Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

PERKEMBANGAN DAN JENIS BANK, KESEHATAN DAN RAHASIABANK

Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Bank dan Lembaga Keuangan

Dosen Pengampu : Dean Subhan Saleh, SE., MM

Oleh :

Chintia Dewi Nurhasanah ( 030122037 )

Deby Apriani ( 030122030 )

Eva Wulandari ( 030122061 )

Halimah Isnaeni ( 030222019 )

Restu Rillahi Sahwa ( 030222023 )

Ziyad Rizky Al-barokah ( 030122033 )

Kelas 01

Kelompok 3

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI DR.KHEZ MUTTAQIEN

PURWAKARTA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkatnya
kami dapat menyelesaikan tugas maklah ini dengan baik dan tepat waktu. Tugas ini
diberikan oleh Bapak Dean Subhan Saleh, SE., MM sebagai dosen pengampu mata
kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Dimana makalah kami berjudul
“Perkembangan dan Jenis Bank, Kesehatan dan Rahasia Bank”.

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari teknik
penulisan maupun materi karena mengingat kemampuan yang kami miliki. Oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Sebelumnya, kami mohon maaf jika terdapat kata-kata yang kurang berkenaan.
Semoga dengan penyusunan makalah ini memberikan manfaat bagi pembaca
sehingga dapat menambah pengetahuan dan pemahaman diri. Akhir kata, kami
sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
membantu terselesaikannya penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala urusan kita. Aamiin.

Purwakarta, 04 Oktober 2023

penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB 1 ........................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................ 2
BAB 2 ........................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 4
2.1 Perkembangan Perbankan Di Indonesia ......................................................... 4
2.2 Jenis Bank....................................................................................................... 6
2.3 Kesehatan bank ............................................................................................. 14
2.4 Rahasia Bank ................................................................................................ 29
BAB 3 ......................................................................................................................... 29
PENUTUP ................................................................................................................... 29
3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 29
3.2 Saran ............................................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 31

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan dan jenis bank memiliki peran penting dalam perekonomian

global. Bank adalah lembaga keuangan yang menyediakan berbagai layanan, seperti

pengumpulan dana, pemberian pinjaman, dan pengelolaan keuangan. Seiring

berjalannya waktu, bank telah mengalami perkembangan yang signifikan dan telah

menjadi entitas yang kompleks dan beragam.

Kesehatan bank adalah tentang stabilitas keuangan dan kemampuan bank untuk

memenuhi kewajibannya. Pemerintah dan otoritas pengawas keuangan memiliki

peran penting dalam memastikan kesehatan bank dan mencegah terjadinya krisis

keuangan. Mereka melaksanakan pengawasan dan pengaturan agar bank tetap

beroperasi secara aman dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Rahasia bank adalah prinsip yang menjamin kerahasiaan informasi nasabah.

Bank memiliki kewajiban untuk menjaga kerahasiaan data nasabah dan melindungi

informasi keuangan yang bersifat pribadi. Prinsip ini penting untuk menjaga

kepercayaan nasabah terhadap bank dan melindungi mereka dari penyalahgunaan

informasi. Kesehatan dan rahasia bank merupakan aspek penting dalam menjaga

integritas dan kepercayaan terhadap sistem perbankan.

1
2

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan perbankan di Indonesia?

2. Apa saja jenis-jenis bank ?

3. Apa saja yang dimaksud dengan kesehatan bank, bagaimana aturannya dan

bagaimana tindakan yyang di lakukan BI apabila terdapat penyimpangan

terhadap aturan tentang kesehatan bank ?

4. Apa tujuan penerapan rahasia bank dan apa dasar hukumyang menjadi

landasannya

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui perkembangan perbankan di Indonesia.

2. Untuk mengetahui jenis-jenis bank.

3. Untuk memahami tentang kesehatan bank beserta aturannya serta tindakan

apa yang akan dilakukanoleh Bank Indonesia jika terjadi penyimpangan

terhadap aturan bank.

4. Untuk mengetahui tujuan dan dasar hukum yang mnejadi landsannya

mengenai rahasia bank.


BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Perbankan Di Indonesia

1. Periode 1988-1996

Bank umum berskala kecil dan menengah muncul sebagai hasil dari

deregulasi yang dikeluarkan pada tanggal 27 Oktober 1988, yang antara lain

merealisasikan persyaratan permodalan untuk pendirian bank baru. Pada titik

tertingginya, jumlah bank umum di Indonesia meningkat dari 111 bank pada

Oktober 1988 menjadi 240 bank pada tahun 1994-1995. Di sisi lain, jumlah

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Indonesia meningkat secara signifikan dari

8.041 BPR pada tahun 1988 menjadi 9.310 BPR pada tahun 1996.

2. Periode 1997-1998

Pada tahun 1997–1998, pertumbuhan pesat dari tahun 1988–1996 berbalik

arah karena krisis keuangan dan perbankan. Untuk mengatasi masalah ini,

bank-bank Indonesia, pemerintah, dan organisasi internasional berusaha keras.

Salah satu cara mereka melakukannya adalah dengan melakukan rekapitalisasi

perbankan terhadap 27 bank, yang menelan dana lebih dari 400 triliun rupiah,

dan mengambil alih kepemilikan terhadap 7 bank lainnya. Secara khusus,

berikut adalah tindakan yang diambil untuk mengatasi krisis keuangan dan

perbankan tersebut:

4
5

a. Penyediaan likuiditas kepada perbankan yang dikenal dengan Bantuan

Likuiditas Bank Indonesia (BLBI)

b. Mengidentifikasi dan merekapitalisasi bank-bank yang masih memiliki

potensi untuk melanjutkan kegiatan usahanya dan bank-bank yang

memiliki dampak yang signifikan terhadap kebijakannya.

c. Menutup bank-bank yang bermasalah dan melakukan konsolidasi

perbankan dengan melakukan merger.

d. Mendirikan lembaga khusus untuk menangani masalah yang ada di

industri perbankan seperti Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).

e. Memperkuat kewenangan Bank Indonesia dalam pengawasan perbankan

melalui penetapan Undang- Undang Nomor 23/1999 tentang Bank

Indonesia yang menjamin independensi Bank Indonesia dalam penetapan

kebijakan.

3. Periode 1999-2002

Pemerintah dan Bank Indonesia terpaksa melakukan pembenahan di sektor

perbankan sebagai akibat dari krisis perbankan yang sangat parah pada tahun

1997-1998. Tujuan dari pembenahan ini adalah untuk stabilisasi sistem

keuangan dan mencegah kembalinya krisis. Ini adalah langkah-langkah

penting yang dilakukan dalam hal ini:

a. Memperkuat kerangka pengaturan dengan menyusun rencana

implementasi yang jelas untuk memenuhi 25 Basel Core Principles for


6

Effective Banking Supervision yang menjadi standar internasional bagi

pengawasan bank.

b. Meningkatkan infrastruktur sistem pembayaran dengan mengembangkan

Real Time Gross Settlements (RTGS).

c. Menerapkan bank guarantee scheme untuk melindungi simpanan

masyarakat di bank.

d. Merekstrukturisasi kredit macet, baik yang dilakukan oleh BPPN,

Prakarsa Jakarta maupun Indonesian Debt Restrukturing Agency

(INDRA).

e. Melaksanakan program privatisasi dan divestasi untuk bank-bank BUMN

dan bank-bank yang direkap.

f. Meningkatkan persyaratan modal bagi pendirian bank baru.

4. Periode 2002-Sekarang

Berbagai perkembangan positif pada sektor perbankan sejak

dilaksanakannya program stabilisasi antara lain tampak pada pemberian kredit

yang mulai meningkat pada inovasi produk yang mulai berjalan, seperti

pengembangan produk derivatif (antara lain credit linked notes), serta

kerjasama produk dengan lembaga lain (reksadana dan bancassurance).

2.2 Jenis Bank

1. Jenis dan Fungsi Bank bank dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:


7

a. Bank Umum, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa

yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa

perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat

dilakukan di seluruh wilayah. Bank umum sering disebut Bank Komersial

(Commercial Bank).

b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yaitu bank yang melaksanakan kegiatan

usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2. Jenis Bank Dilihat dari Segi Kepemilikannya

Ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa yang memiliki

bank tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat dari akta pendirian dan

penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis bank tersebut

adalah sebagai berikut:

a. Bank Milik Pemerintah

Akta maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah sehingga seluruh

keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Contoh bank milik

pemerintah antara lain:

 Bank Negara Indonesia 46 (BNI)

 Bank Rakyat Indonesia (BRI)


8

 Bank Tabungan Negara (BTN)

Sedangkan bank milik pemerintah daerah (Pemda) terdapat di daerah

tingkat I dan tingkat II masing- masing Provinsi. Sebagai contoh:

BPD DKI Jakarta, BPD Jawa Barat, BPD Jawa Tengah, BPD Jawa

Timur, BPD Sumatera Utara, Dan BPD lainnya

b. Bank Milik Swasta Nasional

Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta

nasional serta akta pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula

pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta pula. Contoh bank

swasta nasional antara lain: Bank Muamalat, Bank Central Asia, Bank

Bumi Putra, Bank Danamon.

c. Bank Milik Koperasi

Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang

berbadan hukum koperasi. Sebagai contoh: Bank Umum Koperasi

Indonesia.

d. Bank Milik Asing

Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik

milik swasta asing atau pemerintah asing. Jelas kepemilikannya dimiliki

oleh pihak luar negeri. Contoh bank Asing antara lain: Deutsche Bank,
9

American Express Bank, Bank of America, Bank of Tokyo, Bangkok

Bank

e. Bank Milik Campuran

Kepemilikan saham bank campuran dimiliki olehpihak asing dan

pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas

dipegang oleh warga negara Indonesia.

Contoh bank campuran antara lain: Bank Sakura Swadarma, Bank

Finconesia, Mitsubishi Buana Bank, Interpacific Bank

3. Jenis Bank Dilihat dari Segi Status

Dilihat dari segi kemampuannya dalam melayanimasyarakat, maka bank

dapat dibagi ke dalam dua macam. Pembagian jenis ini disebut juga

pembagian berdasarkan kedudukan atau status bank tersebut. Kedudukan atau

status bank ini menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani

masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maupun kualitas

pelayanannya. Status bank yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Bank Devisa

Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri

atau yang behubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan,

misalnya transfer keluar negeri, inkaso keluar negeri, travellers cheque,

pembukaan dan pembayaran Letter of Credit dan transaksi lainnya. Per-

syaratan untuk menjadi bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia.
10

b. Bank Non Devisa

Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan

transaksi sebagai bank devisa sehingga tidak dapat melaksanakan

transaksi seperti halnya Bank Devisa.

4. Jenis Bank Dilihat dari Cara Menentukan Harga

Jenis bank jika dilihat dari segi atau cara dalam menentukan harga baik

harga jual maupun harga beliterbagi dalam dua kelompok.

a. Bank yang Berdasarkan Prinsip Konvensional Mayoritas bank yang

berkembang di Indonesia adalah bank yang berorientasi pada prinsip

konvensional. Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada

para nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip konvensional

menggunakan dua metode, yaitu:

 Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan

seperti giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula dengan

harga untuk produk pinjamannya (kredit) juga ditentukan

berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penentuan harga ini dikenal

dengan istilah based.

 Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan barat menggunakan

atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau

persentase tertentu. Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan

istilah fee based.


11

b. Bank yang Berdasarkan Prinsip Syariah

Bank yang berdasarkan prinsip syariah dalam penentuan harga

produknya sangat berbeda dengan bank yang berdasarkan prinsip

konvensional. Bank berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak

lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan

perbankan lainnya. Dalam menentukan harga atau mencari keuntungan

bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah sebagai berikut.

 Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah)

 Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (misyarakah)

 Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan

(murabahah)

 Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan

(ijarah)

 Pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank

oleh pihak lain (ijarah wa iqtina)

5. Fungsi Bank

Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari

masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai

tujuan atau sebagai Financial intermediary (perantara di bidang keuangan).

a. Penghimpun Dana
12

Untuk menjalankan fungsinya sebagai penghimpun dana maka bank

memiliki beberapa sumber yang secara garis besar ada tiga sumber,

yaitu:

 Dana yang bersumber dari bank sendiri yang berupa setoran modal

waktu pendirian.

 Dana yang berasal dari masyarakat luas yang dikumpulkan melalui

usaha perbankan seperti usaha simpanan giro, deposito dan tabanas.

 Dana yang bersumber dari Lembaga Keuangan yang diperoleh dari

pinjaman dana yang berupa Kredit Likuiditas dan Call Money (dana

yang sewaktu- waktu dapat ditarik oleh bank yang meminjam) dan

memenuhi persyaratan.

b. Penyalur dana

Dana yang terkumpul oleh bank disalurkan kepadamasyarakat dalam

bentuk pemberian kredit, pembelian surat-surat berharga, penyertaan,

pemilikan harta tetap.

c. Pelayan Jasa Bank

Dalam mengemban tugas sebagai pelayan lalu lintas pembayaran uang

bank melakukan berbagai aktivitas kegiatan antara lain pengiriman uang,

inkaso, cek wisata, kartu kredit dan pelayanan lainnya. Selain

menghimpun dana dan menyalurkannya, bank secara spesifik dapat

berfungsi sebagai:
13

 Agent of Truts (Lembaga yang landasannya adalah kepercayaan)

Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter

(peredaran uang dan tingkat suku bunga) dan di sektor riil

(kebijaksanaan pemerintah di sektor perpajakan) tidak dapat

dipisahkan. Kedua sektor tersebut saling berinteraksi dan saling

mempengaruhi. Sektor riil tidak akan dapat berkinerja dengan baik

apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Kegiatan bank

berupa

 Agent of Development (Lembaga yang memobilisasi dana untuk

pembangunan)

Penghimpunan dana dan penyaluran dana sangat diperlukan

bagi kelancaran kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank

tersebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi,

kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa,

mengingat bahwa kegiatan investasi-distribusi- konsumsi tidak dapat

dilepaskan dari adanya penggunaan uang. Kelancaran kegiatan

investasi- distribusi-konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan

pembangunan perekonomian suatu masyarakat.


14

2.3 Kesehatan bank

1. Pengertian

Kesehatan bank adalah kemampuan suatu bank untuk melakukan

kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua

kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan

perbankan yang berlaku. Kesehatan bank mencakup kesehatan suatu bank

untuk melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankannya, kegiatan tersebut

meliputi:

a. Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain, dan

dari modal sendiri.

b. Kemampuan mengelola dana.

c. Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat.

d. Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan,

pemilik modal, dan pihak lain.

e. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.

2. Aturan Kesehatan Bank

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan

atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Pembinaan

dan Pengawasan Bank dilakukan oleh Bank Indonesia. Undang-Undang

tersebut lebih lanjut menetapkan bahwa:

a. Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan

kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas,


15

rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha

bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-

hatian.

b. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah

dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara

yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang

mempercayakan dananya kepada bank.

c. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia segala keterangan,

dan penjelasan mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan

oleh Bank Indonesia.

d. Bank atas permintaan Bank Indonesia wajib memberikan kesempatan

bagi pemeriksaan buku- buku dan berkas-berkas yang ada padanya, serta

wajib memberikan bantuan yang diperlukan dalam rangka memperoleh

kebenaran dari segala keterangan, dokumen, dan penjelasan yang

dilaporkan oleh bank yang bersangkutan.

e. Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhaap bank, baik secara

berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan.

f. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca, perhitungan

laba rugi tahunan dan penjelasannya, serta laporan berkala lainnya,

dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

g. Bank wajib mengumumkan neraca perhitungan neraca dan perhitungan

laba rugi dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
16

Aturan tentang kesehatan bank yang diterapkan oleh Bank Indonesia

mencakup berbagai aspek dalam kegiatan bank, mulai dari penghimpunan

dana sampai dengan penggunaan dan penyaluran dana. Sesuai Lampiran dari

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP Tanggal 31 Mei 2004

kepada semua bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional perihal setiap penilaian tingkat kesehatan bank umum.

Penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktor –

faktor CAMELS yang terdiri dari :

a. Permodalan ( capital )

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan antara

lain dilakukan melalui penilaian terhadap kompenen – komponen

sebagai berikut :

 Kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum

(KPMM) terhadap ketentuan yang berlaku

 Komposisi permodalan

 Trend kedepan atau proyeksi KPMM

 Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan modal bank

 Kemampuan bank memelihara kebutuhan panambahan modal yang

berasal dari keuntungan ( laba ditahan )

 Rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha

 Akses kepada sumber permodalan, dan


17

 Kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan

b. Kualitas Aset ( Asset Quality )

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor kualitas aset

antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen – komponen

sebagai berikut :

 Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibanding total aktiva

produktif

 Debitor inti kredit di luar pihak terkait dibandingkan dengan total

kredit

 Perkembangan aktiva produktif bermasalah (non performing asset)

dibandingkan aktiva produktif

 Tingkat kecukupan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva

produktif (PPAP)

 Kecukupan kebijakan dan produser aktiva produktif

 System kaji ulang ( review ) internal terhadap aktiva produktif

 Dokumentasi aktiva produktif, dan

 Kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah

c. Manajemen ( management )

Penilaian terhadap faktor manajemen, antara lain dilakukan melalui

penilaian terhadap komponen – komponen sebagai berikut :

 Manajemen umum
18

 Penerapan system manajemen resiko, dan

 Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen

kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya.

d. Rentabilitas ( earnings )

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor rentabilitas

antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen – komponen

sebagai berikut :

 Pengembalian atas aktiva ( return on assets – ROA )

 Pengembalian atas ekuitas ( return equity – ROE )

 Margin bunga bersih ( net interest margins – NIM )

 Biaya operasional terhadap pendapatan operasional ( BOPO )

 Pertumbuhan laba operasional terhadap komponen – komponen onal

 Komposisi prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan

biaya, dan

 Prospek laba operasional

e. Likuiditas ( liquidity )

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor likuditas antara

lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen – komponen

sebagai berikut :

 Aktiva liquid kurang dari satu bulan dibandingkan passiva liquid

kurang dari satu bulan


19

 1 – month maturity mismatch ratio

 Rasio pinjaman terhadap dana pihak ke tiga ( loan to deposit ratio –

LDR )

 Proyeksi arus kas 3 bulan mendatang

 Ketergantungan pada dana antarbank dan deposan inti

 Kebijakan dan pengelolaan likuiditas ( assets and liabilities

management –ALMA ) Sensitivitas terhadap resiko pasar ( sensivity

to market risk )

3. Mekanisme Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Bank Indonesia wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank

sesuai dengan PBI ini secara triwulan untuk posisi akhir maret, juni,

september, dan desember. Dalam rangka pelaksanaan pengawasan bank, BI

melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara triwulan, untuk posisi

akhir Maret, Juni, September dan Desember.

Penilaian tingkat kesehatan bank dilakukan berdasarkan hasil

pemeriksaan, laporan berkala yang disampaikan bank, dan informasi lain

yang diketahui secara umum seperti hasil penilaian oleh otoritas kesehatan

atau lembaga lain yang berwenang.

Bank Indonesia melakukan penyesuaian terhadap penilaian tingkat

kesehatan bank syariah apabila diketahui terdapat data dan informasi yang

memengaruhi kondisi bank tersebut secara signifikan pada posisi setelah


20

posisi penilaian (subsequent evens). Apabila terdapat perbedaan hasil

penilaian tingkat kesehatan bank syariah yang dilakukan oleh BI dengan hasil

penilaian tingkat kesehatan bank syariah yang dilakukan oleh bank syariah,

maka yang berlaku adalah hasil penilaian tingkat kesehatan bank yang

dilakukan oleh BI. Apabila diperlukan, BI dapat melakukan penilaian tingkat

kesehatan bank syariah di luar waktu tersebut.

4. Indikator Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Penilaian tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan

resiko dilakukan berdasarkan analisis yang kmperhensif terhadap 4 aspek

yaitu risk profile, governance, earning dan capital yang biasanya disingkat

dengan metode RGEC. Dan setiap aspek memiliki komponen-komponennya,

diantaranya sebagai berikut :

Komponen Penilaian Metode RGEC

No Faktor yang Dinilai Komponen

1. Risk Profile (Profil resiko)  Rasio pembiayaan bermasalah terhadap

total pembiayaan.

 Rasio total pembiayaan yang diberikan

terhadap dana pihak ketiga.

2. GCG (Good corporate  Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab

govergance) dewan komisaris.

 Pelaksanaan tanggung jawab dan tugas


21

direksi.

 Kelengkapan dan pelaksanaan tugas

komite-komite

 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab

Dewan Pengawas Syariah

 Pelaksanaan Prinsip syariah adalah

penghimpunan dan penyaluran dana serta

pelayanan jasa

 Penanganan benturan kepentingan

 Penerapan fungsi kepatuhan

 Penerapan fungsi audit internal

 Penerapan fungsi audit eksternal

 Batas Maksimum Penyaluran Dana

(BMPD)

 Transparansi kondisi keuangan dan non

keuangan BUS, laporan pelaksanaan GCG

serta pelaporan internal.

3. Earnings  Rasio laba sebelum pajak terhadap total

(rentabilitas/profitabiltas) aset

 Rasio pendapatan operasional terhadap

biaya operasional
22

4. Capital (permodalan) Rasio modal terhadap aset tertimbang

menurut resiko

Langkah-langkah perhitungan tingkat kesehatan bank adalah sebagai

berikut :

1) Menghitung rasio berdasarkan rumus yang telah ditetapkan

2) Melakukan pemeringkatan masing-masing rasio mulai dari NPF, FDR,

ROA, BOPO dan CAR

3) Melakukan penilaian good corporate governance

4) Menetapkan kategori kesehatan bank

5) Menetapkan peringkat komposit penilaian tingkat kesehatan bank.

Nilai komposit untuk rasio keuangan masing-masing komponen yang

menempati peringkat komposit :

a) Peringkat 1 = bernilai 5

b) Peringkat 2 = bernilai 4

c) Peringkat 3 = bernilai 3

d) Peringkat 4 = bernilai 2

e) Peringkat 5 = bernilai 1

Kriteria Tingkat Kesehatan Bank Dengan Metode RGEC


23

Bobot Peringkat Komposit Keterangan

86-100% Peringkat komposit 1 Sangat sehat

71-85% Peringkat komposit 2 Sehat

61-70% Peringkat komposit 3 Cukup sehat

41-60% Peringkat komposit 4 Kurang sehat

≤ 40% Peringkat komposit 5 Tidak sehat

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Pasal 9 No.13/ 1/ PBI/ 2011

peringkat setiap faktor yang ditetapkan Peringkat Komposit (composite

rating), sebagai berikut :

a) Peringkat Komposit 1 (PK-1), mencerminkan kondisi bank yang

secara umum sangat sehat, sehingga dinilai sangat mampu

menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi

bisnis dan faktor eksternal lainnya.

b) Peringkat Komposit 2 (PK-2), mencerminkan kondisi bank yang

secara umum sehat, sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh

negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor

eksternal lainnya.

c) Peringkat Komposit 3 (PK-3), mencerminkan kondisi bank yang

secara umum cukup sehat, sehingga dinilai cukup mampu


24

menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi

bisnis dan faktor eksternal lainnya.

d) Peringkat Komposit 4 (PK-4), mencerminkan kondisi bank yang

secara umum kurang sehat, sehingga dinilai kurang mampu

menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi

bisnis dan faktor eksternal lainnya.

e) Peringkat Komposit 5 (PK-5), mencerminkan kondisi bank yang

secara umum tidak sehat, sehingga dinilai tidak mampu menghadapi

pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan

faktor eksternal lainnya.

5. Metode RGEC

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 13/ 1/ PBI/ 2011 dan SE No. 13/

24/ DPNP tanggal 25 Oktober 2011 tentang Sistem Penilaian Tingkat

Kesehatan Bank dengan menggunakan pendekatan resiko (Risk-based Bank

Rating) baik secara individual maupun secara konsolidasi. Tata cara penilaian

ini lebih sering dikenal dengan metode RGEC yaitu singkatan dari Risk

Profile (Profil resiko), Good Corporate Governance (GCG), Earning

(rentabilitas) , dan Capital (permodalan).

1) Risk Profile

Penilaian faktor profil resiko merupakan penilaian terhadap resiko

inhern dan kualitas pennerapan manajemen risiko dalam aktivitas


25

operasional bank. Adapun dalam penelitian ini nantinya hanya akan

menggunakan 2 penilaian risiko yaitu risiko pembiayaan dan risiko

llikuiditas.

a) Resiko Pembiayaan (Default Risk)

Adalah suatu resiko akibat kegagalan atau ketidakmampuan

nasabah dalam mengembalikan pinjaman/pembiayaan yang

diterima bank sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan atau

dijadwalkan. Dapat dihitung dengan menggunakan resio Non

Performing Financing (NPF)

Matriks Kriteria Penetapan Peringkat NPF

Peringkat Keterangan Kriteria


1 Sangat Sehat NPF ≤ 2%
2 Sehat 2% - 5 %
3 Cukup Sehat 5% - 8%
4 Kurang Sehat 8% - 12%
5 Tidak Sehat ≥12%

b) Risiko Likuiditas

ketidakmampuan bank syariah untuk memenuhi kewajiban

yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas atau aset

likuid berkualitas tinggi yang dapat diangunkan, tanpa

mengganggu aktivitas, dan kondisi keuanga bank. Risiko


26

likuiditas dihitung dengan menggunkan rasio Financing to

Deposit Ratio (FDR).

Matriks Kriteria Penetapan Peringkat FDR

Peringkat Keterangan Kriteria


1 Sangat Sehat ≤ 75%
2 Sehat 75% - 85%
3 Cukup Sehat 85% - 100%
4 Kurang Sehat 100% - 120%
5 Tidak Sehat ≥ 120%

2) Good Corporate Governance

suatu tata kelola bank syariah yang menerapkan prinsip-prinsip

keterbukaan (transparansi), akuntabilitas (accountability),

pertanggungjawaban (responsibility), profesional (professional), dan

kewajaran (fairness).

3) Earning (Rentabilitas)

Penilaian rentabilitas dimaksudkan untuk menilai kemampuan bank

dalam menghasilkan laba. Penilaian kuantitatif faktor rentabilitas

dialkukan dengan melakukan penilaian terhadap komponen-

komponen sebagai berikut:

a) Return on assets (ROA), merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam menghasilkan


27

laba. Berdasarkan ketetuan PBI No. Ketentuan Bank Indonesia,

yang tercantum dalam Surat Edaran BI No. 9/24/DPbS, secara

matematis, ROA dirumuskan sebagai berikut :

Matriks Kriteria Penetapan Peringkat ROA

Peringkat Keterangan Kriteria


1 Sangat sehat ROA ≥ 1,5%
2 Sehat 1,25%-1,5%
3 Cukup sehat 0,5%-1,25%
4 Kurang sehat 0%-0,5%
5 Tidak sehat ≤ 0%

b) Biaya operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO),

adalah rasio perbandingan antara biaya operasional dan

pendapatan operasional. Secara matematis BOPO dapat

dirumuskan sebagi berikut :

Matriks Kriteria Penetapan Peringkat BOPO

Peringkat Keterangan Kriteria


1 Sangat sehat ≤ 94%
2 Sehat 94% - 95%
3 Cukup sehat 95% - 96%
4 Kurang sehat 96% - 97%
5 Tidak sehat ≥ 97%
28

4) Capital (Permodalan)

Penilaian kuantitatif faktor permodalan dilakukan dengan

menggunakan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR).

Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

Matriks Kriteria Penetapan Peringkat CAR

Peringkat Keterangan Kriteria


1 Sangat sehat ≥ 12%
2 Sehat 9% - 12 %
3 Cukup sehat 8% - 9%
4 Kurang sehat 6% - 8%
5 Tidak sehat ≤ 6%

6. Pelanggaran Aturan Kesehatan Bank

Apabila terdapat penyimpangan terhadap aturan tentang kesehatan bank,

Bank Indonesia dapat mengambil tindakan-tindakan tertentu dengan tujuan

agar bank yang bersangkutan menjadi sehat dan tidak membahayakan kinerja

perbankan secara umum. Berdasarkan Undang- Undang Nomor 10 Tahun

1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan, dalam hal suatu bank mengalami kesulitan yang membahayakan

kelangsungan usahanya, Bank Indonesia dapat melakukan tindakan agar :

a. Pemegang saham menambah modal.

b. Pemegang saham mengganti dewan komisaris dan atau direksi bank.


29

c. Bank melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain.

d. Bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alis seluruh

kewajiban.

e. Bank menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan bank

kepada pihak lain.

f. Bank menjual sebagian atau seluruh harta dan atau kewajiban bank

kepada bank atau pihak lain.

2.4 Rahasia Bank

1. Tujuan Penerapan

Dasar dari kegiatan bank adalah kepercayaan. Salah satu faktor yang

dapat mempengaruhi kadar kepercayaan masyarakat kepada bank adalah

terjamin atau tidaknya rahasia nasabah yang ada di bank. Bila kerahasian data

nasabah tidak dapat dijamin oleh bank, maka nasabah akan merasa enggan

untuk berhubungan dengan bank. Dalam usaha mewujudkan terjaminnya

rahasia tertentu dari nasabah yang berada di bank, maka ketentuan tentang

rahasia bank dicantumkan dalam undang – undang perbankan.

2. Dasar Hukum

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kadar kepercayaan

masyarakat kepada bank adalah terjamin atau tidaknya rahasia nasabah yang

ada di bank. Data nasabah yang berada di bank, baik data keuangan maupun

data non keuangan sering kali merupakan sesuatu yang tidak ingin diketahui
30

oleh pihak lain. Kerahasiaan adalah salah satu faktor kepercayaan nasabah

kepada bank.Undang-Undang No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan telah

mencantumkan aturan tentang rahasia bank.Aturan mengenai rahasia bank ini

kemudian diubah seperti tercantum dalam Undang- Undang No 10 Tahun

1998 tentang Perubahan atas Undang- Undang No 7 Tahun 1992.

Pasal 1 angka 16 UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan:

Rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan

keuangan, dan hal-hal lain dari nasabah bank yang menurut kelaziman dunia

perbankan wajib dirahasiakan.

Rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dangan

keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya.

3. Pengecualian Terhadap Rahasia Bank

Pengecualian terhadap rahasia bank meliputi :

a. Kepentingan perpajakan

Pimpinan Bank Indonesia atas permintaan Menteri Keuangan

berwenang mengeluarkan perintah tertulis kepada bank agar memberikan

keterangan dan memperlihatkan bukti – bukti tertulis serta surat – surat

mengenai keadaan keuangan nasabah penyimpan tertentu kepada pejabat

pajak.

b. Penyelesaian piutang bank yang diserahkan ke BUPLN atau PUPN


31

Pimpinan Bank Indonesia memberikan izin kepada pejabat Badan

Urusan Piutang dan Lelang Negara / Panitia Urusan Piutang Negara

untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan nasabah

debitor, dan pihak bank wajib memberikan keterangan yang diminta.

c. Kepentingan peradilan dalam perkara pidana

Pimpinan Bank Indonesia dapat memberikan izin kepada polisi,

jaksa, atau hakim untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai

simpanan tersangka atau terdakwa pada bank, dan pihak bank wajib

memberikan keterangan yang diminta.

d. Perkara perdata antara bank dengan nasabahnya

Direksi bank yang bersangkutan dapat menginformasikan kepada

pengadilan tentang keadaan keuangan nasabah yang bersangkutan dan

memberikan keterangan lain yang relevan dengan perkara tersebut. Bank

dapat menginformasikannya tanpa izin dari Pimpinan Bank Indonesia.

e. Tukar – menukar informasi antar bank

Tukar – menukar informasi antar bank antara lain guna mencegah

kredit rangkap serta mengetahui keadaan dan status dari suatu bank yang

lain. Sehingga bank dapat menilai tingkat resiko yang dihadapi, sebelum

melakukan suatu transaksi dengan nasabah atau dengan bank lain.

f. Atas permintaan, persetujuan, atau kuasa dari nasabah

Penyimpan yang dibuat secara tertulis Bank wajib memberikan

keterangan mengenai simpanan nasabah penyimpan pada bank yang


32

bersangkutan kepada pihak yang ditunjuk oleh nasabah penyimpan

tersebut atas dasar permintaan, persetujuan, atau kuasa dari nasabah

penyimpan yang dibuat secara tertulis.

g. Dalam hal nasabah penyimpan telah meninggal dunia

Bila nasabah penyimpan telah meninggal dunia, maka ahli waris

yang sah dari nasabah penyimpan yang bersangkutan berhak

memperoleh keterangan mengenai simpanan nasabah penyimpan

tersebut.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perkembangan dan jenis bank telah memainkan peran sentral dalam

perekonomian global. Beberapa jenis bank yang umum ditemui meliputi bank

komersial, bank investasi, bank sentral, bank pembangunan, dan bank swasta.

Kesehatan bank sangat penting dalam menjaga stabilitas keuangan dan kemampuan

bank untuk memenuhi kewajibannya. Pemerintah dan otoritas pengawas keuangan

memiliki peran kunci dalam memastikan kesehatan bank dan mencegah terjadinya

krisis keuangan. Rahasia bank adalah prinsip yang menjamin kerahasiaan informasi

nasabah. Bank memiliki kewajiban untuk menjaga kerahasiaan data nasabah dan

melindungi informasi keuangan yang bersifat pribadi.

Secara keseluruhan, perkembangan dan jenis bank, serta kesehatan dan

rahasia bank, merupakan aspek penting dalam menjaga integritas dan kepercayaan

terhadap sistem perbankan.

3.2 Saran
"Saya harap dalam makalah ini dapat membantu kita semua mengetahui

mengenai perkembangan bank dari awal di bentuk hingga menjadi bank besar

serta apa saja yang menjadi acuan pada sebuah dapat berkembang di suatu

negara, serta dapat mengetahui apa saja jenis bank yang ada dan bank tersebut di

berlakukan untuk hal apa saja, dan dari makalah ini juga kita dapat mengetahui

29
30

mengapa sebuah bank bisa berjalan atau melakukan operasional dengan serta apa

saja yang menjadi kendala pada sebuah bank dalam melakukan proses oprasional

nya, lalu mengetahui apa saja aturan aturan yang terkait mengenai kesehatan

pada sebuah bank serta mengetahui apa yang terjadi apabila sebuah bank tidak

menjaga kesehatan bank-nya, (apakah akan mendapat pelanggaran atau tidak

pada bank tersebut). Dan pembahasan yang terakhir ialah mengenai rahasia bank

yang dimana tujuan kegiatan bank adalah (kepercayaan) yang dimana

memberikan jaminan pada masyarakan mengenai bank tersebut, dan ada

beberapa pengecualian yang dimana pengecualian tersebut mengharuskan sebuah

bank untuk memberikan data rahasianya. Dan saya harap makalah ini juga dapat

menjadi sebuah ilmu baru bagi kita semua yang dimana kita menjadi tau

mengenai perkembangan bank, jenis bank, kesehatan bank, dan rahasia bank itu

sendiri seperti apa"


DAFTAR PUSTAKA

Amanitanovi. Kesehatan dan Rahasia Bank. Diakses 4 Oktober 2023 dari

https://staffnew.uny.ac.id/upload/132318570/pendidikan/kesehatan-dan-

rahasia-bank.pdf

Bambang Rianto Rustam, Manjemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia (Jakarta

Selatan: Penerbit Salemba, 2013), 345. Diakses pada 17 Oktober 2023.

Dhian Dayinta Pratiwi, “Pengaruh CAR, BOPO, NPF dan FDR Terhadap Return On

Asset (ROA) Bank Umum Syariah: Studi Kasus pada Bank Umum Syariah di

Indonesia Tahun 2005 – 2010”. Diakses pada 17 Oktober 2023.

Lyla Rahma Adyani, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas

(Roa): Pada Bank Umum Syariah yang terdaftar di BEI periode Desember

2005 – September 2010”. Diakses pada 17 Oktober 2023.

Ramlan Ginting et al, Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia tentang Penilaian Tingkat

Kesehatan Bank Umum (Jakarta: Bank Indonesia, 2012). Diakses pada 17

Oktober 2023.

Saraswati, Dewi dan Putra, Ardhansyah. (2020). Bank dan Lembaga Keuangan

Lainnya. Surabaya: CV Jakad Media Publishing

31

Anda mungkin juga menyukai