Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM
MASYARAKAT MADANI DAN KESEJAHTERAAN

DOSEN PENGAMPU:
Muhammad Ayyub Syamsul, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh:

KELOMPOK 4

MUSTARIA RUMBOUW (162 22 007)


IWAN IFANTRI KATMAS (162 22 023)
ALDI KELIWAR (162 22 017)

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI FAKFAK
2022

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala Yang Maha Pemurah dan lagi Maha Penyayang,
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah melimpahkan Hidayah
Inayah dan Rahmat-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan penyususnan makalah Pendidikan Agama
Islam Dengan judul “Masyarakat Madani Dan Kesejahteraan Umat”
Penyusunan makalah sudah kami lakukan semaksimal mungkin dengan kerja sama dari anggota
kelompok, sehingga bisa memudahkan dalam penyusunanya.
Tetapi tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan baik dari segi penyusunan Bahasa serta aspek-aspek lainya. Maka dari itu, dengan lapang
dada kami membuka seluas-luasnya pintu bagi pembaca yang ingin memberikan kritik ataupun sarannya
demi penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya kami sangat berharap semoga dari makalah yang sederhana ini bisa bermanfaat dan juga besar
keinginan kami bisa menginspirasi para pembaca untuk mengangkat berbagai permasalahan lainnya yang
masih berhubungan pada makalah berikutnya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB 1.....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG......................................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................5
A. Pengertian Masyarakat Madani.................................................................................................5
B. Karasteristik Masyarakat Madani..............................................................................................5
C. Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani.....................................................6
D. Sistem Ekonomi Islam................................................................................................................7
E. Konsep Islam Tentang Kesejahteraan Umat..............................................................................7
BAB lll PENUTUP....................................................................................................................................9
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
semua orang mendambakan kehidupan yang aman, damai dan sejahtera sebagaimana
yang dicita-citakan masyarakat Indonesia, yaitu adil dan makmur bagi seluruh lapisan
masyarakat. Untuk mencapainya berbagai system kenegaraan muncul, seperti
demokrasi.cita-cita suata masyarakattidak mungkin di capai tampa mengoptimalkan
kualitas sumber daya manusia.namun masih banyak permasalahan bagi bangsa
Indonesia, permasalahan yang timbul tersebut mengakibatkan banyaknya konflik
maupun kekacauan yang terjadi di masyarakat.permasalahan ini tidak bisa dibiarkan
lebih lanjut karena akan sangat berakibat buruk bagi kelangsungan hidup berbangsa
dan bernegara.masih adanya budaya KKN dan budaya malas .mungkin menjadi
masalah yang utama di negeri ini.
Bangsa Indonesia belum terlambat mewujudkan masyarakat medani asalakan
semua potensi sumber daya manusia mendapat kesempatan berkembang dan
dikembangkan. Mewujudkan masyarakat medani banyak tantangan yang harus
dilalui.untuk perlu adanya strategi peningktan perang dan fungsi masyarakatdalam
mengangkat martabat manusia menuju masyarakat medani itu sendiri

B. RUMUSAN MASALAH
Permasalahan sosial merupakan sebuah gejala atau fenomena yang muncul dalam realitas
kehidupan masyarakat. Dalam mengidentifikasi permasalahan sosial yang ada di masyarakat
berbeda-beda antara tokoh satu dengan lainya. Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu
disungguhkan dengan permasalahan-permasalahan dilingkungan masyarakat antara lain seperti
pencurian, bentrok antar warga dan lain-lain, hal-hal tersebut tidak akan terjadi apabila masyarakat
memiliki adab dan toleransi antar satu dengan yan lainnya, dan masalah yang dibahas pada makalah
ini antara lain:

1. Apa pengertian masyarakat madani menurut istilah dan Bahasa?


2. Bagaimana karakteristik masyarakat madani?
3. Bagaimanakah peran umat islam dalam mewujudkan masyarakat madani?
4. Apa yang dimaksud dengan sistem ekonomi islam?
5. Bagaimana konsep islam tentang kesejahteraan umat?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Masyarakat Madani
Madani, merupakan istilah dari Bahasa arab “mudun”, atau “madaniyah”, yang mengandung arti
peradaban. Dalam Bahasa inggris istilah tersebut mempunyai pandangan makna dengan kata
civilization. Secara terminologis masyarakat madani menurut An-Naquib Al-Attas adalah
“mujtama’ madani” atau masyarakat kota. Secara etimologi mempunyai dua arti,
pertama, ‘masyarakat kota karena madani berasal dari kata Bahasa arab Madinah yang berarti
kota, dan
kedua , “masyarakat berperadaban” karena madani berasal dari kata arab tamaddun atau
madinah yang berarti peradaban, dengan demikian masyarakat madani mengacu pada
masyarakat yang beradab. Istilah masyarakat madani selain mengacu pada konsep civil society
juga berdasarkan pada konsep negara Madinah yang dibangun nabi Muhammad SAW pada
tahun 622M.
istilah masyarakat madani sering diartikan sebagai terjemahan dari civil society, tetapi jika
dilacak secara empiric istilah civil society adalah terjemahan dari istilah latin, civilis societas,
yang mula-mula dipakai oleh cicero (seorang orator dan pujangga dari roma), pengertiannya
mengacu kepada gejalah budaya perorangan dan masyarakat. Masyarakat sipil disebutnya
sebagai sebuah masyarakat politik (political society) yang memiliki kode hukum sebagai dasar
hidup.
B. Karasteristik Masyarakat Madani

Artinya: “Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi
penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang makruf, an mencegah dari
yang mungkar, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Mereka diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”(at-
Taubah: 7)
masyarakat modern mendambahkan sebuah sistem kehidupan dimana elemen-elemen dalam
masyarakat mempunyai peranan yang dominan dalam menata kehidupan yang mereka inginkan.
Masyarakat yang demikian kerap disebut masyarakat sipil (Civil Society). Namun beberapa
cendikiawan muslim di Asia Tenggara lebih suka menggunakan istilah masyarakat madani
sebagai gantinya.
Dan ada beberapa karakteristik mengenai masyarakat madani yaitu:
1. Masyarakat egaliter, masyarakat egaliter atau masyarakat yang mengemban nilai
egalitarianisme yaitu masyarakat yang mengakui adanya kesetaraan dalam posisi di
masyarakat dari sisi hak dan kewajiban tanpa memandang suku, keturunan, ras, agama
dan sebagainya.
2. Pengharaan, bahwa dalam masyarakat madani adanya penghargaan kepada orang
berdasarkan prestise, bukan kesukuan, keturunan, ras, dan sebagainya.
3. Keterbukaan, (partisipasi seluruh anggota masyarakat aktif), sebagai ciri masyarakat
madani adalah kerendahan hati untuk tidak merasa selalu benar, kemudian kesediaan
untuk mendengarkan pendapat orang lain untuk diambil dan ikuti mana yan terbaik.
4. Penegakan hukum dan keadilan, hukum ditegakkan pada siapapun dan kapanpun
Walaupun terhadap keluarga sendiri. Karena manusia sama didepan hukum.
5. Toleransi dan pluralism, tak lain adalah wujud civility yaitu sikap sikap kewajiban
pribadi dan sosial yang bersedia melihat diri sendiri tidak selalu benar, karena pluralism
dan toleransi merupakan wujud dari “ikatan keadaban” (Bond of civility), dalam arti
masing-masing pribadi dan kelompok dalam lingkungan yang lebih luas, memandang yan
lain dengan penghargaan, apapun perbedaan yang ada tanpa saling memaksakan
kehendak, pendapat atau pandang sendiri.
6. Musyawarah dan demokrasi, merupakan unsur asasi pembentukan masyarakat madani.
Nur cholis madjid menyatakan, masyarakat madani merupakan masyarakat demokratis
yang terbagun dengan menegakkan musyawarah, karena musyawarah merupakan
interpretasi positif sebagai individu dalam masyarakat yang saling memberikan hak untuk
menyatakan pendapat, dan mengakui adanya kewajiban mendengar pendapat orang lain.
C. Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani
Dalam sejarah islam, realisasi keunggulan normatif atau potensial umat islam terjadi pada masa
Abbassiyah. Pada masa itu umat islam menunjukan kemajuan di bidang kehidupan seperti ilmu
pengetahuan dan teknologi, militer, ekonomi, politik dan kemajuan bidang-bidang lainnya. Umat
islam menjadi kelompok umat terdepan dan terunggul. Nama-nama ilmuan besar dunia lahir
pada masa itu, seperti Ibnu Sina, Iman al-Ghazali, Imam al-Farabi, dan yang lain
1. Kualitas SDM Umat Islam
Firman Allah SWT dalam QS. Ali Imran ayat 110 yang artinya: “kamu adalah
umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah
dari yang munkar, dan beriman kepada Allah sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih
baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang
yang fasik.”
Dari ayat diatas sudah jelas bahwa Allah menyatakan bahwa umat islam adalah umat
yang terbaik dari semua kelompok manusia yang Allah ciptakan. Di antara aspek kebaikan umat
islam itu adalah keunggulan kualitas SDM-nya disbanding umat non islam. Keunggulan kualitas
umat islam yang dimaksud dalam Al-Qur’an itu sifatnya normatif, potensial, bukan rill.
2. Posisi Umat Islam
SDM umat islam saat ini belum mampu menunjukan kualitas yang unggul.
Karena itu dalam percaturan global, baik dalam bidang politik, Ekonomi, militer, dan
ilmu pengetahuan dan teknolgi, belum mampu menunjukan perannya yang signifikan. Di
indoneisa jumlah umat islam kurang lebih 85% tetapi karena kualitas SDM-nya masih
rendah, juga belum mampu memberikan peran yang proposional. Hukum positif yang
berlaku di negeri ini bukan hukum islam.
D. Sistem Ekonomi Islam
Menurut ajaran islam semua kegiatan manusia termasuk kegiatan sosial dan ekonomi
haruslah berdasarkan tauhid (keesaan Allah). Dengan demikian realitas dari adanya hak
milik mutlak tidak dapat diterima dalam islam melainkan hanya milik Allah saja,
sedangkan manusia hanyalah memiliki hak milik nisbi atau relatif. Pernyataan dan batas-
batas hak milik dalam islam sesuai dengan system keadilan hak-hak semua pihak yang
terlibat di dalamnya.
Islam mempunyai dua prinsip utama, yakni pertama, tidak seorangpun yang berhak
mengeksploitasi orang lain: dan kedua, tidak ada sekelompok orangpun boleh memisahkan diri
dari orang lain dengan tujuan untuk membatasi kegiatan sosial ekonomi di kalangan mereka saja.
Sebagaimana dalam QS.al-Syu’ara ayat 183, artinya: “janganlah kamu merugikan manusia pada
hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan”
Dalam komitmen islam yang khas dan mendalam terhadap persaudaraan, keadilan ekonomi dan
sosial. Akan tetapi, konsep islam distribusi pendapatan dan kekayaan serta konsepsinya tentang
keadilan sosial tidaklah menuntut bahwa semua orang harus mendapat upah yang sama tanpa
memandang kontribusinya kepada masyarakat. Islam mentoleransi ketidaksamaan pendapatan
sampai tingkat tertentu, karena setiap orang tidaklah sama sifat, kemampuan, dan pelayanannya
dalam masyarakat. Dalam Q.S. An-Nahl ayat 71 disebutkan, yang
artinya: “dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezki,
tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezkinya itu) tidak mau memberikan rezki mereka kepada
budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama(merasakan) rezki itu maka mengapa
mereka mengingkari nikmat Allah.”
Dalam ukuran tauhid, seseorang boleh menikmati penghasilanya sesuai dengan
kebutuhannya. Kelebihan penghasilan atau kekayaannya harus dibelanjakan sebagai sedekah
karena Allah. Sebagaimana Firman Allah dalam QS.An-nisa ayat 114, yang
artinya: “tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan
dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan
perdamaian di antara manusia. Dan barang siapa yang berbuat demikian karena mencari
keredhaan Allah SWT, maka kelak kami memberi kepadanya pahala yang besar.”
Dalam ajaran islam ada dua dimensi utama hubungan yang harus dipelihara, yaitu
hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan manusia dalam masyarakat.
Dengan melaksanakan kedua hubungan itu dengan baik, maka hidup manusia akan sejahtera baik
didunia maupun diakhirat kelak.
E. Konsep Islam Tentang Kesejahteraan Umat
Pada intinya, kesejahteraan sosial menuntut terpenuhinya kebutuhan manusia yang meliputi
kebutuhan primer (primary needs), sekunder (secondary needs), dan kebutuhan tersier.
Kebutuhan primer seperti: pangan(makanan), sandang(pakaian), papan(tempat tinggal),
kesehatan dan keamanan yang layak. Kebutuhan sekunder seperti: pengadaan sarana
transportasi (sepeda,motor,mobil, dsb.) informasi dan telekomunikasi (radio, televisi,
HP,telepon, internet, dsb.) kebutuhan tersier seperti: sarana rekreasi, hiburan.
Kategori kebutuhan diatas bersifat materil sehingga kesejahteraan yang tercipta pun bersifat
materil.

Kesejahteraan sosial yang didambakan Al-Qur’an menurut Qurasih shihab tercermin


disurga yang dihuni oleh adam dan istrinya sesaat sebelum mereka turun melaksanakan tugas
kekhalifahan dibumi. Seperti diketahui, sebelum adam dan istrinya diperintahkan turun kebumi,
mereka terlebih dahulu ditempatkan disurga. Surga diharapkan menjadi arah pengabdian adam
dan hawa, sehingga bayang-bayang surga itu bisa diwujudkan dibumi dan kelak dihuni secara
hakiki diakhirat. Masyarakat yang mewujudkan bayang-bayang surga itu adalah masyarakat
yang berkesejahteraan. Kesejahteraan surgawi ini dilukiskan antara lain dalam QS.thaha/20:117-
119. Yang berbunyi: “hai adam, sesungguhnya ini (iblis)adalah musuh bagimu dan bagi istrimu,
maka sekali-kali jangan sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang akibatnya
engkau akan bersusah payah. Sesungguhnya engkau tidak akan kelaparan disini (surga), tidak
pula akan telanjang, dan sesunggunya engkau tidak akan merasakan dahaga maupun
kepanasan”. Dari ayat menurut ini jelas bahwa pangan, sandang, dan papan, yang diistilahkan
dengan tidak lapar, dahaga, telanjang, dan kepanasan semuanya telah terpenuhi disana.
Terpenuhinya kebutuhan ini merupakan unsur pertama dan utama kesejahteraan sosial. Lebih
lanjut dalam undang-undang kesejahteraan sosial, kriteria masalah sosial yang perlu diatasi
meliputi kemiskinan, ketelantaran, kecacatan, keterpencilan, ketentuan sosial dan penyimpangan
perilaku, korban bencana, korban tidak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi.
Dalam islam dijelaskan bagaimana cara agar terbentuk sesuatu masyarakat yang madani
dan tumbuh toleransi antara satu dengan lainya agar kehidupan bermasyarakat. Dapat berjalan
dengan baik dan tidak ada masalah antara satu individu dengan individu lain atau satu kelompok
dengan kelompok lain. Masih banyak disekitar kita tauran pelajar, tauran antar komplek, tauran
antar desa dan perang terselubung antar agama, hal ini dikarenakan lemahnya iman masyarakat
dan kurannya pemahaman mengenai masyarakat madani dan belum mengerti bagaimana
pandangan islam kehidupan bermasyarakat agar tetap rukun dan damai.
BAB lll
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam mewujudkan masyarakat madani dan kesejahteraan umat haruslah berpacu pada
Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dan kita harus mengetahui apa yang dimaksud dengan
masyarakat madani itu dan cara menciptakan suasana pada masyarakat madani tersebut yang
terdapat pada pada zaman Rasullullah.
Selain memahami apa itu masyarakat madani kita juga harus melihat pada potensi
manusia yang ada di masyarakat, khususnya di Indonesia. Potensi yang ada di dalam diri
manusia sangat mendukung kita untuk mewujudkan masyarakat madani. Karena semakin
besar potensi yang dimiliki oleh seseorang dalam membangun agama Islam maka akan
semakin baik pula hasilnya.
DAFTAR PUSTAKA
 http://fixguy.wordpress.com/makalah-masyarakat-madani/ (16-11-2011)
http://fixguy.wordpress.com/makalah-masyarakat-madani/ (16 November 2011)
http://makalahkite.blogspot.com/2013/12/masyarakat-madani-dan-kesejahteraan-
umat.html
https://www.google.com/search?
q=Manfaat+mmasyarakat+madani+dan+kesejahteraan&oq=Manfaat+mmasyarakat+mad
ani+dan+kesejahteraan+&aqs=chrome..69i57.24660j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8

Anda mungkin juga menyukai