Oleh :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT atas segala
limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan
dalam profesi keguruan.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
BAB 1
Pendahuluan
2.1 Pengertian
Di Indonesia mungkin kata-kata tentang OJK mungkin belum banyak kita kenal. OJK
adalah singkatan dari Otorisasi Jasa Keuangan, sebelum mengenal lebih lanjut tentang
OJK kita harus lebih dahulu mengerti apa yang dimaksud dengan Jasa Keuangan. Jasa
keuangan secara umum adalah istilah yang digunakan untuk merujuk jasa yang
disediakan oleh industry atau organisasi keuangan salah satu bentuk perusahaan yang
menyediakan jasa keuangan adalah bank, asuransi, kartu kredit dan sekuritas. Sejarah
singkat mengenai Jasa Keuangan, dapat dilihat kembali dari perkembangan di amerika
serikat sejak dikeluarkannya Gramm-Leach-Bliley Act pada akhir tahun 1990 yang
memungkinkan perusahaan yang beroperasi di industry keuangan AS untuk bergabung
Sedangkan yang dimaksud dengan OJK sendiri kita dapat mellihatnya pada UU no 21
tahun 2011. Menurut Kepala Biro Perasuransian Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Isa Rachmatarwata dengan pembentukan OJK
diharapkan dapat berperan sebagai badan pengawas industry keuangan yang bersifat
netral dan konsisten dalam menjalankan aturan yang berlaku.Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Pasal 1,menyatakan :
“Otoritas Jasa Keuangan,yang selanjutnya disingkat dengan OJK, adalah lembaga
yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi,
tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. “
Dengan kata lain, dapat diartikan bahwa Otoritas Jasa Keuangan adalah sebuah lembaga
pengawasan jasa keuangan seperti industri perbankan, pasar modal, reksadana,
perusahaan pembiayaan, dana pensiun dan asuransi. Pada dasarnya UU tentang OJK ini
hanya mengatur mengenai pengorganisasian dan tata pelaksanaan kegiatan keuangan dari
lembaga yang memiliki kekuasaan.
Didalam pengaturan dan pengawasan terhadap sektor jasa keuangan. Oleh karena itu,
dengan dibentuknya OJK diharapkan dapat mencapai mekanisme koordinasi yang lebih
efektif didalam penanganan masalah-masalah yang timbul didalam sistem keuangan.
Dengan demikian dapat lebih menjamin tercapainya stabilitas sistem keuangan dan
adanya pengaturan dan pengawasan yang lebih terintegrasi
Fungsi OJK
1. Mengawasi aturan main yang sudah dijalankan dari forum stabilitas keuangan
2. Menjaga stabilitas sistem keuangan
3. Melakukan pengawasan non-bank dalam struktur yang sama seperti sekarang
4. Pengawasan bank keluar dari otoritas BI sebagai bank sentral dan dipegang oleh
lembaga baru
Perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar, rencana
kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia, merger, konsolidasi
dan akuisisi bank, serta pencabutan izin usaha bank; dan
Kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk hibridasi,
dan aktivitas di bidang jasa;
Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi: likuiditas,
rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan modal minimum, batas
maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap simpanan, dan pencadangan
bank; laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank; sistem
informasi debitur; pengujian kredit (credit testing); dan standar akuntansi bank;
Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank, meliputi:
manajemen risiko; tata kelola bank; prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian
uang; dan pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan; dan
pemeriksaan bank.
Menetapkan peraturan dan keputusan OJK;
Menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan;
Menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK
Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap
Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu;
Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada
Lembaga Jasa Keuangan;
Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola, memelihara, dan
menatausahakan kekayaan dan kewajiban; dan
Menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan;
Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala
Eksekutif;
Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan Konsumen, dan
tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, dan/atau penunjang
kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-
undangan di sektor jasa keuangan;
Memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan dan/atau pihak
tertentu;
Melakukan penunjukan pengelola statuter;
Menetapkan penggunaan pengelola statuter;
Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran
terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan; dan
Memberikan dan/atau mencabut: izin usaha, izin orang perseorangan, efektifnya
pernyataan pendaftaran, surat tanda terdaftar, persetujuan melakukan kegiatan
usaha, pengesahan, persetujuan atau penetapan pembubaran dan penetapan lain.
VISI
Visi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah menjadi lembaga pengawas industri jasa
keuangan yang terpercaya, melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat, dan
mampu mewujudkan industri jasa keuangan menjadi pilar perekonomian nasional
yang berdaya saing global serta dapat memajukan kesejahteraan umum.
MISI
Misi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah:
anggaran
OJK
Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan ( FKSSK )
DPR Presiden
Pertukaran Pertukaran
informasi informasi
BI OJK LPS KEMKEU
Fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan si
sector perbankan beralih dari Bank Indonesia ke OJK mulai sejak tanggal 31
Desember 2013. Bank Indonesia mendukung sepenuhnya pengalihan pengawasan
perbankan dari Bank Indonesia kepada OJK.
PBI yang telah dibentuk oleh Bank Indonesia akan tetap berlaku walaupun
fungsi, tugas, dan wewenang Bank Indonesia telah beralih ke OJK.
Keberlakuan PBI dimaksud sepanjang belum diatur melalui peraturan yang
kelak dikeluarkan oleh OJK yang mengatur materi muatan yang sama.
Pada masa transisi kepengurusan dari KPS yang ada bisa tetap diminta
melaksanakan tugasnya hingga habis masa jabatannya. OJK KPS
diformulasikan dalam bentuk Komite Pengembangan Jasa Keuangan Syariah
(KPJKS) OJK. Secara yuridis eksistensi KPJKS merupakan menifestasi dari
amanat pembentukan Komite Perbankan Syariah (KPS) sebagai amanah dari
Pasal 26 UU No.21 tahun 2008.
3
syariah (PS,IKNBS,PMS, LKMS) ke dalam masterplan yang terpadu
4
syariah yang perlu dirumuskan. OJK memiliki mandat baru
mengawasi ILKN sesuai LKM
2.8 Progres Persiapan Penyusunan Masterplan
Apabila kita meninjau aset sektor jasa keuangan dan kapitalisasi pasar modal, kita
tertinggal dibandingkan dengan negara berkembang lain. Salah satu tujuan dari
pembentukan OJK menurut UU adalah agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa
keuangan dapat diintegrasikan sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan memudahkan
koordinasi. Tantangan utama yang dihadapi di sektor keuangan di Indonesia adalah
konsekuensi dari pendalaman sektor keuangan, kerentanan pada risiko global, dan
kredibilitas OJK.
Yang menjadi masalah adalah bahwa inovasi produk keuangan juga memiliki resiko
tersendiri yaitu pertumbuhan produk derivatif (suatu cara untuk membuat para pemegang
dana memiliki rasa aman, tetapi eksesnya tidak dapat diperkirakan) sangat cepat dan pada
umumnya (80 persen) produk derivatif berupa over the counter (OTC) dalam bentuk
forex options dan future, credit default swap (CDS), dan OTC lainnya.
OJK adalah lembaga otoritas yang dibentuk dari integrasi dua lembaga besar, yaitu
Direktorat Pengatur dan Pengawas Perbankan BI dan Bapepam-LK Kementerian
Keuangan. Selain kendala kelambanan waktu, efektivitas lembaga, dan cakupan wilayah
kerja, OJK menghadapi permasalahan dalam mencapai model integrasi yang optimal
karena peran dan kepentingan masing-masing cenderung berbeda, yakni antara prinsip
prudensial pada perbankan dan lembaga keuangan serta keterbukaan pada pasar modal.
Sedangkan mengenai masalah kelemahan OJK sendiri, menurut Calon Komisioner
Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mulia P Nasution kelemahan dari OJK antara lain soal
pengaturan dan pengawasan dalam satu organisasi secara terpadu namun beliau juga
mengatakan bahwa dengan organisasi yang mengatur dan mengawasi yang baru ini,
mestinya bisa bekerja dengan baik dibandingkan dengan organisasi yang sekarang
Dengan digabungkannya kegiatan dan pengawasan sector keuangan menjadi OJK tentu
ada tantangan dan kelemahan yang menyertainya, salah satu bentuk tantangan terbesar
efektivitas dan kredibilitas OJK. Seperti yang sudah kita ketahui selama ini sector jasa
keuangan di Indonesia masih bisa tergolong lemah terhadap krisis keuangan global.
Salah satu penyebabnya adalah masih terkonsentrasi pada perbankan. Bank menghadapi
masalah struktural lemahnya permodalan, rendahnya variasi pendanaan, dan risiko
UMKM sehingga mengakibatkan masih tingginya biaya dana dan suku bunga perbankan.
Diharapkan kelemahan ini dapat diatasi dengan sektor jasa keuangan akan diatur dan
diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Menurut Anggito Abimanyu Dosen Fakultas
Ekonomika dan Bisnis UGM, Yogyakarta berikut ini adalah beberapa tantangan dari OJK.
Muliaman Dharmansyah Hadad lahir di Bekasi, Jawa Barat, pada 3 April 1960. Lulusan
sarjana ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada 1984 ini melanjutkan
pendidikan S2-nya di John F. Kennedy School of Government, Harvard University,
Massachusetts, Amerika Serikat, pada 1990, dan memperoleh gelar Master of Public
Administration setahun kemudian. Pada 1996, Muliaman menyandang gelar PhD dalam
bidang Business and Economics, dari Monash University, Melbourne, Australia.
Muliaman mengawali kariernya sebagai staf umum di Kantor Bank Indonesia di Mataram
sejak 1986. Pada 2003 dia diangkat sebagai Kepala Biro Stabilitas Sistem Keuangan, dan
dua tahun kemudian dia menjabat sebagai Direktur Direktorat Penelitian dan Pengaturan
Perbankan. Muliaman Dharmansyah Hadad diangkat sebagai Deputi Gubernur Bank
Indonesia sesuai Keputusan Presiden RI No.69/P Tanggal 22 Desember 2006 dan dilantik
pada 11 Januari 2007.
Muliaman juga aktif sebagai ketua Masyarakat Ekonomi Syariah Indonesia dan menjadi
pengajar di beberapa perguruan tinggi seperti menjadi dosen Pascasarjana Universitas
Indonesia dan dosen Pascasarjana Universitas Trisakti, serta pernah menjabat Ketua
Ikatan Alumni UI Fakultas Ekonomi periode 2007-2010.
Sosok Sekjen Pengurus Pusat ISEI (2003-2006 dan 2006-2009) ini dilantik kembali untuk
masa jabatan kedua Deputi Gubernur BI sesuai Keputusan Presiden RI No.75/P Tanggal
21 Desember 2011 dan dilantik pada 29 Desember 2011. Pada 18 Juli 2012, Muliaman
Dharmansyah Hadad ditetapkan sebagai Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 67/P Tahun 2012. Ketua Fokus
Group Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (PP-ISEI) ini dilantik pada 20
Juli 2012 oleh Ketua Mahkamah Agung untuk masa jabatan 2012-2017.
DR. Rahmat Waluyanto, MBA
Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Sebagai Ketua Komite Etik
Penyandang gelar Sarjana Akuntansi dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ini telah
lama berkiprah di Kementerian Keuangan. Rahmat Waluyanto mengawali karier pada
1985 sebagai staf pada Direktorat Pembinaan Badan Usaha Milik Negara, Direktorat
Jenderal Moneter Dalam Negeri, Departemen Keuangan.
Pada 2005, pria kelahiran Lampung, 3 Oktober 1956 itu diangkat sebagai Direktur
Pengelolaan Surat Utang Negara, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerian
Keuangan dan setahun kemudian diangkat sebagai Direktur Jenderal Pengelolaan Utang,
Kementerian Keuangan hingga Juli 2012. Rahmat Waluyanto yang juga lulusan MBA
bidang Finance dari University of Denver, Colorado, Amerika Serikat pernah menjabat
sebagai Alternate Governor IMF atau Gubernur Bank Indonesia yang menjadi Governor
IMF di Washington, D.C., AS.
Pada 18 Juli 2012 silam, peraih gelar PhD dalam bidang Accounting dan Finance dari
University of Birmingham, Inggris, ini ditetapkan sebagai Anggota Dewan Komisioner
OJK berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 67/P Tahun 2012 dan pada 20 Juli 2012
mengambil sumpahnya di hadapan Ketua Mahkamah Agung untuk masa jabatan 2012-
2017. Dan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 72/P Tahun 2012, Rahmat Waluyanto
diangkat sebagai Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan dan Ketua
Komite Etik OJK merangkap anggota.
Alumnus Lembaga Pertahanan Nasional Angkatan XIII (2005) ini ditetapkan sebagai
Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berdasarkan Keputusan
Presiden Nomor 67/P Tahun 2012 pada 18 Juli 2012. Nelson Tampubolon mengucapkan
sumpah di hadapan Ketua Mahkamah Agung untuk masa jabatan 2012-2017.
Perempuan kelahiran Padang Panjang, Sumatra Barat, pada 27 Juni 1959 ini meraih gelar
Insinyur di Bidang Kimia Tekstil dari Institut Teknologi Tekstil Bandung, Jawa Barat.
Dia juga menuntaskan pendidikan Master of Business Administration dari Indiana
University, Bloomington, Amerika Serikat.
Pada 18 Juli 2012 Nurhaida ditetapkan sebagai Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 67/P Tahun 2012. Dia dilantik
dan mengucapkan sumpah di hadapan Ketua Mahkamah Agung untuk masa jabatan
2012-2017.
DR. Firdaus Djaelani, MA
Anggota Dewan Komisioner OJK Merangkap Kepala Eksekutif Pengawas Industri
Keuangan Non-Bank
Firdaus Djaelani mengawali karier pegawai negeri sipil sebagai staf Departemen
Keuangan pada 1981. Pria kelahiran Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta pada 17 Desember
1954 ini pernah menjabat sebagai anggota ataupun ketua tim pelaksana berbagai
penelitian dan persiapan undang-undang seperti UU Asuransi, UU Dana Pensiun, UU
Otoritas Jasa Keuangan (OJK), UU Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), UU Anti-
Pencucian Uang, dan masih banyak lagi.
Lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia jurusan Manajemen pada 1993 yang
berpengalaman sebagai regulator maupun pelaku industri di sektor perbankan maupun
sektor keuangan non-bank (khususnya asuransi) ini diangkat menjadi Direktur Direktorat
Asuransi DJLK, Departemen Keuangan, tepatnya sejak 2000 hingga 2006. Dia pernah
menjabat sebagai Direktur Penjaminan & Manajemen Risiko LPS sejak 2005 hingga
2008. Lulusan strata 2 jurusan Ekonomi di Ball State University, Indiana, Amerika
Serikat, 1988, ini diangkat menjadi Anggota Dewan Komisioner merangkap Kepala
Eksekutif LPS pada 2008, hingga April 2012.
Penyandang gelar doktor dari Universitas Gadah Mada sejak 2012 ini juga aktif sebagai
Ketua Indonesia Senior Executive Association (ISEA), duduk dalam kepengurusan Ikatan
Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), dan Penasihat Masyarakat Ekonomi Syariah sejak
2009. Sebelumnya dia pernah menjadi anggota Dewan Pakar Ikatan Cendekiawan
Muslim Indonesia (2006-2011), Wakil Perhimpunan Masyarakat Madani (2002-2006),
dan Pengurus Badan Musyawarah Betawi (1982-1990).
Pada 2001 penyandang gelar Doktor Ilmu Hukum dari Universitas Indonesia itu diangkat
sebagai Deputi Direktur memimpin Direktorat Hukum Bank Indonesia dan pada 2003
diangkat sebagai Direktur Direktorat Luar Negeri Bank Indonesia. Kusumaningtuti
pernah menjabat sebagai Direktur Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan Bank
Indonesia pada 2006. Setahun kemudian dia didaulat sebagai Direktur Direktorat Sumber
Daya Manusia BI. Dan pada 2010, Kusumaningtuti diberi amanat sebagai Kepala Kantor
Perwakilan Bank Indonesia New York, AS, selama dua tahun.
Pada 18 Juli 2012 peraih gelar Master of Law International Law dan Legal Studies serta
Phd di The American University, Washington D.C., AS, ini ditetapkan sebagai Anggota
Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 67/P
Tahun 2012 dan mengucapkan sumpah di hadapan Ketua Mahkamah Agung untuk masa
jabatan 2012-2017.
Sosok kelahiran Bandung, Jawa Barat, pada 7 Juli 1959 ini memulai karier sebagai dosen
di Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran, Bandung, pada 1985. Ilya Avianti juga
meraih gelar Sarjana Ekonomi dan Akuntan, Magister Sains Akuntansi, hingga Doktor
Akuntansi di kampus yang sama.
Sejak 2002 Ilya Avianti tercatat aktif di Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan terakhir
menjabat sebagai Ketua Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) Ikatan Akuntan
Indonesia. Dia juga menjadi tenaga ahli Menteri Keuangan periode 2005-2006.
Pada 2007, Ilya menjadi tenaga ahli Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Dua tahun
kemudian, posisinya beralih menjadi Pelaksana Tugas Auditor Utama Keuangan Negara
VII pada Auditorat Utama Keuangan Negara VII BPK RI merangkap staf ahli. Setelah
menjadi kandidat Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Guru Besar
sekaligus dosen tetap Fakultas Ekonomi Unpad ini mundur dari jabatan yang telah
didudukinya sejak 2010 tersebut.
Pada 18 Juli 2012, Ketua Dewan Konsultatif Dewan Standar Akuntansi Keuangan dan
Anggota Kehormatan Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) itu ditetapkan sebagai
Anggota Dewan Komisioner OJK berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 67/P Tahun
2012 dan disumpah di hadapan Ketua Mahkamah Agung untuk masa jabatan 2012-2017.
Anny Ratnawati mengawali kariernya sebagai pendidik sekaligus peneliti pada Program
Studi Pendidikan dan Pembangunan Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manjemen, Institut
Pertanian Bogor (IPB). Perempuan kelahiran DI Yogyakarta pada 24 Februari 1962 itu
meraih gelar Insinyur Agribisnis pada 1985, menuntaskan pendidikan Master of Science
pada 1989, dan mendapatkan gelar Doktor Ekonomi Pertanian pada 1996 di kampus yang
sama.
Anny pernah mendapat tugas dalam OPEC Fund for International Development Governor
for Indonesia pada 2008. Dia juga menjabat sebagai Kepala Badan Pendidikan dan
Pelatihan Keuangan, Departemen Keuangan (Februari 2008 - Juli 2008). Pada 2008-2010,
penyandang master dan doktor bidang ekonomi makro dan sektor finansial ini menjabat
sebagai Direktur Jenderal Anggaran, Departemen Keuangan Republik Indonesia pada
2008, dan sebagai Wakil Menteri Keuangan, Republik Indonesia sejak Mei 2010 hingga
sekarang.
Pada 18 Juli 2012, Anny Ratnawati ditetapkan sebagai Anggota Dewan Komisioner
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 67/P Tahun 2012
dan mengucapkan sumpah di hadapan Ketua Mahkamah Agung untuk masa jabatan
2012-2017.
BAB 3
Penutup
3.1 Kesimpulan
OJK sebagai lembaga pengatur dan pengawas industri keuangan akan melakukan
integrasi arah kebijakan, strategi dari tahapan pengembangan industri keuangan.
Mengingat efisiensi daya saing dan kemanfaatan industri keuangan bagi perekonomian
juga dipengaruhi oleh volume berbagai aspek usaha di industry keuangan , maka OJK
terus mendorong akselerasi pertumbuhan melalui edukasi dan pengembangan pasar.
OJK melakukan fungsi pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap
keseluruhan kegiatan di dalam sector jasa keuangan, menerapkan model pengawasan 2
pilar dalam 1 atap yaitu pilar prudential serta pilar business conduct, penyidikan,
melakukan penunjukkan dan penggunaan pengelola statuter.
3.2 Daftar Pustaka
http://news.okezone.com/read/2012/03/12/457/591834/laporan-dk-ojk-akan-jadi-
pertimbangan
http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Artikel+dan+Kertas+Kerja/Artikel/
peran_otoritas_muslimin_anwar_070409.htm
http://nustaffsite.gunadarma.ac.id/blog/toswari/2009/06/22/peran-otoritas-jasa-keuangan-ojk-
dan-bi/
http://news.okezone.com/read/2010/12/03/20/399711/mayoritas-pegawai-bi-tolak-ojk
http://robbyalexandersirait.wordpress.com/2012/03/06/sedikit-menilik-otoritas-jasa-
keuangan-menurut-uu-no-21-tentang-otoritas-jasa-keuangan/
http://www.ojk.go.id
setiawan.bu@ojk.go.id
setiawanbudiutomo2012@gmail.com