Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH HUKUM PERBANKAN

“PERKEMBANGAN PERBANKAN DI INDONESIA”

Dosen Pegampu: Roy Victor Karamoy S.H, M.H

Disusun oleh : Mohamad Syahrial Damulawan

NIM: 210711010037

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2023

0
Puji syukur saya limpahkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atasPertolonganNya
saya dapat menyelesaikan Makalah “Perkembangan Perbankan Di Indonesia”

dengan lancar dan tepat pada waktunya Makalah ini di susun sebagai bahan referensi
khususnya bagi mahasiswa yang ingin mendalami tentang mata kuliah hukum Perbankan
Dalam penyusunan makalah ini tentu banyak sekali kekurangan baik dari segi isi maupun

Maupun penulisan, jadi besar harapan Saya atas kritik dan saran yang bersifat

membangun dari para pembaca sehingga dapat menjadi suatu masukan untuk

kesempurnaan tugas-tugas berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Manado, 20 Maret 2023


Penyusun,

Mohamad Syahrial Damulawan

1
DAFTAR ISI

Kata pengantar......................................................................................................1

Daftar isi................................................................................................................2

Bab 1: Pendahuluan...............................................................................................3

Bab 2: Isi...............................................................................................................4

Bab 3: Analisis.....................................................................................................18

Bab 4: Kesimpulan...............................................................................................19

Daftar pustaka.......................................................................................................20

2
BAB I

PENDAHULUAN

            Perkembangan perbankan menunjukkan dinamika dalam kehidupan ekonomi.


Sebelum sampai  pada praktik-praktik yang terjadi saat ini, ada banyak permasalahan
yang terkait dengan masalah-masalah perbankan ini. Masalah utama yang muncul dalam
praktik perbankan ini adalah pengaturan sistem keuangan yang berkaitan dengan
mekanisme penentuan volume uang yang beredar dalam perekonomian. Sistem
keuangan, yang terdiri dari otoritas keuangan (financial authorities), sistem perbankan
dan sistem lembaga keuangan bukan bank, pada dasarnya merupakan tatanan dalam
perekonomian suatu Negara yang memiliki peran utama dalam menyediakan fasilitas
jasa-jasa keuangan. Fasilitas jasa tersebut diberikan oleh lembaga-lembaga keuangan,
termasuk pasar uang dan pasar modal.

Secara umum lembaga keuangan dapat dikelompokan dalam dua bentuk yaitu  lembaga
keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank. Sistem perbankan di Indonesia
dibedakan berdasarkan fungsinya yang terdiri dari Bank Sentral, Bank Umum, dan Bank
Perkreditan Rakyat (BPR). Bank Umum, dapat menghimpun dana dari masyarakat secara
langsung dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito berjangka, lalu
menyalurkan kepada masyarakat terutama dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk
lainnya. Bank umum dalam kegiatannya memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Sementara itu, Bank Perkreditan Rakyat, berdasarkan peraturan perundang-
undangan, dalam pelaksanaan kegiatannya menghimpun dana, dapat menerima tabungan
dan deposito berjangka, namun tidak diperkenankan menerima simpanan giro dan tidak
diperkenankan member jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan jenis lembaga
keuangan bukan bank dapat berupa lembaga pembiayaan, perusahaan model ventura,
perusahaan anjak piutang, perusahaan pembiayaan konsumen, perusahaan kartu kredit,
dana pensiun, pegadaian, pasar modal dan lain-lain.

Perkembangan perbankan yang semakin dinamis dan kompleks membuat otoritas


moneter berusaha membuat Arsitektur Perbankan Indonesia (API).

Dengan adanya API, diharapkan bank nasional mampu bersaing tidak hanya pada segmen
pasar domestik tetapi juga pada pasar internasional.

3
BAB II

ISI

A. Perkembangan Perbankan di Indonesia

·      Situasi perbankan Indonesia praderegulasi

Pada periode tahun 1974-1982 perekonomian Indonesia berkembang cukup baik karena
ditopang oleh ekspor migas yang cukup tinggi. Tingginya harga minyak pada saat itu
memengaruhi penerimaan dalam negeri sehingga dana pembangunan cukup tersedia
untuk menunjang kegiatan investasi. Pada saat itu masyarakat yang belum menemukan
sasaran investasi yang tepat menyimpan dana nya di bank sehingga terjadi kelebihan
likuiditas yang cukup besar. Di samping itu juga Bank Indonesia (central bank)
menyediakan kredit likuiditas dengan syarat yang mudah dan lunak untuk membiayai
pengembangan sektor yang potensial.

·      Situasi perbankan Indonesia pascarederegulasi

Perkembangan perbankan di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup pesat


beberapa tahun terakhir ini. Hal itu disebabkan oleh adanya serangkaian langkah
deregulasi di bidang perbankan. Ada beberapa deregulasi di bidang perbankan dan
moneter yang secara kronologis dapat dikemukakan sesuai urutan waktu pengumuman
kebijaksanaan deregulasi.

a. kebijaksanaan pemerintah tanggal 1 Juni 1983

Kebijaksanaan ini bertujuanuntuk menggairahkan pengerahan dana masyarakat.


Kebijaksanaan tersebut antara lain berisi penghapusan sistem pagu kredit dan mengurangi
kredit likuiditas, Bank Indonesia tidak menetapkan tingkat suku bunga deposito maupun
suku bunga pinjaman, dan kebijaksanaan moneter dengan Sertifikat Bank Indonesia
(SBI) dan penyediaan fasilitas diskonto.

b. Kebijaksanaan 27 Oktober 1988 (Pakto 88)

Latar belakang kebijaksanaan ini dilandasi oleh kebijaksanaan 1 Juni 1983 yang ternyata
mendapat penghimpunan dana untuk investasi swasta. Selanjutnya pihak swasta
berpartisipasi lebih besar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan
menciptakan iklim yang memungkinkan bank-bank beroperasi lebih efisien dan perluasan
jaringan kantor bank.

4
c. Kebijaksanaan Pemerintah 25 Maret 1989

Kebijaksanaan ini merupakan penyempurnaan Pakto 88 yang berisikan tentang


penyempurnaan pendirian BPR. Dalam kebijaksanaan baru ini usaha BPR tidak boleh
menerima simpanan dalam bentuk giro, tidak diperkenankan pindah wilayah dan
membuka kantor cabang dan tidak perlu penyesuaian modal bagi BPR baru tetapi
disesuaikan dengan kebutuhan modal. BPR yang akan meningkatkan usahanya untuk
menjadi bank umum harus mempunyai modal sebesar Rp. 10 miliar.

d. Kebijaksanaan Pemerintah 29 Januari 1990

Latar belakang kebijaksanaan ini untuk mendukung pembangunan yang makin efisien.
Untuk itu perlu disempurnakan aturan tentang Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI)
yang jumlahnya masih relatif tinggi dan menyempurnakan sistem perkreditan.

Kebijaksanaan yang diambil meliputi mengurangi secara bertahap pemberian KLBI,


KLBI diberikan secara terbatas untuk swasembada pangan (KUT), pengembangan
koperasi (kredit koperasi KUD dan anggota koperasi primer), dan peningkatan investasi
(pembiayaan pembangunan) PIR trans, KPR yang diberikan dengan maksimum sebesar
Rp. 50 juta dan jumlah kredit yang disediakan minimum 20% disalurkan untuk usaha
kecil dan kegiatan koperatif yang produktif.

e. Paket Kebijakan Pemerintah Februari 1991

Inti kebijaksanaan ini meliputi beberapa aspek penting yang terdiri dari :

1. penyempurnaan persyaratan perizinan, kepemilikan dan kepengurusan bank, yang


meliputi beberapa aspek antara lain pemilik dan pengelola bank harus memenuhi
persyaratan tertentu sesuai dengan fungsinya untuk melindungi kepentingan masyarakat
sehingga kesehatan sebuah bank harus diupayakan secara kontinuitas sejak berdiri,
pembukaan kantor cabang atau perwakilan dan penyertaan bank di luar negeri, pendirian
kantor bank, dan persyaratan pembukaan kantor BPR dan merger.

2. Ketentuan yang berkaitan dengan prinsip kehati-hatian (prudential regulation) yang


meliputi permodalan bank, jaminan pemberian kredit, kredit untuk pembelian saham dan
pemilikan saham oleh bank, batas maksimum pemberian kredit, kredit untuk pembelian
saham dan pemilikan saham oleh bank, batas maksimum pemberian kredit (BMPK) atau
legal lending limit, dan garansi bank.

5
·      Perkembangan jumlah bank dan kantor bank

Selama periode tahun 2004-2009 jumlah bank dan kantor bank termasuk bank
perkreditan rakyat mengalami peningkatan yang sangat pesat. Selama 6 tahun jumlah
bank mengalami pertumbuhan sebesar 92,48% atau menurun rata-rata -7,52% setiap
tahun. Dalam tahun 2004 terdapat 133 bank, turun menjadi 123 pada tahun 2009. Selain
itu selama 6 tahun terakhir jumlah kantor bank mengalami pertumbuhan 157,456% atau
meningkat rata-rata setiap tahun 57,45% yaitu dari 7.939 kantor bank pada tahun 2004
menjadi 12.500 kantor bank pada tahun 2009.

·      Perkembangan dana dan kredit bank

Dalam periode 2004-2009 tingkat pertumbuhan dana bank yang dihimpun dari
masyarakat jika dilihat menurut kelompok bank, dan jenis mata uang, maka tahun 2004
bank umum swasta nasional devisa berhasil menghimpun dana lebih besar. Pada periode
yang sama jumlah kredit bank yang berhasil dikucurkan dari sector ekonomi paling besar
didonimasi oleh sektor industry, diikuti sektor jasa, dan yang terakhir adalah sektor
pertanian.

B. Sistem Perbankan di Indonesia

Bank-bank yang beroperasi di Indonesia saat ini pada dasarnya dikelompokkan ke dalam
Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Sedangkan Bank Indonesia berfungsi
sebagai bank sentral. Namun demikian, sejalan dengan terjadinya perubahan dalam
sistem keuangan terutama yang terkait dengan kelembagaan perbankan sebagai dampak
dikeluarkannya undang-undang di bidang keuangan dan perbankan.

Definisi Bank (menurut UU No.10 Tahun1998)

Badan usaha yang  kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit guna meningkatkan
taraf hidup masyarakat.

6
Pengelompokan Bank Umum

1. Aspek Fungsi

a. Bank Sentral, adalah bank yang merupakan badan hukum milik Negara yang tugas
pokoknya membantu pemerintah, contoh : Bank Indonesia

b. Bank Umum, adalah bank yang sumber utama dananya berasal dari simpanan pihak
ketiga, serta pemberian kredit jangka pendek dalam penyaluran dana, contoh : BNI, BRI,
dll

c. Bank Pembangunan, adalah bank yang dalam pengumpulan dananya berasal dari
penerimaan simpanan deposito serta commercial paper, contoh : Bank Jatim, Bank DKI,
dll.

d. Bank Desa, adalah kantor bank di suatu desa yang tugas utamanya adalah
melaksanakan fungsi perkreditan dan penghimpunan dana dalam rangka program
pemerintah memajukan pembangunan desa.

e. BPR, adalah kantor bank di kota kecamatan yang merupakan unsur penghimpun dana
masyarakat maupun menyalurkan dana nya di sektor pertanian dan pedesaan.

2. Status Kepemilikan

a. Bank Milik Negara, adalah bank yang seluruh modalnya berasal dari kekayaan Negara
yang dipisahkan dan pendiriannya di bawah UU tersendiri, contoh : BNI, BRI, BTN

b. Bank Milik Swasta Nasional, adalah bank milik swasta yang didirikan dalam bentuk
perseroan terbatas, di mana seluruh sahamnya dimiliki oleh WNI dan/ atau badan-badan
hukum di Indonesia, contoh : BCA, Bank Mega, Bank Danamon.

c. Bank Swasta Asing, adalah bank yang didirikan dalam bentuk cabang bank yang sudah
ada di luar negeri atau dalam bentuk campuran antara bank asing dengan bank nasional
yang sudah ada di Indonesia. Bank asing ini hanya diperkenankan menjalankan
operasinya di lima kota besar di Indonesia, contoh : Citibank, HSBC.

7
d. Bank Pembangunan Daerah, adalah bank yang pendiriannya berdasarkan peraturan
daerah propinsi dan sebagian besar sahamnya dimiliki oleh pemerintah kota dan
pemerintah kabupaten, di wilayah yang bersangkutan, dan modalnya merupakan harta
kekayaan pemerintah daerah yang dipisahkan, contoh : Bank Jatim.

e. Bank Campuran, adalah bank yang sebagian sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan
pihak swasta nasional, contoh : Bank UOB Buana, ANZ Panin Bank.

3. Kegiatan Operasional

a.  Bank Devisa, adalah bank yang mempunyai hak dan wewenang yang diberikan oleh
Bank Indonesia untuk melakukan transaksi valuta asing dan lalu lintas devisa serta
hubungan koresponden dengan bank asing di luar negeri, contoh : BCA, Bank Mega,
Bank Bukopin.

b. Bank Nondevisa, adalah bank yang operasionalnya hanya melaksanakan transaksi di


dalam negeri, tidak melakukan transaksi valuta asing, dan tidak melakukan hubungan
dengan bank asing di luar negeri.

4. Penciptaan Uang Giral

a. Bank Primer, adalah bank yang dalam kegiatan operasionalnya tidak sekedar
menghimpun dan menyalurkan dana nya, tetapi juga melaksanakan semua transaksi yang
berhubungan langsung dengan kas.

b. Bank Sekunder, adalah bank yang kegiatan operasionalnya hanya sekedar


melaksanakan transaksi kas secara langsung.

5. Sistem Organisasi

a. Unit Banking System, adalah bank yang kegiatan operasionalnya hanya mempunyai
satu kantor saja dan melayani masyarakat di sekitar wilayah itu. Contoh : BPR baik
konvensional maupun syariah.

b. Branch Banking Syistem, adalah bank yang kegiatan operasionalnya di beberapa


wilayah dan memiliki beberapa kantor cabang, di mana sistem organisasi, keuangan, dan
sumber daya manusia terkait dengan kantor pusat. Contoh : Bank Danamon, Bank Mega,
Bank BCA.

8
Fungsi Bank

Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan. Misalnya adalah :

a. Agent of Trust

Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan, baik dalam hal penghimpunan dana
maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila
dilandasi adanya unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan
disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut,
dan pada saat yang telah dijanjikan simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari bank.

b. Agent of development

Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan sektor riil tidak dapat
dipisahkan. Sektor riil tidak akan dapat bekerja dengan baik apabila sektor moneter tidak
bekerja dengan baik. Kegiatan bank berupa penghimpunan dan penyaluran dana sangat
diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian sektor riil. Kegiatan bank tersebut
dapat mendorong masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta
kegiatan konsumsi barang dan jasa. Dan kelancaran kegiatan investasi-distribusi-
konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyarakat.

c. Agent of Service

Bank memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa yang
ditawarkan bank ini erat kaitanya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara
umum. Berupa jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan
bank, dan penyelesaian tagihan.

9
C. LEMBAGA KEUANGAN

Lembaga keuangan adalah semua badan yang kegiatannya bidang keuangan, melakukan
penghimpunan, dan penyaluran dana kepada masyarakat, terutama guna membiayai
investasi perusahaan. Definisi lain mengatakan lembaga keuangan adalah suatu lembaga
yang melancarkan pertukaran barang dan jasa dengan penggunaaan uang atau kredit dan
membantu menyalurkan tabungan sebagian masyarakat kepada sebagian masyarakat yang
membutuhkan pembiayaan dana  untuk investasi.

Lembaga keuangan terutama memberikan kredit dan menanamkankan dananya pada


surat-surat berharga. Di samping itu, lembaga keuangan menawarkan secara luas
berbagai jenis jasa keuangan antara lain: simpanan, kredit, proteksi asuransi, program
pensiun, penyediaan mekanisme pembayaran, dan mekanisme transfer dana. Lembaga
keuangan merupakan bagian dari sistem keuangan dalam ekonomi modern yang melayani
masyarakat pemakai jasa-jasa keuangan. Sering lembaga keuangan disebut sebagai
lembaga intermediasi keuangan (financial intermediary) karena fungsi pokoknya
melakukan intermediasi antara defisit unit dengan surplus unit.

Dari pengertian diatas maka dapat dikatakan bahwa fungsi lembaga keuangan adalah
sebagai lembaga yang menjembatani kepentingan kelompok masyarakat yang kelebihan
dana (idle funds) yang umumnya disebut juga saver unit dengan kelompok yang
membutuhkan dana atau kekurangan dana (borrower unit).

Pengelompokan Lembaga Keuangan

Seperti yang kita ketahui bahwa lembaga keuangan (LK) dapat dikelompokkan menjadi
lembaga keuangan bank (LKB) dan lembaga keuangan bukan bank (LKBB). Lembaga
keuangan bank terdiri dari bank sentral, bank umum, bank perkreditan rakyat (BPR), dan
bank campuran, sedangkan lembaga keuangan bukan bank dapat dikelompokkan menjadi
lembaga pembiayaan dan investasi serta penjualan surat-surat berharga (development
finance corporation and investment finance corporation) dan lembaga keuangan lainnya.
Lembaga pembiayaan dan investasi serta penjualan surat-surat berharga terdiri dari
leasing, modal ventura, anjak piutang, dan pasar modal. Sedangkan lembaga keuangan
lainnya terdiri dari pegadaian, asuransi, dan dana pensiun.

Ada beberapa perbedaan dan persamaan antara kedua bank ini, seperti perbedaan LKB
dan LKBB dari sisi kewajiban financial LKB dan LKBB,  yaitu kewajiban LKB dapat
berupa uang, sedangkan kewajiban LKBB tidak dapat diklasifikasikan sebagai uang.
Sedangkan dari aspek kemampuan kedua lembaga keuangan dalam menciptakan kredit
dan uang, LKB memiliki kemampuan untuk menciptakan kredit, mengedarkan uang, dan

10
menambah jumlah uang beredar, sedangkan LKBB menyalurkan dana kepada masyarakat
melalui penyertaan modal atau membiayai investasi perusahaan. Sedangkan kesamaan
LKB dan LKBB adalah kedua lembaga keuangan ini ikut melancarkan pertukaran produk
dengan menggunakan uang dan instrument kredit dan membantu menyalurkan dana
penabung kepada pengusaha.

a)      Lembaga Keuangan Bank

1.      Bank sentral

2.      Bank Umun

3.      Bank Perkreditan Rakyat

b)      Lembaga Keuangan Bukan Bank

1.      Lembaga Pembiayaan

Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam
bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung
dari masyarakat. Bidang usaha lembaga pembiayaan, adalah sebagai berikut :

·         Leasing

·         Anjak piutang

·         Modal ventura

·         Kartu kredit

·         Pasar modal

·         Pembiayaan konsumen

11
2.      Perusahaan Perasuransian

Jenis usaha perasuransian yang diatur dalam Undang-undang  Nomor 2 tahun 1992 dapat
digolongkan sebagai berikut :

·         Usaha asuransi terdiri atas : asuransi kerugian, asuransi jiwa, dan reasuransi

·         Usaha penunjang asuransi yang terdiri atas : pialang asuransi, pialang reasuransi,
penilai kerugian, konsultan aktuaria, dan agen asuransi

3.      Dana Pensiun

Dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang
menjanjikan manfaat pensiun. Jenis dan pensiun terdiri atas Dana Pensiun Pemberi Kerja
dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan.

4.      Perusahaan efek

Perusahaan yang dapat melakukan kegiatan penjamin emisi (underwriting), perantara


pedagang efek, dan manajer insetasi.

5.      Reksa Dana

Reksa dana disebut juga investment fund atau mutual funds adalah wadah yang
dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya
diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.

6.      Pegadaian

Pegadaian merupakan lembaga yang menyalurkan pinjaman dengan pengikatan cara


gadai yang telah dikenal sejak jaman Hindia Belanda. Tugas pokok Perum Pegadaian
adalah menjembatani kebutuhan dana masyarakat dengan memberi uang pinjaman
berdasarkan hukum gadai.

Peran Lembaga Keuangan

Bank dan lembaga keuangan bukan bank mempunyai peran yang penting dalam sistem
keuangan, yaitu :

12
1.      Pengalihan Aset (asset transmutation)

Bank dan lembaga keuangan bukan bank akan memberikan pinjaman kepada pihak yang
membutuhkan dana dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati. Sumber dana
pinjaman tersebut diperoleh dari pemilik dana yaitu unit surplus yang jangka waktunya
dapat diatur sesuai dengan keinginan pemilik dana. Dalam hal ini Bank dan lembaga
keuangan bukan bank telah berperan sebagai pengalih asset yang likuid dari unit surplus
(lenders) kepada unit defisit (borrowers).

2.      Transaksi (transaction)

Bank dan lembaga keuangan bukan bank memberikan berbagai kemudahan kepada
pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi barang dan jasa. Dalam ekonomi modern,
transaksi barang dan jasa tidak terlepas dari transaksi keuangan. Transaksi keuangan
selalu diperlukan baik secara langsung dalam jual beli barang jadi, maupun dalam
transaksi jual beli bahan mentah dan setengah jadi dalam proses produksi.

3.      Likuiditas (liquidity)

Unit surplus dapat menempatkan dana yang dimilikinya dalam bentuk produk-produk
berupa giro, tabungan, deposito, dan sebagainya. Produk-produk tersebut masing-masing
memiliki tingkat likuiditas yang berbeda-beda. Untuk kepentingan likuiditas para pemilik
dana dapat menempatkan dananya sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya. Dengan
kata lain, lembaga keuangan secara bersamaan menyalurkan likuiditas kepada pihak yang
memerlukan tambahan likuiditas, dengan cara menyalurkan dana dari pihak yang
mengalami kelebihan likuiditas.

4.      Efisiensi (efficiency)

Bank dan lembaga keuangan bukan bank dapat menurunkan biaya transaksi dengan
jangkauan pelayanan. Peranan Bank dan lembaga keuangan bukan bank sebagai broker
adalah menemukan peminjam dan pengguna modaltanpa mengubah produknya.

13
D. Arsitektur Perbankan Indonesia

Pada awal januari 2004 ini, siaran pers Bank Indonesia secara resmi mengumumkan
implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia (API) di mana salah satu program API
adalah mempersyaratkan modal minimum bagi bank umum (termasuk BPD) menjadi
Rp.100 miliar selambat-lambatnya pada tahun 2011.

Arsitektur Perbankan Indonesia merupakan suatu kerangka dasar sistem perbankan


Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah, bentuk, dan tatanan industri
perbankan untuk rentang waktu 5 sampai 10 tahun ke depan.

Visi API adalah menciptakan sistem perbankan yang sehat, kuat, dan efisien guna
menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional.

Sistem perbankan yang sehat dibangun dengan permodalan yang kuat sehingga akan
mendorong kepercayaan nasabah (stakeholder) yang pada akhirnya akan mampu
memperkuat permodalan melalui pemupukan laba ditahan. Selanjutnya perbankan
nasional yang beroperasi secara efisien akan mampu meningkatkan daya saingnya
sehingga tidak hanya mampu bersaing di pasar domestik tetapi justru diharapkan produk
dan jasa perbankan yang ditawarkan bank nasional mampu bersaing di pasar
Internasional. Oleh karenanya, dalam 10-15 tahun ke depan, API menginginkan adanya 2
sampai 3 bank dengan skala bank internasional, 3 sampai 5 bank nasional, 30 sampai 50
bank yang kegiatan usahanya terfokus pada segmen usaha tertentu, dan BPR serta bank
dengan kegiatan usaha terbatas.

14
Enam Pilar API

Guna mempermudah pencapaian visi API sebagaimana diuraikan di atas maka ditetapkan
beberapa sasaran yang ingin dicapai, yaitu :

1.      Menciptakan struktur perbankan domestik yang sehat yang mampu memenuhi
kebutuhan masyarakat dan mendorong pembangunan ekonomi nasional yang
berkesinambungan.

2.      Menciptakan sistem pengaturan dan pengawasan bank yang efektif dan mengacu
pada standar internasional.

3.      Menciptakan industri perbankan yang kuat dan  memiliki daya saing yang tinggi
serta memiliki ketahanan dalam menghadapi risiko.

4.      Menciptakan good corporate governance dalam rangka memperkuat kondisi


internal perbankan nasional.

5.      Mewujudkan infrastruktur yang lengkap untuk mendukung terciptanya industri


perbankan yang sehat.

6.      Mewujudkan pemberdayaan dan perlindungan konsumen jasa perbankan.

15
Tantangan ke Depan

1.      Kapasitas Pertumbuhan Kredit Perbankan yang Masih Rendah

Kemampuan permodalan perbankan Indonesia saat ini mengindikasikan bahwa


pertumbuhan kredit yang cukup tinggi tersebut sulit dicapai jika perbankan nasional tidak
memperbaiki kondisi permodalannya.

2.      Struktur Perbankan yang Belum Optimal

Belum optimalnya struktur permodalan di Indonesia ditandai dengan terkonsentrasinya


struktur perbankan hanya pada 11 bank besar (yang menguasai 75% asset perbankan
Indonesia).

3.      Pemenuhan Kebutuhan Masyarakat Terhadap Pelayanan Perbankan yang Dinilai


oleh Masyarakat Masih Kurang

Kurangnya pemenuhan kebutuhan masyarakat atas pelayanan ditandai dengan seringnya


terdengar keluhan dari masyarakat mengenai kurangnya akses terhadap kredit dan
tingginya suku bunga kredit serta masih banyak praktik penyediaan jasa keuangan yang
informal.

4.      Pengawasan Bank yang Masih perlu Ditingkatkan

Disebabkan oleh masih terdapatnya beberapa prinsip prudensial yang belum ditetapkan
secara baik, koordinasi pengawasan yang masih perlu ditingkatkan, kemampuan SDM
pengawasan yang belum optimal, dan pelaksanaan law-enforcement pengawasan yang
belum efektif.

5.      Kapabilitas Perbankan yang Masih Lemah

Hal ini ditandai dengan kurangnya corporate governance dan core banking skills pada
sebagian besar perbankan sehingga diperlukan perbaikan yang cukup mendasar pada dua
hal tersebut.

6.      Profitabilitas dan Efisiensi Operasional Bank yang Tidak Suistainbel

Faktor tidak suistainbel-nya profitabiltas dan efisiensi karena lemahnya struktur aset
produktif bank-bank dan sebagian pendapatan perbankan berasal dari aktivitas trading
yang fluktuasi serta rendahnya rasio aset per nasabah.

16
7.      Perlindungan Nasabah yang Perlu Ditingkatkan

Perlindungan terhadap nasabah merupakan tantangan perbankan yang berpengaruh


terhadap sebagian masyarakat kita.

8.      Perkembangan Teknologi Informasi

Perkembangan teknologi informasi menyebabkan makin pesatnya perkembangan jenis


dan kompleksitas produk dan jasa bank sehingga resiko-resiko yang muncul menjadi
lebih besar dan bervariasi.

Program Kegiatan Api

1.      Program penguatan struktur perbankan nasional

Hal ini dilakukan dengan cara memperkuat permodalan bank, memperkuat daya saing
BPR, meningkatkan akses kredit.

2.      Program Peningkatan Kualitas Pengaturan Perbankan

Dalam tahap ini memformalkan proses indikasi dalam membuat kebijakan perbankan dan
juga implementasi secara bertahap 25 basel core principles for effective banking
supervision.

3.      Program Peningkatan Fungsi Pengawasan

Dalam tahap ini meningkatkan koordinasi antar lembaga pengawas, melakukan


konsilidasi sektor perbankan Bank Indonesia, meningkatkan kompetensi pemeriksa bank,
mengembangkan sistem pengawasan berbasis resiko, meningkatkan efektivitas
enforcement.

4.      Program Peningkatan Kualitas Manajemen dan Operasional Perbankan

Dalam tahap ini meningkatkan good corporate governance, meningkatkan kualitas


manajemen resiko perbankan, meningkatkan kemampuan operasional bank.

5.      Program Pengembangan Infrastruktur Perbankan

Dalam tahap ini mengembangkan biro kredit, mengoptimalkan penggunaan badan

17
pemeringkat kredit.

6.      Program Peningkatan Perlindungan Nasabah

Dalam tahap ini menyusun standar mekanisme pengaduan nasabah, membentuk lembaga
mediasi independen, menyusun transparansi informasi produk, mempromosikan edukasi
untuk konsumen.

18
Bab III

ANALISIS

Dalam pembahasan hasil analisis ini dikemukakan secara garis besar tentang definisi

keuangan negara, ruang lingkup keuangan negara, sumber keuangan negara, serta

pengurus keuangan negara dimana definisi keuangan negara secara ringkas adalah

keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan

uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan

milik Negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

dinyatakan bahwa pendekatan yang digunakan dalam merumuskan Keuangan Negara

adalah dari sisi objek, subjek, proses, dan tujuan. Dari sisi objek, yang dimaksud dengan

Keuangan Negara meliputi semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai

dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan

pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang,

maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan

hak dan kewajiban tersebut. Dari sisi subjek, yang dimaksud dengan Keuangan

Negara meliputi seluruh subjek yang memiliki/menguasai objek sebagaimana tersebut di

atas, yaitu: pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan negara/daerah, dan badan

lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara. Lalu ruang linkgup keuangan negara

19
meliputi hak negara, kewajiban negara, penerimaan negara&daerah, pengeluaran

negara&daerah,kekayaan negara&daera, serta kekayaan pihak lain dan yang terakhir

sumber keuangan negara terdapat pada pajak, retribusi, keuntungan bumn,hibah,

penjualan kekayaan, serta penerimaan bea dan cukai

20
BAB IV

KESIMPULAN

            Perbankan di Indonesia telah mengalami perkembangan mulai dari praderegulasi


sampai pascaderegulasi. Pengklasifikasian perbankan sesusai dengan jenis, kepemilikkan,
kegiatan usaha, pembentukkan uang giral serta sistem organisasi nya. Lembaga keuangan
dibagi menjadi lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank yang masing-
masing memiliki tugas dan fungsi nya sendiri-sendiri. Dan untuk menciptakan perbankan
yang sehat, kuat dan efisien maka diperlukan Arsitektur Perbankan Indonesia.

21
DAFTAR PUSTAKA

Latumaerissa, Julius R.2011.BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN


LAIN.Jakarta:Salemba Empat.

Budisantoso, Totok & Sigit Triandaru.2006.BANK DAN LEMBAGA


KEUANGAN LAIN.Jakarta :Salemba empat

http://sutomoadi.wordpress.com/2013/06/25/tugas-makalah-perkembangan-
perbankan-di-indonesia/

22

Anda mungkin juga menyukai