Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

LEMBAGA KEUANGAN BANK DAN NON BANK


Dosen Pengampu: M. Saiful Rizal, S.H., M.E.

Disusun oleh:

Mita Juwita Putri (20.23.927)

Hendri Wardana Pili (20.23.906)

SEMESTER V ESY B

YAYASAN PENDIDIKAN DAN AMAL SOSIAL AN-NADWAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AN-NADWAH

KUALA TUNGKAL
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
Rahmat dan Hidayah-Nya semata, kami dapat menyelesaikan Makalah dengan judul: ”Bank
Umum”. Salawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
para keluarga, sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya sampai hari penghabisan.

Atas bimbingan dari Dosen Lembaga Keuangan Bank dan non-Bank dan saran dari teman-
teman maka disusunlah Makalah ini, semoga dengan tersusunnya Makalah ini dapat berguna
bagi kami semua dalam memenuhi tugas dari mata kuliah Lembaga Keuangan Bank dan non-
Bank dan semoga segala yang tertuang dalam Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
maupun bagi para pembaca dalam rangka membangun khasanah keilmuan. Makalah ini disajikan
khusus dengan tujuan untuk memberi arahan dan tuntunan agar yang membaca bisa menciptakan
hal-hal yang lebih bermakna.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
dan belum sempurna. Untuk itu kami berharap akan kritik dan saran yang bersifat membangun
kepada para pembaca guna perbaikan langkah-langkah selanjutnya.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua, karena kesempurnaan hanya
milik Allah SWT semata.

Kuala Tungkal, 14 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................................3
1. Latar Belakang......................................................................................................................3
2. Rumusan Masalah.................................................................................................................4
3. Tujuan Penulisan..................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................4
PEMBAHASAN..............................................................................................................................4
1 BANK KONVENSIONAL..................................................................................................4
2 BANK SYARIAH................................................................................................................9
BAB III..........................................................................................................................................21
PENUTUP.....................................................................................................................................21
Kesimpulan................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................22
BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang terdiri dari banyak suku dan budaya. Mulai dari sabang
sampai merauke, berbeda-beda tapi tetap satu. Bahkan setiap daerah memiliki masyarakat
yang berbeda-beda pula. Banyak faktor yang memebuat mereka yang ditampung dalam satu
wadah namun memiliki berbagai macam perbedaan.
Namun kali ini yang akan dibahas adalah dari segi ekonomi. Faktor ini yang sangat
berpengaruh kepada sebuah negara. Karena apabila suatu negara lebih banyak orang yang
ekonominya ke bawah, maka negara tersebut dikatakan negara yang terbelakang alias
berkembang.
Perbankan merupakan bisa dikatan induk dari pada kegiatan ekonomi. Mengapa
demikian? Karena perbankan adalah lembaga keuangan yang berhak mengedarakn uang.
Yang dimana uang merupakan satu-satunya alat tukar untuk kegiatan ekonomi.
Modern ini, di Indonesia tak semua kalangan paham apa itu Perbankan. Yang
kebanyakan mereka tahu bahwa Perbankan hanya tempatnya uang. Mereka belum tahu
bahwa banyak produk dan jasa yang ada di Perbankan yang sebenaranya bisa digunakan
untuk kepentingan ekonomi yang dari kalangan bawah. Karena ketidaktahaun itulah yang
menyebabkan orang enggan untuk bekunjung dan enggan ingin lebih jauh memahami apa itu
Perbankan.

2. Rumusan Masalah
Ada beberapa rumusan masalah yang diangkat dalam penulisan makalah yang berjudul
“Bank Umum”, antara lain :
 Ada Berapa macam Bank Umum...?
 Apa itu Bank Konvensional dan Syariah...?
 Bagaimana perkembangan bank konvensional dan bank syariah...?
 Apa saja produk bank konvensional dan syariah...?

3. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah yang berjudul “Bank Umum”, yaitu:
 Menjelaskan pengertian dari Bank Konvensional dan Syariah
 Menjelaskan Jasa dan Produk Perbankan
 Menjelaskan perkembangan bank konvensional dan bank syariah

BAB II

PEMBAHASAN
1 BANK KONVENSIONAL
1.1 Pengertian Bank Konvensional
Bank konvensioanal adalah bank yang dalam aktifitasnya, baik dalam
penghimpunan dana maupaun penyaluran dana memberikan dan mengenakan imbalan
berupa bunga atau sejumlah imbalan dalam presentase tertentu dari danan untuk suatu
periode tertentu dan biasanya presentase tersebut ditetukan per tahun.

1.2 Perkembangan Bank Konvensional


Perekonomian Indonesia masih mengalami pasang-surut, pemerintah melakukan
kebijakan deregulasi dan debirokratisasi yang dijalankan secara bertahap pada sektor
keuangan dan perekonomian. Salah satu maksud dari kebijakan deregulasi dan
debirokratisasi adalah upaya untuk membangun suatu sistem perbankan yang sehat,
efisien, dan tangguh. Dampak dari over regulated terhadap perbankan adalah kondisi
stagnan dan hilangnya inisiatif perbankan. Hal tersebut mendorong BI melakukan
deregulasi perbankan untuk memodernisasi perbankan sesuai dengan tuntutan
masyarakat, dunia usaha, dan kehidupan ekonomi pada periode tersebut.
Memasuki tahun 1990-an, BI mengeluarkan Paket Kebijakan Februari 1991 yang
berisi ketentuan yang mewajibkan bank berhati-hati dalam pengelolaannya. Pada 1992
dikeluarkan UU Perbankan menggantikan UU No. 14/1967. Sejak saat itu, terjadi
perubahan dalam klasifikasi jenis bank, yaitu bank umum dan BPR.
UU Perbankan 1992 juga menetapkan berbagai ketentuan tentang kehati-hatian
pengelolaan bank dan pengenaan sanksi bagi pengurus bank yang melakukan tindakan
sengaja yang merugikan bank, seperti tidak melakukan pencatatan dan pelaporan yang
benar, serta pemberian kredit fiktif, dengan ancaman hukuman pidana. Selain itu, UU
Perbankan 1992 juga memberi wewenang yang luas kepada Bank Indonesia untuk
melaksanakan fungsi pengawasan terhadap perbankan.
Pada periode 1992-1993, perbankan nasional mulai menghadapi permasalahan yaitu
meningkatnya kredit macet yang menimbulkan beban kerugian pada bank dan berdampak
keengganan bank untuk melakukan ekspansi kredit. BI menetapkan suatu program khusus
untuk menangani kredit macet dan membentuk Forum Kerjasama. Selain kredit macet,
yang menjadi penyebab keengganan bank dalam melakukan ekspansi kredit adalah
karena ketatnya ketentuan dalam Pakfeb 1991 yang membebani perbankan. Hal itu
ditakutkan akan mengganggu upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Maka, dikeluarkanlah Pakmei 1993 yang melonggarkan ketentuan kehati-hatian
yang sebelumnya ditetapkan dalam Pakfeb 1991. Berikutnya, sejak 1994 perekonomian
Indonesia mengalami booming economy dengan sektor properti sebagai pilihan utama.
Keadaan itu menjadi daya tarik bagi investor asing.
Pakmei 1993 ternyata memberikan hasil pertumbuhan kredit perbankan dalam
waktu yang sangat singkat dan melewati tingkat yang dapat memberikan tekanan berat
pada upaya pengendalian moneter. Kredit perbankan dalam jumlah besar mengalir deras
ke berbagai sektor usaha, terutama properti, meski BI telah berusaha membatasi. Keadaan
ekonomi mulai memanas dan inflasi meningkat.
Perjalanan perekonomian Indonesia di tahun 2008 penuh dengan tantangan dan
kendala yang harus dihadapi, sehingga memaksa para pelaku usaha dan pengusaha dari
berbagai sektor merevisi target pendapatan, pertumbuhan dan rencana bisnis investasinya.
Pasalnya siapa yang menduga, krisis keuangan global terjadi di tahun ini dan akibatnya
dampak tersebut mulai dirasakan negara berkembang, khususnya Indonesia.
Meskipun dampak dirasakan belum separah yang dialami negara maju, dimana
sumber tsunaminya berasal. Namun ada khwatiran dari pelaku ekonomi dan pengusaha
dalam negeri. Pasalnya banyak ramalan dan analisis dari pengamat ekonomi
memperkirakan dampak dari resesi ekonomi dunia akan terasa pada tahun depan,
sehingga memaksa pemerintah harus bekerja keras memutar otak mengantisipasi dampak
lebih buruk ditahun mendatang.
Krisis ekonomi global mulai ditandai dengan runtuhnya lembaga keuangan terbesar
di dunia asal Amerika Lehman Brother, kredit macet sektor perumahan (subprime
mortgage) dan disusul kebangkrutan industri otomotifnya, seperti General Motor dan
Ford. Musibah yang menimpa di Amerika juga serentak dirasakan negara-negara maju
Eropa. Maka tak ayal, negara maju saja tidak bisa mengelak dari krisis keuangan global
dan apalagi negara berkembang seperti Indonesia.
Ternyata betul saja, dampak krisis sempat memberikan sentimen buruk bagi
lembaga keuangan bank dan non bank di Indonesia. Pasar modal dalam negeri juga
sempat terkoreksi pada level yang paling buruk dampak menularnya kejatuhan pasar
bursa di Wall Street. Terkoreksinya pasar bursa dalam negeri sempat membuat otoritas
bursa menutup (suspensi) pasar dalam waktu dua hari.

1.3 Kegiatan Bank Konvensional


3.1 Menghimpun Dana (Funding)
Menghimpun dana bisa disebut juga dengan kegiatan memebeli dana dari
masyarakat. Kegiatain menghimpun dana dikenal dengan istilah funding. Kegiatan
ini dapat dialihkan dengan menawarkan beberapa jenis simpanan. Sedangkan
simpanan sendiri sering disebut dengan nama rekening atau account. Berikut
beberapa jenis simpanan yang ada dijaman sekarang, antara lain :
1. Simpanan Giro (Demand Deposit)
Simpanan giro merupakan simpanan pada bank yang penarikannnya dapat
dilakukan dengan menggunakan cek atau bilyet giro. Kepada setiap pemegang
rekening giro akan diberikan bunga yang dikenal dengan nama jasa giro.
Besarnya jasa giro tergantung dari bank yang bersangkutan. Rekening giro
biasanya digunakan oleh para usahawan, baik perorangan maupun
perusahaannya. Bagi bank jasa giro merupakan dana murah karena bunga yang
diberikan kepada nasabah relatif lebih rendah dari bunga simpanan lainnya.
2. Simpanan Tabungan (Saving Deposit)
Simpanan tabungan merupakan simpanan pada bank yang penarikannya sesuia
dengan persyaratan yang ditetapkan oleh bank. Penarikan tabungan dilakukan
menggunakan buku tabungan, slip penarikan, kuitansi atau kartu Anjungan
Tunai Mandiri (ATM). Kepada pemegang rekening tabungan akan diberikan
bunga tabungan yang merupakan jasa atas tabungannya. Sama seperti halnya
dengan rekening giro, besarnya bunga tabungan tergantung dari bank yang
bersangkutan. Dalam praktiknya bunga tabungan lebih besar dari bunga jasa
giro.
3. Simpanan Deposito (Time Deposit)
Deposito merupakan simpanan yang memiliki jangka waktu tertentu (jatuh
tempo). Penarikannya pun dilakukan sesuai jangka waktu tersebut. Namun, saat
ini sudah ada bank yang memberikan fasilitas deposito yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat. Jenis deposito pun bergam sesuai dengan keinginan
nasabh. Dalam praktiknya jenis deposito terdiri dari deposito berjangka,
sertifikat deposito deposito on call.
3.2 Menyalurkan Dana
Lending adalah suatu kegiatan menyalukan dana atau memberikan pinjaman
kepada masyarakat dana yang tersebut berasal dari masyarakat yang menyimpan
uang di bank yang disebut juga dengan funding, pemberian / penyaluran dana yang
dilakukan oleh bank dimulai untuk pemberian kepada mayarakat yaitu dengan
memberikan pinjaman atau yang disebut dengan dana kredit ada beberapa bunga
kredit pada bank dan bunga pada bank pun tergantung seberapa besar orang
meminjam dana tersebut,
Sebelum kredit di kucurkan bank terlebih dulu menilai kelayakan kredit yang
di ajukan oleh nasabah. Kelayakan ini meliputi berbagai aspek penilaian. Penerimaan
kredit akan di kenakan bunga kredit yang besarnya yang bunganya tergantung dari
bank yang menyalurkannya. Besar kecilnya bunga kredit sangat mempengaruhi
keuntungan bank, mengingat keunttungan utama bank adalah dari selisih bunga
kredit dengan bunga simpanan
Secara umum jenis-jenis kredit yang di tawarkan meliputi:
a. Kredit Investasi,
Yaitu merupakan kredit yang diberikan kepada pengusaha yang melakukan
investasi atau penanaman modal. Biasanya kredit jenis ini memiliki jangka
waktu yang relatif panjang yaitu di atas 1(satu) tahun. Contoh jenis kredit ini
adalah kredit untuk mem-bangun pabrik atau membeh peralatan pabrik
b. Kedit Modal Kerja,
Merupakan kredit yang digunakan sebagai modal usaha. Biasanya kredit jenis ini
berjangka waktu pendek yaitu tidak.lebih dari 1 (satu) tahun. Contoh kredit ini
adalah untuk membeli bahan baku, membayar gaji karyawan dan modal kerja
lainnya.
c. Kredit Perdagangan,
Merupakan kredit yang diberikan kepada para pedagang dalam rangka
memperlancar atau memperluas atau memperbesar kegiatan perdagangannya.
Contoh jenis-kredit ini adalah kredit untuk membeli barang dagangan yang
diberikan kepada para suplier atau agen.
d. Kredit Produktif,
Merupakan kredit yang dapat berupa investasi, modal keda atau perdagangan.
Dalam arti kredit ini diberikan untuk diusahakan kembali sehingga
pengembalian kredit diharapkan dari hasil usaha yang dibiayai.
e. Kredit Konsumtif,
Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan pribadi mi¬sainya keperluan
konsumsi, baik pangan, sandang maupun pa¬pan. Contoh jenis kredit ini adalah
kredit perumahan, kredit kendaraan bermotor yang kesemuanya untuk dipakai
sendiri.
f. Kredit profesi
Merupakan kredit yang di berikan kepada kalangan profesional seperti
dosen,pengacara atau pengacara
2 BANK SYARIAH
2.1 Pengertian Bank Syariah
Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah
islam, maksudnya adalah bank yang dalam operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan
syariah islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara islam. Falsafah
dasar beroperasinya bank syariah yang menjiwai seluruh hubungan transaksinya adalah
efisiensi, keadilan dan kebersamaan. Efisiensi mengacu pada prinsip saling membantu
secara sinergis untuk memperoleh keuntungan sebesar mungkin. Keadilan mengacu pada
hubungan yang tidak di curangi, ikhlas dengan persetujuan yang matang atas proporsi
masukan dan keluarannya. Kebersamaan mengacu pada prinsip saling menawarkan
bantuan dan nasihat untuk saling meningkatkan produktivitas.

2.2 Perkembangan Bank Syariah


Bank syariah atau biasa di sebut dengan bank islam berkembang secara pesat di
dunia sejak didirikannya Islamic Development Bank (IDB) pada tahun 1975. Sejak saat
itu diperkirakan telah berkembang ratusan bank syariah di seluruh dunia, baik di Negara
islam maupun non islam. Bank syariah telah mengembangkan dananya seperti bank-bank
konvensional umumnya. Bank syariah sudah menjadi penghimpun dan penyalur dana
umat islam baik untuk kepentingan yang berkaitan dengan ibadah seperti: dana dari zakat,
infak, dan sodaqah maupun muamalah seperti: al-wadiah dan mudharabah.
Di Indonesia pembentukan bank syariah dalam system perbankan nasional
memiliki dasar yang kuat yaitu deregulasi sector perbankan sejak tahun 1983. Dalam
deregulasi ektor perbankan tersebut, lembaga keuangan bank diberikan kebebasan
termasuk dalam hal penentuan tingkat suku bunga hingga nol persen.
Deregulasi di bidang perbankan dapat di manfaatkan setlah di keluarkannya paket
oktober (pakto) 1998. Dalam pakto tersebut diperkenankan untuk mendirikan bank-bank
baru. Pada tanggal 1 november 1991 didirikan bank muamalat Indonesia sebagai bank
syariah pertama di Indonesia. Kedudukan bank tanpa perhitungan bunga ini menjadi lebih
kuat setelah dikeluarkannya undang-undang nomor 7tahun 1992tentang perbankan yang
kemudian diperbaharui dengan UU No.10 tahun 1998 tentang perbankan. Pada pasal 13
ayat (c) UU No 10 tahun 1998 dinyatakan bahwa salah satu usaha dari bank perkreditan
rakyat adalah menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi
hasilsesuai dengan ketentuan yang di tetapkan dalam peraturan pemerintah. Sedangkan
untuk ketentuan pelaksanaanya maka pada tanggal 30 oktober 1992 pemerintah
mengeluarkan peraturan pemerintah Nomor 72 tahun 1992 tentang bank berdasarkan
prinsip bagi hasil dan diundangkan pada tanggal 30 oktober 1992 dalam lembaran Negara
RI Nomor 119 tahun 1992.
Dalam peratura pemerintah tersebut secara tegas dinyatakan bahwa bank dengan
prinsip bagi hasil tidak boleh melakukan kegiatan usaha yang tidak berdasarkan prinsip
bagi hasil (memakai system bunga). Sebaliknya, bank yang kegiatan usahanya tidak
berdasarkan prinsip bagi hasil tidak diperkenankan melakukan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip bagi hasil. Hal itu secara tegas dinyatakan dalam ketentuan pasal 6
PP Nomor 72 tahun 1992.
Undang-undang No.7 tahun 1992 dan undang-undang No.10 tahun 1998
merupakan landasan hokum untuk mengembangkan perbankan syariah di Indonesia.
Pengembangan bank syariah di Indonesia dipandang penting untuk:
1. Memenuhi kebutuhan masyarakat yang menghendaki layanan jasa perbankan yang
sesuai dengan prinsip syariah
2. Meningkatkan mobilisasi dana masyarakat yang belum terserap system perbankan
yang ada
3. Meningkatkan ketahanan system perbankan nasional
4. Menyediakan sarana bagi investor internasional untuk melaksanakan pembiayaan
dan transaksi keuangan yang sesuai dengan prinsip syariah
Perkembangan bank syariah di Indonesia cukup mengembirakan. Jumlah kantor
cabang bank umum yang beroperasi dengan prinsip syariah meningkat sebanyak 11
sehingga menjadi 130 kantor bank pada tahun 2001. Secara rinci, jumlah kantor cabang
tersebut terdiri dari 37 kantor cabang bank muamalat Indonesia dan bank syariah mandiri,
12 kantor cabang syariah dari 3 bank umum konvensional yaitu bank IFI, bank BNI dan
bank jabar, serta 81 BPR syariah.

2.3 Produk dan Jasa Bank Syariah


Selain dari sisi penanaman dan penyaluran dana, Bank Syariah juga memiliki
prinsip operasional yang berkaitan dengan jasa perbankan. Pelayanan jasa yang di
tawarkan bank syariah antara lain:
1. AL-Kafalah
Pada jasa al kafalah bank memberikan garansi/jaminan atas permintaan
nasabah antara lain untuk menjamin pelaksanaan proyek dan pemenuhan kewajiban
kewajiban tertentu oleh pihak yang dijamin. Dalam hal ini, bank dapat meminta
kepada pihak yang di jamin untuk meyetorkan sejumlah dana sebagai setoran
jaminan dengan prinsip al-wadi’ah, atas pemberian bank garansi ini, bank
memperoleh sejumlah fee tertentu sebagai imbalan 1
Jadi Akad Kafalah yaitu akad pemberian jaminan (Makful alaih) yang
diberikan satu pihak kepada pihak lain sebagai pemberi jaminan (Kafiil) bertanggung
jawab atas pembayaran kembali suatu hutang yang menjadi hak penerima jaminan
(Makful).Syarat kafalah : adanya idzin dari makful anhu (orang yang di jamin).
2. AL-Hiwalah
Hiwalah, yaitu proses perpindahan tangungjawab pembayaran hutang di di
mana pihak pertama mempunyai hutang kepada pihak ketiga dan dalam waktu yang
bersamaan pihak kedua mempunyai hutang kepada pihak pertama, dan atas
persetujuan bersama pihak kedua melunasi hutang pihak pihak pertama kepada pihak
ketiga. Dalam hal ini pihak pertama adalah nasabah, secara operasional bank proses
tersebut merupakan proses transfer (kiriman uang ), dan atas pemberian jasa transfer
ini bank mendapatkan fee sebagai imbalan2
Jadi Akad Hiwalah adalah akad pemindahan piutang nasabah (Muhil) kepada
bank (Muhal’alaih) dari nasabah lain (Muhtal). Muhil meminta muhal’alaih untuk
membayarkan terlebih dahulu piutang yang timbul dari jual beli. Pada saat piutang
tersebut jatuh tempo, muhtal akan membayar kepada muhal’alaih. Muhal’alaih
memperoleh imbalan sebagai jasa pemindahan piutang.3

1
Drs.Martono,SU,Bank dan Lembaga Keuangan Lain(Ekonisia,kampus ekonomi UII,2002),Hlm 104
2
Ibid
3
Hasan Bin Ahsan Bin Muhammad Bin Salim Al-Kafi, At-Taqrirot As-Syadidah Fii Al-Masa'il Al-Mufidah (Bangil:
Duroh Al-Ilmiyah, 2012), Hlm: 32
Rukun Hiwalah : Muhil (Nasabah 1), Bank (Muhal’alaih), Nasabah 2 (Muhtal)
Hutangnya Muhil, Hutangnya Muhtal dan shigot Hiwalah.4
3. Wakalah
Akad pemberian kuasa dari pemberi kuasa (Muakkil) kepada penerima kuasa
(Wakil) untuk melaksanakan suatu tugas (Taukil) atas nama pemberi kuasa.
Jadi maksudnya yaitu mewakilkan suatu urusan kepada orang lain untuk
bertindak atas namanya. Dalam kegiatan operasional suatu bank, maka prinsip ini di
pakai oleh bank untuk menerima titipan uang atau surat yang erharga dan bank
mendapat kuasa dari yang menitipkan untuk mengelelola uang atau surat berharga
tersebut.5
4. AL-Sharf
Yaitu berhubungan dengan kegiatan pertukaran mata uang, Bank yang
mendapatkan izin sebagai pedagang valuta asing atau bank devisa dapat melakukan
prinsip jual beli mata asing dengan syarat bahwa mata uang asing yang di
perjualbelikan berbeda dan penyerahan pada saat transaksi jual beli terjadi. Bank
memperoleh keuntungan dari perbedaan nilai tukar dari mata uang yang di
perjuabelikan.6
Dari uraian di atas, prinsip prinsip kegiatan operasional dan produk-produk
bank syariah dapat di sederhanakan dalam tabel berikut:
Penghimpunan Dan Penyaluran Bank Syariah
No Nama Prinsip Jenis Produk Penerapan Pada Opersional
Bank
1 Al Wadi’ah Simpanan Giro,Tabungan, Dan Deposito
Penitiapan Barang Safe Deposit Box
2 Al Mudharabah Pembiayaan Bagi Hasil
Simpanan Tabungan,Deposito Berjangka
3 Al Musyarokah Pembiaaan Penyertaan Modal
4 Al Murabahah Mencari Keuntungan Pengadaan Barang
Jasa Bank Lainya L/C

4
Drs.Martono,SU,Bank dan Lembaga Keuangan Lain(Ekonisia,kampus ekonomi UII,2002),Hlm 105
5
ibid
6
ibid
5 Al Bai Bithman Ajil Mencari Keuntungan Pengadaan Barang
Jasa Bank Lainya L/C
6 Al Ijaroh Pembiayaan Barang Modal Leasing
7 Al Bai’u Ta’jiri Pembiayaan Barang Modal Sewa Beli
8 Al Bai Dayn Wesel Wesel Dagang,Wesel Ekspor
Tagihan Tagihan Dalam Factoring
9 Al Kafalah Pengambilan Fee Bank Garansi
10 Al Hiwalah Pengambilan Fee Transfer
11 Al Wakalah Penitipan Barang L/C
Jasa Jasa Bank Lainya
12 Al Sharf Mencari Keunntungan Jual Beli Valuta Asing
13 Al Qord Ul Hasan Dana Dari Sumber Lain Zakat,Infak Dan Shodaqoh

2.4 Penghimpunan dan Penyaluran Dana


4.1 Penghimpunan Dana
Penghimpun dana dari masyarakat oleh Bank Syariah dilaksanakan berdasarkan
prinsip-prinsip sebagai berikut:
a) Prinsip al-Wadi’ah
Al-wadi’ahdapat diartikan sebagai titipan murni dan merupakan perjanjian
yang bersifat saling percaya atau dilaksanakan atas dasar kepercayaan semata
atau merupakan perjanjian antara pemilik barang (termasuk uang) dengan
penyimpan (termasuk bank) dimana pihak penyimpan bersedia menyimpan dan
menjaga keselamatan barang yang dititipkan kepadanya.
Pihak yang menitipkan barang atau uangnya kepada pihak bank adalah pihak
nasabah, dengan demikian pihak bank harus menjaga titipan tersebut dan
mengembalikannya apabila nasabah tersebut menghendakinya. Hal ini sesuai
dengan Al-Qur’an: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya…” (QS. Annisa: 58) Dan …
sebagian kamu mempercayai sebgaian yang lain, dan hendaklah yang
dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) … (QS. Al-Baqarah : 283).
Prinsip al-wadi’ah dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:
1. Al-wadi’ah Amanah
Artinya penerimaan simpanan tidak bertanggung jawab atas
kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada aset titipannya, bila tidak
diakibatkan oleh perbuatan atau kelalaian penyimpan. Berdasarkan
ketentuan tersebut, bank syariah dapat dapat memberikan produk jasa
berupa safe deposit box, di mana pihak bank berhak mengenakan biaya atau
jasa penitip tersebut.
2. Al-wadi’ah Dhamanah
Artinya pihak penyimpan dengan atau tanpa izin pemilik barang dapat
memanfaatkan barang yang dititipkan dan bertangggung jawab atas
kerusakan atau kehilanga barang yang disimpan. Semua manfaat atau
keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan barang tersebut menjadihak
penyimpan. Dengan demikian dalam produk jasa penyimanan bank syariah
yang sesuai prinsip ini adalah berupa giro (giro wadi’ah). Fasilitas giro al
Wadiah bisa diberikan untuk tujuan keamanan dan kemudahan
pemindahbukuan dan bukan untuk tujuan investasi guna mendapatkan
keuntungan seperti halnya tabungan dan deposito. Dalam kegiatan bank
konvensional al-wadi’ah identic dengan giro.
Sifat-sifat giro wadi’ah adalah sebagai berikut:
a) Merupakan titipan murni (wadi’ah yad ad dhamanah) yang dengan
seizing penitip dapat dipergunakan oleh bank.
b) Sebagai konsekuansei dari yad ad-dhamanah (menjamin kebutuhan
dana) apabila dari pengeloaan uang tersebut bank memperoleh
keuntungan, maka keuntungan tersebut seutuhnya milik bank.
c) Merupakan salah satu cara penyimpanan dana, alat pembayaran giral
dengan menggunakan media cek, bilyet giro, dan perintah bayar
lainnya.
d) Bank atas kehendaknya sendiri, tanpa penjanjian di muka dapat
semacam bonus kepada nasabahnya.
Dewasa ini banyak boroperasi bank-bank Islam (terutama di luar negeri) yang
telah berhasil mengkombinasikan al-wadi’ah dengan penyaluran dana prinsip al-
mudharabah. Kombinasi penyimpanan dan penyaluran dana ini berarti besarnya
bonus ditentukan sepenuhnya oleh dewan direksi dari persentase keuntungan yang
dihasilkan oleh dana al-wadiah pada kegiatan al-mudharabah tersebut dalam suatu
periode tertentu.
Berkaitan dengan pemberian bonus ini dapat dikemukakan bahwa sebagai
kelebihan yang tidak dijanjikan maka kelebuihan tersebut merupakan kebikan. Hal
ini sejalan dengan hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah. Ia berkata,
“Rasulullah telah menghutang hewan, kemudian beliau membayar dengan hewan
yang lebih tua umurnya daripada hewan yang beliau hutang itu. Rasulullah
bersabda, orang yang paling baik di antara kamu ialah oranh yang dapat mebayar
hutangnya dengan lebih baik.”
b) Prinsip Al-Mudharabah
Al-mudharabah merupakan penjanjian antara pemilik modal (shahibul al-
mal) dengan pengusaha atau entrepreneur (mudharib). Mudharabah merupakan
hubungan berserikat antara dua pihak yaitu pemilik modaL dan pihak pemilik
keahlian atau pengalaman. Dalam perjanjian ini pemilik modal bersedia
membiayai sepenuhnya suatu proyek/usaha dan pengusaha setuju untuk
mengelola proyek tersebut dengan pembagian hasil sesuai dengan perjanjian.
Pemilik modal tidak dibenarkan ikut dalam pengelolaan usaha, tetapi
diperbolehkan membuat usulan dan melakukan pengawasan. Apabila usaha yang
dibiayai mengalami kerugian yang merupaka konsekuansi bisnis semata (bukan
karena penyelewengan) maka kerugian tersebut ditanggung secara bersama-
sama antara pemilik modal dan penerima modal. Contoh produk Bank Syariah
sesuai dengan prinsip mudharabah sebagai berikut:
1) Tabungan mudharabah merupakan simpanan pihak ketiga di bank Syariah
yang penarikannya dapat diloakukan setiap saat atau beberapa kali sesuai
dengan perjanjian. Dalam hal ini bank Syariah sebagai mudharib dan
deposan sebagai shahib al mal.
2) Bank sebagai mudharib akan membagi keuntungan kepada shahib al mal
sesuai dengan nisbah yang telah disetujui bersama. Pembagian keuntungan
dapat dilakukan setiap bulan berdasarkan saldo minimal yang mengendap
selama periode tersebut.
Sifat-sifat deposito mudharabah sebagai berikut:
1. Deposito mudharabahmerupakan simpanan pihak ketiga (perorangan atau
badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka
waktu tertentu (sesuai jatuh tempo) dengan mendapatkan imbalan bagi hasil.
2. Jumlah imbalan dibagi dalam bentuk pembagian pendapatan atas
penggunaan dana dengan proporsi sesuai kesepakatan, misalnya 70% : 30%.
Artinya 70% untuk deposan dan 30% untuk Bank Syariah.
3. Jangka waktu mudharabahmisalnya 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan.
Dasar hukum pelaksanaan prinsip Al-Mudharabah terdapat di Al-Qur’an
dan Al-Hadits. Dalam Al-Qur’an terdapat ketentuan-ketentuan yang berbunyi, “
dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebgaian karunia Allah.”
(QS. AL-Muzzamil: 20) kemudian pada surat Al-Jum’ah ayat 10 ditegaskan
“apabila telah ditunaikan ibadah sembahyang, maka bertebaranlah kamu di
muka bumi dan carilah karunia Allah Swt”.
c) Prinsip Al-Qarad ul Hasan
Selain menerima simpanan dari masyarakat dengan prinsip Al-Wadi’ah
dana Al-Mudharabah, bank syariah juga dapat menerapkan prinsip Al Qarad ul
Hasan. Prinsip ini berarti pemilik dana (masyarakat) memberikan fasilitas
dananya kepada bank (penerima dana) di mana pemilik dana atas dasar prinsip
Al qard ul Hasan dapat berupa: zakat, infaq dan sadaqah (ZIS)
4.2 Penyaluran Dana
Penyaluran dana kepada masyrakat oleh Bank Syariah berdasarkan prinsip-
prinsip sebagi berikut :
1. Al-Mudharabah
Al-Mudharabah adalah perjanjian usaha antara pemilik modal (Bank
Syariah) dan pengusaha, dimana pemilik modal menyediakan seluruh dana yang
diperlukan dan pihak pengusaha melakukan pengelolaan atas usaha. Hasil usaha
bersama ini dibagi seusai dengan kesepakatan pada waktu pemibiayaan
ditandatangani yang dituangkan dalam bentuk nisbah, misal 65% : 35%. Apabila
terjadi keruagian dan kerugian tersebut merupakan konsekuensi bisnis maka
pihak penyedia dana akan menanggung kerugian managerial skill, waktu dan
kehilangan nisbah keuntungan bagi hasil yang akan diperolehnya.
2. Al-Musyarakah
Al-Musyarak adalah suatu perjanjian kerjasama antara dua pihak atau lebih
dalam suatu usaha atau proyek, diaman masing-masing pihak berhak atas segala
keuntungan dan bertanggung jawab atas segala kerugian yang terjadi sesuai
dengan penyertaan masing-masing. Dalam hal ini, pihak bank menyediakan
sebagian dana dari pembiayaan bagi usaha, sebagian lagi disediakan oleh mitra
usaha lain. Dalam konteks ini, bank tidak hanya berperan sebagai penyedia dana
tetapi juga sebagia partner bagi usaha nasabah. Jadi bukan hubungan antara
kreditu dan debitur seperti yang terjadi di bank konvensional.
Secara spesifik bentuk kontribusi dari pihak yang bekerjasama dapat
berupa dana, barang perdagangan (trading asset), kewiraswastaan
(entrepreneurship), kepandaian (skill), kepemilikan (property), peralatan
(equipment) , atau intangible asset (seperti hak paten atau goodwill),
kepercayaan/reputasi (credit worthiness) dan barang-barang lainnya yang dapat
dinilai dengan uang. Dengan merangkum seluruh kombinasi dari bentuk
kontribusi masing-masing pihak dengan atau tanpa batasan waktu menjadikan
produk ini sangat fleksibel.
Dasar akad ini yaitu surah An-nisa ayat 21: “jika saudara-saudara itu lebih
dari satu orang, maka bersekutu dalam sepertiga itu,” dan dalam surah As-Shad
ayat 24: “dan sesungguhnya kebanyakan mereka berbuat dhalim kepada
sebagian lain kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shaleh.”
Perbedaan prinsip al-musyarakah dan al-mudharabah adalah pembiayaaan
yang dilakukan hanya sebagai, yang merupakan penyertaan dengan campur
tanga pengelola (bank) pada usaha nasabah secara sementara (ad hock) maupun
tetap. Kegiatan pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah (bagi hasil)
berdasarkan prinsip al-musyarakah berupa L/C dan joint financial.
Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek musyarakah dan
dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam
menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek. Pemilik
modal dipercaya untuk menjalankan proyek musyarakah tidak boleh melakukan
tindakan seperti:
 Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi.
 Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa ijin pemilik
modal lainnya.
 Memberi pinjaman kepada pihak lain.
 Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaan atau digantikan oleh
pihak lain.
 Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerjasama apabila:
 Menarik diri dari perserikatan
 Meninggal dunia,
 Menjadi tidak cakap hukum
 Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu proyek
harus diketahui bersama. Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan sedangkan
kerugian dibagi sesuai dengan porsi kontribusi modal.
 Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam akad. Setelah proyek
selesai nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah
disepakati untuk bank.
3. Al-Murabahah
Murabahah adalah menjual dengan harga asal atau harga pokok ditambah
dengan margin keuntungan yang disepakati. Dalam prinsip ini bank membiayai
pembelian barang yang diperlukan nasabah dengan sistem pembayaran
kemudian dalam pelaksanaannya dilakukan dengan cara bank membeli atau
memberi surat kuasa kepada nasabah untuk membelikan barang yang diperlukan
atas nama bank. Selanjutnya bank menjual barang tersebut kepada nasabah
dengan harga pokok ditambah sejumlah keuntungan atau mark-up untuk dibayar
oleh nasabah pada jangka waktu tertentu, sesuai dengan kesepakatan.
Dasar hukum pelaksanaan prinsip al-murabahah ini adalah mengacu pada
surat an-nisa ayat 29: “hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu makan
harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengna jalan berniaga yang
berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.” Dan surat al-baqarah ayat 275:
“dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” Prinsip al-
murabahah ini mirip dengan produk kredit modal kerja bank konvensional,
sehingga pembiayaan bersifat jangka pendek. Kegaitan yang dilakukan bank
syariah sesuai dengan prinsip al-murabahah misal pengadaan barang dan
penerbitan L/C.
4. Al-Bai Bithman Ajil
Al-bai bithman ajil dapat diartikan sebagai pembelian barang dengan
pembayaran cicilan dan angsuran. Prinsip ini merupakan pengembangan dari
prinsip murabahah. Jadi dalam hal ini pihak bank membiayai pembelian barang
yang diperlukan nasabah dengan sistem pembayaran angsuran. dalam
pelaksanaannya dilakukan dengan cara bank membeli atau memberi surat kuasa
kepada nasabah untuk membelikan barang yang diperlukan atas nama bank.
Selanjutnya bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga pokok
ditambah sejumlah keuntungan atau mark-up, dimana jangka waktu serta
besarnya biaya angsuran berdasarkan kesepakatan bersama antara bank dan
nasabah. Prinsip ini mirip dengan produk kredit investasi kerja bank
konvensional, sehingga pembiayaan bersifat jangka panjang.
Dasar hukum pelaksanaan prinsip ini mengacu pada al-quran surah an-
nisa ayat 29: “hai orang-orang yang beriman , janganlah kamu makan harta
sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengna jalan berniaga yang berlaku
dengan suka sama suka diantara kamu.” Sedangkan pada hadist, mengacu pada
hadist dari Suhaib ra. “bahwa Rasullullah bersabda: “tiga perkara didalamnya
terdapat keberkatan 1. Menjual dengan pembayaran secara kredit. 2.
Muqaradha(nama lain dari mudharabah). 3. Mencampur gandum dengan tepung
untuk keperluan rumah dan bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah). Bentuk
kegiatan pembiayaan ini dapat diterpkan dalam proses pengadaan barang bagi
nasabah dan pembiayaan impor dari luar negeri.
5. Al-Ijarah
Al-ijarah merupakan pembiayaan bank untuk pengadaan barang yang
ditambah keuntungan yang disepakati dengan sistem pembayaran sewa tanpa
diakhiri dengan pemilikan. Dalam ekonomi dikenal dengan leasing (sewa guna
usaha), dimana pihak bank (leaser) memberikan kesempatan kepada nasabah
atau penyewa (lessee) untuk memperoleh manfaat dari barang untuk jangka
waktu tertentu, dengan ketentuan nasabah akan membayar sejumlah uang (sewa)
pada waktu yang disepakati secara priodik. Apabila telah habis jangka waktunya,
benda atau barang yang dijadikan obtek al-ijarah tersebut tetap milik bank.
Dasar prinsip al-ijarah adalah Al-Quran surah Qasas ayat 26 :”salah satu
dari kedua gadis itu berkata “wahai bapakku ambillah ia sebagai orang yang
bekerja dengan kita karena sesunggguhnya orang yang paling baik yang kamu
ambil untuk bekerja ialah orang yang kau lagi dapat dipercaya””. Sedangkan
hadist yang menjadi dasar dari akad ini adlah dari Ibnu Umar RA : Rasul
besabda, “berikanlah upah buruh itu sebelum kering keringatnya,” dan hadist
dari Abi Said AlHudry RA : Rasul bersabda, “barang siapa mempekerjakan
pekerja, hendaklah menjelaskan upahnya.”
6. Al-Bai’u Ta’jiri
Al-Bai’u Ta’jiri merupakan pembiayaan bank untuk pengadaan barang ditambah
keuntungan yang disepakati dengan sistem pembayaran sewa yang diakhiri
dengan kepemilikan. Prinsip dari akad ini sama dengan akad sewa beli. Setelah
hasbi pembayaran sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan, maka barang al-
bai’u ta’jiri menjadi milik nasabah. Pada bank Islam yang ada di beberapa
negara prinsip al-baiu ta’jiri dikombinasikan dengan prinsip al-murabahah dan
al-bai bithman ajil yang bertujuan membiayai impor barang sesuai dengan
pesanan nasabah, kemudian disewakan kepada nasabah untuk jangka waktu
tertentu, hingga pada akhir pembayaran, barang tersebut dimiliki oleh nasabah.
Dasar hukum prinsip akad ini sama dengan prinsip akad al-ijarah.
7. Al-Bai Dayn
Al-Bai Dayn merupakan jual-beli dengan cara diskonto atas piutang atau tagihan
yangbersal dari transaksi jual-beli barang atau jasa. Dalam pelaksanaannya,
prinsip ini dilakukakn antara lain untuk pembelian : wesel dagang, wesel ekspor,
dan tagihan dalam rangka anjak piutang (factoring).

BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Bank umum terdiri dari dua sistem, konvensioanal dan syariah. Bank konvensional
adalah Bank konvensioanal adalah bank yang dalam aktifitasnya, baik dalam penghimpunan
dana maupaun penyaluran dana memberikan dan mengenakan imbalan berupa bunga atau
sejumlah imbalan dalam presentase tertentu dari danan untuk suatu periode tertentu dan
biasanya presentase tersebut ditetukan per tahun.
Sedangkan bank syariah adalah Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah islam, maksudnya adalah bank yang dalam operasinya
mengikuti ketentuan-ketentuan syariah islam, khususnya yang menyangkut tata cara
bermuamalah secara islam.
Produk bank konvensioan terdiri dari simpanan tabunagn, simpanan giro, simpanan
deposito, kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit perdagangan. Sedangakan produk
bank syariah terdiri dari al-wadiah, al-mudharabah, al-musyarakah, al-murabahah dan al-
ijarah.

DAFTAR PUSTAKA
Kasmir, Dr, 2012, Bank dan Lembaga Keuangan, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Kasmir, Dr, 2015, Dasar-dasar Perbankan, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Martono, SU, Drs, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Ekonisia, Yoguakarta.

Anda mungkin juga menyukai