Anda di halaman 1dari 32

OTORITAS JASA KEUANGAN

(OJK)

KELOMPOK :

1. Aditri Sulton (01/X.C)


2. Anastasya Putri Ananta (02/X.C)
3. Ayu Kholifatun Khasanah (05/X.C)
4. Galih Saputra (16/X.C)
5. Najiha Deny Oktaviani (25/X.C)
6. Safa Oshafiani Putri (33/X.C)
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. Atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I.......................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.............................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................9

1.3 Ruang Lingkup.............................................................................................9

1.4 Tujuan Penelitian.........................................................................................9

BAB II....................................................................................................................11

PEMBAHASAN....................................................................................................11

2.1 Pengertian Otoritas Jasa Keuangan (OJK).............................................11

2.2 Peran Otoritas Jasa Keuangan (OJK).....................................................11

2.3 Dasar Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).............................13

2.4 Arti Penting Otoritas Jasa Keuangan (OJK)...........................................14

2.5 Tata Kelola (Governance) Otoritas Jasa Keuangan (OJK)....................17

2.6 Struktur Otoritas Jasa Keuangan (OJK).................................................19

2.7 Nilai Strategis Otoritas Jasa Keuangan...................................................21


4

2.8 Penanganan Pengaduan Konsumen.........................................................22

2.9 Anggaran dan Akuntabilitas Otoritas Jasa Keuangan (OJK)...............25

2.10 Hubungan Kelembagaan....................................................................25

2.11 Penyidikan dan Pemidanaan..................................................................26

2.12 Kegiatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).........................................27

2.13 Kode Etik Otoritas Jasa Keuangan (OJK)...........................................29

BAB III PENUTUP................................................................................................30

3.1 Kesimpulan.........................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................31
5

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Otoritas Jasa Keuangan (OJK), adalah lembaga yang independen dan bebas dari

campur tangan pihak lain yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang

pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang No. 21 tahun 2011 tentang OJK. Pembentukan lembaga

pengawasan sektor jasa keuangan perbankan dibentuk sesuai dengan amanat

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Dalam undang-undang tersebut

dijelaskan bahwa tugas mengawasi bank akan dilakukan oleh lembaga

pengawasan sektor jasa keuangan yang independen, dan dibentuk dengan

undangundang.

Pembentukan lembaga pengawasan, akan dilaksanakan selambat-lambatnya 31

Desember 2010. Namun, dalam prosesnya di tahun 2010, perintah untuk

pembentukan OJK masih belum terealisasi, tetapi akhirnya pada tanggal 22

November 2011 disahkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas

jasa Keuangan, lembaga yang nantinya melakukan pengawasan di sektor jasa

keuangan menggantikan fungsi pengawasan Bank Indonesia, Badan Pengawas

Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bepepam LK) agar menjadi

terintegrasi dan komprehensif.1


1 Wiwin Sri Haryani, Independensi Otoritas Jasa Keuangan dalam Perspektif Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Jurnal Legislasi Indonesia. Vol.9 No.3
Oktober 2012. hlm. 45-46.
6

Secara historis, ide pembentukan OJK sebenarnya adalah hasil kompromi untuk

menghindari jalan buntu pembahasan undang-undang tentang Bank Indonesia

oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Pada awal pemerintahan Presiden

Habibie, pemerintah mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang

Bank Indonesia yang memberikan independensi kepada bank sentral tersebut.

RUU ini disamping memberikan independensi tetapi juga mengeluarkan fungsi

pengawasan perbankan dari Bank Indonesia (BI). Ide pemisahan fungsi

pengawasan dari bank sentral ini datang dari Helmut Schlesinger, mantan

Gubernur Bundesbank (Bank Sentral Jerman) yang pada waktu penyusunan RUU

(kemudian menjadi Undang-Undang No. 23 Tahun 1999) bertindak sebagai

konsultan. Mengambil pola Bank Sentral Jerman yang tidak mengawasi bank.2

Latar belakang pembentukan OJK dikarenakan perlunya suatu lembaga

pengawasan yang mampu berfungsi sebagai pengawas yang mempunyai otoritas

terhadap seluruh lembaga keuangan, dimana lembaga pengawas tersebut

bertanggung jawab terhadap kegiatan usaha yang dilakukan oleh bank maupun

lembaga keuangan non bank, sehingga tidak ada lagi lempar tanggung jawab

terhadap pengawasannya. Selain itu, kegiatan usaha yang dilakukan berakibat

semakin besarnya pengaturan pengawasannya. Sehingga perlu adanya suatu

alternatif untuk menjadikan pengaturan dan pengawasan maupun lembaga

keuangan lainnya dalam satu atap. Hal ini mengingat tujuan dari pengaturan dan

pengawasan perbankan adalah menciptakan sistem perbankan yang sehat, yang

memenuhi tiga aspek, yaitu perbankan yang dapat memelihara kepentingan

2 Zulkarnain Sitompul, Kemungkinan Penerapan Universal Banking System di Indonesia: Kajian


dari Perspektif Bank Syariah Jurnal Hukum Bisnis, Volume 20, Agustus-September 2002, hlm. 4.
7

masyarakat dengan baik, berkembang secara wajar, dalam arti di satu pihak

memerhatikan faktor risiko seperti kemampuan, baik dari sistem, finansial,

maupun sumber daya manusia.3

Para pakar ekonomi mengemukakan pendapat mengenai OJK, bahwa OJK

dibentuk guna mengantisipasi kompleksitas sistem keuangan global. Sektor

keuangan memperkuat fondasi, daya saing dan stabilitas perekonomian nasional.

pembentukan OJK diperlukan guna mengatasi kompleksitas keuangan global dari

ancaman krisis. Di sisi lain, pembentukan OJK merupakan komitmen pemerintah

dalam reformasi sektor keuangan di Indonesia. Pemerintah mempunyai komitmen

tinggi dan menjalankan mandat untuk melakukan reformasi di sektor keuangan.4

Untuk melaksanakan tugasnya, OJK berkoordinasi dengan Bank Indonesia dalam

membuat peraturan pengawasan di bidang Perbankan antara lain: kewajiban

pemenuhan modal minimum bank, sistem informasi perbankan yang terpadu,

kebijakan penerimaan dana dari luar negeri, penerimaan dana valuta asing, dan

pinjaman komersial luar negeri, produk perbankan, transaksi derivatif, kegiatan

usaha bank lainnya, penentuan institusi bank yang masuk kategori systemically

important bank dan data lain yang dikecualikan dari ketentuan tentang

kerahasiaan informasi. Hamud M. Belfas mengemukakan, bahwa alasan

3 Hermansyah, Edisi Revisi Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Kencana, Jakarta. 2011, hlm.
175-176.
4 Radian, Sejarah Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) (15 Juni 2012)
http://radiansystem.com/artikel/sejarah-otoritas-jasa-keuangan-ojk/ diakses pada 31-10-2013
pukul 20.00 WIB.
8

didirikannya OJK disebabkan pengawasan atas industri jasa keuangan dengan

struktur seperti pada tahun 2012 dianggap sudah tidak memadai.5

Untuk melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya Bank Indonesia perlu

melakukan pemeriksaan khusus terhadap bank tertentu. Bank Indonesia dapat

melakukan pemeriksaan langsung terhadap bank tersebut dengan menyampaikan

pemberitahuan secara tertulis terlebih dahulu kepada OJK. Akan tetapi, tidak

dapat memberikan penilaian terhadap tingkat kesehatan bank dan laporan hasil

pemeriksaan tersebut disampaikan kepada OJK paling lama 1 (satu) bulan sejak

diterbitkannya hasil pemeriksaan. Jika OJK mengindikasikan bank tertentu

mengalami kesulitan likuiditas dan/atau kondisi kesehatan semakin memburuk,

OJK segera menginformasikan ke Bank Indonesia untuk melakukan

langkahlangkah sesuai dengan kewenangan Bank Indonesia.

Otoritas Jasa Keuangan menginformasikan kepada Lembaga Penjamin Simpanan

(LPS) mengenai bank bermasalah yang sedang dalam upaya penyehatan oleh OJK

sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan. LPS dapat

melakukan pemeriksaan terhadap bank yang terkait dengan fungsi, tugas dan

wewenangnya, serta berkoordinasi terlebih dahulu dengan OJK. OJK, Bank

Indonesia, dan LPS wajib membangun dan memelihara sarana pertukaran

informasi secara terintegrasi.

Berdasarkan Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan, dengan adanya keberadaan

OJK bukan berarti tidak ada lagi Bank Indonesia, yang ada adalah pembagian

5 Lihat wawancara Hamud M. Balfas dengan medianotaris.com yang dimuat dalam


http://www.medianotaris.comotoritas_jasa_keuangan_hatihati_investasi_bodong_berita155.html.
Dikutip pada tanggal 8 Oktober 2012
9

tugas antara Bank Indonesia dengan OJK. Pembagian tugas tersebut salah satunya

yaitu pengawasan perbankan. Tugas yang dulunya khusus dipegang oleh Bank

Indonesia, dengan adanya OJK, kini tugas tersebut beralih ke OJK. Dalam masa

peralihan tersebut Bank Dunia mengingatkan masa transisi OJK di tengah krisis

yang masih melanda dunia akan membahayakan Indonesia. Banyak yang

menunjukan perkembangan baik setelah pembentukan OJK, tetapi tidak sedikit

yang mengalami kegagalan. Masalah lain, OJK akan membawahi industri

perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan dan

lembaga jasa keuangan lainnya. Hal tersebut, cukup jadi perhatian sebuah badan

baru akan dikelilingi uang triliunan rupiah ditengah beberapa lembaga independen

yang ada di Indonesia sering terkait kasus korupsi dan merugikan negara. 6 Dengan

adanya lembaga baru yang disebut OJK menarik sekali untuk diadakan penelitian

mengenai peranan OJK dalam pengaturan dan pengawasan perbankan mengingat

OJK akan mempunyai tugas baru dalam melakukan pengaturan dan pengawasan

di sektor perbankan yang ada di Indonesia.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Peran Otoritas Jasa Keuangan terhadap Pengawasan

Perbankan”.

6 Maikel Jefriando, Kelahiran OJK, sejarah baru perekonomian Indonesia, Koran Sindo Kamis,
27 Desember 2012 http://ekbis.sindonews.com/read/2012/12/25/90/700589/kelahiran-ojk-
sejarahbaru-perekonomian-indonesia diakses pada 31-10-2013 pukul 20.00 WIB.
10

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dalam penelitian ini ada

beberapa masalah yang dirumuskan dan dicari penyelesainnya secara ilmiah.

Beberapa masalah tersebut sebagai berikut:

a. Apa alasan dibentuknya OJK?

b. Apakah fungsi, tugas dan wewenang OJK?

c. Bagaimanakah peranan OJK terhadap pengawasan perbankan?

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah mengenai fungsi, tujuan dan wewenang

OJK terhadap pengawasan perbankan. Lalu mengenai peran OJK terhadap

pengawasan perbankan. Adapaun lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah

hukum keperdataan (ekonomi), khususnya hukum perbankan.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yaitu:

1. Memperoleh deskripsi lengkap, rinci dan sistematis mengenai karakteristik

alasan dibentuknya OJK;

2. Memperoleh deskripsi lengkap, rinci dan sistematis mengenai fungsi, tujuan

dan wewenang OJK;

3. Memperoleh deskripsi lengkap, rinci dan sistematis mengenai peranan OJK

terhadap pengawasan perbankan.


11

BAB II
PEMBAHASAN
12

2.1 Pengertian Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga negara yang

dibentuk berdasarkan undang-undang nomor 21 Tahun 2011 yang berfungsi

menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap


keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan baik di sektor perbankan,
pasar modal, dan sektor jasa keuangan non-bank seperti asuransi, dana pensiun,
lembaga pembiayaan, dan Lembaga jasa keuangan lainnya

Secara lebih lengkap, OJK adalah lembaga independen dan bebas dari
campur tangan pihak lain yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang
pengaturan, pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan sebagaimana dimaksud
dalam Undang-undang Nomor 21 tersebut.

2.2 Peran Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Setiap lembaga atau perusahaan yang didirikan pasti mempunyai visi,


misi, dan tujuan yang ingin dicapai. Visi merupakan cita-cita yang ingin dicapai
oleh suatu lembaga. Kemudian untuk mencapai visi lembaga atau perusahaan
haruslah menetapkan suatu misi. Setelah visi dan misi ditetapkan maka
selanjutnya adalah menetapkan tujuan pencapaian yang diharapkan.

Visi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah menjadi lembaga pengawas jasa
industri jasa keuangan yang terpercaya, melindungi kepentingan konsumen dan
masyarakat, dan mampu mewujudkan industri jasa keuangan menjadi pilar
perekonomian nasional yang berdaya saing global serta dapat memajukan
kesejahteraan umum.

Misi yang diemban OJK dalam mencapai visinya adalah:

 Mewujudkan terselenggaranya seluruh kegiatan di dalam sektor jasa


keuangan secara teratur, adil, transparan dan akuntabel.
 Mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan
stabil
 Melindungi kepentingan masyarakat dan konsumen
13

Sedangkan tujuan OJK adalah agar keseluruhan kegiatan jasa keuangan:

 Terselenggara secara teratur, adil, transparan dan akuntabel.


 Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan
dan stabil.
 Mampu melindungi kepentingan konsumen dan Masyarakat.

Selain memiliki visi, misi dan tujuan OJK juga mempunyai fungsi, tugas dan
wewenang yang telah ditentukan menurut undang-undang. Adapun fungsi, tugas,
dan wewenang OJK adalah:
1. Fungsi OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan
pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam
sektor jasa keuangan
2. Tugas OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap
kegiatan jasa keuangan, yaitu:
a. Perbankan
b. Pasar modal
c. Asuransi
d. Dana pensiun
e. Lembaga pembiayaan
f. Pegadaian
g. Lembaga pinjaman
h. Lembaga pembiayaan ekspor Indonesia
i. Perusahaan pembiayaan sekunder perumahan
j. Penyelenggara program jaminan sosial, pensiun dan kesejahteraan
3. Wewenang OJK adalah:
a. Tugas pengaturan Merupakan peraturan pelaksanaan undang-
undang OJK, peraturan perundangundangan di sektor jasa
keuangan, peraturan dan keputusan OJK, peraturan mengenai
14

pengawasan di sektor jasa keuangan, kebijakan mengenai


pelaksanaan tugas OJK, peraturan mengenai tata cara penetapan
perintah tertulis terhadap lembaga jasa keuangan dan pihak
tertentu, peraturan mengenai tata cara pengelola statuter, struktur
organisasi dan infrastruktur, serta pengaturan mengenai tata cara
pengenaan sanksi.
b. Tugas pengawasan
OJK menetapkan kebijakan operasional pengawasan, melakukan
pengawasan, pemeriksaan penyidikan, pelrindungan, konsumen,
dan tindakan lain terhadap lembaga jasa keuangan, pelaku dan/
atau penunjang kegiatan jasa keuangan, penunjukan dan
pengelolaan pengguna statuter, memberikan perintah tertulis
kepada lembaga jasa keuangan atau pihak lain, menetapkan sanksi
administrative terhadap pelaku pelanggaran peraturan perundang-
undangan di sektor jasa keuangan, termasuk kewenangan perizinan
kepada lembaga jasa keuangan.

2.3 Dasar Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah suatu bentuk unifikasi pengaturan


dan pengawasan sektor jasa keuangan, di mana sebelumnya kewenangan
pengaturan dan pengawasan dilaksanakan oleh Kementerian keuangan, Bank
Indonesia dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-
LK).

Pembentukan OJK didasarkan kepada tiga landasan yaitu:


1. Landasan Filosofis Mewujudkan perekonomian nasional yang mampu
tumbuh dengan stabil dan berkelanjutan, menciptakan kesempatan kerja
yang luas dan seimbang disemua sektor perekonomian, serta memberikan
kesejahteraan secara adil kepada seluruh rakyat Indonesia.
2. Landasan Yuridis a. Pasal 34 UU no. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
b. UU no. 6 Tahun 2009 tentang penetapan Perppu No. 2 Tahun 2008
15

tentang perubahan kedua atas Undang-Undang no.23 tahun 1999 tentang


bank Indonesia.

3. Landasan Sosiologis
a. Globalisasi dalam sistem keuangan dan pesatnya kemajuan dibidang
teknologi dan informasi serta inovasi finansial telah menciptakan sistem
keuangan kompleks, dinamis, dan saling terkait antar subsektor
keuangan baik dalam hal produk maupun kelembagaan.
b. Adanya lembaga jasa keuangan yang memiliki hubungan kepemilikan
diberbagai subsektor keuangan (konglomerasi) menambah kompleksitas
transaksi dan interaksi antar lembaga jasa keuangan di dalam sistem
keuangan.

2.4 Arti Penting Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Otoritas jasa keuangan memiliki arti yang sangat penting, tidak hanya bagi
masyarakat umum dan pemerintah saja, akan tetapi juga bagi dunia usaha (bisnis).
Bagi masyarakat tentunya dengan adanya OJK akan memberikan perlindungandan
rasa aman atas investasi atau transaksi yang dijalankannya lewat lembaga jasa
keuangan. Bagi pemerintah adalah akan memberikan keuntungan rasa aman bagi
masyarakatnya dan perolehan pendapatan dari perusahaan berupa pajak atau
penyediaan barang dan jasa yang berkualitas baik. Sedangkan bagi dunia usaha,
dengan adanya OJK maka pengolahannya semakin baik dan perusahaan yang
dijalankan makin sehat dan lancar, yang pada akhirnya akan memperoleh
keuntungan yang berlipat.
Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga
yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai
fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan,
danpenyidikan, sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.
16

OJK berkedudukan di ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia serta


dapat mempunyai kantor di dalam dan di luar wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan. Artinya kehadiran OJK dalam
melayani lembaga jasa keuangan dapat dilayani diseluruh tiap-tiap provinsi jika
dibutuhkan.
Selama ini sebelum keluarnya UU Nomor 21 Tahun 2011 pengawasan
yang dilakukan terhadap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan dilakukan
oleh 2(dua) lembaga yang ditunjuk pemerintah yaitu:
1) Lembaga keuangan bank (perbankan) dilakukan oleh Bank Indonesia (BI).
Artinya semua aktivitas perbankan sepenuhnya dilakukan oleh Bank
Indonesia, termasuk dalam hal memberi izin, menindak, atau
membubarkan bank.
2) Lembaga keuangan bukan bank seperti Pasar Modal, Peransuransian, Dana
Pensiun, Lembaga Pembiayaan, Dan Lembaga Jasa Keuanagan Lainnya
kegiatannya diawasi oleh Kementerian Keuangan, BI dan Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK)

Namun Sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas, dan wewenang


pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan non-Bank diawasi oleh
Otoritas Jasa Keuangan.
Satu tahun kemudian (31 Desember 2013) peralihan yang sama dilakukan
untuk pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan
dari Bank Indonesia (BI) ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Artinya dengan
keluarnya UU Nomor 21 Tahun 2011 maka seluruh pengawasan yang
berhubungan dengan jasa keuangan, baik jasa keuangan bank maupun non-Bank
dilakukan oleh OJK.
Undang-Undang OJK pada dasarnya memuat ketentuan tentang organisasi dan
tata kelola (governance) dari lembaga yang memiliki otoritas pengaturan dan
pengawasan terhadap sektor jasa keuangan. Artinya dengan adanya OJK akan
memberikan pengelolaan lembaga secara baik dan benar, sehingga tidak
merupakan pihak-pihak yang memiliki hubungan dengan perusahaan tersebut.
17

Lembaga keuangan yang memegang kepercayaan dari dana yang dititipkan


masyarakat harus terus dijaga. Tujuannya jangan sampai merugikan masyarakat
sehingga hilangnya kepercayaan masyarakat kepada lembaga keuangan. Di
samping masyarakat, pemerintah juga mengalami kerugian karena tidak mampu
melindungi masyarakatnya. Dan yang paling merugi sebenarnya adalah
perusahaan itu sendiri, karena telah melakukan praktik-praktik yang tidak terpuji
dan akhirnya tidak dipercaya oleh masyarakat. Lebih dari itu dengan aanya OJK
maka praktik-praktik penipuan atau kejahatan dibidang keuangan cepat
diminimalkan atau dihilangkan. Oleh karena itu, Kehadiran OJK sangat penting.

Selain itu, Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Rahmat Waluyanto


mengatakan, sedikitnya ada empat alasan atas arti penting keberadaan lembaga
yang dipimpinnya itu

Pertama, kata Rahmat, makin menguatnya integrasi di pasar finansial yang


diikuti berkembangnya konglomerasi keuangan. Hingga Saat ini, OJK mencatat
ada 31 perusahaan keuangan yang berbau konglomerasi, yang telah membentuk
satu raksasa sendiri dalam industri finansial.

"Ke depan, konglomerasi dan industri ini akan semakin berkembang yang
tidak cukup diawasi oleh satu lembaga saja," kata Rahmat di Jakarta, Rabu (24/4).

Ada tren, lembaga keuangan nonbank ikut mengalami kemajuan yang pesat.
Ini terjadi, menurut Rahmat, karena di sektor ini korporat atau lembaga
pemerintah bisa lebih mudah mencari uangnya, seperti dengan menerbitkan
obligasi

Integrasi industri finansial ini, sambung dia, dapat dilihat dari percampuran
produkproduk pasar modal dengan perbankan, pasar modal dengan asuransi, atau
asuransi dengan perbankan. Lembaga seperti Bank Indonesia (BI) jelas tidak bisa
masuk ke dalam ranah ini.
18

Kedua, Rahmat menuturkan, industri keuangan di Tanah Air harus terus


berkembang dan stabil di tengah berbagai guncangan internal dan eksternal yang
muncul. Industri keuangan harus memberikan kontribusi atas pertumbuhan
ekonomi nasional untuk mengatasi masalah pengangguran, kemiskinan, hingga
pendapatan.

OJK memiliki peran penting untuk mendukung pengembangan industri


keuangan ini. "Agar ketahanan ekonomi nasional makin kuat," kata Rahmat.

Alasan ketiga, Rahmat menjelaskan, OJK memiliki wewenang untuk


melakukan law enforcment. Pada kasus-kasus yang muncul, OJK memiliki
otoritas hingga menyelidiki, sesuatu yang hanya dimiliki kepolisian, kejaksaan,
dan KPK.Keempat, terkait dengan perlindungan konsumen di mana hanya OJK
yang mempunyai program ini. Menurut Rahmat, selalu muncul persoalan terkait
perlindungan konsumen ini mengingat terus tumbuhnya produk dan jasa pada
industri ini.
2.5 Tata Kelola (Governance) Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Sumber : www.ojk.go.id
19

Governance Principles (1)

Governance Structure (2)


Struktur tata kelola terdiri dari :
1. Organ utama tata kelola adalah Dewan Komisioner; yang bersifat kolektif
kolegial
2. Organ pendukung tata kelola adalah Sekretariat, Dewan Audit, Komite
Etik dan komite lainnya;
3. Infrastruktur tata kelola terdiri dari pedoman (code), piagam (charter),
peraturan, prosedur (SOP) dan sistem informasi sebagai acuan di dalam
menjalankan fungsi dan tugas, serta menerbitkan laporan sebagai bentuk
pertanggungjawaban kepada pemangku kepentingan.

Governance Process (3)


Pelaksananaan governance OJK didukung oleh fungsi asurans yang profesional
dan obyektif dengan menggunakan model the three lines of defense (tiga lapis
20

pertahanan) dan strategi combined assurance yang memberikan metode praktis


untuk memastikan governance process di OJK berjalan secara efektif.
1. The first line of defense (pertahanan lapis pertama) dilaksanakan oleh
Satuan Kerja yang melakukan aktivitas operasional sehari-hari, terutama
yang merupakan garis depan atau ujung tombak OJK;
2. The second line of defense (pertahanan lapis kedua) dilaksanakan oleh
Satuan Kerja Manajemen Risiko dan Pengendalian Kualitas yang
bertanggung jawab untuk mengembangkan dan memantau implementasi
manajemen risiko OJK secara keseluruhan sebagai bagian dari governance
process; dan
3. The third line of defense (pertahanan lapis ketiga) dilaksanakan oleh
Satuan Kerja Audit Internal beserta auditor eksternal yang bertanggung
jawab untuk memastikan bahwa pertahanan lapis pertama dan lapis kedua
berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Governance Outcome (4)


Dengan prinisip, struktur dan proses governance yang dilaksanakan, OJK
menetapkan Governance Roadmap sbb:

Sumber : www.ojk.go.id
21

2.6 Struktur Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Setiap pembentukan suatu organisasi pasti sudah dilengkapi dengan


struktur organisasi di dalamnya.Seperti diketahui bahwa organisasi merupakan
tempat atau wadah untuk melaksanakan suatu kegiatan.Sedangkan struktur
organisasi merupakan bagan atau kompenen yang ada dalam suatu organisasi.Tiap
kompenen memiliki tugas,tanggung jawab dan wewenang masing-masing.
Demikian juga dengan Otoritas Jasa Keuangan memiliki struktur
organisasi terdiri atas:
1. Dewan Komisioner OJK
2. Pelaksana Kegiatan Operasional

Struktur Dewan Komisioner terdiri atas:

Struktur Dewan Komisioner terdiri atas:


1. Ketua merangkap anggota;
2. Wakil ketua sebagai Ketua Komite Etik merangkap anggota;
3. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan merangkap anggota;
4. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal merangkap anggota;
5. Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian,Dana Pensiun,Lembaga
Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya merangkap anggota;
6. Ketua Dewan Audit merangkap anggota;
7. Anggota yang membidangi Edukasi dan Perlindungan Konsumen;
8. Anggota Ex-officio dari Bank Indonesia yang merupakan anggota Dewan
Gubernur Bank Indonesia; dan
9. Anggota Ex-officio dari Kementerian Keuangan yang merupakan pejabat
setingkat Eselon I kementerian Keuangan.

Pelaksana kegiatan operasional terdiri atas:


1. Ketua Dewan Komisioner memimpin bidang Manajemen Strategis I;
2. Wakil Ketua Dewan Komisioner memimpin bidang Manajemen Strategis II;
22

3. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan memimpin bidang Pengawasan Sektor


Perbankan;
4. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal memimpin bidang Pengawasan
Sektor Pasar Modal;
5. Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian,Dana Pensiun,Lembaga
Pembiayaan,dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya memimpin bidang
Pengawasan Sektor IKNB;
6. Ketua Dewan Audit memimpin bidang Audit Internal dan Manajemen Risiko;
dan
7. Anggota Dewan Komisioner bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen
memimpin bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen.

Sumber ; www.ojk.go.id
23

2.7 Nilai Strategis Otoritas Jasa Keuangan

OJK sebagai lembaga yang dibentuk oleh pemerintah memiliki tugas


yang sangat mulia. Kehadiran OJK yang membela semua kepentingan dengan
kemajuan perekonomian negara secara luas dan kemakmuran masyarakat
Indonesia. Oleh karena itu, segala sepak terjang OJK sangat didukung oleh
berbagai pihak di tanah air.

Posisi OJK dalam memajukan perekonomian negara dan


meningkatkan kemakmuran masyarakat Indonesia, sangatlah strategis. OJK
memiliki senjata yang ampuh untuk mengatur, menegakkan, dan mengambil
tindakan atas tugas dan wewenang yang telah diberikan kepadanya.

Adapun Nilai strategis Otoritas Jasa Keuangan adalah:

1. Integritas
2. Profesionalisme
3. Sinergi
4. Inklusif
5. Visioner

Integritas adalah bertindak objektif, adil dan konsisten sesuai dengan


kode etik dan kebijakan organisasi dengan menjunjung tinggi kejujuran dan
komitmen mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan
dan stabil.

Sinergi adalah berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan


baik internal maupun eksternal secara produktif dan berkualitas.

Inklusif adalah terbuka dan menerima keberagaman pemangku


kepentingan serta memperluas kesempatan dan akses masyarakat terhadap
industri keuangan.

Visioner adalah memiliki wawasan yang luas dan mampu melihat ke


depan (Forward Looking) serta dapat berpikir di luar kebiasaan (Out of The
Box Thinking).
24

2.8 Penanganan Pengaduan Konsumen

Mengapa penanganan pengaduan demikian pentingnya sehingga


menjadi perhatian serius OJK dan perlu diatur secara khusus dalam peraturan
OJK? Secara umum, hal ini berkaitan erat dengan upaya OJK untuk
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap sektor jasa keuangan, dalam
rangka meningkatkan akses keuangan masyarakat.

Di tengah kondisi perekonomian global dan Indonesia, OJK bersama


segenap pelaku usaha jasa keuangan berupaya memperluas akses masyarakat
ke sektor jasa keuangan. Seperti diketahui bersama, akses ke sektor jasa
keuangan masih menjadi permasalahan utama bagi masyarakat di Indonesia.
Permasalahan rendahnya akses ke sektor jasa keuangan setidaknya
disebabkan oleh tiga hal, yaitu:

1. Rendahnya tingkat literasi keuangan masyarakat.

2. Tidak tersedianya layanan keuangan ditengah masyarakat.

3. Adanya perasaan traumatis dan persepsi negatif terhadap layanan


keuangan yang pernah dialaminya ataupun cerita yang diterimanya.

OJK meyakini bahwa melalui penanganan pengaduan yang lebih baik


dan terstandar, konsumen dan masyarakat akan lebih mempercayai produk
dan/atau jasa keuangan yang ditawarkan oleh Pelaku Usaha Jasa Keuangan
(PUJK) dan dapat semakin meningkatkan sektor keuangan di Indonesia. Ada
lima aspek penting dalam standar penanganan pengaduan oleh PUJK yaitu
identifikasi terhadap pengaduan, perekaman/database pengaduan, pelaporan
internal mengenai pengaduan, upaya penyelesaian dan perbaikan serta yang
tidak kalah pentingnya PUJK dapat melakukan root and cause analysis.

Untuk memberikan dukungan terhadap upaya peningkatan kualitas


layanan konsumen di sektor jasa keuangan, telah terdapat beberapa ketentuan
yang diterbitkan sebagai pedoman bagi pelaku usaha jasa keuangan, seperti
25

Peraturan OJK Nomor : 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen


Sektor Jasa Keuangan dan SEOJK Nomor : 2/SEOJK.07/ 2014 tentang
Pelayanan dan Penyelesaian Pengaduan Konsumen pada Pelaku Usaha Jasa
Keuangan.

Penanganan pengaduan yang baik akan meningkatkan kepercayaan


Konsumen (confidence). Selanjutnya, kepercayaan Konsumen akan
meningkatkan kesetiaan Konsumen (loyalty). Dan pada akhirnya, kesetiaan
Konsumen akan meningkatkan potensi pendapatan perusahaan (profitability).

Perlindungan Konsumen dan Masyarakat

Selama ini OJK melakukan pemantauan interaksi antara Pelaku Usaha


Jasa Keuangan dengan konsumen keuangan dan masyarakat. OJK
melaksanakan pengawasan perlindungan konsumen melalui berbagai cara,
misalnya melalui mystery shopping dan customer testimony. Berdasarkan
Pasal 2 peraturan otoritas jasa keuangan nomor 1/pojk.07/2013 tentang
perlindungan konsumen sektor jasa keuangan, perlindungan Konsumen
menerapkan prinsip:

a. transparansi;
b. perlakuan yang adil;
c. keandalan;
d. kerahasiaan dan keamanan data/informasi Konsumen; dan
e. penanganan pengaduan serta penyelesaian sengketa Konsumen secara
sederhana, cepat, dan biaya terjangkau.
Ketentuan mengenai perlindungan konsumen sektor jasa keuangan
dapat ditemukan dalam peraturan otoritas jasa keuangan nomor
1/pojk.07/2013 tentang perlindungan konsumen sektor jasa keuangan.
Dalam hal perlindungan konsumen dan masyarakat, OJK diberikan
kewenangan untuk melakukan tindakan pencegahan kerugian konsumen dan
masyarakat. Bentuk perlindungan adalah meminta Lembaga Jasa Keuangan
untuk menghentikan kegiatannya apabila kegiatan tersebut merugikan
masyarakat. Kemudian OJK akan melakukan pembelaan hukum untuk
26

kepentingan konsumen berupa pengajuan gugatan di pengadilan terhadap


pihak-pihak yang menyebabkan kerugian bagi konsumen di sektor jasa
keuangan.
OJK juga memberikan peringatan kepada perusahaan yang dianggap
menyimpang agar segera memperbaikinya. Kemudian memberikan informasi
kepada masyarakat tentang aktivitas perusahaan yang dapat merugikan
masyarakat.

Dengan demikian, kehadiran OJK benar-benar dapat memberikan


perlindungan sepenuhnya kepada masyarakat, sehingga masyarakat merasa
aman. Kehadiran OJK, mampu meminimalkan kerugian yang diderita
masyarakat akibat perbuatan nakal lembaga jasa keuangan. Hanya saja
masyarakat juga diminta lebih berhati-hati dalam melakukan bisnis,
perhatikan rambu-rambu yang jelas, sebelum melakukan kegiatan usaha
terutama di bidang bisnis jasa keuangan.

2.9 Anggaran dan Akuntabilitas Otoritas Jasa

Keuangan (OJK)

Sebagaimana suatu lembaga untuk menjalankan aktivitasnya


dibutuhkan sejumlah dana agar lembaga tersebut dapat berjalan dengan
sebaik-baiknya. Tanpa ada dukungan dana, maka sulit diharapkan akan
memperoleh hasil yang maksimal. Demikian juga halnya dengan OJK
kehadirannya memerlukan sejumlah dana yang besarnya sesuai dengan beban
tugas yang diberikan.

Sumber dana atau Anggaran OJK berasal dari APBN dan/atau


pungutan dari pihak yang melakukan kegiatan disektor jasa keuangan.Sebagai
bentuk akuntabilitas dalam perencanaan maupun penggunaan anggaran,
anggaran OJK wajib terlebih dahulu memperoleh persetujuan DPR.

2.10 Hubungan Kelembagaan

Didasarkan Atas kesadaran bahwa sektor jasa keuangan merupakan


suatu sistem yang kompleks , tidak hanya karena adanya beberapa otoritas
27

yang terkait, namun juga merupakan bagian dari suatu sistem keuangan.
Maka dalam UU OJK diatur dasar hukum bagi protokol koordinasi dan
kerjasama, baik antarlembaga didalam negeri, misalnnya BI dan Lembaga
Penjamin Simpanan (LPS), maupun luar negeri yang didasarkan pada
prinsip timbal balik yang seimbang.

Untuk menjaga stabilitas sistem keuangan, dibentuk Forum


Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan dengan anggota terdiri atas:

a. Menteri Keuangan selaku anggota merangkap koordinator;

b. Gubernur Bank Indonesia selaku anggota;

c. Ketua Dewan Komisioner OJK selaku anggota; dan

d. Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan selaku


anggota.
Ada pun fungsi Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan adalah sebgai

berikut :

1. Menunjang tugas Komite Koordinasi dalam rangka pengambilan


keputusan terhadap bank bermasalah yang ditengarai bersifat sistemik

2. Berkoordinasi dan tukar informasi untuk sinkronisasi peraturan


perundangan di sektor keuangan

3. Penyiapan sistem peringatan dini makro (Macro Early Warning


System) sektor keuangan terhadap permasalahan lembaga-lembaga
dalam sistem keuangan yang berpotensi sistemik

4. . Mengkoordinasikan pelaksanaan atau persiapan inisiatif tertentu di


sektor keuangan.
28

2.11 Penyidikan dan Pemidanaan

Selain pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia


(POLRI), penyidikan juaga dilakukan oleh pejabat pegawai sipil tertentu
yang tugas dan tanggung jawabnya meliputi pengawasan sektor jasa
keuangan di lingkungan OJK.

Ketentuan pidana didalam UU OJK meliputi :

1. Perbuatan-perbuatan terhadap pelanggaran kerahasiaan informasi


yang subjeknya adalah setiap orang perseorangan atau korporasi.
2. Perbuatan-perbuatan terhadap pelaksanaan kewenangan OJK dalam
perlindungan konsumen.
3. Perbuatan-perbuatan dalam hal tidak mengabaikan perintah tertulis
dari OJK.

2.12 Kegiatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Dalam kegiatan melakukan pengaturan dan pengawasan OJK memiliki


tigas-tugas tertentu. Disamping itu dalam melaksanakan kegiatannya OJK
juga memilki wewenang.

Berikut ini tugas OJK melaksanakan dibidang pengaturan dan

pengawasan terhadap :

1. Kegitaan jasa keuangan di sektor Perbankan.


2. Kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal
3. Kegiatan jasa keuangan di sektor Peransurasian, Dana Pensiun, Lembaga
Pembiayaan, dan
Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.

Untuk melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan di sektor


Perbankan tersebut OJK mempunyai wewenang :
a. Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank yang meliputi :
29

1) Perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran


dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya
manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan izin
usaha bank.
2) Kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana,
produk hibridasi, dan aktivitas dibidang jasa.

b. Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi :


1) Likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan
modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman
terhadap simpanan, dan pencadangan bank.
2) Laporan modal yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank.
3) Sistem informasi debitur.
4) Pengujian kredit (credit testing). 5) Standar akuntansi bank.

c. Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehatian-hatian bank


meliputi :
1) Manajemen resiko.
2) Tata kelola bank.
3) Prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang.
4) Pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan.

d. Pemeriksaan bank.
Untuk melaksanakan tugas pengaturan tersebut OJK mempunyai wewenang

yaitu:

1. Menetapkan peraturan pelaksanaan undang-undang ini.


2. Mentapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
3. Menetapkan peraturan dan keputusan OJK.
4. Menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan.
5. Menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK.
6. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap
Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu.
7. Mentapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada
Lembaga Jasa Keuangan.
8. Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola,
memelihara, dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban.
30

9. Menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan


ketentuan penraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

Untuk melaksanakan tugas pengawasan tersebut OJK mempunyai

wewenang yaitu :

1. Menetapkan kebijakan opersional pengawasan terhadap kegiatan jasa


keuangan.
2. Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala
Eksekutif.
3. Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan
konsumen, dan tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku,
dan/atau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam
peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
4. Memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan dan/atau
pihak tertentu.
5. Melakukan penunjukan pengelola statuter.
6. Menetapkan penggunaan pengelolaan statuer.
7. Menetapkan sansksi administratif terhadap pihak yang melakukan
pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan.
8. Memberikan dan/atau mencabut :
1) Izin usaha. 6. Pengesahan
2) Izin orang perseorangan. 7. Persetujuan dan Penetapan
Pembubaran 3) Efektifnya pernyataan pendaftaran. 8.
Penetapan Lain 4) Surat tanda terdaftar.
5) Persetujuan melakukan kegiatan usaha.

2.13 Kode Etik Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Kode Etik OJK adalah norma dan azas mengenai kepatutan dan
kepantasan yang wajib dipatuhi dan dilaksanakan oleh seluruh Anggota
Dewan Komisioner, Pejabat, dan Pegawai OJK dalam pelaksanaan tugas.

Komite Etik adalah organ pendukung Dewan Komisioner yang


bertugas mengawasi kepatuhan Dewan Komisioner, Pejabat, dan Pegawai
OJK terhadap Kode Etik.
31

Nilai Dasar Kode Etik OJK ini dicerminkan dalam perilaku yang
sesuai dengan Nilai Strategis Organisasi OJK yakni Integritas,
Profesionalisme, Transparansi, Akuntabilitas, Sinergi, dan Kesetaraan.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Otoritas Jasa Keuangan atau lebih dikenal dengan istilah OJK,


adalah sebuah lembaga pengawasan jasa keuangan yang independen dan
mengawasi industri perbankan, pasar modal, reksadana, perusahaan
pembiayaan, dana pensiun dan asuransi. Tujuan dibentuknya OJK yaitu
untuk mengatasi kompleksitas keuangan global dari ancaman krisis,
menghilangkan penyalahgunaan kekuasaan, dan mencari efisiensi di sektor
perbankan dan keuangan lainnya. Keberadaan Otoritas Jasa Keuangan
(Otoritas Jasa Keuangan) sebagai suatu lembaga pengawasan sektor
keuangan di Indonesia yg perlu diperhatikan, karena ini harus dipersiapkan
dengan baik segala hal untuk mendukung keberadaan Otoritas Jasa
Keuangan tersebut. Pada dasarnya OJK mempunyai fungsi dan tujuan
dalam pembentukannya, seperti yang sudah dijelaskan dalam pengertian
OJK sendiri.
32

DAFTAR PUSTAKA

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: PT

RajaGrafindo 2013 http://www.ojk.go.id/id/tentang-ojk/Pages/Visi-

Misi.aspx http://erman-at.blogspot.co.id/2014/07/makalah-otoritas-

jasa-keuangan-ojk.html http://dokumen.tips/documents/makalah-ojk-

55d150771d473.html http://www.ojk.go.id/id/Pages/FAQ-Otoritas-

Jasa-Keuangan.aspx

https://id.wikipedia.org/wiki/Otoritas_Jasa_Keuangan

https://riyanikusuma.wordpress.com/2013/02/14/otoritas-jasa-

keuangan/ http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-otoritas-

jasa-keuangan.html http://www.ilmuekonomi.net/2015/12/pengertian-

fungsi-tujuan-tugas-danwewenangotoritas-jasa-keuangan-ojk.html

http://www.voaindonesia.com/content/ojk-resmi-ambil-alih-tugas-

pengawasanperbankan-dari-bi/1820703.html

Anda mungkin juga menyukai