Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH FIQH MUAMALAH

“BARANG TEMUAN“

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI MATA KULIAH

FILSAFAT EKONOMI ISLAM

DOSEN PENGAMPU : Lutfi Zaimuddin, M.Pd.I.

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 8

OKTA SABELA (21010439)

SUNARDI (21010417)

PROGRAM SARJANA EKONOMI SYARIAH

SEKOLAH TINGGI EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

TANGGAMUS LAMPUNG

2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat, dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Barang Temuan” dengan baik dan tepat waktu.

Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Lutfi Zaimuddin, M.Pd.I. selaku Dosen
mata kuliah Fiqh Muamalah yang telah memberikan tugas ini. Berkat tugas yang diberikan,
dapat menambah wawasan kami berkaitan dengan topik yang diberikan. Kami juga
mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses
penyusunan makalah ini. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan bagi pembaca mengenai Barang Temuan.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Oleh sebab itu kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang. Mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

14 September 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1

A.    Latar belakang......................................................................................................................1

B. Rumusan masalah...................................................................................................................1

C.   Tujuan penulisan...................................................................................................................1

BAB II.............................................................................................................................................2

PEMBAHASAN..............................................................................................................................2

A. Pengertian Barang Temuan (Luqathah)................................................................................2

B.   Hukum Luqathah...................................................................................................................2

C.   Status barang temuan di tangan penemu...............................................................................4

D.   Macam – macam luqathah....................................................................................................5

BAB III............................................................................................................................................8

PENUTUP.......................................................................................................................................8

A. Kesimpulan.............................................................................................................................8

B.  SARAN..................................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Luqathah (barang temuan) secara bahasa dengan huruf qaf berbaris atas (fathah) merupakan
kata nama dari multaqith berkata Imam Khalil bin Ahmad bahwa setiap kata nama yang
mempunyai sintaksis fu’lah, maka dia adalah untuk nama kata kerja (fa’il), sama seperti
ucapan para ahli bahasa humazah (celaan), lumazah (ejekan) dan Luuqathah dengan qaf
berbaris mati (sukun) adalah harta yang di temukan). Al-luqathah adalah harta yang hilang
dari tuannya dan kemudian di temukan oleh orang lain.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud Luqathah?
2. Bagaimana hukum luqathah?
3. Apa status barang di tangan penemu?
4. Sebutkan macam-macam luqathah?
5. Bagaimana pengumuman dan pemanfaatan luqathah ?
6. Apa saja biaya pemeliharaan luqathah?
7. Bagaimana mengembalikan luqathah kepada pemiliknya?
8. Bagaimaana dengan anak yang hilang (laghit) dan nasabnya?

C.   Tujuan penulisan


1. Dapat mengetahui defenisi Luqathah.
2. Dapat mengetahui hukum luqathah.
3. Dapat mengetahui status barang di tangan penemu.
4. Dapat mengetahui macam-macam luqathah.
5. Dapat mengetahui bagaimana pengumuman dan pemanfaatan luqathah.
6. Dapat mengetahui biaya pemeliharaan luqathah.
7. Dapat mengetahuimengembalikan barang luqathah kepada pemiliknya.
8. Dapat mengetahui anak yang hilang dan nasabnya.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Barang Temuan (Luqathah)


Luqathah (Barang Temuan) adalah barang-barang yang didapat (ditemukan) dari tempat
yang tidak di ketahui pemiliknya. Umumnya berlaku untuk barang-barang yang bukan hewan,
adapun penemuan hewan biasa disebut dengan al Dhallah (sesat)
Barang temuan dalam (bahasa arab) disebut al-Luqathah, menurut bahasa (etimologi)
artinya ialah :   Sesuatu yang ditemukan atau didapat”

Sedangkan menurut istilah (terminologi) yang dimaksud dengan al-luqathah sebagaimana yang
ditakrifkan oleh para ulama’adalah sebagai berikut:
a. Menurut Muhammad al-syarbini  al-khatib pengertian al-Luqhathah ialah:  “ sesuatu yang
ditemukan atas dasar hak yang mulia, tidak terjaga dan yang menemukan tidak mengetahui
mustahiqnya (pemiliknya)”
b. Syaikh syihab al-din al-qalyubi dan syaikh umairah mendefinisikan al-luqhathah ialah
sesuatu dari harta atau sesuatu yang secara khusus semerbak ditemukan bukan didaerah
harby (daerahnya orang-orang yang merdeka), tidak terpelihara dan tidak dilarang karena
kekuatanya, yang menemukan tidak mengetahui pemilik barang tersebut”.
c. Syaikh Ibrahim al-bajuri berpendapat bahwa yang dimaksud dengan luqhathah adalah
sesuatu yang disia-siakan oleh pemiliknya, baik karena jatuh lupa atau yang
seumpamanya”.   
Dari definisi-definisi yang dijelaskan oleh para ulama’, Secara umum dapat diketahui bahwa
pengertian luqathah ialah memperoleh sesuatu yang tersia-siakan dan tidak diketahui
pemiliknya

B.   Hukum Luqathah


Ulama fiqh berpendapat tentang hukum memungut barang temuan di jalan.
1. Pendapat Pertama, menurut ulama hanafiyah dan hanabilah, Apabila seseorang
menemukan barang di tengah jalan, maka hukumnya makruh memungut barang tersebut,

2
karena perbuatan itu dapat menjerumuskan untuk memanfaatkan atau memakan barang
yang haram.

2. Pendapat kedua, menurut ulama hanafiyah dan syafi’iyah, apabila seseorang menemukan
barang atau harta di suatu tempat sedang pemiliknya tidak diketahui, barang itu lebih baik
di pungut/diambil, apabila orang yang menemukan khawatir barang itu akan hilang atau
di temukan oleh orang-orang yang tidak bertangung jawab. Apabila kekhawatiran ini
tidak ada, maka hukum memungutnya boleh saja.
Alasannya karena seorang muslim berkewajiban memlihara harta saudaranya
sebagaimana sabda Rasullah SAW :
Artinya :
“Allah akan senantiasa membantu seorang hamba, selama hamba itumembantu
saudaranya”.(HR . Al-Bukhari dan Muslim dari Abi hurairah)

D. Syarat dan Rukun Luqathah

Adapun rukun luqathah meliputi : [6]


1. Yang mengambil, harus adil, sekiranya yang mengambil orang yang tidak adil, hakim
berhak mencabut barang itu dari orang tersebut, dan memberikannya kepada orang yang
adil dan ahli. Begitu juga kalau yang mengambilnya anak kecil, hendaknya diurus oleh
walinya.
2. Barang yang di dapat, sesuatu yang di dapat ada 4 macam :
a. Barang yang dapat disimpan lama, (seperti emas dan perak), hendaknya disimpan di
tempat yamng layak dengan keadaaan barang itu, kemudian diberitahukan kepada
umum di tempat-tempat yang ramai dalam masa satu tahun. Juga hendaklah di kenal
beberapa sifat, barang di dapatnya itu, umpamanya tempat, tutup, ikat, timbangan,
atau bilangannya. Sewaktu memberitahukannya hendaklah diterangkan sebagian dari
sifat-sifat itu jangan semuanya, agar tidak terambil oleh orang-orang yang tidak
berhak
b. Barang yang tidak tahan lama untuk disimpan, seperti makanan, barang yang serupa
ini yang mengambil boleh memilih antara mempergunakan barang itu, asal dia

3
sanggip menggantinya apabila bertemu dengan yang punya barang, atau ia jual,
uangnya hendaknya dia simpan agar kelak dapat dibrikannya kepada yang punya.
c. Barang yang dapat tahan lama dengan usaha, seperti susu, dapat disimpan lama
apabila dibuat keju. Yang mengambil hendaklah memperhatikan yang lebih berfaedah
bagi yang empunya (dijual atau dibuat keju)
d. Sesuatu yang berhajat pada nafkah, yaitu binatang atau manusia, anak kecil
umpamanya. Tentang binatang ada dua macam, pertama : binatang yang kuat, berarti
dapat menjaga dirinya sendiri terhadap binatang yang buas, seperti unta, kerbau,
kuda, binatang yang seperti ini lebih baik dibiarkan saja , tidak usah diambil .kedua :
binatang yang lemah, tidak kuat menjaga dirinya terhadap bahaya binatang yang
buas. Binatang seperti ini hendaklah diambil, karena ditakutkan terancam bahaya dan
dapat diterkam binatang buas[7], sesudah diambil ia harus melakukan salah satu dari
tiga cara:
1) Disembelih terus dimakan, dengan syarat ia sanggup membayar harganya apabila
bertemu dengan yang empunya.
2) Dengan suka rela memberi makan pada hewan tersebut.
3) Menjualnya kemudian menyimpan harganya. jika ternyata si pemilik datang
kepadanya, maka sipenemu harus memberikan sejumlah uang yang diperoleh dari
penjualan hewan tersebut.

C.   Status barang temuan di tangan penemu.


Para ulama fiqh berbeda pendapat, menurut ulama Hanafiyah mengatakan bahwa barang
temuan berstatus amanah ditangan penemunya dan ia berkewajiban untuk mengumumkan
barang temuan tersebut. Ketika barang itu di temukan wajib disaksikan oleh dua orang
saksi, sehingga tidak muncul dugaan bahwa barang itu di pungut untuk dirinya sendiri.

Sabda Rasullah SAW.

Artinya : “Siapa yang menemukan barang temuan, maka hendaklah disaksikan dua orang
yang hadir”. (HR. Ahmad Ibnu Hambal, Ibnu Majah, Annasai, Abu Daud dan Al-baihaqi).

4
Sabda Rasullah SAW diatas bertujuan agar barang yang di pungut jangan sampai di klaim
oleh penemunya sebagai barangnya sendiri atau dia memanfaatkan untuk kepentingannya,
padahal pemiliknya belum diketahui. Ulama hanafiyah juga mengatakan apabila barang itu
hilang atau rusak di tangan penemunya dan itu dilakukan secara sengaja, maka dia
dikenakan ganti.

            Menurut ulama Malikiyah, Syafiiyah, dan Hanabilah berpendapat bahwa barang
yang ditemukan dijalan menjadi amanah di tangan penemunya, tetapi tidak diwajibkan
menghadirkan dua orang saksi.

Alasanya adalah sebuah sabda Rasul SAW yang memrintahkan Zaid Ibnu khalid dan Ubai 
Ibnu Ka’ab(keduamua sahabat Rasul SAW)

Untuk mengumumukan barang temuan itu dan Rasul tidak meminta agar barang disaksikan
(HR.Bukhari dan Muslim).

Hadis yang sama juga diriwayatkan oleh muslim bersama-sama Ahmad Ibnu Hanbaldan At-
Tarmidzi. Mereka juga mengatakan bahwa sifat amanah dengan penemu barang itu sama
dengan sifat wadi’ah(barang titipan), tidak mengandung resiko apa-apa.

D.   Macam – macam luqathah.


Berikut macam-macam benda temuan:
1. Benda-benda tahan lama
1. Benda-benda yang dapat disimpan dalam waktu yang lama seperti, emas dan perak.
2. Benda-benda yang tidak bertahan lama dan tidak dapat diawetkan
3. Benda-benda tersebut seperti makanan dan minuman.
4. Benda-benda yang tidak tahan lama, kecuali melalui proses penanganan tertentu.
5. Benda tersebut seperti, susu apabila dibuat keju.
3. Benda-benda yang memerlukan perbelanjaan , seperti binatang ternak.
Luqathah dalam jenis ini terdiri dari 2 macam.
a. Binatang yang kuat, seperti unta, kerbau atau kuda.
b. Binatang yang lemah, tidak kuat menjaga dirinya dari serangan binatang buas.

E.  Pengumuman dan pemanfaatan atau pemilikan luqathah

5
            Pengumuman barang temuan (luqathah) akan tetap berada di tangan penemunya, dan si
penemu tidak berkewajiban menjaminnya jika rusak, kecuali kerusakan tersebut disebabkan oleh
kecerobohan atau tindakan yang berlebihan. Ia wajib mengumumkan barang itu di tengah-tengah
masyarakat dengan segala cara dan disemua tempat yang kemungkinan pemiliknya berada. Jika
pemiliknya datang dan menyebutkan tanda-tanda khusus yang menjadi ciri utama barangnya, si
penemu wajib menyerahkan barang temuan itu kepadanya. Jika pemiliknya tidak muncul, si
penemu harus mengumumkannya selama satu tahun. Jika setelah lewat setahun pemiliknya juga
tidak muncul dan datang, si penemu boleh menggunakannya, baik dengan di pindah tangankan
maupun dimanfaatkan kegunaannya, baik si penemu itu orang miskin maupun orang kaya.[5]
Pemilik atau pemanfaatan barang temuan apabila telah diumumkan selama setahun, ternyata
pemiliknya, masih tidak diketahui, bolehkah barang temuan itu dimanfaatkan atau di makan?
            Para ulama fiqh dalam masalah ini membedakan barang temuan yang berbentuk binatang
ternak dengan barang atau harta selain ternak. Apabila barang temuan itu berupa hewan ternak
mereka sepakat menyatakan boleh dimakan oleh penemunya.
Alasan mereka adalah di hadis Rasullah saw mengatakan bahwa :

Artinya : “dia (hewan ternak) itu milikmu atau milik saudaramu atau akan di terkam harimau’.
(HR. Al-Bukhari dan muslim dari zaidd ibn khalid al-juhani)
Akan tetapi, para ulama fiqh berbeda pula dalam perlu ada tidaknya membayar ganti rugi,
apabila setahun di umumkan tiba-tiba datang pemiliknya menagih binatang itu, semantara hewan
temuan itu telah di manfaatkan.
           
F.     Biaya pemeliharaan luqathah
            Resiko dari barang temuan yang belum diketahui pemiliknya sebenarnya disaranya
barang temuan itu memerlukan biaya, seperti hewan ternak yang di beri makan dans ebagainya.
Untuk menentukan siapa yang bertangung jawab atas seluruh biaya barang temuan yang
memmerlukan biaya ini dapat perbedaan pendapat dalam ulama fiqh.[6]
            Ulama malikiyah mengatakan bahwa seluruh biaya yang di perlukan penangung oleh
penemunya. Apabila pemilik barang itu datang, ia boleh meminta ganti rugi biaya itu kepada
pemilik barang. Apabila penemunya tidak datang dengan sendirinya ia boleh mengeluarkan
biaya yang telah ia keluarkanharta itu dan sisanya disedekahkan.

6
            Akan tetapi, ulama syafi’iyah mengatakan bahwa biaya untuk mengumumkan atau
memelihara barang temuan itu di bebankan kepada bendahara negara (bait al-mal).
            Apabila barang temuan itu berupa hewan ternak, maka menurut ulama malikiyah segala
biaya yang di keluarkan dalam memelihara dan mengumumkan di bebankan kepada pemiliknya.
Sementara itu ulama syafi’iyah dan hanabilah berpendapat bahwa segala biayanya yang di
perlukan itu biaya sukarela dari penemu, dan tidak harus di minta gantinya dari pemilik ternak
itu. Kecuali ada izin dari hakim. Demikian juga ulama hanafiyah berpendapat jika biaya yang
dikeluarkan tidak sepengetahuan hakim, maka biaya itu menjadi tangung jawab penemu. Akan
tetapi jika pengeluaran biaya itu diketahui oleh hakim maka penemu berhak menunutut ganti rugi
kepada pemilik ternak itu juga sudah diketahui.

G.    Mengembaliakn luqathah kepada pemiliknya


            Apabila ada orang mengaku bahwa barang atau ternak yang di temukan itu adalah
miliknya, maka dalam hal ini perlu di teliti secara seksama apakah memang benar ia pemiliknya.
Tata cara yang harus dilakukan adalah meminta orang yang mengaku pemilik atau binatang
ternak itu mengemukakan  ciri-ciri barang itu, serta ciri khusus yang membedakannya dengan
barang atau ternak lainnya atau ia bisa menunjukan bukti, atau dua orang saksi yang
membuktikan bahwa barang itu benar-benar miliknya apabila ia berhasil mengemukakan barang
itu atau ada bukti-bukti yang sah menunjukkan bahwa barang itu memang miliknya, atau ada dua
orang saksi yang membenarkannya, maka barulah barang itu di serahkan kepadanya. Tata cara
seperti ini dasarkan kepada  kepada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh kutub asy-itthah.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Barang temuan atau al-luqathah adalah harta yang hilang dari tuanya dan kemudian di temukan
oleh orang lain. Atau harta uang hilamg yang jatuh, lupa dan sebagainya.
Bahwa dalam bab tentang barang teemuan (luqathah)  ada beberapa pengertian, syarat –syarat
barang temuan dan hkum-hukum mengenai barang temuan. Hukum mengenai barang temuan ada
beberapa hal, diantaranya hukum persaksian, hukum mengetahui ciri-ciri barang temuan, hukum
mengemukakan barang temuan, dan lain sebagainya. Apabila menemukanbarang temuan
sebaiknya di umumkan kemasyarakat umum, kemudian apabila tidak di temmukan pemiliknya
maka boleh dimiliki barang temuan tadi dengan niat memiliki.

B.  SARAN

Penulisan makalah yang berjudul “Barang Temuan” ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan, oleh karena itu besar harapan penulis untuk mengkritisi makalah ini, baik dari segi  isi
maupun dari segi penulisan makalah.
Selanjutnya, mudah-mudahan makalah ini dapat dimanfaatkan oleh semua pembaca dan
dapat dimanfaatkan. Atas kritik dan seran dari pembaca, penulis ucapkan terimakasih.

8
DAFTAR PUSTAKA

Nasroen,haroen. Fiqih muamalah. Jakarta:gaya media prama.2007. 


Hendi, Suhendi. Fikih muamalah. jakarta:Pt.rajagrafindo persada.2002.
Zaini, muhammad. Fikih muamalah. Surabaya:pena salsabila.2014.
Sulaiman, Ahmad yahya al-faili.fikih sunnah, jakarta:pustaka al-kautsar. 2009.
Ahmad wardi muchlish,fiqih muamalat. (www.liat internet2015)

[1]  Nasroen, harun. Fiqihmuamalah.(jakarta:gayamedia.2007) h 260-261


[2] Ibid. H 262-263
[3] Hendi, suhendi, fikih muamalah (jakarta:PT raja grafindo persada.2002) h 198
[4] Ibid, h 264- 265
[5] Muhammad,zaini, fikih muamalah. (surabaya:pena salsabila.2014) h 68
[6] Nasroen, haroen. Fiqh muamala. (jakarta:gaya purnama,2007) h 268
[7] Sulaiman, ahmad yahya al-faili.fikih sunnah.(jakarta:pustaka al-kautsar.2009) h 835-836

Anda mungkin juga menyukai