Anda di halaman 1dari 17

TAHAPAN PERKEMBANGAN REMAJA

(Makalah)

Disusun Oleh :

1. Khofifah (18130210)
2. Made Riasih (1813021026)
3. Mariana (18130210)

Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu : 1. Drs Muswardi Rosra, M.Pd.

2. Citra Abriani Maharani, M.Pd. Kons

PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN dan ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2019
2
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatulahi Wabarakatuh

Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kami dapat menyelesaikan penulisan makalah
yang berjudul “ Tahapan Perekembangan Remaja “. Adapun tujuan penulisan
makalah ini ialah untuk di presentasikan dan untuk memahami bagaimana tahapan
perkembangan remaja yang meliputi, karakteristik peserta didik tahapan remaja, serta
faktor dan masalah tahapan perkembangan anak.

Semoga dengan makalah ini kita dapat memahami bagaimana tahapan perkembangan
remaja yang meliputi, karakteristik peserta didik tahapan remaja, serta faktor dan
masalah tahapan perkembangan remaja. Kami sadar, dalam penulisan makalah ini
banyak ketidaksempurnaan. Oleh sebab itu, kami memerlukan kritik dan saran yang
membangun agar kami dapat memperbaiki penulisan makalah kami selanjutnya.

Wassalamu’alaikum Warahmatulahi Wabarakatuh

Bandar Lampung, Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………i

DAFTAR ISI………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………..1

A. Latar Belakang……………………………………………...1
B. Rumusan Masalah…………………………………………..1
C. Tujuan Penulisan…………………………………………....1

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………..2

A. Karakteristik Peserta Didik Tahapan Remaja…...………....2


B. Faktor Tahapan Perkembangan Remaja…....……………....5
C. Masalah Tahapan Perkembangan Remaja……..…………..11

BAB III PENUTUP………………………………………………………....12

A. Simpulan…………………………………………………….12
B. Saran………………………………………………………...12

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………....13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam sebuah keluarga tidak lengkap bila tidak ada kehadiran seorang
anak,akan semakin tumbuh dan akan menjadi seorang remaja, dalam proses
pertumbuhan dan perkembangannya yang melalui beberapa tahapan. Di
dalam tahapan- tahapam tersebut ada bebrapa faktor dan masalah yang harus
di ketahui terutama oleh orang tua. Selain itu, dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan seorang remaja juga harus mendapatkan pendidikan baik di
sekolah maupun di rumah. Di dalam melakukan pendidikan seorang pendidik
baik orang tua maupun seorang guru harus memahami karakteristik peserta
didik terutama pada awal pendidikan itu berlangsung, yaitu pada tahapan
remaja.

Oleh karena itu, kita harus memahami bagaimana dan apa saja faktor dan
masalah serta bagaimana karakteristik peserta didik dalam tahapan remaja
agar tidak salah melakukan pendidikan pada remaja dan menghindari hal-hal
yang tidak diingkan.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini antara lain:
1. Bagaimana karakteristik peserta didik pada tahapan remaja?
2. Apa saja faktor tahapan Perkembangan remaja?
3. Apa saja Masalah Tahapan Perkembangan remaja?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain:
1. Memahami karakteristik peserta didik pada tahapan remaja;
2. Mengetahui faktor tahapan Perkembangan remaja;
3. Mengetahu Masalah Tahapan Perkembangan remaja.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Peserta Didik Tahapan Remaja


Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa adolescere
yang berarti “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Perkembangan
lebih lanjut, istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti mencakup kematangan
mental, emosional, sosial dan fisik. Remaja sering disebut dengan istilah puberteit
danadolescentia. Puberteit (Belanda), puberty(Ingris), pubertas (Latin) yang artinya
tumbuh rambut di daerah ”pusic” daerah kemaluan.Adolescentia dari bahasa latin
adalah masa muda.Secara umum remaja dapat didefinisikan sebagai suatu tahap
perkembangan pada individu, dimana remaja mengalami perkembangan biologis,
psikologis, moral dan agama. Remaja juga merupakan pola identifikasi dari anak-
anak menjadi dewasa. Dapat dikatakan juga, bahwa remaja adalah masa transisi dari
periode anak-anak menuju dewasa. Untuk memudahkan identifikasi, biasanya masa
remaja dibatasi oleh waktu tertentu.
WHO membagi 2 tahap usia remaja yaitu:
a. Remaja Awal : 10 – 14 tahun
b. Remaja akhir : 15 – 20 tahun
Oleh karena itu, anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) dapat dikategorikan
sebagai anak usia remaja awal.
Ciri-ciri Masa Remaja:
Beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja.
a). Ciri Fisik/Biologis
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan
menstruasi pertama pada remaja perempuan dan perubahan suara pada remaja
laki-laki.

b) Ciri Psikologis

Secara umum, dari sisi psikologis seorang remaja memiliki beberapa ciri
sebagai berikut:

1). Kegelisahan
2). Pertentangan
3). Mengkhayal
4). Aktivitas kelompok
5). Keinginan mencoba segala sesuatu

2
1. Perkembangan fisik
Masa remaja merupakan salah satu diantara dua masa rentangan kehidupan
individu, dimana terjadi pertumbuhan fisik yang sangat pesat. Masa pertama yang
terjadi pada fase pranatal dan bayi. Bagian-bagian tubuh tertentu pada tahun-
tahun permulaan kehidupan secara proporsional terlalu kecil, namun pada masa
remaja proporsionalnya menjadi terlalu besar, karena terlebih dahulu mengalami
kematangan daripada bagian-bagian yang lain. Pada masa remaja akhir, proporsi
tubuh individu mencapai proporsi tubuh orang dewasa dalam semua bagiannya.
Dalam perkembangan seksualitas remaja ditandai dengan dua ciri yaitu ciri-ciri
seks primer dan ciri-ciri seks sekunder.
2. Perkembangan kognitif (Intelektual)

Ditinjau dari perkembanga kognitif menurut Piaget, masa remaja sudah mencapai
tahap operasi formal (operasi = kegiatan-kegiatan mental tentang berbagai
gagasan). Keating merumuskan lima pokok yang berkaitan dengan perkembangan
berpikir operasi formal, yaitu sebagai berikut :

a. Berlainan dengan cara berpikir anak-anak yang tekanannya kepada


kesadarannya sendiri disini dan sekarang, cara berpikir remaja berkaitan
erat dengan dunia kemungkinan. Remaja mampu menggunakan abstraksi
dan dapat membedakan yang nyata dan konkret dengan abstrak dan
mungkin.
b. Melalui kemampuannya untuk menguji hipotesis, muncul kemampuan
nalar secara ilmiah.
c. Remaja dapat memikirkan tentang masa depan dengan membuat
perencanaan dan mengekplorasi berbagai kemungkinan untuk
mencapainya.
d. Remaja menyadari tentang aktivitas kognitif dan mekanisme yang
membuat proses kognitif itu efisien dan tidak efisien. Dengan demikian,
introspeksi (pengujian diri) menjadi bagian kehidupannya sehari-hari.
e. Berpikir operasi formal memungkinkan terbukanya topik-topik baru dan
ekspansi berpikir.
3. Perkembangan Emosi
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang
tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama ogran seksual mempengaruhi perkembangan
emosi dan dorongan baru yang dialami sebelumnya seperti perasaan cinta. Pada
usia remaja awal, perkembanga emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan
reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa, emosinya bersifat negatif
dan tempramental. Sedangkan remaja akhir sudah mampu mengendalikan
emosinya. Mencapai kematang emosional merupakan tugas perkembangan yang

3
sangat sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi
sosio-emosional lingkungannya, terutama lingkungan keluarga dan kelompok
teman sebaya.

4. Perkembangan sosial
a. Pada masa remaja berkembang ”social cognition”, yaitu kemampuan untuk
memahami orang lain. Ramaja memahami orang lain sebagi individu yang
unik, baik menyangkut sifat pribadi, minat,nilai-nilai, maupun perasaannya.
b. Pada masa ini juga berkembang sikap ”conformity”, yaitu kcenderungan
untuk menyerah atau megikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran
atau keinginan orang lain (teman sebaya).
Apabila kelompok teman sebaya yang diikuti menampilkan sikap dan perilaku
yang secara moral dan agama dapat dipertanggungjawabkan maka kemungkinan
besar remaja tersebut akan menampilkan pribadinya yang baik. Sebaliknya,
apabila kelompoknya itu menampilkan sikap dan perilaku yang melecehkan nilai-
nilai moral maka sangat dimungkinkan remaja akan melakukan perilaku seperti
kelompoknya tersebut.

5. Perkembangan moral
Melalui pengalaman atau berinteraksi sosial dengan orang tua, guru, teman sebaya
atau orang dewasa lainnya, tingkat moralitas remaja sudah lebih matang jika
dibandingkan dengan usia anak. Mereka sudah lebih mengenal tentang nilai-nilai
moral atau konsep-konsep moralitas, seperti kejujuran, keadilan, kesopanan dan
kedisiplinan.
Menurut Adam dan Guallatta terdapat berbagai hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa orang tua mempengaruhi moral remaja, yaitu :
a) Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat moral remaja dengan
tingkat moral orang tua.
b) Ibu-ibu remaja yang tidak nakal mempunyai skor yang lebih tinggi dalam
tahapan nalar moralnya daripada ibu-ibu yang anaknya nakal, dan remaja
yang tidak nakal mempunyai skor yang lebih tinggi dalam kemampuan nalar
moralnya daripada remaja yang nakal.
c) Terdapat dua faktor yang dapat meningkatkan perkembangan moral anak atau
remaja yaitu (a) orang tua yang mendorong anak untuk diskusi secara
demokratis dan terbuka mengenai berbagai isu dan (b) orang tua yang
menerapkan disiplin terhadap anak dengan teknik berpikir induktif.

B. Faktor Tahapan Perkembangan Remaja


4
1) Faktor Pembawaan dan Lingkungan
Dalam tingkah laku remaja laki-laki dan remaja perempuan, faktor bawaan
terus mempengaruhi perbedaan antara remaja laki-laki dan perempuan.
Misalnya : Dalam tinggi maupun beratbadan, dan umur dimulanyai pubertas.
Secara rata-rata, anak perempuan lebih pendek dan ringan ketimbang laki-laki,
dan memasuki masa pubertas lebih dahulu.

Sebagaimana halnya tanaman yang tumbuh dengan teratur kecuali jika


lingkungannya tidak bersahabat, begitu juga manusia atau remaja lebih tepatnya
sesuai dengan pembahasan makalah ini yang mana remaja berkembang dengan
cara teratur, menurut pandangan kematangan. Rentang faktor lingkungan yang
mempengaruhi perkembangan dapat luas sekali, lingkungan ekstrim yang secara
psikologis bersifat hampa dan cenderung bermusuhan akan dapat menghambat
perkembangan, sebagaimana dapat kita beri contoh remaja berbakat yang
memiliki orang tua yang over protective yang cenderung melarang anaknya
melakukan banyak kegiatan yang ia sukai karena takut akan membahayakan
anaknya, padahal dengan begitu sang anak yang telah beranjak remaja tadi dapat
mengembangkan potensi yang ia miliki, dengan orang tua yang over protective
seperti ini di satu sisi akan merugikan sang anak dalam mengembangkan potensi
yang ia miliki.

Tentang apa yang paling utama mempengaruhi perkembangan, apakah


kematangan atau pengalaman sudah terjadi perdebatan semenjak berkembangnya
ilmu psikologi. Debat ini sering kali dikenal sebagai “kontroversi bawaan-
lingkungan” (nature-nurture controversy). “Bawaan” menunjuk pada warisan
biologis organisme, “lingkungan” menyatakan pengalaman lingkunganlah yang
paling penting.

Beberapa peneliti tentang perkembangan remaja percaya bahwa dari segi sejarah,
terlalu banyak penekanan diberikan pada perubahan biologis pubertas sebagai
faktor penentu perkembangan psikologis remaja. Mereka mengakui bahwa
perubahan biologis merupakan dimensi terpenting dalam peralihan dari masa anak
ke masa remaja. Akan tetapi, mereka juga percaya bahwa konteks sosial
(lingkungan) juga berperan penting dalam perkembangan psikologis remaja.
1. Interaksi Faktor Bawaan-Lingkungan dan Perkembangan
a. Interaksi Genotip Pasif dengan Lingkungan (passive genotype-
environment interaction)
Terjadi saat orang tua, yang memiliki hubungan genetis dengan anak,
memberi lingkungan pengasuhan pada anak. Misalnya, orang tua yang
memiliki predisposisi genetik yaitu cerdas dan cakap membaca. Karena

5
mereka cakap membaca dan menikmati kegiatan membaca, mereka
menyediakan buku bacaan bagi anak mereka, sehingga anak mereka juga
akan lebih cenderung menjadi anak yang cakap membaca dan menikmati
kegitan membaca.
b. Interaksi Genotip Evokatif dengan Lingkungan (evocative genotype-
environment interaction)
Terjadi karena genotip anak akan menimbulkan jenis lingkungan fisik dan
sosial yang tertentu. Misalnya, anak yang aktif dan suka tersenyum akan
lebih banyak mendapat perangsangan sosial ketimbang anak yang pasif
dan diam. Remaja yang mau bekerja sama, patuh dan penuh perhatian
akan memunculkan lebih banyak respon menyenangkan dan pengajaran
dari orang dewasa di sekitarnya ketimbang remaja yang sukar diajak
bekerja sama dan sulit memusatkan perhatiaanya.
c. Interaksi Genotip Aktif (suka mengutak-atik lingkungan) dengan
Lingkungan (active (niche-picking) genotype-environment interaction)
Terjadi saat anak dan remaja menjelajahi lingkungan yang mereka
pandang menarik dan menantang. Suka mengutak atik lingkungan
menunjukkan sifat suka mencari tempat atau situasi yang terutama cocok
dengan kemampuannya.

Remaja memilih dari lingkungan sekitarnya aspek-aspek yang cocok


diberi respons, dipelajari atau diabaikan. Pemilihan aktif yang mereka
lakukan terhadap lingkungan tertentu berkaitan dengan genotip tertentu
yang mereka miliki. Sebagian remaja, karena genotipnya, memiliki
keterampilan sensorimotor untuk berprestasi menonjol dalam olahraga.
Yang lainnya, karena genotipnya, lebih terampil dibidang musik. Remaja
yang cenderung atletis akan lebih cenderung aktif mencari lingkungan
olahraga dimana mereka dapat berprestasi baik, sedangkan remaja yang
lebih berbakat musik akan cenderung lebih banyak memanfaatkan waktu
dalam lingkungan musikal dimana mereka dapat menampilkan
keterampilan mereka dengan baik.

Sandra Scarr, seorang ahli genetika perilaku percaya bahwa kepentingan


peran ketiga interaksi genotip dan lingkungan tersebut mengalami
perubahan sejalan dengan perkembangan anak dari bayi sampai masa
remaja. Di masa bayi, kebanyakan lingkungan yang dialami bayi
disediakan oleh orang tua. Bila orang tua tersebut memiliki hubungan
genetis, lingkungan yang mereka berikan akan disesuaikan dengan
karakteristik dan genotip mereka sendiri. Meskipun bayi aktif membentuk
pengalamannya dengan secara aktif memperhatikan segala hal yang
tersedia baginya, mereka tidak dapat mencari atau membangun lingkungan
6
sendiri seperti yang dapat di lakukan anak-anak yang berusia lebih tua.
Karena itu, interaksi genotip pasif dan lingkungan lebih biasa terjadi pada
kehidupan bayi dan anak kecil, ketimbang anak usia sekolah atau remaja
yang telah memperluas pengalaman mereka diluar pengaruh keluarga dan
lebih leluasa menciptakan lingkungan mereka sendiri.

2. Pengaruh Lingkungan Yang Terbagi Atau Tak-terbagi


Para ahli genetika perilaku percaya bahwa ada cara lain mengemukakan peran
lingkungan dalam interaksi faktor bawaan-lingkungan, yaitu dengan
memperhatikan pengalaman remaja dalam keluarga yang juga dialami oleh
remaja lain dalam keluarga yang sama, selain pengalaman yang tidak sama-
sama mereka alami. Ahli genetika perilaku Robert Plomin percaya bahwa cara
pengasuhan yang sama, atau lingkungan yang sama, memberikan pengaruh
yang kecil terhadap variasi perbedaan kepribadian atau minat remaja. Dengan
kata lain, meskipun dua remaja tinggal serumah dengan orang tua yang sama,
kepribadian mereka kerap kali berbeda.
a. Pengaruh Lingkungan Terbagi (shared environmental influences)
Merupakan pengalaman remaja yang juga dialami oleh orang lain
dilingkungannya, misalnya kepribadian dan orientasi intelektual orang tua
mereka, kelas sosial keluarga, dan lingkungan tetangga sekitar tempat
tinggal mereka.
b. Pengaruh Lingkungan Tak-Terbagi
Merupakan pengalaman unik remaja yang dialaminya sendiri, baik
didalam maupun diluar lingkungan keluarga, yang tidak dialami oleh
kakak atau adiknya.

2) Faktor Kematangan
Perkembangan disebabkan bukan saja oleh interaksi proses biologis, kognitif, dan
sosial tetapi juga oleh interaksi kematangan dan pengalaman. Kematangan
(maturation) adalah urutan perubahan teratur yang ditentukan oleh cetakbiru
genetik yang kita punyai. Seperti bunga matahari yang tumbuh dengan cara yang
teratur kecuali jika lingkungannya tidak bersahabat, begitu juga umat manusia
berkembang dengan cara yang teratur, menurut pandangan kematangan. Rentang
lingkungan dapat luas sekali, tetapi pendekatan kematangan menyatakan bahwa
cetak biru genetik mengakibatkan kesamaan dalam pertumbuhan dan
perkembangan kita. Kita jalan sebelum bicara, menyebut satu kata sebelum bisa
menyebut dua kata, tumbuh dengan cepat pada masa bayi dan lebih lambat pada
masa anak awal, mengalami peningkatan hormon seksual saat puber setelah masa
anak-anak yang tenang mencapai kekuatan fisik pada masa remaja akhir dan masa
dewasa awal, dan kemudian menurun dan sebagainya.

7
Ahli yang menekankan kematangan mengakui bahwa lingkungan yang ekstrim
yang secara psikologis hampa dan bermusuhan dapat menghambat
perkembangan, tetapi mereka percaya bahwa kecenderungan akan pertumbuhan
dasar sudah terberi secara genetik pada manusia. Sebaliknya, psikologi lain
menekankan pentingnya pengalaman dalam perkembangan anak. Pengalaman
mencakup lingkungan biologis anak, gizi, perawatan kesehatan, obat, dan
kecelakaan fisik, sampai pada lingkungan sosial, keluarga, teman sebaya, sekolah,
masyarakat, media dan budaya. “Bawaan” menunjuk pada warisan biologis
organisme, “lingkungan” menunjuk pada pengalaman lingkungan. Pendukung
bawaan menganggap warisan biologis sebagai pengaruh yang paling penting pada
perkembangan, pendukung lingkungan menyatakan pengalaman lingkunganlah
yang paling penting.Perkembangan disebabkan karena kematangan. Kematangan
dan belajar/latihan adalah sebab-sebab perkembangan yang saling berhubungan.
Kematangan menentukan kesiapan seseorang untuk belajar.

Dalam pembahasan mengenai pertumbuhan dan perkembangan remaja di atas


telah diuraikan beberapa aspek yang sedang dialami oleh setiap diri remaja, aspek
biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan ada dua aspek yang penting yang sangat menentukan keberhasilan
pertumbuhan dan perkembangan. Kedua aspek itu adalah kematangan dan
pengalaman.
1. Kematangan
Pertumbuhan dan perkembangan berawal dari cetak biru (blue print) yang
dibawa anak sejak lahir. Bahwa setiap anak telah membawa potensi untuk
menjadi dirinya sebagaimana yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Dalam masa-masa tertentu suatu potensi mengalami kematangan
(maturation).

Kematangan adalah urutan perubahan teratur yang ditentukan oleh cetakbiru


genetik yang kita punyai. Dalam kondisi sempurna, maka pertumbuhan dan
perkembangan manusia akan berjalan dengan teratur. Keteraturan akan
mengalami persoalan manakala lingkungan tidak bersahabat bagi terjadinya
pertumbuhan dan perkembangan tersebut. Ibarat menanam jagung, benih
jagung bagus yang ditebar di tanah tandus akan tumbuh menjadi jagung secara
tidak sempurna, misalnya daunnya tidak lebat, biji jagungnya tidak rata,
sebaliknya dia akan tumbuh sempurna kala ditebar di tanah subur.

Jadi dalam proses tumbuh-kembang manusia ada waktu-waktu tertentu


dimana suatu kemampuan dalam kondisi matang, siap untuk ditumbuh-
kembangkan. Terkait dengan pertumbuhan kemampuan otak manusia
8
sebagaimana telah diuraikan di bab sebelumnya, maka peristiwa kematangan
ini didorong oleh adanya suatu kematangan kemampuan tertentu. Apabila
kematangan ini direspon dengan kesempatan dan fasilitas belajar yang
memadai maka ia akan tumbuh dan berkembang membentuk suatu jaringan
kompleks pada otak manusia.

Terkait dengan aspek kematangan, Pendidik harus peka menemukan kapan


masa kematangan suatu kemampuan muncul dan siap dengan program
pendidikan yang diharapkan. Keterlambatan menangkap peristiwa
kematangan terhadap suatu kemampuan akan berakibat kurang baik
sebagaimana yang diharapkan.

2. Pengalaman
Pengalaman memegang peranan penting bagi terjadinya pertumbuhan dan
perkembangan remaja menjadi manusia dewasa yang penuh tanggung jawab.
Dalam kaitan ini, pengalaman menyangkut dua aspek yaitu pengalaman
biologis dan sosial.

Pengalaman biologis yang dimaksud adalah persoalan gizi, perawatan


kesehatan, obat dan kecelakaan fisik. Seorang anak yang mengalami
kekurangan gizi akan tumbuh secara tidak sempurna. Perawatan kesehatan
yang diperhatikan misalnya pengaturan waktu kerja, istirahat, dan tidur secara
proporsional akan mampu menjaga pertumbuhan dan perkembangan individu.
Demikian juga pemanfaatan obat-obatan baik untuk keperluan pengobatan
sakit maupun sebagai bagian suplemen tubuh akan sangat menentukan apakah
seorang anak tumbuh dengan baik. Disamping itu, keinginan remaja untuk
tampil sebagai pahlawan di antara kawan-kawannya seringkali membawa
resiko kecelakaan fisik. Semua peristiwa itu akan berpengaruh pada
pertumbuhan dan perkembangan anak remaja.

Aspek kedua adalah pengalaman sosial bersama dengan orang-orang di


lingkungan keluarga, teman sebaya, sekolah, dan masyarakat sekitarnya.
Pengalaman bergaul dengan orang lain dalam suasana yang akrab dan sarat
dengan pengalaman belajar akan membuat anak berkembang secara
meyakinkan.

Dalam berbagai kesempatan, remaja lebih mengutamakan hubungan berkawan


ketimbang hubungan dengan orang tua. Mereka cenderung mengutamakan
pengalaman-pengalaman hidup yang dinikmati bersama kawan-kawannnya.
Bahkan seringkali remaja berani melakukan beberapa perbuatan yang bisa jadi

9
bertentangan dengan kehendak orang tua mereka. Oleh karena itu, bagaimana
penyesuaian diri remaja dengan orang lain perlu mendapatkan perhatian
orangtua.

Oleh karena pertumbuhan dan perkembangan remaja dipengaruhi oleh faktor


kematangan dan pengalaman hidup, maka muncul persoalan mana yang lebih
dominan. Dalam hal ini tidak bisa dipilih salah satu lebih baik dari lainnya.
Keduanya saling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
remaja. Hal yang paling pokok adalah bagaimana masa kematangan remaja
diidentifikasi dan bagaimana pendidik menfasilitasi remaja untuk
mendapatkan pengalaman yang berharga bagi pertumbuhan dan
perkembangan pribadinya.

3). Faktor Belajar

Belajar merupakan faktor penting dalam perwujudan pendidikan karna sangat


mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kognitif masa remaja. Dengan
pendidikan ini maka sang anak akan mendapatkan informasi mengenai hal-hal
yang akan ia butuhkan, selain itu juga akan melatihnya untuk bersikap kritis.
Menambah wawasannya dengan memberi pengarahan dan bimbingan sehingga
dapat mempermudahnya untuk mendapatkan apa yang di inginkan sang anak.

Belajar pada masa remaja, salah satu proses belajar yaitu dalam sekolah. Kita
sering berpendapat bahwasanya sekolah merupakan suatu tempat dimana proses
belajar secara akademis mendominasi. Namun sekolah sebenarnya lebih dari
sekedar akademis dimana remaja dapat berfikir, melalukan penalaran, dan dapat
mengingat. Sekolah juga merupakan suatu area sosial yang penting bagi remaja,
dimana teman, dan kerumunan orang-orang memiliki makna yang besar.

Pada hakikatnya manusia selalu ingin tahu, maka atas dasar hakikat tersebut
manusia senantiasa belajar untuk mencari tahu hal-hal yang ada di sekitarnya.
Banyak bangsa yang mengikuti prinsip pendidikan seumur hidup, yang artinya
adalah manusia itu senantiasa belajar sepanjang hayatnya.

Kehidupan pendidikan merupakan pengalaman proses belajar yang dihayati


sepanjang hidupnya, baik melalui badan pendidikan formal maupun nonformal.
Kehidupan pendidikan yang dimaksud adalah sesuatu yang dialami oleh remaja
sebagai peserta didik dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan kehidupan
masyarakat. Sedangkan kehidupan karier merupakan pengalaman seseorang
dalam dunia kerja. Seperti dikatakan oleh Garrison (1956), bahwa setiap tahun
terdapat jutaan pemuda dan pemudi memasuki dunia kerja di seluruh dunia.
Peristiwa seorang rernaja masuk ke dunia kerja itu merupakan awal pengalaman

10
dalam kehidupan berkarya (berkarier). Pada hakikatnya kehidupan remaja dalam
pendidikan merupakan awal kehidupan kariemya.

Cita-cita tentang jenis pekerjaan di masa yang akan datang merupakan faktor
penting dan merupakan langkah awal dalam kehidupan pendidikan dan kariernya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pendidikan dan karier adalah:

1. Faktor sosial-ekonomi, kondisi sosial yang menggambarkan status orang tua


dan kemampuan orang tua dalam membiayai pendidikan anaknya.

2. Faktor lingkungan, terdiri atas 3 hal:

a. Lingkungan kehidupan masyarakat, hal ini akan membentuk sikap anak


dalam menentukan pola kehidupan dan mempengaruhi pola pikirnya
tentang pendidikan dan kariernya.

b. Lingkungan kehidupan sekolah, kondisi sekolah merupakan lingkungan


yang langsung berpengaruh terhadap kehidupan pendidikan dan karier
remaja.

c. Lingkungan teman sebaya, pergaulan teman sebaya akan berpengaruh


secara langsung terhadap kehidupan pendidikan masing-masing remaja.

3. Faktor pandangan hidup, merupakan bagian yang terbentuk karena


lingkungan.

C. Masalah Tahapan Perkembangan Remaja


1) Konflik antara kebutuhan untuk mengendalikan diri dan kebutuhanuntuk bebas
dan merdeka.
2) Konflik antara kebutuhan akan kebebasan dan ketergantungan kepada orang tua.
3) Konflik antara kebutuhan seks dan agama serta nilai moral.
4) Konflik antara prinsip dan nilai-nilai yang dipelajari oleh remaja ketika ia kecil
dahuludengan prinsip dan nilai yang dilakukan oleh orang dewasa di
lingkungannya dalam kehidupan setiap hari.
5) Konflik menghadapi masa depan.

BAB III

PENUTUP

11
A. Simpulan
Bahwa sangat penting orang tua dalam mendidik anaknya dalam suatu keluarga serta
memberi perhatian penuh, apa lagi pada masa remaja yang rentan terhadap perilaku
menyimpang. Bahwa dengan lingkungan yang baik, maka kemungkinan besar
seorang anak dapat tumbuh dan berkembang pula menjadi baik. Selain itu, orang tua
juga harus mengawasi, namun tidak terlalu mengekang sebab saat masa remaja ini
emosinya belum stabil.

B. Saran

Orang

12
DAFTAR PUSTAKA

https://pgsdkita.blogspot.com > Pendagogik , diakses pada tanggal 25 Maret 2019 pukul


06.15 WIB

https://www.academia.edu/11591110/FAKTOR_YANG_MEMPENGARUHI_PERKE
BANGAN_REMAJA , diakses pada tanggal 25 Maret 2019 pukul 07.45 WIB

Jahja,Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP

13

Anda mungkin juga menyukai