Anda di halaman 1dari 26

PENGARUH BANK DUNIA DAN

PERMASALAHAN PERBANKAN INDONESIA

Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam


Dosen Pengampuh : BAHNUR DAMAU, S.Ag.,M.S.I

OLEH :
YAYUK DESRIANI
NIM. 226601368

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI ENAM ENAM
KENDARI
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang " Pengaruh Bank

Dunia Dan Permasalahan Perbankan Indonesia”. Tidak lupa juga kami mengucapkan

terima kasih kepada semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam

penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat

dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari

penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu,

kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat

memperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga

inspirasi untuk pembaca.

Kendari, Desember 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER ...................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 9

1.3 Tujuan Masalah .................................................................................................... 9

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 10

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 22

3.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bank merupakan jantung perekonomian suatu negara, pengaruh bank

terhadap perekonomian suatu negara bukan berarti bank tidak mempunyai kendala

ataupun masalah. Salah satu masalah yang dihadapi perbankan adalah masalah

kinerja bank. Kinerja merupakan salah satu faktor penting yang menunjukkan

efektifitas dan efisiensi suatu organisasi dalam memanfaatkan sumber daya yang

dimiliki untuk mencapai tujuannya. Kinerja bank yang sehat sangat diperlukan

untuk kelancaran fungsi bank sebagai lembaga intermediary (perantara) yakni

menyalurkan dana dari pihak debitur kepada pihak kreditur.

Perbankan yang terjadi di Indonesia telah mengalami perkembangan

struktural dari waktu ke waktu. Dimulai pada tahun 1980, tidak adanya Undang

Undang yang mengatur jelas mengenai perbankan. Hanya bank pemerintah yang

di perbolehkan menyalurkan kreditnya yang disebut dengan Kredit Likuiditas Bank

Indonesia (KLBI). Prosedur yang rumit sehingga masyarakat lebih cenderung

menanamkan kekayaannya.

Perkembangan perbankan selama tahun 1990, sudah mulai adanya kepastian

hukum mengenai perbankan dalam Undang Undang No.7 tahun 1992. Kepercayaan

masyarakat terhadap bank mulai semakin meningkat, sudah timbul atau didirikan

bank swasta dan terbentuknya sistem penilaian kesehatan bank. Setelah tahun 1990,

kinerja perbankan di Indonesia mengalami penurunan, hal ini

1
di sebabkan banyaknya kredit macet, likuiditas bank yang semakin rendah dan

peraturan mengenai tingkat kesehatan bank sulit untuk di terapkan, hal yangpaling

menonjol adalah kecukupan modal yang dimiliki oleh bank tersebut. Untuk

memperbaiki kelemahan – kelemahan yang terjadi pada kinerja perbankan di

Indonesia maka terbentuklah API ( Arsitektur Perbankan Indonesia ) yang dimulai

di bentuk pada tanggal 9 Januari 2004. Visi API adalah menciptakan sistem

perbankan yang sehat, kuat, dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem

keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Pemenuhan kebutuhan dana bagi lembaga keuangan perbankan dapat

bersumber dari dalam dan luar perusahaan. Sumber pendanaan yang berasal dari

luar (external fund) menjadikan lembaga keuangan bank ini memiliki hutang yang

harus di bayar baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, seperti

membayar pajak, menggaji karyawan, memberikan bagi hasil kepada nasabah, dan

memberikan dividen kepada investor. Oleh karena itu, lembaga keuangan bank

harus menyisihkan sejumlah dananya yang menganggur (idle fund) untuk

menyelesaikan kewajiban yang harus segera di bayarkan.

Banyak bank-bank di Indonesia mengalami masalah dalam kinerjanya,

sehingga berdampak pada kepailitan atau kebangkrutan. Fenomena buruknya

kinerja perbankan di Indonesia terjadi di tahun 2003, ketika Bank Indonesia (BI)

mencabut izin PT Bank Kredit Agricole Indosuez yang disebabkan memburuknya

kinerja bank yaitu masalah kredit macet dan masalah permodalan. Selain itu juga

pada tahun 2004 Bank Indonesia menutup PT Bank Dagang Bali karena

2
permasalahan likuiditas dan permodalan banknya yang tidak dapat diselesaikan.

Kondisi perekonomian baik dalam negeri maupun luar negeri sangat mempengaruhi

kondisi perbankan di Indonesia. Tahun 2008, menjadi awan kelabu bagi bank

Century yang dilaporkan mengalami masalah likuiditas yang serius dan manajemen

Bank Century mengajukan permintaan pinjaman jangka pendek senilai Rp 1 triliun

dari Bank Indonesia, sebagai akibatnya perbankan Indonesia pun terkena

dampaknya dan terjadilah kelumpuhan sistem perbankan. Dari kasus-kasus di atas

dapat disimpulkan bahwa kinerja bank-bank tersebut tidak dapat efektif dalam

menjalankan sistem operasionalnya.

Sektor perbankan terkena dampak krisis keuangan global di tahun 2008.

Likuditas industri perbankan terlihat mengalami tekanan akibat krisis likuiditas di

pasar uang internasional. Likuiditas yang tidak merata dari pelaku pasar perbankan

telah meningkatkan informasi asimetris di pasar uang antar bank yang

mengakibatkan turunnya tingkat kepercayaan antar bank. Dampak krisis keuangan

global terhadap sektor riil jelas akan meningkatkan potensi resiko kredit di sektor

riil yang berbasis ekspor dan impor, sektor komoditas alam dan energi, dan

perbankan. Akibatnya bank juga akan menahan ekspansi kredit dan akan lebih

selektif dalam menyalurkan kredit ditengah kondisi likuiditas yang relatif lebih

ketat dibandingkan tahun 2007 lalu.

Resiko pasar juga meningkat akibat turunnya nilai aset-aset keuangan

(berupa surat-surat berharga) yang dimiliki bank yang harus divaluasi secara

marked to market ditengah anjloknya pasar keuangan. Akibatnya, kualitas aset

produktif perbankan mengalami tekanan. Tekanan ini akan mendorong perbankan

3
untuk menaikkan cadangan aset produktif bermasalah. Lebih jauh lagi, disamping

profitabilitas perbankan akan tertekan akibat peningkatan potensi kredit bermasalah

dan kerugian surat berharga ini, CAR bank juga akan tertekan akibat meningkatnya

resiko pada sisi aset Bank.

Perbankan Indonesia secara umum masih memiliki fundamental yang solid

dan stabil hal ini ditunjukkan oleh indikator-indikator umum perbankan tahun 2008

seperti CAR masih di level 16,7%, NPL masih relatif rendah pada level 3,3%, ROA

masih relatif stabil pada level 2,7% dan LDR pada tingkat 77,5%. Penting bagi bank

menjaga profitabilitasnya tetap stabil bahkan meningkat untuk memenuhi

kewajiban kepada pemegang saham, meningkatkan daya tarik investor dalam

menanamkan modal, dan meningkatkan kepercayaan masyarakat untukmenyimpan

kelebihan dana yang dimiliki pada bank. Menurut Taswan (2010), semakin besar

ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik

Faktor utama yang mempengaruhi profitabilitas bank adalah manajemen.

Seluruh manajemen suatu bank baik mencakup manajeman permodalan,

manajemen kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas dan

manajemen likuiditas pada akhirnya akan mempengaruhi dan bermuara pada

perolehan laba perusahaan perbankan (Aristya, 2010). Profitabilitas merupakan

salah satu indikator yang tepat untuk mengukur kinerja perusahaan(Suryani, 2011),

karena kemampuan perusahaan menghasilkan laba dapat menjadi tolok ukur kinerja

perusahaan. Profitabilitas merupakan kemampuan bank dalam mendapatkan laba

dalam satu periode (Munawir, 2010:33). Nilai profitabilitas sebagai tolak ukur

tingkat kesehatan bank, dan tolak ukur baik buruknya

4
manajemen bank. ROA adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba

dengan menggunakan total asset (kekayaan) yang dimiliki perusahaan setelah

disesuaikan dengan biaya-biaya yang mendanai asset tersebut (Brigham dan

Houston, 2010: 148).

ROA lebih representatif dalam mengukur profitabilitas bank, asset yang

dimiliki perbankan sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat. Tujuan

bisnis perbankan adalah memperoleh keuntungan optimal dengan cara memberikan

layanan jasa keuangan kepada masyarakat. Return on Assets (ROA) digunakan oleh

manjemen perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi

perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan ROA memiliki

keuntungan yaitu ROA merupakan pengukuran yang komprehensif dimana

seluruhnya mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dari rasio ini.

Keunggulan lain yang didapat dari pengukuran kinerja dengan ROA adalah

perhitungan ROA sangat mudah dihitung dan dipahami. ROA juga merupakan

denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit organisasi yang bertanggung

jawab terhadap profitabilitas dan unit usaha.

Menurut peraturan Bank Indonesia profitabilitas adalah salah satu unsur

yang terutama dinilai dalam penentuan tingkat kesehatan bank dan salah satu

indikator yang umum digunakan dalam pengukuran laba perbankan adalah rasio

Return On Assets (ROA) dibandingkan dengan Return On Equity (ROE) karena

nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang dananya sebagian besar

berasal dari simpanan masyarakat sehingga ROA lebih mewakili dalam mengukur

tingkat profitabilitas bank. ROA mencerminkan kemampuan

5
manajemen bank mengubah assets menjadi earnings, sehingga dapat melihat

keefektivitan manajemen bank dalam mengelola asset menjadi earnings bank.

Menurut Suad dan Enny (2012), Return On Asset (ROA) digunakan untuk

mengukur kinerja keuangan perusahaan-perusahaan multinasional khususnya jika

dilihat dari sudut pandang profitabilitas dan kesempatan investasi. Return On Asset

bank juga digunakan untuk mengetahui hubungan antara organisasi dan kinerja

keuangan bank-bank retail, sehingga strategi organisasi dalam rangka menghadapi

persaingan yang semakin ketat dapat diformulasikan. Menurut Surat Edaran Bank

Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, ROA diukur dari perbandingan

antara laba sebelum pajak terhadap total aset (total aktiva ). Bank Indonesia selaku

pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu

bank yang diukur dengan aset yang perolehan dananya sebagian besar berasal dari

simpanan masyarakat. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter menetapkan angka

Return On Assets (ROA) minimal sebesar 1,5 %, agar bank tersebut dapat dikatakan

dalam Kondisi sehat.

Penelitian tentang NPL, CAR, LDR dan ROA telah dilakukan oleh beberapa

penelitian terdahulu dengan berbagai kesimpulan yang berbeda-beda, yaitu Khan et

al. (2011), Putri (2013), Paramitha et, al. (2014), Cai dan Huang (2014), Prasetyo

dan Darmayanti (2015), Nizar (2015), Dan Widiya Ningsih (2016).

Kredit menjadi sumber pendapatan dan keuntungan bank yang terbesar.

Namun disamping itu, kredit juga merupakan jenis kegiatan menanamkan dana

yang sering menjadi penyebab utama bank menghadapi masalah kredit, karena

6
seandainya kredit tidak dikelola dengan baik maka akan menjadi kredit bermasalah

(Non Performing Loan/NPL). Kredit bermasalah atau kredit macet adalah kredit

yang di dalamnya terdapat hambatan yang disediakan oleh dua unsur yakni dari

pihak perbankan dalam menganalisis maupun dari pihak nasabah yang dengan

sengaja atau tidak sengaja dalam kewajibannya tidak melakukan pembayaran

(Widaningsih, 2012:18). Penelitian tentang NPL ini telah dilakukan oleh beberapa

peneliti terdahulu. Agustiningrum (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa

NPL berpengaruh terhadap ROA. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian

yang dilakukan oleh Nisar (2015), Paramitha et al.(2014), Cai dan Huang (2014),

Putri (2013), Prasetyo dan Darmayanti (2015).

Rasio kecukupan modal yang sering disebut dengan Capital Adequacy Ratio

(CAR) mencerminkan kemampuan bank untuk menutup risiko kerugian dari

aktivitas yang dilakukannya dan kemampuan bank dalam mendanai kegiatan

operasionalnya (Idroes, 2011). CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur

kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aset yang mengandung atau

menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan (Eng, 2013). Penelitian terkait

dengan CAR terlah dilakukan oleh Nisar (2015), dan Putri (2013) yang menyatakan

bahwa rasio CAR berpengaruh terhadap ROA. Semakin besar Capital Adequacy

Ratio (CAR) maka laba yang diperoleh bank akan semakin besar karena semakin

besar CAR maka semakin tinggi kemampuan permodalan bank dalam menjaga

kemungkinan timbulnya risiko kerugian kegiatan usahanya sehingga kinerja bank

juga akan semakin meningkat. Namun demikian hasil ini

7
tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Widiya Ningsih ( 2016 ) yang

menyatakan bahwa variabel CAR tidak berpengaruh terhadap ROA.

Sebuah perusahaan perbankan di wajibkan untuk mempertahankan

likuiditasnya serta menjamin kelancaran operasi dalam memenuhi kewajibannya. Bank

yang memiliki total asset besar, mempunyai kesempatan untuk menyalurkan kreditnya

kepada pihak peminjam yang lebih besar, sehingga memperoleh keuntungan yang

diharapkan. Loan to Deposit Ratio yang selanjutnya disingkat LDR adalah rasio kredit

yang diberikan kepada pihak ketiga dalam Rupiah dan valuta asing, tidak termasuk

kredit kepada Bank lain, terhadap DPK yang mencakup giro, tabungan, dan deposito

dalam Rupiah dan valuta asing, tidak termasuk dana antar Bank. LDR Target adalah

kisaran rasio LDR yang dibatasi oleh batas bawah dan batas atas yang ditetapkan oleh

Bank Indonesia dalam rangka perhitungan GWM LDR. Besarnya LDR akan

berpengaruh terhadap laba melalui penciptaan kredit, LDR yang tinggi akan

mengindikasikan tingginya laba melalui penyaluran kredit yang besar (Hariyani,

2010:57). Jika bank dapat menyalurkan seluruh dana yang dihimpun maka perusahaan

akan mendapat keuntungan. Sebaliknya, apabila bank tidak menyalurkan dananya

maka bank juga akan terkena risiko karena hilangnya kesempatan untuk memperoleh

keuntungan. Hasil penelitian terkait LDR terhadap ROA telah dilakukan oleh Prasetyo

dan Darmayanti (2015), dan Agustiningrum (2013) yang menyatakan bahwa Rasio

LDR pengaruh terhadap ROA. Namun demikian hasil penelitian ini tidak sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Paramita (2014) yang menyatakan bahwa variabel LDR

tidak berpengaruh terhadap ROA.

8
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan suatu pokok masalah yang

kemudian disusun dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Apa Pengertian Bank Dunia.?

2. Apa saja Pengaruh Bank Dunia bagi Negara.?

3. Apa Saja permasalahan bagi lembaga perbankan indonesia.?

1.3 Tujuan Masalah

Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah..

2. Untuk mengetahui apa saja Pengaruh Bank Dunia bagi Negara.

3. Untuk mengetahui apa saja permasalahan bagi lembaga perbankan indonesia.

9
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian World Bank

World Bank atau Bank Dunia adalah organisasi internasional yang didirikan

dengan salah satu tujuannya yaitu mengentaskan kemiskinan dan memajukan negara

berkembang. Sama halnya dengan fungsi bank pada umumnya, bank dunia berwenang

memberikan dukungan dana kepada negara yang membutuhkan.

Pengertian dari Bank Dunia adalah lembaga keuangan internasional yang memiliki

perwakilan di hampir setiap negara.

Salah satu kriteria Bank Dunia adalah berupa pemberian beberapa dukungan, mulai dari

keuangan, konsultasi, hingga penelitian bagi negara-negara berkembang untuk

mengembangkan perekonomian mereka.

a. Sejarah Bank Dunia

Dimulainya sejarah Bank Dunia adalah pada 1 April 1944, ketika sebuah konferensi besar

improvisasi diadakan di Amerika Serikat, atau lebih tepatnya di Bretton Woods, New

Hampshire.

Konferensi keuangan dan keuangan Perserikatan Bangsa-Bangsa ini kemudian

membentuk lembaga yang memainkan peran penting dalam perekonomian dunia.

Lembaga ini kemudian disebut sebagai pemilik Bank Dunia atau World Bank.

Kriteria Bank Dunia adalah menyediakan sarana atau dukungan keuangan kepada

berbagai negara yang perekonomiannya tidak sehat sehingga dapat mempengaruhi

keadaan ekonomi di sekitarnya.

Bank Dunia berdiri pada tanggal 27 Desember 1945 berdasarkan ratifikasi

Internasional atau proses adopsi dari perjanjian Internasional yang mana diadakan

sebuah konferensi pada tanggal 1 – 22 Juli 1944 di kota Bretton Woods.Dari

10
koferensi inilah menghasilkan keputusan yang akhirnya mendasari sejarah berdirinya

Bank Dunia yang saat ini bermarkas di Washington, DC, Amerika Serikat. Dalam

konferensi ini diikuti oleh delegasi 44 negara, namun yang paling berperan dalam

negoisasi pembentukannya Bank Dunia ini yaitu AS dan Inggris.

Bank Dunia mempunyai suatu visi yaitu pengembangan serta pembangunan

dalam melaksanakan MDGs dan juga mempunyai misinya mengurangi kemiskinan

secara profesional agar mencapai hasil yang berkelanjutan serta membantu

masyarakat agar dapat membantu dirinya sendiri dan lingkungan yang dapat

dicapai dengan cara menyediakan sumber daya, berbagi pengetahuan, meningkatkan

kapasitas dan kerjasama pada sektor-sektor umum dan swasta.3BankDunia

menetapkan dua tujuan bagi dunia untuk dicapai tahun 2030 yaitu: mengakhiri

kemiskinan ekstrim dengan mengurangi persentase orang yang hidup dengan kurang

dari US$ 1,90 sehari sampai tidak lebih dari 3% dan mempromosikan kemakmuran

bersama dengan mendorong pertumbuhan pendapatan dari bawah 40% untuk setiap

negara.

Bank Dunia merupakan sumber dana pembangunan terbesar saat ini dalam

bentuk pinjaman yang diberikan kepada negara-negara anggota. Jumlah negara-

negara anggota yang bergabung dalam Bank Dunia mencapai 184 negara dengan

lebih dari 100 buah kantor perwakilan. Bank dunia telah menetapkan target dalam

pemberian pinjaman dengan pertimbangan bahwa Indonesia merupakan salah satu

negara yang berdampak besar terjadinya krisis sehingga bank Dunia berupaya untuk

memberikan bantuan agar Indonesia dapat terlepas dari krisis ekonomi yang terjadi.

Dampak krisis ekonomi ini disebabkan karena banyak negara di dunia, terutama

Negara-negara di Asia mengalami dampak yang cukup besar sehingga menyulitkan

suatu negara untuk meneruskan pembangunan. Tingginya penggangguran,

11
kemiskinan dan defisit perdagangan, serta pertumbuhan ekonomi yang tidak

seimbang menjadi pertimbangan bank Dunia untuk memberikan pinjaman kepada

Indonesia.

Keberadaan Bank Dunia sejak tahun 1944 telah mengambil banyak peran

bagi perkembangan dunia Internasional. Mulai dari rekonstruksi dan rehabilitas

Negara- negara akibat dari korban perang dunia kedua, berbagai proyek mulai dari

pembangunan infastruktur seperti bidang pendidikan, pengetasan kemiskinan,

pelayanan politik, liberalisasi ekonomi dan keuangan, hingga kesehatan dan

lingkungan hidup. Dalam mewujudkan tujuannya Bank Dunia ini melalui sebuah

bantuan pinjaman dana, Bank Dunia sangat memperhatikan dalam menyalurkan dana

(utang luar negeri) ke Negara-negara berkembang dengan persyaratan yang cukup

lunak (soft loan), yaitu dengan bunga ringan dan tenggang pembayaran yang lama

yaitu 20 tahun atau kurang dengan masa tenggang hingga lima tahun.

Jika dilihat secara global, bantuan dana dari Bank Dunia kepada masing- masing Negara

peminjam telah menjadi penyangga, sehingga perekonomian dunia menjadi lebih stabil dan

terkendali. Hal ini juga tentu sesuai dengan tujuan keberadaan dari Bank Dunia sendiri, dimana

Negara-negara berkembang dapat memiliki sedikit harapan untuk menyusul atau setidaknya

menyamai perekonomian di Negara-negara maju. Kehadiran Bank Dunia di Indonesia ini sejak

tahun 1967 telah memberikan kontribusi bantuan pada Indonesia yang sangat besar dengan

bantuan syarat lunak atau dalam bentuk sumbangan dari Negara-negara maju dan

lembaga keuangan Internasional. Sejak pertama kalinya Bank Dunia hadir di Indonesia

pada tahun 1967 sampai dengan Januari 1998 total bantuan yang dicurahkan Indonesia

telah mencapai US$ 23 miliar.

Millennium Development Goals (MDGs), atau Tujuan Pembangunan

Millenium ini mencakup delapan komponen besar. Tujuh dari delapan tujuan

itu,khusus negara berkembang, antara lain mengurangi setengah dari total jumlah

12
orangmiskin dan kelaparan,mencukupi kebutuhan pendidikan dasar,

menghapuskanketidaksetaraan gender, mengurangi 2/3 angka kematian balita,

mengurangi 3/4 rasio kematian ibu akibat melahirkan, menghentikan penularan

HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya, dan menghentikan perusakan lingkungan

dan mendorong pembangunan berkelanjutan. Tujuan kedelapan ialah mengenai peran

negara maju untuk membantu negara-negara berkembang melaksanakan ketujuh

target MDGs. poin pertama komponen besar MDGs yang semuanya ditargetkan pada

tahun 2015. Namun,yang perlu diperhatikan saat ini adalah mengenai bagaimana

efektivitas MDGs ini dalam menanggulangi permasalahan kemiskinan

sebagai permasalahan sosial, serta bagaimana komitmen dan kerjasama yang dilakukan

oleh negara berkembang dan negara maju dalam mewujudkan tujuanMDGs.

Program-program Bank Dunia berupaya untuk menjawab berbagai tantangan

yang Indonesia hadapi. Program generasi menyediakan blok pinjaman berbasis

insentif bagi masyarakat untuk menghadapi target MDGs yang masih tertinggal.

Beberapa program yang dihasilkan telah membantu ratusan ribu anak menerima

imunisasi, memberi solusi malnutrisi dan memastikan hampir 1 juta ibu hamil

mendapat asupan zat besi tambahan dalam program Bank Dunia yaitu kesehatan ibu

mengandung dan kesehatan anak.Dalam bidang pendidikan, Bank Dunia turut

membantu pemerintah Indonesia untuk mengimplementasi upaya mereformasi

guru.Selain itu Bank Dunia juga membantu dalam hal pengetasan kemiskinan sesuai

dengan target MDGs melalui program PNPM Mandiri yang diluncurkan pemerintah

Indonesia pada tahun 2007, program ini telah menjangkau seluruh kecamatan

Indonesia dan telah menjadi bagian penting dari kehidupan ribuan masyarakat

Indonesia. Dalam program ini Bank Dunia memberikan bantuan berupa pinjaman

dana bagi Indonesia.

13
Bank Dunia maupun Negara Indonesia, keduanya sama-sama memperoleh manfaat dalam

kerjasama ini, walaupun pasti ada yang mendapat kegagalan dari bantuan tersebut. Jika

dilihat dari sudut Bank Dunia sebagai organisasi Internasional yang memberikan bantuan,

besarnya timbal balik yang diterima, baik secara langsung ataupun tidak langsung sangat

tergantung pada besar kecilnya bantuan yang diterima oleh Negara penerima (Indonesia).

Sebaliknya, Bank Dunia juga dapat merasakan dan menerima manfaat dari dana yang

diberikan kepada Negara Indonesia melalui berbagai efek positif dari bantuan tersebut,

yang secara tidak langsung dapat dilihat dari hasil dan tujuan yang akan dicapai Negara

Indonesia terhadap program pengetasan kemiskinan. Bank Dunia juga melihat Indonesia

sebagai mitra strategis bantuan pinjaman dana bagi program MDGs dengan melihat dari

kekuatan nasional Indonesia yang mempunyai unsur-unsur kekuatan yaitu letak geografi,

Sumber daya alam, populasi/penduduk, kemampuan industri dan kualitas pemerintah. Di

sini, akan kita fokuskan pembahasan pada Indonesia, untuk melihat secara khusus bagaimana

komitmen Indonesia dalam mewujudkan MDGs ini. Karena kita ketahui bersama, bahwa

kemiskinan merupakan salah satu permasalahan sosial yang sangat terlihat sekali

diIndonesia

b. Tujuan Bank Dunia di Mata Internasional

Tujuan Bank Dunia adalah untuk menyokong rekonstruksi dan pembangunan melalui

fasilitasi penanaman modal untuk tujuan tertentu dalam suatu negara dengan jaminan dan

pinjaman.

Bank Dunia juga mendukung perdagangan internasional dengan menjaga neraca

pembayaran. Mengatur pinjaman internasional yang dapat memberikan jaminan untuk

proyek-proyek pemerintah besar dan kecil. Setelah itu, kegiatannya didasarkan pada

pengaruh investasi internasional untuk menciptakan lingkungan ekonomi yang damai.

14
c. Lembaga di Bawah Bank Dunia

Terdapat berbagai lembaga yang dinaungi oleh Bank Dunia, berikut penjelasan

selengkapnya.

1. ICSID (International Center for Settlement of Investment Disputes)

ICSID atau International Center for Settlement of Investment

Disputes merupakan lembaga yang membantu menengahi atau menyelesaikan hukum

di dalam pengadilan untuk sengketa investasi internasional.

2. Badan Penjamin Investasi Multilateral

Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA) merupakan lembaga yang

bertanggung jawab untuk memberikan jaminan kepada investor untuk memberikan

perlindungan investasi asing yang berasal dari resiko politik dalam non-komersial

negara berkembang.

3. IFC (International Finance Corporation)

IFC merupakan lembaga keuangan Bank Dunia yang memiliki fokus terhadap

sektor swasta, menyediakan investasi finansial dan memberikan layanan konsultasi

finansial untuk semua negara berkembang.

4. Asosiasi Pembangunan Internasional

International Development Association (IDA) merupakan lembaga keuangan

internasional yang dapat memberikan pinjaman terhadap pemerintah negara untuk

kategori negara berkembang dan negara miskin. Lembaga ini didirikan pada tahun 1960

untuk melengkapi lembaga IBRD, tetapi untuk tujuan yang berbeda.

5. Bank Internasional untuk Rekonstruksi dan Pembangunan

International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) merupakan

lembaga yang dapat memberikan pinjaman kepada pemerintah di negara-negara

15
berpenghasilan menengah. Lembaga ini didirikan pada tahun 1944 bersama Bank

Dunia.

d. Fungsi Bank Dunia

Fungsi Bank Dunia adalah untuk membantu negara-negara berkembang merancang

rencana pembangunan yang memungkinkan mereka membangun infrastruktur dan

ekonomi untuk mengurangi kemiskinan dalam standar hidup warganya.

e. Peran Bank Dunia

Fungsi Bank Dunia adalah memberikan dana pinjaman di berbagai negara yang ada di

dunia. Namun, ada beberapa peran penting dari lembaga keuangan jenis ini. Beberapa di

antaranya yaitu:

▪ Membuat strategi untuk memerangi kemiskinan

▪ Memberikan kontribusi terhadap perubahan iklim seperti memberikan dana bantuan

▪ Meningkatkan kesehatan masyarakat di berbagai negara berkembang, membantu

ketersediaan pangan untuk negara miskin yang ada di dunia

▪ CAI atau Clean Air Initiative yaitu inisiatif dari bank dunia untuk meningkatkan inovasi

dalam memperbaiki kualitas udara dari berbagai kota di negara berkembang.

f. Peran Bank Dunia Terhadap Indonesia

Peran pertama yang dilakukan Bank Dunia terhadap negara Indonesia adalah memberikan

pinjaman dana. Pada tahun 1968 indonesia melakukan pinjaman pertama pada masa

pemerintahan Presiden Soeharto. Pinjaman dana tersebut digunakan untuk bidang

pertanian, perhubungan, perindustrian, tenaga listrik, dan pembangunan sosial.

Indonesia mengalami peningkatan ekonomi dan sejak tahun 1968. Saat ini terdapat lebih

dari 280 proyek pembangunan yang ada di Indonesia telah didanai oleh Bank Dunia.

Sampai hari ini, Indonesia sendiri masih tidak bisa hidup tanpa adanya pembiayaan dari

luar negeri untuk kebutuhan yang ada di dalam negeri.

16
g. Kritik Terhadap Bank Dunia

Bank Dunia telah menerima banyak kritik dari berbagai organisasi non-pemerintah. Henry

Hazlitt, salah satu Kepala Ekonom Survival International, mengatakan bahwa Bank

Dunia, bersama dengan sistem keuangannya, dapat menghasilkan inflasi besar-besaran di

seluruh dunia.

Kritik paling umum terhadap Bank Dunia adalah tentang struktur organisasinya. Bank

Dunia merupakan organisasi yang dapat mewakili 188 negara di seluruh dunia, namun

segala bentuk kegiatannya hanya dapat dilakukan di beberapa negara maju dengan

kekuatan ekonomi yang besar.

17
2.2 LEMBAGA PERBANKAN

a. Institusi Perbankan Di Indonesia

Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya berasaskan prinsip kehati-hatian.

Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat

serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka

meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan

stabilitas nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

Berdasarkan undang-undang, struktur perbankan di Indonesia, terdiri atas bank umum dan

BPR. Perbedaan utama bank umum dan BPR adalah tidak dapat menerima simpanan berupa

giro dan tidak dapat turut serta dalam lalu lintas pembayaran, tidak dapat melakukan kegiatan

bisnis dalam valas dan jangkauan kegiatan operasional yang terbatas.

b. Peran Bank Indonesia Dalam Stabilitas Keuangan

Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas utama Bank Indonesia

tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga stabilitas sistem keuangan (perbankan dan

sistem pembayaran). Keberhasilan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas moneter tanpa

diikuti oleh stabilitas sistem keuangan, tidak akan banyak artinya dalam mendukung

pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Stabilitas moneter dan stabilitas keuangan ibarat

18
dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Kebijakan moneter memiliki dampak yang

signifikan terhadap stabilitas keuangan begitu pula sebaliknya, stabilitas keuangan merupakan

pilar yang mendasari efektivitas kebijakan moneter. Sistem keuangan merupakan salah satu

alur transmisi kebijakan moneter, sehingga bila terjadi ketidakstabilan sistem keuangan maka

transmisi kebijakan moneter tidak dapat berjalan secara normal. Sebaliknya, ketidakstabilan

moneter secara fundamental akan mempengaruhi stabilitas sistem keuangan akibat tidak

efektifnya fungsi sistem keuangan. Inilah yang menjadi latar belakang mengapa stabilitas

sistem keuangan juga masih merupakan tugas dan tanggung jawab Bank Indonesia.

Pertanyaannya, bagaimana peranan Bank Indonesia dalam memelihara stabilitas sistem

keuangan? Sebagai bank sentral, Bank Indonesia memiliki lima peran utama dalam menjaga

stabilitas sistem keuangan. Kelima peran utama yang mencakup kebijakan dan instrumen

dalam menjaga stabilitas sistem keuangan itu adalah:

Pertama, Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara lain melalui

instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka. Bank Indonesia dituntut untuk mampu

menetapkan kebijakan moneter secara tepat dan berimbang. Hal ini mengingat gangguan

stabilitas moneter memiliki dampak langsung terhadap berbagai aspek ekonomi. Kebijakan

moneter melalui penerapan suku bunga yang terlalu ketat, akan cenderung bersifat mematikan

kegiatan ekonomi. Begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, untuk menciptakan stabilitas

moneter, Bank Indonesia telah menerapkan suatu kebijakan yang disebut inflation targeting

framework.

Kedua, Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga keuangan

yang sehat, khususnya perbankan. Penciptaan kinerja lembaga perbankan seperti itu dilakukan

melalui mekanisme pengawasan dan regulasi. Seperti halnya di negara-negara lain, sektor

perbankan memiliki pangsa yang dominan dalam sistem keuangan. Oleh sebab itu, kegagalan

19
di sektor ini dapat menimbulkan ketidakstabilan keuangan dan mengganggu perekonomian.

Untuk mencegah terjadinya kegagalan tersebut, sistem pengawasan dan kebijakan perbankan

yang efektif haruslah ditegakkan. Selain itu, disiplin pasar melalui kewenangan dalam

pengawasan dan pembuat kebijakan serta penegakan hukum (law enforcement) harus

dijalankan. Bukti yang ada menunjukkan bahwa negara-negara yang menerapkan disiplin

pasar, memiliki stabilitas sistem keuangan yang kokoh. Sementara itu, upaya penegakan

hukum (law enforcement) dimaksudkan untuk melindungi perbankan dan stakeholder serta

sekaligus mendorong kepercayaan terhadap sistem keuangan. Untuk menciptakan stabilitas di

sektor perbankan secara berkelanjutan, Bank Indonesia telah menyusun Arsitektur Perbankan

Indonesia dan rencana implementasi Basel II.

Ketiga, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem

pembayaran. Bila terjadi gagal bayar (failure to settle) pada salah satu peserta dalam sistem

sistem pembayaran, maka akan timbul risiko potensial yang cukup serius dan mengganggu

kelancaran sistem pembayaran. Kegagalan tersebut dapat menimbulkan risiko yang bersifat

menular (contagion risk) sehingga menimbulkan gangguan yang bersifat sistemik. Bank

Indonesia mengembangkan mekanisme dan pengaturan untuk mengurangi risiko dalam sistem

pembayaran yang cenderung semakin meningkat. Antara lain dengan menerapkan sistem

pembayaran yang bersifat real time atau dikenal dengan nama sistem RTGS (Real Time Gross

Settlement) yang dapat lebih meningkatkan keamanan dan kecepatan sistem pembayaran.

Sebagai otoritas dalam sistem pembayaran, Bank Indonesia memiliki informasi dan keahlian

untuk mengidentifikasi risiko potensial dalam sistem pembayaran.

Keempat, melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank Indonesia dapat mengakses

informasi-informasi yang dinilai mengancam stabilitas keuangan. Melalui pemantauan secara

macroprudential, Bank Indonesia dapat memonitor kerentanan sektor keuangan dan

mendeteksi potensi kejutan (potential shock) yang berdampak pada stabilitas sistem keuangan.

20
Melalui riset, Bank Indonesia dapat mengembangkan instrumen dan indikator macroprudential

untuk mendeteksi kerentanan sektor keuangan. Hasil riset dan pemantauan tersebut,

selanjutnya akan menjadi rekomendasi bagi otoritas terkait dalam mengambil langkah-langkah

yang tepat untuk meredam gangguan dalam sektor keuangan.

Kelima, Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman sistim keuangan melalui

fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort (LoLR). Fungsi LoLR merupakan peran

tradisional Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam mengelola krisis guna menghindari

terjadinya ketidakstabilan sistem keuangan. Fungsi sebagai LoLR mencakup penyediaan

likuiditas pada kondisi normal maupun krisis. Fungsi ini hanya diberikan kepada bank yang

menghadapi masalah likuiditas dan berpotensi memicu terjadinya krisis yang bersifat sistemik.

Pada kondisi normal, fungsi LoLR dapat diterapkan pada bank yang mengalami kesulitan

likuiditas temporer namun masih memiliki kemampuan untuk membayar kembali. Dalam

menjalankan fungsinya sebagai LoLR, Bank Indonesia harus menghindari terjadinya moral

hazard. Oleh karena itu, pertimbangan risiko sistemik dan persyaratan yang ketat harus

diterapkan dalam penyediaan likuiditas tersebut.

21
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas utama Bank

Indonesia tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga stabilitas sistem keuangan

(perbankan dan sistem pembayaran). Keberhasilan Bank Indonesia dalam menjaga

stabilitas moneter tanpa diikuti oleh stabilitas sistem keuangan, tidak akan banyak artinya

dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Stabilitas moneter dan

stabilitas keuangan ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Kebijakan

moneter memiliki dampak yang signifikan terhadap stabilitas keuangan begitu pula

sebaliknya, stabilitas keuangan merupakan pilar yang mendasari efektivitas kebijakan

moneter. Sistem keuangan merupakan salah satu alur transmisi kebijakan moneter,

sehingga bila terjadi ketidakstabilan sistem keuangan maka transmisi kebijakan moneter

tidak dapat berjalan secara normal. Sebaliknya, ketidakstabilan moneter secara

fundamental akan mempengaruhi stabilitas sistem keuangan akibat tidak efektifnya fungsi

sistem keuangan. Inilah yang menjadi latar belakang mengapa stabilitas sistem keuangan

juga masih merupakan tugas dan tanggung jawab Bank Indonesia.

22
DAFTAR PUSTAKA

https://www.ocbcnisp.com/id/article/2022/09/08/bank-dunia-adalah
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/stabilitas-sistem-keuangan/Pages/Peran-
Bank-Indonesia.aspx
https://repository.stiesia.ac.id/id/eprint/756/3/BAB%201.pdf

23

Anda mungkin juga menyukai