Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

AL-AMWAL (HARTA)

Dosen Pengampu: Habibulloh, M.E

Di susun oleh:
1. Arina Maskuroh
2. Mutiatus Zakiyatul Hikmah
3. Maria Ulfa

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM IBRAHIMY GENTENG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjakan ke hadirat Allah Swt, atas rahmat dan
karuniaNya makalah Fiqh Muamalah yang berjudul “AL-AMWAL (HARTA)”
ini dapat diselesaikan tepat waktu. Solawat serta salam kami haturkan pula kepada
baginda Muhammad SAW. beserta para keluarga, sahabat tabi’ tabi’innya dengan
besar harapan semoga kita semua mendapatkan syafaat di yaumul kiamah.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Habibulloh, M.E sebagai
dosen pembimbing yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini,
kami menyadari didalam makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu kami mengharapkan keritikan dan saran dari pembaca.
Akhir kata kami mengharapka makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Kelompok 1

22 September 2019

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................


DAFTAR ISI ...................................................................................................
BAB I Pendahuluan ......................................................................................
A. Latar Belakang ...................................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................................
C. Tujuan ................................................................................................
BAB II Pembahasan .......................................................................................
1. Harta Dalam Perspektif Fiqh Muamalah ..............................................
a. Harta tetap atau harta diam.............................................................
b. Harta bergerak ................................................................................
2. Pandangan Ulama’ Terhadap Therminolohgi Harta Dan Implikasnya
3. Pembagian Harta Dan Akibat Hukumnya ............................................
a. Mal Mutaqawwim dan Ghahir Mutaqawwim .................................
b. Mal Mitsli Dan Mal Qimi ...............................................................
c. Harta Istihlak dan Harta Isti’mal .....................................................
d. Harta Manqul dan Harta Ghaiu Manqul ..........................................
e. Harta ‘ain dan Harta Dayn ...............................................................
f. Mal Al-‘Ain dan Mal Al-Naf’i ........................................................
g. Harta yang dapat dibagi dan harta yang tidak dapat di bagi ............
h. Harta pokok dan Harta hasil (buah) ................................................
i. Harta khas dan harta ‘am .................................................................
4. Sebab-Sebab Kepemilikan Harta .........................................................
BAB III Penutup ............................................................................................
A. Kesimpulan ..................................................................................................

3
4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Harta adalah sesuatu yang sangat penting bagi manusia, tanpa harta
hidup terasa hampa begitulah kata pepatah. Yah, harta memang mutlak
diperlukan manusia karena dengan harta manusia akan dihormati, dengan
harta manusia bisa makan dan memberi makan anak dan istri, dengan harta
manusia bisa membeli dan memiliki apa saja yang ia inginkan di dunia. Dan
tanpa harta manusia seringkali dilecehkan, dihinakan, bahkan sampai ada
orang yang gila dan bunuh diri karena tidek mempunyai harta.
Tetapi apakah harta adalah segalanya. Ternyata harta bukanlah
segalanya karena harta hanya tidak bisa membeli kebahagiaan dan keimanan.
Harta yang kita miliki sebenarnya bukanlah milik kita tetapi milik ALLAH
SWT. Dan kita hanya sekedar dititipi belaka. Harta yang kita miliki ada hak
orang lain, seperti fakir, miskin, yatim dll.
Oleh karena itu, pentingnya harta itu, maka dalam makalah ini kami
akan menjelaskan bagaimana harta menurut fiqh muamalah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Harta Dalam Perspektif Fiqh Muamalah?
2. Bagaimana Pandangan Ulama’ Terhadap Therminolohgi Harta Dan
Implikasnya?
3. Bagaimana Pembagian Harta Dan Akibat Hukumnya?
4. Apa Sebab-Sebab Kepemilikan Harta?
C. Tujuan
5. Mengetahui Harta Dalam Perspektif Fiqh Muamalah
6. Mengetahui Pandangan Ulama’ Terhadap Therminolohgi Harta Dan
Implikasnya
7. Mengetahui Pembagian Harta Dan Akibat Hukumnya
8. Mengetahui Sebab-Sebab Kepemilikan Harta

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Harta dalam Fiqih Muamalah


Harta dalam bahasa arab (Al-lughoh) disebut al-maal, yang merupakan
akar kata dari lafadz maala – yaumiilu – mailan yang berati condong,
cenderung, dan miring.
Secara terminologi (Al-istilah) harta merupakan segala sesuatu yang
sangat diinginkan oleh manusia untuk menyimpan dan memilikinya.
Harta kekayaan dapat berupa hewan antara unta, kambing, sapi, tanah,
emas, perak, dan segala sesuatu yang disukai oleh manusia dan memiliki
nilai(qimah).
Dapat syariat islam, harta dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
1. Harta tetap atau harta diam
Merupakan harta yang tidak dapat dipindahkan seperti tanah yang
melekat, dan juga yang sudah berubah bentuknya seperti bangunan yang
permanen. Ada beberapa perbeaan diantara berbagai mazhab yang ada
dalam islam memandang tentang konsep harta tetap ini. Mazhab hanafi
memandang bahwa harta tetap hanya sebuah tanah saja. Adapun mahab
maliki memandang konsep harta tetap adalah dalam engertian yang sangat
luas, yaitu berbagai hal yang melekatdalam bangunan yang permanen
seperti tanah, ataupun bangunan.
2. Harta bergerak
Merupakan harta yang dapat dipindahkan ataupun di alihkan. Dalam
syariat islam ditegaskan bahwa manusia bukanlah pemilik mutlak harta
yang sedang ia kuasai akan tetapi ia hanyalah berupa titipan dan Allah SWT
sebagai pemilik mutlak atas apa yang ia titipkan, sesuai dalam surah Ali-
imron ayat 189:
yang artinya: ”kepunyaan Allah lah kerajaan langit atas segala sesuatu”

6
dan di dalam harta yang dititipkan oleh Allah ‘azza wa jalla kepada kita
terhadap hak harta bagi orang orang yang berhak untuk menerimanya (fakir,
miskin, yatim, piatu, orang yang sedang tertimpa musibah dan lain
sebagainya) dan untuk memenuhi kebutuhan orang yang berhak menerima
tersebut, kita mengenal sesuatu yang wajib dilakukan adalah zakat, dan
bersifat seperti sodaqoh, infaq, waqaf, hadiah. Dan berikut ini dalil yang
menunjukkan mewajibkan kita untuk berzakat.
Yang artinya: “Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan
allah maha mendengar lagi maha mengetahui. (Q.S At-Taubah ayat 103).
Hadist berinfaq: Dijelaskan didalam salah satu hadist qudsi, Allah
Tabaraka wata’ala berfirman:”Hai anak Adam, infaqlah (nafkahkanlah
hartamu), niscaya Aku memberikan nafkah kepadamu.” (H.R.Muslim).
Hadist Shodaqoh; dari Abu Dzar r.a “sesungguhnya sejumlah
orang dari sahabat Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam berkata
kepada Rasululloh shollallohu’alaihi wa sallam : “Wahai Rasululloh,
orang-orang kaya telah pergi dengan membawa pahala yang banyak,
mereka shalat sebagaimana kami sholat, mereka puasa sebagai mana kami
puasa dan mereka bersedekah sebagaimana kami bersedekah dengan
kelebihan harta mereka(sedang kami tidak dapat
melakukannya).(Rasululloh SAW) bersabda: Bukanlah Allah telah
menjadikan bagi kalian jalan untuk bersedekah?: sesungguhnya setiap
tashbih merupakan sedekah, setiap tahmid merupakan sedekah, setiap tahlil
merupakan sedekah, amar ma’ruf nahi munkar merupakan sedekah dan
setiap kemaluan kalian merupakan sedekah. Mereka bertanya: ya
rasululloh masakah dikatakan berpahala seseorang diantara kami yang
menyalurkan syahwatnya? Beliau bersabda: Bagaimana pendapat kalian
seandainya hal tersebut disalurkan dijalan yang haram, bukankah baginya
dosa?, demikianlah halnya jika hal tersebut diletakkan ada jalan yang
halal, maka baginya mendapatkan pahala. (Riwayat Muslim).

7
Dan selain itu syariat islam telah menegaskan kepada manusia untuk selalu
menggunakan hartanya didalam hal-hal yang bermanfaat.
B. Pandangan Ulama’ Terhadap Therminolohgi Harta Dan Implikasnya
Ibnu Asyr mengatakan bahwa, “Kekayaan pada mulanya berati emas
dan perak, tetapi kemudian berubah pengertiannya menjadi segala barang
yang disimpan dan dimiliki”.
Sedangkan harta (al-maal), menurut Hanafiyah ialah sesuatu yang
digandrungi oleh tabiat manusia dan memungkinkan untuk disimpan hingga
dibutuhkan.
Maksud dari pendapat di atas, definisi harta pada dasarnya merupakan
sesuatu yang bernilai dan dapat disimpan. Sehingga bagi sesuatu yang tidak
dapat disimpan, tidak dapat dikategorikan harta.
Adapun manfaat termasuk dalam kategori sesuatu yang dapat dimiliki,
ia tidak termasuk harta. Sebaliknya tidaklah termasuk harta kekayaan sesutu
yang tidak mungkin dipunyai tetapi dapat diambil manfaatnya, seperti cahaya
dan panas matahari. Begitu juga tidaklah termasuk harta kekayaan sesuatu
yang tidak dapatdiambil manfaatnya, tetapi dapat dipunyai secara konkrit
dimiliki, seperti segemgam tanah, setetes air, seekor lebah, sebutir beras dan
sebagainya.
Harta menurut Imam Hanafi yaitu segala sesuatu yang memenuhi
dua kriteria: Pertama, sesutau yang dipunyai dan bisa diambil manfaatnya.
Kedua, sesuatu yang dipunyai dan bisa diambil manfaatnya secara konkrit
(a’ayan) seperti tanah, barang-barang perlengkapan ternak dan uang.
Menurut Jumhur ulama’ fiqh selain hanafiyah mendefinisikan
konsep harta sebagai segala sesuatu yang bernilai dan mesti rusaknya dengan
menguasainya.
Dari pengertian diatas, jumhur ulama’ memberikan pandangan bahwa manfaat
termasuk harta, sebab yang penting adalah manfaatnya dan bukan dzatnya.
Intinya bahwa segala macam manfaat-manfaat atas sesutu benda tersebut dapat
dikuasai dengan menguasai tempat dan sumbernya, karena seseorang yang

8
memiliki sebuah mobil misalnya, tentu akan melarang orang lain
mempergunakan mobil itu tanpa izinya.
Maksud manfaat menurut jumnhur ulama’ dalam pembahasan ini adalah
faedah atau kegunaan yang dihasilkan dari bendayang tampak seperti
mendiami rumah atauditetapkan syara’ kepada seseorang secara khusus dari
penguasaan sesuatu, terkadangdikaitkan dengan harta, seperti hak milik, hak
minum, dan lain lain. Akan tetapi terkadang tidak dikaitkan dengan harta
seperti hak mengasuh dll.
Menurut Imam As-Suyuthi harta ialah segala sesuatu yang dapat
dimiliki dan mempunyai nilai jual yang akan terus ada, kecuali bila semua
orang telah meninggalkannya. Jika baru sebagian orang saja yang
meninggalkannya, barang itu mungkin masih bermanfaat bagi orang lain dan
masih mempunyai nili bagi mereka.
Menurut ahli hakum positif, dengan berpegang pada konsep harta yang
disapaikan jumhur ulama’ selain hanafiyah, mereka memdefinisikan bahwa
benda dan manfaat-manfaat itu adalah kesatuan dalam kategori harta kekayaan,
begitu juga hak-hak, seperti hak paten, hak mengarang, hak cipta dan
sejenisnya.
Ibnu Najm mengatakan bahwa harta kekayaan, sesuai dengan apa
yang ditegaskann oleh ulama’-ulama’ Ushul Fiqhadalah sesuaatu yang dapat
dimiliki dan disimpan untuk keperluan tertentu dan hal itu terutama
menyangkut yang konkrit. Dengan demikian tidak termasuk didalamnya
pemilikan semata-mata atas manfaat-manfaat saja. Dalam hal ini beliau
menganalogikan konsep wakaf, sebagaimana al-kasyf al-kabir disebutkan
bahwa zakat maupun waris hanya dapat terealisasikan dengan menyerahkan
benda (harta atau tirkah dalam hal waris) yang konkrit, dan tidak berlaku jika
hanya kepemilikan atas manfaat semata, tanpa menguasai wujudnya.

C. Pembagian harta dan akibat hukumnya


Menurut para fuqaha harta dapat di tinjau dari beberapa segi. Dan
harta yang terdapat dalam muamalah terdiri dari beberapa bagian, dan masing-

9
masing itu memilki ciri khusus dan hukumnya tersendiri. Berikut adalah
beberapa bagian harta menurut golongan masing-masing dan menurut hukum
masing-masing:
1. Mal Mutaqawwim dan Ghahir Mutaqawwim
a. Harta yang berharga (mutaqawwim) ialah setiap harta yang disimpan
oleh seseorang dan syara’ mengharuskan penggunaannya dan cara yang
digunakan untuk memperolehnya adalah dengan jalan yang baik yang
dibenarkan oleh syara’. Contohnya seperti daging kambing halal
dimakan, tetapi dalam peenyembelihan kambing itu menggunakan cara
yang tidak dibenarkan oleh syara’ maka daging kambing itu menjadi
batal menurut syara’. Jadi dalam kasus seperti ini ada hal yang tidak
memperbolehkan untuk memanfaatkan harta itu (daging).
b. Harta yang tidak berharga (Ghayr Mutaqawwim) ialah harta yang tidak
didalam simpanan atau dimiliki orang, atau harta yang tidak boleh
diambil manfaatnya baik itu jenis, cara memperolehnya maupun cara
penggunaannya. Harta yang seperti ini adalah kebalikan dari harta yang
berharga (mutaqawwim).
Dari kedua hal diatas mempunyai sebuah tujuan yang mana untuk
sebuah kepentingan yang agar nantinya tidak ada hal yang melenceng:
 Harta yang berharga sah untuk semua urusan berakad dengannya
seperti urusan berakad denganya seperti berjual beli, hibah,
meminjam, gadaian, wasiat, dan bersyarikat.
 Harta yang tidak berharga tidak sah berakad dalam semua urusan
seperti tidak sah menjual arak dan babi karena haram.
 Wajib membayar ganti rugi oleh orang yang merusakan harta
yang berharga sama ada ganti rugi barang yang serupa sekiranya
ada atau membayar nilai harganya.
 Harta yang tidak berharga tidak wajib membayar ganti rugi
orang yang merusaknya.
2. Mal Mitsli Dan Mal Qimi

10
a. Mal mitsli ialah harta yang ada sebanding atau serupa dengannya tanpa
terdapat tanpa terdapat berlebih tanpa terdapat berlebihkurang dalam
kurang dalam semua juzu’nya (fisik, bagian-bagiannya) atau dengan
kata lain harta yang jenisnya mudah diperoleh secara persis. Harta yang
seperti ini adalah harta yang cara memperolehnya dengan sangat mudah
di dapatkan dan banyak sekali imbangannya (persamaanna).
b. Mal Qimi ialah harta yang tidak terdapat padanannya lagi dipasaran atau
terdapat padanannya, akan tetapi nilai tiap satuannya berbeda.
Dalam perjalanannya, harta mitsli bisa berubah menjadi harta qimi atau
sebaliknya:
31 Jika harta mitsli susah untuk didapatkan dipasaran (terjadi
kelangkaan atau scarcity), maka secara otomatis berubah menjadi
harta qimi.
32 Jika terjadi percampuran antara dua harta mirsli daari dua jenis yang
berbeda, seperti modifikasi toyota dan honda, maka mobil tersebut
menjadi harta qimi.
33 Jika harta qimi terdapat anyak padanannya dipasaran, maka secara
otomatis menjadi harta mitsli.
Implikasnya hukum dengan adanya pembagian harta mitsli dan qimi,
memiliki implikasinya sebagai berikut:
1. Harta mitsli bisa menjadi tsaman (harga) dalam jual beli hanya dengan
menyebutkan jenis dan sifatnya, sedangkan harat qimi tidak bisa menjadi
tsaman. Jika harta qimi dikaitkan dengan hak-hak finansial, maka harus
disebutkan secara detail, karena hal itu akan mempengaruhi nilai yang
dicerminkannya, seperti domba australia, tentunya akan berbeda nilainya
dengan domba Indonesia, walaupun mungkin jenis dan sifatnya sama.
2. Jika harta mitsli dirusak oleh orang, maka wajib diganti dengan
pandaannya yang mendekati nilai ekonomisnya (finansial), atau sama.
3. Tapi jika harta qimi dirusak, maka harus diganti sesuai dengan
keinginannya, walaupun tanpa izin dari pihak lain. Berbeda dengan harta
qimi walaupun mungkin jenisnya sama, tapi nilainya bisa berbeda,

11
dengan demikian pengambilan harus atas izin orang-orang yang
berserikat.
4. Harta mitsli rentan dengan riba fadl. Jika terjadi pertukaran diantara harta
mitsli, dan tidak terdapat persamaan dalam kualitas, kuantitas, dan
kadarnya, maka akan terjebak dalam riba fadl. Berbeda dengan harta
qimi yang relatif resisten terhadap riba. Jika dipertukarkan dan terdapat
perbedaan, maka tidak ada masalah. Diperbolehkan menjual satu domba
dengan dua domba.
3. Harta Istihlak dan Harta Isti’mal
a. Harta istihlak adalah harta yang dalam pemakaiannya atau harus
menghabiskannya atau dengan kata lain hanya bisa dipakai satu kali
pemakaian. Harta yang seperti ini dibagi menjadi dua bagian yaitu: harta
istihlaki haqiqi dan istihlaki huquqi. Harta istihlaki haqiqi adalah harta
yang sudah dimanfaatkan kegunaannya dan sudah jelas habis wujudnya.
Dengan artian bahwa harta yang seperti ini dalam pemanfaatannya habis
langsung dan tidak membekas. Sedangkan istihlaki huquqi adalah harta
yang habis ketika digunakan tetapi wujud dari barang itu masih atau
dengan kata lain hanya berpindah kepemilikan.
b. Harta isti’mal yaitu harta yang dipakai berulang kali atau dengan kata
lalin dapat digunakan berulang-ulang dan tidak akan habis wujud dan
kepemilikannya. Barang yang seperti ini buku, sepatu, celana.
4. Harta Manqul dan Harta Ghaiu Manqul
a. Harta manqul (harta alih) yaitu hata yang dapat dipindahkan baik itu zat
wujud dari satu tempat ketempat yang lain. Harta dengan kriteria ini
mempunyai sebuah keunggulan dalam bidang dapat dipindahkan dari
satu tempat ke tempat lain.
b. Harta ghair manqul (tidak bergerak) ialah harta yang tidak dapat
dipindah-pindah dari satu ketempat yang lain dan harta mempuunyai
sifat tetap dan tidak bergerak.
Kedua hal tersebut bila dilihat dari hukum positif disebut dengan benda
bergerak dan benda tetap.

12
5. Harta ‘ain dan Harta Dayn
Harta ‘Ain yaitu harta yang berbentuk benda, seperti rumah, pakaian, dan
lainnya. Harta yang seperti ini terbagi dalam 2:
a. Harta ‘ain dzati qimah yaitu benda yang memiliki bentuk yang dipandang
sebagai harta karena memiliki nilai.
b. Harta ‘ain ghayr dzati qimah yaitu benda yang tidak dapat dipandang
sebagai harta karena tidak memiliki nilai misalnya sebiji beras.
Harta dayn adalah harta yang berada dalam tanggung jawab seseorang atau
harta yang dihutang orang lain. Sehingga harta yang dipinjam itu beralih
tanggung jawab kepada orang lain atau pihak penghutang.
6. Mal Al-‘Ain dan Mal Al-Naf’i
a. Mal al-‘ain ialah benda yang memiliki nilai dan berwujud. Hal yang ini
mempunyai pengertian bahwa benda yang mempunyai nilai dan benda
itu juga mempunyai wujud maka hal itu bisa disebut dengan harta.
b. Harta nafi’ a’radl yang berangsur-angsur tumbuh menurut
perkembangan, masa, oleh karena itu mal al-naf’i tidak beruwujud dan
tidak disimpan.
7. Harta yang dapat dibagi dan harta yang tidak dapat di bagi
a. Harta yang dapat (Mal Qabil Li Al-Qismah) harta yang tidak dapat
menimbulkan kerugian atau kerusakan pada harta apabila harta itu
dibagi, misalnya beras dan tepung.
b. Harta yang tidak dapat dibagi (Mal Ghair Qabil Li Al-Qismah) ialah
harta yang akan menibulkan kerusakan dan kerugian apabila harta itu
dibagi-bagi, misal meja, gelas, pensil.
8. Harta pokok dan Harta hasil (buah)
Harta pokok harta yang mungkin darinya terjadi harta yang lain, atau
dengan kata lain dengan modal. Misalnya bulu domba dihasilkan dari
domba maka asal bulu itu disebut modal. Dan bulu domba itu disebut

13
sebagai harta hasil (buah). Atau dengan kata lain modalnya disebut sebagai
tsamarah.

9. Harta khas dan harta ‘am


Harta khas adalah harta pribadi, yang mana dalam pemiliknya tidak
bersekutu dengan orang atau dengan kata lain yang boleh mengambil
kemanfaatannya hanya orang yang punya saja. Sedangkan harta ‘am harta
milik umu (bersama) ialah harta yang boleh diambil manfaat oleh umum
atau dengan kata lain harta bersama. Dalam harta yang seperti ini bukan
dalam maksud harta yang dimiliki oleh khalayak umum pada umumnya atau
benda yang belum ada yang punya.

D. Sebab-sebab kepemilikan harta


1. Ihraz al-mubahat, yaitu cara kepemilikan melalui penguasaan harta yang
belum dimiliki seorang, bandan hukum, yang dalam islam disebut sebagai
mubahat. Seperti mengambil kayu dihutan belantara yanng belum menjadi
milik seseorang.
2. Melalui transaksi (akad), seperti transaksi jual beli
3. Warisan, yaitu harta yang diperoleh sesorang dari peninggalan warisnya
4. Tawallud min mamluk, yaitu harta yang berasal dari suatu harta yang telah
dimiliki, seperti anak kambing yang lahir dari seekor kambing yang telah
dimiliki, buah dari kebun yang dimililki, tabungan dari investai, dan hasil
dari saham di perusahaan.
5. Harta pemberian negara yang diberikan kepada rakyat
6. Harta yang diperoleh seseorang dengan tanpa mengeluarkan harta atau
tenaga apapun, seperti:
a. Hubungan pribadi (hadiah dan hibah)
b. Tebusan (diyat) dari qishash kepada ahli waris yang memaafkan si
pembunuh
c. Mendapatkan mahar melalui pernikahan
d. Luqatha (barang temuan)

14
e. Santunan yang diberikan kepada khilafah atau orang yang disamakan
statusnya (melaksanakan tugas pemerintahan).

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Konsep harta menurut perfekstif fiqh muamalah
Harta merupakan segala sesuatu yang sangat diinginkan oleh
manusia untuk menyimpan dan memilikinya.
2. Pandangan para ulama
Ibnu Asyr mengatakan bahwa, “Kekayaan pada mulanya berati
emas dan perak, tetapi kemudian berubah pengertiannya menjadi segala
barang yang disimpan dan dimiliki”.
Sedangkan harta (al-maal), menurut Hanafiyah ialah sesuatu
yang digandrungi oleh tabiat manusia dan memungkinkan untuk disimpan
hingga dibutuhkan.
Harta menurut Imam Hanafi yaitu segala sesuatu yang memenuhi
dua kriteria: Pertama, sesutau yang dipunyai dan bisa diambil manfaatnya.
Kedua, sesuatu yang dipunyai dan bisa diambil manfaatnya secara konkrit
(a’ayan) seperti tanah, barang-barang perlengkapan ternak dan uang.
Menurut Jumhur ulama’ fiqh selain hanafiyah mendefinisikan
konsep harta sebagai segala sesuatu yang bernilai dan mesti rusaknya
dengan menguasainya.
Menurut Imam As-Suyuthi harta ialah segala sesuatu yang dapat
dimiliki dan mempunyai nilai jual yang akan terus ada, kecuali bila semua
orang telah meninggalkannya.
Ibnu Najm mengatakan bahwa harta kekayaan, sesuai dengan apa
yang ditegaskann oleh ulama’-ulama’ Ushul Fiqhadalah sesuaatu yang
dapat dimiliki dan disimpan untuk keperluan tertentu dan hal itu terutama
menyangkut yang konkrit.

15
3. Pembagian Harta Dan Akibat Hukumnya
a. Mal Mutaqawwim dan Ghahir Mutaqawwim
b. Mal Mitsli Dan Mal Qimi
c. Harta Istihlak dan Harta Isti’mal
d. Harta Manqul dan Harta Ghaiu Manqul
e. Harta ‘ain dan Harta Dayn
f. Mal Al-‘Ain dan Mal Al-Naf’i
g. Harta yang dapat dibagi dan harta yang tidak dapat di bagi
h. Harta pokok dan Harta hasil (buah)
i. Harta khas dan harta ‘am

16
DAFTAR PUSTAKA

https://miswati79.blogspot.com/2016/
https://www.kompasiana.com/rahulroy050598/58af9824f77e6118177fc6ed/alam
wal-harta-dalam-ekonomi-islam

17

Anda mungkin juga menyukai