Anda di halaman 1dari 16

HUKUM BARANG TEMUAN

Makalah
Diajukan Untuk Melengkapi salah satu tugas dan mata kuliah Materi PAI

Dosen Pengampu: Marpuah, M.M.Pd

Disusun Oleh :

Mitalia Arrini Haq : 20.03.2620


Neng Mardalena : 20.03.2698
Nida Syahida Nahdlotusilmi : 20.03.2627
Syifa Salsabila : 20.03.2737

SEMESTER VI-A

FAKULTAS TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

INSTITUT AGAMA ISLAM PERSIS BANDUNG

2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang maha berkehendak dan maha Mengetahui
apa yang dilakukan hamba-Nya. Sehingga dengan kehendak-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah yang sederhana ini.
Tak lupa juga, kami ucapkan jazakumullah khairan katsiran kepada Ibu Marpuah,
M.M.Pd selaku dosen pengampu pada mata kuliah Materi PAI dan kepada semua pihak yang
telah ikut serta dalam memberikan bimbingan, arahan dan bantuannya sehingga makalah ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Kami sangat berharap semoga makalah yang sederhana ini dapat menjadi manfaat bagi
kami dan juga bisa memberi manfaat kepada siapa saja yang telah meluangkan waktunya untuk
membaca makalah kami ini. Dan kami juga menyadari bahwa tugas pembuatan makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, kami mengharapkan masukan dan kritikan dari
para pembaca apabila setelah membaca makalah ini, ternyata ditemukan kesalahan dan
kekeliruan.
Akhirnya kepada Allah subhanahu wa ta’ala jugalah kami memohon ampunan jika
dalam makalah ini terdapat kekurangan atau kesalahan yang disebabkan olrh kelemahan dan
kealpaan kami.
Allahu ya’khuzu biaidina ma fihi khoirun li-islami wal muslimin

Bandung, 12 Mei 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan .......................................................................................................... 1

BAB II : PEMBAHASAN

A. Batasan Materi Barang Temuan (Luqathah) ................................................................. 2

B. Analis Mengenai Luqathah (Barang Temuan) .............................................................. 7

BAB III : PENUTUPAN

A. Kesimpulan ................................................................................................................. 11

B. Saran ........................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam aturan pergaulan sosial manusia, muamalah merupakan bagian yang
sangat penting dalam kehidupan manusia, karena muamalah berisi tentang aturan-
aturan dan hukum sesuai syari'at islam yang mengatur tentang urusan dunia. Di dunia
ini sering terjadi seseorang kehilangan barang berharga karena kelalaiannya dalam
menjaga dan memelihara barang dan harta bendanya. Kehilangan ini mengakibatkan
kesusahan baginya dan sebagai orang yang mengalami hal tersebut akan sangat
mengharap adanya orang yang menemukannya dan bersedia mengembalikan
kepadanya.
Pada prinsipnya seseorang yang menemukan barang yang hilang milik orang
lain, diwajibkan baginya untuk mengembalikannya kepada pemiliknya atau menungu
beberapa waktu tertentu bila tidak diketahui siapa pemiliknya. Hal ini dapat dilakukan
secara langsung mengembalikan kepada pemiliknya atau menunggu beberapa waktu
tertentu bila tidak kunjung diketahui siapa pemiliknya. Sampai pemiliknya datang atau
mengaku secara sah sebagai pemilik barang tersebut.
Secara konteks barang hilang yang di temukan oleh orang lain dikenal dengan
istilah luqathah dalam bahasa arab, sedangkan Sedangkan menurut istilah (terminologi)
yang dimaksud dengan al-Luqaṭhah sebagaimana yang dikenalkan oleh para ulama
adalah memperoleh sesuatu yang tersia-siakan dan tidak diketahui pemiliknya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja batasan materi Luqathah pada jenjang MI, MTs dan MA?
2. Bagaimana analisis materi Luqathah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui batasan materi Luqathah pada jenjang MI, MTs dan MA.
2. Untuk mengetahui analisis materi Luqathah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Batasan Materi Barang Temuan (Luqathah)


Batasan Materi Barang Temuan (Luqathah) Jenjang MI Kelas 6
1. Pengertian Luqathah
Barang temuan dalam bahasa arab disebut luqathah, sedangkan menurut bahasa

(etimologi) artinya ialah: ‫الشيئ امللتقط‬ yang berarti sesuatu yang ditemukan atau di

dapat. Al-Luqaṭhah (barang temuan) juga disebut: ‫اسم لشيئ امللتقط‬ yang berarti nama

untuk sesuatu yang ditemukan. Sedangkan menurut istilah (terminologi) yang


dimaksud dengan al-Luqaṭhah sebagaimana yang dikenalkan oleh para ulama adalah
memperoleh sesuatu yang tersiasiakan dan tidak diketahui pemiliknya.
2. Hukum Luqaṭhah (Barang Temuan)
Hukum pengambilan barang temuan dapat berubah-ubah tergantung pada kondisi
tempat dan kemampuan penemunya, hukum pengambilan barang temuan antara lain
sebagai berikut:
a. Wajib, yakni wajib mengambil barang temuan bagi penemunya apabila orang
tersebut percaya kepada dirinya bahwa ia mampu mengurus benda-benda temuan
itu sebagaimana mestinya dan terdapat sangkaan berat bila benda-benda itu tidak
diambil akan hilang sia-sia atau diambil oleh orang-orang yang tidak bertanggung
jawab.
b. Sunnah, yakni sunnah mengambil benda-benda temuan bagi penemunya, apabila
penemu percaya pada dirinya bahwa ia akan mampu memelihara benda-benda
temuan itu dengan sebagaimana mestinya, tetapi bila tidak diambil pun
barangbarang tersebut tidak dikhawatirkan akan hilang sia-sia atau tidak akan
diambil oleh orang-orang yang tidak dapat dipercaya
c. Makruh, bagi seseorang yang menemukan harta, kemudian masih ragu-ragu apakah
dia akan mampu memelihara benda-benda tersebut atau tidak dan bila tidak diambil
benda tersebut tidak dikhawatirkan akan terbengkalai, maka bagi orang tersebut
makruh untuk mengambil benda-benda tersebut.

2
d. Haram, bagi orang yang menemukan suatu benda, kemudian dia mengetahui bahwa
dirinya sering terkena penyakit tamak dan yakin betul bahwa dirinya tidak akan
mampu memelihara barang tersebut. Hukum memungut Luqaṭah haram jika berada
di kawasan tanah haram (Mekkah) Apabila seseorang memungut Luqaṭah dengan
berniat memilikinya, dia harus mengganti karena dia telah bertindak lalai. Hal ini
sesuai dengan hadis:

)‫ولي لت قط لقطت ها إلا من عار ف ها (متفق عليه‬

Artinya : “Barang yang jatuh ditanah haram mekah tidak halal kecuali bagi orang
yang mengemukakannya” ( HR. Buhari dan Muslim )
e. Jaiz atau Mubah, Jika Luqaṭah ditemukan di bumi tak bertuan atau di jalan yang
tidak dimiliki seseorang atau di selain tanah haram Mekkah. Didalam kasus
semacam ini, seseorang diperkenankan memilih antara memungut Luqaṭah untuk
dijaga dan dimiliknya setelah Luqaṭhah diumumkan, atau membiarkannya. Namun
lebih diutamakan memungut Luqaṭhah jika dia percaya mampu menangani berbagai
persoalan yang berkenaan dengan Luqaṭhah.
3. Rukun Luqaṭhah (Barang Temuan)
Sebagaimana hukum Islam lainnya Luqaṭah pun memiliki rukun-rukun yang harus
terpenuhi, rukun Luqaṭah ada dua yaitu:
a. Orang yang mengambil (orang yang menemukan)
Ketika ada orang yang mengambil barang tersebut maka pada saat itu juga barang
tersebut berstatus Luqaṭhah artinya barang yang masih tercecer dan tidak ada yang
mengambil itu belum termasuk Luqaṭah.Orang yang menemukan boleh orang yang
sudah balig, atau belum, muslim atau non muslim fasiq atau bukan, barang tersebut
itu dari dalam tanah liar, atau ditengah jalan, maka ia boleh memungutnya atau
tidak, namun diutamakan dia memungutnya, kalau nantinya dapat dipercaya dalam
menangani barang temuan itu, dan kalau dia tidak memungut barang itu, berarti dia
tidak menanggung kewajiban atas barang temuan itu. Jika yang mengambil adalah
orang yang tidak adil atau tidak jujur, hakim berhak mencabut barang itu dan
memberikannya kepada orang yang adil dan dipercaya. Begitu pula jika yang
mengambilnya adalah anak kecil, hendaklah perkara tersebut diurus oleh walinya.
b. Bukti barang temuan

3
Terdapat bermacam-macam barang yang dapat dikategorikan sebagai Luqaṭah yang
dapat ditemukan oleh manusia.
4. Macam-Macam Benda Temuan
Terdapat macam-macam benda yang dapat ditemukan oleh manusia, macam-
macam benda temuan itu adalah sebagai berikut:
a. Benda-benda tahan lama, yaitu benda-benda yang dapat disimpan dalam waktu
yang lama seperti emas, perak, dan jenis barang berharga dan kekayaan lainnya.
Barang semacam ini wajib diumumkan dengan menerangkan enam macam perkara,
wadah, tutup, tali pengaman, jenis barang, jumlah dan berat barang, serta dia harus
menaruhnya di tempat penyimpanan yang layak. Sewaktu mengumumkannya nanti
hendaklah sebagian dari sifat-sifat itu diterangkan dan jangan semuanya agar tidak
terambil orang-orang yang tidak berhak.

‫ن أن النيب صلى هللا عليه وسلم سأله رجل عن اللقطة ف قال اعرف وكاءها أو‬ ‫عن زيد بن خالد الح ي‬
‫قال وعاءها وعفاصها ُثا عير ف ها سنة ُثا استمتع ِبا فإن جاء رِبا فأ يدها إليه‬
)‫(رواه البخاري ومسلم‬

Artinya: “Dari Zaid bin Khalid Al-Juhanny ra. dia berkata Rasulullah saw.
pernah ditanya tentang menemukan emas atau perak yang tercecer. Maka beliau
menjawab, "Umumkanlah beserta wadah dan talinya, kemudian umumkanlah
selama setahun. Jika tidak ada yang mengambilnya, maka gunakanlah ia dan
hendaklah dianggap sebagai barang titipan. Jika pada saat tertentu orang yang
mencarinya datang, maka serahkanlah ia kepadanya” HR Bukhari Muslim.
b. Benda-benda yang tidak bertahan lama dan tidak dapat diawetkan, seperti makanan
sejenis kurma basah yang tidak dapat dikeringkan, sayuran, berbagai jenis makanan
siap saji, buah-buahan dan sebagainya. Penemu diperkenenkan memilih antara
mempergunakan barang itu, asal dia sanggup menggantinya apabila bertemu
dengan yang punya barang; atau ia jual, uangnya hendaklah di simpan agar kelak
dapat diberikan kepada pemiliknya bila bertemu.
c. Benda-benda yang tidak tahan lama, kecuali melalui proses penanganan tertentu.
Seperti susu apabila dibuat keju. Yang mengambil hendaklah memperhatikan yang
lebih berfaedah bagi pemiliknya (dijual ataukah dibuat keju)

4
d. Benda-benda yang memerlukan perbelanjaan, seperti binatang ternak. Luqaṭah jenis
ini terdiri dari dua macam:
1) Binatang yang kuat; berarti dapat menjaga dirinya sendiri terhadap binatang
yang buas, misalnya unta, kerbau, atau kuda. Binatang seperti lebih baik
dibiarkan saja dan jangan diambil. Sabda Rasulullah saw:

‫عن زيدين خايل وشال صلى هللا عليه وسلم عن ضالاة البل فقال مالك ولا دعها (رواه‬
)‫البخاري ومسلم‬
Artinya: Dari Zaid bin Khalid, Seseorang telah bertanya kepada Rasulullah
saw.tentang keadaan unta yang tersesat. Rasulullah saw. menjawab, “Biarkan
sajalah, tak usah engkau pedulikan” HR Bukhari dan Muslim.
2) Binatang yang lemah, tidak kuat menjaga dirinya terhadap bahaya binatang
yang buas. Binatang seperti ini hendaklah diambil. Sesudah diambil
diharuskan melakukan salah satu dari tiga cara:
• Disembelih, lalu dimakan, dengan syarat sanggup membayar harganya
apabila bertemu dengan pemiliknya.
• Dijual dan uangnya disimpan agar dapat diberikannya kepada pemiliknya.
• Dipelihara dan diberi makan dengan maksud menolong semata–mata.
Sabda Raulullah saw.

‫عن زيد بن خالد ونشان صلى هللا عليه وسلم عن ال اشاة فقال صلى هللا‬

‫عليه وسلام خذ ها فإاَّنا هي لك أو ألخيك أولذنب‬


Artinya: Dari Zaid bin Khalid,Seseorang telah bertanya kepada
Rasulullah Saw. Tentang keadaan kambing yang sesat. Beliau menjawab,
“Ambillah olehmu kambing itu, karena sesungguhnya kambing itu
untukmu, kepunyaan saudaramu, atau tersia sia termakan serigala”
(HR Bukhari dan Muslim)
5. Mengenalkan Benda Temuan (Luqaṭhah)
Wajib bagi orang yang menemukan sesuatu dan mengambilnya untuk mengamati
tanda-tanda yang membedakannya dengan benda-benda lainnya, baik berbentuk
tempatnya atau ikatannya demikian pula yang berhubungan dengan jenis dan
ukurannya, baik ditimbang, ditakar, maupun diukur.

5
Penemu dan pengambil barang yang ditemukan berkewajiban pula memelihara
benda-benda temuannya sebagaimana memelihara bendanya sendiri.
Setelah 2 kewajiban tersebut, dia juga berkewajiban, mengumumkan kepada
masyarakat, dengan berbagai cara, baik dengan pengeras suara, radio, televisi, surah
kabar, atau media masa lainnya.
Cara mengumumkannya tidak mesti tiap hari, tetapi boleh satu kali atau dua kali
dalam seminggu, kemudian sekali sebulan, dan terakhir dua kali setahun.
Waktu-waktu untuk mengumumkan berbeda-beda karena berbeda-beda pula benda
yang ditemukan, apabila benda yang ditemukan sepuluh dirham ke atas, hendaknya
masa pemberitaannya sela satu tahun, bila harga yang ditemukan kurang dari harga
tersebut, boleh diberitahukan selama tiga atau enam hari. Sebagaimana hadis yang
diriwayatkan oleh Ahmad dan Tabrani bahwa Rasulullah saw bersabda:

‫من الت قطة لقطة يسية حبل أو درها أو شبه ذلك ف لي عرف ها ثلثة أ اّيم فإن كان ق لق‬
)‫ذلك ف لي غرفه سنة أ اّيم فإن جاء صاحب ها والا ف لي تص ادق ها (رواه امحد‬

Artinya:“Barang siapa yang memungut suatu barang tercecer yang sedikit,


misalnya seutas tali, satu dirham, atau yang seumpamanya, maka hendaklah
diberitahukan selama tiga hari jika khawatir, maka beritahukan selama setahun, jika
pemiliknya datang, maka kembalikanlah, jika selama itu pemiliknya tidak datang
hendaklah dishadaqahkan "(HR. Ahmad)
6. Hikmah adanya barang temuan
Adapun hikmah yang dapat diambil dari ketentuan pemungutan terhadapbarang
temuan ini adalah
a. Sebagai pengamanan (menyelamatkan) barang yang tidak diketahui pemiliknya.
b. Menghormati hak milik orang dan memisahkannya dari hak milik pribadi.
c. Mendidik untuk berlaku jujur dan percaya diri, terutama bagi yang menemukan
barang.
d. Menumbuhkan rasa solidaritas (rasa kesetiakawanan) dalam hidup bermasyarakat
e. Membahagiakan orang yang kehilangan barang apabila barangya itu ditemukan,
kemudian diserahkan kepadanya.

6
f. Jika kemungkinan pemiliknya tidak datang, dapat dimanfaatkan bahkan pada
akhirnya akan menjadi hak miliknya. 1

Batasan Materi Barang Temuan (Luqathah) Jenjang MTs Kelas 8


Barang temuan atau harta terpendam rikaz adalah barang barang berharga yang
terpendam peninggalan orang-orang terdahulu yang biasa disebut dengan harta karun.
Termasuk didalamnya harta yang ditemukan dan tidak ada yang mengaku sebagai
pemilliknya. Nisab barang temuan adalah 2,5%. 2 Sabda Rasulullah Saw:

‫عن أِب هري رة قال قال رسول هللا صلاى هللا عليه وسلام العجماء جرحها جبار والبدر‬
)‫ (رواه البخار‬.‫جبار والمعدن جبار وِف الركاز اخلمس‬
Artinya: “Dari abu hurairah ra. Berkata : rasulullah saw. Bersabda : (kerusakan yang
diakibatkan oleh ) hewan ternak tidak dijamin (tidak ditanggung),( kecelakaan akibat kerja
dilokasi )pengalian sumur tidak dijamin ( tidak ditanggung) dan pada harta rikaz (harta
temuan dikeluarkan zakatnya seperlimanya”. (HR. Al-Buhari)

B. Analisis Mengenai Luqathah (Barang Temuan)


1. Luqathah Berbeda dengan Rikaz
Luqathah atau barang temuan itu tentu bukan rikaz atau harta karun, karena rikaz
adalah barang yang diyakini pemiliknya telah lama tiada dan tidak ada klaim. Sementara
Luqathah adalah barang temuan di tempat yang ditinggali orang atau di tempat yang
dilewati orang, jadi diyakini ada pemiliknya tetapi tidak diketahui siapa orangnya. Dapat
dikatakan bahwa luqathah adalah barang yang hilang dari pemiliknya. Hal lain juga yang
membedakan antara luqathah dan rikaz adalah mengenai zakat. Rikaz wajib dikeluarkan
zakatnya 20% dengan tanpa Nishab dan Haul. Oleh karena itu setiap menemukan harta
karun harus langsung dikeluarkan zakatnya 20%. Sedangkan untuk barang temuan
(Luqathah) tidak dikenakan zakat. 3
Barang Luqathah ada tiga macam

1
Muhammad Anas. 2020. Fikih Madrasah Ibtidaiyyah Kelas VI. Jakarta : Direktorat KSKK Madrasah,
Direktorat Jendral Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI. hal. 155-158.
2
Zainul Ma’rif. 2020. Fikih Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII. Jakarta : Direktorat KSKK Madrasah, Direktorat
Jendral Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI. hal. 41.
3 Wawan Shofwan Shalehuddin. 2011. Risalah Zakat Infak & Sedekah. Bandung : Tafakur. hal. 160

7
a) Barang yang awet tetapi tidak aman, seperti perhiasan, uang, pakaian dan jenis
barang berharga dan kekayaan lainnya. Barang semacam ini wajib diumumkan
dengan menerangkan enam macam perkara, yaitu: wadah. tutup, tali pengaman,
jenis barang, jumlah dan berat barang, serta dia harus menaruhnya di tempat
penyimpanan yang layak. Sewaktu mengumumkannya nanti hendaklah sebagian
dari sifat-sifat itu diterangkan dan jangan semuanya agar tidak terambil orang-
orang yang tidak berhak.
b) Barang yang mudah rusak atau tidak terjamin keamanannya, seperti makanan
sejenis kurma basah yang tidak dapat dikeringkan, sayuran, berbagai jenis
makanan siap saji, buah-buahan dan sebagainya. Penemu diperkenankan memilih
antara mempergunakan barang itu, asal dia sanggup menggantinya apabila
bertemu dengan yang punya barang: atau ia jual, uangnya hendaklah di simpan
agar kelak dapat diberikan kepada pemiliknya bila bertemu.
c) Barang yang tidak rusak dan akan tetap aman walau tidak diambil, seperti
binatang yang dapat hidup sendiri dengan aman, maka dibiarkan.
Bagi semua barang itu harus diumumkan. Rasulullah Saw. memerintahkan untuk
mengumumkan ciri-ciri globalnya dan menyimpannya selama satu tahun penuh dalam
hitungan kalender hijriyah. Jika setelah disimpan dan diumumkan selama satu tahun,
maka penemunya berhak untuk memanfaatkannya atau menginfakkannya.4 Jika sesudah
lewat satu tahun dan sudah digunakan oleh penemunya, sang pemilik kemudianbaru
ditemukan, maka luqathah tersebut tetap harus dikembalikan dengan cara diganti atau
memohon dihalalkan.5
2. Hukum Mengambil Barang Temuan
a. Sunat, bagi yang percaya kepada dirinya bahwa ia sanggup mengerjakan segala
yang bersangkutan dengan pemeliharaan barang itu sebagaimana mestinya.
b. Wajib, apabila berat sangkaannya bahwa barang itu akan hilang dengan sia-sia
kalau tidak diambilnya.
c. Makruh, bagi orang yang tidak percaya kepada dirinya, boleh jadi dia akan
berkhianat terhadap barang itu dikemudian hari.6
3. Temuan Berupa Makhluk Hidup

4
Ibid. hal. 222
5
Nashruddin Syarief. 2023. Menyikapi Barang Temuan. At-Taubah Istitute (Online) https://attaubah-
institute.com/menyikapi-barang-temuan/. Diakses pada Ahad, 14 Mei 2023.
6
Sulaiman Rasjid. 2017. Fiqih Islam. Bandung : Penerbit Sinar Baru Algesindo. hal. 332

8
Makhluk hidup termasuk sesuatu yang membutuhkan nafkah, seperti binatang dan
manusia. Penemuan berupa makhluk hidup dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Binatang yang kuat: berarti dapat menjaga dirinya sendiri terhadap binatang yang
buas, misalnya unta, kerbau, atau kuda. Binatang seperti lebih baik dibiarkan saja
dan jangan diambil. Sabda Rasulullah saw.

‫عن زيد بن خالد الهن أن النيب صلاى هللا عليه وسلام سأله رجل عن اللاقطة ف قال اعرف وكاءها‬
‫أوقال وعاء ها وعفا صها تا عيرف ها سنة ُثا استمتع ِبا فان جاء ارِبا فأ يدها إليه قال فضالاة البل‬
‫ف غضب ح اّت امحارت وجن تاه أوقال امحار وجهه ف قال ومالك ولا معها سقاؤها وحذاؤها ترد الماء‬
‫وت رعى الشاجر فذرها ح اّت ي لقاها ر اِبا‬
Artinya:
“Dari Zaid bin Khalid Al-Juhani bahwasanya Rasulullah Saw. ditanya oleh
seseorang mengenai barang temuan, beliau menjawab “Umumkan ikatannya,
ciri-ciri, dan bungkusnya, simpan setahun, kemudian manfaatkanlah sesuka hati,
tetapi jika pemiliknya datang, kembalikan padanya” orang itu bertanya lagi
“Bagaimana kalau temuannya itu unta?” Maka Rasulullah Saw marah sampai
memerah wajahnya, kemudian beliau menjawab “Apa hakmu, ia punya sepatu
sendiri, dapat minum sendiri, makan pohon sendiri, tinggalkanlah sampai
bertemu pemiliknya”. Shahih Al-Bukhari
b. Binatang yang lemah, tidak kuat menjaga dirinya terhadap bahaya binatang yang
buas. Binatang seperti ini hendaklah diambil. Sesudah diambil diharuskan
melakukan salah satu dari tiga cara: Pertama, disembelih, lalu dimakan, dengan
syarat sanggup membayar harganya apabila bertemu dengan pemiliknya. Kedua,
dijual dan uangnya disimpan agar dapat diberikannya kepada pemiliknya. Ketiga,
dipelihara dan diberi makan dengan maksud menolong semata-mata. Sabda
Rasulullah saw.

‫عن زيدبن خالد وسال صلاى هللا عليه وسلام عن ال اشاة ف قال صلاى هللا عليه وسلام خذها فإاَّنا هي‬
‫لك أو ألخيك أولل يذىب‬
Artinya:
"Dari Zaid bin Khalid. "Seseorang telah bertanya kepada Rasulullah Saw.
Tentang keadaan kambing yang sesat. Beliau menjawab, Ambillah olehmu
kambing itu, karena sesungguhnya kambing itu untukmu, kepunyaan saudaramu,
atau tersia-sia termakan serigala." (HR. Bukhari dan Muslim)

9
Adapun apabila yang ditemukan itu adalah manusia, misalnya anak kecil atau orang
bodoh, maka Wajib kifayah atas muslimin untuk mengambil dan menjaganya, begitu
juga mendidiknya, dan wajib dititipkan kepada orang yang dipercayai serta bersifat adil.
Biaya hidupnya, kalau ia membawa harta benda atau diketahui bahwa ia mempunyai
harta, diambilkan dari hartanya sendiri. Tetapi kalau dia tidak mempunyai harta, biaya
hidupnya diambilkan dari baitul-mal, kalau baitul-mal teratur; kalau tidak, atas
tanggungan umat islam yang mampu. 7
Firman Allah Swt :

‫ومن أحياها فكأاَّنآ أحيا ٱلنااس َجيعا‬


“Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah
dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya”. (Al-Maidah : 32)

7
Ibid. hal. 333-334

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Barang temuan dalam bahasa arab disebut luqathah, sedangkan menurut istilah
(terminologi) yang dimaksud dengan al-Luqaṭhah sebagaimana yang dikenalkan oleh para
ulama adalah memperoleh sesuatu yang tersiasiakan dan tidak diketahui pemiliknya.
Batasan materi tentang Luqathah ini mulai dipelajari dijenjang Madrasah
Ibtidaiyah (MI) kelas 6 dan bahasan yang dipelajarinya yaitu:
1) Pengertian Luqathah
2) Hukum Luqathah
3) Rukun Luqathah
4) Macam-macam Luqathah
5) Mengenalkan Luqathah
6) Hikmah Luqathah
Dan mengenai bahasan materi Luqathah juga dipelajari kembali dijenjang
Madrasah Tsanawiyyah (MTs) Dan bahasan yang dipelajarinya yaitu sekilas mengenai
barang temuan atau harta terpendam (rikaz) dan jumlah perse zakat yang harus dikeluarkan
untuk barang temuan atau rikaz karena pembahasan ini ada dalam bab zakat.
Analisis Mengenai Luqathah (Barang Temuan)
1) Luqathah Berbeda dengan Rikaz
Luqathah atau barang temuan itu tentu bukan rikaz atau harta karun, karena
rikaz adalah barang yang diyakini pemiliknya telah lama tiada dan tidak ada klaim.
Sementara Luqathah adalah barang temuan di tempat yang ditinggali orang atau di
tempat yang dilewati orang, jadi diyakini ada pemiliknya tetapi tidak diketahui siapa
orangnya. Dapat dikatakan bahwa luqathah adalah barang yang hilang dari pemiliknya.
Hal lain juga yang membedakan antara luqathah dan rikaz adalah mengenai zakat.
Rikaz wajib dikeluarkan zakatnya 20% dengan tanpa Nishab dan Haul. Oleh karena itu
setiap menemukan harta karun harus langsung dikeluarkan zakatnya 20%. Sedangkan
untuk barang temuan (Luqathah) tidak dikenakan zakat.
2) Hukum Mengambil Barang Temuan
a. Sunat, bagi yang percaya kepada dirinya bahwa ia sanggup mengerjakan segala
yang bersangkutan dengan pemeliharaan barang itu sebagaimana mestinya.

11
b. Wajib, apabila berat sangkaannya bahwa barang itu akan hilang dengan sia-sia
kalau tidak diambilnya.
c. Makruh, bagi orang yang tidak percaya kepada dirinya, boleh jadi dia akan
berkhianat terhadap barang itu dikemudian hari.
3) Temuan Berupa Makhluk Hidup
Makhluk hidup termasuk sesuatu yang membutuhkan nafkah, seperti binatang
dan manusia. Penemuan berupa makhluk hidup dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Binatang yang kuat: berarti dapat menjaga dirinya sendiri terhadap binatang
yang buas, misalnya unta, kerbau, atau kuda. Binatang seperti lebih baik
dibiarkan saja dan jangan diambil.
b. Binatang yang lemah, tidak kuat menjaga dirinya terhadap bahaya binatang
yang buas. Binatang seperti ini hendaklah diambil. Sesudah diambil diharuskan
melakukan salah satu dari tiga cara: Pertama, disembelih, lalu dimakan, dengan
syarat sanggup membayar harganya apabila bertemu dengan pemiliknya.
Kedua, dijual dan uangnya disimpan agar dapat diberikannya kepada
pemiliknya. Ketiga, dipelihara dan diberi makan dengan maksud menolong
semata-mata.
Adapun apabila yang ditemukan itu adalah manusia, misalnya anak kecil atau
orang bodoh, maka Wajib kifayah atas muslimin untuk mengambil dan menjaganya,
begitu juga mendidiknya, dan wajib dititipkan kepada orang yang dipercayai serta
bersifat adil. Biaya hidupnya, kalau ia membawa harta benda atau diketahui bahwa ia
mempunyai harta, diambilkan dari hartanya sendiri. Tetapi kalau dia tidak mempunyai
harta, biaya hidupnya diambilkan dari baitul-mal, kalau baitul-mal teratur; kalau tidak,
atas tanggungan umat islam yang mampu.

B. Saran
Makalah ini mungkin jauh dari kata sempurna maka dari itu kami selalu mengharapkan
saran dan kritik dari pembaca sekalian.

12
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Anas. 2020. Fikih Madrasah Ibtidaiyyah Kelas VI. Jakarta : Direktorat KSKK
Madrasah, Direktorat Jendral Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI.
Nashruddin Syarief. 2023. Menyikapi Barang Temuan. At-Taubah Istitute (Online)
https://attaubah-institute.com/menyikapi-barang-temuan/. Diakses pada Ahad, 14 Mei
2023.
Sulaiman Rasjid. 2017. Fiqih Islam. Bandung : Penerbit Sinar Baru Algesindo.
Wawan Shofwan Shalehuddin. 2011. Risalah Zakat Infak & Sedekah. Bandung : Tafakur.
Zainul Ma’rif. 2020. Fikih Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII. Jakarta : Direktorat KSKK
Madrasah, Direktorat Jendral Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI.

Anda mungkin juga menyukai