Disusun Oleh:
Kelompok 13
(Civil Society)” dengan tepat waktu. Adapun Tujuan dari Penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi Bapak Rahmat Ferdian Andi Rosidi, S.H., I., M.H. pada
Mata Kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan tentang Masyarakat Madani (Civil Society).
Sholawat serta salam senantiasa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa seluruh umat dari zaman kebodohan hingga zaman terang
benderang seperti saat ini. Semoga kita mendapatkan syafaat di akhirat nanti.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu mengumpulkan informasi, sehingga makalah ini dapat
diselesaikan. Penulis menyadari makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun Penulis nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I.......................................................................................................................
Pendahuluan ......................................................................................................... 1
BAB II......................................................................................................................
Pembahasan .......................................................................................................... 2
BAB III....................................................................................................................
Penutup ................................................................................................................
17
3.1 Kesimpulan.............................................................................................. 17
1
BAB II
PEMBAHASAN
Berkenaan dengan pengertian masyarakat madani atau civil society, beberapa ahli
saling mengemukakan pandangannya yang tentunya berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya, diantaranya sebagai berikut:
1. Hikam (Supriatna)
2. Gallner (Supriatna)
2 Suroto, “Konsep Masyarakat Madani Di Indonesia Dalam Masa Postmodern (Sebuah Analitis
Krisis)”, Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Volume 5, Nomor 9, Mei 2015, h.665
3
sosial akibat revolusi industri dan kapitalisme serta mencoloknya
perbedaan antara publik dan individu.
4
tekanan pada kekuatan cendikiawan yang merupakan faktor utama dalam
proses perubahan sosial dan politik.3
3 Asep Sulaiman, Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, Bandung: Cv Arfino Raya, 2015,
h.155-156
5
berupa kesadaran pribadi, kesetaraan, dan kemandirian, serta
kemampuan untuk berperilaku demokratis kepada orang lain dan
menerima perlakuan demokratis dari orang lain. Demokratisasi dapat
terwujud melalui penegakan pilar-pilar demokrasi yang meliputi:
6
7. Supremasi hukum, yaitu upaya untuk memberikan jaminan terciptanya
keadilan. Keadilan harus diposisikan secara netral. Artinya, setiap
orang memiliki kedudukan dan perlakuan hukum yang sama tanpa
kecuali.
7
lingkup tersebut, terdapat sosialisasi warga masyarakat yang bersifat
sukarela dan terbangun dari sebuah jaringan hubungan di antara asosiasi
tersebut. Misalnya berupa perjanjian, koperasi, kalangan bisnis, rukun
warga, rukun tetangga, dan bentuk organisasi lainnya.
dari organisasi tersebut, aksi dari organisasi berbasisi islam sebagai bagian
yang penting dalam sejarah perkembangan masyarakat sipil di Indonesia
seperti Nahdlatul Ulama (NU), Syarikat Islam (SI), dan Muhammadiyah.
4 Ibid.
8
bernegara yang kuat. Demokrasi tanpa adanya kesadaran untuk berbangsa dan
bernegara yang kuat di antara warga negara, demokrasi akan dipahami sebagai
kebebasan tanpa batas yang nantinya akan berpotensi mewujudkan tindakan
anarkis.
5 Ubaedillah, A., & Rozak, A., Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, Jakarta:
ICCE UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014, hlm. 227-232
9
Masyarakat Madani yang mandiri secara politik dan ekonomi. Dalam pandangan
ini, negara harus memposisikan diri sebagai regulator dan fasilitator bagi
pembangunan ekonomi nasional. Dalam masa tantangan pasar bebas dan
demokrasi global menuntut negara untuk mengurangi perannya sebagai aktor
dominan.
6 Ibid.
10
Keberadaan gerakan sosial dibagi tiga ranah, berdasarkan yaitu negara (state),
perusahaan atau pasar (corporation atau market), dan masyarakat sipil. Terdapat
dua pembagian gerakan sosial menurut Sidney Tarrow, pertama gerakan politik
pada ranah negara. Gerakan politik ini berkaitan dengan political parties yang
sebagai upaya untuk merebut dan menguasai posisi tertentu melalui pemilu.
Kedua gerakan ekonomi di ranah ekonomi. Dalam gerakan ini terdapat upaya
perubahan kebijakan publik tanpa terlebih dahulu menduduki posisi posisi publik.
Ketiga ranah tersebut dapat saling bekerjasama. Misalnya pada gerakan sosial
yang para pendukung atau penentang dari Rancangan Undang-Undang Anti
Pornografi dan Pornoaksi (RUU APP) memiliki keterkaitan dengan kelompok
atau partai politik pada lingkup politik maupun pada kelompok bisnis yang
lainnya. Selain definisi gerakan sosial yang berada di ranah masyarakat sipil,
maka para aktor atau kelompok yang terlibat pun perlu diperjelas pengertian dan
cakupannya.
Dengan adanya gerakan sosial yang ada di dalam institusi-institusi sebagai sosial
kontrol, dapat mengkritisi kebijakan penguasa yang diskriminatif serta dapat
memperjuangkan suara masyarakat yang tertindas.
2. Supremasi Hukum.
Dalam membangun masyarakat madani, hukum harus ditegakkan karena
mewujudkan hak dan kebebasan antar warga negara dengan pemerintah haruslah
dilakukan dengan cara-cara damai sesuai dengan hukum yang berlaku. Namun
demikian, dalam upaya menjaga dan memulihkan ketertiban dalam kehidupan
sosial maka pemerintahlah actor security. Penegakan hukum berdasarkan sudut
pandang akademik sebagai kegiatan menyerasikan nilai-nilai yang terjabarkan
dalam kaidah-kaidah/pandangan-pandangan menilai yang mantap dan
mengejawantah dari sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir,
untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan
hidup.
12
Bergerak pada jalur moral force yang berkekuatan sosial dan masyarakat madani
dengan tujuan menyampaikan suara masyarakat, mengkritisi berbagai kebijakan
pemerintah melalui gearakan mahasiswa yang mewakili suara kepentingan publik.
4. Pers
Adanya pers dapat meminimalisir kesalahpahaman dengan pers menjadi meditator
dan dapat mendukung ciri masyarakst madani diantara pemerintah dan masyarakat
dan memandu masyarakat madani untuk dapat mengekspresikan pendapatnya
yang nantinya dapat menjadi media social control agar berbagai kebijakan
pemerintah dapat dianalisa dan dipublikasikan. Maka dari itu, sangat penting bagi
pers untuk selalu berpihak pada kebenaran.
5. Partai Politik
Dalam keseharian kita terutama ketika berinteraksi dengan antarwarga negara,
pemerintah, juga institusi-institusi di luar pemerintah (non-formal) sehingga
8 Basyir, K., Pancasila dan kewarganegaraan: buku perkuliahan program S-1 IAIN Sunan Ampel
Surabaya rumpun mata kuliah pengembangan kepribadian (MPK), Surabaya: Sunan Ampel Press,
2013, hlm. 410-415
13
variasi pendapat, pandangan dan pengetahuan tentang praktik-praktik perilaku
politik dalam semua sistem politik. Budaya politik yang positif dapat menjadi
prasyarat tegaknya masyarakat madani karena menjadi tempat pengekspresian
politik warga megara juga partai politik. Selain itu budaya politik dapat
berdampak langsung kepada kehidupan politik juga dapat memutuskan keputusan
nasional dalam pola pengalokasian sumber masyarakat.
Fokus urusan CSO di Indonesia sangat beragam dan memiliki departemen kerja di
berbagai tingkatan yaitu nasional, provinsi, kabupaten/kota dan desa/kelurahan.
Fokus kerja CSO yang paling penting adalah berdasarkan munculnya masalah
sosial ekonomi. Seperti diketahui, sebuah CSO bisa memiliki lebih dari satu
fokus, baik itu advokasi, penelitian atau kegiatan lainnya. 9 Dengan adanya
Civil Society Organization di Kabupaten Ponorogo. Sebelum membentuk
organisasi formal, masyarakat menghadapi berbagai persoalan yang harus
diselesaikan, antara lain keberadaan pemerintah, masyarakat sebagai
masyarakat madani menurut Hikam (Rosyada, 2003:240) adalah bidang
kehidupan sosial
9 Irvan T. Harja, dkk., Tata Kelola Civil Society Organizations (CSOs) dan Demokrasi Substansif
di Indonesia , https://theprakarsa.org/tata-kelola-civil-society-organizations-csos-dan-
demokrasisubstansif-di-indonesia/ , diakses 8 Maret 2023
14
yang voluntary, self-productivity and profitabilitas, kemandirian yang tinggi dari
negara dan komitmen terhadap norma-norma hukum atau nilai-nilai yang dianut
oleh warga negaranya.Selain itu, Gellner (Rosyada, 2003:119) menjelaskan
bahwa masyarakat madani tidak hanya merupakan prasyarat atau syarat penting
bagi demokrasi, tetapi tatanan nilai masyarakat madani (citizen society), seperti
kebebasan dan kemerdekaan, juga bersifat internal (dalam hubungan horizontal,
yaitu hubungan interpersonal warga negara dan eksternal (dalam hubungan
vertikal, yaitu hubungan antara negara dan pemerintah dengan masyarakat atau
sebaliknya).
15
2. Nahdlatul Ulama, organisasi ini berbasis agama, secara nasional organisasi
ini berkembang pesat di berbagai bidang diantaranya di Kabupaten Ponorogo,
organisasi ini berfokus pada pengembangan masyarakat dan bergerak dalam
bidang keagamaan, pendidikan, sosial, ekonomi dan sektor kesehatan.
Kabupaten Ponorogo juga memiliki banyak lembaga yang didirikan oleh
Nahdlatul Ulama.
16
Menurut pendapat tersebut, peran CSO dalam merumuskan kebijakan publik di
Kabupaten Ponorogo dapat dilihat sebagai berikut:
17
masyarakat, pemerintah dan pihakpihak yang terlibat dalam perumusan
kebijakan daerah.10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masyarakat madani (civil society) dapat diartikan sebagai suatu masyarakat yang
beradab dalam membangun, menjalani, dan memaknai kehidupannya. Masyarakat
madani terwujud apabila suatu masyarakat telah menerapkan prinsip-prinsip
demokrasi dengan baik.Karakteristik masyarakat madani adalah free public
sphere
CSO adalah organisasi yang dibuat secara sukarela oleh individu atau kelompok
yang tujuannya mendukung kegiatan atau kepentingan umum tanpa keuntungan
finansial (Herdiansah, 2006). Fokus urusan CSO di Indonesia sangat beragam dan
memiliki departemen kerja di berbagai tingkatan yaitu nasional, provinsi,
kabupaten/kota dan desa/kelurahan. Kemajuan demokrasi di Indonesia tentunya
membuat masyarakat semakin peka terhadap masalah-masalah sosial dan selalu
mengikuti perkembangan pemerintah, termasuk perumusan kebijakan publik.
Komunitas dengan minat yang sama berkumpul karena merasa setara dan
membentuk organisasi komunitas. Di Kabupaten Ponorogo sendiri terdapat
banyak CSO di berbagai bidang, namun penelitian ini hanya mengkaji beberapa
CSO karena pergerakan di Kabupaten Ponorogo dalam konteks perumusan
kebijakan publik. Sebagai contoh CSO yang ada di Kabupaten Ponorogo yaitu,
Muhammadiyah organisasi kemasyarakatan ini juga telah berkembang di
Kabupaten Ponorogo dalam beberapa bidang yaitu agama, pendidikan, kesehatan,
sosial, ekonomi dan hukum, masing-masing dengan tujuan utama pemberdayaan
dan pembangunan masyarakat. Banyak lembaga didirikan pada masa
pemerintahan Muhammadiyah Ponorogo meliputi rumah sakit, klinik, sekolah,
perguruan tinggi, panti sosial dan pusat perbelanjaan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Aidha, C. N., Ramdlaningrum, H., Ningrum, D. R., & Harja, I. T. (n.d.). Tata
Kelola Civil Society Organizations (CSOs) dan Demokrasi Substansif di
Indonesia. Retrieved March 9, 2023, from
https://repository.theprakarsa.org/media/publications/352445-tata-kelola-
civilsociety-organizations-abce1cdf.pdf