Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TEORI TENTANG HARTA DAN PERMASALAHANNYA

Tugas Makalah Mata Kuliah Ekonomi Islam


Dosen Pengampu : Ropi Marlina, SE., M.E.Sy

Oleh :

Kelompok 4
Deby Apriyani (030122030)

Rafi Risyad Raditya (030122048)

Zihan Junyar (030222033)

Manajemen/Akuntansi

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI DR. KHEZ MUTTAQIEN


PURWAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji semoga tetap senantiasa dipanjatkan kepada kehadirat

Allah swt yang membimbing umat manusia dengan petunjuk - petunjuknya yang

terkandung dalam al-Qur’anul karim dan Sunnah Rasulullah, yang senantiasa

menjadi pedoman bagi umat muslim menuju jalan yang lurus dan diridhoi oleh

Allah swt.

Makalah ini berisi tentang kepemilikan harta maupun hal-hal yang lain yang

berkaitan dengan judul makalah ini. Dan tentunya, dalam penyusunan makalah ini

tidak terlepas dari segala kekurangan, penulis telah mengusahakan meminimalisir

sesuatu yang menjadi kekurangan dalam makalah ini. Oleh karenanya, para

pembaca sangat diharapkan untuk meluangkan waktunya dalam memberikan kritik

maupun saran demi kesempurnaan makalah ini. Dan semoga makalah ini dapat

bermanfaat bagi kita semua dan khususnya bagi penyusun tulisan ini.

Purwakarta, 25 Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB 1 ..................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB 2 ..................................................................................................................... 3
PPEMBAHASAN ................................................................................................... 3
2.1 Teori Harta Menurut Islam ....................................................................... 3
2.2 Pengertian Kepemilikan ........................................................................... 3
2.3 Hubungan Manusia Dengan Harta ........................................................... 4
2.4 Cara Memperoleh Harta ........................................................................... 7
2.5 Fungsi Harta ............................................................................................. 8
2.6 Pengaruh Kepemilikan Harta Benda Terhadap Jiwa Manusia ................. 9
2.7 Tiga Bentuk Harta Yang Bisa Dimiliki Oleh Seseorang ........................ 10
2.8 Macam – Macam Kepemilikan ...............................................................11
2.9 Cara Memanfaatkan Harta ...................................................................... 12
2.10 Harta Milik Sejati Manusia .................................................................... 13
2.11 Hak Milik Sebagai Alat Untuk Ibadah ................................................... 14
BAB 3 ................................................................................................................... 16
PENUTUP ............................................................................................................. 16
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 17

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Harta secara sederhana mengandung arti sesuatu yang dapat dimiliki. Ia

termasuk salah satu sendi bagi kehidupan manusia di dunia, karena tanpa

harta atau secara khusus makanan, manusia tidak akan dapat bertahan hidup.

Oleh karena itu, Allah SWT menyuruh manusia untuk memperolehnya,

memilikinya dan memanfaatkannya bagi kehidupan manusia dan Allah

melarang berbuat sesuatu yang akan merusak dan meniadakan harta itu.

Pemakalah kali ini akan menjelaskan definisi harta itu sendiri menurut

para ulama fuqaha, selanjutnya akan menjelaskan mengenai dalil-dalil yang

memerintahkan manusia agar mencari harta, dan juga fungsi harta itu sendiri

bagi kehidupan umat manusia.

1.2 Rumusan Masalah

• Apa yang dimaksud dengan harta menurut islam?

• Apa yang dimaksud dengan kepemilikan?

• Bagaimana hubungan manusia dengan harta?

• Bagaimana cara memperoleh harta?

• Apa fungsi dari harta?

• Bagaimana pengaruh harta benda terhadap jiwa manusia?

• Apa tiga bentuk harta yang bisa dimiliki oleh seseorang?

• Apa saja macam-macam dari kepemilikan?

• Bagaimana cara memanfaatkan harta?

1
2

• Apa yang dimaksusd dengan harta milik sejati manusia?

• Apa saja hak milik sebagai alat untuk ibadah?

1.3 Tujuan

• Mengetahui apa yang dimaksud dengan harta menurut islam.

• Mengetahui apa yang dimaksud dengan kepemilikan.

• Mengetahui bagaimana hubungan manusia dengan harta.

• Mengetahui bagaimana cara memperoleh harta.

• Mengetahui apa fungsi dari harta.

• Mengetahui bagaimana pengaruh harta benda terhadap jiwa manusia.

• Mengetahui apa tiga bentuk harta yang bisa dimiliki oleh seseorang.

• Mengetahui apa saja macam-macam dari kepemilikan.

• Mengetahui bagaimana cara memanfaatkan harta.

• Mengetahui apa yang dimaksusd dengan harta milik sejati manusia.

• Mengetahui apa saja hak milik sebagai alat untuk ibadah.


BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Teori Harta Menurut Islam

Harta atau dalam bahasa arab disebut al-maal dalam bahasa berarti

condong, cenderung atau miring. Sedangkan secara istilah diartikan sebagai

segala sesuatu yang sangat diinginkan oleh manusia untuk menyimpan dan

memilikinya. Ibnu Najm mengatakan, bahwa harta kekayaan, sesuai dengan

apa yang ditegaskan oleh ulama-ulama ushul fiqh, adalah sesuatu yang dapat

dimiliki dan disimpan untuk keperluan tertentu dan hal itu terutama

menyangkut yang kongkrit. Menurut para fuqaha, harta dalam perspektif

Islam bersendi pada dua unsur; Pertama, unsur' aniyyah dan Kedua, unsur '

urf. Unsur' aniyyah berarti harta itu berwujud atau kenyataan (a'yun).

Misalnya, manfaat sebuah rumah yang memelihara manusia tidak disebut

harta, tetapi termasuk milik atau hak. Sedangkan unsur ' urf adalah segala

sesuatu yang dipandang harta oleh seluruh manusia atau oleh sebagian

manusia, tidaklah manusia memelihara sesuatu kecuali menginginkan

manfaatnya, baik manfaat yang bersifat madiyyah maupun ma'nawiyyah.

2.2 Pengertian Kepemilikan

Secara bahasa kepemilikan berasal dari bahasa arab yaitu “alMilk” yang

berarti penguasaan terhadap sesuatu, sedangkan secara terminologi, para

ulama fiqh memiliki pendapat yang berbeda-beda, namun secara keseluruhan

maksud nya memiliki arti yang sama. Secara garis besar milik dapat diartikan

sebagai benda yang dikususkan kepada sesorang itu dan sepenuhnya berada

3
4

dalam penguasaanya, sehingga orang lain tidak diperkenankan untuk

memanfaatkannya. Dengan kata lain, jika seseorang telah memiliki suatu

benda yang sah menurut syara’, orang tersebut bebas bertindak terhadap

benda tersebut, baik akan dijual maupun digadaikan, baik dia sendiri yang

melakukannya maupun melalui perantara orang lain dan selama tidak ada

halangan dari syara’. Yang dimaksud halangan syara’ disini adalah orang

yang belum cakap hukum, misal anak kecil, orang gila, maupun kecakapan

hukumya hilang, seperti orang jatuh pailit, sehingga dalam hal-hal tertentu

mereka tidak dapat bertindak hukum terhadap miliknya sendiri.

Apabila seseorang menyimpan maupun meyendirikan suatu benda

secara sah, maka benda itu menjadi hak dia atau dikhususkan baginya dan dia

dapat mengambil manfaat dan berbuat apa saja terhadapnya., kecuali ada

halangan seperti gila, dungu, dan lain sebagainya. Maka dalam hal ini pihak

lain tidak boleh mengambil manfaat dan bertindak terhadap harta mereka

kecuali apabila ada alasan yang sah untuk memperbolehkannya bertindak,

seperti seorang wakil, pelakasana wasiat maupun seorang wali yang

melaksanakan hak perwaliannya.

2.3 Hubungan Manusia Dengan Harta

Hubungan antara manusia dan Allah dalam hubungan dengan harta

kekayaan sebagaimana digambarkan di atas memiliki implikasi- implikasi

berikut:

1. Allah sebagai pemilik hakiki dari kekayaan ini memberikan mandat

kepada manusia untuk mengatur harta benda yang mereka milik dengan
5

sebaik-baiknya. Hubungan ini mengharuskan manusia untuk tidak segan-

segan dan tidak merasa keberatan dalam mempergunakan dan

mengeluarkan harta dan kekayaan yang dimilikinya, saat Allah

menginginkan darinya untuk menggunakan harta itu, dan pada saat yang

sama jangan sekali-kali orang itu menggunakan otoritasnya dalam harta

kekayaan itu dengan semena-mena dan dijalan yang Allah tidak sukai dan

Allah larang. Artinya ialah bahwasanya manusia bukanlah pemilik mutlak

yang dari harta kekayaan itu. Dia hanyalah pemilik yang serba terbatas.

Dengan demikian dia hanya memiliki hak guna pakai, itupun harus sesuai

dengan apa yang telah Allah aturkan dan undangkan.

2. Konsep tentang kepemilikan harta oleh manusia yang tanpa batas adalah

sesuatu yang tidak diterima. Al-Qur'an telah mengutuk kaum Nabi Syuaib

yang mengambil sikap demikian. Dalam sistem kapitalis, pemilik harta

menjadi pemilik dan pemegang absolut harta kekayaan tersebut. Dia

bebas untuk mencari dan mempergunakan harta itu sesuai dengan apa

yang dikehendakinya tanpa memperhatikan nilai-nilai moral dan agama.

Hal ini tentu saja tidak mungkin ada dalam sistem Islam. Itulah sebabnya

seorang muslim yang hakiki, komitmen dan istiqomah, tidak mungkin

menjadi seorang kapitalis dan tidak mungkin juga menjelma menjadi

seorang komunis. Dalam kapasitasnya sebagai pemilik mutlak, Allah

telah menentukan bagian tertentu bagi "pemilik sementara apa yang harus

ia bagikan kepada sekmen masyarakat tertentu. Pemilik sementara ini

Allah perintahkan untuk memberikan bagian yang dia miliki kepada


6

orang-orang yang berhak menerimanya, karena harta itu adalah hak

mereka.

3. Dalam hubungannya dengan hal tersebut, diharapkan bahwa

ketidaksamaan manusia dalam hal kekayaan hendaknya di terima sebagai

fakta natural kehidupan dan hendaknya juga disadari bahwa ini sessuai

dengan hikmah dan kebijakan Allah, juga hendaknya jangan ada rasa

benci, iri dan semacamnya terhadap mereka yang memiliki harta lebih

dari yang lain. Adanya pengertian yang benar dalam hubungan antara

pemilik hakiki dan mutlak dengan pemilik sementara ini akan

menghasilkan beberapa prilaku dan akhlak yang positif bagi manusia:

a. Dia akan dengan gampang dan lapang dada untuk menginfakkan

hartanya itu manakala hal itu dibutuhkan.

b. Hal ini juga akan membersihkan dia dari rasa mementingkan diri

sendiri (selfishness), tamak dan prilaki-prilaku tidak adil.

c. Dia akan mengendalikan harta itu dengan sebaik-baiknya. Seorang

muslim memiliki hak untuk mempergunakan dan mengatur milik

pribadinya dengan cara yang baik seperti halnya seorang yang

mendapat amanah dan wali yang mendapat tugas menjaga harta. Jika

dia gagal untuk mengatur hal tersebut, maka sebetulnya negara (negara

Islam) diperintahkan untuk mengambil alihnya demi kepentingan yang

lebih besar bagi sang pemilik dan juga masyarakat.


7

2.4 Cara Memperoleh Harta

Harta dikatakan halal dan baik apabila niatnya benar, tujuannya benar

dan cara atau sarana untuk memperolehnya juga benar, sesuai dengan rambu-

rambu yang telah ditetapkan dalam al-Qur'an dan as Sunnah:

"Barang siapa mengumpulkan harta dari jalan haram, lalu dia

menyedekahkannya, maka dia tidak mendapatkan pahala, bahkan

mendapatkan dosa". (HR Huzaimah dan Ibnu Hiban dishahihkan oleh Imam

Hakim)

"Sesuatu yang haram tetaplah haram, bagaimanapun baiknya niat

pelakunya, mulia tujuannya, dan tepat sasarannya". (Al-Hadits)

1. Ada konsekwensi jangka panjang dalam memperoleh harta, dengan kata

lain semua usaha yang kita lakukan untuk memperoleh harta tersebut bisa

dipertanggung jawabkan kelak dihadapan yang kuasa.

2. Sesuai dengan firman Allah dalam (QS 58:6) yang berarti Pada hari itu

mereka semuanya dibangkitkan Allah, lalu diberitakanNYA kepada

mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah menghitungnya (semua

amal perbuatan itu), meskipun mereka telah melupakannya. Dan Allah

Maha Menyaksikan segala sesuatu. Dalam mencari harta, maka ia harus

mencarinya dengan cara yang baik atau halal bukan menghalalkan segala

cara, apalagi sampai mencari legalitas hukum agar sesuatu yang

sebenarnya tidak halal terkesan menjadi halal, padahal meskipun hakim

sudah menyatakan halal baginya bila temyata dimata Allah hal itu tidak

halal, tetaplah tidak halal.


8

3. Diantara bentuk mendapatkan harta secara baik adalah dengan

perdagangan yang dilaksanakan dengan cara yang baik dan sesuai dengan

yang dilakukan oleh Rasulullah, Allah SWT berfirman yang artinya Hai

orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang

berlaku dengan suka sama- suka di antara kamu. dan janganlah kamu

membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang

kepadamu (QS An-Nis: 29).

2.5 Fungsi Harta

Fungsi harta sesuai ketentuan syariat Islam adalah sebagai berikut:

1. Kesempurnaan ibadah mahdhah, karena ibadah memerlukan sarana,

seperti kain dan mukena untuk menutup aurat.

2. Memelihara dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah

SWT, karena kefakiran dapat membawa kepada kekufuran.

3. Meneruskan estafet kehidupan, karena Allah melarang meninggalkan

generasi penerus yang lemah dalam bidang ekonomi. (QS. An-Nisa/4:9)

4. Menyelaraskan antara kehidupan dunia dan akhirat.

5. Bekal mencari dan mengembangkan ilmu.

6. Keharmonisan hidup bernegara dan bermasyarakat, sehingga orang kaya

dapat memberikan pekerjaan kepada orang miskin.


9

2.6 Pengaruh Kepemilikan Harta Benda Terhadap Jiwa Manusia

Kepemilikan harta benda dapat memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap jiwa manusia. Berikut adalah beberapa pengaruh yang mungkin

terjadi:

1. Ketamakan dan Kebanggaan

Kepemilikan harta benda yang berlimpah dapat menimbulkan rasa

ketamakan dan kebanggaan yang berlebihan. Seseorang mungkin menjadi

terobsesi untuk mengumpulkan lebih banyak harta benda, terus menerus

mencari kekayaan materi dan kepuasan duniawi. Hal ini dapat

mengaburkan prioritas hidup dan menjauhkan individu dari nilai-nilai

spiritual dan keseimbangan dalam kehidupan.

2. Ketergantungan dan Kekhawatiran

Kepemilikan harta benda yang signifikan juga dapat menyebabkan

ketergantungan dan kekhawatiran yang berlebihan. Seseorang mungkin

merasa perlu terus mempertahankan dan melindungi harta benda mereka,

khawatir kehilangan atau dicuri. Ketergantungan pada harta benda dapat

mengganggu kebebasan dan kedamaian batin, karena individu merasa

terikat oleh materialisme dan keinginan untuk memenuhi keinginan

duniawi.

3. Kesia-siaan dan Kehampaan

Meskipun memiliki harta benda dapat memberikan kepuasan

sementara, banyak orang yang merasa kehampaan dalam kehidupan

mereka meskipun memiliki kekayaan materi. Mereka mungkin menyadari


10

bahwa harta benda tidak memberikan kebahagiaan yang sejati dan makna

dalam hidup. Terjebak dalam dunia materialistik dapat menghasilkan

perasaan kesia-siaan dan kekosongan di dalam jiwa.

4. Kebaikan dan Kepedulian

Di sisi lain, kepemilikan harta benda juga dapat memberikan

kesempatan untuk berbuat kebaikan dan menunjukkan kedermawanan.

Dengan menggunakan harta mereka secara bijak, individu dapat

memberikan sumbangan, membantu mereka yang membutuhkan, dan

berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat. Tindakan ini dapat

memberikan kepuasan batin dan memberikan arti yang lebih dalam dalam

hidup.

2.7 Tiga Bentuk Harta Yang Bisa Dimiliki Oleh Seseorang

1. Harta bergerak

Harta yang bisa dipindahkan atau dipindahkan dari satu tempat ke

tempat lain. Contoh dari harta bergerak termasuk uang tunai, surat-surat

berharga seperti saham, obligasi, dan sertifikat deposito, kendaraan,

perhiasan, dan barang-barang elektronik.

2. Harta tidak bergerak

Harta yang tidak bisa dipindahkan, dianggap sebagai bagian dari

properti. Termasuk tanah, bangunan, dan rumah. Karena harta tidak

bergerak, sulit untuk dijual atau dipindahkan ke tempat lain.


11

3. Harta Intelektual

Harta yang timbul dari kekayaan pikiran, dan tidak berwujud.

Termasuk hak kekayaan intelektual seperti paten, merek dagang, desain

industri, hak cipta, dan rahasia dagang. Harta intelektual biasanya sangat

berharga bagi perusahaan, karena itu memberikan keunggulan kompetitif

dan perlindungan hukum yang kuat.

2.8 Macam – Macam Kepemilikan

Dalam kepemilikan terhadap suatu benda dapat dibagi menjadi

beberapa bagian, yaitu:

1. Dari Segi Penguasaanya

a. Kepemilikan Pribadi, yaitu harta yang dimiliki oleh individu atau

beberapa individu (Syirkah). Dalam kepemilikan jenis ini dapat

mengakibatkan orang lain terhalang untuk menguasainya. Misal nya

rumah, kebun, dan lain sebagainya yang merupakan milik seseorang

atau pribadi.

b. Kepemilikan Publik, yaitu kepemilikan harta yang manfaatnya dapat

diambil atau digunakan oleh semua orang, sehingga tidak boleh

dikuasai oleh individua tau negara. Seperti jalan raya, sungai,

jembatan, dan lain sebagainya.

c. Kepemilikan Negara, dalam jenis ini kepemilikan merupaka harta atau

asset milik negara, maka penguasaannya juga dikuasai oleh negara dan

dikelola oleh negara.


12

2. Dari Segi Materi dan Manfaat Harta Menurut Mustafa Zarqa menyebutkan

pembagian kepemilikan berdasarkan materi dan manfaat harta mejadi dua,

yaitu :

a. Al-Milk at-tam (milik sempurna), yaitu apabila materi dan manfaat

harta itu dimiliki sepenuhya oleh seseorang, sehingga seluruh hak nya

terkait dengan harta itu di bawah penguasaanya. Dalam jenis milik ini

bersifat mutlak, tidak dibatasi oleh waktu dan tidak boleh digugurkan

oleh orang lain. Misal, seorang yang memiliki rumah, maka dia bebas

menguasai rumah tersebut dan memanfaatkanya secara bebas selama

tidak bertentangan dengan syara’.

b. Al-Milk an-naqish (milik tidak sempurna), yaitu apabila seseorang

hanya menguasai materi harta itu, tetapi manfaatya dikuasai oleh orang

lain, misal seorang yang mempunyai sebidang sawah yang disewakan

kepada orang lain, atau seseorang yang mempunyai rumah yang

pemanfaatannya diserahkan kepada orang lain.

2.9 Cara Memanfaatkan Harta

1. Tidak boros dan tidak kikir (tidak pelit)

Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap

(memasuki) masjid, makan dan minumlah, tapi jangan berlebihan.

Sungguh Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. (QS 7:31).

2. Memberi infaq dan shodaqoh

Perumpamaan orang yang menginfak hartanya dijalan Allah seperti

sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai. pada setiap tangkai ada
13

seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang dia kehendaki, dan

Allah berjanji barang siapa melakukan kebajikan akan dilipatgandakan

pahalanya dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui" (QS 2:261).

3. Membayar zakat sesuai ketentuan

Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan

menyucikan mereka. dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa

kamu itu (menumbuhkan) ketentraman jiwa bagi mereka Allah maha

mendengar lagi maha mengetahui. (QS 9:103).

4. Memberi pinjaman tanpa bunga

5. Meringankan orang yang berhutang

Dan jika (orang berutang itu) dalam kesulitan, maka berilah

tenggang waktu sampai dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu

menyedekahkan, itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui (QS

2:280).

2.10 Harta Milik Sejati Manusia

1. Keluarga dan hubungan sosial yang mendukung.

2. Kesehatan dan keseimbangan fisik dan mental.

3. Kebebasan dan hak asasi manusia.

4. Pengetahuan dan keterampilan.

5. Kemampuan untuk mencari nafkah dan memelihara diri sendiri serta

orang yang tergantung padanya.

6. Kebebasan berpikir dan berekspresi.

7. Hati dan emosi yang sehat dan positif.


14

8. Informasi, pendidikan dan pengajaran yang dapat meningkatkan kualitas

hidup.

9. Akses ke alam dan kekayaan alam serta lingkungan yang sehat.

10. Kesenangan dan waktu luang untuk mengeksplorasi kepentingan dan

kegiatan peribadi

2.11 Hak Milik Sebagai Alat Untuk Ibadah

Hak milik adalah konsep yang berkaitan dengan kepemilikan dan

pengendalian atas sesuatu, baik itu benda maupun hak-hak tertentu. Dalam

konteks agama, hak milik bisa digunakan sebagai alat untuk ibadah dengan

cara yang berbeda-beda, tergantung pada keyakinan dan praktik keagamaan

yang dianut.

Beberapa contoh penggunaan hak milik sebagai alat untuk ibadah

termasuk:

1. Wakaf

Wakaf adalah konsep dalam agama Islam di mana seseorang

menghibahkan properti atau harta mereka untuk kepentingan umum atau

agama. Harta yang diwakafkan dapat berupa tanah, bangunan, atau aset

lainnya. Wakaf ini kemudian dapat digunakan untuk mendirikan masjid,

sekolah, rumah sakit, atau lembaga sosial lainnya, yang akan memberikan

manfaat kepada masyarakat. Dalam hal ini, hak milik digunakan sebagai

alat untuk beribadah dengan memberikan kontribusi yang bermanfaat

bagi orang lain.


15

2. Infak dan Sedekah

Dalam agama Islam, infak dan sedekah adalah bentuk amal yang

melibatkan pemberian harta kepada yang membutuhkan atau untuk

kepentingan umum. Dalam hal ini, pemilik harta menggunakan hak milik

mereka untuk memberikan sumbangan kepada orang lain sebagai bentuk

ibadah dan kebaikan. Infak dan sedekah dapat diberikan dalam berbagai

bentuk seperti uang, makanan, pakaian, atau bantuan lainnya.

3. Pemberian Dalam Agama lain

Selain dalam agama Islam, konsep pemberian dan penggunaan hak

milik sebagai alat ibadah juga ada dalam agama-agama lain. Misalnya,

dalam agama Kristen, terdapat ajaran tentang memberikan persembahan

atau sumbangan sebagai bentuk ibadah kepada gereja atau organisasi

keagamaan. Tindakan ini dianggap sebagai penggunaan hak milik sebagai

alat untuk mendukung dan memperluas kerajaan Allah di bumi.


BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pendefinisian harta yaitu sesuatu yang dapat disimpan sehingga sesuatu

yang tidak dapat disimpan tidak termasuk harta.

Kedudukan harta adalah sebagai amanah atau titipan Allah SWT kepada

manusia. Dan karena itu adalah titipan, maka manusia berkewajiban untuk

menggunakan harta tersebut sebesar-besarnya untuk mengabdi kepada Allah

Adapun fungsi harta yang dikenal dalam Islam, antara lain: berfungsi

untuk menyempurnakan pelaksanaan ibadah, untuk meningkatkan ketakwaan

kepada Allah, meneruskan kehidupan dari generasi ke generasi selanjutnya.

Sebab-sebab kepemilikan harta merupakan sebab yang menjadikan atau

membuat seseorang mempunyai harta tersebut padahal sebelumnya harta

tersebut bukanlah menjadi hak miliknya. Menurut Islam terdapat 5 hal sebab

kepemilikan yakni: Bekerja (berburu, syirkah, menghidupkan tanah mati,

makelar, dan ijarah). kebutuhan akan harta untuk menyambung hidup, waris,

harta yang diperoleh tanpa adanya kompensasi harta dan tenaga, serta

pemberian harta negara kepada rakyatnya.

3.2 Saran

Tentunya penulis menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas

masih ada kesalahan. Adapun nantinya segera melakukan perbaikan susunan

makalah dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik

yang bisa membangun dari para pembaca.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ichsan, N. Teori harta dalam hukum Islam.

(Abdul Qodri .S, 2018) Pojok Belajar. “Harta dan Kepemilikan dalam Islam”

Diakses pada 25 Oktober 2023 dari

https://pkebs.feb.ugm.ac.id/2018/07/02/harta-dan-kepemilikan-dalam-islam/

(Lasri Kurnia) Academia.edu “ Harta dan Permasalahannya” Diakses pada 25

Oktober 2023 dari

https://www.academia.edu/33115578/BAB_II_PENDAHULUAN_HARTA_

dan_PERMASALAHANNYA

http://etheses.iainkediri.ac.id/7387/3/931208818_bab2.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai