Anda di halaman 1dari 14

MASYARAKAT MADANI

Disusun Oleh
NABILA ILYANI EFENDI
NIM. 201901228

Dosen Pembimbim
ARDIYANSYAH, S.Si.,Apt.,MH

STIKES ADILA BANDAR LAMPUNG


2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan
tema “MASYARAKAT MADANI” dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman
bagi pembaca.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 3 Januari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

MASYARAKAT MADANI ....................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG.................................................................................................... 1

B. TUJUAN PENULISAN ................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 2

A. PENGERTIAN MASYARAKAT MADANI ................................................................ 2

B. KARAKTERISTIK MASYARAKAT MADANI ........................................................ 4

C. MASYARAKAT MADANI INDONESIA .................................................................... 7

D. TANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN MASYARAKAT MADANI DI


INDONESIA .......................................................................................................................... 8

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 10

A. KESIMPULAN ............................................................................................................. 10

B. SARAN.......................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 11

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Banyaknya fenomena penindasan rakyat yang dilakukan oleh pemerintah yang sedang
berkuasa merupakan realitas yang sering kita lihat dan kita dengar dalam setiap pemberitaan
pers, baik melalui media elektronik maupun media cetak. Sebut saja kasus penindasan yang
terjadi di Indonesia yang ketika Orba masih berkuasa, yakni penindasan terhadap keberadaan
hak tanah rakyat yang diambil penguasa dengan alas an pembangunan. Atau jagu realitas
pengekangan dan pembungkaman kebebasan pers dengan adanya pemberedalan beberapa
media masssa oleh penguasa, serta pembantaian para ulama (kiayi) dengan dalil dukun santet
sekitar tahun 1999 yang dilakukan oleh kelompok oknum yang tidak bertanggung jawab. Hal
ini merupakan bagian kecil dari fenomena kehidupan yang sangat tidak menghargai terhadap
posisi rakyat di hadapan penguasa dan bagian dari fenomena kehidupan yang tidak menghargai
kebebasan berserikat dan berpendapat.
Melihat bagian kecil dari realitas tersebut, apa yang saudara pikirkan ketika saudara
mendengar atu melihat fenomena pembantaian massal? Apa yang saudara pikirkan ketika
mendengar dan mengetahui penculikan para aktivis demokrasi diberbagai Negara , termasuk
Indonesia? Apa yang saudara lakuan ketika menyaksikan pembatasan ruang public untuk
mengemukakan pendapat di muka umum?.
Pertanyaan-pertantaan tersebut pada akhirnya akan bermuara pada perlunya dikaji
kembali kekuatan rakyat / masyarakat dalam konteks interaksi-relationship, baik antara rakyat
dengan Negara, maupun antara rakyat dengan rakyat. Kedua pola hubungan interaksi tersebut
akan memposisikan rakyat sebagai bagian integral dalam komunitas Negara yang memiliki
kekuatan bargaining dan menjadi komunitas masyarakat sipil yang memiliki kecerdasan,
analisi kritis yang tajam serta mampu berinteraksi di lingkungannya secara demokratis dan
berkeadaban.
Kemungkinan akan adanya kekuatan masyarakat sebagai dari komunitas bangsa ini
akan menghantarkan pada sebuah wacana yang saat ini sedang berkembangan, yakni
Masyarakat madani. Masyarakat madani muncul bersamaan dengan proses modernisasi,
terutama pada saat terjadi transformasi dari masyarakat feudal menuju masyarakat barat
modern, yang saat itu lebih dikenal dengan istilah civil society.
Dalam makalah yang berjudul Masyarakat Madani, akan dibahas lebih rinci tentang apa
itu Masyarakat Madani.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Mendeskripsikan pengertian masyarakat madani
2. Mengidentifikasikan karakteristik masyarakat madani
3. Masyarakat Madani di Indonesia

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MASYARAKAT MADANI


Di Indonesia, istilah civil society oleh Nurcholis Madjid dipadankan dengan istilah
masyarakat Madani. Meskipun mirip, namun keduanya secara prinsipil memiliki perbedaan.
Civil society berakar dari Barat, sedangkan masyarakat Madani adalah hasil pemikiran yang
mengacu pada piagam Madinah, yang dibangun di atas prinsip-prinsip Islam. Civil society
dibentuk dengan ideologi demokratis. Meski menggunakan istilah masyarakat madani, rupanya
secara konsepsi meniru civil society yang lahir di Barat. Sehingga masyarakat Madani yang
dimaksud Nurcholis sebenarnya adalah civil society itu sendiri.
Menurut Nurcholis Madjid, masyarakat madani sebagai masyarakat yang berkeadaban
memiliki ciri-ciri, antara lain egalitarianisme, menghargai prestasi, keterbukaan, penegakan
hukum dan keadilan, toleransi dan pluralisme, serta musyawarah. Nilai-niali pluralisme
ditegakkan dalam konsep masyarakat sipil, dan tentunya truth claim agama mesti dienyahkan
karena dianggap akan menghalangi tegaknya demokratisasi dan toleransi beragama. Dengan
demikian Cak Nur merekonstruksi konsep masyarakat Madani, yang bersenyawa konsep civil
society.
Untuk membangun masyarakat sipil, Syamsul Arifin dalam buku Merambah Jalan Baru
dalam Beragama menukil pendapat Chandoke bahwa ada empat kriteria yang harus dipenuhi;
pertama, nilai-nilai masyarakat Madani, kedua, institusi masyarakat Madani, ketiga,
perlindungan terhadap masyarakat, keempat, warga masyarakat Madani. Akan tetapi, Syamsul
menaruh perhatian yang lebih pada poin pertama sebagai faktor terpenting untuk membangun
civil society.
Civil society merupakan buah modernitas, sedangkan modernitas adalah buah dari
gerakan Renaisans; gerakan masyarakat sekuler yang meminggirkan Tuhan. Sehingga civil
society mempunyai moral-transendental yang rapuh karena meninggalkan Tuhan.
Masyarakat madani lahir dari dalam buaian dan asuhan petunjuk Tuhan dan sebagai
sebuah masyarakat yang terbuka, egalitar, dan toleran atas landasan nilai-nilai etik-moral
transendental yang bersumber dari wahyu Allah (A. Syafii Maarif, 2004: 84).
Banyak orang memadankan istilah ini dengan istilah civil society, societas civilis
(Romawi) atau koinonia politike (Yunani). Padahal istilah “masyarakat madani “ dan civil
society berasal dari dua sistem budaya yang berbeda. Masyarakat madani merujuk pada tradisi
Arab-Islam sedang civil society tradisi Barat non-Islam. Perbedaan ini bisa memberikan makna
yang berbeda apabila dikaitkan dengan konteks istilah itu muncul.

2
Dalam bahasa Arab, kata “madani” tentu saja berkaitan dengan kata “madinah” atau
‘kota”, sehingga masyarakat madani biasa berarti masyarakat kota atau perkotaan . Meskipun
begitu, istilah kota disini, tidak merujuk semata-mata kepada letak geografis, tetapi justru
kepada karakter atau sifat-sifat tertentu yang cocok untuk penduduk sebuah kota. Dari sini kita
paham bahwa masyarakat madani tidak asal masyarakat yang berada di perkotaan, tetapi yang
lebih penting adalah memiliki sifat-sifat yang cocok dengan orang kota, yaitu yang
berperadaban. Dalam kamus bahasa Inggris diartikan sebagai kata “civilized”, yang artinya
memiliki peradaban (civilization), dan dalam kamus bahasa Arab dengan kata “tamaddun”
yang juga berarti peradaban atau kebudayaan tinggi.
Penggunaan istilah masyarakat madani dan civil society di Indonesia sering disamakan
atau digunakan secara bergantian. Hal ini dirasakan karena makna diantara keduanya banyak
mempunyai persamaan prinsip pokoknya, meskipun berasal dari latar belakang system budaya
negara yang berbeda.
Masyarakat Madani merujuk kepada sebuah masyarakat dan negara yang diatur oleh
hukum agama, sedangkan masyarakat sipil merujuk kepada komponen di luar negara. Syed
Farid Allatas seorang sosiolog sepakat dengan Syed M. Al Naquib Al Attas (berbeda dengan
para sosiolog umumnya), menyatakan bahwa faham masyarakat Madani tidak sama dengan
faham masyarakat Sipil. Istilah Madani, Madinah (kota) dan ad-Din (diterjemahkan sebagai
agama) semuanya didasarkan dari akar kata d-y-n. Kenyataan bahwa nama kota Yathrib
berubah menjadi Madinah bermakna di sanalah ad-Din (Syari’ah Islam) berlaku dan
ditegakkan untuk semua kelompok (kaum) di Madinah.

Menilik pengalaman sosio-historis Islam, masyarakat madani merupakan refresentasi


dari masyarakat Madinah yang diwariskan Nabi Muhammad SAW, yang oleh Robert N.
Bellah, sosiolog agama terkemuka, disebut sebagai ”masyarakat yang untuk zaman dan
tempatnya sangat modern, bahkan terlalu modern, sehingga sewafatnya Nabi, Timur tengah
dan umat manusia saat itu belum siap dengan prasarana sosial yang diperlukan untuk menopang
suatu tatanan sosial yang modern seperti yang pernah dirintis Nabi SAW”.

Dalam Islam negaralah yang bertanggungjawab terhadap urusan masyarakat. Negara


dalam perspektif Islam bukanlah sekedar alat untuk menjamin dan menjaga kemaslahatan
individu saja sebagaimana halnya liberalisme-kapitalisme akan tetapi merupakan suatu
institusi yang mengurusi kebutuhan individu, organisasi (jamaah), dan masyarakat sebagai satu
kesatuan, baik urusan dalam maupun luar negerinya, sesuai dengan peraturan tertentu yang
membatasi hak dan kewajiban masing-masing. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Bernard
Lewis, “bahwa sejak zaman Nabi Muhammad, umat Islam merupakan entitas politik dan
agama sekaligus, dengan Muhammad sebagai kepala Negara”.

3
Jadi, secara historis pun antara konsep civil society dengan masyarakat madani tidak
memiliki hubungan sama sekali. Masyarakat Madani bermula dari perjuangan Nabi
Muhammad SAW menghadapi kondisi jahiliyyah masyarakat Arab Quraisy di Mekkah. Beliau
(sang Nabi) memperjuangkan kedaulatan, agar seluruh kelompok di kota Madinah terbebaskan
(terjamin hak-haknya) serta ummatnya (Muslim) leluasa menjalankan syari’at agama di bawah
suatu perlindungan hukum yang disepakati bersama.
Menurut para ahli, pengertian Masyarakat Madani :
1. Zbigniew Rew, masyarakat madani merupakan suatu yang berkembang dari sejarah, yang
mengandalkan ruang dimana individu dan perkumpulan tempat mereka bergabung bersaing
satu sama lain guna mencapai nilai-nilai yang mereka yakini.
2. Han-Sung, masyarakat madani merupakan sebuah kerangka hukum yang melindungi dan
menjamin hak-hak dasar individu.
3. Kim Sun Hyuk, masyarakat madani adalah suatu satuan yang terdiri dari kelompok-
kelompok yang secara mandiri menghimpun dirinya dan gerakan-gerakan dalam msyarakat
yang secara relative.
4. Thomas Paine, masyrakat madani adalah ruang dimana warga dapat mengembangkan
kepribadian dan memberi peluang bagi pemuasan kepentingannya secara bebas dan tanpa
paksaan
5. Hegel, masyarakat madani merupakan kelompok subordinatif dari Negara,
Jadi, secara global bahwa dapat disimpulkan yang dimaksud dengan masyarakat
madani adalah sebuah kelompok atau tatanan masyarakat yang berdiri secara mandiri
dihadapan penguasa dan Negara, yang memiliki ruang publik dalam mengemukakan pendapat,
adanya lembaga-lembaga yang mandiri yang dapat mengeluarkan aspirasi dan kepentingan
publik.

B. KARAKTERISTIK MASYARAKAT MADANI


Penyebutan karakteristik masyarakat madani dimaksudkan utuk menjelaskan bahwa
dalam merealisasikan wacana masyarakat madani diperlukan prasyarat-prasyarat yang menjadi
nilai universal dalam penegakan masyarakat madani. Prasyarat ini merupakan satu kesatuan
yang intergral menjadi dasar dan nilai bagi ekstensi masyarakat madani.
1. Free Public Sphere
Yang dimaksud dengan Free public sphere adalah adanya ruang publik yang bebas
sebagai sarana dalam mengemukakan pendapat. Pada ruang publik yang bebaslah individu
dalam posisinya yang setara mampu melakukan transaksi-transaksi wacana dan praksis politik
tanpa mengalami distorsi dan kekhawatiran. Prasyarat ini dikemukakan oleh Arendt dan
Habermas. Lebih lanjut dikatakan bahwa ruang publik secara teoritis bisa diartikan sebagai
warga negara memiliki akses penuh terhadap setiap kegiatan publik.

Sebagai sebuah prasyarat, maka untuk mengembangkan dan mewujudkan masyarakat


madani dalam sebuah tatanan masyarakat, maka free public sphere menjadi salah satu bagian
yang harus diperhatikan. Karena dengan madani, maka akan memungkinkan terjadinya
4
pembungkaman kebebasan warga negara dalam menyalurkan aspirasinya yang berkenaan
dengan kepentingan umum oleh penguasa yang tiranik dan otoriter.

2. Demokratis
Demokratis merupakan satu entitas yang menjadi penegak wacana masyarakat madani,
dimana dalam menjalani kehidupan, warga Negara memiliki kehidupan penuh untuk
menjalankan aktivitas kesehariannya, termasuk dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Demokrasi berati masyarakat dapat berlaku santun dalam pola hubungan interaksi
dengan masyarakat sekitarnya dengan tidak mempertimbangkan suku,ras,dan agama.
Prasyarat demokratis ini banyak dikemukakan oleh banyak pakar yang mengkaji
fenomena masyarakat madani. Bahkan demokrasi merupakan salah satu syarat mutlak bagi
penegakan masyarakat madani. Penekanan demokrasi (demokratis) disini dapat mencakup
sebagai bentuk aspek kehidupan seperti politik, sosial, budaya, pendidikan, ekonomi dan
sebagainya.
3. Toleran
Toleran merupakan sikap yang dikembangkan dalam masyarakat madani untuk
menunjukan sikap saling menghargai dan menghormati aktivitas yang dilakukan oleh orang
lain. Toleransi ini memungkinkan adanya kesadaran masing-masing individu untuk
menghargai dan menghormati pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh kelompok
masyarakat lain yang berbeda.
Toleransi menurut Nurcholish Madjid yaitu merupakan persoalan ajaran dan kewajiban
melaksanakan ajaran itu. Jika toleransi menghasilkan adanya tata cara pergaulan yang “enak”
antara berbagai kelompok yang berbeda-beda, maka hasil itu harus dipahami sebagai “hikmah”
atau “manfaat” dari pelaksanaan ajaran yang benar.
Azyumardi Arza pun meyebutkan bahwa masyarakat madani (civil society) lebih dari
sekedar gerakan-gerakan pro demokrasi. Masyarakat madani juga mengacu ke kehidupan yang
berkualitas dan tamaddun (civility). Civilitas meniscayakan toleransi, yakni kesediaan
individu-individu untuk menerima pandangan-pandangan politik dan sikap sosial yang
berbeda.
4. Pluralisme
Sebagai sebuah prasyarat penegakan masyarakat madani, maka pluralisme harus
dipahami secara mengakar dengan menciptakan sebuah tatanan kehidupan yang menghargai
dan menerima kemajemukan dalam konteks kehidupan sehari-hari. Pluralisme tidak bisa
dipahami hanya dengan sikap mengakui dan menerima kenyataan masyarakat yang majemuk,
tetapi harus disertai dengan sikap yang tulus untuk menerima kenyataan pluralisme itu dengan
bernilai positif, merupakan rahmat tuhan.
Menurut Nurcholis Madjid, konsep pluralisme ini merupakan prasyarat bagi tegaknya
masyarakat madani. Pluralisme menurutya adalah pertalian sejati kebhinekaan dalam ikatan-
ikatan keadaban (genuine engagement of diversities within the bonds of civility).Bahkan
Pluralisme adalah juga suatu keharusan bagi keselamatan umat manusia antara lain melalui
mekanisme pengawasan dan pengimbangan (check and balance).

5
Lebih lanjut Nurcholish mengatakan bahwa sikap penuh pengertian kepada orang lain
itu diperlukan dalam masyarakat yang majemuk, yakni masyarakat yang tidak monolitik.
Apalagi sesungguhnya kemajemukan masyarakat itu sudah merupakan dekrit Allah dan
desigh-Nya untuk ummat manusia. Jadi tidak ada masyarakat yang tunggal, monolitik, sama
dengan sebangun dalam segala segi.
5. Keadilan Sosial (Sosial Justice)
Keadilan yang dimaksud untuk menyebutkan keseimbangan dan pembagian yang
proporsional terhadap hak dan kewajiban setiap warga negara yang mencakup seluruh aspek
kehidupan. Hal ini memungkinkan tidak adanya monopoli dan pemusatan salah satu aspek
kehidupan padasatu kelompok masyarakat. Seara esensial, masyarakat memiliki hak yang sama
dalam memperoleh kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah (penguasa).
6. Pilar Penegak Masyarakat Madani
Pilar penegak masyarakat madani adalah institusi-institusi yang menjadi bagian dari
social control yang berfungsi mengkritisi kebijakan-kebijakan penguasa yang diskriminatif
serta mampu memperjuangkan aspirasi masyarakat yang tertindas. Dalam penegakan
masyarakat madani, pilar-pilar tersebut menjadi prasyarat mutlak bagi terwujudnya kekuatan
masyarakat madani. Pilar-pilar tersebut yaitu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Pers,
Supremasi Hukum, Perguruan Tinggi dan Partai Politik.

1. Lembaga swadaya masyarakat ,


adalah institusi social yang dibentuk oleh swadaya masyarakat yang tugas esensinya
adalah membantu memperjuangkan aspirasi dan kepentingan masyarakat yang tertindas. Selain
itu, LSM dalam konteks masyarakat madani juga bertugas
mengadakan empowering (pemberdayaan) kepada masyarakat mengenai hal-hal yang
signifikan dalam kehidupan sehari-hari, seperti advokasi, pelatihan dan sosialisasi program-
program pembangunan masyarakat.

2. Pers,
Merupakan institusi yang penting dalam penegakan masyarakat madani, karena
memungkinkannya dapat mengkritisi dan menjadi bagian dari social control yang dapat
menganalisa serta mempublikasikan berbagai kebijakan pemerintah yang berkenaan dengan
warganegaranya. Hal tersebut pada akhirnya mengarah pada adanya independensi pers serta
mampu menyajikan berita secara objektif dan transparan.

3. Supremasi Hukum,
Setiap warga Negara baik yang duduk di formasi kepemerintahan maupun sebagai
rakyat, harus tunduk kepada (aturan) hukum. Hal tersebut berarti bahwa perjuangan untuk
mewujudkan hak dan kebebasan antar warga Negara dan antara warga Negara dengan
pemerintah haruslah dilakukan dengan cara-cara yang damai dan sesuai dengan hokum yang
berlaku.

6
Selain itu, supremasi hokum juga memberikan jaminan dan perlindungan terhadap
segala bentuk penindasan individu dan kelompok yang melanggar hak asasi manusia, sehingga
terpola bentuk kehidupan yang civilzed.

4. Perguruan Tinggi,
Yakni dimana tempat aktivitas akademiknya (dosen dan mahasiswa) merupakan bagian
dari kekuatan social dan masyarakat madani yang bergerak pada bidang jalur modal force untuk
menyalirkan aspirasi masyarakat dan mengkritisi berbagai kebijakan-kebijakan pemerintah,
dengan catatan gerakan yang dilancarkan oleh mahasiswa tersebyt masih pada jalur yang benar
dan memposisikan diri pada rel dan realitas yang betul-betul objektif, menyeurakan
kepentingan masyarakat (publik).

Menurut Riswanda Immawan, Perguruan Tinggi memiliki tiga peran yang stategis
dalam mewujudkan masyarakat madani, yakni :

pertama, pemihakan yang tegas pada prinsip egalitarianisme yang menjadi kehidupan
dasar politik yang demokratis.

Kedua,membangun political safety net, yakni dengan mengembangkan dan


mempublikasikan informasi secara objektif dan tidak manipulatif. Political net ini setidaknya
dapat mencerahkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan mereka terhadap informasi.

Ketiga, melakukan tekanan terhadap ketidakadilan dengan cara yang santun, saling
menghormati. Demokrasi serta meninggalkan cara-cara yang agitatif dan anarkis.

5. Partai Politik,
Merupakan wahana bagi masyarakat untuk dapat menyalurkan aspirasi politiknya.
Sekalipun memiliki tendensi politis dan rawan akan hemegomi, tetapi bagaimanapun sebagai
sebuah tempat ekspresi warga Negara, maka partai politik ini menjadi prasyarat bagi tegaknya
masyarakat madani.

C. MASYARAKAT MADANI INDONESIA

Berbicara mengenai kemungkinan berkembangnya masyarakat madani di Indonesia


diawali dengan kasusu-kasus pelangaran HAM dan pengekangan kebebasan berpendapat,
bersikat dan kebebasan untuk mengemukakan pendapat dimuka umum kemudian dilanjutkan
dengan munculnya berbagai lembaga-lembaga non pemerintah yang mempunyai kekuatan dan
bagian dari social control.
Secara esensial Indonesia membutuhkan peberdayaan dan penguatan masyarakat secara
komprehensif agar memiliki wawasan dan kesadaran demokrasi yang baik serta mampu
menjunjung tinggi nilai hak-hak asasi manusia. Untuk itu maka diperlukan pengembangan

7
masyarakat madani dengan menerapkan strategi pemberdayaan sekaligus agar proses
pembinaan dan pemberdayaan itu mencapai hasilnya secara optimal.

D. TANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN MASYARAKAT MADANI DI


INDONESIA

1. Masih rendahnya minat partisipasi warga masyarakat terhadap kehidupan politik Indonesia
dan kurangnya rasa nasionalisme yang kurang peduli dengan masalah masalah yang dihadapi
negara Indonesia.
2. Masih kurangnya sikap toleransi baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun beragama
3. Masih kurangnya kesadaran Individu dalam keseimbangan dan pembagian yang proporsional
antara hak dan kewajiban
4. Kualitas SDM yang belum memadai karena pendidikan yang belum merata
5. Masih rendahnya pendidikan politik masyarakat
6. Kondisi ekonomi nasional yang belum stabil pasca krisis moneter
7. Tingginya angkatan kerja yang belum terserap karena lapangan kerja yang terbatas
8. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sepihak dalam jumlah yang besar
9. Kondisi sosial politik yang belum pulih pasca reformasi
Oleh karena itu dalam menghadapi perkembangan dan perubahan jaman, pemberdayaan
masyarakat madani perlu ditekankan, antara lain melalui peranannya sebagai berikut :
1. Sebagai pengembangan masyarakat yaitu melalui upaya peningkatan pendapatan dan
pendidikan
2. Sebagai advokasi bagi masyarakt yang “teraniaya”, tidak berdaya membela hak-hak dan
kepentingan mereka (masyarakat yang terkena pengangguran, kelompok buruh yang digaji
atau di PHK secara sepihak dan lain-lain)
3. Sebagai kontrol terhadap negara
4. Menjadi kelompok kepentingan (interest group) atau kelompok penekan (pressure group)
5. Masyarakat madani pada dasarnya merupakan suatu ruang yang terletak antara negara di
satu pihak dan masyarakat di pihak lain. Dalam ruang lingkup tersebut terdapat sosialisasi
warga masyarakat yang bersifat sukarela dan terbangun dari sebuah jaringan hubungan di
antara assosiasi tersebut, misalnya berupa perjanjian, koperasi, kalangan bisnis, Rukun
Warga, Rukun Tetangga, dan bentuk organisasi-organsasi lainnya.
Menurut Dawan ada tiga strategi yang salah satunya dapat digunakan sebagai strategi
dalam memberdayakan masyarakat madani Indonesia:

8
1. Strategi yang lebih mementingkan integrasi nasional dan politik. Strategi ini berpandangan
bahwa system demokrasi tidak mungkin berlangsung dalam masyarakat yang belum memiliki
kesadaran berbangsa dan bernegara yang kuat.
2. Strategi yang lebih mengutamakan reformasi sisitem politik demokrasi. Strategi ini
berpandangan bahwa untuk membangun demokrasi tidak usah menunggu rampungnya tahap
pembangunan ekonomi.
3. Strategi yang memilih membangun masyarakat madani sebagai basis yang kuat kearah
demokrastisasi. Strategi ini lebih mengutamakan pendidikan dan penyadaran politik, terutama
pada golongan menengah yang makin luas.

Dalam penerapkan strategi tersebut diperlukan keterlibatan kaum cendikiawan, LSM,


ormas social dan keagamaan dan mahasiswa adalah mutlak adanya, karena mereklah yang
memiliki kemampuan dan sekaligus actor pemberdayaan tersebut.

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari kesekian banyak definisi tentang masyarakat madani namun dari garis besar dapat
ditarik benang emas, bahwa yang dimaksud dengan masyarakat madani adalah sebuah
kelompok atau tatanan masyarakat yang terdiri secara mandiri dihadapan penguasa dan negara,
memiliki ruang publik dalam mengemukakan pendapat, adanya lembaga-lembaga yang
mandiri yang dapat menyalurkan aspirasi dan kepentingan publik.
Tujuan dari masyarakat madani adalah untuk memelihara tanggung jawab kita dengan
yang lain, berdasarkan rasa solidaritas sosial.

Ciri-ciri masyarakat madani :

1. Menghargai waktu
2. Sumber daya manusia (SDM) yang handal
3. Kebebasan dan kemandirian

B. SARAN
Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis dengan senang hati
bersedia menerima segala kritik dan saran yang membangun untuk kebaikan penulis dalam
menyusun makalah yang akan datang.

10
DAFTAR PUSTAKA

Diktat Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan


http://abang-sahar.blogspot.com/2012/12/makalah-masyarakat-madani.html
http://www.crayonpedia.org/favicon.ico
http://www.fixguy.wordpress.com/makalah-masyarakat-madani/
http://www.anneahira.com/masyarakat-madani.htm
http://yoanra14.blogspot.com/2011/04/masyarakat-madani-civil-society.html
http://iingeenandyciicharmingg.blogspot.com/2011/11/perbedaan-masyarakat-madani-dan-
civil.html
http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/04/pengertiansejarah-perkembangan-dan.html

11

Anda mungkin juga menyukai