Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KONSEP MASYARAKAT MADANI DALAM

ISLAM

Dosen pembimbing:

Disusun oleh:

SAYYIDINA ALI (A230040)

HENDRI KURNIAWAN (A230059)

ISANG FIRNANDO (A230061)

BIMA SAHRUL RAMADHAN (A230058)

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN BELITANG

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

KABUPATEN OKU TIMUR

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..................................................................................1

BAB I .............................................................................................3

PENDAHULUAN ..........................................................................3

1.1. MASYARAKAT MADANI DALAM ISLAM............... Error!

Bookmark not defined.

BAB II ............................................................................................6

KONSEP MASYARAKAT MADANI DALAM ISLAM ...... Error!

Bookmark not defined.

2.1. Pengertian Masyarakat Madani ................................................6

2.2. Perinsip-prinsip Masyarakat Madani ...... Error! Bookmark not

defined.

2.3. Mewujudkan Masyarakat Madani di Indonesia .......................11

BAB III ........................................................................................15

KESIMPULAN ............................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. KONSEP MASYARAKAT MADANI DALAM ISLAM

Masyarakat madani, sebuah konsep yang pertama kali

diperkenalkan oleh Dato Seri Anwar Ibrahim dalam sebuah ceramah

pada Simposium Nasional yang diadakan dalam rangka forum ilmiah

pada Festival Istiqlal tanggal 26 September 1995 di Jakarta,

merupakan terjemahan dari konsep civil society. Konsep yang

diajukan oleh Anwar Ibrahim ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa

masyarakat yang ideal adalah kelompok masyarakat yang memiliki

peradaban maju. Lebih lanjut, Anwar Ibrahim menjelaskan bahwa

masyarakat madani adalah sistem sosial yang subur yang didasarkan

pada prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan

perorangan dengan stabilitas masyarakat.

Menurut Quraish Shihab, masyarakat Muslim awal disebut

sebagai umat terbaik karena mereka memiliki sifat-sifat yang

menghiasi diri mereka, yaitu tidak pernah bosan untuk mengajak

kepada hal-hal yang dianggap baik oleh masyarakat selama sesuai

dengan nilai-nilai Allah (al-ma’ruf) dan mereka juga aktif dalam


mencegah perbuatan yang buruk (kemunkaran). Selanjutnya, Shihab

menjelaskan bahwa kaum Muslim awal menjadi "khairu ummah"

karena mereka secara konsisten menjalankan amar ma'ruf sesuai

dengan petunjuk Allah dan rasul-Nya.

Perujukan terhadap masyarakat Madinah sebagai contoh

masyarakat ideal bukanlah untuk meniru struktur masyarakatnya,

melainkan untuk mengambil contoh dari sifat-sifat yang menghiasi

masyarakat ideal ini. Salah satu contohnya adalah p elaksanaan amar

ma'ruf dan nahi munkar yang sejalan dengan p rinsip -prinsip moral

yang dianut.

Dalam konteks masyarakat madani modern, perujukan terhadap

masyarakat Madinah sebagai contoh masyarakat ideal tidak berfokus

pada peniruan struktur masyaraka tnya, tetapi p ada sifat -sifat yang

menghiasi masyarakat tersebut. Salah satu contohnya adalah

pelaksanaan amar ma'ruf dan nahi munkar sesuai dengan petunjuk

Ilahi. Cara pelaksanaannya adalah dengan hikmah, nasehat, dan tutur

kata yang baik, sebagaimana dijelaskan dalam QS. an-Nahl [16]: 125.

Kita juga harus meneladani sikap kaum Muslim awal yang tidak

mendikotomikan antara kehidupan dunia dan akhirat. Mereka tidak

meninggalkan dunia untuk akhiratnya dan tidak meninggalkan akhirat


untuk dunianya. Mereka bersikap seimbang (tawassuth) dalam

mengejar kebahagiaan dunia dan akhirat. Jika sikap yang melekat

pada masyarakat Madinah mampu diteladani umat Islam saat ini,

maka kebangkitan Islam hanya menunggu waktu saja.

Konsep masyarakat madani adalah sebuah gagasan yang

menggambarkan maasyarakat beradab yang mengacu pada nila -inilai

kebajikan dengan mengembangkan dan menerapkan p rinsip -prinsip

interaksi sosial yang kondusif bagi peneiptaan tatanan demokratis

dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.


BAB II

KONSEP MASYARAKAT MADANI DALAM ISLAM

2.1. Pengertian Masyarakat Madani

Konsep “masyarakat madani” merupakan p enerjemahan

atau pengislaman konsep “civil society”. Orang yang p ertama

kali mengungkapkan istilah ini adalah Anwar Ibrahim dan

dikembangkan di Indonesia oleh Nurcholish Madjid.

Pemaknaan civil society sebagai masyarakat madani merujuk

pada konsep dan bentuk masyarakat Madinah yang dibangun

Nabi Muhammad. Masyarakat Madinah dianggap sebagai

legitimasi historis ketidakbersalahan pembentukan civil society

dalam masyarakat muslim modern.

Makna Civil Society “Masyarakat sipil” adalah terjemahan

dari civil society. Konsep civil society lahir dan berkembang

dari sejarah pergumulan masyarakat. Cicero adalah orang Barat

yang pertama kali menggunakan kata “societies civilis” dalam

filsafat politiknya. Konsep civil society pertama kali dip ahami

sebagai negara (state). Secara historis, istilah civil society

berakar dari pemikir Montesque, JJ. Rousseau, John Locke, dan


Hubbes. Ketiga orang ini mulai menata suatu bangunan

masyarakat sipil yang mampu mencairkan otoritarian kekuasaan

monarchi-absolut dan ortodoksi gereja (Larry Diamond, 2003:

278).

Antara Masyarakat Madani dan Civil Society sebagaimana

yang telah dikemukakan di atas, masyarakat madani adalah

istilah yang dilahirkan untuk menerjemahkan konsep di luar

menjadi “Islami”. Menilik dari subtansi civil society lalu

membandingkannya dengan tatanan masyarakat Madinah yang

dijadikan pembenaran atas pembentukan civil society di

masyarakat Muslim modern akan ditemukan persamaan

sekaligus perbedaan di antara keduanya.

Perbedaan lain antara civil society dan masyarakat madani

adalah civil society merupakan buah modernitas, sedangkan

modernitas adalah buah dari gerakan Renaisans; gerakan

masyarakat sekuler yang meminggirkan Tuhan. Sehingga civil

society mempunyai moral-transendental yang rapuh karena

meninggalkan Tuhan. Sedangkan masyarakat madani lahir dari

dalam buaian dan asuhan petunjuk Tuhan. Dari alasan ini

Maarif mendefinisikan masyarakat madani sebagai sebuah


masyarakat yang terbuka, egalitar, dan toleran atas landasan

nilai-nilai etik-moral transendental yang bersumber dari wahyu

Allah (A. Syafii Maarif, 2004: 84).

Masyarakat madani merupakan konsep yang berwayuh

wajah: memiliki banyak arti atau sering diartikan dengan makna

yang beda-beda. Bila merujuk kepada Bahasa Inggris, ia berasal

dari kata civil society atau masyarakat sipil, sebuah kontraposisi

dari masyarakat militer. Menurut Blakeley dan Suggate (1997),

masyarakat madani sering digunakan untuk menjelaskan “the

sphere of voluntary activity which takes place outside of

government and the market.” Merujuk pada Bahmueller (1997).

Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab,

menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam

penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi.

Allah SWT memberikan gambaran dari masyarakat madani

dengan firman-Nya dalam Q.S. Saba’ ayat 15:

Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan)


di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah
kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan):
“Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu
dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri
yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha
Pengampun”.
2.2. Perinsip-prinsip masyarakat madani

Prinsip-prinsip dasar masyarakat madani mencakup:

1. Keadilan: Masyarakat madani mengedepankan prinsip


keadilan dalam
segala aspek kehidupan, termasuk dalam distribusi sumber
daya, akses terhadap layanan publik, dan perlakuan yang adil
terhadap semua individu.
2. Kemerdekaan dan Hak Asasi Manusia: Masyarakat madani
menjunjung
tinggi kemerdekaan individu dan hak asasi manusia, termasuk
hak untuk berbicara, berpendapat, dan beragama sesuai
dengan keyakinan masing-masing.

3. Toleransi dan Keragaman: Masyarakat madani menerima dan


menghormati keragaman budaya, agama, suku bangsa, dan
pandangan politik. Mereka mempromosikan toleransi antar
kelompok dan berupaya untuk hidup berdampingan dengan
damai.
4. Partisipasi Aktif: Anggota masyarakat madani secara aktif
terlibat dalam
kehidupan sosial, politik, dan ekonomi. Mereka berpartisipasi
dalam proses pengambilan keputusan dan memegang p eran
dalam pembangunan masyarakat.
5. Tanggung Jawab Sosial: Masyarakat madani merasa
bertanggung jawab terhadap kesejahteraan sesama dan
berkontribusi dalam aksi sosial dan kemanusiaan untuk
membantu mereka yang membutuhkan.
6. Etika dan Akhlak: Etika dan akhlak yang baik merupakan nilai
penting dalam masyarakat madani. Mereka berusaha untuk
menjalani kehidupan yang berlandaskan pada nilai-nilai moral
yang luhur.
7. Pembangunan Berkelanjutan: Masyarakat madani
berkomitmen untukmencapai pembangunan yang
berkelanjutan, yang mencakup pertumbuhan ekonomi yang
seimbang, perhatian terhadap lingkungan, dan peningkatan
kualitas hidup.
8. Pendidikan dan Pengetahuan: Pendidikan dianggap sebagai
alat penting untuk memahami dunia dan agama, serta sebagai
sarana untuk meningkatkan kemampuan individu dan
perkembangan masyarakat.
9. Keterbukaan dan Akuntabilitas: Masyarakat madani
mengedepankan keterbukaan dalam pemerintahan dan
organisasi publik. Mereka mendukung akuntabilitas dan
transparansi dalam pengelolaan sumber daya publik.
10.Pemberdayaan Masyarakat: Masyarakat madani mendorong
pemberdayaan warga untuk mengambil peran aktif dalam
pembangunan sosial dan ekonomi, serta dalam p engambilan
keputusan yang memengaruhi kehidupan mereka.

Prinsip-prinsip dasar ini menjadi landasan bagi masyarakat

madani dalam upaya membangun masyarakat yang modern, adil,

berkeadilan, dan berdaya. Masyarakat madani berperan penting dalam

membawa perubahan positif dan berkontribusi p ada p embangunan

yang berkelanjutan dan harmonis.

2.3. Mewujudkan Masyarakat Madani di Indonesia

Perwujudan masyarakat madani di Indonesia dapat dilihat dalam

berbagai aspek kehidupan sosial, politik, dan budaya. Berikut adalah

beberapa contoh perwujudan masyarakat madani di Indonesia:

1. Kebebasan Beragama: Indonesia adalah negara dengan

beragam agama dan kepercayaan. Konstitusi Indonesia

menjamin kebebasan beragama

bagi semua warganya. Masyarakat Indonesia memiliki

kebebasan untuk menjalankan keyakinan agama mereka

tanpa diskriminasi.
2. Keragaman Budaya: Indonesia memiliki keragaman budaya

yang kaya dengan lebih dari 300 kelompok etnis dan

berbagai suku bangsa. Masyarakat Indonesia memiliki

kemampuan untuk hidup bersama dalam harmoni meskipun

perbedaan budaya dan suku bangsa.

3. Organisasi Masyarakat Sipil: Ada banyak organisasi

masyarakat sipil di Indonesia yang berperan aktif dalam

mendorong perubahan positif, mempromosikan hak asasi

manusia, dan mengawasi tindakan pemerintah. Mereka

berfungsi sebagai suara masyarakat dalam upaya

membangun masyarakat madani.

4. Pemilihan Umum: Indonesia secara reguler mengadakan

pemilihan umum yang demokratis untuk memilih pemimpin

dan wakil rakyat. Proses ini mencerminkan partisipasi aktif

masyarakat dalam proses politik.

5. Kehidupan Beragama yang Damai: Meskipun Indonesia

memiliki berbagai agama dan kepercayaan, kehidupan

beragama berlangsung dengan damai dan toleransi.

Masyarakat beragama berinteraksi dan saling menghormati

satu sama lain.


6. Masyarakat Peduli Lingkungan: Dalam menghadapi isu -isu

lingkungan, banyak masyarakat di Indonesia yang peduli

terhadap pelestarian lingkungan dan melakukan aksi-aksi

untuk menjaga alam dan sumber daya alam.

7. Keterlibatan dalam Kegiatan Sosial: Banyak warga Indonesia

aktif dalam kegiatan sosial seperti aksi kemanusiaan, bakti

sosial, dan kegiatan amal lainnya untuk membantu sesama

yang membutuhkan.

8. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat: Program-program

pemberdayaan ekonomi, seperti koperasi dan usaha kecil

menengah (UKM), membantu masyarakat untuk mandiri

secara ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan mereka.

9. Pembangunan Berkelanjutan: Upaya untuk mencapai

pembangunan berkelanjutan menjadi perhatian penting di

Indonesia, dengan perhatian pada aspek ekonomi, sosial, dan

lingkungan.

Perwujudan masyarakat madani di Indonesia

mencerminkan semangat kerjasama, toleransi, dan kep edulian

terhadap sesama serta nilai-nilai keadilan, kebebasan, dan hak

asasi manusia. Meskipun masih ada tantangan dan p erubahan


yang dibutuhkan, Indonesia terus berusaha membangun

masyarakat madani yang modern, berlandaskan pada nilai-nilai

Pancasila dan ajaran agama yang dianut oleh masyarakatnya.


BAB III

KESIMPULAN

Untuk mewujudkan masyarakat madani dan agar terciptanya

kesejahteraan umat maka kita sebagai generasi penerus supaya dapat

membuat suatu perubahan yang signifikan. Selain itu, kita juga harus

dapat menyesuaikan diri dengan apa yang sedang terjadi di

masyarakat sekarang ini.Dalam mewujudkan masyarakat madani dan

kesejahteraan umat haruslah berpacu pada Al-Qur’an dan As-Sunnah

yang diamanatkan oleh Rasullullah kepada kita sebagai umat akhir

zaman. Sebelumnya kita harus mengetahui dulu apa yang dimaksud

dengan masyarakat madani itu dan bagaimana cara menciptakan

suasana pada masyarakat madani tersebut, serta ciri-ciri apa saja yang

terdapat pada masyarakat madani sebelum kita yakni pada zaman

Rasullullah.

Selain memahami apa itu masyarakat madani kita juga harus

melihat pada potensi manusia yang ada di masyarakat, khususnya di

Indonesia. Potensi yang ada di dalam diri manusia sangat mendukung

kita untuk mewujudkan masyarakat madani. Karena semakin besar

potensi yang dimiliki oleh seseorang dalam membangun agama Islam

maka akan semakin baik pula hasilnya. Begitu pula sebaliknya,


apabila seseorang memiliki potensi yang kurang di dalam membangun

agamanya maka hasilnya pun tidak akan memuaskan. Oleh karena itu,

marilah kita berlomba-lomba dalam meningkatkan potensi diri melalui

latihan-latihan spiritual dan praktek-praktek di masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai