Anda di halaman 1dari 15

Analisis Kebijakan Moneter dan Finansial

di Indonesia (Part 2)

Kelompok 2 :
1. Cendri Ferliana Mulyadi (1810020048)
2. Virany Charthika Dano (1810020063)
III B
3. Lindasari Christina Dewi (1810020082)
AKUNTANSI
4. Jianne Tifanilium Lakindima (1810020084)
5. Rizky Marks Pratama Koanak (1810020086)
6. Paulinus Ama Beda Hory (1810020087)
Reformasi di Bank Indonesia dan
Departemen Keuangan terkait
Pembentukan OJK
Berdasarkan sejarah, krisis pada 1997-1998 yang melanda Indonesia mengakibatkan banyaknya
yang mempertanyakan pengawasan Bank Indonesia terhadap bank-bank. Reformasi di bidang
hukum perbankan diharapkan menjadi obat penyembuh krisis dan sekaligus menciptakan
penangkal dalam pemikiran permasalahan-permasalahan di masa depan.

Lalu terbentuklah ide awal pembentukan Otoritas Jasa Keuangan yang sebenarnya adalah hasil
kompromi untuk menghindari jalan buntu pembahasan undang-undang tentang Bank Indonesia
oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
Visi
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah Misi
lembaga Negara yang dibentuk berdasarkan
UU No. 21 Tahun 2011 yang berfungsi
menyelenggarakan sistem pengaturan dan
pengawasan yang terintegrasi terhadap
keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa
Tugas OJK Tujuan
keuangan baik di sektor perbankan, pasar
modal, dan sektor jasa keuangan non-bank
seperti Asuransi, Dana Pensiun, Lembaga
Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Fungsi
lainnya.
BI Pasca Terbentuknya OJK
Sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal 8 UU No. 3 Tahun 2004, Bank Indonesia selaku bank
sentral memiliki tiga kewajiban dalam menjaga kestabilan rupiah yakni menetapkan kebijakan
moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi
perbankan. Namun, sejak terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tugas BI pun berkurang dengan
diserahkannya kewenangan pengaturan dan pengawasan perbankan ke OJK.

Pengawasan Perbankan Sesudah Terbentuk OJK


Ciri-ciri sistem perbankan yang sehat adalah :
1. Menjaga kepentingan masyarakat.
2. Perbankan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan pengendalian moneter
3. Perbankan mampu mengembangkan usahanya secara efisien dan wajar
Kondisi Terkini dan Evolusi Kebijakan
terkait LPS (Lembaga Penjamin
Simpanan) dan Perbankan Indonesia
Untuk mengatasi krisis yang terjadi, pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan diantaranya
memberikan jaminan atas seluruh kewajiban pembayaran bank, termasuk simpanan masyarakat
(blanket guarantee).
Dalam pelaksanaannya, blanket guarantee memang dapat menumbuhkan kembali kepercayaan
masyarakat terhadap industri perbankan, namun ruang lingkup penjaminan yang terlalu luas
menyebabkan timbulnya moral hazard baik dari sisi pengelola bank maupun masyarakat. Untuk
mengatasi hal tersebut dan agar tetap menciptakan rasa aman bagi nasabah penyimpan serta
menjaga stabilitas sistem perbankan, program penjaminan yang sangat luas lingkupnya tersebut
perlu digantikan dengan sistem penjaminan yang terbatas.

Dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan mengamanatkan


pembentukan suatu Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sebagai pelaksana penjaminan dana
masyarakat.
Wewenang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
Tugas Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
• Menetapkan dan memungut premi penjaminan.
• Merumuskan dan menetapkan kebijakan
pelaksanaan penjaminan simpanan. • Menetapkan dan memungut kontribusi pada saat bank pertama kali
menjadi peserta.
• Melaksanakan penjaminan simpanan.
• Melakukan pengelolaan kekayaan dan kewajiban LPS.
• Merumuskan dan menetapkan kebijakan
dalam rangka turut aktif memelihara stabilitas • Mendapatkan data simpanan nasabah, data kesehatan bank, laporan
sistem perbankan. keuangan bank, dan laporan hasil pemeriksaan bank sepanjang tidak
melanggar kerahasiaan bank.
• Merumuskan, menetapkan, dan
melaksanakan kebijakan penyelesaian Bank • Melakukan rekonsiliasi, verifikasi, dan/atau konfirmasi atas data tersebut
Gagal yang tidak berdampak sistemik. pada angka 4.
• Melaksanakan penanganan Bank Gagal yang • Menetapkan syarat, tata cara, dan ketentuan pembayaran klaim.
berdampak sistemik.
• Menunjuk, menguasakan, dan/atau menugaskan pihak lain untuk bertindak
bagi kepentingan dan/atau atas nama LPS, guna melaksanakan sebagian
tugas tertentu.
Kondisi Terkini dan Evolusi Kebijakan
terkait Pasar Modal Indonesia
Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka
panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana,
instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi
perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan
berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana
kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.
Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefinisikan pasar
modal sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek,
Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi
yang berkaitan dengan Efek”.
Asuransi adalah perjanjian antara perusahaan asuransi dan pemegang polis yang menjadi dasar
bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk :

a) memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan,
biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak
pasti;atau

b) memberikan pembayaran yang didasarkan meninggal atau hidupnya tertanggung dengan


manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.
Dalam upaya mendorong pemberdayaan masyarakat, khususnya masyarakat berpenghasilan
menengah ke bawah dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) diperlukan dukungan yang
komprehensif dari lembaga keuangan. Selama ini UMKM terkendala akses pendanaan ke
lembaga keuangan formal.
Untuk mengatasi kendala tersebut, di masyarakat telah tumbuh dan berkembang banyak lembaga
keuangan non-bank yang melakukan kegiatan usaha jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan
masyarakat, baik yang didirikan pemerintah atau masyarakat. Lembaga-lembaga tersebut dikenal
dengan sebutan lembaga keuangan mikro (LKM). Tetapi LKM tersebut banyak yang belum
berbadan hukum dan memiliki izin usaha. Dalam rangka memberikan landasan hukum yang kuat
atas operasionalisasi LKM, pada 8 Januari 2013 telah diundangkan Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro
Dana Pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan
manfaat pensiun.
Dana Pensiun terdiri dari :
a) Dana Pensiun Pemberi Kerja ;
b) Dana Pensiun Lembaga Keuangan ;
c) Dana Pensiun Berdasarkan Keuntungan.

Anda mungkin juga menyukai