Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENDIDIKAAN AGAMA ISLAM

MASYARAKAT MADANI

NAMA KELOMPOK : 4

 AMRINA ROSYADA
 HUSNUL KHOTIMAH
 NANDA WIDIA YUNARTI

FKIP BAHASA INGGRIS


UNIVERSITAS QOMARUL HUDA BADARUDDIN
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayat-Nya serta berbagai upaya, tugas makalah
mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang membahas tentang Masyarakat Madani dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Dalam penyusunan makalah ini, ditulis berdasarkan buku yang berkaitan


dengan Pendidikan Agama Islam , dan serta informasi dari media massa yang
berhubungan dengan masyarakat Madani.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna. Untuk itu
diharapkan berbagai masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaannya.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat membawa manfaat untuk pembaca.

Praya, 28 Oktober 2023

ii
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................................2
1.4 Manfaat...........................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN MASALAH.....................................................................................4
2.1 Pengertian Masyarakat Madani......................................................................................4
2.2 Masyarakat Madani dalam Sejarah................................................................................4
2.3 Peran Umat Islam dalam Mewujudkan Masyarakat Madani.........................................5
BAB III PENUTUP.................................................................................................................13
KESIMPULAN...................................................................................................................13

ii
i
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masyarakat Madani adalah masyarakat yang memiliki peradaban vis a vis Badawah,
penduduk desa yang masih primitif, badui. M.A. Jabbar Beg (1980) dalam Islamic
and Western Concept of Civilization menjelaskan, bahwa term Madani (Madaniyah)
yang berarti peradaban (civilization) digunakan pertama kali pada akhir abad 19 dan
abad 20 oleh sarjana muslim, Farid Wajdi dengan karyanya Al-Madaniyyah wal-
Islam dan Abduh dengan karyanya Al-Islam wal- Nashraniyyah Ma al-’Ilmy wal-
Madaniyyah. Lebih lanjut Beg menjelaskan bahwa sebelum Abduh kata
Madaniyyah sudah digunakan oleh Al-Farabi (w.339 H) dalam judul karyanya, Al-
Siyasah wal-Madaniyyah. Hanya kata ini oleh Al-Farabi diartikan urban, kehidupan
kota, sementara Abduh secara kongkrit mengartikan peradaban (civilization). Kaitan
antara kata latin civitas dan civilization adalah sangat mirip dengan kata Madinah
dan Madaniyyah. Ini merupakan kenyataan bahwa orang-orang kota pada umumnya
mengutamakan peradaban atau lebih dulu memiliki peradaban dan peradaban
tumbuh dan muncul di kota.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian masyarakat madani?


2. Bagaimana masyarakat madani dalam sejarah?
3. Bagaimana peran umat islam dalam mewujudkan masyarakat madani?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui masyarakat madani


2. Mengetahui masyarakat madani dalam sejarah
3. Mengetahui peran umat islam dalam mewujudkan masyarakat madani?

4
1.4 Manfaat

Manfaat yang dapat diambil yaitu membantu pembaca dalam memahami


masyarakat madani, mengetahui masyarakat madani dalam sejarah, dan
mengetahui peran umat islam dalam mewujudkan masyarakat madani

5
BAB II
PEMBAHASAN
MASALAH

2.1 Pengertian Masyarakat Madani


Masyarakat madani, yang berasal dari bahasa Inggris “civil society”,
sebenarnya berasal dari kata Latin “civitas dei” yang berarti kota Ilahi, dan
“society” yang berarti masyarakat.
Kata “civil” kemudian berkembang menjadi kata “civilization” yang berarti
peradaban (seperti yang dikutip oleh Gellner dan dikutip kembali oleh Mahasin
pada tahun 1995). Masyarakat madani adalah suatu konsep yang mengacu pada
sebuah masyarakat yang memiliki kemandirian dalam menjalankan kegiatan sosial,
ekonomi, dan politiknya.
Masyarakat madani merupakan masyarakat yang mempunyai norma-norma
yang baik dalam membangun, memaknai, dan menjalani kehidupannya. Hal ini
termasuk kemampuan masyarakat dalam melakukan kritik terhadap pemerintah,
mengatur dirinya sendiri, serta memperjuangkan hak dan kepentingannya.

PENGERTIAN MASYARAKAT MADANI DALAM ISLAM

Kata madani sendiri berasal dari bahasa arab yang artinya civil atau civilized
(beradab). Istilah masyarakat madani adalah terjemahan dari civil atau civilized
society, yang berarti masyarakat yang berperadaban. Mayarakat madani (dalam
bahasa Inggris: civil society) dapat diartikan sebagai suatu masyarakat yang
beradab dalam membangun, menjalani, dan mamaknai kehidupannya.

Orang yang pertama kali mengungkapkan istilah masyarakat madani adalah


Anwar Ibrahim - mantan wakil perdana menteri Malaysia- dan dikembangkan di
Indonesia oleh Nurcholish Madjid. Menurut Anwar Ibrahim, masyarakat madani
merupakan sistem sosial yang subur berdasarkan prinsip moral yang menjamin
keseimbangan antara kebebasan individu dengan kestabilan masyarakat. Inisiatif
dari individu dan masyarakat akan berupa pemikiran, seni, pelaksanaan
pemerintah yang berdasarkan undang-undang dan bukan nafsu atau keinginan
6
individu.

Dawam Rahardjo mendefinisikan masyarakat madani sebagai proses penciptaan


peradaban yang mengacu kepada nilai-nilai kebijakan bersama. Dawam
menjelaskan, dasar utama dari masyarakat madani adalah persatuan dan integrasi
sosial yang didasarkan pada suatu pedoman hidup, menghindarkan diri dari
konflik dan permusuhan yang menyebabkan perpecahan dan hidup dalam suatu
persaudaraan. Masyarakat Madani pada prinsipnya memiliki multimakna, yaitu
masyarakat yang demokratis, menjunjung tinggi etika dan moralitas, transparan,
toleransi, berpotensi, aspiratif, bermotivasi, berpartisipasi, konsisten memiliki
bandingan, mampu berkoordinasi, sederhana, sinkron, integral, mengakui,
emansipasi, dan hak asasi, namun yang paling dominan adalah masyarakat yang
demokratis.

Masyarakat madani adalah kelembagaan sosial yang akan melindungi warga


negara dari perwujudan kekuasaan negara yang berlebihan. Bahkan Masyarakat
madani tiang utama kehidupan politik yang demokratis. Sebab masyarakat madani
tidak saja melindungi warga negara dalam berhadapan dengan negara, tetapi juga
merumuskan dan menyuarakan aspirasi masyarakat

Masyarakat Madani akan terwujud apabila suatu masyarakat telah menerapkan


prinsip-prinsip demokrasi dengan baik. Di dalam Al qur’an sudah dijelaskan
tentang umat yang terbaik untuk membentuk peradaban manusia yang lebih
humanis dan toleran yaitu:

\
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara
mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang
fasik”. (QS Ali Imran [3]: 110) 7

Konsep “Masyarakat Madani” merupakan penerjemahan atau pengislaman


konsep “civil society”. Pemaknaan civil society sebagai Masyarakat Madani
merujuk pada konsep dan bentuk masyarakat Madinah yang dibangun Nabi
Muhammad dengan menerapkan Piagam Madinah. Masyarakat Madinah dianggap
sebagai legitimasi historis pembentukan civil society dalam masyarakat muslim
modern.

2.2 Sejarah Masyarakat Madani

Masyarakat Yunani Kuno, konsep civil society sudah muncul. Cicero,


seorang orator Yunani kuno, adalah orang pertama yang menggunakan istilah civil
society pada 106-43 SM. Dia mendefinisikan civil society sebagai komunitas yang
memiliki kode hukum sendiri dengan konsep civility (kewargaan) dan urbanity
(budaya kota), di mana kota dipahami bukan hanya sebagai konsentrasi penduduk,
melainkan juga sebagai pusat peradaban dan kebudayaan.
Istilah masyarakat madani juga terkait dengan konsep negara-kota Madinah
yang dibangun oleh Nabi Muhammad SAW pada tahun 622M. Konsep ini juga
mengacu pada tamadhun (masyarakat yang berperadaban) yang diperkenalkan oleh
Ibn Khaldun dan Al Madinah al fadhilah (Madinah sebagai Negara Utama) yang
diungkapkan oleh filsuf Al Farabi pada abad pertengahan.Piagam Madinah adalah
dokumen penting yang membuktikan majunya masyarakat yang dibangun pada
saat itu dan memberikan penegasan mengenai kejelasan hukum dan konstitusi
sebuah masyarakat. Konstitusi ini mengatur tentang hak-hak sipil (civil rights),
bahkan jauh sebelum Deklarasi Kemerdekaan Amerika, Revolusi Prancis, dan
Deklarasi Universal PBB tentang HAM dikumandangkan.
Awal pergerakan kebangsaan di Indonesia melihat masyarakat madani
berjuang untuk pertama kalinya, yang diprakarsai oleh Syarikat Islam pada tahun
1912. Setelah itu, Soeltan Syahrir melanjutkan perjuangan ini pada awal
kemerdekaan. Namun, jiwa demokrasi Soeltan Syahrir harus menghadapi kekuatan
represif dari rezim Orde Lama dan Orde Baru. Namun, pada era reformasi saat ini,
tuntutan perjuangan untuk menuju transformasi menuju masyarakat madani
tampaknya sudah tidak dapat dihentikan.
8
SEJARAH MASYARAKAT MADANI DALAM PERADABAN ISLAM

Ada dua Masyarakat Madani dalam sejarah yang terdokumentasi sebagai


Masyarakat Madani, yaitu:
1. Masyarakat Saba’, yaitu masyarakat di masa Nabi Sulaiman. Allah SWT
memberikan gambaran dari Masyarakat Madani dengan firman-Nya dalam Q.S.
Saba’ ayat 15:
“Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat
kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri.
(kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan)
Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang
baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun”.

2. Masyarakat Madinah setelah terjadi traktat, perjanjjian Madinah antara


Rasullullah SAW beserta umat Islam dengan penduduk Madinah yang beragama
Yahudi dan beragama Watsani dari kaum Aus dan Khazraj. Perjanjian Madinah
berisi kesepakatan ketiga unsur masyarakat untuk saling menolong, menciptakan
kedamaian dalam kehidupan sosial, menjadikan Al-Qur’an sebagai konstitusi,
menjadikan Rasullullah SAW sebagai pemimpin dengan ketaatan penuh terhadap
keputusan-keputusannya, dan memberikan kebebasan bagi penduduknya untuk
memeluk agama serta beribadah sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.

Secara historis kita lebih mudah secara langsung merujuk kepada


“masyarakat”nya Ibnu Khaldun. Deskripsi masyarakatnya justru banyak
mengandung muatan-muatan moral-spiritual dan menggunakan agama sebagai
landasan analisisnya. Pada kenyataannya masyarakat sipil tidak sama
dengan Masyarakat Madani.
Masyarakat Madani merujuk kepada sebuah masyarakat dan negara
yang diatur oleh hukum agama, sedangkan masyarakat sipil merujuk kepada
komponen di luar negara. Syed Farid Alatas seorang sosiolog sepakat dengan
Syed M. Al Naquib Al Attas (berbeda dengan para sosiolog umumnya),
menyatakan bahwa faham Masyarakat Madani tidak sama dengan faham
masyarakat Sipil. 9
Istilah Madani, Madinah (kota) dan din (diterjemahkan sebagai agama)
semuanya didasarkan dari akar kata din. Kenyataan bahwa nama kota Yathrib
berubah menjadi Madinah bermakna di sanalah din berlaku. Secara historispun
masyarakat Sipil dan Masyarakat Madani tidak memiliki hubungan sama sekali.
Masyarakat Madani bermula dari perjuangan Nabi Muhammad SAW menghadapi
kondisi jahiliyyah masyarakat Arab Quraisy di Mekkah.

2.3 Peran Umat Islam dalam Mewujudkan Masyarakat Madani

Peranan umat islam dalam mewujudkan masyarakat madani adalah dengan


menerapkan lima prinsip dasar yaitu muakkah, ikatan iman, ikatan cinta,
persamaan si kaya dan si miskin dan toleransi umat beragama;
1. Muakhah atau persaudaran, yaitu memandang seluruh orang muslim sebagai
suadara, sebagaimana perintah ALLAH dalam surah al hujurat ayat
10. Dimana telah dicontohkan Rasulullah dengan memepersaudarakan
orang-orang muhajirin dan orang-orang anshor.
2. Ikatan iman, yaitu menjadikan ikatan keimanan sebagai dasar yang paling
kuat dalam membentuk keharmonisan dalam masyarakat. Sehingga setipa
warga negara diikat oleh kalimat yang sama yaitu kalimat syahadat, bahkan
diharamkan darah , harta dan menganggu kehormatan diantara orang-orang
islam.
3. Ikatan cinta, yaitu memupukkan paham nasionalisme, dimana kepahaman
akan cinta tanah air merupakan bagian dari iman. Maka setiap warga
masyarakat punya ras memiliki terhadapat masayrakat tersebut.
sebagaimana Rasulullah memimpin madinah berlandaskan cinta dan rasa
tolong – menolong
4. Persamaan si kaya dan si miskin, yaitu menyempitkan jurang pembatas
antara si kaya dan si miskin, berdasrkan ikatan iman dengan cara
menerapkan zakat, sehingga masyarakat menjadi sejahtera karena harta tiap
orang dapt digunakan untuk orang lain yang membutuhkan.
5. Toleransi umat beragama, yaitu menerapkan hukum islam sebagai landasan
toleransi, dimana rasulullah begitu menekankan untuk berbuat baik kepada
orang-orang kafir yang tidak melawan
10 atau dalam perlindungan negara,
bahkan memberi ancaman yang berat bagi orang-orang islam yang
mendzolimi orang kafir.sebagamana Rasulullah memimpin madinah
berlandaskan cinta dan rasa tolong – menolong

11
Dalam menghadapi perkembangan dan perubahan zaman, maka umat Islam harus
berperan aktif dalam mewujudkan Masyarakat Madani.

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya
ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S.Ali
Imron:110).

Oleh karena itu maka Umat Islam harus menunjukan perannya dalam
mewujudkan Masyarakat Madani yaitu antara lain;
1. Melakukan pembenahan kedalam tubuh umat Islam untuk menghapus
kemiskinan.
2. Menciptakan keadilan sosial dan demokrasi.
3. Merangsang tumbuhnya para intelektual.
4. Mewujudkan tata sosial politik yang demokratis dan sistem ekonomi yang adil.
5. Sebagai pengembangan masyarakat melalui upaya peningkatan pendapatan dan
pendidikan rakyat.
6. Sebagai advokasi bagi masyarakt yang “teraniaya”, tidak berdaya membela hak-
hak dan kepentingan mereka (masyarakat yang terkena pengangguran, kelompok
buruh, TKI, TKW yang digaji atau di PHK secara sepihak, di siksa bahkan di
bunuh oleh majikannya dan lainlain).
7. Sebagai kontrol terhadap negara .
8. Menjadi kelompok kepentingan (interest group) atau kelompok penekan
(pressure group) dalam rangka menegakkan kebenaran dan keadilan.

Bangsa Indonesia berusaha untuk mewujudkan Masyarakat Madani yang pada


dasarnya adalah masyarakat sipil yang demokratis dan agamis/religius. Dalam
kaitannya pembentukan Masyarakat Madani di Indonesia, maka warga negara
Indonesia perlu dikembangkan untuk menjadi warga negara yang cerdas,
demokratis, dan religius dengan bercirikan imtaq, kritis argumentatif, dan kreatif,
berfikir dan berperasaan secara jernih sesuai dengan aturan, menerima semangat

12
Bhineka Tunggal Ika, berorganisasi secara sadar dan bertanggung jawab, memilih
calon pemimpin secara jujur-adil, menyikapi mass media secara kritis dan objektif,
berani tampil dan kemasyarakatan secara profesionalis, berani dan mampu menjadi
saksi, memiliki wawasan yang luas, memiliki semangat toleransi mengerti cita-cita
nasional bangsa Indonesia yang demokratis, aman, adil dan makmur bagi seluruh
rakyat Indonesia.

13
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN

Konsep Masyarakat Madani menurut Islam adalah bangunan politik


yang: demokratis, partisipatoris, menghormati dan menghargai publik seperti:
kebebasan hak asasi, partisipasi, keadilan sosial, menjunjung tinggi etika dan
moralitas. Ciri utama Masyarakat Madani Indonesia adalah demokrasi yang
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, masyarakat yang mempunyai faham
keagamaan yang berbeda-beda, penuh toleransi, menegakkan hukum dan
peraturan yang berlaku secara konsisten dan berbudaya.

Manfaat yang diperoleh dengan terwujudnya Masyarakat Madani ialah


terciptanya tatanan masyarakat yang lebih terbuka. Di samping itu, dengan
terwujudnya Masyarakat Madani, maka persoalan-persoalan besar bangsa
Indonesia seperti: konflik-konflik suku, agama, ras, etnik, golongan,
kesenjangan sosial, kemiskinan, kebodohan, ketidakadilan pembagian "kue
bangsa" antara pusat dan daerah, diharapkan dapat mewujudkan kesejahteraan
lahir batin bagi seluruh rakyat, sehingga kekhawatiran akan terjadinya
disintegrasi bangsa dapat dicegah.

14
DAFTAR PUSTAKA

 Adi, Suryadi. 2002.Masyarakat Madani: Pemikiran, Teori danRelevansinya dengan


Cita -cita Reformasi. Jakarta : PT. Raja GrafindoPersada.
 Arifin Rahman. Sistem Politik Indonesia Dalam Perspektif, Struktural danFungsional.
Surabaya, SIC.1998

15

Anda mungkin juga menyukai