kepentingan dan hak-hak individu yang ada dalam civil
society.

Istilah civil society di Indonesia diartikan ke dalam istilah


masyarakat madani yang merupakan salah satu di antara beberapa istilah
lain yang sering kali digunakan orang dalam penerjemahan ke dalam
bahasa Indonesia, padanan kata civil society. Di samping masyarakat
madani, padanan kata lainnya yang sering digunakan adalah masyarakat
warga atau masyarakat kewargaan, masyarakat sipil, masyarakat beradab
atau masyarakat berbudaya (Adi Suryadi Culla, 1999: 3).

Istilah civil society juga terkadang diterjemahkan secara gamblang


sebagai masyarakat sipil. Namun muncul masalah lain yang disebabkan
adanya kesan pemikiran sementara di mana istilah sipil dipersepsikan
negatif di Indonesia, yakni seolah-olah memperhadapkan dan
mempertentangkan antara masyarakat sipil dan komunitas militer.
Menurut pandangan ini istilah masyarakat sipil dianggap terlalu berbau
barat.

Di Indonesia gagasan masyarakat madani (Civil society)


dipengaruhi oleh imbas perubahan politik di Eropa Timur di awal tahun

5
1990-an. Di mana pada saat itu di negara-negara Eropa Timur sedang
tunbuh kesadaran yang kuat di tengah masyarakat untuk mengembangkan
model gerakan sosial yang bersifat madani. Secara historis dalam
perkembangan realitas politik Indonesia, gagasan civil society telah lahir
sejak awal kemerdekaan negara ini.

Lahirnya gerakan-gerakan perlawanan sosial terhadap struktur


otoritarian kolonolialisme, merupakan bukti bahwa masyarakat madani
bukan barang baru dalam sejarah Indonesia. Tetapi akibat dari kegagalan
praktik demokrasi pada tahun1950-an dan diiringi perubahan politik ke
model otoritarianisme negara sejak demokrasi terpimpin dan dilanjutkan
secara dramatis dan kronis oleh rezim Orde Baru, sehingga peluang bagi
pertumbuhan masyarakat madani menjadi sempit. Baru setelah rejim Orde
Baru runtuh pada bulan Mei 1998, konsep masyarakat kian berkembang
sehingga mendadak momentum ini menjadi alasan bagi terbukanya
gerakan masyarakat madani (civil soceity).

B. Konsep Masyarakat Madani

Konsep Civil Cociety menurut Nurcholish yaitu masyarakat yang


berbudi luhur dan berakhlak mulia dengan ciri-ciri mandiri, saling tolong
menolong dan menjungjung norma dan etika. Konsep Civil Cociety
diartikan sama dengan konsep masyarakat Madani yang dimana sistem
sosial yang diambil dari sejarah Nabi Muhammad Saw. Model masyarakat
yang ideal pertama kali menjadi contoh adalah masyarakat Madinah.
Konsep Civil Cociety tidak berbeda jauh dari konsep demokrasi.

Civil Cociety berpedoman pada konsep De’ Tocquipille yang


merupakan wilayah sosial yang memiliki ciri-ciri kesukarelaan,
keswasembadaan, keswadayaan dan kemandirian.

Konsep Civil Cociety dari berbagai perspektif yang berbeda-beda


diantaranya :

6
1. Hegelian : penekanannya lebih pada pentingnya kelas menengah dan
pemberdayaannya.
2. Gramscian : Civil Cociety digunakan untuk alat menghadapi hegemoni
ideologi negara

Konsep Civil Cociety yang dipakai ilmuan sosial politik di Indonesia telah
mendorong proses politik yang mencerminkan kehendak rakyat. Menurut
AS Hikam Civil Cociety dikonsepkan oleh para pemikir memiliki tiga ciri
khusus yaitu

1. Kemandirian yang cukup tinggi


2. Ruang publik yang bebas
3. Ada kemapuan untuk membatasi negara agar tidak otoriter.

Civil Cociety dikonsepkan secara teoritis yaitu masyarakat yang bebas dan
tidak bergantung kepada Negara bebas melakukan aktivitas
kemasyarakatan, kebudayaan, politik dan agama.

Adapun pendekatan Tocquevellian menekankan pada penguatan


organisasi-organisasi dan membangun jiwa demokratis.

Dalam perjalanannya, konsep Civil Cociety berkembang sesuai kondisi,


situasi dan kebutuhan suatu negara. Konsep Civil Cociety muncul karena
karena situasi masyarakat yang terancam kacau akibat individualisme dan
kepentingan pribadi.

Tidak hanya dalam konsep Barat, Islam pun sudah menerapkan konsep
Civil Cociety dengan konsep yang identik, yaitu melalui pemerintahan
Nabi Muhammad dengan memproklamirkan Piagam Madinah dan
dikembangkan oleh Khulafaur Rasyidin. Piagam Madinah merupakan
dokumen utama yang meletakkan dasar-dasar plularisme dan toleransi
dengan pengakuan terhadap semua suku Madinah

Sampai saat ini pemahaman konsep Civil Cociety masih berbeda-


beda; tergantung perspektif mana yang diikuti dan tergantung ilmu yang
mereka miliki tentang Civil Cociety. Model Gramscian dan Tocquevellian
lebih banyak menjadi inspirasi gerakan pro-demokrasi di Eropa Timur dan

7
Eropa Tengah pada akhir tahun 1980an daripada konsep Hegel yang dirasa
pesimis memaknai Civil Cociety. Selanjutnya modal Tocquevellian
berkembang dengan basis demokrasi modern yang berlandaskan toleransi,
desetralisasi, kewarganegaraan, aktivisme di ruang publik dan otonom.

Konsep Civil Cociety pada dasarnya memunculkan permasalahan dalam


penerapannya karena pengertian dan interpretasinya berubah seiring
berjalannya waktu dan konsep Civil Cociety berkembang sesuai kondisi,
situasi dan kebutuhan suatu Negara.

C. Karakteristik Masyarakat Civil Cociety

1. Free Public Sphere (bebas mengemukakan pendapat)


Masyarakat bisa bebas mengemukakan pendapat, bebas memilih
organisasi yang diminati atau diinginkan, dan juga masyarakat bisa
memilih agama kepercayaan dengan bebas.

2. Demokratis,
Demokratis merupakan prinsip utama dan tatanan sosial terpenting dalam
politik masyarakat madani. Sehingga, masyarakat bisa lebih bebas
memilih dan menyuarakan pendapat secara bebas dan aman.

3. Plularisme
Pluarisme adalah sikap mengakui dan menerima kenyataan di masyarakat
majemuk atau masyarakat beragam dengan nilai positif. Sikap Plularisme
ini; sangat lah penting imiliki oleh masyarakat Madani.

4. Keadilan sosial
Keailan sosial / Social Justice merupakan keseimbangan yang baik antara
hak dan kewajiban dari masyarakat dan negara, dimana dari sikap ini kita
dapat menghasilkan kedamaian dan kesejahteraan.

8
D. Pilar-pilar Penegak Masyarakat Madani
Pilar pilar Penegak ini adalah bagian-bagian yang tergabung menjadi
bagian yang berfungsi mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah dan
juga penegak pejuang aspirasi masyrakat kecil. Pilar-pilar Penegak ini
terdiri :
1. Lembaga swadaya masyarakat
LSM ( Lembaga Swadaya Masyarakat ) adalah
sebuah organisasi yang didirikan oleh sekelompok
orang. Organisasi ini bertujuan untuk memberikan
pelayana kepada masyarakat umum dan penyalur
aspirasi masyarakat.

2. Pers
Pers atau disebut juga dengan media massa sering
kita jumpai dalam beberapa acara. PERS bertujuan
untuk meliput kegiatan-kegiatan agar Hak public
untuk tahu dapat terjamin.

3. Supremasi hukum
Supremasi hukum bertujuan untuk menjungjung
tinggi keadilan yang seharusnya harus ditegakkan
dan penegakkan hukum pada tempatnya.

4. Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi termasuk salah satu dalam pilar-
pilar penegakkan Masyarakat Madani, karena
Perguruan tinggi ini yang berisi aanak-anak

9
muda/pelajar dengan pemikiran kritisnya, sehingga
dari pemuda-pemuda terpelar inilah aspirasi /
penggas muda dapat tercipta.

5. Partai Politik
Partai Politik adalah salah satu organisasi yang
mengusung kandidat anggota dewan dalam satu
nama partai . Sehingga setelahnya partai politik ini
bertujuan untuk salah satu sarana sosialisasi politik
unutk dapat memenangkan PEMILU dan menguasai
Pemerintahan.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Civil Society atau Masyarakat Madani adalah suatu masyarakat yang


beradab dalam kehidupan bermasyarakat. Kata civil society sebenarnya
berasal dari bahasa latin, yaitu civitas dei yang artinya Kota Ilahi dan
society yang berarti masyarakat. Dari kata civil akhirnya membentuk kata
civilization yang berarti peradaban. Oleh sebab itu, kata civil society dapat
diartikan sebagai komunitas masyarakat kota, yakni masyarakat yang telah
berperadaban tinggi.

Civil society ini memiliki beberapa konsep dan juga karakteristik


sendiri yang menjadi ciri dari masyarakat itu. Civil Society juga dengan
garis besar Bahwa Civil Society dapat mengemukakan pendapat dengan
bebas dan aman, karena Masyarakat Madani ini memiliki beberapa pilar
pilar Penegak yang dapat menampung atau mengungkapkan aspirasi-
aspirasi dari masyarakat.

B. Saran
Tentunya Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kesalahan dan jauh dari kata kesempurnaan. Sehingga, Kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan.

11
Daftar Pustaka

Herdiawanto, Heri. Buku Kewarganegaraan dan Masyarakat Madani. Jakarta:


Fokky Fuad Wasitaatmadja, Jumanta Hamdayama, 2019.

https://repository.uai.ac.id/wp-content/uploads/2021/07/
KEWARGANEGARAAN.pdf

https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0,5&q=persamaan+dan+perbedaan+Civil+Society+dan+masyarakat+Mada
ni#d=gs_qabs&u=%23p%3D5qsJj_nIfnwJ

https://media.nelti.com

https://digilib.uinsby.ac.id

Saefulloh, Aep. Kebangkitan Nasional. Bekasi: Ganeca Exact, 2008.

Saefulloh, Aep. Kemerdekaan Republik Indonesia. Bekasi: Ganeca Exact, 2008

12

Anda mungkin juga menyukai