Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN NON BANK


BAB 21 “ OTORITAS JASA KEUANGAN “

Disusun oleh

1. Lidya Hege Djawa


Nim : 1923755355

2. Stevany J. Snae
Nim : 1923755374

Semester / Kelas : 7 / C

Diampuh oleh :

Ibu Agnes K. Beda Mudamakin, SE, M.Acc

PROGRAM STUDI D4 AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

JURUSAN AKUNTANSI

POLITEKNIK NEGERI KUPANG

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan
kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas kasih dan rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah yang kami bahas mengenai “OTORITAS JASA
KEUANGAN”

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari dosen pengampuh ibu Agnes K. Beda
Mudamakin, SE, M.Acc pada bidang studi Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank di
politeknik negeri kupang.

Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank dalam hal ini Otoritas Jasa
Keuangan.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada ibu Agnes K. Beda


Mudamakin, SE, M.Acc yang telah memberikan tugas makalah ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni kami sebagai penyusun makalah.

Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Kupang, Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
2.1 LATAR BELAKANG PEMBENTUKAN OJK.........................................................6
2.2 MENGENAL DEKAT TENTANG OJK....................................................................7
2.3 TUJUAN DARI OJK..................................................................................................7
2.4 FUNGSI DARI OJK....................................................................................................8
2.5 TUGAS DARI OJK.....................................................................................................8
2.6 WEWENANG OTORITAS JASA KEUANGAN......................................................8
2.7 FUNGSI DAN TUGAS POKOK PENGAWSAN PERBANKAN............................9
2.8 FUNGSI DAN TUGAS POKOK PENGAWAN PASAR MODAL........................10
2.9 FUNGSI DAN TUGAS POKOK PENGAWASAN INDUSTRI KEUANGAN
NONBANK (INKB).............................................................................................................11
2.10 FUNGSI DAN TUGAS POKOK EDUKASI & PERLINDUNGAN KONSUMEN
11
2.11 NILAI STRATEGIS OJK........................................................................................11
2.12 ASAS-ASAS OJK.....................................................................................................12
2.13 KODE ETIK..............................................................................................................13
2.14 STRATEGI MEREALISASIKAN VISI DAN MISI OJK.......................................13
BAB III.....................................................................................................................................15
PENUTUP................................................................................................................................15
3.1 KESIMPULAN.........................................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Otoritas Jasa Keuangan, (yang selanjutnya disebut OJK). OJK adalah lembaga
yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi,
tugas dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang OJK.
Pembentukan OJK dilatarbelakangi oleh 3 (tiga) hal yaitu perkembangan industri sektor
jasa keuangan di Indonesia, permasalahan lintas sektoral industri jasa keuangan, dan
amanat Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia (Pasal 34).
OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di sektor jasa keuangan
terselenggara secara teratur, adil, transparan dan akuntabel serta mampu mewujudkan
sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil serta mampu melindungi
kepentingan konsumen dan masyarakat. Selain itu OJK berfungsi menyelenggarakan
pengaturan dan pengawasan sektor jasa keuangan, yaitu independensi, terintegrasi, dan
menghindari benturan kepentingan. Fungsi pengaturan dan pengawasannya
dilaksanakan pada lembaga-lembaga keuangan, seperti Perbankan, Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan Non-Bank (asuransi, dana pensiun dan termasuk didalamnya
lembaga pembiayaan konsumen). Seluruh bisnis keuangan di Indonesia berada dibawah
pengaturan dan pengawasannya yang bebas dari intervensi dari pihak manapun2. Di
dalam Undang-Undang OJK, yaitu pada bagian penjelasan umum disebutkan bahwa
pembentukan OJK dimaksudkan agar dapat dicapai mekanisme koordinasi yang lebih
efektif didalam menangani permasalahan yang timbul dalam sistem keuangan sehingga
dapat lebih menjamin tercapainya stabilitas sistem keuangan.
Kegiatan Lembaga Keuangan sektor Jasa Keuangan pada sekarang ini
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perbankan merupakan salah satu lembaga
keuangan yang dijadikan sebagai ukuran kemajuan suatu negara. Oleh karena itu, untuk
mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, serta
mampu melindungi kepentingan konsumen maupun masyarakat. Maka, pemerintah
membentuk Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terdapat
perlindungan konsumen yang berupa pengaduan konsumen. Perlindungan Konsumen
merupakan wadah bagi konsumen dan masyarakat sebagai tempat bertukar informasi
beserta pelayanan dan penyelesaian pengaduan konsumen terhadap lembaga keuangan
khususnya pada sektor jasa keuangan atau perbankan. Teknik pengumpulan data
dilakukan melalui observasi, studi pustaka. Hasil dari penelitian ini adalah
perkembangan pengaduan konsumen di sektor jasa keuangan. Proses penanganan
pengaduan konsumen meliputi dua cara yaitu secara lisan dan tulisan.

1.2 Rumusan Masalah


Dilihat dari latar belakang maka penulis ingin menjelaskan:

 Latar Belakang Pembentukan OJK

iv
 Visi-Misi, Tujuan, Fungsi,Tugas, dan Wewenang OJK

 Fungsi dan Tugas Pokok Pengawasan Perbankan

 Fungsi dan Tugas Pokok Pengawasan Pasar Modal

 Fungsi dan Tugas Pokok Pengawasan Industri Keuangan Non Bank

 Fungsi dan Tugas Pokok Edukasi & Perlindungan Konsumen

 Nilai Strategis , Asas-Asas dan Kode Etik dari OJK

 Strategi Merealisasikan Visi dan Misi OJK

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
- Untuk memenuhi tugas mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Bukan
Bank
- Menambah pengetahuan tentang Otoritas Jasa Keuangan
- Agar dapat mengenal lebih dekat tentang otoritas jasa keuangan
- Mampu menjelaskan Fungsi dan Tugas Pokok Pengawasan Lembaga
Independen

v
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 LATAR BELAKANG PEMBENTUKAN OJK


Otoritas Jasa Keuangan dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 21 Tahun
2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Secara lebih lengkap, OJK adalah lembaga
independen dan bebas dari campur tangan pihak lain yang mempunyai fungsi, tugas, dan
wewenang pengaturan, pengawaasan pemeriksaan dan penyidikan sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang Nomor 21 tersebut. Pembentukan Otoritas Jasa
Keuangan merupakan upaya pemerintah Republik Indonesia menghadirkan lembaga
yang mampu menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan terhadap
keseluruhan kegiatan sektor keuangan, baik perbankan maupun lembaga keuangan
nonbank.
Secara fungsi, lembaga ini menggantikan tugas Badan Pengawas Pasar Modal
dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) serta mengambil alih tugas Bank Indonesia
dalam hal pengawasan perbankan. Setelah Undang-Undang No. 21 Tahun 2011
disahkan, Presiden Republik Indonesia saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono pada 16 Juli
2012 menetapkan sembilan anggota dewan komisioner Otoritas Jasa Keuangan, termasuk
dua anggota komisioner ex-officio dari Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia. Ex-
officio adalah jabatan seseorang pada lembaga tertentu karena tugas dan kewenangannya
pada lembaga lain.
Setelah itu, pada 15 Agustus 2012 dibentuklah Tim Transisi Otoritas Jasa
Keuangan Tahap I, untuk membantu Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan
melaksanakan tugas selama masa transisi. Mulai 31 Desember 2012, Otoritas Jasa
Keuangan secara efektif beroperasi dengan cakupan tugas Pengawasan Pasar Modal dan
Industri Keuangan Non-Bank. Setelah itu, pada 18 Maret 2013 dibentuk Tim Transisi
Otoritas Jasa Keuangan Tahap II untuk membantu Dewan Komisioner Otoritas Jasa
Keuangan dalam pelaksanaan pengalihan fungsi, tugas dan wewe- nang pengaturan dan
pengawasan perbankan dari Bank Indonesia.
Tugas pengawasan industri keuangan non-bank dan pasar modal secara resmi
beralih dari Kementerian Keuangan dan Bapepam-LK ke OJK pada 31 Desember 2012.
Adapun pengawasan di sektor perbankan sepenuhnya beralih dari Bank Indonesia ke
OJK pada 31 Desember, sekaligus menandai dimulainya operasional Otoritas Jasa
Keuangan secara penuh. Begitu juga dengan tugas pengawasan terhadap Lembaga
Keuangan Mikro berada pada OJK sejak 2015. Perluasan fungsi pengawasan Industri
Keuangan Non-Bank, pada 1 Januari 2015 di mana Otoritas Jasa Keuangan memulai
Pengaturan dan Pengawasan Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Otoritas Jasa Keuangan
memiliki tiga tujuan (destination statement), antara lain:
1. Mewujudkan sektor jasa keuangan yang tangguh, stabil, dan berdaya saing.
2. Mewujudkan sektor jasa keuangan yang kontributif terhadap pemerataan
kesejahteraan.
3. Mewujudkan keuangan inklusif bagi masyarakat melalui perlindungan konsumen
yang kredibel.

vi
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga independen bebas dari campur
tangan pihak lain yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan,
pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor
jasa keuangan baik dari sektor perbankan, pasar modal, dan sektor jasa keuangan
nonbank seperti asuransi, dana pensiun, lembaga pembiayaan, fintech, dan lembaga jasa
keuangan lainnya. Dalam operasionalnya OJK mempunyai visi dan misi serta nilai
strategis dan kode etik yang harus dilaksanakan oleh seluruh jajarannya.

2.2 MENGENAL DEKAT TENTANG OJK


Otoritas Jasa Keuangan memiliki visi, misi, tujuan, fungsi, tugas, wewenang
dalam melaksanan kegiatannya sesuai dengan tujuan dibentuknya lembaga OJK. Adapun
uraiannya sebagai berikut:
1. Visi OJK
Visi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah menjadi lembaga pengawas industri
jasa keuangan yang tepercaya, melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat,
dan mampu mewujudkan industri jasa keuangan menjadi pilar perekonomian
nasional yang berdaya saing global serta dapat memajukan kesejahteraan umum.
2. Misi OJK
Misi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah:
a. Mewujudkan terselenggaranya seluruh kegiatan di dalam sektor jasa keuangan
secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel;
b. Mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil;
c. Melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.
Otoritas Jasa Keuangan adalah sebuah lembaga pengawasan jasa keuangan
seperti industri perbankan, pasar modal, reksadana, perusahaan pembiayaan, dana
pensiun dan asuransi. Keberadaan Otoritas Jasa Keuangan (Otoritas Jasa Keuangan)
sebagai suatu lembaga pengawasan sektor keuangan di Indonesia memiliki tujuan dan
fungsi.

2.3 TUJUAN DARI OJK


Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dibentuk dengan tujuan mengatur, mengawasi dan
melindungi untuk industri keuangan yang sehat agar keseluruhan kegiatan di dalam
sektor jasa keuangan (UU No. 21 Tahun2011 Pasal 4):
a. Terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel,
b. Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan
stabil, dan
c. Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.
Dengan pembentukan OJK, maka lembaga ini diharapkan dapat mendukung
kepentingan sektor jasa keuangan secara menyeluruh sehingga meningkatkan daya saing
perekonomian. Selain itu, OJK harus mampu menjaga kepentingan nasional. Antara lain
meliputi sumber daya pengelolaan, pengendalian, dan kepemilikan di sektor jasa
keuangan dengan tetap mempertimbangkan aspek positif globalisasi. OJKdibentuk dan

vii
dilandasi dengan prinsip-prinsip tata kelola yang baik, yang meliputi independensi,
akuntabilitas, pertanggungjawaban, transparan dan kewajaran (fairness).

2.4 FUNGSI DARI OJK


Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mempunyai fungsi menyelenggarakansistem
pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di sektor
jasa keuangan. Fungsi Otoritas Jasa Keuangan,yaitu:
a. Mengawasi aturan main yg sudah dijalankan dari forum stabilitaskeuangan.
b. Menjaga stabilitas sistem keuangan.
c. Melakukan pengawasan non-bank dalam struktur yg sama seperti sekarang.
d. Pengawasan bank keluar dari otoritas BI sebagai bank sentral dan dipegang oleh baru.

2.5 TUGAS DARI OJK


Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mempunyai tugas melakukan pengaturan dan
pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan, sektor pasar modal,
dan sektor Industri Keuangan Nonbank (INKB). Berdasarkan UU NO.21 tahun 2011
Pasal 6 tentang OJK sebagai berikut:
a. OJK bertugas untuk mengatur dan mengawasi semua kegiatan yang berhubungan
dengan jasa keuangan di sektor perbankan. Diharap- kan dengan adanya pengawasan
yang serius dari OJK tersebut, tidak ada lagi penyelewengan di sektor perbankan.
b. Selain bertugas untuk mengawasi jasa keuangan di sektor perbank- an, tugas lain yang
tidak kalah penting yang harus diemban oleh OJK ialah melakukan pengawasan pada
kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal.
c. Perusahaan lain yang merupakan tanggung jawab OJK adalah pengawasan pada
lembaga perasuransian, lembaga pembiayaan, lembagadana pensiun, dan jasa
keuangan lain.

2.6 WEWENANG OTORITAS JASA KEUANGAN


Adapun wewenang yang dimiliki OJK sebagai berikut:
a. Terkait Khusus Pengawasan dan Pengaturan Lembaga Jasa Keuangan Bank yang
meliputi:
1) Perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar, rencana
kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia, merger, konsolidasi
dan akuisisi bank,serta pencabutan izin usaha bank;
2) Kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk hibridasi,
dan aktivitas di bidang jasa;
3) Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi: likuiditas,
rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan modal minimum, batas
maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap simpanan dan pencadangan
bank, laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank; sistem
informasi debitur, pengujian kredit (credit testing); dan standar akuntansi bank;
4) Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank, meliputi:
manajemen risiko; tata kelola bank, prinsip mengenal nasabah dan anti-pencucian

viii
uang; dan pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan; serta
pemeriksaan bank.
b. Terkait Pengaturan Lembaga Jasa Keuangan (Bank dan Non-Bank)meliputi:
1) Menetapkan peraturan dan keputusan OJK;
2) Menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan;
3) Menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK;
4) Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap
Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu;
5) Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelolastatuter pada
lembaga jasa keuangan;
6) Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola, memelihara,
dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban;
7) Menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasakeuangan.
c. Terkait pengawasan lembaga jasa keuangan (bank dan non-bank) meliputi:
1) Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatanjasakeuangan;
2) Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala
Eksekutif;
3) Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen dan
tindakan lain terhadap lembaga jasa keuangan, pelaku, dan/atau penunjang
kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-
undangan di sektor jasa keuangan;
4) Memberikan perintah tertulis kepada lembaga jasa keuangandan/atau pihak
tertentu;
5) Melakukan penunjukan pengelola statuter;
6) Menetapkan penggunaan pengelola statuter;
7) Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran
terhadap peraturan perundang-undangan disektor jasa keuangan;
8) Memberikan dan/atau mencabut: izin usaha, izin orang perseorangan, efektifnya
pernyataan pendaftaran, surat tanda terdaftar, persetujuan melakukan kegiatan
usaha, pengesahan, persetujuan atau penetapan pembubaran dan penetapan lain.

2.7 FUNGSI DAN TUGAS POKOK PENGAWSAN PERBANKAN


Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
Keuangan, terhitung sejak 31 Desember 2013, ditandai dengan ditandatanganinya Berita
Acara Serah Terima antara Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan, maka tugas
pengaturan dan pengawasan per bankan dialihkan dari Bank Indonesia kepada Otoritas
Jasa Keuangan. Sejak tanggal 31 Desember 2013 tersebut, pengawasan terhadap
individual bank dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan. Bidang Pengawasan Sektor
Perbankan fungsi penyelenggaraan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi
pada sektor perbankan. Dalam melaksanakan fungsi Bidang Pengawasan Sektor
Perbankan menyelenggarakan tugas pokok:
1. Melakukan penelitian dalam rangka mendukung pengan bank dan pengembangan
sistem pengawasan bank.
2. Melakukan pengaturan bank dan industri perbankan.

ix
3. Menyusun sistem dan ketentuan pengawasan bank.
4. Melakukan pembinaan, pengawasan, dan pemeriksaan bank.
5. Melakukan penegakan hukum atas peraturan di bidang perbankan.
6. Melakukan pemeriksaan khusus dan investigasi terhadap penyimpangan yang diduga
mengandung unsur pidana di bidang perbankan.
7. Melaksanakan remedial dan resolusi bank yang memiliki kondisi tidak sehat sebagai
tindak lanjut dari hasil pengawasan bank yang normal.
8. Mengembangkan pengawasan perbankan.
9. Memberikan bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perbankan.
10. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Dewan Komisioner.

2.8 FUNGSI DAN TUGAS POKOK PENGAWAN PASAR MODAL


Bidang Pengawasan Sektor Pasar Modal mempunyai tugas penyelenggaraan
sistem pengaturan dan pengawasan sektor pasar modal yang terintegrasi terhadap
keseluruhan kegiatan di sektor jasa keuangan. Dalam melaksanakan fungsi bidang
Pengawasan Sektor Pasar Modal mempunya tugas pokok:
1. Menyusun peraturan pelaksanaan di bidang pasar modal.
2. Melaksanakan protokol manajemen krisis pasar modal.
3. Menetapkan ketentuan akuntasi di bidang pasar modal.
4. Merumuskan standar, norma, pedoman kriteria dan prosedur di bidang pasar modal.
5. Melaksanakan analisis, pengembangan dan pengawasan pasar modaltermasuk pasar
modal syariah.
6. Melaksanakan penegakan hukum di bidang pasar modal.
7. Menyelesaikan keberatan yang diajukan oleh pihak yang dikenakan sanksi oleh
OJK, bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, dan lembaga penyimpanan
danpenyelesaian.
8. Merumuskan prinsip-prinsip pengelolaan investasi, transaksi dan lembaga efek, dan
tata kelola emiten dan perusahaan publik.
9. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pihak yang memperolah izin
usaha, persetujuan, pendaftaran dari OJK dan pihak lain yang bergerak di bidang
Pasar Modal.
10. Memberikan perintah tertulis, menunjuk dan/atau menetapkan penggunaan
pengelola statuter terhadap pihak/lembaga jasa keuangan yang melakukan kegiatan
di bidang Pasar Modal dalam rangka mencegah dan mengurangi kerugian
konsumen, masyarakat dan sektor jasa keuangan danmelaksanakan tugas lain yang
diberikan oleh Dewan Komisioner

2.9 FUNGSI DAN TUGAS POKOK PENGAWASAN INDUSTRI KEUANGAN


NONBANK (INKB)
Bidang pengawasan sektor IKNB mempunyai fungsi penyelenggaraan sistem
pengaturan dan pengawasan sektor IKNB yang terintegrasi terhadap keseluruhan
kegiatan di sektor jasa keuangan. Dalam melaksanakan fungsi bidang pengawasan sektor
IKNB mempunyai tugas pokok:

x
1. Menyusun peraturan di bidang IKNB
2. Melaksanakan protokol manajemen krisis IKNB
3. Melakukan penegakan peraturan di bidang IKNB
4. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pihak yang memperoleh izin
usaha, persetujuan, pendaftaran dari OJK dan pihak lain yang bergerak di IKNB
5. Menyiapkan rumusan kebijakan di bidang IKNB;
6. Melaksanakan kebijakan di bidang IKNB sesuai dengan ketentuanperundang-
undangan
7. Melakukan perumusan standar, norma, pedoman kriteria dan prosedur di bidang
IKNB
8. Memberikan bimbingan teknis dan evaluasi di bidang IKNB
9. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Dewan Komisioner

2.10 FUNGSI DAN TUGAS POKOK EDUKASI & PERLINDUNGAN KONSUMEN


Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen (EPK) mempunyai fungsi
pemberian dukungan melalui pengaturan dan pelaksanaan di bidang edukasi dan
perlindungan konsumen, pelayanan konsumen sertapembelaan hukum perlindungan
konsumen dalam rangka memperlancar pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan
jasa keuangan. Dalam melaksanakan fungsi bidang edukasi dan perlindungan
konsumen mempunyai tugas pokok:
1. Melakukan pengaturan di bidang edukasi, dan perlindungan konsumen.
2. Melaksanakan edukasi dan perlindungan konsumen.
3. Melakukan pelayanan konsumen.
4. Melaksanakan pembelaan hukum perlindungan konsumen.
5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Dewan Komisioner.

2.11 NILAI STRATEGIS OJK


Nilai strategis merupakan suatu nilai yang mempunyai dampak atau pengaruh
terhadap tujuan tertentu yang menguntungkan secara jangka panjang. OJK menyepakati
lima nilai strategis: integritas, profesionalisme, sinergi, inklusif, dan visioner dalam
menjalankan aktivitas kesehariannya.
Kelima nilai tersebut yaitu:
1. Integritas
Integritas adalah bertindak objektif, adil, dan konsisten sesuai de ngan kode etik
dan kebijakan organisasi dengan menjunjung tinggi kejujuran dan komitmen.
2. Profesionalisme
Profesionalisme adalah bekerja dengan penuh tanggung jawab berdasarkan
kompetensi yang tinggi untuk mencapai kinerja terbaik.
3. Sinergi
Sinergi adalah berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentinganbaik internal
maupun eksternal secara produktif dan berkualitas.
4. Inklusif

xi
Inklusif adalah terbuka dan menerima keberagaman pemangku kepentingan serta
memperluas kesempatan dan akses masyarakat terhadap industri keuangan.
5. Visioner
Visioner adalah memiliki wawasan yang luas dan mampu melihat kedepan
(forward looking) serta dapat berpikir di luar kebiasaan (our of the box thinking).
Kelima nilai strategis OJK tersebut dielaborasi lagi ke dalam 15 perilaku utama
yang harus dijunjung tinggi oleh seluruh pejabat dan pegawai OJK, yakni jujur,
konsisten, bijak dan adil, belajar berkelanjutan, memberikan pelayanan prima kepada
pemangku kepentingan, berkomitmen terhadap hasil karya yang berkualitas,
membangun rasa saling percaya, berkomunikasi secara efektif, mencari solusi terbaik
untuk memperoleh nilai tambah, menghargai keberagaman, partisipatif dan kontributif,
fasilitatif dan edukatif, mencari dan mengembangkan konsep dan ide baru, melihat jauh
ke depan, serta menginspirasi dan mendukung perubahan

2.12 ASAS-ASAS OJK


Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya Otoritas Jasa Keuangan
berlandaskan asas-asas sebagai berikut:
1. Asas independensi, yakni independen dalam pengambilan keputusan dan
pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang OJK, dengan tetap sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
2. Asas kepastian hukum, yakni asas dalam negara hukum yang mengutamakan
landasan peraturan perundang-undangan dan keadilan dalam setiap kebijakan
penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan;
3. Asas kepentingan umum, yakni asas yang membela dan melindungi kepentingan
konsumen dan masyarakat serta memajukan kesejahteraan umum;
4. Asas keterbukaan, yakni asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan, dengan tetap memperhatikan perlindungan
atas hak asasi pribadi dangolongan, serta rahasia negara, termasuk rahasia
sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan;
5. Asas profesionalitas, yakni asas yang mengutamakan keahlian dalam pelaksanaan
tugas dan wewenang Otoritas Jasa Keuangan, dengan tetap berlandaskan pada kode
etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan;
6. Asas integritas, yakni asas yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral dalam setiap
tindakan dan keputusan yang diambil dalam penyelenggaraan Otoritas Jasa
Keuangan; dan
7. Asas akuntabilitas, yakni asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir dari setiap kegiatan penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada publik.

2.13KODE ETIK
Kode Etik OJK adalah norma dan asas mengenai kepatutan dan kepantasan
yang wajib dipatuhi dan dilaksanakan oleh seluruh Anggota Dewan Komisioner,

xii
pejabat, dan pegawai OJK dalam pelaksanaan tugas. Komite etik adalah organ
pendukung Dewan Komisioner yang bertugas mengawasi kepatuhan Dewan
Komisioner, pejabat, dan pegawai OJK terhadap kode etik. Nilai dasar kode etik OJK
ini dicerminkan dalam perilaku yang sesuai dengan nilai strategis organisasi OJK
yakni integritas, profesionalisme, transparansi, akuntabilitas, sinergi, dan kesetaraan.
Peraturan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan No. 01/17/PDK/ XII/2012,
mengenai Kode Etik Otoritas Jasa Keuangan.

2.14 STRATEGI MEREALISASIKAN VISI DAN MISI OJK


Dalam rangka pencapaian visi dan misinya, OJK memiliki delapan strategi utama:
Strategi 1: Mengintegrasikan pengaturan dan pengawasan lembaga keuangan.
Tujuannya adalah untuk mengurangi dan menghilangkan duplikasi serta pengaturan
yang terpisah-pisah melalui harmonisasi kebijakan. Dengan demikian akan diperoleh
nilai tambah berupa peningkatan efisiensi dan konsistensi kebijakan pengurangan
arbitrasi sehingga men- dorong kesetaraan dalam industri keuangan, pengurangan
biaya terhadap industri dan masyarakat. Integrasi akan mengacu pada Arsitektur
Pengembangan Sektor Jasa Keuangan yang mensinergikan berbagai master plan yang
telah disusun sebelumnya di Bank Indonesia dan Bapepam-LK.
Strategi 2: Meningkatkan kapasitas pengaturan dan pengawasan. Strategi ini
ditempuh melalui adopsi kerangka peraturan yang lebih baik dan disesuaikan dengan
kompleksitas, ukuran, integrasi dan konglomerasi sektor keuangan. Selain itu juga
akan dikembangkan metode pengawasan termutakhir dan bersifat holistik bagi
seluruh sektor keuangan, termasuk penyempurnaan metode penilaian risiko dan
deteksi dini permasalahan di lembaga keuangan.
Strategi 3: Memperkuat ketahanan dan kinerja sistem keuangan. Strategi ini
ditempuh dengan memberikan fokus pada penguatan likuiditas dan permodalan bagi
seluruh lembaga keuangan, sehingga lebih tanguh dalam menghadapi risiko baik
dalam masa normal maupun krisis.
Strategi 4: Mendukung peningkatan stabilitas sistem keuangan. Selain
mengatur dan mengawasi industri keuangan secara individual, OJK juga menganalisis
dan memantau potensi risiko sistemik di masing-masing individual lembaga
keuangan. Kewenangan untuk melakukan pengawasan secara integrasi akan memberi
ruang bagi OJK untuk memantau secara lebih dalam berbagai kemungkinan risiko dan
mengambil langkah-langkah mitigasinya, terutama risiko yang terjadi di konglomerasi
keuangan.
Strategi 5: Meningkatkan budaya tata kelola dan manajemen risiko di
lembaga keuangan. Budaya tata kelola dan manajemen risiko yang baik harus menjadi
jiwa dalam kegiatan di sektor keuangan. Untuk itu OJK akan prinsip-prinsip tata
kelola dan manajemen risiko yang setara di seluruh lembaga jasa keuangan. Tidak
kalah pentingnya adalah pengembangan budaya integritas yang menuntut
kepemimpinan yang kuat dan berkarakter. Untuk itu ke depan OJK akan memberi kan
bobot lebih pada penilaian aspek ini dalam proses fit and proper test pengurus
lembaga keuangan.

xiii
Strategi 6: Membangun sistem perlindungan konsumen keuangan yang
terintegrasi dan melaksanakan edukasi dan sosialisasi yang masif dan komprehensif.
Strategi ini diperlukan untuk mengefektifkan dan memperkuat bentuk-bentuk
perlindungan konsumen yang selama ini masih tersebar, sehingga bersama sama
dengan kegiatan edukasi dan sosialisasi akan mewujudkan level playing field yang
sama antara lembaga jasa keuangan dan konsumen keuangan.
Strategi 7: Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia. Strategi ini
diperlukan untuk menjawab kebutuhan akan capacity building bagi pengawas.
Strategi 8: Meningkatkan tata kelola internal dan quality assurance.Untuk
keperluan ini, OJK akan menerapkan standar kualitas yang konsisten di seluruh level
organisasi, menyelaraskan antara tujuan OJK dan kebutuhan pemangku kepentingan
antara lain membuka dialog dengan industri secara berkala, dan memastikan
pengambilan keputusan yang tepat sehingga memberikan manfaat bagi masyarakat.
Dalam tata kelola OJK Sesuai pasal 17 UU OJK, anggota dewan komisioner
tidak dapat diberhentikan sebelum masa jabatannya berakhir,kecuali apabila
memenuhi alasan sebagai berikut: meninggal dunia, mengundurkan diri, masa
jabatannya telah berakhir dan tidak dipilih kembali, berhalangan tetap sehingga tidak
dapat melaksanakan tugas lebih dari enam bulan berturut-turut, tidak menjalankan
tugasnya sebagai anggota dewan komisioner lebih dari tiga bulan berturut-turut tanpa
alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, tidak lagi menjadi anggota Dewan
Gubernur BI bagi anggota ex-officio dewan komisioner yang berasal dari Bank
Indonesia, tidak lagi menjadi pejabat setingkat eselon 1 pada Kementerian Keuangan
bagi anggota ex-officio dewan komisioner yang berasal dari Kementerian Keuangan,
memiliki hubungan keluarga sampai derajat kedua dengan anggota Dewan
Komisioner lain.
Setiap anggota Dewan Komisioner memiliki hak untuk memberikan pendapat
dalam setiap proses pengambilan keputusan Dewan Komisioner, dan memiliki hak
suara pada saat keputusan ditetapkan berdasarkan suara terbanyak.
OJK diawasi oleh DPR, dalam hal ini, Komisi XI. Sebagai bagian dari
akuntabilitas publik, OJK wajib menyusun laporan keuangan yang terdiri atas laporan
keuangan tiga bulanan, semester dan tahunan. Laporan ini akan berikan kepada Badan
Pemeriksa Keuangan dan DPR. Selain itu OJK juga wajib menyusun laporan kegiatan
yang terdiri atas laporan kegiatan bulanan, triwulanan, dan tahunan.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Secara lebih lengkap, OJK adalah lembaga independen dan bebas dari campur
tangan pihak lain yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan,
pengawaasan pemeriksaan dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-

xiv
undang Nomor 21 tersebut. Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan merupakan upaya
pemerintah Republik Indonesia menghadirkan lembaga yang mampu menyelenggarakan
sistem pengaturan dan pengawasan terhadap keseluruhan kegiatan sektor keuangan, baik
perbankan maupun lembaga keuangan nonbank. Setelah itu, pada 18 Maret 2013
dibentuk Tim Transisi Otoritas Jasa Keuangan Tahap II untuk membantu Dewan
Komisioner Otoritas Jasa Keuangan dalam pelaksanaan pengalihan fungsi, tugas dan
wewe- nang pengaturan dan pengawasan perbankan dari Bank Indonesia.
Tugas pengawasan industri keuangan non-bank dan pasar modal secara resmi
beralih dari Kementerian Keuangan dan Bapepam-LK ke OJK pada 31 Desember 2012.
Perluasan fungsi pengawasan Industri Keuangan Non-Bank, pada 1 Januari 2015 di mana
Otoritas Jasa Keuangan memulai Pengaturan dan Pengawasan Lembaga Keuangan
Mikro (LKM).
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga independen bebas dari campur
tangan pihak lain yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan,
pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor
jasa keuangan baik dari sektor perbankan, pasar modal, dan sektor jasa keuangan
nonbank seperti asuransi, dana pensiun, lembaga pembiayaan, fintech, dan lembaga jasa
keuangan lainnya. Otoritas Jasa Keuangan adalah sebuah lembaga pengawasan jasa
keuangan seperti industri perbankan, pasar modal, reksadana, perusahaan pembiayaan,
dana pensiun dan asuransi. Keberadaan Otoritas Jasa Keuangan (Otoritas Jasa Keuangan)
sebagai suatu lembaga pengawasan sektor keuangan di Indonesia memiliki tujuan dan
fungsi. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mempunyai fungsi menyelenggarakansistem
pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di sektor
jasa keuangan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mempunyai tugas melakukan pengaturan
dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan, sektor pasar
modal, dan sektor Industri Keuangan Nonbank (INKB).

xv

Anda mungkin juga menyukai