Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

“LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DAN OJK”


(Disusun untuk memenuhi Tugas Kelompok mata kuliah Bank dan
Lembaga Keuangan Syariah)

Kelas : R
Kelompok : 7
Nama Kelompok NIM
1. Nurshofah Asmarani (2019710652)
2. Lailatul Aisah (2019710658)
3. Aviva Eka Nursabrina (2019710662)
4. Novi Rizka Kamalia Fajar (2019710675)
5. Ahmad Robitul Umam (2019710682)

S1 EKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS
SURABAYA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam rangka mencapai tujuan untuk memelihara kestabilan nilai
rupiah cara cara pengendalian moneter dapat dilaksanakan dari
pengawasan terhadap bank dan unit usaha. Otoritas moneter serta otoritas
jasa keuangan merupakan hal hal yang sangat fundamental yang dapat
menentukan laju perekonomian suatu bangsa. Otoritas moneter memiliki
peranan dalam menjaga stabilitas moneter serta keuangan dan merupakan
penyelenggara atau sarana pendorong utama untuk adanya laju
perekonomian tersebut sehingga dapat mencapai stabilitas tersebut.
Undang-Undang nomor 21 Tahun 2011 telah membentuk Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) sebagai lembaga yang independen dan bebas dari campur
tangan pihak lain. Otoritas Jasa Keuangan dibentuk dengan tujuan agar
keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara
teratur, adil, trasparan, berkelanjutan dan stabil. Dengan kata lain Otoritas
Jasa Keuangan merupakan sebuah lembaga pengawasan jasa keuangan
seperti industri perbankan, pasar modal, reksadana, perusahaan
pembiayaan, dana pensiaun dan asuransi.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1999 tentang Badan
Penyehatan Perbankan Nasional diatur bahwa masa kerja BPPN adalah
terbatas, paling lambat berakhir pada Febuari 2004. Dengan melihat hal ini
dan pertimbangan bahwa dana atau simpanan nasabah harus dilindungi
dan dijamin keberadaannya sekalipun bank tempat simpanan tersebut
berada dalam pengawasan, maka pemerintah melihat kembali perintah dari
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas UU No. 7
Tahun 1992 tentang Perbankan yaitu pasal 37B ayat (2) dan ayat (4).
Alasan dasar (rationale) bagi pemerintah untuk menfasilitasi pendirian
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) adalah kepercayaan pada industri
perbankan sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi dan pada system
perbankan yang diawasi secara baik dapat meminimalkan terjadinnya
kebangkrutan bank, dan kebangkrutan itu sendiri dapat diprediksi dan
merupakan kejadian yang dapat dicegah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Lembaga Penjamin Simpanan?
2. Bagaimana Status dan Landasan Hukum Lembaga Penjamin Simpanan?
3. Bagaimana Struktur Organisasi Lembaga Penjamin Simpanan?
4. Apa saja Tugas, Fungsi dan Wewenang dari Lembaga Penjamin Simpanan?
5. Apa yang dimaksud dengan Otoritas Jasa Keuangan?
6. Bagaimana Status dan Landasan Hukum Otoritas Jasa Keuangan?
7. Bagaimana Struktur Organisasi Otoritas Jasa Keuangan?
8. Apa saja Tugas, Fungsi dan Wewenang dari Otoritas Jasa Keuangan?
9. Bagaimana Skema Penjaminan Simpanan?
10. Bagimana Kategori Likuidasi Bank Gagal?

1.3 Tujuan
1. Agar mahasiswa mengerti tentang Lembaga Penjamin Simpanan
2 Agar mahasiswa mengetahui Status dan Landasan Hukum Lembaga
Penjamin Simpanan
3 Agar mahasiswa memahami Struktur Organisasi Lembaga Penjamin
Simpanan
4 Agar mahasiswa mengetehui Tugas, Fungsi dan Wewenang dari Lembaga
Penjamin Simpanan
5 Agar mahasiswa mengetahui tentang Otoritas Jasa Keuangan
6 Agar mahasiswa mengetahui Status dan Landasan Hukum Otoritas Jasa
Keuangan
7 Agar mahasiswa mengetahui Struktur Organisasi Otoritas Jasa Keuangan
8 Agar mahasiswa mengetahui Tugas, Fungsi dan Wewenang dari Otoritas
Jasa Keuangan
9 Agar mahasiswa mengetahui tentang Skema Penjaminan Simpanan
10 Agar mahasiswa mengerti tentang Kategori Likuidasi Bank Gagal
.
BAB II

ISI

2.1 Pengertian Lembaga Penjamin Simpanan


Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) adalah suatu lembaga independen
yang berfungsi menjamin simpanan nasabah perbankan di Indonesia. Badan
ini dibentuk berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24
tentang Lembaga Penjamin Simpanan yang ditetapkan pada 22
September2004. Undang-undang ini mulai berlaku efektif 12 bulan sejak
diundangkan sehingga pendirian dan operasional LPS dimulai pada 22
September 2005.Setiap bank yang melakukan kegiatan usaha di wilayah
Republik Indonesia wajib menjadi peserta penjaminan LPS.
Penjaminan simpanan nasabah bank yang dilakukan LPS bersifat terbatas
untuk mengurangi beban anggaran negara dan meminimalkan moral hazard.
Namun demikian, tetap dijaga kepentingan nasabah secara optimal. Setiap
bank yang beroperasi di Indonesia baik Bank Umum maupun Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) diwajibkan untuk menjadi peserta penjaminan.
Adapun jenis simpanan di bank yang dijamin meliputi tabungan, giro,
sertifikat deposito dan deposito berjangka serta jenis simpanan lainnya yang
dipersamakan dengan itu. Skim penjaminan LPS telah dimulai secara penuh
pada sejak tanggal 22 Maret 2007.

2.2 Status dan Landasan Hukum Lembaga Penjamin Simpanan


a. Status Lembaga Penjamin Simpanan

1. LPS dibentuk oleh Pemerintah Indonesia melalui Undang-Undang


Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan.
2. LPS adalah badan hukum berdasarkan Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan.
3. LPS merupakan lembaga yang independen, transparan, dan akuntabel
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.
4. LPS bertanggung jawab kepada Presiden.
5. LPS berkedudukan di Jakarta dan dapat mempunyai kantor perwakilan
di wilayah negara Republik Indonesia.
b. Landasan Hukum Lembaga Penjamin Simpanan
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan Menjadi Undang-
Undang.
2. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan
3. Undang-Undang No. 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin
Simpanan
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2005
tentang Modal Awal Lembaga Penjamin Simpanan
5. Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 2/PLPS/2014 tentang
Perubahan atas Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nomor
2/PLPS/2010 tentang Program Penjaminan Simpanan
2.3 Struktur Organisasi Lembaga Penjamin Simpanan
a. Susunan Dewan Komisaris LPS
- Ketua Dewan Komisioner : Halim Alamsyah
- Anggota Dewan Komisioner : Didik Madiyono
- Anggota Dewan Komisioner & Kepala Eksekutif : Lana Soelistianingsih
- Anggota Ex Officio Bank Indonesia : Erwin Rijanto
- Anggota Ex-Officio Kementerian Keuangan : Luky Alifirman

b. Susunan Direktur Eksekutif LPS


- Direktur Eksekutif Hukum : Ary Zulfikar
- Direktur Eksekutif Riset, Surveilans & Pemeriksaan : Priyantina
- Direktur Eksekutif Keuangan : Ferdinan Dwikoraja
Purba
- Direktur Eksekutif Klaim & Resolusi Bank : Jarot Marhaendro
- Direktur Eksekutif SDM & Administrasi : Danu Febiam
2.4 Tujuan Perbankan Keuangan Islam
1. Penghapusan bunga dari setiap transaksi keuangan dan pembaruan semua
aktivitas keuangan dan perbankan agar sesuai dengan prinsip islam.
2. Pencapaian distribusi pendapatan dan kekayaan yang wajar.
3. Promosi pembangunan ekonomi.

2.5 Struktur Lembaga Keuangan


Lembaga Keuangan adalah perushaan yang merupakan kombinasi dan
berbagai sumber daya ekonomi (resources) seperti alam, tenaga kerja, modal,
dan manajemen (managerial skill) dalam memproduksi barang dan jasa untuk
mencapai tujuan tertentu. Berbagai tujuan perusahaan untuk memperoleh
keuntungan maksimal, menjamin kelangsungan hidup perusahaan, memenuhi
kebutuhan masyarakat, menciptakan kesempatan kerja, dan beberapa ahli
manajemen keuangan mengemukakan tujuan perusahaan adalah untuk
memaksimumkan nilai perushaan atau memaksimumkan kemakmuran
pemegang saham. Secara umum perusahaan dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu :

1. Perusahaan Keuangan (Financial Enterprise), perusahaan yang


menyediakan jasa-jasa yang berkaitan dengan keuangan.
2. Perusahaan bukan Keuangan (Non Financial Enterprise), merupakan
perusahaan manufaktur yang menghasilkan produk berupa barang.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem atau tatanan dalam perekonomian suatu negara mempunyai
peran penting dalam penyediaan fasilitas jasa-jasa di bidang keuangan
yang dilakukan oleh lembaga-lembaga keuangan serta lembaga penunjang
lainnya misalnya pasar uang dan pasar modal. Sistem keuangan
merupakan sistem keuangan yang menjembatani antara pihak yang
membutuhkan dana dengan pihak yang memiliki kelebihan dana melalui
produk dan jasa keuangan yang sesuai dengan prinsip keuangan. Sistem
keuangan memiliki fungsi yang vital dalam perekonomian modern yang
berfungsi menyediakan dana untuk pembiayaan/kredit, penciptaan alat
penukaran (uang), dan sebagai sarana mobilisasi tabungan.]
DAFTAR PUSTAKA

https://www.lps.go.id/web/guest/direktur

https://www.bi.go.id/id/tentang-bi/manajemen-krisis/lembaga-penjamin-simpanan/
Contents/Default.aspx

http://evaoktafikasari.blogspot.com/2013/10/makalah-tentang-lembaga-penjamin.html

Anda mungkin juga menyukai