Puji syukur kami ucapkan atas kehadiran Allah SWT, karena berkat
rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah
Pendidikan Kewarganegaraan ini yang berjudul “Masyarakat Madani”.
Tugas makalah Pendidikan kewarganegaraan ini kami susun untuk Tugas
Kelompok kami pada semester ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
______ 3
1.2 Rumusan Masalah
_____ 3
1.3 Tujuan
_____ 3
BAB II ISI
2.1 Konsep Masyarakat
Madani ______ 4
2.2 Pengertian Masyarakat
Madani ______ 5
2.3 Sejarah Masyarakat
Madani ______ 6
2.4 Karagteristik Masyarakat
Madani ______ 9
2.5 Masyarakat Madani di
Indonesia _____ 11
2.6 Ciri-Ciri Masyarakat Madani dan Kesejahteraan
Umat ______ 12
2.7 Proses Demokrasi Menuju Masyarakat
Madani _____ 14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
17
3.2 Saran
17
DAFTAR PUSTAKA________________________________________________
BAB I
PENDAHULAN
BAB II
PEMBAHASAN
Makna Civil Society “Masyarakat sipil” adalah terjemahan dari civil society. Konsep
civil society lahir dan berkembang dari sejarah pergumulan masyarakat. Cicero adalah orang
Barat yang pertama kali menggunakan kata “societies civilis” dalam filsafat politiknya.
Konsep civil society pertama kali dipahami sebagai negara (state). Secara historis, istilah civil
society berakar dari pemikir Montesque, JJ. Rousseau, John Locke, dan Hubbes. Ketiga orang
ini mulai menata suatu bangunan masyarakat sipil yang mampu mencairkan otoritarian
kekuasaan monarchi-absolut dan ortodoksi gereja (Larry Diamond, 2003: 278).
Antara Masyarakat Madani dan Civil Society sebagaimana yang telah dikemukakan di
atas, masyarakat madani adalah istilah yang dilahirkan untuk menerjemahkan konsep di luar
menjadi “Islami”. Menilik dari subtansi civil society lalu membandingkannya dengan tatanan
masyarakat Madinah yang dijadikan pembenaran atas pembentukan civil society di
masyarakat Muslim modern akan ditemukan persamaan sekaligus perbedaan di antara
keduanya.
Perbedaan lain antara civil society dan masyarakat madani adalah civil society
merupakan buah modernitas, sedangkan modernitas adalah buah dari gerakan Renaisans;
gerakan masyarakat sekuler yang meminggirkan Tuhan. Sehingga civil society mempunyai
moral-transendental yang rapuh karena meninggalkan Tuhan. Sedangkan masyarakat madani
lahir dari dalam buaian dan asuhan petunjuk Tuhan. Dari alasan ini Maarif mendefinisikan
masyarakat madani sebagai sebuah masyarakat yang terbuka, egalitar, dan toleran atas
landasan nilai-nilai etik-moral transendental yang bersumber dari wahyu Allah (A. Syafii
Maarif, 2004: 84).
Masyarakat madani merupakan konsep yang berwayuh wajah: memiliki banyak arti
atau sering diartikan dengan makna yang beda-beda. Bila merujuk kepada Bahasa Inggris, ia
berasal dari kata civil society atau masyarakat sipil, sebuah kontraposisi dari masyarakat
militer. Menurut Blakeley dan Suggate (1997), masyarakat madani sering digunakan untuk
menjelaskan “the sphere of voluntary activity which takes place outside of government and
the market.” Merujuk pada Bahmueller (1997). [1]
3.1 Kesimpulan
Masyarakat madani merupakan sistem sosial yang subur berdasarkan
prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan individu
dengan kestabilan masyarakat akan berupa pemikiran seni, pelaksanaan
pemerintahan yang berdasarkan undang-undang dan bukan nafsu atau
keinginan individu.
Untuk mewujudkan masyarakat madani dan agar terciptanya kesejahteraan umat maka
kita sebagai generasi penerus supaya dapat membuat suatu perubahan yang signifikan. Selain
itu, kita juga harus dapat menyesuaikan diri dengan apa yang sedang terjadi di masyarakat
sekarang ini. Agar di dalam kehidupan bermasyarakat kita tidak ketinggalan berita. Adapun
beberapa kesimpulan yang dapat saya ambil dari pembahasan materi yang ada di bab II ialah
bahwa di dalam mewujudkan masyarakat madani dan kesejahteraan umat haruslah berpacu.
Selain memahami apa itu masyarakat madani kita juga harus melihat pada potensi
manusia yang ada di masyarakat, khususnya di Indonesia. Potensi yang ada di dalam diri
manusia sangat mendukung kita untuk mewujudkan masyarakat madani. Karena semakin
besar potensi yang dimiliki oleh seseorang dalam membangun agama Islam maka akan
semakin baik pula hasilnya. Begitu pula sebaliknya, apabila seseorang memiliki potensi yang
kurang di dalam membangun agamanya maka hasilnya pun tidak akan memuaskan. Oleh
karena itu, marilah kita berlomba-lomba dalam meningkatkan potensi diri melalui latihan-
latihan spiritual dan praktek-praktek di masyarakat.
3.2 Saran
Melalui makalah ini saya berharap semoga pembahasan mengenai Masyarakat Madani,
sedikit banyaknya dapat dipahami oleh pembaca, selain itu Saya sebagai penulis mohon
ma’af apabila masih terdapat kesalahan-kesalahan dalam penyusunan makalah ini, untuk itu
saya mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca, untuk kesempurnaan dari makalah saya
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azyumardi. 1999. Menuju Masyarakat Madani. Cetakan ke-1. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
Budiman, Arief.1990. State And Civil Society. Clayton : Monash Paper Southeast Asi No.22
Culla, Adi Suryadi. 1999. Masyarakat Madani Pemikiran : Teori dan Relevasinya Dengan Cita-
cita Reformasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Deden, M. Ridwan, dan Nurjulianti, Dewi (penyuting). 1999 Pembangunan Masyarakat Madani
dan Tantangan Demokratisasi di Indonesia. Cetakan Ke-1, Jakarta : LP3ES
Suito, Deny. Forum Ilmiah pada acara Festival Istiqlal, 26 September 1995 : Jakarta
Masykuri Abdillah, Endang Rudiatin. 2007. Dari Civil Society Ke Civil Religion. MUI: Jakarta.
[1] Masykuri Abdillah, Endang Rudiatin. 2007. Dari Civil Society Ke Civil Religion. MUI: Jakarta.
[2] Azra, Azyumardi. 1999. Menuju Masyarakat Madani. Cetakan ke-1. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya
[3] Azra, Azyumardi. 1999. Menuju Masyarakat Madani. Cetakan ke-1. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya
[4] Budiman, Arief.1990. State And Civil Society. Clayton : Monash Paper Southeast Asi No.22