Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“KONSEP MASYARAKAT MADANI”

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah


Civic Education
Dosen Pembimbing:
H. Ahmad Khalidi, S.Pd.I., MM

Oleh :
Nurul Wahidah
(23.88204.02374)

SEKOLAH TINGGI ILMU ALQURAN (STIQ) AMUNTAI


PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt, shalawat dan salam semoga selalu tercurah
keharibaan junjungan Nabi besar Muhammad saw. beserta seluruh keluarganya,
sahabat dan para pengikutnya sampai akhir zaman.
Alhamdulillah, dengan segala rahmat dan inayah-Nya makalah yang
berjudul “Konsep Masyarakat Madani” sebagai salah satu tugas pada mata kuliah
Civic Education program studi Pendidikan Bahasa Arab Sekolah Tinggi Ilmu Al-
Quran (STIQ) Amutai dapat diselesaikan.
Selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Muallim H. Ahmad Khalidi, S.Pd.I., MM selaku dosen pembimbing mata
kuliah Civic Education dan kepada segenap pihak yang telah memberi bantuan,
fasilitas, informasi, meminjamkan buku-buku dan literatur-literatur yang penulis
perlukan, sehingga makalah ini bisa diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi pembaca.
Atas bantuan dan dukungan yang tak ternilai harganya tersebut penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang
setinggi-tingginya teriring do’a yang tulus semoga Allah swt memberi ganjaran
yang berlipat ganda. Amin.

Amuntai, 10 Desember 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1


A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ....................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 3


A. Definisi Masyarakat Madani .................................................... 3
B. Ciri-ciri Masyarakat Madani ..................................................... 6
C. Pilar-pilar Penegak Masyarakat Madani ................................... 9
D. Masyarakat Madani dalam Dimensi Islam ................................ 13
E. Format Pemberdayaan Masyarakat Madani .............................. 14

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 17


A. Kesimpulan ............................................................................... 17
B. Saran ......................................................................................... 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masyarakat madani merupakan wacana yang sedang dikembangkan
pada era reformasi sekarang ini. Supaya dapat menempatkan wacana tersebut
dalam konteks yang tepat maka kita harus mengetahui konsep masyarakat
madani, prinsip-prinsip yang harus ditegakkan di dalamnya dan lain-lain.
Masyarakat madani merupakan padanan dari konsep civil society
(masyarakat sipil) yang lahir di Barat pada abad ke-18 dengan tokohnya John
Locke atau Montesquieu. Sebelumnya pada zaman Yunani Kuno pernah
digunakan kata societies civilis oleh Cicero, namun dengan pengertian yang
identik dengan negara. Konsep civil society berusaha untuk mencegah lahirnya
pemerintahan yang otoriter, dengan menciptakan masyarakat yang kuat.
Konsep civil society diadopsi oleh umat Islam dengan pendekatan
projecting back theory, yaitu melihat pada sejarah awal Islam sebagai patokan,
dan bila tidak ditemukan maka dicarikan pada sumber normatif al-Quran dan
al-Hadits. Civil Society diterjemahkan dengan masyarakat madani, yaitu suatu
masyarakat yang diciptakan Nabi Muhammad SAW di Madinah. Ciri-ciri
kehidupan pada masa Nabi yang ideal dianggap sebagai proto-masyarakat
modern. Kehidupan yang ideal pada masa Nabi merupakan acuan juga bagi
John Locke, Mostequieu, dan Rousseau dalam menyusun konsep civil society.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Masyarakat Madani?
2. Bagaimana Ciri-ciri, Masyarakat Madani?
3. Bagaimana Pilar-pilar Penegak Masyarakat Madani?
4. Bagaimanakah Masyarakat Madani dalam Dimensi Islam?
5. Bagaimana Format Pemberdayaan Masyarakat Madani?

1
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui Definisi Masyarakat Madani.
2. Memahami Ciri-ciri Masyarakat Madani.
3. Mengetahu Pilar-pilar Penegak Masyarakat Madani.
4. Mendeskripsikan Masyarakat Madani dalam Dimensi Islam.
5. Mengetahui Format Pemberdayaan Masyarakat Madani.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Masyarakat Madani


Istilah madani secara umum dapat diartikan sebagai “ adab atau beradab
Masyarakat madani dapat didefinisikan sebagai suatu masyarakat yang beradab
dalam membangun, menjalani, dan memaknai kehidupannya, untuk dapat
menata masyarakat yang beradab dalam membangun, menjalani, dan
memaknai kehidupannya, untuk dapat mencapai masyarakat seperti itu,
persyaratan yang harus dipenuhi antara lain adalah keterlibatan dalam
pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan bersama, kontrol
masyarakat dalam jalannya proses pemerintahan, serta keterlibatan dan
kemerdekaan masyarakat dalam memilih pimpinannya.1
1. Secara Etimologi
Ketika kita menelusuri istilah yang populer dengan “masyarakat
madani” ini nampaknya berangkat dari istilah “madaniyah” dalam
bahasa Arab yang kemudian berkembang menjadi istilah “masyarakat
madani” yang diartikan dengan “peradaban”. Sedangkan kata
“madaniyah” semakna dengan kata “tamaddana” “yatamaddanu”,
“tamaddun” yang juga semakna dengan “al-Hadharah”. Kata “al-
Hadharah” (peradaban) yang dalam bahasa Inggris disebut
“civilization” atau “culture” adalah lawan dari kata “al-badw” yang
berarti nomad atau hidupnya tidak menetap dalam suatu tempat.
Sedangkan kata “peradaban” adalah sesuatu yang terjewantahan secara
aktual oleh manusia, baik aspek kehidupan, pemikiran, perilaku, materi,
spiritual, duniawi, maupun keagamaan.2
Oleh karena itu pengertian masyarakat madani secara etimologi
dapat dipahami sebagai sebuah masyarakat berkeadaban yang

1
Fahruroji, Masyarakat Madani: Pluralisme dan Multikulturalisme (Yogyakarta: Zahir Publishing,
2023), 44–45.
2
Kunawi Basyir, Menyapa MasyarakatMadani Di Bumi Serbu Pura (Surabaya: Global Aksara Pers,
2023), 1.

3
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan secara universal serta
menghargai dan menghormati nilai-nilai kemerdekaan, kebebasan,
toleran, dan juga kebersamaan.3

2. Secara Terminologi Menurut Para Ahli


Civil society merupakan masyarakat di mana ada jaminan hak-
hak asasi manusia yang mendasar, dalam terminologi Locke disebut
“Civil Right”. Jadi, dalam civil society kekuasaan negara menginginkan
dibatasi dan kekuasaan civil society cenderung ingin lebih besar atau
minimal terjadi keseimbangan. Dengan adanya keseimbangan antara
negara dengan civil society, maka negara tidak bisa berbuat sewenang-
wenang, dia harus memperhatikan kepentingan dan hak-hak individu
yang ada dalam civil society.4

a. Zbigniew Rau Menurutnya, masyarakat madani adalah sebuah ruang


dalam masyarakat yang bebas dari pengaruh keluarga dan kekuasaan
negara, yang diekspresikan dalam gambaran ciri-cirinya, yakni
individualis, pasa, dan pluralisme.
b. Han Sung-Jo Menurutnya, masyarakat madani adalah sebuah
kerangka hukum yang melindungi dan menjamin hak-hak dasar
individu, perkumpulan sukarela yang terbebas dari negara, suatu
ruang publik yang mampu mengartikulasikan isu-isu politik,
gerakan warga negara yang mampu mengendalikan diri dan
independen yang bersama-sama mengakui norma-norma budaya
yang menjadi identitas solidaritas yang terbentuk serta pada
akhirnya terdapat kelompok inti dalam masyarakat madani.5
c. Azyumardi Azra menyebutkan bahwa hakikat masyarakat madani
bukan sekedar gerakan pro-demokrasi, karena ia juga mengacu pada
pembentukan masyarakat berkualitas dan ber-tamaddun (civility).

3
Basyir, 2.
4
Hery Herdiawanto, Kewarganegaraan & Masyarakat Madani (Jakarta: Prenada Media Group,
2009), 267.
5
Fahruroji, Masyarakat Madani: Pluralisme dan Multikulturalisme, 44–45.

4
Sedang ciri masyarakat yang tamaddun (civility) adalah:
mempunyai toleransi yang tinggi, kesediaan pribadi-pribadi untuk
menerima pelbagai macam pandangan politik dan tingkah laku
sosial, mempunyai moralitas yang tinggi.6
d. Konsep masyarakat madani (civil society) menurut Syamsudin Haris
merupakan idealisasi tentang suatu masyarakat yang mandiri secara
politik, sosial, dan ekonomi. Masyarakat madani (civil society)
adalah suatu lingkungan interaksi sosial yang berada di luar
pengaruh negara dan modal yang tersusun dari lingkungan
masyarakat yang paling akrab. Masyarakat madani (civil society)
merupakan suatu lingkungan di mana di dalamnya masyarakat
menciptakan kreativitas, mengatur dan memobilisasi diri mereka
sendiri tanpa keterlibatan negara.7
e. Andre Gorz mendefinisikan civil society sebagai jaringan hubungan
sosial yang dibangun orang perorangan di antara mereka sendiri
dalam konteks kelompok atau komunitas yang eksistensinya tidak
bergantung pada otoritas negara. Termasuk dalam kategori ini,
menurut Gorz keseluruhan hubungan yang utamanya lebih banyak
dibangun atas dasar timbal balik dari pada atas dasar hukum atau
kewajiban yuridis.8
f. Larry Diamond mengartikan civil society sebagai wilayah- wilayah
kehidupan sosial yang terorganisasi dan bercirikan antara lain
kesukarelaan, keswasembadaan, dan keswadayaan, kemandirian
yang tinggi terhadap negara dan keterikatan dengan norma-norma
serta nilai-nilai hukum yang diikuti warganya.9

6
Basyir, Menyapa MasyarakatMadani Di Bumi Serbu Pura, 3.
7
Herdiawanto, Kewarganegaraan & Masyarakat Madani, 270.
8
Herdiawanto, 270.
9
Herdiawanto, 270.

5
B. Ciri-ciri Masyarakat Madani
Masyarakat madani (civil society) sebagai sebuah tatanan masyarakat
yang mandiri dan menunjukkan kemajuan dalam hal peradaban, mempunyai
ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan bentuk masyarakat lainnya.
Menurut A. S Hikam ada empat ciri utama dari masyarakat madani, yaitu
sebagai berikut :
1. Kesukarelaan artinya tidak ada paksaan, namun mempunyai komitmen
bersama untuk mewujudkan cita-cita bersama.
2. Keswasembadaan, setiap anggota mempunyai harga diri yang tinggi,
mandiri yang kuat tanpa menggantungkan pada negara atau lembaga-
lembaga negara atau organisasi lainnya.
3. Kemandirian yang cukup tinggi dari individu-individu dan kelompok-
kelompok dalam masyarakat, utamanya ketika berhadapan dengan
negara.
4. Keterkaitan pada nilai-nilai hukum yang disepakati bersama.
Masyarakat madani adalah masyarakat yang berdasarkan hukum dan
bukan negara kekuasaan.10

Sementara itu Nurcholis Madjid dalam sudut pandang lain


mengemukakan ciri-ciri masyarakat madani sebagai berikut:
1. Semangat egalitarianisme atau kesetaraan.
2. Penghargaan kepada orang berdasarkan prestasi, bukan prestise seperti
keturunan kesukuan, ras, dan lain-lain.
3. Keterbukaan.
4. Partisipasi seluruh anggota masyarakat.
5. Penentuan kepemimpinan melalui pemilihan.11

Sedangkan Hidayat Syarif berpandangan bahwa masyarakat madani


mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

10
Suroto, “KONSEP MASYARAKAT MADANI DI INDONESIA DALAM MASA POSTMODERN” 5, no. 9
(Mei 2015): 666.
11
Suroto, 666.

6
1. Masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME,
Pancasilais, dan memiliki cita-cita serta harapan masa depan.
2. Masyarakat yang demokratis dan beradab yang menghargai perbedaan
pendapat.
3. Masyarakat yang menghargai Hak Asasi Manusia (HAM).
4. Masyarakat yang tertib dan sadar hukum yang direfleksikan dari adanya
budaya malu apabila melanggar hukum.
5. Masyarakat yang memiliki kepercayaan diri dan kemandirian.
6. Masyarakat yang memiliki pengetahuan dan kompetitif dalam suasana
kooperatif, penuh persaudaraan dengan bangsa-bangsa lain dengan
semangat kemanusiaan universal (pluralis).12

Untuk merealisasikan wacana civil society diperlukan persyaratan-


persyaratan yang menjadi nilai universal dalam penegakan civil society.
Prasyarat ini tidak bisa dipisahkan satu sama lain atau hanya mengambil salah
satunya saja, melainkan merupakan satu kesatuan yang integral yang menjadi
dasar dan nilai bagi eksistensi civil sociey.

1. Free Public Sphere


Yang dimaksud dengan free public sphere adalah adanya ruang
publik yang bebas sebagai sarana dalam mengemukakan pendapat. Pada
ruang publik yang bebaslah individu dalam posisinya yang setara mampu
melakukan transaksi wacana dan praktis politik tanpa mengalami distorsi
dan kekhawatiran. Lebih lanjut dikatakan bahwa ruang publik secara teoritis
diartikan sebagai wilayah di mana masyarakat sebagai warga negara
memiliki akses penuh terhadap setiap kegiatan publik. Warga negara berhak
melakukan kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat,
berserikat, berkumpul serta mempublikasikan informasi kepada publik.13

12
Suroto, 666.
13
Farid Wajdi Ibrahim, “PEMBENTUKAN MASYARAKAT MADANI DI INDONESIA MELALUI CIVIC
EDUCATION” 13, no. 1 (Agustus 2012): 136.

7
2. Demokratis
Demokratis merupakan satu entitas yang menjadi penegak wacana
civil sociey, di mana dalam menjalani kehidupan, warga negara memiliki
kebebasan penuh untuk menjalankan aktivitas kesehariannya, termasuk
dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Demokratis berarti masyarakat
dapat berlaku santun dalam pola hubungan interaksi dengan masyarakat
sekitarnya dengan tidak mempertimbangkan suku, ras dan agama. Prasyarat
demokratis ini banyak dikemukakan oleh para pakar yang mengkaji
fenomena civil society. Bahkan demokrasi merupakan salah satu syarat
mutlak bagi penegakan civil society. Penekanan demokrasi di sini dapat
mencakup sebagai bentuk aspek kehidupan seperti politik, sosial, budaya
pendidikan, ekonomi dan sebagainya.14

3. Toleran
Toleran merupakan sikap yang dikembangkan dalam civil society
untuk menunjukkan sikap saling menghargai dan menghormati aktivitas
yang dilakukan oleh orang lain. Toleransi ini memungkinkan akan adanya
kesadaran masing-masing individu untuk menghargai dan menghormati
pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh kelompok masyarakat lain
yang berbeda. Toleransi menurut Nurcholish Madjid, merupakan persoalan
ajaran dan kewajiban melaksanakan ajaran itu. Jika toleransi menghasilkan
adanya tata cara pergaulan yang enak antara berbagai kelompok yang
berbeda-beda, maka hasil itu harus dipahami sebagai hikmah atau manfaat
dari pelaksanaan ajaran yang benar.15

4. Pluralisme
Sebagai sebuah prasyarat penegakan civil society, maka pluralisme
harus dipahami secara mengakar dengan menciptakan sebuah tatanan
kehidupan yang menghargai dan menerima kemajemukan dalam konteks
kehidupan sehari-hari. Pluralisme tidak bisa dipahami hanya dengan sikap

14
Ibrahim, 137.
15
Ibrahim, 137.

8
mengakui dan menerima kenyataan masyarakat yang majemuk, tetapi harus
disertai dengan sikap yang tulus untuk menerima kenyataan pluralisme itu
sebagai bernilai positif, merupakan rahmat Tuhan.
Menurut Nurcholis Madjid, konsep pluralisme ini merupakan
prasyarat bagi tegaknya masyarakat madani. Pluralisme menurutnya adalah
pertalian sejati kebhinkekaan dalam ikatan-ikatan keadaban (genuine
engagement of diversities withinthe bonds of civility). Bahkan pluralisme
adalah juga suatu keharusan bagi keselamatan umat manusia antara lain
melalui mekanisme pengawasan dan pengimbangan (check and balance).16

5. Keadilan Sosial (Social Justice)


Keadilan dimaksudkan untuk menyebutkan keseimbangan dan
pembagian yang proporsional terhadap hak dan kewajiban setiap warga
negara yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Hal ini memungkinkan
tidak adanya monopoli dan pemusatan salah satu aspek kehidupan pada satu
kelompok masyarakat. Secara esensial, masyarakat memiliki hak yang sama
dalam memperoleh kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah
(penguasa).17

C. Pilar-pilar Penegak Masyarakat Madani


Yang dimaksud pilar-pilar penegak masyarakat madani disini adalah
adanya gerakan sosial yang terbungkus dalam institusi-institusi sebagai sosial
kontrol, di mana institusi-institusi di sini berfungsi mengkritisi kebijakan-
kebijakan penguasa yang diskriminatif serta mampu memperjuangkan aspirasi
masyarakat yang tertindas. Karena keberadaan masyarakat madani tidak
terlepas dari peran gerakan sosial. Gerakan sosial dapat dipadankan dengan
perubahan sosial atau masyarakat sipil yang di dasari oleh pembagian tiga ranah
yaitu: negara (state), perusahaan atau pasar (corperation atau market), dan
masyarakat sipil. Pilar-pilar tersebut antara lain:

16
Muhammad Hasbi, MEMBANGUN MASYARAKAT MADANI DALAM ERA DEMOKRASI
(Yogyakarta: Mitra Cendekia, 2014), 41.
17
Hasbi, 42.

9
1. Organisasi Non-Pemerintah (NGO)
Istilah ini identik dengan lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
Istilah NGO ini nampaknya kurang familier dikalangan aktifis karena
istlah ini dinilai merujuk pada dikhotomi ideologis maupun politis
antara pemerintah (government) dan non pemerintah (non-government).
Dengan demikian maka pengertian organisasi non-pemerintah
mencakup semua organisasi masyarakat yang berada di luar struktur dan
jalur formal pemerintah, dan tidak dibentuk oleh atau merupakan bagian
dari birokrasi pemerintah.
Lembaga ini membantu memperjuangkan aspirasi dan
kepentingan masyarakat yang tertindas. Di samping itu LSM dalam
konteks masyarakat madani juga bertugas mengadakan empowering
(pemberdayaan) kepadamasyarakat mengenai hal-hal yang signifikan
dalam kehidupan sehari-hari, seperti advokasi, pelatihan, dan sosialisasi
program-program pembangunan masyarakat.18

2. Supremasi Hukum
Setiap warga negara mempunyai kedudukan yang sama dalam
hukum baik sebagai rakyat maupun yang duduk dalam formasi
pemerintahan. Dan yang kesemuanya itu harus tunduk pada peraturan
hukum yang berlaku.
Untuk membangun masyarakat madani hukum harus ditegakkan
karena melalui hukum perjuangan untuk mewujudkan hak dan
kebebasan antar warga negara dan antar warga negara dengan
pemerintah haruslah dilakukan dengan cara-cara damai sesuai dengan
hukum yang berlaku. Dengan demikian penegakan hukum dalam
konteks yang luas berada pada ranah tindakan, perbuatan atau prilaku
nyata atau faktual yang bersesuaian dengan kaidah atau norma yang
mengikat.19

18
Basyir, Menyapa MasyarakatMadani Di Bumi Serbu Pura, 23.
19
Basyir, 24.

10
3. Perguruan Tinggi (PT)
Perguruan Tinggi merupakan salah satu kekuatan sosial dan
masyarakat madani yang bergerak pada jalur moral farce untuk
menyalurkan aspirasi masyarakat dan mengkritisi berbagai kebijakan-
kebijakan pemerintah dengan cara gerakan yang dilancarkan oleh
mahasiswa pada rel dan realitas yang betul-betul obyektif yang
menyuarakan kepentingan publik.
Perguruan Tinggi (PT) memiliki 3 peran yang strategis dalam
mewujudkan masyarakat madani di Indonesia. Tugas dan peran
Perguruan Tinggi (PT) tersebut adalah:
Pertama, pemihakan yang tegas pada prinsip egalitarianisme
yang menjadi dasar kehidupan politik yang demokratis. Kedua,
membangun political safety net, yakni dengan mengembangkan dan
mempublikasikan informasi secara obyektif dan tidak manipulatif.
Political safety net ini setidaknya dapat mencerahkan masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan mereka terhadap informasi. Ketiga, melakukan
tekanan terhadap ketidakadilan dengan cara yang santun, saling
menghormati, demokratis serta meninggalkan cara-cara yang agitatif
dan anarki.20

4. Pers dan Media Massa


Pers merupakan salah satu sarana untuk mengawal bangunan
masyarakat madani, karena dengan melalui pers, maka publik bisa
menuangkan aspirasinya dan akan menjadi media social control yang
dapat menganalisa serta mempublikasikan berbagai kebijakan
pemerintah yang berkenaan dengan warganegaranya. Hal tersebut pada
ujungnya akan mengarah pada adanya independensi pers serta mampu
menyajikan berita secara obyektif dan transparan. Media pers sangat
berperan penting untuk mendukung dan menjadi mediator ke-empat ciri
dalam masyarakat madani (Musyawarah, Keadilan, Persaudaraan, dan

20
Basyir, 25.

11
Toleransi) hal ini antara pemerintah dan masyarakat sehingga tidak
terjadi kesalahpahaman yang mengakibatkan perpecahan masyarakat.
Apalagi mengingat negara kita terdiri dari masyarakat yang
multikultural dan multireligi, sehingga peran media pers yang berpihak
pada kebenaran harus tetap dipertahankan.21

5. Partai Politik
Kehidupan politik yang merupakan bagian dari keseharian
dalam interaksi antar warga negara dengan pemerintah, dan institusi-
institusi di luar pemerintah (non-formal), telah menghasilkan dan
membentuk variasi pendapat, pandangan dan pengetahuan tentang
praktik-praktik perilaku politik dalam semua sistem politik. Oleh karena
itu, seringkali kita bisa melihat dan mengukur pengetahuan-
pengetahuan, perasaan dan sikap warga negara terhadap negaranya,
pemerintahnya, pemimpin politik dan lain-lain. Kegiatan politik juga
memasuki dunia keagamaan, kegiatan ekonomi dan sosial, kehidupan
pribadi dan sosial secara luas. Dengan demikian, budaya politik
langsung mempengaruhi kehidupan politik dan menentukan keputusan
nasional yang menyangkut pola pengalokasian sumber-sumber
masyarakat.22
Dengan demikian, budaya politik itu sebenarnya merupakan
cermin dari pengetahuan, sikap dan penilaian yang dapat bersifat positif
atau negatif serta perilaku terhadap sistem politik yang ada, dengan
demikian budaya politik yang positif itu akan membawa bangunan
masyarakat madani dalam menyalurkan aspirasi politiknya sekalipun
memiliki tendensi politis dan rawan akan hegemoni negara, tetapi
bagaimana pun sebagai sebuah tempat ekspresi politik warga negara,
maka partai politik ini menjadi prasyarat tegaknya masyarakat madani
yang ada.

21
Basyir, 25.
22
Basyir, 26.

12
D. Masyarakat Madani dalam Dimensi Islam

Civil society dalam Islam disebut sebagai Masyarakat Madani meng-


acu kepada konsep masayarakat Madinah yang dibangun oleh Nabi
Muhammad saw. Masyarakat yang hidup di sebuah kota yang dibentuk dengan
nilai-nilai kearifan. Masyarakat yang terbentuk di dalamnya adalah masyarakat
yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Kalau kita merujuk kepada tatanan masyarakat yang dibangun oleh
Nabi Muhammad saw. setelah hijrah dari Mekkah ke Yastrib dan mengganti
nama kota itu dengan nama Madinah, disana kita temui sebuah masyarakat
dengan tatanan etik dan moral sesuai dengan ajaran Islam. Piagam Madinah
sebagai sebuah konstitusi tertulis yang disepakati untuk diterapkan dalam
kehidupan masyarakat, mencirikan karakter dari masyarakat tersebut antara
lain:

1. Masyarakat bertuhan, yaitu sebuah masyarakat yang mengaku ada- nya


Tuhan dan mengakui hukum Tuhan sebagai landasan pengaturan
kehidupan mereka;
2. Masyarakat yang pluralis yang terdiri dari berbagai macam suku dan
agama, namun dapat hidup berdampingan secara aman, damai, dan
sejahtera;
3. Mengembangkan sikap saling menghormati dan bekerja sama dengan
baik tanpa adanya diskriminatif, sehingga terlihat adanya pengakuan
persamaan hak.
4. Adanya pengakuan dan perlindungan negara dalam menjamin
kebebasan dalam menjalankan ibadah bagi pemeluknya sesuai dengan
keyakinan mereka;
5. Berperadaban tinggi, yaitu unggul dalam penguasaan ilmu pengeta-
huan dan teknologi, sehingga menganggkat harkat dan maratabat
masyarakat sesuai dengan peran dan fungsinya sebagai khalifatullah fil
ardh;

13
6. Beraklak mulia, dengan kata lain anggun dalam moral. Indahnya sebuah
masyarakat terlihat dari tatanan akhlak yang ditampilkan sebagai
manifestasi dari keyakinan dan pelaksanaan syariah mereka.23

E. Format Pemberdayaan Masyarakat Madani


Guna mewujudkan ciri-ciri masyarakat madani dalam kehidupan
berbangsa, tentu saja dibutuhkan sebuah proses yang panjang yang melibatkan
berbagai unsur. Proses inilah yang layak dinamakan dengan proses penemuan
kembali dan pemberdayaan masyarakat madani (the recovery and
empowerment of civil soceity).
Pemberdayaan, yang dalam bahasa Inggrisnya disebut empowerment,
adalah suatu optimalisasi dari fungsi-fungsi komponen yang ada di dalam diri
individu dan kelompok. Sistem pemberdayaan masyarakat madani itu dapat
ditilik dari segi individunya sendiri, kelompok maupun masyarakat.
Ditinjau dari segi strateginya, maka pemberdayaan masyarakat madani
dapat dilakukan dengan berbagai strategi, antara lain :

1. Strategi menciptakan wilayah publik yang bebas.


The Free Public Sphere diartikan sebagai wilayah di mana
masyarakat sebagai warga negara memiliki akses penuh terhadap setiap
kegiatan menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul serta menyiarkan
penerbitan yang berkaitan dengan kepentingan umum. Yang termasuk
wilayah ini, antara lain media massa, kampus dan sekolah, gedung-gedung
pertemuan umum, parlemen dan sebagainya. Salah satu bentuk konkritnya
adalah adanya kebebasan pers yang sesungguhnya, sehingga mampu
menjadi alat dan mekanisme kontrol sosial politik yang ampuh dalam
menegakkan demokrasi.24

23
Herdiawanto, Kewarganegaraan & Masyarakat Madani, 276.
24
Ibrahim, “PEMBENTUKAN MASYARAKAT MADANI DI INDONESIA MELALUI CIVIC EDUCATION,”
142.

14
2. Strategi memperkuat supremasi hukum. Salah satu ciri masyarakat
madani
Adalah keterikatan dengan norma-norma dan nilai-nilai hukum. Hal
itu akan terwujud jika hukum cukup memiliki wibawa (law inforcement)
dapat terwujud dalam segala lini kehidupan bermasyarakat. Dalam hal ini
hukum hendaklah menjadi panglima dan negara tunduk pada kekuasaan
hukum serta tidak ikut campur dalam menentukan proses jalannya
peradilan. Tegaknya rule of law (negara yang menghormati dan
mempraktekkan hukum) akan membangun kepercayaan masyarakat. Selain
itu sistem pengadilan yang independen dan bebas dari intervensi negara juga
perlu ditegakkan.25

3. Strategi melalui civic culture dan civic education


Civic culture yang diartikan sebagai sebuah budaya yang
mendukung setiap warga masyarakat, seperangkat gagasan yang menjelma
secara efektif dalam penampilan budaya yang bertujuan menanamkan
identitas masyarakat. Civic culture inilah yang menyediakan sarana bagi
terselenggaranya civic education, dan civic education yang menghasilkan
dan memperkuat civic culture. Jadi keduanya saling berkaitan satu sama lain
dan ketika keduanya berfungsi secara efektif maka sebagian besar
masyarakat akan berkesempatan untuk mengembangkan sikapnya, dan
nilai-nilai yang sebenarnya serta memiliki posisi tawar yang baik.
Baik civic education maupun civic culture merupakan sebuah
jembatan bagi terciptanya masyarakat yang mandiri dan terdidik sehingga
mampu melakukan proses pengambilan keputusan bagi kemaslahatan
dirinya, keluarga maupun masyarakat tanpa tekanan baik dari dalam diri
maupun dari luar (tekanan dari dalam diri dapat tercipta karena keraguan
akan identitas dan kemampuan maupun pengalaman traumatik masa lalu).26

25
Ibrahim, 143.
26
Ibrahim, 144.

15
4. Strategi sosialisasi dan pendidikan hak asasi manusia
Cita-cita masyarakat madani yang menempatkan manusia dalam
posisi sentral sulit tercapai apabila individu-individu dalam masyarakat dan
negara tidak memahami konon pula tidak menghormati hak asasi manusia.
Untuk itu mensosialisasikan dan melakukan pendidikan HAM merupakan
salah satu strategi yang perlu dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat
madani.27
Demikianlah beberapa strategi yang dapat digunakan dalam proses
pemberdayaan masyarakat madani, tentu saja masih banyak strategi lain yang
dapat dilakukan guna meraih cita-cita ideal terbentuknya masyarakat yang tau
menghargai sesama.

27
Ibrahim, 144.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Masyarakat madani (civil society) yang sarat dengan nilai-nilai
universalitas kemanusiaan, adalah sebuah cita-cita mulia yang perlu terus
menerus diperjuangkan secara kolektif dalam upaya merekonstruksi ulang
cara-cara (sistem) berbangsa dan bernegara. Di antara ciri civil society adalah
free public sphere, demokratis, toleran, puralisme dan berkeadilan sosial.
Untuk pemberdayaan masyarakat madani dapat ditempuh berbagai strategi. Di
antaranya, memperkuat supremasi hukum, pendidkan HAM, melalui Civic
Education dan lain-lain.
Civic Education secara khusus dapat digunakan sebagai salah satu
upaya memformat masyarakat madani (civil society). Dengan jalan ini dapat
ditanamkan kesadaran terhadap nilai-nilai universal kemanusiaan kepada para
pelajar dan mahasiswa secara sistematik. Mereka adalah bagian integral dan
motor pembaharuan (agent of change) dalam masyarakat dan menempati posisi
strategis dalam situasi transisi saat ini.

B. Saran
Bagi para pembaca, diharapkan semoga makalah ini dapat menambah
wawasan terkait dengan “Hakikat Masyarakat Madani”. Kepada masyarakat
disarankan untuk lebih memiliki kesadaran tinggi dalam ikut serta
berpartisipasi dalam upaya membangun masyarakat madani.
Penulis menyadari bahwa di dalam makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, baik dari segi penulisan dan juga isi yang disampaikan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak.

17
DAFTAR PUSTAKA

Basyir, Kunawi. Menyapa MasyarakatMadani Di Bumi Serbu Pura. Surabaya:


Global Aksara Pers, 2023.
Fahruroji. Masyarakat Madani: Pluralisme dan Multikulturalisme. Yogyakarta:
Zahir Publishing, 2023.
Hasbi, Muhammad. MEMBANGUN MASYARAKAT MADANI DALAM ERA
DEMOKRASI. Yogyakarta: Mitra Cendekia, 2014.
Herdiawanto, Hery. Kewarganegaraan & Masyarakat Madani. Jakarta: Prenada
Media Group, 2009.
Ibrahim, Farid Wajdi. “PEMBENTUKAN MASYARAKAT MADANI DI
INDONESIA MELALUI CIVIC EDUCATION” 13, no. 1 (Agustus
2012).
Suroto. “KONSEP MASYARAKAT MADANI DI INDONESIA DALAM
MASA POSTMODERN” 5, no. 9 (Mei 2015).

18

Anda mungkin juga menyukai