Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Otorita Jasa Keuangan(OJK)


Untuk Memenuhi Tugas Mata Pendidikan Lembaga Ekonomi Dan Keuangan
Syariah
Dosen Pengampu: Nina Lelawati, S.E., M.M.

Disusun oleh:

Andi ahmad cahya diputra 17610177


Muhammad rizki 17610158
Rio sandi alfian 17610184
Jody alfian putra 17610157

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO FAKULTAS


EKONOMI PROGRAM STUDI MANAJEMEN(D)2018

I
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayahnya-lah
sehingga  penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Tak lupa pula penulis
ucapkan salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, karena beliaulah yang
telah menghantarkan kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh berkah.

Adapun judul makalah yang akan dibahas adalah “Otorita Jasa Keuangan”, dan
penulis sangat berharap semoga dengan adanya makalah   ini penulis dapat
memberikan sedikit gambaran dan memperluas wawasan ilmu yang penulis miliki.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya makalah ini, baik secara
langsung maupun tidak langsung, terutama kepada yang terhormat;

Nina Lelawati, S.E., M.M.selaku dosen pembimbing mata pelajaran Bahasa


Indonesia yang telah membimbing kami dalam penulisan makalah ini.

Semua teman-teman yang telah membantu menyelesaikan laporan ini yang


tidak bisa kami sebutkan satu persatu.

Akhirnya kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan dari
semua pihak demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
semua pihak yang berkepentingan.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

II
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ I

KATA PENGANTAR......................................................................................... II

DAFTAR ISI ....................................................................................................... III

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengetian Politik........................................................................................ 2
B. Ancaman Intergrasi Nasional dalam Bidang Politik................................. 2
C. Peran Serta Warga Negara dalam Sistem Politik di Indonesia.................. 4
D. Pengertian Pertahanan dan Keamanan Nasional....................................... 6
E. Fungsi-fungsi Pertahanan dan Keamanan Nasional.................................. 6
F. Faktor yang bisa Mempengaruhi Keutuhan NKRI jika Dilihat dari Sisi
Hankam...................................................................................................... 7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAK............................................................................................. 13

III
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sebagaimana diketahui bahwa krisis yang melanda di tahun 1998 telah


membuat sistem keuangan Indonesia porak poranda. Sejak itu maka lahirlah
kesepakatan untuk membentuk Otoritas Jasa Keuangan yang menurut
undang-undang tersebut harus terbentuk pada tahun 2002. Meskipun Otoritas
Jasa Keuangan dibidani berdasarkan kesepakatan dan diamanatkan oleh UU,
nyatanya sampai dengan 2002 draft pembentukan Otoritas Jasa Keuangan
belum ada, sampai akhirnya UU No 23/1999 tentang Bank Indonesia (BI)
tersebut direvisi, menjadi UU No 24 2004 yang menyatakan tugas BI adalah
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.

Kemudian pada tanggal 27 Oktober 2011,  RUU Otoritas Jasa Keuangan


disahkan oleh DPR, dan selanjutnya Pemerintah mensahkan dan
mengundangkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas
Jasa Keuangan dalam Lembaran Negara Republik pada tanggal 22 November
2011. Berikut merupakan ringkasan dari isi Undang Undang Nomor 21
Tahun 2011.OJK berkedudukan di ibu kota Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan
pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor
jasa keuangan.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas maka masalah yang di bahas adalah
sebagai berikut:
1 Apakah yang dimaksud Otoritas Jasa Keuangan?
2 Apakah tujuan di buatnya Otoritas Jasa keuangan?.

C. Tujuan Pembahasan
Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui sampai seberapa
jauh peranan OJK terhadap peraturan danpengawasan yang terintegrasi
terhadap kegiatan disektor jasa keuangan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN OTORITAS JASA KEUANGAN 


Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga yang independen dan
bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan
wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan. OJK
dibentuk berdasarkan UU Nomor 21 Tahun 2011 yang berfungsi
menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi
terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. OJK didirikan
untuk menggantikan peran Babepam-LK  dalam pengaturan dan pengawasan
pasar modal dan lembaga keuangan, serta menggantikan peran Bank Indonesia
dalam pengaturan dan pengawasan bank, serta untuk melindungi konsumen
industri jasa keuangan.

B. TUGAS DAN WEWENANG

OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap:

1. kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan serta non perbankan .


2. kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal; dan
3. kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga
pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya.

Untuk melaksanakan tugas pengaturan, OJK mempunyai wewenang:

1. menetapkan peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini;


2. menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;
3. menetapkan peraturan dan keputusan OJK;
4. menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan;
5. menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK;
6. menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap
Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu;

2
7. menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada
Lembaga Jasa Keuangan;
8. menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola,
memelihara, dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban; dan
9. menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

C. Visi Otoritas Jasa keuangan


Visi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah menjadi lembaga pengawas
industri jasa keuangan yang terpercaya, melindungi kepentingan konsumen
dan masyarakat, dan mampu mewujudkan industri jasa keuangan menjadi
pilar perekonomian nasional yang berdaya saing global serta dapat
memajukan kesejahteraan umum.

D. Misi Otoritas Jasa Keuangan


Misi otoritas Jasa keuangan yaitu:
1. Mewujudkan terselenggaranya seluruh kegiatan di dalam sektor jasa
keuangan secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel.
2. Mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan
stabil.
3. Melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.

E. Tujuan

Otoritas Jasa Keuangan dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di


dalam sektor jasa keuangan:

1. terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel;


2. mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan
stabil; dan
3. mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.

3
F. Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) Otoritas Jasa Keuangan
(OJK)

SLIK merupakan infrastruktur penting di sektor jasa keuangan yang dapat


digunakan oleh pelaku industri untuk mitigasi risiko, khususnya risiko kredit
sehingga dapat membantu menurunkan tingkat risiko kredit bermasalah. 

Selain itu, keberadaan SLIK juga mampu mendukung perluasan akses


kredit/pembiayaan.

Manfaat bagi kreditur: 1. Membantu dalam mempercepat proses analisis dan


pengambilan keputusan pemberian kredit; 2. Menurunkan risiko kredit
bermasalah di kemudian hari; 3. Dapat mengurangi atau meminimalkan
ketergantungan Pelapor atau pemberi kredit kepada agunan konvensional; 4.
Pemberi kredit dapat  menilai reputasi kredit calon debitur sebagai
pengganti/pelengkap agunan; 5. Efisiensi biaya operasional; dan 6. Mendorong
transparansi pengelolaan kredit.

Bagi debitur atau masyarakat umum, keberadaan SLIK dapat dimanfaatkan


untuk mengetahui data kredit perbankan seperti data pokok debitur, plafon
kredit, baki debet, kualitas kredit, beban bunga, cicilan pembayaran serta denda
atau penalti pinjaman. SLIK juga bisa memberikan informasi mengenai status
agunan serta rincian penjamin kredit.

Manfaat SLIK bagi masyarakat: 1. Mempercepat waktu yang dibutuhkan


untuk memperoleh persetujuan kredit; 2. Bagi nasabah baru, khususnya yang
tergolong sebagai Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), akan mendapat
akses yang lebih luas kepada pemberi kredit dengan mengandalkan reputasi
keuangannya tanpa harus tergantung pada kemampuan untuk menyediakan
agunan; dan 3. Mendorong penerima kredit untuk menjaga reputasi kreditnya.

Cakupan pelapor SLIK bukan saja dari industri perbankan, namun juga
lembaga jasa keuangan maupun non lembaga jasa keuangan yang berpartisipasi
untuk menjadi pelapor dalam SLIK.

4
G. Perlindungan Konsumen dan Masyarakat
Untuk perlindungan Konsumen dan masyarakat, OJK berwenang melakukan
tindakan pencegahan kerugian Konsumen dan masyarakat, yang meliputi:
1 Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat atas karakteristik
sektor jasa keuangan, layanan, dan produknya.
2 Meminta Lembaga Jasa Keuangan untuk menghentikan kegiatannya
apabila kegiatan tersebut berpotensi merugikan masyarakat.
3 Tindakan lain yang dianggap perlu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

H. Peraturan dan Tatacara Sanksi


Menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan. Terkait
Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan (Bank dan Non-Bank) yang meliputi :
 Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa
keuangan;
 Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala
Eksekutif;
 Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan Konsumen,
dan tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, dan/atau
penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan
perundang-undangan di sektor jasa keuangan;
 Memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan dan/atau pihak
tertentu;
 Melakukan penunjukan pengelola statuter;
 Menetapkan penggunaan pengelola statuter;
 Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan
pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan; dan
 Memberikan dan/atau mencabut: izin usaha, izin orang perseorangan,
efektifnya pernyataan pendaftaran, surat tanda terdaftar, persetujuan
melakukan kegiatan usaha, pengesahan, persetujuan atau penetapan
pembubaran dan penetapan lain.

5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

6
DAFTAR PUSTAKA

http://obrolanpolitik.blogspot.co.id/2013/04/politik-indonesia-dalam-pertahanan-
dan.html

http://okiherdianblog.blogspot.co.id/2015/04/faktor-yang-bisa-mempengaruhi-
keutuhuan.html

http://khoirunnisasalsabila.blogspot.co.id/2016/05/ancaman-integritas-dalam-
berbagai-bidang.html

http://www.edukasippkn.com/2015/09/peran-serta-warga-negara-dalam-sistem.html

Anda mungkin juga menyukai