Disusun Oleh :
1. Dede Yulianti (201714500092)
2. Shifa Sururi (201714500123)
3. Devy Christina (201714500134)
4. Indriani Setia Ningsih (201714500136)
Dalam kondisi tidak normal untuk pencegahan dan penanganan krisis, Menteri Keuangan,
Gubernur Bank Indonesia, Ketua Dewan Komisioner OJK, dan/atau Ketua Dewan
Komisioner LPS yang mengindikasikan adanya potensi krisis atau telah tejadi krisis pada
sistem keuangan, masing-masing dapat mengajukan ke FKSSK untuk segera dilakukan
rapat guna memutuskan langkah-langkah pencegahan atau penanganan krisis.
Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, Ketua Dewan Komisioner OJK, dan Ketua
Dewan Komisioner LPS berwenang mengambil dan melaksanakan keputusan untuk dan
atas nama institusi yang diwakilinya dalam rangka pengambilan keputusan FKSSK dalam
kondisi tidak normal. Kebijakan FKSSK yang terkait dengan keuangan negara wajib
diajukan untuk mendapat persetujuan DPR. Keputusan DPR wajib ditetapkan dalam
waktu paling lama 24 jam sejak pengajuan persetujuan.
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) adalah bagian dari sistem Jaring Pengaman Sektor
Keuangan (JPSK)/anggota FKSSK bersama dengan BI, Menteri Keuangan, dan OJK.
FKSSK menetapkan dan melaksanakan kebijakan yang diperlukan dalam rangka
pencegahan dan penanganan krisis pada sistem keuangan sesuai dengan kewenangan
masing-masing. Keputusan FKSSK yang terkait dengan penyelesaian dan penanganan
suatu bank gagal (bank resolotion) yang ditangani berdampak sistemik mengikat LPS.
C. Organisasi LPS
LPS adalah badan hukum yang dibentuk berdasarkan UU No. 24/2004. LPS merupakan
lembaga yang independen, transparan dan akuntabel dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya serta bertanggung jawab langsung kepada Presiden. LPS berkedudukan di
ibu kota Negara Republik Indonesia. LPS memiliki struktur organisasi kepengurusan
yang terdiri dari :
a. Dewan Komisioner
b. Kepala Eksekutif
c. Direktur
1. Perkiraan biaya penyelamatan yang meliputi penambahan modal sampai bank tersebut
memenuhi ketentuan tingkat solvabilitas dan tingkat likuiditas perbankan, harus lebih
rendah dari pada Perkiraan biaya tidak melakukan penyelamatan yang meliputi biaya
pembayaran simpanan nasabah yang dijamin, biaya talangan gaji yang terutang, biaya
pesangon pegawai, dan perkiraan penerimaan LPS dari hasil penjualan aset bank yang
dicabut izin usahanya.
2. Bank masih menunjukkan prospek usaha yang baik.
3. Ada pernyataan dari RUPS bank yang sekurang-kurangnya memuat kesediaan untuk
menyerahkan hak dan wewenang RUPS kepada LPS, menyerahkan kepengurusan
bank kepada LPS, tidak menuntut LPS atau pihak yang ditunjuk LPS apabila proses
penyelamatan tidak berhasil, sepanjang LPS atau pihak yang ditunjuk LPS melakukan
tugasnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
4. Bank menyerahkan kepada LPS dokumen mengenai :
a. Penggunaan fasilitas pendanaan dari Bank Indonesia
b. Data keuangan Nasabah Debitur
c. Struktur permodalan dan susunan pemegang saham tiga tahun terakhir
d. Dokumen/informasi lainnya yang terkait dengan aset, kewajiban termasuk
permodalan bank, yang dibutuhkan oleh LPS
Setelah persyaratan sebagaimana dimaksud dipenuhi, RUPS menyerahkan segala hak dan
wewenangnya kepada LPS. Setelah RUPS menyerahkan hak dan wewenangnya
sebagaimana dimaksud, LPS dapat melakukan tindakan sebagai berikut :
1. Menguasai, mengelola, dan melaukan tindakan kepemilikan atas aset milik atau yang
menjadi hak-hak bank dan/atau kewajiban bank
2. Memenuhi persyaratan modal sementara
3. Menjual atau mengalihkan aset bank tanpa persetujuan Nasabah Debitur dan/atau
kewajiban bank tanpa persetujuan Nasabah Kreditur
4. Mengalihkan manajemen bank kepada pihak lain
5. Melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain
6. Melakukan pengalihan kepemilikan bank
7. Meninjau ulang, membatalkan, mengakhiri, dan/atau mengubah kontrak bank yang
mengikat bank dengan pihak ketiga, yang menurut LPS merugikan bank
Seluruh biaya penyelamatan bank yang dikeluarkan oleh LPS menjadi penyertaan modal
sementara LPS pada bank. Hal-hal yangdiatur dalam Peraturan LPS antara lain meliputi :
Penanganan Bank Gagal yang berdampak sistemik dengan penyetoran modal oleh
pemegang saham (open assistance).
Persyaratan penanganan bank gagal yang berdampak sistemik oleh LPS dengan mengikut
sertakan pemegang saham sebagai berikut :
1. Pemegang saham yang berasal dari bank gagal telah menyetor modal sekurang-kurangnya
20% dari perkiraan biaya penanganan
2. Ada pernyataan dari RUPS bank yang sekurang-kurangnya memuat kesediaan untuk :
a. Menyerahkan hak dan wewenang RUPS serta kepengurusan bank kepada LPS
b. Tidak menuntut LPS atau pihak yang ditunjuk LPS apabila dalam proses penanganan
tidak berhasil sepanjang LPS atau pihak LPS atau pihak yang ditunjuk LPS melakukan
tugasnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan
3. Bank menyerahkan kepada LPS, dokumen mengenai
a. Pengunaan fasilitas pendanaan dari Bank Indonesia
b. Data keuangan Nasabah Debitur
c. Struktur permodalan dan susunan pemegang saham tiga tahun terakhir
d. Dokumen/informasi lainnnya terkait dengan aset, kewajiban, dan permodalan bank,
yang dibutuhkan oleh LPS.
I. Kerahasiaan Data
LPS dan setiap pihak yang bertugas utuk dan atas nama LPS wajib merahasiakan semua
dokumen, informasi dan catatan yang diperoleh atau dihasilkan dalam pelaksanaan
tugasnya berdasarkan peraturan perundang-undangan.
BAB III
KESIMPULAN
Hisyam, Fadillah dan Zainal Arifin H Masri.2019.Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.
Jakarta:Unindra Press.
Silvanita, Ktut. 2009.Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta. Erlangga.
Website resmi Otoritas Jasa Keuangan dapat diakses pada www.ojk.go.id
Website resmi Lembaga Penjamin Simpanan dapat diakses pada www.lps.go.id
LAMPIRAN
1.