Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Segala  puji  hanya  milik  Allah SWT.  Sholawat  dan  salam  kepada  Rasulullah SAW. 
Berkat  limpahan  Rahmat-Nya  penyusun  mampu  menyelesaikan  tugas  makalah  ini. Agama 
sebagai  sistem  kepercayaan  dalam  kehidupan  umat  manusia  dapat  dikaji  melalui  berbagai 
sudut  pandang.  Islam  sebagai  agama  yang  telah  berkembang  selama  empat  belas  abad 
lebih  menyimpan  banyak  masalah  yang  perlu  diteliti,  baik  itu  menyangkut  ajaran  dan 
pemikiran  keagamaan  maupun  realitas  sosial,  politik,  ekonomi  dan  budaya. 

Dalam  makalah  ini  kami  akan  membahas  tentang apa itu masyarakat manadi dan
globalisasi terhadap kehidupan. Semoga  makalah  ini  bermanfaat  untuk  memberikan  kita
pengetahuan.  Dan  tentunya  makalah  ini  masih  sangat  jauh  dari sempurna. Maka dari itu
kami mohon kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.

Pulau Tiga,20 September 2020

Penyusun

 
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………..……………………………………………... i

DAFTAR ISI ……..…………………..………………………………………… ii

BAB I             

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang ………………………………………………………………. 1


2. Rumusan……………………………………………………………………. 1
3. Tujuan………………………………………………………………….…… 1

BAB II            

PENDAHULUAN

1. Landasan Teoritis

 Pengertian Masyarakat Madani……………………………………………… 2


 Manfaat Masyarakat Madani . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

1. Sejarah Pemikiran Masyarakat Madani……………………………………… 3


2. Prinsip Dasar masyarakat madani ……………………………… 3
3. Ciri-Ciri Masyarakat Madani…………………………………………………… 5
4. Ciri-Ciri Globalisasi ……………………………………………. 7
5. Prinsip Dasar globalisasi................................................................9
6. Dampak negatif dan positif globalisasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10

BAB III           

PENUTUP

Kesimpulan……………………………………………………………………… 11

Saran……………………………………………………………………………….. 11

DAFTAR PUSTAKA

 
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Mewujudkan masyarakat madani adalah membangun kota budaya bukan sekedar


merevitalisasikan adab dan tradisi masyarakat local, tetapi lebih dari itu adalah membangun
masyarakat yang berbudaya agamis sesuai keyakinan individu, masyarakat berbudaya yang
saling cinta dan kasih yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan .

Ungkapan lisan dan tulisan tentang masyarakat madani semakin marak akhir-akhir ini seiring
dengan bergulirnya proses reformasi di Indonesia. Proses ini ditandai dengan munculnya
tuntutan kaum reformis untuk mengganti Orde Baru yang berusaha mempertahankan tatanan
masyarakat yang status quo menjadi tatanan masyarakat yang madani. Untuk mewujudkan
masyarakat madani tidaklah semudah membalikan telapak tangan.

Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam
masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu. Kehadiran teknologi
informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi ini.

 Konsep akan globalisasi menurut Robertson (1992), mengacu pada penyempitan dunia secara
insentif dan peningkatan kesadaran kita akan dunia, yaitu semakin meningkatnya koneksi global
dan pemahaman kita akan koneksi tersebut. Di sini penyempitan dunia dapat dipahami dalam
konteks institusi modernitas dan intensifikasi kesadaran dunia dapat dipersepsikan refleksif
dengan lebih baik secara budaya.

1. Rumusan Masalah
Agar tidak terjadi kesimpang siuran dari penuliasan makalah ini, maka rumusan masalah dari
makalah ini adalah:
1. Apakah pengertian masyarakat madani?
2. Apakah cirri-ciri mayarakat madani?
3. Apakah pilar penegak masyarakat madani?
4. Apakah pengertian globalisasi?
5. Apakah ciri-ciri globalisasi?

1. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian masyarakat madani
2. Untuk mengetahui ciri-ciri masyarakat madani
3. Untuk mengetahui pengertian globalisasi
4. Untuk mengetahui ciri-ciri globalisasi

1
BAB III

PEMBAHASAN

A.Pengertian Masyarakat Madani

Pengertian Masyarakat Madani menurut para ahli:

  Mun’im (1994) mendefinisikan istilah civil society sebagai seperangkat gagasan etis yang


mengejawantah dalam berbagai tatanan sosial, dan yang paling penting dari gagasan ini adalah
usahanya untuk menyelaraskan berbagai konflik kepentingan antarindividu, masyarakat, dan
negara.

  Hefner menyatakan bahwa masyarakat madani adalah masyarakat modern yang bercirikan
demokratisasi dalam beriteraksi di masyarakat yang semakin plural dan  heterogen. Dalam
keadan seperti ini masyarakat diharapkan mampu mengorganisasi dirinya, dan tumbuh kesadaran
diri dalam mewujudkan peradaban. Mereka akhirnya mampu mengatasi dan berpartisipasi dalam
kondisi global, kompleks, penuh persaingan dan perbedaan.

  Mahasin (1995) menyatakan bahwa masyarakat madani sebagai terjemahan bahasa


Inggris, civil society. Kata civil society sebenarnya berasal dari bahasa Latin yaitu civitas
dei yang artinya kota Illahi dan society yang berarti masyarakat. Dari kata civil akhirnya
membentuk kata civilization yang berarti peradaban. Oleh sebab itu, kata civil society dapat
diartikan sebagai komunitas masyarakat kota yakni masyarakat yang telah berperadaban maju.

Istilah madani menurut Munawir (1997) sebenarnya berasal dari bahasa


Arab,madaniy. Kata madaniy berakar dari kata kerja madana yang berarti mendiami, tinggal,
atau membangun. Kemudian berubah istilah menjadimadaniy yang artinya beradab, orang kota,
orang sipil, dan yang bersifat sipil atau perdata. Dengan demikian, istilah madaniy dalam bahasa
Arabnya mempunyai banyak arti. Konsep masyarakat madani menurut Madjid (1997) kerapkali
dipandang telah berjasa dalam menghadapi rancangan kekuasaan otoriter dan menentang
pemerintahan yang sewenang-wenang di Amerika Latin, Eropa Selatan, dan Eropa Timur.

  Hall (1998) mengemukakan bahwa masyarakat madani identik dengan civil society, artinya


suatu ide, angan-angan, bayangan, cita-cita suatu komunitas yang dapat terjewantahkan dalam
kehidupan sosial. Pada masyarakat madani pelaku social akan bepegang teguh pada peradaban
dan kemanusiaan.
Intinya, berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat madani pada
prinsipnya memiliki multimakna atau bermakna ganda yaitu: demokratis, menjunjung tinggi
etika dan moralitas, transparansi, toleransi, berpotensi, aspiratif, bermotivasi, berpartisipasi,
konsistensi, memiliki perbandingan, komparasi, mampu berkoordinasi, simplifikasi, sinkronisasi,
integrasi, mengakui emansipasi, dan hak asasi, sederhana,namun yang paling dominan adalah
masyarakat yang demokratis. Dengan mengetahui makna madani, maka istilah masyarakat
madani secara mudah dapat difahami sebagai masyarakat yang beradab, masyarakat sipil, dan
masyarakat yang tinggal di suatu kota atau berfaham masyarakat kota yang pluralistik.

 Manfaat Masyarakat Madani


Manfaat yang diperoleh dengan terwujudnya masyarakat madani ialah terciptanya masyarakat
Indonesia yang demokratis sebagai salah satu tuntutan reformasi di dalam negeri dan tekanan-
tekanan politik dan ekonomi dari luar negeri. Di samping itu, melalui masyarakat madani akan
mendorong munculnya inovasi-inovasi baru di bidang pendidikan. Selanjutnya, dengan
terwujudnya masyarakat madani, maka persoalan-persoalan besar bangsa Indonesia seperti:
konflik-konflik suku, agama, ras, etnik, golongan, kesenjangan sosial, kemiskinan, kebodohan,

2
ketidakadilan pembagian “kue bangsa” antara pusat dan daerah, saling curiga serta
ketidakharmonisan pergaulan antarwarga dan lain-lain yang selama Orde Baru lebih banyak
ditutup-tutupi, direkayasa dan dicarikan kambing hitamnya itu  diharapkan dapat diselesaikan
secara arif, terbuka, tuntas, dan melegakan semua pihak, suatu prakondisi untuk dapat
mewujudkan kesejahteraan lahir batin bagi seluruh rakyat. Dengan demikian, kekhawatiran akan
terjadinya disintegrasi bangsa dapat dicegah.

Guna mewujudkan masyarakat madani dibutuhkan motivasi yang tinggi dan partisipasi nyata
dari individu sebagai anggota masyarakat. Hal ini intinya menyatakan bahwa untuk mewujudkan
masyarakat madani diperlukan proses dan waktu serta dituntut komitmen masing-masing
warganya untuk mereformasi diri secara total dan selalu konsisten dan penuh kearifan dalam
menyikapi konflik yang tak terelakan. Tuntutan terhadap aspek ini sama pentingnya dengan
kebutuhan akan toleransi sebagai instrumen dasar lahirnya sebuah konsensus atau kompromi.

1. Sejarah Pemikiran Masyarakat Madani


Di Indonesia, pengertian masyarakat madani pertama kali diperkenalkan oleh Anwar Ibrahim
(mantan Deputi PM Malaysia) dalam festival Istiqlal 1995. Oleh Anwar Ibrahim dinyatakan
bahwa masyarakat madani adalah: Sistem sosial yang subur yang diasaskan kepada prinsip moral
yang menjamin keseimbangan antara kebebasan perorangan dan kestabilan masyarakat.
Masyarakat mendorong daya usaha serta inisiatif individu baik dari segi pemikiran, seni,
pelaksanaan pemerintahan, mengikuti undang – undang dan bukan nafsu atau keinginan
individu, menjadikan keterdugaan serta ketulusan.

Perjuangan masyarakat madani di Indonesia pada awal pergerakan kebangsaan dipelopori oleh
Syarikat Islam (1912) dan dilanjutkan oleh Soeltan Syahrir pada awal kemerdekaan (Norlholt,
1999). Jiwa demokrasi Soeltan Syahrir ternyata harus menghadapi kekuatan represif baik dari
rezim Orde Lama di bawah pimpinan Soekarno maupun rezim Orde Baru di bawah pimpinan
Soeharto, tuntutan perjuangan transformasi menuju masyarakat madani pada era reformasi ini
tampaknya sudah tak terbendungkan lagi dengan tokoh utamanya adalah Amien Rais dari
Yogyakarta.

 2. Prinsip Dasar


Satu hal yang menjadi catatan penting bagi kita adalah sebuah peradaban yang kosmopolit akan
tercipta manakla umat islam memiliki sifat inklunsif dan mempunyai kemampuan (ability)
menyesuaikan terhadap lingkungan sekitar. Namun, dengan catatan identitas sejati atas
parameter-parameter autentik agama tetap terjaga.

Kedua, adalah tingginya sikap tolerensi (tasamuh). Baik terhadap saudara sesama muslim
maupun terhadap saudara non-Muslim. secara sederhana toleransi dapat di artikan sebagai sikap
suka mendengar dan menghargai pendapat dan pendirian orang lain. Senada dengan hal itu,
Quraish Shihab (2000) menyatakan bahwa tujuan islam tidak semata-mata mempertahankan
kelestariannya sebagai sebuah agama. Namun, juga mengakui eksitensi agama lain dengan
memberinya hak hidup, berdampingan seiring dan saling menghormati satu sama lain.
Sebagaiman hal itu pernah dicontoh kan Rasulullah Saw, di madinah. Setidaknya landasan
normatif dari sikap toleransi dapat kita tilik dalam firman Allah yang termaktub dalam surah Al-
An'am ayat 108.

Ketiga, adalah tegaknya prinsip demokrasi atau dalam dunia islam lebih dikenal dengan istilah
musyawarah, saya memandang dalam arti membatasi hanya pada wilayah terminologi saja tidak
lebih. Mengingat di dalam Alquran juga terdapat nilai-nilai demokrasi ( surah As-Syura:38, surat
Al-mujadilah:11).

Ketiga prinsip dasar setidaknya menjadi refleksi bagi kita yang menginginkan terwujudnya
sebuah tatanan sosial masyarakat madani dalam konteks hari ini. Paling tidak hal tersebut
menjadi modal dasar untuk mewujudkan masyarakat yang di cita-citakan.

3
1. Ciri-Ciri Masyarakat Madani

Ciri utama masyarakat madani adalah demokrasi. Demokrasi memilikikonsekuensi luas di


antaranya menuntut kemampuan partisipasi masyarakat dalam sistem politik dengan organisasi-
organisasi politik yang independen sehingga memungkinkan kontrol aktif dan efektif dari
masyarakat terhadap pemerintah dan pembangunan, dan sekaligus masyarakat sebagai pelaku
ekonomi pasar.
Hidayat Nur Wahid mencirikan masyarakat madani sebagai masyarakat yang memegang teguh
ideology yang benar, berakhlak mulia, secara politik-ekonomi-budaya bersifat mandiri, serta
memiliki pemerintahan sipil

Sedangkan menurut Hikam, ciri-ciri masyarakat madani adalah :

1. Adanya kemandirian yang cukup tinggi diantara individu-individu dan kelompok-


kelompok masyarakat terhadap negara.
2. Adanya kebebasan menentukan wacana dan praktik politik di tingkat publik.
3. Kemampuan membatasi kekuasaan negara untuk tidak melakukan intervensi.

Karakteristik masyarakat madani adalah sebagai berikut :

1. Free public sphere(ruang publik yang bebas), yaitu masyarakat memiliki akses penuh
terhadap setiap kegiatan publik, mereka berhak melakukan kegiatan secara merdeka
dalam menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul, serta mempublikasikan
informasikan kepada publik.
2. Demokratisasi, yaitu proses untuk menerapkan prinsip-prinsip demokrasi sehingga
muwujudkan masyarakat yang demokratis. Untuk menumbuhkan demokratisasi
dibutuhkan kesiapan anggota masyarakat berupa kesadaran pribadi, kesetaraan, dan
kemandirian serta kemampuan untuk berperilaku demokratis kepada orang lain dan
menerima perlakuan demokratis dari orang lain.
3. Toleransi, yaitu kesediaan individu untuk menerima pandangan-pandangan politik dan
sikap sosial yang berbeda dalam masyarakat, sikap saling menghargai dan menghormati
pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh orang/kelompok lain.
4. Pluralisme, yaitu sikap mengakui dan menerima kenyataan mayarakat yang majemuk
disertai dengan sikap tulus, bahwa kemajemukan sebagai nilai positif dan merupakan
rahmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
5. Keadilan sosial (social justice), yaitu keseimbangan dan pembagian yang proporsiaonal
antara hak dan kewajiban, serta tanggung jawab individu terhadap lingkungannya.
6. Partisipasi sosial, yaitu partisipasi masyarakat yang benar-benar bersih dari rekayasa,
intimidasi, ataupun intervensi penguasa/pihak lain, sehingga masyarakat memiliki
kedewasaan dan kemandirian berpolitik yang bertanggungjawab.
7. Supremasi hukum, yaitu upaya untuk memberikan jaminan terciptanya keadilan. Keadilan
harus diposisikan secara netral, artinya setiap orang memiliki kedudukan dan perlakuan
hukum yang sama tanpa kecuali.

B.    Pengertian Globalisasi


Menurut asal katanya, kata “globalisasi” diambil dari kata global, yang maknanya ialah
universal. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu
(benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah
Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working
definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya
sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa
seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan
kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis,
ekonomi dan budaya masyarakat.

4
Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh
negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga
terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang
paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia
dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi
cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap
bidang-bidang lain seperti budaya dan agama. Theodore Levitte merupakan orang yang pertama
kali menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985.
Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan orang dengan
globalisasi:
         Internasionalisasi: Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional.
Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya masing-masing, namun
menjadi semakin tergantung satu sama lain.
         Liberalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkankan batas antar
negara, misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.
         Universalisasi: Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal material
maupun imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman
seluruh dunia.
         Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan semakin
menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal.
         Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas: Arti kelima ini berbeda dengan
keempat definisi di atas. Pada empat definisi pertama, masing-masing negara masih
mempertahankan status ontologinya. Pada pengertian yang kelima, dunia global memiliki status
ontologi sendiri, bukan sekadar gabungan negara-negara

1. Ciri-ciri Globalisasi
Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena
globalisasi di dunia
         Perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti
telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi
demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita
merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
         Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung
sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan
multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).

5
         Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi,
film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi
dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam
budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.
         Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis
multinasional, inflasi regional dan lain-lain.
2. Dampak Negatife dan Positif dari Globalisasi
Seperti yang kita tahu bahwa globalisasi adalah proses komplek yang digerakan oleh
berbagai pengaruh sehingga mengubah kehidupan sehari-hari terutama dinegara berkembang,
dan pada saat yang sama ia menciptakan system- system dan kekuatan trans nasional baru.
Globalisasi juga menimbulkan berbagai dampak yang merupakan permasalahan global.
Dampak dari globalisasi tersebut itu adalah:
1. Dampak jangka pendek, yaitu;
         Dampak negatif globalisasi yang terlihat/ terdetek; yaitu dampak buruk yang dapat
dihindari sebelum itu terjadi.
         Dampak positif globalisasi yang terlihat/ terdetek; yaitu dampak positif/baik yang dapat
diperkirakan sebelum itu terjadi.
2. Dampak jangka panjang, yaitu;
         Dampak negatif globalisasi yang tidak terlihat/ tidak terdetek; dampak buruk yang tidak
diperkirakan dan tidak dapat dihindari sebelumnya. Dampak tersebut baru disadari setelah efek
buruknya terjadi.
         Dampak positif globalisasi yang tidak terlihat/ tidak terdetek; dampak positif/baik yang
tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Dampak tersebut baru disadari setelah menguntungkan
peradaban.
Oleh sebab itu sudah sepatutnya penjelasan mengenai masalah globalisasi harus
ditekankan, karena perbedaan pendapat mengenai dampak globalisasi sudah sering terjadi di
masyarakat kita dewasa ini.
Dampak positif globalisasi antara lain:
         Mudah memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan
         Mudah melakukan komunikasi
         Cepat dalam bepergian (mobilitas tinggi)
         Menumbuhkan sikap kosmopolitan dan toleran
         Memacu untuk meningkatkan kualitas diri
         Mudah memenuhi kebutuhan
Dampak negatif globalisasi antara lain:
         Informasi yang tidak tersaring
         Perilaku konsumtif
         Membuat sikap menutup diri, berpikir sempit
         Pemborosan pengeluaran dan meniru perilaku yang buruk
         Mudah terpengaruh oleh hal yang tidak sesuai dengan kebiasaan atau kebudayaan suatu
Negara.

6
Pada dasarnya ada tiga prinsip penting yang harus dijadikan acuan dalam pengembangan
asas komplementer, yaitu:
1.         Prinsip Keseimbangan (Equality)
Yang dimaksud dengan prinsip keseimbangan adalah bahwa masing-masing pihak yang
terlibat dalam asas komplementer harus bersedia untuk berbagi kepentingan (interest) yang
dimilikinya dengan kepentingan pihak lain. Berbagi kepentingan di sini didasari oleh
pemahaman bahwa tantangan di era globalisasi bersifat sangat kompleks, saling berpautan dan
masing-masing bangsa di belahan bumi ini memiliki kapasitasnya masing-masing yang khas,
yang unik dan memiliki kontribusi yang setara dalam porsinya masing-masing, untuk
memberikan solusi yang bersifat komprehensif dan berskala global.

2.         Prinsip jangka panjang (eternity)


Yang dimaksud dengan prinsip jangka panjang adalah bahwa asas komplementer untuk
menghadapi tantangan peradaban yang berskala global itu, harus dilaksanakan dengan komitmen
untuk terus menindaklanjutinya dalam skala jangka panjang. Hal itu karena kondisi keterpautan
dan kondisi saling bergantung antar umat manusia justru akan semakin meningkat di masa
datang. Masalah globalisasi adalah masalah yang penyelesaiannya membutuhkan komitmen
jangka panjang dari seluruh bangsa di dunia. Tanpa adanya komitmen jangka panjang, maka
bentuk solusi apapun yang diberikan tidak akan efektif.

3.         Prinsip pembelajaran-kolektif (collective learning)


Yang dimaksud dengan pembelajaran kolektif bukanlah memisahkan diri/ menghindari
dari pengaruh asing (barat). Akan tetapi Prinsip pembelajaran-kolektif adalah adanya semangat
dan mentalitas dari segenap bangsa untuk menjadikan kondisi saling melengkapi itu sebagai
sebuah forum pembelajaran. Hal ini didasari oleh prinsip, bahwasanya negara atau bangsa mana
pun di dunia memiliki fiturnya masing-masing yang semuanya diperlukan untuk memberikan
solusi yang tepat dari berbagai tantangan masa depan. Tentu saja pembelajaran kolektif ini hanya
dimungkinkan jika masing-masing negara/bangsa mau berbagi kepentingan antara satu dengan
lainnya. Dengan adanya pembelajaran kolektif ini, maka kondisi saling ketergantungan itu justru
akan menjadi insentif bagi masing-masing negara/bangsa di dunia untuk mengembangkan
kapasitasnya masing-masing khususnya dalam mengatasi tantangan di era globalisasi.
Jadi seperti yang dipaparkan pada pembahasan “Masalah globalisasi” diatas, yaitu tidak
perlu bersolusi pada patokan “cara mengatasi masalah globalisasi” karena itu hanya
menimbulkan keterbatasan pembelajaran. Jika pembelajaran terbatas maka mana mungkin kita
dapat kolektif terhadap Globalitas yang terjadi.
Ketiga prinsip tersebut harus ada pada asas komplementasi. Karena tanpa adanya ketiga prinsip
itu, maka asas komplementasi tidak akan memberikan banyak manfaat, justru yang terjadi
adalah, asas itu hanya akan dimanfaatkan oleh negara/bangsa tertentu untuk mengatur dan
mengendalikan bangsa/negara lain.

7
C. KONSEP GLOBALISASI

Dibawah ini beberapa konsep globalisasi menurut para ahli adalah:

1. Malcom Waters
Globalisasi adalah sebuah proses sosial yang berakibat bahwa pembatasan geografis pada
keadaan sosial budaya menjadi kurang penting, yang terjelma didalam kesadaran orang
2.   Emanuel Ritcher
Globalisasi adalah jaringan kerja global secara bersamaan menyatukan masyarakat yang
sebelumnya terpencar-pencar dan terisolasi kedalam saling ketergantungan dan persatuan dunia.
3. Thomas L. Friedman
Globlisasi memiliki dimensi ideology dan teknlogi. Dimensi teknologi yaitu kapitalisme
dan pasar bebas, sedangkan dimensi teknologi adalah teknologi informasi yang telah menyatukan
dunia.
4. Princenton N. Lyman
Globalisasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat atas saling ketergantungan dan
hubungan antara Negara-negara didunia dalam hal perdagangan dan keuangan.
5. Leonor Briones
Demokrasi bukan hanya dalam bidang perniagaan dan ekonomi namun juga mencakup
globalisasi institusi-institusi demokratis, pembangunan sosial, hak asasi manusia, dan pergerakan
wanita.

D. PROSES GLOBALISASI

Perkembangan yang paling menonjol dalam era globalisasi adalah globalisasi


informasi, demikian juga dalam bidang sosial seperti gaya hidup.
Serta hal ini dapat dipicu dari adanya penunjang arus informasi global melalui siaran televise
baik langsung maupun tidak langsung, dapat menimbulkan
rasa simpati masyarakat namun bisa juga menimbulkan kesenjangan sosial.
Terjadinya perubahan nilai-nilai sosial pada masyarakat, sehingga memunculkan kelompok
spesialis diluar negeri dari pada dinegaranya sendiri, seperti meniru gaya punk, cara bergaul.
Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi di
dunia. 
1.Perubahan dalam konsep ruang dan waktu. Perkembangan barangbarang seperti telepon
genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian
cepatnya,sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan
banyak hal dari budaya yang berbeda.

2.Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung
sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan
multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).

3.Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film,
musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan
mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam
budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.

4. Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis


multinasional, inflasi regional dan lain-lain. Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa
transformasi ini telah membawa kita pada globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru
bahwa dunia adalah satu. Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa
sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali
yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian,
serta kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan
globalisasi sebagai zaman transformasi sosial. 

8
E. TEORI GLOBALISASI

Didalam globalisasi ini Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan
globalisasi, terdapat tiga posisi teroritis yang dapat dilihat, yaitu:

1. Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki
konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan. Mereka
percaya bahwa negara-negara dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan
ekonomi global yang homogen. meskipun demikian, para globalis tidak memiliki pendapat sama
mengenai konsekuensi terhadap proses tersebut.
Para globalis positif dan optimistis menanggapi dengan baik perkembangan semacam itu dan
menyatakan bahwa globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia yang toleran dan
bertanggung jawab. Para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah
fenomena negatif karena hal tersebut sebenarnya adalah bentuk penjajahan barat (terutama
Amerika Serikat) yang memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi yang homogen dan
terlihat sebagai sesuatu yang benar dipermukaan. Beberapa dari mereka kemudian membentuk
kelompok untuk menentang globalisasi (antiglobalisasi).

2.  Para tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi.


Mereka berpendapat bahwa fenomena ini adalah sebuah mitos semata atau, jika memang ada,
terlalu dibesar-besarkan. Mereka merujuk bahwa kapitalisme telah menjadi sebuah fenomena
internasional selama ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami saat ini hanyalah merupakan
tahap lanjutan, atau evolusi, dari produksi dan perdagangan kapital.

3. Para transformasionalis berada di antara para globalis dan tradisionalis.


Mereka setuju bahwa pengaruh globalisasi telah sangat dilebihlebihkan oleh para globalis.
Namun, mereka juga berpendapat bahwa sangat bodoh jika kita menyangkal keberadaan konsep
ini. Posisi teoritis ini berpendapat bahwa globalisasi seharusnya dipahami sebagai “seperangkat
hubungan yang saling berkaitan dengan murni melalui sebuah kekuatan, yang sebagian besar
tidak terjadi secara langsung”. Mereka menyatakan bahwa proses ini bisa dibalik, terutama
ketika hal tersebut negatif atau, setidaknya, dapat dikendalikan

F. MACAM MACAM GERAKAN GLOBALISASI

1. Gerakan Pro-Globalisas

Pendukung globalisasi (sering juga disebut dengan pro-globalisasi) menganggap bahwa


globalisasi dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran ekonomi masyarakat dunia.
Mereka berpijak pada teori keunggulan komparatif yang dicetuskan oleh David Ricardo. Teori
ini menyatakan bahwa suatu negara dengan negara lain saling bergantung dan dapat saling
menguntungkan satu sama lainnya, dan salah satu bentuknya adalah ketergantungan dalam
bidang ekonomi. Kedua negara dapat melakukan transaksi pertukaran sesuai dengan keunggulan
komparatif yang dimilikinya. Misalnya, Jepang memiliki keunggulan komparatif pada produk
kamera digital (mampu mencetak lebih efesien dan bermutu tinggi) sementara Indonesia
memiliki keunggulan komparatif pada produk kainnya. Dengan teori ini, Jepang dianjurkan
untuk menghentikan produksi kainnya dan mengalihkan faktor-faktor produksinya untuk
memaksimalkan produksi kamera digital, lalu menutupi kekurangan penawaran kain dengan
membelinya dari Indonesia, begitu juga sebaliknya.

9
2. Gerakan Anti Globalisasi

Antiglobalisasi adalah suatu istilah yang umum digunakan untuk memaparkan sikap politis
orang-orang dan kelompok yang menentang perjanjian dagang global dan lembaga-lembaga
yang mengatur perdagangan antar negara seperti Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
“Antiglobalisasi” dianggap oleh sebagian orang sebagai gerakan sosial, sementara yang lainnya
menganggapnya sebagai istilah umum yang mencakup sejumlah gerakan sosial yang berbeda-
beda. Apapun juga maksudnya, para peserta dipersatukan dalam perlawanan terhadap ekonomi
dan sistem perdagangan global saat ini, yang menurut mereka mengikis lingkungan hidup, hak-
hak buruh, kedaulatan nasional, dunia ketiga, dan banyak lagi penyebab-penyebab lainnya.

GLOBALISASI POREKONOMIAN

Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan,


dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi
dengan tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi perekonomian mengharuskan
penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal, barang dan jasa.

Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi kabur dan
keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan semakin erat.
Globalisasi perekonomian di satu pihak akan membuka peluang pasar produk dari dalam negeri
ke pasar internasional secara kompetitif, sebaliknya juga membuka peluang masuknya produk-
produk global ke dalam pasar domestik.

Menurut Tanri Abeng, perwujudan nyata dari globalisasi ekonomi antara lain terjadi dalam
bentuk-bentuk berikut:

 .   Globalisasi produksi, di mana perusahaan berproduksi di berbagai negara, dengan sasaran
agar biaya produksi menajdi lebih rendah. Hal ini dilakukan baik karena upah buruh yang
rendah, tarif bea masuk yang murah, infrastruktur yang memadai ataupun karena iklim usaha dan
politik yang kondusif. Dunia dalam hal ini menjadi lokasi manufaktur global. Kehadiran tenaga
kerja asing merupakan gejala terjadinya globalisasi tenaga kerja.

.    Globalisasi pembiayaan. Perusahaan global mempunyai akses untuk memperoleh pinjaman


atau melakukan investasi (baik dalam bentuk portofolio ataupun langsung) di semua negara di
dunia. Sebagai contoh, PT Telkom dalam memperbanyak satuan sambungan telepon, atau PT
Jasa Marga dalam memperluas jaringan jalan tol telah memanfaatkan sistem pembiayaan dengan
pola BOT (build-operate-transfer) bersama mitrausaha dari manca negara.

.     Globalisasi tenaga kerja. Perusahaan global akan mampu memanfaatkan tenaga kerja dari
seluruh dunia sesuai kelasnya, seperti penggunaan staf profesional diambil dari tenaga kerja yang
telah memiliki pengalaman internasional atau buruh kasar yang biasa diperoleh dari negara
berkembang. Dengan globalisasi maka human movement akan semakin mudah dan bebas.

.    Globalisasi jaringan informasi. Masyarakat suatu negara dengan mudah dan cepat
mendapatkan informasi dari negara-negara di dunia karena kemajuan teknologi, antara lain
melalui: TV,radio,media cetak dll. Dengan jaringan komunikasi yang semakin maju telah
membantu meluasnya pasar ke berbagai belahan dunia untuk barang yang sama. Sebagai contoh :
KFC, celana jeans levi's, atau hamburger melanda pasar dimana-mana. Akibatnya selera
masyarakat dunia -baik yang berdomisili di kota ataupun di desa- menuju pada selera global.

.    Globalisasi Perdagangan. Hal ini terwujud dalam bentuk penurunan dan penyeragaman tarif
serta penghapusan berbagai hambatan nontarif. Dengan demikian kegiatan perdagangan dan
persaingan menjadi semakin cepat, ketat, dan fair.

10
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Mayarakat madani dipahami sebagai kemandirian aktivitas warga masyarakat madani sebagai
“area tempat berbagai gerakan sosial” (seperti himpunan ketetanggaan, kelompok wanita,
kelompok keagamaan, dan kelompk intelektual) serta organisasi sipil dari semua kelas (seperti
ahli hukum, wartawan, serikat buruh dan usahawan) berusaha menyatakan diri mereka dalam
suatu himpunan, sehingga mereka dapat mengekspresikan diri mereka sendiri dan memajukkan
pelbagai kepentingan mereka.

Karakteristik masyarakat madani diperlukan persyaratan-persyaratan yang menjadi nilai


universal dalam penegakkan masyarakat madani. Diantaranya yaitu ruang public yang bebas,
demokratisasi, toleransi, pluralisme, keadilan social, partisipasi social, dan supremasi hukum.

Berkembangnya masyarakat madani di Indonesia diawali dengan kasus-kasus pelanggaran HAM


dan pengekangan kebebasan berpendapat, berserikat, dan kebebasan untuk mengeluarkan
pendapat dimuka umum kemudian dilanjutkan dengan munculnya berbagai lembaga-lembaga
non pemerintah mempunyai kekuatan dan bagian dari sosial control.

 Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan
ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui perdagangan,
investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas
suatu negara menjadi semakin sempit.

Globalisasi adalah suatu proses di mana antarindividu, antarkelompok, dan antarnegara saling
berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas Negara.

Terdapat banyak cara untuk mengatasi dampak buruk dari globalisasi Menumbuhkan semangat
nasionalisme yang tangguh, misal semangat mencintai produk dalam negeri, Menanamkan dan
mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan sebaik- baiknya,Menanamkan dan melaksanakan
ajaran agama dengan sebaik- baiknya,Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan
menegakkan hukum dalam arti sebenar- benarnya dan seadil- adilnya.
Maka dari itu kita sebagai generasi muda harus pandai – pandai menyaring arus globalisasi yang
masuk, agar tetap dapat sesuai dengan kebudayaan bangsa indonesia.

SARAN

Setelah selesainya makalah ini, disana sini banyak kekurangan dari benarnya. Maka kami selaku
penyusun makalah ini berharap kritik dan saran-sarannya yang sifatnya membangun. Karena
kami selaku penyusun masih dalam tahap belajar. Atas saran-sarannya kami mengucapkan
terima kasih dan semoga makalah ini berguna bagi penyusun, pendengar dan pembacanya. 

11
DAFTAR PUSTAKA

 http://www.crayonpedia.org/mw/Ciri-Ciri_Masyarakat_Madani
 http://www.disukai.com/2013/01/pengertian-dan-ciri-ciri-masyarakat-madani.html
 http://adityoman.blogspot.com/2011/11/ciri-ciri-masyarakat-madani.html
 http://dedekrenz.blogspot.com/2011/01/mengidentifikasi-ciri-ciri-masyarakat.html
 Adi, Suryadi. 2002.Masyarakat Madani: Pemikiran, Teori dan Relevansinya dengan
Cita-cita Reformasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
 Arifin Rahman. Sistem Politik Indonesia Dalam Perspektif, Struktural dan
Fungsional. Surabaya, SIC.1998
 Darmodjo, Hendro dan Yeni K. 2004. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta:Universitas
terbuka.
 Elfatsani. Masalah globalisasi
 http://elfatsani.blogspot.com/2008/12/masalah-globalisasi.htmlyang merasa ter-
eksploitasi kebudayaan timurnya. (diakses pada tanggal: 27 November 2011)
 Kadri. Globalisasi Budaya
 http://kadri-blog.blogspot.com/2011/01/globalisasi-budaya.html. (diakses pada
tanggal: 27 November 2011)
 Sulis, Fajar. Pengaruh Dampak Globalisasi Terhadap Kebudayaan Indonesia.
http://fajarsulis.wordpress.com/2010/04/21/pengaruh-dampak-globalisasi-terhadap-
kebudayaan-indonesia/. (diakses pada tanggal: 27 November 2011)

Anda mungkin juga menyukai