Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

“MASYARAKAT MADANI”

Disusun Oleh:

Syukri Alfa Asyhadi S

Lilis Suryani

Dosen Pengampu:

Mustafa Kamil AB, S. Sos, MA

PROGRAM STUDI EKONOMI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS GUNUNG LEUSER

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayahnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Pendidikan
Kewarganegaraan ini yang berjudul “Masyarakat Madani”. Tugas makalah ini
kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan sebagai penulis kami menyadari
bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami
menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah yang
lebih baik. Atas perhatiannya kami mengucapkan terima kasih.

Kutacane, 24 Oktober 2022

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 1

BAB II ISI 2

2.1 Konsep Masyarakat Madani 2

2.2 Pengertian Masyarakat Madani 3

2.3 Sejarah Masyarakat Madani 4

2.4 Karakteristik Masyarakat Madani 9

2.5 Masyarakat Madani di Indonesia 10

2.6 Ciri-Ciri Masyarakat Madani dan Kesejateraan Umat 12

2.7 Proses Demokrasi Menuju Masyarakat Madani 14

BAB III PENUTUP 17

3.1 Kesimpulan 17

3.2 Saran 18

DAFTAR PUSTAKA 19
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masyarakat Madani adalah tatanan masyarakat sipil yang mandiri dan
demokratis. Masyarakat Madani lahir dari proses penyemaian demokrasi,
yang hubungannya diibaratkan dengan ikan dan air. Didalam makalah ini
kami akan membahas mengenai masyarakat madani yang biasa dikenal
dengan istilah masyarakat sipil (Civil Society), mulai dari pengertian, sejarah
pemikiran, karakter dan lain-lain.

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan pengertian masyarakat madani!
2. Jelaskan sejarah masyarakat madani!
3. Sebutkan dan jelaskan karakteristik masyarakat madani!
4. Jelaskan mengenai masyarakat madani di Indonesia!

1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini agar pembaca dapat memahami apa itu
masyarakat madani serta sejarah lahirnya masyarakat madani di Indonesia,
dan bagaimana posisi masyarakat madani di Indonesia.
BAB II

ISI

2.1 Konsep Masyarakat Madani


Konsep “Masyarakat Madani” merupakan penerjemahan atau pengislaman
konsep Civil Society. Orang yang pertama kali mengungkapkan istilah ini
adalah Anwar Ibrahim dan dikembangkan di Indonesia oleh Nurcholish
Madjid. Pemaknaan civil society sebagai masyarakat madani merujuk pada
konsep dan bentuk masyarakat Madinah yang dibangun Nabi Muhammad
SAW. Masyarakat Madinah dianggap sebagai legitimasi historis
ketidakbersalahan pembentukan civil society dalam masyarakat muslim
modern.

Makna “Masyarakat sipil” adalah terjemahan dari civil society. Konsep civil
society lahir dan berkembang dari sejarah pergumulan masyarakat. Cicero
adalah orang Barat yang pertama kali menggunakan kata Societies Civilis
dalam filsafat politiknya. Konsep civil society pertama kali dipahami sebagai
negara (state). Secara historis, istilah civil society berakar dari pemikir
Montesque, JJ. Rousseau, John Locke, dan Hubbes. Ketiga orang ini mulai
menata suatu bangunan masyarakat sipil yang mampu mencairkan otoritarian
kekuasaan monarchi-absolut dan ortodoksi gereja (Larry Diamond, 2003:
278).

Antara Masyarakat Madani dan Civil Society sebagaimana yang telah


dikemukakan di atas, masyarakat madani adalah istilah yang dilahirkan untuk
menerjemahkan konsep di luar menjadi “Islami”. Menilik dari subtansi civil
society lalu membandingkannya dengan tatanan masyarakat Madinah yang
dijadikan pembenaran atas pembentukan civil society di masyarakat Muslim
modern akan ditemukan persamaan sekaligus perbedaan di antara keduanya.

Perbedaan lain antara civil society dan masyarakat madani adalah civil
society merupakan buah modernitas, sedangkan modernitas adalah buah dari
gerakan Renaisans (gerakan masyarakat sekuler yang meminggirkan Tuhan).
Sehingga civil society mempunyai moral-transendental yang rapuh karena
meninggalkan Tuhan. Sedangkan masyarakat madani lahir dari dalam buaian
dan asuhan petunjuk Tuhan. Dari alasan ini Maarif mendefinisikan
masyarakat madani sebagai sebuah masyarakat yang terbuka, egalitar, dan
toleran atas landasan nilai-nilai etik-moral transendental yang bersumber dari
wahyu Allah SWT (A. Syafii Maarif, 2004: 84).

Masyarakat madani merupakan konsep yang berwayuh wajah: memiliki


banyak arti atau sering diartikan dengan makna yang beda-beda. Bila merujuk
kepada Bahasa Inggris, ia berasal dari kata civil society atau masyarakat sipil,
sebuah kontraposisi dari masyarakat militer. Menurut Blakeley dan Suggate
(1997), masyarakat madani sering digunakan untuk menjelaskan “the sphere
of voluntary activity which takes place outside of government and the
market.” Merujuk pada Bahmueller (1997)1.

2.2 Pengertian Masyarakat Madani


Sejarah masyarakat madani atau masyarakat sipil lahir pertama kalinya dalam
perjalanan politik masyarakat sipil di barat. Istilah masyarakat sipil luas
dengan istiliah Civil Society. Yang didefenisikan oleh para ahli bahwasanya
karakter dari masyarakat sipil sebagai komunitas sosial dan politik pada
umumnya memiliki peran dan fungsi yang berbeda dengan lembaga negara.

Istilah “Masyarakat Madani” dimunculkan pertama kalinya di kawasan asia


tenggara oleh Cendikiawan Malaysia yang bernama Anwar Ibrahim.
Masyarakat madani berbeda dengan masyarakat civil barat yang beriorientasi
penuh pada kebebasan individu, menurut mantan perdana menteri malaysia
itu Masyarakat Madani adalah sistem sosial yang tumbuh berdasarkan prinsip
moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan individu dan
mayarakat yang berupa pemikiran, seni, pelaksanaan pemerintahan yang
berdasarkan undang-undang dan bukan nafsu keinginan individu. Ia juga
mengatakan masyarakat madani memiliki ciri-ciri yang khas yaitu
kemajemukan kebudayaan (Multicultural), Hubungan timbal balik
(Reprocity) dan sikap yang saling memahami dan menghargai. Anwar
Menjelaskan watak masyarakat madani yang ia maksud adalah guiding ideas,
1
Masykuri Abdillah, Endang Rudiatin. 2007. Dari Civil Society Ke Civil Religion. MUI: Jakarta
dalam melaksanakan ide-ide yang mendasari keberadaanya yaitu prinsip
moral, keahlian, kesamaan, musyawarah dan demokratis.

Dawam Rahardjo juga mengemukakan defenisi masyaraakat madani adalah


proses penciptaan peradaban yang mengacu pada nilai-nilai kebijakan
bersama. Menurutnya masyarakat madani adalah warga Negara yang bekerja
sama membangun ikatan sosial, jaringan produktif, solidaritas kemanusiaan
yang bersifat non negara. Ia juga mengemukakan dasar utama masyarakat
madani adalah persatuan dan integrasi nasional yang didasarkan pada suatu
pedoman hidup, menghindarkan diri dari konflik permusuhan yang
menyebabkan perpecahan dan hidup dalam suatu persaudaraan.

Sejalan dengan itu, Azyumardi Azra juga mengemukakan bahwa masyarakat


madani lebih dari sekedar gerakan pro-demokrasi yang mengacu pada
pembentukan masyarakat berkualitas dan ber-tamaddun (Civility). Menurut
tokoh cendikiawan muslim indonesia Norcholish Madjid istilah masyarakat
madani mengandung makna toleransi kesediaan priadi untuk menerima
berbagai macam pandangan politik dan tingkah laku sosial2.

2.3 Sejarah Singkat Masyarakat Madani


Sejarah Civil Society  tidak terlepas dari filsuf yunani Aristoteles (384-322
SM) yang mengandung konsep Civil Society sebagai sistem kenegaraan atau
identik dengan negara itu sendiri. Pada masa sekarang konsep Civil Society
dikenal dengan Istilah Koinonia Politeke yaitu sebuah komunitas politik
tempat warga negara dapat terlibat lansung dalam peraturan ekonomi-politik
dalam mengambil keputusan. Istilah Koinonia Politeke dikemukakan
Aristoteles untuk menggambarkan sebuah masyarakat politis dan etis dimana
warga negara didalamnya berkedudukan sama didepan hukum. Yang
kemudian mengalami perubahan dengan pengertian Civil Society yaitu
masyarakat sipil diluar dan penyeimbang warga negara.

Seorang negarawan Romawi bernama Marcus Tullius Cicero (106-43 SM)


memiliki pandangan yang berbeda dengan Aristoteles. Ia  mengistilahkan
2
Azra, Azyumardi. 1999. Menuju Masyarakat Madani. Cetakan ke-1. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
Masyarakat Sipil dengan societies civilies  yaitu sebuah komunitas yang
mendominasi komunitas yang lain dengan radisi politik kota sebagai
komponen utamanya. Istilah ini lebih menekankan pada konsep negara kota
(City-state) yaitu menggambarkan kerajaan, kota, dan bentuk korporasi lainya
yang menjelma menjadi entitas dan terorganisir.

Kemudian Rumusan Civil Society dikembangkan oleh Thomas Hobbes


(1588-1679 M) dan Jhon Locke (1632-1704) yang memandang
perkembangan civil society sebagai lanjutan dari evaluasi masyarakat yang
berlangsung secara alamiah. Menurut Hobbes entitas negara civil society
mempunyai peranan untuk meredam konflik dalam masyarakat sehingga ia
harus memiliki kekuasaan mutlak untuk mengontrol dan mengawasi secara
ketat pola-pola interaksi setiap warga negara.

Namun Menurut Jhon Locke, Kehadiran civil society untuk melindungi


kebebasan dan hak milik warga negara. Mengingat sifatnya seperti itu civil
society tidak absolut dan tidak membatasi peranannya pada wilayah yang
tidak dapat dikelola warga negara untuk memperoleh haknya secara adil dan
profesional.

Pada tahun 1767 Adam Ferguson mengkontekstualisasikan civil society


dengan konteks sosial dan politik di Skotlandia dengan perkembangan
kapitalisme yang berdampak pada krisis sosial. Berbeda dengan pandangan
sebelumnya ia lebih menekankan visi etis pada civil society dalam kehidupan
sosial. Menurutnya ketimpangan sosial akibat kapitalisme harus dihilangkan.
Ia yakin bahwa publik secara alamiah memiliki spirit solidaritas sosial dan
sentimen moral yang menghalangi munculnya kembali despotisme.
Kekhawatiran ia semakin menguatnya sistem individualistis dan
berkurangnya tanggung jawab sosial mayarakat mewarnai pandangan tentang
civil society waktu itu.

Pada 29 januari 1737- 8 juni 1809 aktivis politik Asal Inggris-Amerika yang
bernama Thomas Paine, civil society sebagai suatu yang berlawanan dengan
lembaga negara bahkan ia dianggap sebagai antitetis negara. Berdasarkan
paradigma ini peran negara sudah saatnya untuk dibatasi. menrut paradigma
negara ini tidak lain hanyalah keniscayaan buruk belaka. Konsep negara yang
absah menurut pemikiran ini adalah perwujudan dari delegasi kekuasaan yang
diberikan oleh masyarakat demi terciptanya kesejahteraan bersama. Dengan
demikian menurutnya civil society adalah ruang dimana warga negara dapat
mengembangkan kepribadian dan memberi peluang bagi pemuasan
kepentingannya secara bebas dan tanpa paksaan3.

Kemudian G.W.F. Hegel (1770-1831), Karl Max (1818-1883), dan Antonio


Gramsci (1891-1837) mengembangkan istilah civil society ialah elemen
ideologis kelas dominan. Pemahaman ini merupakan reaksi atas pandangan
paine yang memisahkan civil society dari negara. Berbeda dengan pandangan
paine, Hegel Memandang civil society sebagai kelompok sub-ordinatif
terhadap negara. Menurut Ryaas Rasyid seorang pakar politik indonesia,
menurutnya pandangan ini erat kaitanya dengan perkembangan sosial
masyarakat borjuasi eropa  yang ditandai dengan pelepasan diri dari
cengkraman dominasi negara.

Selanjutnya Hegel menjelaskan bahwa struktur sosial civil society  terdapat


tiga entitas sosial: keluarga, masyarakat sipil, dan negara. Keluarga
merupakan ruang sosialisasi pribadi anggota masyarakat yang bercirikan
keharmonisan. Sedangkan masyarakat sipil merupakan tempat berlangsungya
percaturan sebagai kepentingan pribadi dan golongan terutama kepentingan
ekonomi. Menurutnya negara merupakan ide universal yang bertugas
melindungi kepentingan politik warganya dan mempunyai hak penuh untuk
intervensi terhadap civil society.

Berbeda dengan Hegel, Karl Max memandang civil society sebagai


masyarakat borjuis. Dalam konteks hubungan produksi kapitalis. Keberadaan
civil society merupakan kendala besar bagi upaya pembebasan manusia dari
penindasan kelas pemiik modal. Oleh karena itu civil society harus
dilenyapkan demi terwujudnya tatanan masyarakat tanpa kelas.

3
Azra, Azyumardi. 1999. Menuju Masyarakat Madani. Cetakan ke-1. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
Berbeda dengan max. Antonio Gramsci tidak memandang masyarakat sipil
dalam konteks relasi produksi tetapi lebih pada sisi idiologis. Gramsci
meletakan masyaraakat madani pada struktur berdampingan degan negara
yang disebut sebagai Political society. Menurutnya civil society merupakan
tempat perebutan posisi hegemoni untuk membentuk konsensus dalam
masyarakat. Ia memberiakan pandangan penting kepada kaum cendikiawan
sebagai aktor dalam proses utama perubahan sosial dan politik.

Selanjutnya wacana civil society sebagai reaksi terhadap mazhab hegelian


dikembangkan oleh Alexis de Tocqueville (1805-1859 M) yang bersumber
dari pengalamanya mengamati budaya demokrasi america. Menurutnya
Tocqueville kekuatan politik dalam masyarakat sipil merupakan kekuatan
utama yang menjadikan demokrasi amerika mempunyai daya tahan yang
kuat. Berkaca pada budaya amerika yang berciri Plural, Mandiri, dan
kedewasaan berpolitik warga negara manapun mampu mengimbangi dan
mengontrol kekuatan negara.

Berbeda dengan hegelian, pemikiran Tocqueville lebih menempatkan


masyarakat sipil sebagai suatu yang tidak apriori maupun tersubordinasi
lembaga negara. Sebaliknya civil society bersifat otnom dan memiliki
kepastian politik cukip tinggi sehingga mampu menjadikan kekuatan
penyeimbang terhadap kecenderungan intervensi negara atas warga negara.

Dari sekian banyak pandangan mengenai civil society,  Mazhab Gramscian


dan Tocquevillian telah menjadi inspirasi gerakan prodemokrasi di eropa
timur dan eropa tengah pada dasawarsa 80-an. Pengalaman kawasan ini hidup
dibawah dominasi negara terbukti telah melumpuhkan kehidupan masyarakat
sipil.

Tidak hanya di eropa timur dan eropa tengah , muzhab pemikiran civil society
tocquelville juga dikembangkan oleh cendikiawan muslim indonesia Dawam
Rahardjo dengan konsep masyarakat madaninya, rahardjo mengilustrasikan
bahwa peranan pasar sangat menenukan unsur-unsur dalam masyarakat
madani sedangkan menurut Wutnow dalam hubungan anrata unsur-unsur
pokok masyarakat madani faktor Valuntary sangat menentukan pola interaksi
antara negara dan pasar.

Didalam tatanan pemerintahan yang demokratis komponen rakyat disebut


masyarakat madani (Civil Society) yang harus memperoleh peranan utama.
Dalam sistem demokrasi kekuasaan tidak hanya ditangan penguasa melainkan
ditangan rakyat. Jadi peran sektor swasta sangat mendukung terciptanya
proses keseimbangan kekuasaan dalam koridor pemerintahan yang baik,
seketika peran swasta bisa berada diatas ini terjadi jika pembuatan kebijakan
publik berkolusi dan tergoda untuk memberikan akses yang longgar pada
konglomerat ataupun usahawan.

Gambar hubungan kerja tiga komponen Good Governance (Kritik Mifthah Thoha,
2003)
2.4 Karakteristik Masyarakat Madani
Munculnya masyarakat madani disebabkan unsur-unsur sosial dalam tatanan
masyarakat. Unsur tersebut merupakan kesatuan yang saling mengikat dan
menjadikan karagter khas masyarkat madani. Unsur pokok yang harus
dimiliki masyarakat madani yaitu: republik yang bebas, demokrasi, toleransi,
kemajemukan, dan keadilan sosial.
1. Republik Yang Bebas
Merupakan sarana untuk mengemukakan pendapat warga negara, yang
mana didalamnya semua warga negara memiliki posisi dan hak yang sama
untuk melakukan transaksi sosial dan politik tanpa rasatakut dan terancam
oleh kekuatan-kekuatan civil society;
2. Demokrasi
Demokrasi adalah persyaratan mutlak lainya bagi keberadaan civil society
yang murni. Tanpa demokrasi, masyarakat sipil tidak akan terwujud yang
mana demokrasi adalah suatu tatanan politik sosial yang bersumber dan
dilakukan, oleh, dari, dan untuk warga Negara;
3. Toleransi
Merupakan sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan
pendapat. Menurut Nurcholish Madjid  toleransi adalah persoalan ajaran
dan kewajiban melaksanakan ajaran itu. Jika toleransi menghasilkan tata
cara pergaulan yang menyenangkan antara kelompok yang berbeda-beda
maka hasil itu dipahami sebagai hikmah atau manfaat dari ajaran yang
benar. Toleransi bukan hanya tuntutan sosial masyarakat majemuk saja ,
tapi juga menjadi bagian terpenting pelaksanaan ajaran moral;
4. Kemajemukan
Disebut juga pluralisme  yang tidak hanya dipahami seagai sebatas sikap
harus mengakui dan memahami kenyataan sosial yang beragam, tetapi
harus disertai dengan sikap ttulus untuk menerima kenyataan pandangan
sebagai suatu yang alamiah dan rahmat tuhan yang bernilai positif bagi
kehidupan masyarakat;
5. Keadilan Sosial
Keadilan sosial adalah adanya keseimbangan dan pembagian yang
propersional atas hak dan kewajiban warga negara yang mencakup segala
aspek kehidupan ekonomi, politik, pengetahuan, dan pelengkapan.
Dengan pengertian lain keadilan sosial adalah hilangnya monopoli dan
pemusatan salah satu aspek kehidupan yang dilakukan oleh kelompok
atau golongan tertentu;

2.5 Masyarakat Madani di Indonesia


Indonesia memiliki tradisi kuat civil society, jauh sebelum bangsa indonesia
berdiri, masyarakat sipil telah berkembang pesat yang diwakili oleh kiprah
beragam organisasi sosial keagamaan dan penggerakan nasional dalam
merebut kemerdekaan. Selain berperan sebagai organisasi peejuang penegak
HAM dan perlawanan terhadap kekuasaan kolonial. Organisasi berbasis islam
seperti syariakat islam (SI), Nahdatul Ulama (NU), dan muhammdadiyah
telah menunjukan kiprahnya sebagai komponen  civil society yang penting
dalam perkembangan masyarakata sipil indonesia.

Terdapat strategi yang ditawarkan kalangan ahli tentang bagaimana


seharusnya bangunan masyarakat madani yang bisa tterwujud di indonesia:

1. Pandangan integrasi nasional dan politik. Menyatakan bahwa sistem


demokrasi tidak mungkin berlansung dalam kenyataan hidup sehari-hari
dalam masyarakat sebelum memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara
yang kuat. Bagi pengikut pandangan ini praktik demokrasi ala barat hanya
akan berakibat konflik antara sesama warga bangsa;
2. Pandangan Reformasi Sistem Politik Demokrasi merupakan pandangan
yang menekankan bahwa untuk membangun demokrasi tidak usah terlalu
bergantung pada kepentingan ekonomi. Pembangunan institusi demokratis
lebih diutamakan oleh warga negara dibanding pembangunan ekonomi;
3. Paradigma pembangunan masyarakat madani sebagai basis utama
pembangunan demokrasi. Ini merupakan alternatif diantara dua
pandangan yang pertama yang dianggap gagal dalam pembangunan 
demokrasi. Pandangan ini lebih menekankan proses pendidikan dan
penyadaran poitik warga negara, khusus kalangan kelas menengah. Hal
itu mengingatkan demokrasi membutuhkan topangan kultural sselain
mendukung struktural;

Bersandar dari tiga paradigma diatas pengembangan demokrasi


masyarakat madani selayaknya tidak hanya tergantung pada salah satu
pandangan tersebut. Sebaliknya untuk mewujudkan masyarakat madani
yang seimbang dengan kekuatan negara dibutuhkan gabungan strategi dan
paradigma. Tiga paradigma diatas dapat dijadikan acuan dalam
pengembangan demokrasi dimasa transisi sekarang melalui:

1. Memperluas golongan menengah melalui pemberian kesempatan bagi


kelas menegah untuk berkembang menjadi kelompok masyaraat
madani yang mandiri secara politik dan ekonomi;
2. Mereformasikan sistem politik demokratis melalui pemberdayaan
lembaga-lembaga demokrasi yang ada berjalan sesuai prinsip-prinsip
demokrasi;
3. Penyelenggaraan pendidikan politik (pendidikan demokrasi) bagi
warga negara secara keseluruhan.

Menurut Rahardjo masyarakat madani indonesia masih merupakan


sisitem-siste yang dihasilkan oleh sister politik represif. Ciri kritisnya lebih
menonjol dibandingkan ciri struktifnya. Menurutnya lebih banyak
melakukan protes daripada mengajukan solus, lebih banyak menuntut
daripada memberi sumbangan terhadap pemecahan masalah.

Mahasiswa merupakan salah satu komponen strategis bangsa indonesia


dalam pembanguunan demokrasi dan masyarakat madani. Peran startegis
mahasiswa dalam proses perjuangan  demokrasi menumbangkan rezim
otorier seharusnya ditindak lanjuti dengan keterlibatan mahasiswa dalam
proses demokrasi bangsa dan pembangunan masyarakat demokrasi madani
indonesia. Karenaa mahasiswa merupakan bagian dari kelas menengah, ia
memiliki tanggung jawab terhadap nasib masa depan demokrasi dan
masyarakat madani indonesia.

Sikap demokratis diekspressikan melalui peran aktif mahasiswa dalam


proses pendemokrasian masyarakat melalui cara analogis, santun, dan
bermartabat. Adapun sikap kritis mahasiswa dapat dilakukan dengan
mengaamati, mengkritik, mengontrol pelaksanaan kebijakan pemerintah
atau lembaga publik terkait, khususnya pada kebijakan yang menyangkut
dengan masa depan bangsa.

2.6 Ciri-Ciri Masyarakat Madani dan Kesejahteraan Umat


Masyarakat madani memiliki ciri-ciri dan karakteristik sebagai berikut :
a) Free public sphere (ruang publik yang bebas)
Ruang publik yang diartikan sebagai wilayah dimana masyarakat sebagai
warga negara memiliki akses penuh terhadap setiap kegiatan publik, warga
negara berhak melakukan kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan
pendapat, berserikat, berkumpul serta memublikasikan pendapat,
berserikat, berkumpul serta memublikasikan informasi kepada public;
b) Demokratisasi
Menurut Neera Candoke, masyarakat sosial berkaitan dengan wacana
kritik rasional masyarakat yang secara ekspisit mensyaratkan tumbuhnya
demokrasi., dalam kerangka ini hanya negara demokratis yang mampu
menjamin masyarakat madani;
c) Toleransi
Toleransi adalah kesediaan individu untuk menerima pandangan-
pandangan politik dan sikap sosial yang berbeda. Toleransi merupakan
sikap yang dikembangkan dalam masyarakat madani untuk menunjukan
sikap saling menghargai dan menghormati pendapat serta aktivitas yang
dilakukan oleh orang atau kelompok masyarakat yang lain yang berbeda;
d) Pluralisme
Pluralisme adalah sikap mengakui dan menerima kenyataan disertai sikap
tulus bahwa masyarakat itu majemuk. Kemajemukan itu bernilai positif
dan merupakan rahmat tuhan;
e) Keadilan Sosial (Social justice)
Keadilan yang dimaksud adalah keseimbangan dan pembagian yang
proporsional antara hak dan kewajiban setiap warga dan negara yang
mencakup seluruh aspek kehidupan;
f) Partisipasi Sosial          
Partisipasi sosial yang benar-benar bersih dari rekayasa merupakan awal
yang baik bagi terciptanya masyarakat madani. Partisipasi sosial yang
bersih dapat terjadi apabila tersedia iklim yang memunkinkan otonomi
individu terjaga;
g) Supermasi hukum
Penghargaan terhadap supermasi hukum merupakan jaminan terciptanya
keadilan, keadilan harus diposisikan secara netral, artinya tidak ada
pengecualian untuk memperoleh kebenaran di atas hokum;
h) Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok ekslusif
kedalam masyarakat  melalui kontrak sosial dan aliansi social;
i) Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang
mendominasi dalam masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan
alternative;
j) Dilengkapinya program-program pembangunan yang didominasi oleh
negara dengan program-program pembangunan yang berbasis
masyarakat;
k) Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan Negara
karena   keanggotaan organisasi-organisasi volunter mampu memberikan
masukan-masukan terhadap keputusan-keputusan pemerintah;
l) Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga
individu-individu mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan
tidak mementingkan diri sendiri;
m) Adanya pemisahan kekuasaan;
n) Adanya tanggung jawab dari pelaksana kegiatan atau pemerintahan;
Civil Society atau masyarakat Madani tersusun atas berbagai organisasi
kemasyarakatan, yang mempunyai cirri-ciri:
1. Lahir secara mandiri;
2. Keanggotannya bersifat sukarela,atau atas kesadaran masingmasing
anggota;
3. Mencukupi kebutuhannya sendiri (swadaya) sehingga bergantung
pada bantuan Negara atau pemerintah;
4. Bebas atau mandiri dari kekuasaan Negara, sehingga berani
mengontrol penggunaan kekuasaan Negara;
5. Tunduk pada aturan hukum yang berlaku atau seperangkat nilai/norma
yang diyakini bersama;

2.7 Proses Demokratis Menuju Masyarakt Madani


Hubungan antara masyarakat madani dengan demokrasi (demokratisasi)
menurut M. Dawam Rahadjo, bagaikan dua sisi mata uang. Keduanya
bersifat ko-eksistensi atau saling mendukung. Hanya dalam masyarakat
madani yang kuatlah demokrasi dapat ditegakkan dengan baik dan hanya
dalam suasana demokratislah masyarakat madani dapat berkembang secara
wajar. Nurcholish Madjid memberikan penjelasan mengenai keterkaitan
antara masyarakat madani dengan demokratisasi. Menurutnya, masyarakat
madani merupakan tempat tumbuhnya demokrasi. Pemilu merupakan
simbol bagi pelaksanaan demokrasi.

Masyarakat madani merupakan elemen yang signifikan dalam membangun


demokrasi. Salah satu syarat penting bagi demokrasi adalah terciptanya
partisipasi masyarakat dalam proses-proses pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh negara atau pemerintahan. Masyarakat madani mensyaratkan
adanya civic engagement yaitu keterlibatan warga negara dalam asosiasi-
asosiasi sosial. Civic engagement ini memungkinkan tumbuhnya sikap
terbuka, percaya, dan toleran antara satu dengan lainnya. Masyarakat
madani dan demokrasi menurut Ernest Gellner merupakan dua kata kunci
yang tidak dapat dipisahkan. Demokrasi dapat dianggap sebagai hasil
dinamika masyarakat yang menghendaki adanya partisipasi.Proses
demokratisasi menuju masyarakat madani merupakan faktor pendorong bagi
negara untuk selalu mengusahakan perbaikan terus menerus dan menjaga
agar tidak terjadi kemeosotan demi kesejahteraan rakyat.
Proses menuju masyarakat madani pada dasarnya tidaklah mudah, harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi yang tercermin antara lain
dari kemampuan tenaga-tenaga profesionalnya untuk memenuhi
kebutuhan pembangunan serta penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi;
2. Memiliki kemampuan memenuhi kebutuhan pokok sendiri (mampu
mengatasi ketergantungan) agar tidak menimbulkan kerawanan,
terutama bidang ekonomi;
3. Semakin mantap mengandalkan sumber-sumber pembiayaan dalam
negeri (berbasis kerakyatan) yang berarti ketergantungan kepada sumber
pembangunan dari luar negeri semakin kecil atau tidak ada sama sekali;
4. Secara umum telah memiliki kemampuan ekonomi, sistem politik, sosial
budaya dan pertahanan keamanan yang dinamis, tangguh serta
berwawasan global; 
 Dalam rangka menuju masyarakat madani (civil society), melalui beberapa
proses dan tahapan-tahapan yang konkret dan terencana dengan matang,
serta adanya upaya untuk mewujudkan dengan sungguh-sungguh. Langkah
pertama yang perlu diwujudkan adalah adanya pemerintahan yang baik
(good governance). Pemerintahan yang baik dalam rangka menuju kepada
masyarakat madani adalah berorientasi kepada dua hal, sebagai berikut:
1. Orientasi ideal negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan
nasional, yaitu mengacu pada de- mokratisasi dengan elemen:
legitimasi, akuntabilitas, otonomi, devolusi (pendelegasian
wewenang) kekuasaan kepada daerah, dan adanya mekanisme
kontrol oleh masyarakat;
2. Pemerintahan yang berfungsi secara ideal, yaitu secara efektif dan
efisien melakukan upaya pencapaian tujuan nasional.  Hal ini
tergantung pada sejauh mana pemerintah memiliki kompetensi,
struktur dan mekanisme politik serta administrasi yang berfungsi
secara efektif dan efisien;4
Dalam kehidupan demokrasi, agar masyarakat dapat hidup secara madani
harus mempunyai tiga syarat, yaitu sebagai berikut :
1. Ketertiban dalam pengambilan suatu keputusan yang menyangkut
kepentingan bersama;
2. Adanya kontrol masyarakat dalam jalannya proses pemerintahan;
3. Adanya kemerdekaan memilih pemimpinnya;
Ketiga hal tersebut merupakan sarana untuk mewujudkan kehidupan yang
demokratis, yaitu kehidupan yang dalam pemerintahannya bersumber dari,
oleh, dan untuk rakyat itu sendiri.

4
Budiman, Arief.1990. State And Civil Society. Clayton : Monash Paper Southeast Asi No.22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Masyarakat madani merupakan sistem sosial yang subur berdasarkan prinsip


moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan individu dengan
kestabilan masyarakat akan berupa pemikiran seni, pelaksanaan pemerintahan
yang berdasarkan undang-undang dan bukan nafsu atau keinginan individu.

Untuk mewujudkan masyarakat madani dan agar terciptanya kesejahteraan


umat maka kita sebagai generasi penerus supaya dapat membuat suatu
perubahan yang signifikan. Selain itu, kita juga harus dapat menyesuaikan
diri dengan apa yang sedang terjadi di masyarakat sekarang ini. Agar di
dalam kehidupan bermasyarakat kita tidak ketinggalan berita. Adapun
beberapa kesimpulan yang dapat saya ambil dari pembahasan materi yang ada
di bab II ialah bahwa di dalam mewujudkan masyarakat madani dan
kesejahteraan umat haruslah berpacu.

Selain memahami apa itu masyarakat madani kita juga harus melihat pada
potensi manusia yang ada di masyarakat, khususnya di Indonesia. Potensi
yang ada di dalam diri manusia sangat mendukung kita untuk mewujudkan
masyarakat madani. Karena semakin besar potensi yang dimiliki oleh
seseorang dalam membangun agama Islam maka akan semakin baik pula
hasilnya. Begitu pula sebaliknya, apabila seseorang memiliki potensi yang
kurang di dalam membangun agamanya maka hasilnya pun tidak akan
memuaskan. Oleh karena itu, marilah kita berlomba-lomba dalam
meningkatkan potensi diri melalui latihan-latihan spiritual dan praktek-
praktek di masyarakat.
3.2 Saran

Melalui makalah ini saya berharap semoga pembahasan mengenai


Masyarakat Madani, sedikit banyaknya dapat dipahami oleh pembaca, selain
itu Saya sebagai penulis mohon ma’af apabila masih terdapat kesalahan-
kesalahan dalam penyusunan makalah  ini, untuk itu saya mengharapkan
kritikan dan saran dari pembaca, untuk kesempurnaan dari makalah saya ini.
DAFTAR PUSTAKA

Azra, Azyumardi. 1999. Menuju Masyarakat Madani. Cetakan ke-1. Bandung :


PT. Remaja Rosdakarya

Budiman, Arief.1990. State And Civil Society. Clayton : Monash Paper Southeast
Asi No.22

Culla, Adi Suryadi. 1999. Masyarakat Madani Pemikiran : Teori dan Relevasinya
Dengan Cita-cita Reformasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Deden, M. Ridwan, dan Nurjulianti, Dewi (penyuting). 1999 Pembangunan


Masyarakat Madani dan Tantangan Demokratisasi di Indonesia. Cetakan Ke-1,
Jakarta : LP3ES

Suito, Deny. Forum Ilmiah pada acara Festival Istiqlal, 26 September 1995 :
Jakarta

Masykuri Abdillah, Endang Rudiatin. 2007. Dari Civil Society Ke Civil Religion.


MUI: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai