MASYARAKAT MADANI
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt Tuhan Yang Maha
Esa atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Makalah ini dapat diselesaikan
dalam waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini berjudul Masyrakat Madani, merupakan tugas dari
Matakuliah Bidang Studi Pendidikan Agama Islam membahas secara detail
yang berhubungan dengan Masyarakat Madani, Ciri Ciri Masyarakat
Madani, dan lain-lainnya yang tercakup dalam makalah ini.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan karena dari kekhilafan kami. Maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari kawan-kawan maupun Dosen Pengasuh
yang bersifat pembelajaran dan perbaikan agar kita dimasa akan datang
mendapat pengertian mengenai masyarakat madani.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A.Latar Belakang..................................................................................... 1
B.Rumusan Masalah................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
MASYARAKAT MADANI DAN KESEJAHTERAAN UMAT....... 3
A.Pengertian Masyarakat Madani............................................................ 3
B.Ciri-Ciri Masyarakat Madani............................................................... 3
C.Karakteristik Masyarakat Madani........................................................ 4
D.Masyarakat Madani dalam Sejarah...................................................... 6
E.Masyarakat Madani dalam Islam.......................................................... 6
F.Masyarakat Madani di Indonesia.......................................................... 8
G.Peran Umat Islam dalam Mewujudkan Masyarakat Madani............... 10
H.Sistem Ekonomi Islam dan Kesejahteraan Umat................................. 11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat madani, konsep ini merupakan penerjemahan istilah dari
konsep civil society yang pertama kali digulirkan oleh Dato Seri Anwar
Ibrahim dalam ceramahnya pada simposium Nasional dalam rangka forum
ilmiah pada acara festival istiqlal, 26 September 1995 di Jakarta. Konsep yang
diajukan oleh Anwar Ibrahim ini hendak menunjukkan bahwa masyarakat
yang ideal adalah kelompok masyarakat yang memiliki peradaban maju. Lebih
jelas Anwar Ibrahim menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan masyarakat
madani adalah sistem sosial yang subur yang diasaskan kepada prinsip moral
yang menjamin keseimbangan antara kebebasan perorangan dengan kestabilan
masyarakat.
Menurut Quraish Shibab, masyarakat Muslim awal disebut umat
terbaik karena sifat-sifat yang menghiasi diri mereka, yaitu tidak bosan-bosan
menyeru kepada hal-hal yang dianggap baik oleh masyarakat selama sejalan
dengan nilai-nilai Allah (al-ma’ruf) dan mencegah kemunkaran. Selanjutnya
Shihab menjelaskan, kaum Muslim awal menjadi “khairu ummah” karena
mereka menjalankan amar ma’ruf sejalan dengan tuntunan Allah dan rasul-
Nya. (Quraish Shihab, 2000, vol.2: 185).
Perujukan terhadap masyarakat Madinah sebagai tipikal masyarakat
ideal bukan pada peniruan struktur masyarakatnya, tapi pada sifat-sifat yang
menghiasi masyarakat ideal ini. Seperti, pelaksanaan amar ma’ruf nahi
munkar yang sejalan dengan petunjuk Ilahi, maupun persatuan yang kesatuan
yang ditunjuk oleh ayat sebelumnya (lihat, QS. Ali Imran [3]: 105). Adapun
cara pelaksanaan amar ma’ruf nahi mungkar yang direstui Ilahi adalah dengan
hikmah, nasehat, dan tutur kata yang baik sebagaimana yang tercermin dalam
QS an-Nahl [16]: 125. Dalam rangka membangun “masyarakat madani
modern”, meneladani Nabi bukan hanya penampilan fisik belaka, tapi sikap
yang beliau peragakan saat berhubungan dengan sesama umat Islam ataupun
1
dengan umat lain, seperti menjaga persatuan umat Islam, menghormati dan
tidak meremehkan kelompok lain, berlaku adil kepada siapa saja, tidak
melakukan pemaksaan agama, dan sifat-sifat luhur lainnya.
Kita juga harus meneladani sikap kaum Muslim awal yang tidak
mendikotomikan antara kehidupan dunia dan akhirat. Mereka tidak
meninggalkan dunia untuk akhiratnya dan tidak meninggalkan akhirat untuk
dunianya. Mereka bersikap seimbang (tawassuth) dalam mengejar
kebahagiaan dunia dan akhirat. Jika sikap yang melekat pada masyarakat
Madinah mampu diteladani umat Islam saat ini, maka kebangkitan Islam
hanya menunggu waktu saja.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Masyarakat Madani
2. Ciri-Ciri Masyarakat Madani
3. Karakteristik Masyarakat Madani
4. Masyarakat Madani dalam Sejarah
5. Masyarakat Madani dalam Islam
6. Masyarakat Madani di Indonesia
7. Peran Umat Islam dalam Mewujudkan Masyarakat Madani
8. Sistem Ekonomi Islam dan Kesejahteraan Umat
2
BAB II
PEMBAHASAN
MASYARAKAT MADANI DAN KESEJAHTERAAN UMAT
3
aktif dari warga negara melalui wacana dan praksis yang berkaitan dengan
kepentingan publik, dan (3) adanya kemampuan membatasi kuasa negara agar
ia tidak intervensionis.
4
11. Toleran, artinya tidak mencampuri urusan pribadi pihak lain yang telah
diberikan oleh Allah sebagai kebebasan manusia dan tidak merasa
terganggu oleh aktivitas pihak lain yang berbeda tersebut.
12. Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial.
13. Berperadaban tinggi, artinya bahwa masyarakat tersebut memiliki
kecintaan terhadap ilmu pengetahuan dan memanfaatkan kemajuan ilmu
pengetahuan untuk umat manusia.
14. Berakhlak mulia.
Dari beberapa ciri tersebut, kiranya dapat dikatakan bahwa masyarakat
madani adalah sebuah masyarakat demokratis dimana para anggotanya
menyadari akan hak-hak dan kewajibannya dalam menyuarakan pendapat dan
mewujudkan kepentingan-kepentingannya; dimana pemerintahannya
memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi kreatifitas warga negara untuk
mewujudkan program-program pembangunan di wilayahnya.
Masyarakat madani sejatinya bukanlah konsep yang ekslusif dan
dipandang sebagai dokumen usang. Ia merupakan konsep yang senantiasa
hidup dan dapat berkembang dalam setiap ruang dan waktu. Mengingat
landasan dan motivasi utama dalam masyarakat madani adalah Alquran.
Meski Alquran tidak menyebutkan secara langsung bentuk masyarakat
yang ideal namun tetap memberikan arahan atau petunjuk mengenai prinsip-
prinsip dasar dan pilar-pilar yang terkandung dalam sebuah masyarakat yang
baik. Secara faktual, sebagai cerminan masyarakat yang ideal kita dapat
meneladani perjuangan rasulullah mendirikan dan menumbuhkembangkan
konsep masyarakat madani di Madinah.
Prinsip terciptanya masyarakat madani bermula sejak hijrahnya Nabi
Muhammad Saw. beserta para pengikutnya dari Makah ke Yatsrib. Hal
tersebut terlihat dari tujuan hijrah sebagai sebuah refleksi gerakan
penyelamatan akidah dan sebuah sikap optimisme dalam mewujudkan cita-
cita membentuk yang madaniyyah (beradab).
5
Adapun yang masih menjadi kendala dalam mewujudkan masyarakat
madani di Indonesia diantaranya:
1. Kualitas SDM yang belum memadai karena pendidikan yang belum
merata.
2. Masih rendahnya pendidikan politik masyarakat.
3. Kondisi ekonomi nasional yang belum stabil pasca krisis moneter.
4. Tingginya angkatan kerja yang belum terserap karena lapangan kerja yang
terbatas.
5. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sepihak dalam jumlah yang besar.
6
(tolong-menolong), takaful (saling menanggung), dan tadhomun (memiliki
solidaritas).
Masyarakat ideal – kerap disebut masyarakat madani yang kadang
disamakan dengan masyarakat sipil (civil society), adalah masyarakat dengan
tatanan sosial yang baik, berazas pada prinsip moral yang menjamin
keseimbangan antara hak dan kewajiban individu dengan hak dan kewajiban
sosial. Pelaksanaannya antara lain dengan terbentuknya pemerintahan yang
tunduk pada aturan dan undang-undang dengan sistem yang transparan.Dalam
konteks ini, kita memilih mengartikan masyarakat madani sebagai terjemahan
dari kosa kata bahasa Arab mujtama’ madani. Kata ini secara etimologis
mempunyai dua arti, pertama, masyarakat kota, karena kata ‘madani’ berasal
dari kata madinah yang berarti ‘kota’, yang menunjukkan banyaknya aktivitas,
dinamis, dan penuh dengan kreativitas; kedua, masyarakat peradaban, karena
kata ‘madani’ juga merupakan turunan dari kata tamaddun yang berarti
‘peradaban’. Masyarakat madani adalah masyarakat yang menjunjung tinggi
nilai-nilai peradaban.
Adalah Nabi Muhammad Rasulullah sendiri yang memberi teladan
kepada umat manusia ke arah pembentukan masyarakat peradaban. Setelah
belasan tahun berjuang di kota Mekkah tanpa hasil yang terlalu
menggembirakan, Allah memberikan petunjuk untuk hijrak ke Yastrib, kota
wahah atau oase yang subur sekitar 400 km sebelah utara Mekkah. Sesampai
di Yastrib, setelah perjalanan berhari-hari yang amat melelahkan dan penuh
kerahasiaan, Nabi disambut oleh penduduk kota itu, dan para gadisnya
menyanyikan lagu Thala’a al-badru ‘alaina (Bulan Purnama telah
menyingsing di atas kita), untaian syair dan lagu yang kelak menjadi amat
terkenal di seluruh dunia. Kemudian setelah mapan dalam kota hijrah itu, Nabi
mengubah nama Yastrib menjadi al-Madinat al-nabiy (kota nabi).
Secara konvensional, perkataan “madinah” memang diartikan sebagai
“kota”. Tetapi secara ilmu kebahasaan, perkataan itu mengandung makna
“peradaban”. Dalam bahasa Arab, “peradaban” memang dinyatakan dalam
kata-kata “madaniyah” atau “tamaddun”, selain dalam kata-kata “hadharah”.
7
Karena itu tindakan Nabi mengubah nama Yastrib menjadi Madinah, pada
hakikatnya adalah sebuah pernyataan niat, atau proklamasi, bahwa beliau
bersama para pendukungnya yang terdiri dari kaum Muhajirin dan kaum
Anshar hendak mendirikan dan membangun mansyarakat beradab.
8
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”.
Dan bila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka
tak ada yang dapat menolaknya. Dan sekali-kali tak ada pelindung bagi
mereka selain Dia,”(QS Ar-Ra’d [13]: 11).
Masyarakat madani memiliki peran signifikan dalam memelopori dan
mendorong masyarakat. Pembangunan sumberdaya manusia bisa ia rintis
melalui penyelenggaraan program pendidikan, peningkatan perekonomian
rakyat bisa ditempuh melalui koperasi dan pemberian modal kepada
pengusaha dan menengah. Dua hal ini, dari banyak hal, yang menurut penulis
sangat kongkrit dan mendesak untuk digarap oleh elemen-elemen masyarakat
madani, khususnya ormas-ormas, guna memelopori dan mendorong
perubahan masyarakat ke arah yang lebih baik.
Untuk membangun masyarakat yang maju dan berbudaya, menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilandasi dengan iman dan takwa,
paling tidak harus ada tiga syarat: menciptakan inovasi dan kreasi, mencegah
kerusakan-kerusakan sumber daya, dan pemantapan spiritualitas. Masyarakat
madani itu hendaknya kreatif terhadap hal-hal baru, antisipatif dan preventif
terhadap segala kemungkinan buruk, serta berketuhanan Yang Maha Esa.
Jika syarat-syarat dan komponen-komponen masyakarat madani
berdaya secara maksimal, maka tata kehidupan yang demokratis akan
terwujud. Selain ikut membangun dan memberdayakan masyarakat,
masyarakat madani juga ikut mengontrol kebijakan-kebijakan negara. Dalam
pelaksanaannya, mereka bisa memberikan saran dan kritik terhadap negara.
Saran dan kritik itu akan objektif, jika ia tetap independen. Setiap warga
negara berada dalam posisi yang sama, memilik kesempatan yang sama, bebas
menentukan arah hidupnya, tidak merasa tertekan oleh dominasi negara,
adanya kesadaran hukum, toleran, dan memahami hak dan kewajibannya
sebagai warga negara. Masyarakat madani sukar tumbuh dan berkembang
pada rezim Orde Baru karena adanya sentralisasi kekuasaan melalui
korporatisme dan birokratisasi di hampir seluruh aspek kehidupan, terutama
9
terbentuknya organisasi-organisasi kemasyarakatan dan profesi dalam wadah
tunggal, seperti MUI, KNPI, PWI, SPSI, HKTI, dan sebagainya. Organisasi-
organisasi tersebut tidak memiliki kemandirian dalam pemilihan pemimpin
maupun penyusunan program-programnya, sehingga mereka tidak memiliki
kekuatan kontrol terhadap jalannya roda pemerintahan.
10
ekonomi, militer, dan ilmu pengetahuan dan teknologi, belum mampu
menunjukkan perannya yang signifikan. Di Indonesia, jumlah umat Islam
lebih dari 85%, tetapi karena kualitas SDM nya masih rendah, juga belum
mampu memberikan peran yang proporsional. Hukum positif yang berlaku
di negeri ini bukan hukum Islam. Sistem sosial politik dan ekonomi juga
belum dijiwai oleh nilai-nilai Islam, bahkan tokoh-tokoh Islam belum
mencerminkan akhlak Islam.
11
kalau tidak disertai dengan keadilan ekonomi yang memungkinkan setiap
orang memperoleh hak atas sumbangan terhadap masyarakat.
Allah melarang hak orang lain, sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. al-
Syu’ara ayat 183:
Artinya:
Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah
kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan;
Dalam komitmen Islam yang khas dan mendalam terhadap
persaudaraan, keadilan ekonomi dan sosial, maka ketidakadilan dalam
pendapatan dan kekayaan bertentangan dengan Islam. Akan tetapi, konsep
Islam dalam distribusi pendapatan dan kekayaan serta konsepsinya tentang
keadilan sosial tidaklah menuntut bahwa semua orang harus mendapat upah
yang sama tanpa memandang kontribusinya kepada masyarakat. Islam
mentoleransi ketidaksamaan pendapatan sampai tingkat tertentu, akrena setiap
orang tidaklah sama sifat, kemampuan, dan pelayanannya dalam masyarakat.
Dalam Q.S. An-Nahl ayat 71 disebutkan:
Artinya:
Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal
rezki, tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezkinya itu) tidak mau
memberikan rezki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar
mereka sama (merasakan) rezki itu. Maka Mengapa mereka mengingkari
nikmat Allah.
Dalam ukuran tauhid, seseorang boleh menikmati penghasilannya
sesuai dengan kebutuhannya. Kelebihan penghasilan atau kekayaannya.
Kelebihan penghasilan atau kekayaannya harus dibelanjakan sebagai sedekah
karena Alah.
12
Banyak ayat-ayat Allah yang mendorong manusia untuk mengamalkan
sedekah, antara lain Q.S. An-nisa ayat 114:
Artinya:
Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali
bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau
berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. dan
barangsiapa yang berbuat demikian Karena mencari keredhaan Allah, Maka
kelak kami memberi kepadanya pahala yang besar.
Dalam ajaran Islam ada dua dimensi utama hubungan yang harus
dipelihara, yaitu hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia
dengan manusia dalam masyarakat. Kedua hubungan itu harus berjalan
dengan serentak. Dengan melaksanakan kedua hungan itu hidup manusia akan
sejahtrera baik di dunia maupun di akhirat kelak.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk mewujudkan masyarakat madani dan agar terciptanya
kesejahteraan umat maka kita sebagai generasi penerus supaya dapat membuat
suatu perubahan yang signifikan. Selain itu, kita juga harus dapat
menyesuaikan diri dengan apa yang sedang terjadi di masyarakat sekarang ini.
Agar di dalam kehidupan bermasyarakat kita tidak ketinggalan berita. Adapun
beberapa kesimpulan yang dapat saya ambil dari pembahasan materi yang ada
di bab II ialah bahwa di dalam mewujudkan masyarakat madani dan
kesejahteraan umat haruslah berpacu pada Al-Qur’an dan As-Sunnah yang
diamanatkan oleh Rasullullah kepada kita sebagai umat akhir zaman.
Sebelumnya kita harus mengetahui dulu apa yang dimaksud dengan
masyarakat madani itu dan bagaimana cara menciptakan suasana pada
masyarakat madani tersebut, serta ciri-ciri apa saja yang terdapat pada
masyarakat madani sebelum kita yakni pada zaman Rasullullah.
Selain memahami apa itu masyarakat madani kita juga harus melihat
pada potensi manusia yang ada di masyarakat, khususnya di Indonesia.
Potensi yang ada di dalam diri manusia sangat mendukung kita untuk
mewujudkan masyarakat madani. Karena semakin besar potensi yang dimiliki
oleh seseorang dalam membangun agama Islam maka akan semakin baik pula
hasilnya. Begitu pula sebaliknya, apabila seseorang memiliki potensi yang
kurang di dalam membangun agamanya maka hasilnya pun tidak akan
memuaskan. Oleh karena itu, marilah kita berlomba-lomba dalam
meningkatkan potensi diri melalui latihan-latihan spiritual dan praktek-praktek
di masyarakat.
14
B. Saran
Maka diharapkan kepada kita semua baik yang tua maupun yang muda
agar dapat mewujudkan masyarakat madani di negeri kita yang tercinta ini
yaitu Indonesia. Yakni melalui peningkatan kualiatas sumber daya manusia,
potensi, perbaikan sistem ekonomi, serta menerapkan budaya zakat, infak, dan
sedekah. Insya Allah dengan menjalankan syariat Islam dengan baik dan
teratur kita dapat memperbaiki kehidupan bangsa ini secara perlahan.
Demikianlah makalah rangkuman materi yang dapat kami sampaikan pada
kesempatan kali ini semoga di dalam penulisan ini dapat dimengerti kata-
katanya sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman di masa yang akan
datang.
Wassalamu’alaiku wr.wrb.
15
DAFTAR PUSTAKA
16