OLEH :
YAYUK DESRIANI
NIM. 226601368
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang " Pengaruh Bank
Dunia Dan Permasalahan Perbankan Indonesia”. Tidak lupa juga kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam
penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu,
kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER ...................................................................................................................... i
iii
BAB I
PENDAHULUAN
terhadap perekonomian suatu negara bukan berarti bank tidak mempunyai kendala
ataupun masalah. Salah satu masalah yang dihadapi perbankan adalah masalah
kinerja bank. Kinerja merupakan salah satu faktor penting yang menunjukkan
efektifitas dan efisiensi suatu organisasi dalam memanfaatkan sumber daya yang
dimiliki untuk mencapai tujuannya. Kinerja bank yang sehat sangat diperlukan
struktural dari waktu ke waktu. Dimulai pada tahun 1980, tidak adanya Undang
Undang yang mengatur jelas mengenai perbankan. Hanya bank pemerintah yang
menanamkan kekayaannya.
hukum mengenai perbankan dalam Undang Undang No.7 tahun 1992. Kepercayaan
masyarakat terhadap bank mulai semakin meningkat, sudah timbul atau didirikan
bank swasta dan terbentuknya sistem penilaian kesehatan bank. Setelah tahun 1990,
1
di sebabkan banyaknya kredit macet, likuiditas bank yang semakin rendah dan
peraturan mengenai tingkat kesehatan bank sulit untuk di terapkan, hal yangpaling
menonjol adalah kecukupan modal yang dimiliki oleh bank tersebut. Untuk
di bentuk pada tanggal 9 Januari 2004. Visi API adalah menciptakan sistem
perbankan yang sehat, kuat, dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem
bersumber dari dalam dan luar perusahaan. Sumber pendanaan yang berasal dari
luar (external fund) menjadikan lembaga keuangan bank ini memiliki hutang yang
harus di bayar baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, seperti
membayar pajak, menggaji karyawan, memberikan bagi hasil kepada nasabah, dan
memberikan dividen kepada investor. Oleh karena itu, lembaga keuangan bank
kinerja perbankan di Indonesia terjadi di tahun 2003, ketika Bank Indonesia (BI)
kinerja bank yaitu masalah kredit macet dan masalah permodalan. Selain itu juga
pada tahun 2004 Bank Indonesia menutup PT Bank Dagang Bali karena
2
permasalahan likuiditas dan permodalan banknya yang tidak dapat diselesaikan.
Kondisi perekonomian baik dalam negeri maupun luar negeri sangat mempengaruhi
kondisi perbankan di Indonesia. Tahun 2008, menjadi awan kelabu bagi bank
Century yang dilaporkan mengalami masalah likuiditas yang serius dan manajemen
dapat disimpulkan bahwa kinerja bank-bank tersebut tidak dapat efektif dalam
pasar uang internasional. Likuiditas yang tidak merata dari pelaku pasar perbankan
global terhadap sektor riil jelas akan meningkatkan potensi resiko kredit di sektor
riil yang berbasis ekspor dan impor, sektor komoditas alam dan energi, dan
perbankan. Akibatnya bank juga akan menahan ekspansi kredit dan akan lebih
selektif dalam menyalurkan kredit ditengah kondisi likuiditas yang relatif lebih
(berupa surat-surat berharga) yang dimiliki bank yang harus divaluasi secara
3
untuk menaikkan cadangan aset produktif bermasalah. Lebih jauh lagi, disamping
dan kerugian surat berharga ini, CAR bank juga akan tertekan akibat meningkatnya
dan stabil hal ini ditunjukkan oleh indikator-indikator umum perbankan tahun 2008
seperti CAR masih di level 16,7%, NPL masih relatif rendah pada level 3,3%, ROA
masih relatif stabil pada level 2,7% dan LDR pada tingkat 77,5%. Penting bagi bank
kelebihan dana yang dimiliki pada bank. Menurut Taswan (2010), semakin besar
salah satu indikator yang tepat untuk mengukur kinerja perusahaan(Suryani, 2011),
karena kemampuan perusahaan menghasilkan laba dapat menjadi tolok ukur kinerja
dalam satu periode (Munawir, 2010:33). Nilai profitabilitas sebagai tolak ukur
4
manajemen bank. ROA adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
dimiliki perbankan sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat. Tujuan
layanan jasa keuangan kepada masyarakat. Return on Assets (ROA) digunakan oleh
Keunggulan lain yang didapat dari pengukuran kinerja dengan ROA adalah
perhitungan ROA sangat mudah dihitung dan dipahami. ROA juga merupakan
denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit organisasi yang bertanggung
yang terutama dinilai dalam penentuan tingkat kesehatan bank dan salah satu
indikator yang umum digunakan dalam pengukuran laba perbankan adalah rasio
nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang dananya sebagian besar
berasal dari simpanan masyarakat sehingga ROA lebih mewakili dalam mengukur
5
manajemen bank mengubah assets menjadi earnings, sehingga dapat melihat
Menurut Suad dan Enny (2012), Return On Asset (ROA) digunakan untuk
dilihat dari sudut pandang profitabilitas dan kesempatan investasi. Return On Asset
bank juga digunakan untuk mengetahui hubungan antara organisasi dan kinerja
persaingan yang semakin ketat dapat diformulasikan. Menurut Surat Edaran Bank
Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, ROA diukur dari perbandingan
antara laba sebelum pajak terhadap total aset (total aktiva ). Bank Indonesia selaku
bank yang diukur dengan aset yang perolehan dananya sebagian besar berasal dari
Return On Assets (ROA) minimal sebesar 1,5 %, agar bank tersebut dapat dikatakan
Penelitian tentang NPL, CAR, LDR dan ROA telah dilakukan oleh beberapa
al. (2011), Putri (2013), Paramitha et, al. (2014), Cai dan Huang (2014), Prasetyo
Namun disamping itu, kredit juga merupakan jenis kegiatan menanamkan dana
yang sering menjadi penyebab utama bank menghadapi masalah kredit, karena
6
seandainya kredit tidak dikelola dengan baik maka akan menjadi kredit bermasalah
(Non Performing Loan/NPL). Kredit bermasalah atau kredit macet adalah kredit
yang di dalamnya terdapat hambatan yang disediakan oleh dua unsur yakni dari
pihak perbankan dalam menganalisis maupun dari pihak nasabah yang dengan
(Widaningsih, 2012:18). Penelitian tentang NPL ini telah dilakukan oleh beberapa
NPL berpengaruh terhadap ROA. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Nisar (2015), Paramitha et al.(2014), Cai dan Huang (2014),
Rasio kecukupan modal yang sering disebut dengan Capital Adequacy Ratio
operasionalnya (Idroes, 2011). CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur
kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aset yang mengandung atau
menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan (Eng, 2013). Penelitian terkait
dengan CAR terlah dilakukan oleh Nisar (2015), dan Putri (2013) yang menyatakan
bahwa rasio CAR berpengaruh terhadap ROA. Semakin besar Capital Adequacy
Ratio (CAR) maka laba yang diperoleh bank akan semakin besar karena semakin
besar CAR maka semakin tinggi kemampuan permodalan bank dalam menjaga
7
tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Widiya Ningsih ( 2016 ) yang
yang memiliki total asset besar, mempunyai kesempatan untuk menyalurkan kreditnya
kepada pihak peminjam yang lebih besar, sehingga memperoleh keuntungan yang
diharapkan. Loan to Deposit Ratio yang selanjutnya disingkat LDR adalah rasio kredit
yang diberikan kepada pihak ketiga dalam Rupiah dan valuta asing, tidak termasuk
kredit kepada Bank lain, terhadap DPK yang mencakup giro, tabungan, dan deposito
dalam Rupiah dan valuta asing, tidak termasuk dana antar Bank. LDR Target adalah
kisaran rasio LDR yang dibatasi oleh batas bawah dan batas atas yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia dalam rangka perhitungan GWM LDR. Besarnya LDR akan
berpengaruh terhadap laba melalui penciptaan kredit, LDR yang tinggi akan
2010:57). Jika bank dapat menyalurkan seluruh dana yang dihimpun maka perusahaan
maka bank juga akan terkena risiko karena hilangnya kesempatan untuk memperoleh
keuntungan. Hasil penelitian terkait LDR terhadap ROA telah dilakukan oleh Prasetyo
dan Darmayanti (2015), dan Agustiningrum (2013) yang menyatakan bahwa Rasio
LDR pengaruh terhadap ROA. Namun demikian hasil penelitian ini tidak sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Paramita (2014) yang menyatakan bahwa variabel LDR
8
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan suatu pokok masalah yang
9
BAB II
PEMBAHASAN
World Bank atau Bank Dunia adalah organisasi internasional yang didirikan
dengan salah satu tujuannya yaitu mengentaskan kemiskinan dan memajukan negara
berkembang. Sama halnya dengan fungsi bank pada umumnya, bank dunia berwenang
Pengertian dari Bank Dunia adalah lembaga keuangan internasional yang memiliki
Salah satu kriteria Bank Dunia adalah berupa pemberian beberapa dukungan, mulai dari
Dimulainya sejarah Bank Dunia adalah pada 1 April 1944, ketika sebuah konferensi besar
improvisasi diadakan di Amerika Serikat, atau lebih tepatnya di Bretton Woods, New
Hampshire.
Lembaga ini kemudian disebut sebagai pemilik Bank Dunia atau World Bank.
Kriteria Bank Dunia adalah menyediakan sarana atau dukungan keuangan kepada
Internasional atau proses adopsi dari perjanjian Internasional yang mana diadakan
10
koferensi inilah menghasilkan keputusan yang akhirnya mendasari sejarah berdirinya
Bank Dunia yang saat ini bermarkas di Washington, DC, Amerika Serikat. Dalam
konferensi ini diikuti oleh delegasi 44 negara, namun yang paling berperan dalam
masyarakat agar dapat membantu dirinya sendiri dan lingkungan yang dapat
menetapkan dua tujuan bagi dunia untuk dicapai tahun 2030 yaitu: mengakhiri
kemiskinan ekstrim dengan mengurangi persentase orang yang hidup dengan kurang
dari US$ 1,90 sehari sampai tidak lebih dari 3% dan mempromosikan kemakmuran
bersama dengan mendorong pertumbuhan pendapatan dari bawah 40% untuk setiap
negara.
Bank Dunia merupakan sumber dana pembangunan terbesar saat ini dalam
negara anggota yang bergabung dalam Bank Dunia mencapai 184 negara dengan
lebih dari 100 buah kantor perwakilan. Bank dunia telah menetapkan target dalam
negara yang berdampak besar terjadinya krisis sehingga bank Dunia berupaya untuk
memberikan bantuan agar Indonesia dapat terlepas dari krisis ekonomi yang terjadi.
Dampak krisis ekonomi ini disebabkan karena banyak negara di dunia, terutama
11
kemiskinan dan defisit perdagangan, serta pertumbuhan ekonomi yang tidak
Indonesia.
Keberadaan Bank Dunia sejak tahun 1944 telah mengambil banyak peran
Negara- negara akibat dari korban perang dunia kedua, berbagai proyek mulai dari
lingkungan hidup. Dalam mewujudkan tujuannya Bank Dunia ini melalui sebuah
bantuan pinjaman dana, Bank Dunia sangat memperhatikan dalam menyalurkan dana
lunak (soft loan), yaitu dengan bunga ringan dan tenggang pembayaran yang lama
yaitu 20 tahun atau kurang dengan masa tenggang hingga lima tahun.
Jika dilihat secara global, bantuan dana dari Bank Dunia kepada masing- masing Negara
peminjam telah menjadi penyangga, sehingga perekonomian dunia menjadi lebih stabil dan
terkendali. Hal ini juga tentu sesuai dengan tujuan keberadaan dari Bank Dunia sendiri, dimana
Negara-negara berkembang dapat memiliki sedikit harapan untuk menyusul atau setidaknya
menyamai perekonomian di Negara-negara maju. Kehadiran Bank Dunia di Indonesia ini sejak
tahun 1967 telah memberikan kontribusi bantuan pada Indonesia yang sangat besar dengan
bantuan syarat lunak atau dalam bentuk sumbangan dari Negara-negara maju dan
lembaga keuangan Internasional. Sejak pertama kalinya Bank Dunia hadir di Indonesia
pada tahun 1967 sampai dengan Januari 1998 total bantuan yang dicurahkan Indonesia
Millenium ini mencakup delapan komponen besar. Tujuh dari delapan tujuan
itu,khusus negara berkembang, antara lain mengurangi setengah dari total jumlah
12
orangmiskin dan kelaparan,mencukupi kebutuhan pendidikan dasar,
target MDGs. poin pertama komponen besar MDGs yang semuanya ditargetkan pada
tahun 2015. Namun,yang perlu diperhatikan saat ini adalah mengenai bagaimana
sebagai permasalahan sosial, serta bagaimana komitmen dan kerjasama yang dilakukan
insentif bagi masyarakat untuk menghadapi target MDGs yang masih tertinggal.
Beberapa program yang dihasilkan telah membantu ratusan ribu anak menerima
imunisasi, memberi solusi malnutrisi dan memastikan hampir 1 juta ibu hamil
mendapat asupan zat besi tambahan dalam program Bank Dunia yaitu kesehatan ibu
guru.Selain itu Bank Dunia juga membantu dalam hal pengetasan kemiskinan sesuai
dengan target MDGs melalui program PNPM Mandiri yang diluncurkan pemerintah
Indonesia pada tahun 2007, program ini telah menjangkau seluruh kecamatan
Indonesia dan telah menjadi bagian penting dari kehidupan ribuan masyarakat
Indonesia. Dalam program ini Bank Dunia memberikan bantuan berupa pinjaman
13
Bank Dunia maupun Negara Indonesia, keduanya sama-sama memperoleh manfaat dalam
kerjasama ini, walaupun pasti ada yang mendapat kegagalan dari bantuan tersebut. Jika
dilihat dari sudut Bank Dunia sebagai organisasi Internasional yang memberikan bantuan,
besarnya timbal balik yang diterima, baik secara langsung ataupun tidak langsung sangat
tergantung pada besar kecilnya bantuan yang diterima oleh Negara penerima (Indonesia).
Sebaliknya, Bank Dunia juga dapat merasakan dan menerima manfaat dari dana yang
diberikan kepada Negara Indonesia melalui berbagai efek positif dari bantuan tersebut,
yang secara tidak langsung dapat dilihat dari hasil dan tujuan yang akan dicapai Negara
Indonesia terhadap program pengetasan kemiskinan. Bank Dunia juga melihat Indonesia
sebagai mitra strategis bantuan pinjaman dana bagi program MDGs dengan melihat dari
kekuatan nasional Indonesia yang mempunyai unsur-unsur kekuatan yaitu letak geografi,
sini, akan kita fokuskan pembahasan pada Indonesia, untuk melihat secara khusus bagaimana
komitmen Indonesia dalam mewujudkan MDGs ini. Karena kita ketahui bersama, bahwa
kemiskinan merupakan salah satu permasalahan sosial yang sangat terlihat sekali
diIndonesia
Tujuan Bank Dunia adalah untuk menyokong rekonstruksi dan pembangunan melalui
fasilitasi penanaman modal untuk tujuan tertentu dalam suatu negara dengan jaminan dan
pinjaman.
proyek-proyek pemerintah besar dan kecil. Setelah itu, kegiatannya didasarkan pada
14
c. Lembaga di Bawah Bank Dunia
Terdapat berbagai lembaga yang dinaungi oleh Bank Dunia, berikut penjelasan
selengkapnya.
perlindungan investasi asing yang berasal dari resiko politik dalam non-komersial
negara berkembang.
IFC merupakan lembaga keuangan Bank Dunia yang memiliki fokus terhadap
kategori negara berkembang dan negara miskin. Lembaga ini didirikan pada tahun 1960
15
berpenghasilan menengah. Lembaga ini didirikan pada tahun 1944 bersama Bank
Dunia.
Fungsi Bank Dunia adalah memberikan dana pinjaman di berbagai negara yang ada di
dunia. Namun, ada beberapa peran penting dari lembaga keuangan jenis ini. Beberapa di
antaranya yaitu:
▪ CAI atau Clean Air Initiative yaitu inisiatif dari bank dunia untuk meningkatkan inovasi
Peran pertama yang dilakukan Bank Dunia terhadap negara Indonesia adalah memberikan
pinjaman dana. Pada tahun 1968 indonesia melakukan pinjaman pertama pada masa
Indonesia mengalami peningkatan ekonomi dan sejak tahun 1968. Saat ini terdapat lebih
dari 280 proyek pembangunan yang ada di Indonesia telah didanai oleh Bank Dunia.
Sampai hari ini, Indonesia sendiri masih tidak bisa hidup tanpa adanya pembiayaan dari
16
g. Kritik Terhadap Bank Dunia
Bank Dunia telah menerima banyak kritik dari berbagai organisasi non-pemerintah. Henry
Hazlitt, salah satu Kepala Ekonom Survival International, mengatakan bahwa Bank
seluruh dunia.
Kritik paling umum terhadap Bank Dunia adalah tentang struktur organisasinya. Bank
Dunia merupakan organisasi yang dapat mewakili 188 negara di seluruh dunia, namun
segala bentuk kegiatannya hanya dapat dilakukan di beberapa negara maju dengan
17
2.2 LEMBAGA PERBANKAN
Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat
Berdasarkan undang-undang, struktur perbankan di Indonesia, terdiri atas bank umum dan
BPR. Perbedaan utama bank umum dan BPR adalah tidak dapat menerima simpanan berupa
giro dan tidak dapat turut serta dalam lalu lintas pembayaran, tidak dapat melakukan kegiatan
Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas utama Bank Indonesia
tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga stabilitas sistem keuangan (perbankan dan
sistem pembayaran). Keberhasilan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas moneter tanpa
diikuti oleh stabilitas sistem keuangan, tidak akan banyak artinya dalam mendukung
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Stabilitas moneter dan stabilitas keuangan ibarat
18
dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Kebijakan moneter memiliki dampak yang
signifikan terhadap stabilitas keuangan begitu pula sebaliknya, stabilitas keuangan merupakan
pilar yang mendasari efektivitas kebijakan moneter. Sistem keuangan merupakan salah satu
alur transmisi kebijakan moneter, sehingga bila terjadi ketidakstabilan sistem keuangan maka
transmisi kebijakan moneter tidak dapat berjalan secara normal. Sebaliknya, ketidakstabilan
moneter secara fundamental akan mempengaruhi stabilitas sistem keuangan akibat tidak
efektifnya fungsi sistem keuangan. Inilah yang menjadi latar belakang mengapa stabilitas
sistem keuangan juga masih merupakan tugas dan tanggung jawab Bank Indonesia.
keuangan? Sebagai bank sentral, Bank Indonesia memiliki lima peran utama dalam menjaga
stabilitas sistem keuangan. Kelima peran utama yang mencakup kebijakan dan instrumen
Pertama, Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara lain melalui
instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka. Bank Indonesia dituntut untuk mampu
menetapkan kebijakan moneter secara tepat dan berimbang. Hal ini mengingat gangguan
stabilitas moneter memiliki dampak langsung terhadap berbagai aspek ekonomi. Kebijakan
moneter melalui penerapan suku bunga yang terlalu ketat, akan cenderung bersifat mematikan
kegiatan ekonomi. Begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, untuk menciptakan stabilitas
moneter, Bank Indonesia telah menerapkan suatu kebijakan yang disebut inflation targeting
framework.
Kedua, Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga keuangan
yang sehat, khususnya perbankan. Penciptaan kinerja lembaga perbankan seperti itu dilakukan
melalui mekanisme pengawasan dan regulasi. Seperti halnya di negara-negara lain, sektor
perbankan memiliki pangsa yang dominan dalam sistem keuangan. Oleh sebab itu, kegagalan
19
di sektor ini dapat menimbulkan ketidakstabilan keuangan dan mengganggu perekonomian.
Untuk mencegah terjadinya kegagalan tersebut, sistem pengawasan dan kebijakan perbankan
yang efektif haruslah ditegakkan. Selain itu, disiplin pasar melalui kewenangan dalam
pengawasan dan pembuat kebijakan serta penegakan hukum (law enforcement) harus
dijalankan. Bukti yang ada menunjukkan bahwa negara-negara yang menerapkan disiplin
pasar, memiliki stabilitas sistem keuangan yang kokoh. Sementara itu, upaya penegakan
hukum (law enforcement) dimaksudkan untuk melindungi perbankan dan stakeholder serta
sektor perbankan secara berkelanjutan, Bank Indonesia telah menyusun Arsitektur Perbankan
Ketiga, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran. Bila terjadi gagal bayar (failure to settle) pada salah satu peserta dalam sistem
sistem pembayaran, maka akan timbul risiko potensial yang cukup serius dan mengganggu
kelancaran sistem pembayaran. Kegagalan tersebut dapat menimbulkan risiko yang bersifat
menular (contagion risk) sehingga menimbulkan gangguan yang bersifat sistemik. Bank
Indonesia mengembangkan mekanisme dan pengaturan untuk mengurangi risiko dalam sistem
pembayaran yang cenderung semakin meningkat. Antara lain dengan menerapkan sistem
pembayaran yang bersifat real time atau dikenal dengan nama sistem RTGS (Real Time Gross
Settlement) yang dapat lebih meningkatkan keamanan dan kecepatan sistem pembayaran.
Sebagai otoritas dalam sistem pembayaran, Bank Indonesia memiliki informasi dan keahlian
Keempat, melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank Indonesia dapat mengakses
mendeteksi potensi kejutan (potential shock) yang berdampak pada stabilitas sistem keuangan.
20
Melalui riset, Bank Indonesia dapat mengembangkan instrumen dan indikator macroprudential
untuk mendeteksi kerentanan sektor keuangan. Hasil riset dan pemantauan tersebut,
selanjutnya akan menjadi rekomendasi bagi otoritas terkait dalam mengambil langkah-langkah
Kelima, Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman sistim keuangan melalui
fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort (LoLR). Fungsi LoLR merupakan peran
tradisional Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam mengelola krisis guna menghindari
likuiditas pada kondisi normal maupun krisis. Fungsi ini hanya diberikan kepada bank yang
menghadapi masalah likuiditas dan berpotensi memicu terjadinya krisis yang bersifat sistemik.
Pada kondisi normal, fungsi LoLR dapat diterapkan pada bank yang mengalami kesulitan
likuiditas temporer namun masih memiliki kemampuan untuk membayar kembali. Dalam
menjalankan fungsinya sebagai LoLR, Bank Indonesia harus menghindari terjadinya moral
hazard. Oleh karena itu, pertimbangan risiko sistemik dan persyaratan yang ketat harus
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas utama Bank
Indonesia tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga stabilitas sistem keuangan
stabilitas moneter tanpa diikuti oleh stabilitas sistem keuangan, tidak akan banyak artinya
stabilitas keuangan ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Kebijakan
moneter memiliki dampak yang signifikan terhadap stabilitas keuangan begitu pula
moneter. Sistem keuangan merupakan salah satu alur transmisi kebijakan moneter,
sehingga bila terjadi ketidakstabilan sistem keuangan maka transmisi kebijakan moneter
fundamental akan mempengaruhi stabilitas sistem keuangan akibat tidak efektifnya fungsi
sistem keuangan. Inilah yang menjadi latar belakang mengapa stabilitas sistem keuangan
22
DAFTAR PUSTAKA
https://www.ocbcnisp.com/id/article/2022/09/08/bank-dunia-adalah
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/stabilitas-sistem-keuangan/Pages/Peran-
Bank-Indonesia.aspx
https://repository.stiesia.ac.id/id/eprint/756/3/BAB%201.pdf
23